Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PROSES PENGECORAN

PEMBUATAN PERPAK MOTOR JUPITER

Disusun Oleh:

Dadang Sumawe

(09019001)

M Zainal Arifin

(09019008)

Arifudin Fahm

(09019028)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Proses Pengecoran ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.Perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Parman selaku pembimbing kami selama melaksanakan praktik pengecoran.
2. Bapak Agung Kristanto selaku pengampu mata kuliah Proses Manufactur Univesitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta.
3. Semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna,maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sehingga
dapat menyempurnakannya dikesempatan mendatang.
Semoga laporan praktek pengecoran ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan apabila
didalam penulisan ini terdapat kesalahan atas nama penyusun mohon maaf yang sebesar
besarnya.

Yogyakarta 21 Desember 2010

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam kegiatan praktik proses manufaktur khususnya bidang proses

pengecoran

logam ini mahasiswa dituntut untuk dapat langsung berinteraksi dengan proses pengecoran di
lapangan. Hal tersebut akan meningkatkan pengetahuan mahasiswa khususnya bidang
pengecoran logam, mulai dari bahan- bahan yang dibutuhkan, alat yang digunakan hingga
hal yang terpenting yaitu proses pengecoran itu sendiri.
Dengan kegiatan ini mahasiswa dapat menerapkan semua materi kuliah proses
manufacture langsung ke proses yang sebenarnya sehingga dapat memahami setiap bagian
dan urutan urutan pengecoran.
Praktek pengecoran kelompok kami, dilakukan di Bengkel NS bapak Parman yang
bergerak dibidang cor,las dan bubut, beralamat di Kranon,Nitikan,Umbulharjo Yogyakarta.
Praktek pengecoran tersebut kami lakukan tanggal 06 Desember 2010 dengan produk
Perpak jupiter.

B. Tujuan
Tujuan diadakannya Praktik Pengecoran ini adalah sebagai realisasi sesuai kurikulum dan
SOP Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan khususnya mata kuliah proses manufaktur.
Bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa bagaimana proses produksi
khususnya pengecoran logam. Didalamnya mahasiswa dituntut dapat ikut serta didalam
proses produksi pengecoran logam yang ada di lapangan sehingga dapat memahami setiap
langkah proses produksinya
C. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat diidentifikasikan berbagai permasahan. Diantaranya:
1. Apakah bahan yang digunakan dalam proses pengecoran.
2. Bagaimanakah urutan langkah kerja dari proses tersebut.
3. Apasajakah hal yang perlu diperhatikan di dalam proses pengecoran.
4. Apa sajakah kendala yang mungkin dihadapi.
Dari permasalahan tersebut dapat kita lihat pada pembahasan selanjutnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
Definisi pengecoran, Review Proses Pengecoran Pengecoran (CASTING) adalah salah
satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di
tuangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan
dibuat
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran, yaitu :
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair
Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan sekali
pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanent (permanent Mold).
Cetakan pasir termasuk dalam expendable mold. Karena hanya bisa digunakan satu kali
pengecoran saja, setelah itu cetakan tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam
pembuatan cetakan, jenis-jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau
pasir hijau. Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit, resin, furan
atau air gelas.
secara umum proses pengecoran dapat dibagi menjadi:
1. Pengecoran dengan cetakan pasir (sand casting).
2. Pengecoran dengan cetakan permanen (permanent mold casting).
3. Pengecoran sentrifugal (centrifugal casting).
4. Pengecoran cetak tekan (die casting).
5. Pengecoran dengan cetakan plaster (plaster mold casting).
6. Pengecoran dengan pola hilang (investment casting).
Setiap jenis pengecoran yang tersebut di atas akan menghasilkan produk dengan
sifatsifat yang berbeda, baik kualitas, kuantitas, ukuran (volume dan bentuk). Dalam segi
perencanaan, pemilihan serta penentuan proses pengecoran harus pula dipertimbangkan
adanya faktor ekonomis dan praktis. Dalam praktek pengecoran yang kami lakukan adalah
model pengecoran menggunakan cetakan pasir.

Proses

Pengecoran

Dengan

Cetakan Pasir.
Proses pengecoran dengan cetakan
pasir merupakan proses yang tertua dalam
proses pembuatan dari bahan logam.
Proses ini memberikan fleksibilitas dan
kemampuan/keandalan

yang

tinggi.

Proses pengecoran yang menggunakan


pasir sebagai bahan cetakan ini tidak lain
adalah menuangkan logam cair ke dalam
rongga cetak. Material yang biasa dibuat dengan cara ini adalah besi tuang, aluminium
campuran, brass, bronze dan lainlain.
Keuntungan yang didapat dari proses ini adalah:
1. Dapat dibuat dalam berbagai ukuran, mulai dari 0,8 kg hingga 300 ton.
2. Dapat dibuat dalam berbagai variasi bentuk.
3. Dapat dilakukan secara otomatis.
Kerugiannya adalah:
1. Diperlukan toleransi ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan cara
pengecoran yang lain.
2. Dapat mempercepat keausan pahat potong bila dilakukan proses pemesinan
karena kulit produk yang dihasilkan mungkin mengandung pasir.
4. Adanya ongkos tambahan untuk pembuatan pola.
B. Bahan yang digunakan di dalam proses pengecoran
1. Pasir Cetak.
Pasir cetak merupakan suatu campuran antara pasir, bahan pengikat, dan air dalam
perbandingan tertentu. Jenis pasir cetak yang sering digunakan ada 2 macam,yaitu:
a. Pasir alam, yang didapat dari alam. Syarat untuk pasir cetak alam adalah bahan bahan
yang dibutuhkan harus mengandung seperti silika, lempung, air yang semuanya
terdapat di alam.
b. Pasir tiruan atau pasir dengan campuran bahan lain yang dibuat manusia, seperti
pasir silika, zircon (ZrSiO4), pasir hijau, atau olivine (2(MgFe)O.SiO2). Untuk pasir
tiruan ini, khususnya pasir silika perlu ditambah 815% tanah liat guna menaikkan
daya ikat (sifat kohesif) agar mudah dibentuk.

Syarat dan sifat Pasir Cetak yang baik.


Pasir cetak memerlukan sifatsifat yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tahan panas, agar tidak hancur karena panasnya logam yang dituang.
b. Mempunyai sifat mampu bentuk (gaya kohesif yang besar) sehingga mudah dalam
pembuatan, kuat, tidak rusak karena dipindahpindah dan dapat menahan logam cair
pada waktu dituang kedalamnya.
c. Permeabilitas yang cocok, memungkinkan gasgas yang terjadi selama pengecoran
dapat keluar dengan mudah melalui ronggarongga di antara butirbutir pasir.
d. Distribusi besar butir yang cocok. Disesuaikan dengan ukuran coran dan kehalusan
permukaan coran.
e. Komposisi yang cocok, karena mengalami peristiwa kimia dan fisika akibat temperatur
logam cair yang tinggi.
f. Mampu dipakai lagi, agar ekonomis.
g. Harganya murah.
2. Pola
Pola merupakan bentuk tiruan dari benda kerja yang sebenarnya dan digunakan untuk
membuat rongga cetakan. Bahan pola yang sering digunakan adalah kayu dan logam. Pola
logam dipergunakan agar dapat menjaga ketelitian ukuran benda coran, terutama dalam
produksi massal sehingga umur pola bisa lebih tahan lama dan produktivitasnya lebih tinggi.
Pola kayu lebih murah, cepat pembuatannya dan mudah diolahnya dibanding dengan pola
logam. Karena itu pola kayu umumnya dipakai untuk cetakan pasir.
3. Cetakan
Pada umumnya cetakan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah
sehingga setelah pembuatan cetakan selesai pola akan dapat dicabut dengan mudah dari
cetakan.
4. Inti.
Inti adalah suatu bentuk dari pasir yang dipasang pada rongga cetakan untuk mencegah
pengisian logam cair pada bagian yang seharusnya berbentuk lubang atau rongga dalam suatu
coran.
Inti dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu inti basah dan inti kering. Sedapat mungkin inti
dibuat dengan cara basah karena ongkos pembuatannya murah. Inti dengan cara basah
banyak digunakan pada lubang dalam benda cetak. Disamping itu kerugian pada inti basah
antara lain:

a. Biasanya lemah, tidak bisa menggantung (tidak kuat menahan beratnya sendiri).
b. Pasir mudah gugur.
c. Kedudukan kurang teliti.
Inti pasir kering merupakan inti pasir yang umumnya digunakan selain inti basah. Inti
kering ini dibuat secara terpisah dan dipasang setelah pola dikeluarkan, sebelum cetakan
ditutup. Pengeringan dilakukan dalam kamar pemanas (oven) pada temperatur 120230C.
Sifatsifat yang harus dimiliki inti kering adalah:
a. Cukup kuat dan keras setelah dipanaskan, gunanya untuk mencegah agar inti tidak
sampai rusak oleh hayagaya sewaktu logam cair dituangkan, akibat proses
pembekuan, serta perlakuan lain.
b. Cukup porus, agar dapat menghisap atau dilalui gasgas yang berada dalam
cetakan.
c. Harus dapat hancur pada waktu logam cair memadat/membeku untuk mencegah
jangan sampai terjadi keretakan pada benda kerja dan juga memudahkan keluarnya
coran dari dalam cetakan.
d. Harus mempunyai permukaan yang licin.
e. Tahan panas, untuk dapat menahan temperatur pemuaian.
5. Logam cair
Bahan pengecoran yang lain adalah logam cair. Logam cair diperoleh dari proses
peleburan logam padat dengan panas tertentu sehingga menghasilkan logam panas
cair yang digunakan untuk membuat produk pengecoran yang baru.
C. Produk Pengecoran
Dalam praktik pengecoran ini kami membuat produk perpak JUPITER. Pemilihan produk
tersebut dikarenakan beberapa hal diantaranya:
1. Banyak dibutuhkan didunia perindustrian khususnya dalam sparepart motor.
2. Mempunyai nilai jual yang relative tinggi.
3. Bentuk dan model benda yang simple dan tidak banyak membutuhkan tempat.

D. Langkah kerja pengecoran perpak motor Jupiter.


1.

Karena proses peleburan logam untuk menghasilkan logam cair membutuhkan waktu
yang cukup lama, proses pemanasan dan peleburan logam dimulai terlebih dahulu.

2.

Sementara proses peleburan sedang berlangsung, kita dapat membuat cetakan dengan
pola yang sudah ada.

3.

Siapkan cetakan kayu bagian bawah dan isi dengan pasir, padatkan seperlunya.

4.

Masukkan atau pasang pola perpak jupiter.

5.

Pola yang terpasang kemudian ditaburi dengan abu, atau kapur agar memudahkan dalam
proses pengangkatan cetakan kedua.

6.

Pasang saluran masuk logam cair

7.

Pasang cetakan kedua, berikan pasir dan padatkan.

8.

Ambil saluran masuk logam cair yang sudah terpasang.

9.

Dengan hati-hati angkat cetakan kedua dan letakan dengan perlahan agar tidak hancur.

10. Angkat pola perpak Jupiter yang terpasang dalam cetakan pertama.
11. Pasang kembali cetakan kedua dan proses pengecoran logam siap dilakukan.
12. Jika logam yang sudah cair sudah memenuhi persyaratan penuangan, segera masukan
logam cair kedalam cetakan melalui lubang saluran masuk yang ada.
13. Tuang hingga logam cair memenuhi saluran masuk, pertanda rongga di dalam sudah
penuh terisi.
14. Tunggu beberapa saat
15. Angkat cetakan kedua dan cetakan pertama dengan menggunakan alat bantu dikarenakan
pasir dan cetakan masih panas.
16. Proses pengecoran perpak jupiter selesai.

E. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengecoran


Didalam proses pengecoran logam menggunakan cetakan pasir ada beberapa hal penting
yang harus diperhatikan yang dapat mempengaruhi hasil proses pengecoran, diantaranya:
1. Pasir cetak yang digunakan harus baik, kadar air yang terkandung didalamnya tidak
terlalu banyak atau juga tidak terlalu kering. Syarat dan sifat pasir yang baik seperti
disebut diatas akan mempengaruhi proses dan hasil pengecoran.
2. Tingkat kepadatan pasir cetak di cetakan bawah maupun cetakan atas mencukupi.
Mencukupi disini berarti tidak terlalu padat dan tidak terlalu gembur. Tingkat
kepadatan yang terlalu padat akan mengakibatkan pengambilan pola sulit. Sedangkan
kepadatan yang rendah akan mengakibatkan pasir hancur ketika pengangkatan
cetakan atas.

3. Pengangkatan pola dalam hal ini pola perpak Jupiter harus sangat hati-hati karena dari
bentuk pola yang kecil,dan ketebalan yang rendah menjadi sulit untuk diangkat dan
dapat menghancurkan bentuk rongga yang diinginkan.
4. Logam cair yang diperlukan untuk proses pengecoran harus benar-benar matang
dengan warna yang kemerah merahan dan tidak mengandung sampah atau ampas
karena sangat mempengaruhi hasil pengecoran.
5. Antara cetakan bawah dan atas usahakan rapat untuk mencegah kebocoran logam dari
sela-sela keduanya saat penuangan dilakukan.

F. Kendala yang sering dihadapi dalam pengecoran dengan pasir cetak perpak jupiter
Pengecoran perpak jupiter menggunakan pasir cetak lebih mempunyai banyak kendala
daripada menggunakan cetakan logam. Kendala-kendala tersebut diantaranya:
1. Diperlukan pasir cetak yang benar-benar bagus untuk membuat bentuk pola.
2. Memerlukan pengalaman yang tinggi khususnya dalam hal memahami tingkat
kepadatan maupun proses lainnya
3. Pola atau bentuk perpak Jupiter yang relatif kecil membuat pengangkatan dari cetakan
bawah sulit dilakukan. Sering kali pengangkatan yang gagal menjadikan proses harus
diulang dari awal sehingga membuang banyak waktu dan tenaga.
4. Diperlukan tingkat ketelitian dan kesabaran yang tinggi
5. Peluang sering terjadinya kegagalan relatif tinggi.

G. Manfaat yang dirasakan


Didalam melaksanakan praktek pengecoran logam banyak manfaat yang dirasakan oleh
mahasiswa. Praktek pengecoran ini dapat memperluas pengetahuan mahasiswa khususnya
dalam bidang pengecoran logam.
Praktek pengecoran langsung dilapangan dapat memberikan wawasan langsung bagi
mahasiswa, berbagai kesulitan yang dihadapi, masalah-masalah dalam proses pengecoran dan
urutan proses. Dari berbagai hal tersebut dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi
mahasiswa dan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di universitas ke dalam dunia industri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek pengecoran di PT NS bapak Parman yang membuat produk
perpak motor jupiter maka penyusun dapat mengambil beberapa kesimpulan.
Pengecoran logam khususnya menggunakan cetakan pasir sangat membutuhkan ketelitian
dan pengalaman. Pasir cetak yang digunakan harus baik karena berpengaruh kepada hasil
pengecoran. Begitu juga dengan logam cair yang dituang harusnya sudah mencukupi tingkat
kematangannya. Dalam hal kepadatan pasir cetak sering kali kami salah dikarenakan
kurangnya pengalaman dan pemahaman kami. Kepadatan pasir yang sering salah tersebut
menjadikan pengangkatan pola perpak menjadi susah dilakukan. Bentuk pola yang relatif
kecil menjadikan bentuk rongga yang dihasilkan sering mengalami kerusakan sehinnga harus
dilakukan proses ulang.
B. Saran
Semoga didalam praktek-praktek baik pengecoran ataupun praktek yang lainnya yang
berkaitan dengan kegiatan kampus, dari pihak universitas memberikan sedikit bantuan dan
kemudahan. Hal tersebut dikarenakan seringnya teman teman mahasiswa yang kesulitan
mencari tempat-tempat praktek tersebut. Tidak jarang teman teman mahasiswa mendapat
penolakan dari tempat-tempat tersebut.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://edizenni.blogspot.com/2009/01/teknik-pengecoran-logam.html Pengecoran
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengecoran
Kristanto,Agung,2010,PROSES MANUFACTUR,Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai