REPUBLIK INDONESIA
-1-
a.
b.
-2-
Mengingat
c.
1.
2.
3.
4.
-3-
5.
6.
7.
8.
9.
-4-
11.
12.
Menetapkan :
Pasal 1
Peraturan Jaksa Agung ini berisi tentang Petunjuk Pelaksanaan,
wewenang, tugas dan fungsi Penegakan Hukum, Bantuan Hukum,
Pertimbangan Hukum, Tindakan Hukum Lain dan Pelayanan Hukum
di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara.
Pasal 2
Petunjuk Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Jaksa Agung ini.
Pasal 3
Petunjuk Pelaksanaan ini merupakan pedoman bagi Pejabat dan Jaksa
Pengacara Negara di lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia untuk
melaksanakan wewenang, tugas dan fungsi Penegakan Hukum,
Bantuan Hukum, Pertimbangan Hukum, Tindakan Hukum Lain dan
Pelayanan Hukum di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara.
-5-
Pasal 4
Pada saat Peraturan Jaksa ini mulai berlaku:
1. Instruksi Jaksa Agung Nomor INS-001/G/9/1994 tentang
Tata Laksana Penegakan Hukum;
2. Instruksi Jaksa Agung Nomor INS-002/G/9/1994 tentang
Tata Laksana Bantuan Hukum; dan
3. Instruksi Jaksa Agung Nomor INS-003/G/9/1994 tentang
Tata Laksana Pelayanan Hukum, Pertimbangan Hukum dan
Tindakan Hukum Lain
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Peraturan Jaksa Agung ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Jaksa Agung ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 17 November 2015
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
H. M. PRASETYO
-6-
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 17 November 2015
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1727
-7-
LAMPIRAN
PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR PER-025/A/JA/11/2015
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENEGAKAN
HUKUM, BANTUAN HUKUM, PERTIMBANGAN HUKUM, TINDAKAN HUKUM LAIN,
DAN PELAYANAN HUKUM DI BIDANG
PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA
PETUNJUK PELAKSANAAN PENEGAKAN HUKUM, BANTUAN
HUKUM, PERTIMBANGAN HUKUM, TINDAKAN HUKUM LAIN DAN
PELAYANAN HUKUM
DI BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2004 tentang Kejaksaaan Republik Indonesia, Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, Peraturan Jaksa
Agung Republik Indonesia Nomor PER-009/A/JA/01/2011
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Jaksa Agung Nomor
PER-006/A/JA/03/2014 tentang Perubahan atas Peraturan
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-009/A/JA/01/2011
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia,
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-018/A/
JA/07/2014 tentang Standar Operasional Prosedur pada Jaksa
Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara dan
Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor KEP-157/
A/JA/11/2012 tentang Administrasi Perkara Perdata dan Tata
Usaha Negara, dipandang perlu menerbitkan Petunjuk
Pelaksanaan Penegakan Hukum, Bantuan Hukum, Pertimbangan
-8-
-9-
D.
SASARAN
Sasaran Petunjuk Pelaksanaan Penegakan Hukum, Bantuan
Hukum, Pertimbangan Hukum, Tindakan Hukum Lain dan
Pelayanan Hukum di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara ini
adalah :
1. Tercapainya kesamaan persepsi terhadap pengertian,
pemahaman dan pelaksanaan Penegakan Hukum, Bantuan
Hukum, Pertimbangan Hukum, Tindakan Hukum Lain dan
Pelayanan Hukum di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara;
2. Terwujudnya kemudahan dan kelancaran dalam
pelaksanaan Penegakan Hukum, Bantuan Hukum,
Pertimbangan Hukum, Tindakan Hukum Lain dan Pelayanan
Hukum di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara; dan
3. Tercapainya kepastian hukum dalam pelaksanaan
Penegakan Hukum, Bantuan Hukum, Pertimbangan Hukum,
Tindakan Hukum Lain dan Pelayanan Hukum Bidang Perdata
dan Tata Usaha Negara.
ASAS
Pelaksanaan Penegakan Hukum, Bantuan Hukum, Pertimbangan
Hukum, Tindakan Hukum Lain dan Pelayanan Hukum di Bidang
Perdata dan Tata Usaha Negara berdasarkan asas :
1. Cepat, Tepat, Tuntas dan Manfaat
a. Prosedur dan tata cara pelaksanaan Penegakan Hukum,
Bantuan Hukum, Pertimbangan Hukum, Tindakan
Hukum Lain dan Pelayanan Hukum di Bidang Perdata
dan Tata Usaha Negara dilakukan secara cepat, tepat
- 10 -
2.
3.
E.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Peraturan Jaksa Agung ini terbatas pada
pelaksanaan Penegakan Hukum, Bantuan Hukum, Pertimbangan
Hukum, Tindakan Hukum Lain dan Pelayanan Hukum di Bidang
Perdata dan Tata Usaha Negara.
F.
PENGERTIAN UMUM
Dalam Peraturan Jaksa Agung ini yang dimaksud dengan :
1. Negara atau Pemerintah adalah Lembaga/Badan Negara,
Lembaga/Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, Badan
Usaha Milik Negara/Daerah dan Badan Hukum Lain.
- 11 -
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
- 12 -
10.
11.
12.
13.
14.
15.
- 13 -
16.
17.
18.
19.
20.
- 14 -
- 15 -
- 16 -
BAB II
PENEGAKAN HUKUM
A.
KETENTUAN UMUM.
1. Wewenang Jaksa Pengacara Negara
Jaksa Pengacara Negara melakukan Penegakan Hukum
melalui Gugatan/Permohonan ke Pengadilan terhadap
Permasalahan Hukum antara lain:
a. Perkara Tindak Pidana Korupsi yang dihentikan
penyidikannya, karena tidak cukup bukti sedangkan
secara nyata telah ada Kerugian Keuangan Negara.
b. Perkara Tindak Pidana Korupsi yang dihentikan
penyidikannya karena tersangka meninggal dunia
sedangkan secara nyata telah ada Kerugian Keuangan
Negara.
c.
Perkara Tindak Pidana Korupsi yang dihentikan
penuntutannya karena terdakwa meninggal dunia
sedangkan secara nyata telah ada Kerugian Keuangan
Negara.
d. Gugatan perdata terhadap terpidana/ahli waris Perkara
Tindak Pidana Korupsi atas harta kekayaannya yang
diduga hasil Tindak Pidana Korupsi dan belum
dilakukan perampasan setelah terdapat putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
e. Pembatalan perkawinan yang tidak memenuhi
persyaratan hukum.
f.
Permohonan pailit suatu Badan Hukum.
g. Permohonan pembatalan pendaftaran Hak Merek.
h. Permohonan pembatalan pendaftaran Hak Paten.
i.
Permohonan pembubaran Perseroan Terbatas.
j.
Permohonan pembubaran Yayasan.
k. Gugatan Pembayaran Uang Pengganti (PUP).
l.
Permohonan agar Balai Harta Peninggalan
diperintahkan mengusut harta kekayaan serta
kepentingan seseorang yang meninggalkan tempat
tinggalnya, tanpa menunjuk seorang wakil.
m. Permohonan agar seorang ayah/ibu dibebaskan dari
kekuasaannya sebagai orang tua.
- 17 -
n.
2.
3.
4.
B.
MEKANISME
1. Persiapan
a. Umum
1) Terhadap setiap rencana Penegakan Hukum, wajib
dibuat Telaahan Awal oleh Jaksa Pengacara Negara
- 18 -
b.
c.
- 19 -
3)
2.
Pengajuan Gugatan/Permohonan
1) Jaksa Pengacara Negara mendaftarkan Gugatan/
Permohonan kepada Kepaniteraan Pengadilan.
2) Membayar biaya perkara meliputi:
a) Biaya Kantor Kepaniteraan;
b) Biaya panggilan dan pemberitahuan kepada
para pihak; dan
c) Biaya lain-lain.
e. Persidangan
Hukum Acara yang berlaku mengacu pada Peraturan
Perundang-Undangan yang terkait Penegakan Hukum
yang dilakukan.
Pelaksanaan
a. Terkait Tindak Pidana Korupsi
1) Dalam hal Penyidik menyerahkan berkas perkara
Tindak Pidana Korupsi kepada Jaksa Pengacara
Negara karena berdasarkan hasil penyidikan
ditemukan satu atau lebih unsur Tindak Pidana
Korupsi tidak terdapat cukup bukti, sedangkan
secara nyata telah ada kerugian keuangan negara
(Pasal 32 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi), dalam
mengajukan gugatan perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
- 20 -
a)
- 21 -
d)
- 22 -
- 23 -
c)
- 24 -
b.
c.
- 25 -
a)
b)
d.
- 26 -
e)
- 27 -
4)
e.
f.
- 28 -
3)
g.
h.
- 29 -
BAB III
BANTUAN HUKUM
A.
KETENTUAN UMUM
1. Wewenang Jaksa Pengacara Negara
Jaksa Pengacara Negara memberikan Bantuan Hukum
kepada Negara atau Pemerintah untuk bertindak sebagai
pihak, secara non litigasi maupun litigasi dalam Perkara
Perdata, Perkara Tata Usaha Negara, Perkara Uji Materiil
Undang-Undang dan Perkara Uji Materiil terhadap Peraturan
di Bawah Undang-Undang.
2. Administrasi
a. Apabila Kejaksaan mewakili atau sebagai Tergugat/
Tergugat Intervensi/Termohon/Terbantah/Terlawan
dalam Perkara Litigasi atau mewakili dalam Perkara Non
Litigasi dalam rangka Penyelamatan Kekayaan Negara,
pengadministrasian dilakukan pada Direktorat Perdata
pada Kejaksaan Agung/Seksi Perdata pada Kejaksaan
Tinggi/Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara pada
Kejaksaan Negeri,
b. Apabila Kejaksaan mewakili atau sebagai Penggugat/
Penggugat Intervensi/Pemohon/Pembantah/Pelawan
dalam Perkara Litigasi atau mewakili dalam Perkara Non
Litigasi dalam rangka Pemulihan Keuangan Negara
Administrasi, pengadministrasian dilakukan pada
Direktorat Pemulihan dan Perlindungan Hak pada
Kejaksaan Agung/Seksi Pemulihan dan Perlindungan
Hak pada Kejaksaan Tinggi/Seksi Perdata dan Tata
Usaha Negara pada Kejaksaan Negeri.
c.
Apabila Kejaksaan mewakili atau sebagai Tergugat
dalam Perkara Tata Usaha Negara, sebagai Kuasa
Pemerintah dalam Uji Materiil Undang-Undang atau
sebagai Termohon dalam Uji Materiil Peraturan di bawah
Undang-Undang, pengadministrasian dilakukan pada
Direktorat Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Agung/
Seksi Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Tinggi/Seksi
Perdata dan Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Negeri.
- 30 -
3.
4.
B.
MEKANISME
1. Persiapan
a. Umum
1) Terhadap setiap permohonan Bantuan Hukum,
wajib dibuat Telaahan Awal oleh Jaksa Pengacara
Negara, yang ditunjuk oleh Pimpinan, memuat
analisis hukum yang lengkap untuk menentukan
apakah termasuk lingkup tugas dan kewenangan
Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara serta untuk
mengantisipasi adanya benturan kepentingan
(conflict of interest) dengan bidang lain disertai
analis SWOT terhadap kasus/perkara tersebut,
sesuai dengan formulir Administrasi Perkara
Perdata dan Tata Usaha Negara.
2) Apabila dari hasil Telaahan Awal tersebut
disimpulkan bahwa dapat diberikan Bantuan
Hukum, selanjutnya Jaksa Pengacara Negara
melakukan Bantuan Hukum sesuai Prosedur yang
berlaku.
3) Bantuan Hukum terhadap Permasalahan Hukum
Perdata dan Tata Usaha Negara Penting, Pimpinan
Satuan Kerja yang akan melaksanakan Bantuan
- 31 -
b.
- 32 -
d)
e)
f)
g)
h)
i)
- 33 -
- 34 -
2.
- 35 -
c)
d)
e)
f)
- 36 -
g)
b.
- 37 -
- 38 -
(vrijwaring),
menyusun
Gugatan
Rekonvensi, mempersiapkan Alat Bukti
sesuai dengan ketentuan Hukum Acara
yang berlaku.
(4) Jaksa Pengacara Negara dapat melakukan
ekspose di hadapan pimpinan dan Pemberi
Kuasa agar diperoleh masukan dan
petunjuk terhadap Konsep Eksepsi dan
Jawaban.
(5) Jaksa Pengacara Negara wajib melaporkan
setiap kegiatan persidangan kepada
pimpinan dan Pemberi Kuasa sesuai
dengan ketentuan Administrasi Perkara
Perdata dan Tata Usaha Negara.
(6) Ketentuan di atas mutatis-mutandis
berlaku
dalam
hal
Kejaksaan
berkedudukan sebagai Termohon/
Terlawan/ Terbantah dalam Perkara
Perdata dan Tata Usaha Negara atau
Termohon dalam perkara Uji Materiil
terhadap Undang-Undang dan Peraturan
Perundang-undangan di bawah UndangUndang.
c) Sebagai Intervenient
Jaksa Pengacara Negara melaksanakan tugas
berdasarkan Surat Kuasa Khusus dapat
bertindak mewakili Negara atau Pemerintah,
sebagai Intervenient untuk masuk sebagai
salah satu Pihak maupun mewakili
kepentingannya sendiri dalam perkara Perdata
di Pengadilan maupun di forum Arbitrase dan
dalam Perkara Tata Usaha Negara.
2) Tahap Persidangan
a) Persidangan Perkara Perdata
(1) Jaksa Pengacara Negara selaku penerima
kuasa yang ditunjuk dalam Surat Kuasa
Khusus baik sebagai Penggugat/Pemohon
- 39 -
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
- 40 -
- 41 -
- 42 -
- 43 -
(3)
(4)
(5)
(6)
- 44 -
- 45 -
- 46 -
- 47 -
- 48 -
- 49 -
- 50 -
- 51 -
- 52 -
Pengadilan
Tinggi
salah
menerapkan atau melanggar
hukum yang berlaku.
Pengadilan Tinggi lalai memenuhi
syarat-syarat yang diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan
yang mengancam kelalaian
tersebut dengan batalnya putusan
yang bersangkutan.
(d) Keberatan-keberatan tersebut harus
ditujukan
terhadap
putusan
Pengadilan Banding.
(e) Panitera dari pengadilan yang
memutus perkara dalam tingkat
pertama memberikan tanda terima
atas penerimaan memori kasasi, dan
Jaksa Pengacara Negara wajib
menyimpan tanda terima tersebut.
(f) Pihak lawan berhak mengajukan
Kontra Memori Kasasi yang merupakan
surat jawaban terhadap Memori Kasasi
kepada panitera yang bersangkutan
dalam waktu 14 (empat belas) hari
sejak tanggal diterimanya salinan
memori kasasi.
(g) Apabila pihak lawan mengajukan
Kasasi maka Jaksa Pengacara Negara
sebagai Kuasa Termohon Kasasi wajib
membuat dan menyerahkan Kontra
Memori Kasasi kepada Panitera yang
bersangkutan dalam waktu 14 (empat
belas) hari sejak tanggal diterimanya
salinan memori kasasi.
b) Upaya Hukum Luar Biasa
(1) Peninjauan Kembali
(a) Terhadap putusan perkara yang telah
mempunyai kekuatan hukum (inkracht
van gewijsde) dapat diajukan
- 53 -
- 54 -
- 55 -
- 56 -
- 57 -
4)
Eksekusi
a) Eksekusi Perkara Perdata
(1) Eksekusi Putusan Pengadilan
(a) Eksekusi Putusan Pengadilan Perdata
yang telah memperoleh kekuatan
hukum
tetap
hanya
dapat
dilaksanakan terhadap Putusan
condemnatoir, yaitu putusan yang
berisi penghukuman kepada pihak.
(b) Eksekusi Putusan Pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, dapat dilaksanakan secara
sukarela oleh Para Pihak.
(c) Apabila Pihak yang kalah dalam
Putusan tidak mau melaksanakan isi
putusan secara sukarela, maka
pelaksanaan eksekusi dilakukan oleh
Pengadilan Negeri yang memeriksa dan
memutus perkara pada tingkat
pertama dengan cara sebagai berikut:
Eksekusi Riil.
- Amar putusan berisi agar pihak
yang kalah melakukan suatu
tindakan yang nyata atau
tindakan riil.
- Pemohon Eksekusi mengajukan permohonan eksekusi
kepada Ketua Pengadilan
Negeri.
- Ketua Pengadilan Negeri
memerintahkan juru sita
untuk memanggil Pihak yang
kalah untuk diperingatkan
dalam persidangan insidentil
agar menjalankan pemenuhan
putusan sekaligus Ketua
Pengadilan Negeri menentukan
batas waktu pemenuhan
- 58 -
- 59 -
- 60 -
pendaftarannya.
Penjualan barang-barang yang
disita dilakukan dengan
perantaraan kantor lelang,
atau oleh orang yang
melakukan penyitaan itu atau
oleh orang lain yang cakap dan
terpercaya yang ditunjuk oleh
Ketua Pengadilan Negeri, yang
bertempat tinggal dimana
penjualan
akan
diselenggarakan.
(2) Arbitrase
(a) Nasional
Dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal
putusan diucapkan, lembar asli
atau salinan otentik Putusan
Arbitrase
diserahkan
dan
didaftarkan oleh Arbiter atau
kuasanya kepada Panitera
Pengadilan Negeri.
Penyerahan dan pendaftaran
tersebut dilakukan dengan
pencatatan dan penandatanganan
pada bagian akhir atau di pinggir
putusan oleh Panitera Pengadilan
Negeri dan Arbiter atau kuasanya
yang menyerahkan, dan catatan
tersebut
merupakan
akta
pendaftaran.
Arbiter atau kuasanya wajib
menyerahkan putusan dan lembar
asli pengangkatan sebagai arbiter
atau salinan otentiknya kepada
Panitera Pengadilan Negeri.
Semua biaya yang berhubungan
dengan
pembuatan
akta
- 61 -
- 62 -
- 63 -
- 64 -
Terhadap
putusan
Ketua
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
yang mengakui dan melaksanakan
Putusan Arbitrase Internasional
tidak dapat diajukan banding atau
kasasi.
Terhadap
putusan
Ketua
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
yang menolak untuk mengakui dan
melaksanakan suatu Putusan
Arbitrase Internasional dapat
diajukan kasasi. Mahkamah Agung
mempertimbangkan
serta
memutuskan setiap pengajuan
kasasi tersebut dalam jangka
waktu paling lama 90 (sembilan
puluh) hari setelah permohonan
kasasi diterima oleh Mahkamah
Agung.
Setelah Ketua Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat memberikan
perintah
eksekusi
maka
pelaksanaan
selanjutnya
dilimpahkan kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang secara
relatif berwenang melaksanakannya.
Tata cara penyitaan serta
pelaksanaan putusan mengikuti
tata cara sebagaimana ditentukan
dalam Hukum Acara Perdata.
b) Eksekusi Perkara Tata Usaha Negara
(1) Salinan Putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap,
dikirimkan kepada para pihak dengan surat
tercatat oleh panitera pengadilan setempat
atas perintah Ketua Pengadilan yang
mengadili dalam tingkat pertama selambat-
- 65 -
(2)
(3)
(4)
(5)
- 66 -
c)
- 67 -
- 68 -
BAB IV
PERTIMBANGAN HUKUM
A.
KETENTUAN UMUM
1. Wewenang Jaksa Pengacara Negara
Pertimbangan Hukum hanya diberikan kepada Negara atau
Pemerintah, meliputi :
a. Pendapat Hukum (Legal Opinion/LO)
b. Pendampingan Hukum (Legal Assistance/LA)
c. Audit Hukum (Legal Audit)
2. Ruang Lingkup :
a. Pertimbangan Hukum Perdata meliputi pemberian
Pendapat Hukum (Legal Opinion/LO), Pendampingan
Hukum (Legal Assistance/LA) dan Audit Hukum (Legal
Audit) dalam menghadapi permasalahan Hukum
Perdata atau potensi adanya klaim/ tuntutan dari pihak
lain dalam rangka Penyelamatan Keuangan/Kekayaan
Negara.
b. Pertimbangan Hukum Pemulihan dan Perlindungan Hak
meliputi pemberian Pendapat Hukum (Legal Opinion/
LO), Pendampingan Hukum (Legal Assistance/LA) dan
Audit Hukum (Legal Audit) dalam menghadapi
permasalahan Hukum Perdata dalam rangka
Perlindungan atau Pemulihan Keuangan/Kekayaan
Negara.
c.
Pertimbangan Hukum Tata Usaha Negara meliputi
meliputi pemberian Pendapat Hukum (Legal Opinion/
LO), Pendampingan Hukum (Legal Assistance/LA) di
Bidang Bidang Tata Usaha Negara, dalam hal akan/
telah menerbitkan Keputusan TUN dan/atau Peraturan
dalam rangka menegakkan Kewibawaan Pemerintah.
3. Pemberian Pertimbangan Hukum harus dilakukan secara
optimal, obyektif dan sebatas yuridis formal.
4. Pemberian Pertimbangan Hukum dilakukan secara tertulis
dalam bentuk korespondensi, yang membicarakan/
membahas permasalahan yang mengandung aspek Hukum
Perdata dan Tata Usaha Negara, termasuk dalam proses
- 69 -
5.
6.
7.
8.
- 70 -
b.
B.
MEKANISME
1. Persiapan
a. Umum
1) Terhadap setiap permohonan Pertimbangan
Hukum, wajib dibuat Telaahan Awal oleh Jaksa
Pengacara Negara, yang ditunjuk oleh Pimpinan,
memuat analis hukum yang lengkap untuk
menentukan apakah termasuk lingkup tugas dan
kewenangan Bidang Perdata dan Tata Usaha
Negara dan untuk mengantisipasi adanya benturan
kepentingan (conflict of interest) dengan bidang lain
disertai analis SWOT terhadap kasus tersebut,
sesuai dengan formulir Administrasi Perkara
Perdata dan Tata Usaha Negara.
2) Apabila dari hasil Telaahan Awal tersebut
disimpulkan bahwa dapat diberikan Pertimbangan
Hukum, selanjutnya Jaksa Pengacara Negara
melakukan Pertimbangan Hukum sesuai Prosedur
yang berlaku.
3) Pertimbangan Hukum terhadap Permasalahan
Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara Penting,
Pimpinan Satuan Kerja yang akan melaksanakan
Pelayanan Hukum wajib melaporkan secara
berjenjang kepada Jaksa Agung Muda Bidang
Perdata dan Tata Usaha Negara.
4) Pimpinan Satuan Kerja dapat melakukan ekspose
perkara secara berjenjang guna menentukan
langkah dalam proses Pertimbangan Hukum.
- 71 -
b.
2.
- 72 -
- 73 -
- 74 -
- 75 -
4)
b.
- 76 -
c.
- 77 -
- 78 -
BAB V
TINDAKAN HUKUM LAIN
A.
KETENTUAN UMUM
1. Wewenang Jaksa Pengacara Negara
Tindakan Hukum Lain adalah kegiatan Jaksa Pengacara
Negara antara lain untuk menjadi Konsiliator, Mediator dan
Fasilitator dalam penyelesaian suatu sengketa antar Negara
atau Pemerintah.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Untuk keberhasilan Tindakan Hukum Lain, harus
ditunjuk Jaksa Pengacara Negara yang mempunyai
kompetensi sebagai konsiliator, mediator dan fasilitator
serta menguasai Pokok Sengketa/Permasalahan.
b. Jaksa Pengacara Negara harus berpegang pada prinsipprinsip obyektivitas, keadilan, kelayakan dan ketentuan
hukum yang berlaku, untuk menghindari
permasalahan/sengketa hukum.
3. Administrasi
Dilaksanakan pada Direktorat Perdata pada Kejaksaan
Agung, Seksi Perdata pada Kejaksaan Tinggi, Seksi Perdata
dan Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Negeri.
4. Koordinasi
a. Dalam Tindakan Hukum Lain sebagai Fasilitator,
Mediator maupun Konsiliator, bidang Perdata dan Tata
Usaha Negara setelah melakukan Tindakan Hukum
Lain menginformasikan dalam bentuk Nota Dinas
kepada Bidang Intelijen dan Bidang Tindak Pidana
Khusus.
b. Dalam Tindakan Hukum Lain sebagai Fasilitator,
Mediator maupun Konsilitator yang melampaui daerah
hukum satuan kerja Kejaksaan Tinggi maupun
Kejaksaan Negeri, Jaksa Pengacara Negara melalui
pimpinan satuan kerja wajib memberitahukan secara
tertulis kepada Kepala Kejaksaan Tinggi/Kepala
Kejaksaan Negeri setempat. .
5. Apabila terdapat keraguan dalam melakukan Tindakan
Hukum Lain, agar dilaporkan kepada pimpinan secara
berjenjang untuk mendapat petunjuk.
- 79 -
B.
MEKANISME
1. Persiapan
a. Umum
1) Pemberian Tindakan Hukum Lain diawali dengan
adanya Surat Permohonan.
2) Terhadap setiap Permohonan Tindakan Hukum
Lain, wajib dibuat Telaahan Awal oleh Tim Jaksa
Pengacara Negara, yang ditunjuk oleh Pimpinan,
memuat analis hukum yang lengkap untuk
menentukan apakah termasuk lingkup tugas dan
kewenangan Bidang Perdata dan Tata Usaha
Negara dan untuk mengantisipasi adanya benturan
kepentingan (conflict of interest) dengan bidang
lain, sesuai dengan formulir Administrasi Perkara
Perdata dan Tata Usaha Negara.
3) Apabila dari hasil Telaahan Awal tersebut
disimpulkan bahwa dapat diberikan Tindakan
Hukum Lain, maka selanjutnya Tim Jaksa
Pengacara Negara melakukan Tindakan Hukum
Lain sebagaimana permohonan Pemohon, yaitu
sebagai Konsiliator, Mediator atau Fasilitator.
4) Tindakan Hukum Lain terhadap Permasalahan
Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara Penting,
Pimpinan Satuan Kerja yang akan melaksanakan
Tindakan Hukum Lain wajib melaporkan secara
berjenjang kepada Jaksa Agung Muda Bidang
Perdata dan Tata Usaha Negara.
5) Pimpinan Satuan Kerja dapat melakukan ekspose
perkara secara berjenjang guna menentukan
langkah dalam proses Tindakan Hukum Lain.
b. Surat Perintah kepada Jaksa Pengacara Negara
Untuk melakukan Tindakan Hukum Lain, diperlukan
Surat Perintah dari Pimpinan Satuan Kerja kepada Tim
Jaksa Pengacara Negara sesuai formulir Administrasi
Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara.
2. Pelaksanaan
a. Tindakan Hukum Lain yang dilakukan baik sebagai
Konsiliator, Mediator maupun Fasilitator, harus
- 80 -
b.
c.
d.
e.
f.
g.
- 81 -
h.
i.
- 82 -
BAB VI
PELAYANAN HUKUM
A.
KETENTUAN UMUM
1.
Wewenang Jaksa Pengacara Negara
Pelayanan Hukum diberikan untuk memenuhi permintaan
masyarakat yang meliputi orang perorangan dan badan
hukum, secara lisan atau secara tertulis dalam bentuk
konsultasi, pendapat dan informasi di Bidang Hukum
Perdata ataupun Tata Usaha Negara.
2.
Ruang Lingkup Pelayanan Hukum.
a. Pelayanan Hukum terbatas pada permasalahan Perdata
dan Tata Usaha Negara.
b. Jaksa Pengacara Negara tidak melakukan analisa dan
verifikasi secara materil terhadap data dan fakta yang
disampaikan oleh Pemohon, oleh karena itu Jaksa
Pengacara Negara tidak dapat memberikan penilaian
ataupun pembenaran terhadap permasalahan yang
disampaikan, namun hanya memberikan petunjuk
mengenai hak dan kewajiban Pemohon dalam
permasalahan terkait berdasarkan hukum acara serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Administrasi
a. Apabila Kejaksaan memberikan Pelayanan Hukum di
bidang Hukum Perdata yang berhubungan dengan
Penyelamatan Keuangan/Kekayaan Negara,
pengadministrasian dilakukan pada Direktorat Perdata
pada Kejaksaan Agung/Seksi Perdata pada Kejaksaan
Tinggi/Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara pada
Kejaksaan Negeri,
b. Apabila Kejaksaan memberikan Pelayanan Hukum di
bidang Hukum Perdata yang berhubungan dengan
Pemulihan Keuangan Negara, pengadministrasian
dilakukan pada Direktorat Pemulihan dan Perlindungan
Hak pada Kejaksaan Agung/Seksi Pemulihan dan
Perlindungan Hak pada Kejaksaan Tinggi/Seksi Perdata
dan Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Negeri.
- 83 -
c.
4.
5.
6.
B.
MEKANISME
1. Persiapan
a. Umum
1) Terhadap setiap permohonan Pelayanan Hukum,
wajib dibuat telaahan Awal oleh Jaksa Pengacara
Negara yang ditunjuk oleh Pimpinan, memuat analis
hukum yang lengkap untuk menentukan apakah
termasuk lingkup tugas dan kewenangan Bidang
Perdata dan Tata Usaha Negara dan untuk
mengantisipasi adanya conflict of interest dengan
bidang lain, sesuai dengan formulir Administrasi
Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara.
- 84 -
2)
2.
- 85 -
c)
Kasus Posisi
Berisi Posisi Kasus secara singkat.
d) Permasalahan
Berisi pertanyaan atau masalah pokok.
e) Batasan Pelayanan Hukum
Pelayanan Hukum diberikan terbatas pada
analisa yuridis normatif.
f) Analisis
Menguraikan ulasan terhadap kasus dikaitkan
dengan peraturan perundang-undangan yang
relevan.
g) Kesimpulan
Berisi jawaban atas permasalahan pokok
sebagaimana pada huruf d)
h) Saran
Bila diperlukan Jaksa Pengacara Negara dapat
memberikan saran.
2) Berdasarkan kajian Jaksa Pengacara Negara
tersebut, Pimpinan Satuan Kerja memberikan
Pelayanan Hukum dalam bentuk surat kepada
Pemohon Pelayanan Hukum.
- 86 -
BAB VII
BIAYA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
- 87 -
BAB VIII
PELAPORAN
1.
2.
3.
H. M. PRASETYO
- 88 -
- 89 -
- 90 -
- 91 -
- 92 -
- 93 -
Dasar.
Surat perintah (SP-2)..
B.
Kasus Posisi.
Memuat data atau fakta yang berhubungan dengan kasus/perkara
C.
Kegiatan
Cukup jelas
D.
Permasalahan.
Cuklup jelas
E.
Analisa.
Berisi analisa dari permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan.
F.
Kesimpulan
Cukup jelas
G.
,.
JAKSA PENGACARA NEGARA
()
- 94 -