PENDAHULUAN
berguna sebagai sumber informasi dasar baik untuk penulis maupun pembaca
dalam upaya dini menurunkan angka kejadian dan kematian yang berkaitan dengan
kasus Penyakit Parkinson.
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari referat yang berjudul Penyakit Parkinson ini adalah agar
penulis dan pembaca dapat:
1. Mengetahui informasi dasar yang dapat menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan mengenai karakteristik yang sering terjadi pada pasien-pasien usia
tua (lansia) yaitu tentang kasus Penyakit Parkinson.
2. Bisa lebih memahami bahwa penyakit parkinson ini merupakan masalah serius
yang cukup sering ditemui pada kebanyakan pasien-pasien geriatri (lansia),
yang dapat menjadikan modal awal dalam upaya ikut menurunkan angka
kejadian dan kematian yang berkaitan dengan kasus tersebut
3. Bagi penulis dapat menjadi bahan dokumentasi materi kasus, penambah
referensi dan bahan bacaan Penyakit Parkinson.
2.1 Definisi
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sistem ekstrapiramidal
yang merupakan bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh
adanya degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta
(SNC) yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (lewy bodies).3
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor pada waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan dopamin
dengan berbagai macam sebab.3
2.2 Anatomi Ganglia Basalis
Basal Ganglia terdiri dari striatum (nukleus kaudatus dan putamen), globus palidus
(eksterna dan interna), substansia nigra dan nukleus sub-thalamik. Nukleus
pedunkulopontin tidak termasuk bagian dari basal ganglia, meskipun dia memiliki
koneksi yang signifikan dengan basal ganglia. Korpus striatum terdiri dari nukleus
kaudatus, putamen dan globus palidus. Striatum dibentuk oleh nuldeus kaudatus
dan putamen. Nukleus lentiformis dibentuk oleh putamen dan kedua segmen dari
globus palidius. Tetapi letak anatomis perdarahan basal ganglia yang dibahas disini
hanya meliputi nukleus kaudatus dan nukleus lentiformis. Kapsula interna terletak
diantara nuleus kaudatus dan nukleus lentiformis. Kapsula intema adalah tempat
relay dari traktus motorik volunter, sehingga jika ada lesi pada lokasi ini akan
menyebabkan gangguan motorik seperti hemiparesis ataupun gangguan motorik
lain.4
Vaskularisasi yang mendarahi basal ganglia adalah cabang-cabang arteri yang
berasal dari arteri serebri anterior (ACA), serebri media (MCA), choroidal anterior,
posterior communicans (P-commA), serebri posterior (PCA) dan serebelar superior.
Cabang dari MCA, yang disebut Lenticulostriata lateral, adalah yang terbanyak
mendarahi striatum dan lateral dari pallidum. Perdarahan pada basal ganglia yang
tersering adalah dikarenakan ruptur arteri lenticulostriata media. Arteri Heubner,
disebut juga arteri striata media, berasal dari A2, yaitu segmen dari ACA,
memperdarahi putamen dan kepala dari nukleus caudatus. Arteri choroidalis
anterior memperdarahi sebagian dari globus palidus dan putamen, juga ekor dari
nukleus caudatus. Arteri posterior communicans memperdarahi bagian medial dari
pallidum, medial substansia nigra dan sebagian nukleus subthalamikus. Thalamo
perforata dari PCA adalah yang terbanyak memperdarahi substansia nigra dan
sebagian dan STN. Cabang dari SCA memperdarahi bagian lateral dari substatia
nigra.5
2.3 Epidemiologi
Insidensi terbanyak Parkinson adalah timbul pada usia 40-70 tahun,lebih banyak
pada laki-laki dengan rasio laki-laki dibandingkan wanita 3:2. 6 Prevalensi
Parkinson yaitu 160 per 100.000 populasi dan angka kejadiannya berkisar 20 per
100.000 populasi yang meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kematian
biasanya tidak disebabkan oleh Parkinson sendiri tetapi oleh karena terjadinya
infeksi sekunder. Prosentase usia onset Parkinson untuk usia onsetkurang dari 40
tahun adalah 5-10%, kurang dari 50 tahun sebesar 20%, dan usia onset menderita
Parkinson yang terbanyak adalah lebih dari 60 tahun sebesar 80%.7
5
2.4 Diagnosis
Diagnosis penyakit Parkinson berdasarkan klinis dengan ditemukannya gejala
motorik utama antara lain tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan
hilangnya refleks postural. Kriteria diagnosis yang dipakai di Indonesia adalah
kriteria Hughes (1992) :
Possible : Terdapat salah satu gejala utama (tremor saat isirahat, rigiditas,
satu gejala asimetris (tiga tanda kardinal), atau dua dari tiga tanda kardinal
dengan satu dari ketiga tanda pertama adalah asimetris. Jika semua tanda
yang didapatkan tidak jelas sebaiknya pemeriksaan diulang beberapa bulan
kemudian.
Kriteria Koller :
Ada dua dari 3 tanda kardinal gangguan motorik : tremor istirahat atau
postural, rigiditas, bradikinesia, yang berlangsung satu tahun atau lebih dan
Respon terhadap terapi levodopa (mis. Minimal 1000 mg/hari selama satu
bulan) yang diberikan sampai perbaikan sedang dan lama perbaikan satu
tahun atau lebih.
Kriteria Gelb
Gejala Klinis A (khas untuk penyakit
Parkinson)
Tremor waktu istirahat
Bradikinesia
Rigiditas
Permulaan asimetris
Diagnosa POSSIBLE :
1) Paling sedikit 2 dari kelompok A atau
2) Paling sedikit 1 dari kelompok A adalah tremor atau bradikinesia, dan atau
tak terdapat gejala kelompok B
3) Gejala kurang dari 3 tahun disertai respon jelas terhadap levodopa atau
dopamin agonis
Diagnosa PROBABLE
1) Paling sedikit 3 dari 4 gejala kelompok A dan tidak terdapat gejala dari
kelompok B
2) Lama penyakit paling sedikit 3 tahun
3) Respon jelas terhadap levodopa atau dopamin agonis
Diagnosa DEFINITE
1) Memenuhi semua kriteria probable dan
2) Kepastian histo-patologis waktu otopsi
Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat
gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya
terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat
dikenali orang terdekat (teman)
II
III
IV
Munculnya
gejala
parkinsonism mengikuti
Ditemukan gejala ini pada
pemeriksaan fisik
Ensefalitis
Terpapar lama dengan CO,
Mn atau toksin lain
Mendapat
obat-obat
neuroleptik
Trauma kepala
Stroke
Ataksia serebral
Gerakan ke bawah okuler
menghilang
Adanya hipotenssi postural
tanpa makan obat
Adanya rigiditas satu sisi
dengan atau tanpa distonia,
apraksia, kehilangan sensor
kortikal
Mioklonus
Pada awal penyakit terdapat
gaya berjalan jatuh atau kaku
Mengeluarkan air liur terus
Kemungkinan Diagnosis
Pasca ensefalitis
toxin induced
drug induced
Pasca Trauma
Vaskuler
OPCA, MSA
PSP
MSA
CBGD
CBGD, MSA
MSA
MSA
Demensia
awal
atau
halusinasi karena memakai
obat
Distonia yang diinduksi oleh
levodopa
Neuroimaging (MRI atau CT- infark lakunar
Ventrikel-ventrikel serebral
scan) terdapat
melemah
Atrofi serebelar
Atrofi otak tengah atau
bagian lain dari brain-stem
Efek Obat
respon
jelek
terhadap
levodopa
DLBD
Vaskuler
NPH
OPCA, MSA
PSP, MSA
PSP, MSA, CBGD, vaskuler,
NPH
ketidakstabilan
genom
dan
mutasi
DNA,
penurunan
atau
triplikasi
gen
Synuclein
Alfa
(SCNA),
mutasi
gen
10
infeksi
(ensefalitis),
metabolik
(disfungsi
paratiroid),
trauma
adalah
katekolamin
yang
disintesa
dari
tirosin
di
ujung
11
Patofisiologi Parkinson
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena
penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia
nigra sebesar 40 50% yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik
(Lewy bodies). Lesi primer pada penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf
yang mengandung neuromelanin di dalam batang otak, khususnya di substansia
nigra pars kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata telanjang.7
Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan dopamin dari ujung saraf
nigrostriatum akan merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan reseptor D2
inhibitorik) yang berada di dendrit output neuron striatum. Output striatum
disalurkan ke globus palidus segmen interna atau substansia nigra pars
retikularis lewat 2 jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek berkaitan
dengan reseptor D2 . Maka bila masukan direk dan indirek seimbang, maka
tidak ada kelainan gerakan.8
Jalur langsung :
Dibentuk oleh neuron striatum dengan reseptor D1 yang memproyeksikan
langsung ke substansia nigra pars retikulata (SNR) dan globus palidus
interna (GPi) dilanjutkan ke ventroanterior dan ventrolateral talamus
kemudian ke korteks. Neurotransmiter yang terlibat adalah GABAbersifat
eksitatorik, memiliki efek akhir dari stimulasi jalur langsung adalah
peningkatan arus rangsangan dari talamus ke korteks.5
Jalur tidak langsung
Dibentuk oleh neuron striatal dengan reseptor D2 yang memproyeksikan ke
globus palidus eksterna (Gpe) kemudian ke nucleus subtalamikus (STN)
menggunakan neurotransmiter Glutamnergik yang bersifat eksitatori (jalur
rangsang positif), rangsang kemudian diteruskan ke SNR dan Gpi. Proyeksi
dari striatum ke Gpe, dari Gpe ke nukleus subtalamikus menggunakan
neurotransmiter GABA yang bersifat eksitatorik, tetapi jalur akhir proyeksi
dari STN ke SNR dan Gpi merupakan jalur rangsang negatif Glutamanergik,
sehingga efek akhir dari jalur tidak langsung adalah berkurangnya arus
rangsangan dari talamus ke kortek.
Pada penderita penyakit Parkinson, terjadi degenerasi kerusakan substansia nigra
pars kompakta dan saraf dopaminergik nigrostriatum sehingga tidak ada
12
13
Gambar 2.
Skema teori ketidakseimbangan jalur langsung dan tidak langsung
Keterangan Singkatan
D2 : Reseptor dopamin 2 bersifat inhibitorik
D1 : Reseptor dopamin 1 bersifat eksitatorik
SNc : Substansia nigra pars compacta
SNr : Substansia nigra pars retikulata
GPe : Globus palidus pars eksterna
GPi : Globus palidus pars interna
STN : Subthalamic nucleus
VL : Ventrolateral thalamus = talamus
menghasilkan hidrogen peroksida dan reactive oxygen species (ROS) lain dalam jumlah
besar, peningkatan besi reaktif, dan gangguan jalur pertahanan antioksidan.11
15
a) Tremor :
Merupakan gejala pertama yang bermula pada satu tangan kemudian meluas ke
tungkai sisi yang sama, kemudian sisi lain juga akan turut terkena. Tremor
terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangeal, kadang
kadang tremor seperti menghitung uang logam (pil rolling). Pada sendi tangan
fleksi ekstensi atau pronasi supinasi, pada kaki fleksi ekstensi, pada kepala fleksi
ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur tertarik tarik.
Frekuensi tremor berkisar antara 4-7 gerakan perdetik terutama timbul saat
istirahat dan berkurang jika ekstremitas digerakkan, tremor akan bertambah pada
kondisi emosi dan berkurang saat tidur. 11
Tremor disebabkan oleh hambatan pada aktivitas gamma motoneuron. Inhibisi
ini mengakibatkan hilangnya sensitivitas sirkuit gamma yang mengakibatkan
menurunnya kontrol dari gerakan motorik halus. Berkurangnya kontrol ini akan
menimbulkan involunter yang dipicu dari tingkat lain pada susunan saraf pusat.
Tremor pada penyakit Parkinson mungkin dicetuskan oleh ritmik dari alfa motor
neuron dibawah pengaruh impuls yang berasal dari nukleus ventro-lateral
talamus. Pada keadaan normal, aktivitas ini ditekan oleh aksi dari sirkuit gamma
motoneuron, dan akan timbul tremor bila sirkuit ini dihambat.11
b) Rigiditas
Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot
protagonis dan terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot
protagonis dan otot antagonis sewaktu gerakan. Meningkatnya aktivitas alfa
motoneuron pada otot protagonis dan otot antagonis menghasilkan rigiditas yang
terdapat pada seluruh luas gerakan dari ekstremitas yang terlibat. Pada awalnya
rigiditas hanya terbatas pada satu ekstremitas atas terdeteksi saat gerakan pasif,
kemudian stadium lanjut rigiditas menjadi menyeluruh, lebih berat dan terdapat
tahanan pada gerakan pasif.
c) Bradikinesia
Gerakan volunter menjadi lamban sehingga gerak asosiatif menjadi berkurang
misalnya: sulit bangun dari kursi, sulit mulai berjalan, lamban mengenakan
16
17
h) Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan bibir
mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan
volume yang kecil dan khas pada penyakit Parkinson. Pada beberapa kasus suara
mengurang sampai berbentuk suara bisikan yang lamban.
I) Gerakan bola mata
Mata kurang berkedip, melirik kearah atas terganggu, konvergensi menjadi sulit,
gerak bola mata menjadi terganggu.
j) Refleks glabela
Dilakukan dengan jalan mengetok di daerah glabela berulang-ulang. Pasien
dengan Parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap ketokan.
Disebut juga sebagai tanda Mayersons sign.
Gejala Non Motorik
a) Gangguan neuropsikiatri
Depresi terjadi akibat keterlibatan nukleus raphe (serotonergik),lokus soeruleus
(nonradrenergik),amigdala, korteks singular dan jalur mesolimbik, mesokortikal,
mesotalamik. Hal ini disebabkan keadaan depresi yang sifatnya endogen. Secara
anatomi keadaan ini dapat dijelaskan bahwa pada penderita Parkinson terjadi
degenerasi neuroodopaminergik dan juga terjadi degenerasi neuron norepineprin
yang letaknya tepat dibawah substansia nigra dan degenerasi neuron asetilkolin
yang letaknya diatas substansia nigra.11
Psikosis dan halusinasi sering terjadi pada stadium lanjut, orang lanjut
usia,terapi polifarmasi,gangguan tidur, gangguan kognisi dan gejala visual.11
Ansietas (20-46%) lebih sering terjadi pada usia muda, wanita, adanya gejala
motorik fluktuatif dan riwayat ansietas sebelumnya.11
Gangguan fungsi kognitif terjadi sebesar 30-80%, meliputi demensia dan
gangguan fungsi kognitif tanpa demensia (Cognitive imparment non
demensia/CIND). CIND dapat timbul pada awal Parkinson sampai dengan 20
18
tahun
menderita
Parkinson
sebelum
timbulnya
demensia.
Demensia
berhubungan dengan onset penyakit pada usia yang lebih tua, laki-laki,
keparahan penyakit, durasi penyakit yang lama dan beratnya kecacatan. Usia tua
dan derajat keparahan gejala motorik menjadi prediktor utama terjadinya
demensia. Faktor resiko terjadinya gangguan kognitif dan demensia adalah usia
>70 tahun, skor UPDRS >25, disertai depresi, gejala mania, agitasi, disorientasi
dan psikosis ketika diterapi levodopa, facial masking saat didiagnosis, adanya
stress psikologi, gangguan kardiovaskular, status ekonomi, tingkat pendidikan
yang rendah, bradikinesia dan gangguan postural. Demensia (20%) tersering
pada stadium lanjut, meliputi gangguan bahasa, fungsi visuospasial, memori
jangka panjang dan fungsi eksekutif ditemukan lebih berat dibandingkan proses
penuaan normal. 11
b) Disfungsi otonom
Disfungsi otonom mungkin disebabkan oleh menghilangnya secara progresif
neuron di ganglia simpatetik.
Sistem kardiovaskular meliputi hipotensi ortostatik, aritmia jantung.
Sistem gastrointestinal meliputi disfagia, konstipasi, eksesif saliva yaitu
sialorrhea, drooling, mual, muntah.
Sistem berkemih dan seksual meliputi urgensi,inkontinensia urin.
Disfungsi seksual meliputi kesulitan ereksi, hilangnya libido, anorgasmia
c) Gangguan sensorik yaitu nyeri, gangguan penciuman.
d) Gangguan tidur pada tahap lanjut.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium hanya bersifat dukungan pada hasil klinis, karena tidak
memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk penyakit Parkinson.
Pengukuran kadar NT dopamine atau metabolitnya dalam air kencing, darah
maupun cairan otak akan menurun pada penyakit Parkinson dibandingkan kontrol.
Lebih lanjut, dalam keadaan tidak ada penanda biologis yang spesifik penyakit,
maka diagnosis definitif terhadap penyakit Parkinson hanya ditegakkan dengan
otopsi. Dua penelitian patologis terpisah berkesimpulan bahwa hanya 76% dari
penderita memenuhi kriteria patologis aktual, sedangkan yang 24% mempunyai
penyebab lain untuk parkinsonisme tersebut.12
19
Neuroimaging
Magnetik Resonance Imaging ( MRI )
Barubaru ini dalam sebuah artikel tentang MRI, didapati bahwa hanya pasien
yang dianggap mempunyai atropi multi sistem memperlihatkan signal di
striatum.
Positron Emission Tomography ( PET )
Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru dan telah memberi
kontribusi yang signifikan untuk melihat kedalam sistem dopamine
nigrostriatal dan peranannya dalam patofisiologi penyakit Parkinson.
Penurunan karakteristik pada pengambilan fluorodopa , khususnya di putamen,
dapat diperlihatkan hampir pada semua penderita penyakit Parkinson, bahkan
pada tahap dini.Pada saat awitan gejala , penderita penyakit Parkinson telah
memperlihatkan penurunan 30%pada pengambilan fluorodopa putamen. Tetapi
sayangnya PET tidak dapat membedakan antara penyakit Parkinson dengan
parkinsonisme atipikal. PET juga merupakan suatu alat untuk secara obyektif
20
demikian,
imaging
transporter
dopamin
pre-sinapsis
yang
menggunakan ligand ini atau ligand baru lainnya mungkin terbukti berguna
dalam mendeteksi orang yang beresiko secara dini. Sebenarnya, potensi
SPECT sebagai suatu metoda skrining untuk penyakit Parkinson dini atau
bahkan presimptomatik tampaknya telah menjadi kenyataan dalam praktek.
Potensi teknik tersebut sebagai metoda yang obyektif untuk memonitor efikasi
terapi farmakologis baru, sekarang sedang diselidiki.
21
I. Farmakologik
1. Bekerja pada sistem dopaminergik (mengganti dopamin)
a. Levodopa, Carbidopa
Obat ini merupakan obat utama, hampir selalu digunakan untuk terapi penyakit
parkinson. Di dalam badan levodopa akan diubah sebagai dopamin. Obat ini
sangat efektif untuk menghilangkan gejala karena langsung mengganti DA
yang produksinya sangat menurun akibat degenerasi SNc. Efek samping obat
ini antara lain, mual, dizziness, muntah, hipotensi postural, dan konstipasi. Obat
ini juga mempunyai efek samping jangka lama yaitu munculnya diskinesia
(gerakan involunter yang tidak dikehendaki seperti korea, mioklonus, distonia,
22
Benztropin
Mesilat
(Cogentin)
0,5-8
mg/hari
dosis
terbagi,
23
24
digunakanm juga adalah obat antidepresi dan ansietas (berdasarkan indikasi yang tepat).
Berbagai macam obat dapat melindungi neuron terhadap ancaman degenerasi akibat
nekrosis atau apoptosis. Termasuk dalam kelompok ini adalah :
a.Neurotropik faktor, yaitu dapat bertindak sebagai pelindung neuron terhadap
kerusakan dan meningkatkan pertumbuhan dan fungsi neuron . Termasuk dalam
kelompok ini adalah BDNF (brain derived neurotrophic factor), NT 4/5 (
Neurotrophin 4/5 ), GDNT (glia cell line-derived neurotrophic factorm artemin ) ,
dan sebagainya.
b.
25
Abnormalitas gerakan
Kecenderungan postur tubuh yang salah
Gejala otonom
Gangguan perawatan diri ( Activity of Daily Living ADL )
Perubahan psikologik
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
1. Terapi fisik : ROM ( range of motion )
Peregangan
Koreksi postur tubuh
Latihan koordinasi
Latihan jalan ( gait training )
Latihan buli-buli dan rectum
Latihan kebugaran kardiopulmonar
Edukasi dan program latihan di rumah
2. Terapi okupasi
Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal pelaksanaan aktivitas
kehidupan sehari-hari .
3. Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan memberikan program latihan pernapasan
diafragma , evaluasi menelan, latihan disartria , latihan bernapas dalam sebelum bicara.
Latihan ini dapat membantu memperbaiki volume berbicara , irama dan artikulasi.
4. Psikoterapi
Membuat program dengan melakukan intervensi psikoterapi setelah melakukan asesmen
mengenai fungsi kognitif , kepribadian , status mental ,keluarga dan perilaku.
5. Terapi sosial medik
Berperan dalam melakukan asesmen dampak psikososial lingkungan dan finansial ,
untuk maksud tersebut perlu dilakukan kunjungan rumah/ lingkungan tempat bekerja.
26
6. Orthotik Prosthetik
Dapat membantu penderita Parkinson yang mengalami ketidakstabilan postural , dengan
membuatkan alat Bantu jalan seperti tongkat atau walker.
c. Diet
Pada penderita parkinson ini sebenarnya tidaklah diperlukan suatu diet yang khusus ,
akan tetapi diet penderita ini yang diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi kekurangan
gizi, penurunan berat badan, dan pengurangan jumlah massa otot, serta tidak terjadinya
konstipasi. Penderita dianjurkan untuk memakan makanan yang berimbang antara
komposisi serat dan air untuk mencegah terjadinya konstipasi, serta cukup kalsium
untuk mempertahankan struktur tulang agar tetap baik. Apabila didapatkan penurunan
motilitas usus dapat dipertimbangkan pemberian laksan setiap beberapa hari sekali .
Hindari makanan yang mengandung alkohol atau berkalori tinggi.
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan untuk penyakit parkinson dilakukan bila penderita tidak lagi
memberikan respon terhadap pengobatan/intractable, yaitu masih adanya gejala dua
dari gejala utama penyakit parkinson (tremor,rigiditas,bradi/akinesia,gait/postural
instability), Fluktuasi motorik, fenomena on-off, diskinesia karena obat, juga
memberi respons baik terhadap pembedahan.4
Ada 2 jenis pembedahan yang bisa dilakukan :
a. Pallidotomi , yang hasilnya cukup baik untuk menekan gejala :
-
Tremor
Rigiditas
Diskinesia karena obat.
27
2.12 Komplikasi
Hipokinesia
1.
2.
3.
4.
Afasia
28
2.
3.
Agnosia
Apraksia
Gangguan Postural
1.
2.
3.
Perubahan Kardio-Pulmonal
Ulkus Dekubitus
Jatuh
Gangguan Mental
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Gangguan Vegetatif
1. Hipotensi Postural
2. Inkontinensia Urine
3. Gangguan Keringat
2.13 Prognosis
Banyak peneliti yang mengemukakan sulitnya menetapkan prognosis penyakit
parkinson karena perjalanan penyakitnya susah diramalkan. Prognosis yang
dimaksud adalah lama penyakit, komplikasi, harapan kesembuhan, dan hasil
terapi.2
Walaupun penyakit parinson merupakan penyakit yang serius dan progresif tetapi
penyakit ini tidak dianggap membawa kematian. Mereka yang mengidap penyakit
ini mempunyai umur harapan hidup yang sama dengan harapan hidup individu
yang tidak mengidapnya. Namun hal tersebut akan berbeda jika pasien sudah
mencapai tahap lanjut karena gejala parkinson dapat mengarah pada komplikasi
yang.2
Dengan pengobatan yang tepat, pengidap penyakit parkinson dapat mencapai
kualitas hidup yang baik untuk bebrapa tahun ke depan. Para peneliti yakin pada
29
30
III. KESIMPULAN
31