Anda di halaman 1dari 21

ATS AMF

PLN sebagai sumber utama tidak selamanya kontinu dalam


penyalurannya sehingga dibutuhkan generator set (genset) sebagai back-up
suplai utama (PLN). Sebagai kontrol kapan genset mengambil alih suplai
tenaga listrik ke beban ataupun sebaliknya maka diperlukan sistem kontrol
otomatis tersebut biasanya disebut Automatic Transfer Switch (ATS) Automatic Main Failure (AMF) atau sistem interlok PLN - Genset.Dalam
Laporan Kerja Praktek ini akan dibahas komponen dan tentang cara kerja,
perakitan dan pengujian Panel Automatic Transfer Switch (ATS) - Automatic
Main Failure (AMF) yang diproduksi oleh PT.BMJ yang dipasang pada sistem
dengan genset 10 kVA,380 V, 50 Hz.
Panel ATS-AM dengan basis modul DSE (Deepsea 4420) PLC yang
diproduksi oleh PT.BMJ mendukung dua operasi transfer atau pemindahan
beban yaitu secara manual dan otomatis. Sedangakan fungsi utama saat
operasi otomatis ATS-AMF sebagai kontrol utama emergency power yaitu
memonitoring dan sensoring catu daya utama (PLN), jika PLN mengalami
gangguan maka modul ini akan memberikan perintah kepada Genset untuk
melalukan starting serta memonitoring dan sensoring Genset,apabila genset
telah starting dan running maka module ini akan memonitoring kualitas
energi listrik yang dihasilkan genset sekaligus proteksi.

I. PENDAHULUAN
Proses pengefektifan sumber daya manusia melalui pendidikan
nasional yang berdayaguna dan berhasil perlu didukung oleh seluruh lapisan
masyarakat. Salah satunya usaha PT. Berkah Manunggal Jaya (PT. BMJ)
melalui penerimaan mahasiswa praktek/magang sebagai wujud sumbangsih
dalam rangka memasyarakatkan teknologi industri di Indonesia.
Dengan berkembangnya teknologi dan penggunaan energi
listrik,tempat-tempat tertentu seperti pusat perdagangan, perhotelan,
perbankkan, rumah sakit maupun industri, memerlukan energi listrik yang
terus menerus atau kontinu dan handal dalam menjalankan fungsi maupun
produksinya. Akan tetapi suplai daya utama yang berasal dari PLN tidak

selamanya kontinu dalam penyalurannya sehingga dibutuhkan generator set


(genset) sebagai back-up suplai utama (PLN). Sebagai kontrol kapan genset
mengambil alih suplai tenaga listrik ke beban ataupun sebaliknya maka
diperlukan sebuah system atau alat.
Hal-hal yang menjadi tujuan penulisan laporan kerja praktek ini adalah:
1. Mengetahui ruang lingkup kerja dan proses produksi dari PT. BMJ
2. Mengaktualisasi dan membandingkan antara ilmu yang bersifat teori
dengan ilmu aplikasi di
bidang komponen listrik dan teknologi.
3. Mengetahui prinsip kerja, perakitan dan pengujian Panel Automatic
Transfer Switch (ATS) Automatic Main Failure (AMF) produksi PT.BMJ

II. KOMPONEN-KOMPONEN PADA ATS-AMF


2.1 Komponen Kontrol

Relay
Relay adalah alat yang dioperasikan dengan listrik yang secara
mekanis mengontrol penghubungan rangkaian listrik. Relay adalah bagian
yang penting dari banyak sistem kontrol, bermanfaat untuk kontrol jarak jauh
dan pengontrolan alat tegangan dan arus tinggi dengan sinyal kontrol
tegangan dan arus rendah.

Kontroler
Dalam suatu mesin yang diinginkan bekerja secara automatis maka
selain sensor dan aktuator dibutuhkan komponen utama yaitu sebuah
kontroler. Kontroler merupakan otak dari dari suatu sistem kontrol.
Programmable logic controller (PLC) merupakan suatu bentuk khusus
pengontrol berbasis - mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang
dapat diprogram untuk menyimpan instruksi-instruksi dan untuk
mengimplementasikan fungsi-fungsi semisal logika, pewaktuan (timing),

pencacahan (counting) dan aritmatika guna mengontrol mesin-mesin dan


proses-proses.

Gambar 1 DSE (Deepsea 4420) PLC, Auto Start & Automains (Utility) Failure
Control Modules
Dalam perkembangannya PLC saat ini diproduksi dalam berbagai
bentuk dan fungsi yang lebih modern dan mudah. Salah satu modul PLC
yang diproduksi oleh Deep Sea Electronics seperti yang terlihat pada gambar
diatas adalah Deepsea 4420. Modul PLC dengan antarmuka yang friendly
dengan pengguna sudah PLC yang di khususkan untuk sistem transfer suplai
daya seperti ATS-AMF.
Tombol Tekan
Tombol tekan atau disebut sakelar ON/OFF banyak digunakan sebagai alat
penghubung atau pemutus rangkaian kontrol. Memiliki dua kontak, yaitu NC
dan NO. Artinya saat sakelar tidak digunakan satu kontak terhubung
Normally Close, dan satu kontak lainnya Normally Open. Ketika kontak
ditekan secara manual kondisinya berbalik posisi menjadi NO dan NC.
Selector Switch
Selector Switch merupakan alat yang di gunakan untuk memilih. Kerja dari
selector switch yaitu menyambung rangkaian sesuai dengan yang ditunjuk
oleh tangkai selector. Banyak sekali type selector switch, tapi biasanya
hanya dua type yang sering di gunakan, yaitu 2 posisi, (ON-OFF/Start-Stop/01, dll) dan 3 posisi (ON-OFF-ON/Auto-Off-Manual,dll)

Gambar 2 Bentuk fisik dan Simbol Selector Switch

Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja
buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari
kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut
dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, karena kumparan dipasang
pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan
diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan
menghasilkan suara
2.2 Komponen Daya

Kontaktor
Kontaktor adalah komponen elektromekanik yang dapat berfungsi
sebagai penyambung dan pemutus rangkaian, yang dapat dikendalikan dari
jarak jauh pergerakan kontak-kontaknya terjadi karena adanya gaya
electromagnet.

Gambar 3 Simbol kontak-kontak Kontaktor


Kontaktor magnet merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan
kemagnetan, artinya bekerja bila ada gaya kemagnetan. Sebuah koil dengan

inti berbentuk huruf E yang diam, jika koil dialirkan arus listrik akan menjadi
magnet dan menarik inti magnet yang bergerak dan menarik sekaligus
kontak dalam posisi ON. Batang inti yang bergerak menarik paling sedikit 3
kontak utama dan beberapa kontak bantu bisa kontak NC atau NO.

Sekering Dan MCB


Pengaman sistem daya bisa menggunakan sekering atau Miniatur Circuit
Breaker (MCB).
Sekering sering disebut juga dengan pengaman lebur atau fuse. Fungsi
sekering adalah mengamankan peralatan atau instalasi listrik dari gangguan
hubung singkat.
MCB sering disebut juga pengaman otomatis. Pengaman otomatis ini
memutuskan sirkit secara otomatis apabila arusnya melebihi setting dari
MCB tersebut. Pengaman otomatis dapat langsung dioperasikan kembali
setelah mengalami pemutusan (trip) akibat adanya gangguan arus hubung
singkat dan beban lebih.

MCCB
MCCB atau Moulded Case Circuit Breaker adalah alat pengaman yang
berfungsi sebagai pengamanan terhadap arus hubung singkat dan arus
beban lebih. MCCB memiliki rating arus yang relatif tinggi dan dapat
disetting sesuai kebutuhan.
Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai
berikut: Ue = 250 V dan 660 V
Ie (arus kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut:
Ie = 40 A-2500 A
Icn (kapasitas arus pemutusan), spesifikasi standar MCCB digambarkan
sebagai berikut: Icn = 12 kA-200 kA

Gambar 4 Konstruksi MCCB

Baterai dan Battery Charger


Alat yang memiliki sumber energi kimia yang dapat menghasilkan
energi listrik disebut dengan electric cell (sel listrik). Dan ketika beberapa sel
listrik tersebut dihubungkan secara elektrik akan menjadi baterai. Battery
charger ini biasanya sebagai charger yaitu alat ini mendapat suplai listrik
dari sumber PLN atau dari generator itu sendiri. Battery charger untuk
mengisi energi listrik ke accu. Accu ini biasanya berkapasitas 12/24 V, maka
battery charger ini harus dapat mengisi accu sampai kapasitas tersebut.

Current Transformer (CT)


Current Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah suatu
peralatan listrik yang dapat memperkecil arus besar menjadi arus kecil, yang
dipergunakan dalam rangkaianarus bolak-balik. Fungsi CT adalah untuk
memperoleh arus yang sebanding dengan arus yang hendak diukur (sisi
sekunder 5 A atau 1 A) dan untuk memisahkan sirkuit dari sistem yang arus
nya hendak diukur (yang selanjutnya di sebut sirkuit primer) terhadap sirkuit
dimana instrumen tersambung (yang selanjutnya disebut sirkuit sekunder).

Gambar 5 Low Voltage Current Transformer


Pada ATS-AMF yang dirancang, CT yang digunakan untuk memperoleh
arus pengukuran dan pengaman adalah jenis Low Voltage Current
Transformer, yaitu CT yang bekerja pada rating tegangan rendah.

Alat Ukur
Pada ATS-AMF digunakan tiga jenis alat ukur untuk menunjukkan secara
langsung besaran yang ingin diketahui. Alat ukur tersebut yaitu ampermeter,
voltmeter dan frekuensi meter. Amperemeter adalah alat untuk mengukur
kuat arus listrik dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang
secara seri (berderet) dengan elemen listrik.Voltmeter merupakan alat untuk
mengukur beda potensial dalam suatu rangkaian listrik. Untuk mengukur
beda potensial antara dua titik pada suatu komponen, kedua terminal
voltmeter harus dihubungkan dengan dengan kedua titik yang tegangannya
akan diukur sehingga terhubung secara paralel dengan komponen tersebut.
Prinsip kerja dari frekuensi meter ini berdasarkan pada
getaran mekanik sejumlah kepingan plat baja yang tipis membentuk lidahlidah bergetar. Masingmasing memiliki perbedaan frekuensi getar dan relatif
tidak berjauhan satu sama lain. Jika kepingan mendapatkan arus medan
magnet dari arus bolakbalik, maka salah satu lidah akan menimimbulkan
getaran dan beresonansi, memberikan defleksi yang besar sesuai frekuensi
yang ditimbulkan oleh arus bolakbalik tersebut.

III PERAKITAN PANEL ATS-AMF


3.1 Bagian Bagian ATS - AMF dan Fungsinya
Panel ATS- AMF dengan basis modul DSE (Deepsea 4420) PLC yang
diproduksi oleh PT.BMJ mendukung dua operasi transfer atau pemindahan
beban yaitu secara manual dan otomatis.

Gambar 6 Bagian Luar ATS-AMF


Keterangan :
1. Lampu Indikator Catudaya Utama (PLN) Tiap Fasa
2. Lampu Indikator Catudaya Cadangan (Genset) Tiap Fasa
3. Amperemeter Pengukur Arus Beban
4. Voltmeter Pengukur Tegangan Beban
5. Selector Switch untuk Voltmeter
6. Frekuensi meter Pengukur frekuensi
7. Amperemeter dan Voltmeter DC untuk Modul DSE (Deepsea 4420) PLC

8. Modul DSE (Deepsea 4420) PLC pengntrol kerja ATS-AMF


9. Buzzersebagai alrm
10.Lampu indicator Kontaktor Aktif dan Tombol Tekan Catudaya Utama (PLN)
11.Lampu indicator Kontaktor Aktif dan Tombol Tekan Catudaya Cadangan
(Genset)
12.Selector Switch untuk memilih Automatic atau Manual Mode
13.Tombol Tekan Emergency Stop

Gambar 7 Bagian dalam ATS-AMF


Keterangan :
1. Fuse Pengaman untuk mengamankan komponen kontrol yang sensitif
2. MCB Pengaman untuk mengamankan komponen kontrol
3. Relay Kontrol sebagai pemberi logika 1 atau 0 pada rangkaian kontrol

4. Trafo Arus / CT untuk mengkonversi arus


5. Kontaktor sebagai penyambung dan pemutus sumber dan beban
6. Battery Charger sebagai backup listrik untuk modul DSE 4420
7. MCCB pengaman rangkaian daya utama
8. Terminal Kabel Kontrol sebagai tempat berkumpulnya ujung kabel
rangkaian kontrol
9. Terminak Kabel Daya sebagai tempat berkumpulnya ujung kabel rangkaian
daya
3.2 Prinsip Kerja dan Rancangan ATS-AMF
Kondisi yang harus diperhatikan dalam transfer dari catu daya utama (PLN)
ke catu daya cadangan (genset) oleh ATS-AMF adalah dipastikannya beban
tersambung hanya pada satu sumber. Sumber utama saja, atau sumber
cadangan saja. Untuk memenuhi kondisi ini, pada ATS-AMF dibuat sistem
interlock.
Pada rancangan ATS-AMF 10 kVA,380 V, 50 Hz produksi PT. BMJ kerja sistem
interlock dapat dilihat pada gambar singel line diagram berikut:

Gambar 8 Singel line diagram ATS-AMF 10 kVA,380 V, 50 Hz


Dari gambar rancangan diatas diperlihatkan sumber utama masuk ke
ATS-AMF melalui terminal incoming from main/PLN dan sumber cadangan
masuk ke ATS-AMF melalui terminal incoming from generator. Sedangkan
suplay ke beban dari ATS-AMF disambungkan pada terminal outgoing. Untuk
menyambungkan beban dengan sumber digunakan komponen MCCB tiga
fasa 15 A/18 kA dan kontaktor. Ketika beban tersambung dengan PLN maka
kontaktor yang aktif adalah kontaktor main (MC.M). Sedangkan kontaktor
generator (MC.G) tidak akan bisa aktif, karena sebelum disambungkan ke
terminal coil MC.G kabel kontrol disambungkan ke kontak bantu NC kontaktor
main (MC.M). Sedangkan ketika beban tersambung dengan sumber
cadangan (generator) maka kontaktor yang aktif adalah kontaktor generator.
Seperti kondisi pertama kontaktor main tidak akan bisa aktif karena sebelum
disambungkan ke terminal coil MC.M kabel kontrol disambungkan ke kontak
bantu NC kontaktor generator (MC.G).
Kondisi lain yaitu kondisi otomatis yang harus dipenuhi oleh sistem ini adalah
ketika PLN mati maka kontaktor generator harus aktif dan apabila PLN hidup

kembali maka kontaktor main harus aktif kembali dan kontaktor generator
tidak aktif (putus). Semua kondisi diatas akan dilaksanakan secara otomatis
oleh DSE (Deepsea 4420) PLC yang dipasang pada ATS-AMF yang dirancang.
3.3 Perakitan ATS-AMF Dalam merancang dan merakit ATS-AMF hal pertama
yang harus diperhatikan kapasitas mesin (genset) yang akan digunakan
pada sistem, sehingga selanjutnya pemilihan komponen-komponen pada
ATS-AMF dapat dilakukan dengan pertimbangan teknis dan ekonomis.
Langkah selanjutnya (kedua) adalah melakukan perancangan gambar ATSAMF yang disesuaikan dengan spesifikasi kerja yang diinginkan seperti yang
dijelaskan pada subbab prinsip kerja sebelumnya. Berikut adalah langkahlangkah perakitan ATS-AMF 10 kVA,380 V, 50 Hz:
1. Perancangan dan perakitan Box ATS-AMF 10kVA, 380V, 50 Hz
Box yang digunakan berdimensi panjang 600 cm, lebar 250 cm (box 230 cm
dan pintu 20 cm) dan tinggi 800 cm. Terdiri dari box utama untuk komponenkomponen dalam dan pintu sebagai cover serta tempat peralatan interaksi
dan pemantauan.
2. Pemasangan duck (jalur kabel)
Pemasangan duck dilakukan dengan memperhatikan tata letak dari
komponen yang akan dipasang baik di dalam box utama maupun pada pintu
box. Pembuatan duck ini juga memperhatikan rangkaian sehingga
memudahkan tahap perakitan selanjutnya yaitu tahap wirring.
3. Wirring (Pengkabelan)
Tahap wirring dilaksanakan dengan memperhatikan gambar
rancangan.Wirring yang pertama dilakukan adalah untuk kabel daya sesuai
gambar 9.

Gambar 9 Wirring diagram kabel daya


Kabel daya yang digunakan adalah kebel NYAF dengan ukuran 10 mm2.
Wirring tahap dua yang dilakukan adalah untuk kabel kontrol dengan gambar
10 untuk rangkaian kontrol main source dan gambar 11 untuk rangkain
control genset.

Gambar 10 Wirring diagram kabel kontrol main source

Gambar 11 Wirring diagram kabel kontrol genset


Kabel control yang digunakan adalah NYAF 2 mm2.

4. Pemasangan Komponen
Pemasangan dilakukan sesuai dengan gambar rancangan dan alur wirring
yang dilakukan.

IV PENGUJIAN PANEL ATS-AMF


Pengujian dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon panel ini setelah
dirakit. ATS-AMF dinyatakan dapat beroperasi dengan baik
bila kerja ATS-AMF sesuai fungsi yang dikehendaki atau direncanakan saat
perancangan. Pengujian ATS-AMF dilakukan pada dua operasi, yaitu operasi
manual dan operasi otomatis. Pengujuian dua operasi ini dilakukan untuk
memastikan ATS-AMF dapat bekerja pada dua operasi yang diharapakan.
Berikut adalah diagram rangkaian pengujian.

Gambar 12 Blok diagram rangkaian pengujian ATS AMF 4.1


Pengujian Operasi Manual Pengujian manual Dilakukan dengan
menekan tombol tombol yang telah disediakan dengan sebelumnya
memposisikan selector switch operation mode (ket. 12 gambar 8) pada pasisi
1 ( manual ). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja dari
operaasi manual pada ATS-AMF. Prosedur Pengujian dalam kondisi manual
adalah sebagai berikut:
1. Memposisikan selector switch Operation Mode di ATS-AMF pada posisi
1 (manual)
2. Menekan tombol manual operation pada Modul DSE (Deepsea 4420)
PLC sehingga modul beroperasi pada kondisi manual
3. Memposisikan switch Utama perangkat penguji pada posisi ON

4. Memposisikan swicth PLN perangkat penguji pada posisi ON sehingga


ATS-AMF mengindera sumber PLN telah tersambung.
5. Menekan Tombol ON pada Mains Contactor sehingga ATS-AMF
seolah-olah menyalurakan daya dari sumber PLN
6. Memposisikan swicth PLN perangkat penguji pada posisi OFF sehingga
ATS-AMF mengindera sumber PLN telah putus.
7. Menekan tombol START ENGINRE pada Modul DSE (Deepsea 4420) PLC
sehingga ATS-AMF seolah-olah menyalakan Genset
8. Menunggu respon Modul DSE (Deepsea 4420) PLC seolah-olah genset
sedang dinyalakan.
9. Memposisikan swicth Genset perangkat penguji pada posisi ON
sehingga ATS-AMF mengindera sumber Genset telah tersambung.
10.
Menekan Tombol ON pada Genset Contactor sehingga ATS-AMF
seolah-olah menyalurakan daya dari sumber Genset setelah ada
respon genset ready to loading dari modul DSE (Deepsea 4420) PLC.
11.
Memposisikan swicth PLN perangkat penguji pada posisi ON lagi
sehingga ATS-AMF mengindera sumber PLN telah tersambung.
(mengkondisikan seolah-olah sumber PLN telah tersmabung kembali)
12.
Menekan Tombol OFF pada Genset Contactor sehingga ATSAMF memutus daya dari sumber Genset.
13.
.Menekan Tombol ON pada Mains Contactor sehingga ATS-AMF
seolah-olah menyalurakan daya dari sumber PLN kembali.
14.
Menekan tombol STOP ENGINRE pada Modul DSE (Deepsea
4420) PLC sehingga ATS-AMF seolah-olah mematikan Genset.
15.
Memposisikan swicth Genset perangkat penguji pada posisi OFF
sehingga ATS-AMF Genset seolah-olah telah dimatikan. Prosedur di
atas dilakukan pada saat kerja praktek dilaksanakan dan diperoleh
data kondisi swicth dan lampu indikator sebagai berikut:

Dari data dan kelancaran pelaksanaan prosedur di tabel 1 dapat


diketahui bahwa ATS-AMF yang dirakit telah berfungsi dengan baik pada
operasi manual. Komponen-komponen daya maupun kontrol penyusun ATSAMF dapat disimpulkan bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing
karena hasil data menunjukkan lampu indikator menyala sesuai kondisi yang
di inginkan pada perencanaan. Dengan data diatas juga dapat simpulkan
wirring yang dikerjakan telah sesuai dengan gambar rancangan yang dibuat.
Sehingga ATS-AMF dinyatakan siap untuk dipasang pada sistem.
Namun apabila saat melaksanakan prosedur diatas,ATS-AMF tidak
bekerja sesuai dengan fungsi yang telah dirancang maka prosedur akan
dihentikan untuk melakukan pengecekan pada komponen yang tidak bekerja
sesuai harapan atau melakukan pengecekan pada rangkaian (wirring).

4.2 Pengujian Operasi Otomatis


Pengujian Operasi Otomatis yaitu melakukan uji proses pemindahan
beban dari catu daya utama (PLN) ke catu daya cadangan ( Genset ) secara
otomatis apabila sumber dari PLN mengalami gangguan sehingga ATS-AMF

melakukan proses starting Engine sampai generator ready to


loading.Operasi ini dilaksanakan dengan memposisikan selector switch
operation mode (ket.12 gambar 8) pada pasisi 2 ( automatic). Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja dari operaasi otomatis pada ATSAMF.
Kerja operasi otomatis ATS-AMF yang diproduksi dikendalikan secara penuh
oleh dengan Modul DSE (Deepsea 4420) PLC.
Prosedur Pengujian dalam kondisi manual adalah sebagai berikut:
Prosedur Simulasi pemindahan Beban dari sumber PLN ke sumber Genset
1. Memposisikan selector switch Operation Mode di ATS-AMF pada posisi
2 (automatic)
2. Menekan tombol automatic operation pada Modul DSE (Deepsea 4420)
PLC sehingga modul beroperasi pada kondisi otomatis
3. Memposisikan switch Utama perangkat penguji pada posisi ON
4. Memposisikan swicth PLN perangkat penguji pada posisi ON sehingga
ATS-AMF mengindera sumber PLN telah tersambung.
5. Memposisikan swicth PLN perangkat penguji pada posisi OFF (seolaholah sumber PLN mengalami gangguan) sehingga ATS-AMF
mengindera sumber PLN telah putus. Apabila pada tahap ini Modul DSE
(Deepsea 4420) seolah-olah menyalakan Genset maka modul bekerja
sesuai fungsi.
6. Menunggu respon Modul DSE (Deepsea 4420) PLC seolah-olah genset
sedang dinyalakan.
7. Memposisikan swicth Genset perangkat penguji pada posisi ON
(Seolah-olah) genset telah hidup sehingga ATS-AMF mengindera
sumber Genset telah tersambung kemudian menunggu respon genset
ready to loading dari modul DSE (Deepsea 4420) PLC. Apabila tahap ini
berhasil, maka genset contctor akan aktif dan proses pemindahan
beban secara otomatis berhasil dilaksanakan.

Prosedur Simulasi pemindahan Beban dari sumber Genset ke


sumber PLN
8. Memposisikan swicth PLN perangkat penguji pada posisi ON lagi
sehingga ATS-AMF mengindera sumber PLN telah tersambung.
(mengkondisikan seolah-olah sumber PLN telah tersmabung kembali)
9. Menunggu Modul DSE (Deepsea 4420) PLC memutus beban dari
sumber genset.

10.
Menunggu Modul DSE (Deepsea 4420) PLC mengaktifkan main
contactor dan beban berhasil dipindah dari sumber genset kembali ke
sumber PLN.
11.
Menunggu Modul DSE (Deepsea 4420) PLC memerintahkan
genset mati, tahap ini disebut cooling down engine.
12.
Memposisikan swicth Genset perangkat penguji pada posisi OFF
sehingga ATS-AMF mengindera Genset seolah-olah telah dimatikan.

Prosedur di atas dilakukan pada saat kerja praktek dilaksanakan, dan


diperoleh data kondisi swicth dan lampu indikator sebagai berikut:
Tabel 2 Kondisi Pengujian ATS-AMF operasi otomatis

Dari data dan kelancaran pelaksanaan prosedur di atas dapat


disimpulkan bahwa ATS-AMF yang dirakit telah berfungsi dengan baik pada
operasi otomatis, karena lampu indicator menyala sesuai dengan kerja dari
komponen-komponen yang dipasang. Sehingga dapat dinyatakan Modul DSE
(Deepsea 4420) PLC yang dipasang telah beroperasi sesuai fungsinya
mengontrol ATS-AMF pada operasi otomatis sepenuhnya. Komponenkomponen daya maupun kontrol penyusun ATS-AMF juga dapat disimpulkan
bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing dan wirring yang dikerjakan
telah sesuai dengan gambar rancangan yang dibuat.

V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dalam merakit atau membangun sebuah panel ATS-AMF 10kVA, 380V,
50 Hz yang memiliki fungsi otomatis dibutuhkan komponen kontrol dan
komponen daya.

2. Komponen kontrol yang digunakan pada ATS-AMF 10kVA, 380V, 50 Hz


produksi PT.BMJ adalah relay, kontroler berupa modul DSE (Deepsea
4420), tombol tekan, selector, switch dan buzzer.
3. Komponen daya yang digunakan pada ATS-AMF 10kVA, 380V, 50 Hz
produksi PT.BMJ adalah kontaktor, sekering dan MCB, MCCB, baterai
dan battery charger, Current Transformer (CT) dan alat ukur
4. Panel ATS-AM dengan basis modul DSE (Deepsea 4420) PLC yang
diproduksi oleh PT.BMJ mendukung dua operasi transfer atau
pemindahan beban yaitu secara manual dan otomatis..
5. Fungsi utama saat operasi otomatis ATS-AMF sebagai kontrol utama
emergency power yaitu memonitoring dan sensoring catu daya utama
( PLN ), jika PLN mengalami gangguan maka modul ini akan
memberikan perintah kepada Genset untuk melalukan starting serta
memonitoring dan sensoring Genset, apabila genset telah starting dan
running maka module ini akan memonitoring kualitas energi listrik
yang dihasilkan genset sekaligus proteksi.

5.2 Saran
1. Dalam perancangan dan perakitan ATS-AMF hendaknya
memperhatikan efisiensi penggunaan kabel.
2. Pengujian pada ATS-AMF yang telah dirakit akan memberikan respon
realisitis sesuai kondisi saat beroperaasi bila dilakukan dengan sumber
dari genset dan PLN
DAFTAR PUSTAKA
1. Aprilawati, Hidayah. 2007. Perancangan Unit Instalasi Genset Di Pt
Aichi Tex Indonesia Design Installation Unit Of Genset At Pt Aichi Tex
Indonesia. Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Bandung, Bandung.
2. http://bmj-power.com
3. http://democlient.yellowpages.co.id/bmj

Anda mungkin juga menyukai