Anda di halaman 1dari 14

Ambrosius AT , Pengaruh Modifikasi Belitan, Hal 33-46

PENGARUH MODIFIKASI BELITAN


STATOR MOTOR INDUKSI
1 FASA ROTOR SANGKAR MENJADI
MOTOR INDUKSI 3 FASA TERHADAP
PERUBAHAN DAYA KELUARAN
Ambrosius Alexander Tino5
Abstrak
Banyaknya industri kecil yang menggunakan motor induksi 1 fasa yang
kontruksinya lebih rumit dari motor induksi 3 fasa sebagai mesin
penggerak, karena memiliki daya rendah dan sumber listrik yang
tersedia adalah sumber listrik 1 fasa. Sedangkan motor induksi 3 fasa
yang tersedia dipasaran memiliki daya dari HP sampai dengan daya
yang besar. Modifikasi belitan stator motor induksi 1 fasa menjadi
motor induksi 3 fasa sebagai upaya untuk memperoleh motor induksi 3
fasa dengan daya yang lebih besar dari motor induksi 1 fasa. Untuk itu
dalam penelitian ini dilakukan modifikasi belitan stator motor induksi 1
fasa rotor sangkar 1 Hp, 110/220 V menjadi motor induksi 3 fasa rotor
sangkar 220/380 V, dan setelah dilakukan modifikasi belitan stator
dengan jumlah kutub yang sama dan dilakukan pengujian, maka daya
keluaran motor mengalami peningkatan yaitu dari 746 watt menjadi
1.018,52 watt atau 36,53% dari daya keluaran motor 1 fasa.
Kata-kata kunci: belitan stator, rotor sangkar, daya keluaran
Abstract
Many small level industries use 1 phase induction motor. While, the
stucture of 1 phase induction motor is more complicated than 3 phase
induction motor. 3 Phase induction motor that are sold has HP power
to greater power.
Modifyng stator winding og 1 phase induction motor into 3 phase
induction motor is an effort to gain 3 phase induction motor with more
power than 1 phase induction motor. Therefore, this research modifies
5

Ambrosius Alexander Tino. Dosen Jurusan Teknik Elektro, Politeknik


Negeri Kupang

33

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, Oktober 2012 ISSN 1693-4024


stator winding of 1 phase induction motor with 1 HP, 110/220 cage
rotor. After stator winding with the same pole number was modified, a
test was conducted. The result is the motor output power increases from
746 Watt into 1.018,52 Watt. It is approxmately 36,53% from output
power of 1 phase inductiom motor.
Keywords: stator winding, squirrel cage rotor, output power

1. PENDAHULUAN
Motor induksi adalah motor arus bolak-balik yang paling
banyak digunakan sebagai motor penggerak di industri, karena
memiliki kelebihan seperti struktur dan konstruksinya yang
kokoh, sederhana dan perawatannya mudah.Dalam pemakaiannya
hampir sebagian mesin penggerak diindustri, menggunakan motor
induksi. Motor induksi menurut jumlah fasanya terdiri dari 2
(dua) jenis yaitu motor induksi 1 fasa dan motor induksi 3
fasa.Yang mana motor induksi 1 fasa banyak digunakan pada
industri kecil, walaupun memiliki daya dan efisiensi yang rendah.
Dengan demikian motor induksi 3 fasa menjadi pilihan
pertama, bila tersedia motor induksi 3 fasa dengan daya rendah
dan telah tersedia sumber listrik 3 fasa. Karena dengan dimensi
dan putaran yang sama, keluaran motor induksi 1 fasa adalah
lebih kecil dari keluaran motor induksi 3 fasa. Dalam memilih
motor induksi, besarnya daya keluaran merupakan salah satu hal
yang perlu dipertimbangkan agar sesuai dengan beban yang
digerakkan.Untuk itu, dilakukan modifikasi belitan stator motor
induksi 1 fasa rotor sangkar 1 HP,110/220V menjadi motor
induksi 3 fasa rotor sangkar 220/380V terhadap daya keluarannya
tanpa merubah dimensi rotor dan statornya.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Motor Induksi 1 Fasa
Motor induksi 1 fasa pada umumnya memiliki daya kecil,
efisiensinya relatif rendah, antara 38% sampai 70%. Inti stator
motor induksi 1 fasa terdiri dari lapisan plat-plat besi (laminasi)
tersusun secara rapi dan ujung-ujungnya diklem. Plat-plat besi
(laminasi) dibentuk sedemikian rupa menjadi alur-alur dan gigigigi alur stator. Sedangkan konduktor rotor dibuat dari batangan
tembaga, alumunium atau alumunium paduan.
34

Ambrosius AT , Pengaruh Modifikasi Belitan, Hal 33-46

2.2 Rangkaian Motor Induksi 1 Fasa


Rangkaian dasar motor induksi 1fasa ditunjukkan dalam
Gambar 1.

Gambar 1. Rangkaian dasar motor induksi 1 fasa (Zuhal, 1993)


Motor induksi satu fasa mempunyai dua kumparan stator
yaitu: kumparan utama (U) dan kumparan bantu (B) yang
digulung pada stator dengan perbedaan sudut 90 listrik.
Kumparan bantu mempunyai tahanan lebih besar dari kumparan
utama, sedangkan reaktansinya dibuat lebih kecil.
2.3 Motor Induksi 3 Fasa
2.3.1 Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Fasa
Bila terminal belitan stator diberi tegangan suplai tiga fasa,
akan timbul medan putar dengan kecepatan ns. Sumber tersebut
pada masing-masing fasanya mempunyai amlitudo yang sama,
frekuensi yang sama dan mempunyai beda fasa sebesar 120
antara fasa yang satu dengan fasa lainnya. Maka ketiga fasa
tersebut akan membangkitkan medan magnet putar dengan
kecepatan sinkron (ns). Putaran medan magnet ini memotong
batang-batang konduktor atau belitan pada sisi rotor. Sehingga
akan timbul tegangan terinduksi pada kumparan rotor. Apabila
rangkaian rotor merupakan suatu rangkaian tertutup maka
tegangan induksi akan menghasilkan arus yang mengalir di dalam
rotor. Adanya arus didalam medan magnet akan menghasilkan
suatu gaya pada rotor. Apabila torsi yang ditimbulkan oleh gaya
rotor ini cukup besar untuk memikul torsi beban, rotor akan
berputar searah dengan medan putar stator.
Persamaan kecepatan sinkron diberikan sebagai berikut :
ns=

60 f

rpm

(1)

Dengan ns : kecepatan sinkron,


f
: frekuensi (Hz)
35

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, Oktober 2012 ISSN 1693-4024

P : Jumlah pasang kutub


Perbedaan kecepatan antara kecepatan medan putar stator (n s) dan
kecepatan berputar rotor (n) disebut dengan slip (s) dinyatakan
dengan :
ns

x100%
(2)
ns
Besarnya slip berubah-ubah berdasarkan besarnya beban :
Pada beban kosong (tanpa beban), slip kecil (n2
Pada beban penuh, slip agak lebih besa (ns > n)

S=

2.3.2 Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi


Rangkaian pengganti dari motor induksi tiga fasa sangat
diperlukan untuk mempermudah analisis dan perhitungan.
Sebuah motor induksi 3 fasa dalam keadaan diam. Stator
kemudian dihubungkan pada jaringan, sedangkan lilitan-lilitan
rotor merupakan rangkaian yang tertutup, baik langsung ataupun
melalui sebuah hambatan.
Medan magnet stator berputar dengan kecepatan:
f1 = p.nS/60

(3)

dimana, p = jumlah pasang kutub


Rotor yang berputar dengan kecepatan n dalam putaran medan
magnet putar (medan stator) yang juga berputar dengan kecepatan
(ns) maka fluksi dari medan stator akan berputar relatif terhadap
rotor dengan kecepatan :
n2 = ns

(4)

dimana, n2 = kecepatan relatif medan stator terhadap rotor.


Maka frekuensi dari tegangan terinduksi adalah
f2 = pn2/60 = p (n2-n) / 60
dengan

s=

ns n
ns

2.3.3 Tegangan terinduksi pada rotor


Pada keadaan rotor diam
(n = 0 atau s = 1)
E2=4,44f2N2kw2 m
36

(5)

(6)

Ambrosius AT , Pengaruh Modifikasi Belitan, Hal 33-46

f2 = f1
E2 = 4,44 f1 N2Kw2 m
Dengan N1 : jumlah lilitan pada stator
N2 : jumlah lilitan pada rotor
Kw1: factor belitan pada stator
Kw2: factor belitan pada rotor
Besarnya tegangan induksi fasa rotor
perbandingan stator dan rotor.
E 2=

(7)

tergantung

N1
E
N2 1

Pada keadaan rotor berputar


f2 = f1s
E2s = 4,44 sf1N2Kw2
Jadi E2s = sE2

pada

(8)

= sE2
(9)

Dengan E2s : Tegangan terinduksi pada saat rotor berputar


dengan slip( s )
Es : Tegangan terinduksi pada saat rotor diam
Tegangan induksi tiap fasa dalam belitan rotor adalah
sebanding dengan slip dan dari persamaan (8) di dapat:
E2s = (N2/N1) sE1
(10)
2.3.4 Reaktansi bocor pada rotor
Pada keadaan rotor diam (s=1)
X2 = wL2 = 2 f1 L2
Pada keadaan rotor berputar
X2S = Wl = 2 2L2
Pada saat keadaan rotor berputar
X2s
= wL=2 = 2 f2L2 = 2 f1L2
X2S = SX2
(11)
dimana X2s = reaktansi pada saat rotor berputar
reaktansi pada saat rotor diam
SX2 =

37

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, Oktober 2012 ISSN 1693-4024

2.3.5 Tahanan pada rotor


Tahanan rotor pada belitan maupun batang rotor pada saat
diam maupun berputar besarnya tetap, artinya tidak terpengaruh
pada perubahan slip.
Apabila sisi primer dijadikan sebagai referensi, maka rangkaian
pengganti motor induksi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian Pengganti Motor Induksi (Soemarwanto,


Hery Purnomo, 2000)
Dimana, I2 : arus motor yang disetarakan pada sisi stator
R2 : tahanan rotor yang disetarakan pada stator
s : slip
Daya yang ditransferkan melalui celah udara (Pem) adalah
Pem=3 (I2

( R12 / S)

(12)

Rugi tahanan rotor (Pcu2 ) adalah


Pcu2 = 3 ( I 12 )2 R2

(13)

Daya mekanik (Pmek)


Pmek2 =3( I 21 )2
Kecepatan rotor (
r

1
R 2 (1

s)

(14)

) radian listrik per detik adalah :

(1 s ) s

(15)

Kopel elektromagnet dapat dihitung dari :


P
Tem = em ; dimana
ws '

ws = kecepatan sudut dari medan putar magnet


ws = 2 ns

38

dengan

Ambrosius AT , Pengaruh Modifikasi Belitan, Hal 33-46

Dan kecepatan sinkron motor adalah ws maka torsi


electromagnet adalah
1 2 1
3( l2 ) ( R2 / s

Tem

(16)

Nm

ws

Dari gambar 4 impedansi Z o yang merupakan hasil paralel


antara Rc dan Xm
Rc jX m
Rc
jX m

Zo =

(17)

Selanjutnya dengan menggunakan theorema Thevenin


disederhanakan rangkaian pada gambar 3 pada terminal a-b.
Z

Vab =

Zab =

0
Z1Z 0

Z1

V
Z1 1

(18)

Z0

Sehingga rangkaian pada gambar 2 menjadi gambar 3.


.

Gambar 3, Penyederhanaan rangkaian dengan teorema Thevenin


(Soemarwanto, Hery purnomo, 2000)
Zab = Rab + jXab
(19)
Vab

I2 =
Rab

1
R2 / s

( X ab

1 2
X2 )

(20)

Dengan menggabungkan persamaan (16) dan (20) didapat


Tem=

2 1
3Vab ( R 2 / s )
1
2
w s ( Rab
R2 / s ) ( X ab

1 2
X2)

(21)

Besarnya slip smaxT agar diperoleh kopel maksimum adalah


Maka besarnya SmaxT
39

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, Oktober 2012 ISSN 1693-4024


s

maxT=

1
R2
2
Rab ( X ab

1 2
X2)

(22)

3. METODE
Metode penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai
berikut :
1) Pengambilan data dari motor induksi 1 fasa yakni data
dari plat nama motor, data belitan stator, ukuran stator,
ukuran alur stator, ukuran rotor yang selanjutnya dari
data-data tersebut dilakukan perhitungan untuk
memodifikasi belitan stator motor induksi 1 fasa menjadi
motor induksi 3 fasa.
2) Memodifikasi atau menggulung belitan 3 fasa pada alur
stator.
3) Melakukan pengujian motor yang meliputi: pengujian
tanpa beban, pengujian rotor ditahan, pengujian dc,
pengujian berbeban dan dari data pengujian tersebut
dapat dihitung parameter dari motor,perhitungan daya,
rugi-rugi dan pengujian kemampuan motor.
4) Mengambil kesimpulan dengan mengacu pada hasil
pengujian, perhitungan dan analisis dari motor induksi
tersebut.
4. PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Pada bagian ini dijelaskan analisis yang dilakukan terhadap
sistem sekarang, analisis kelemahan maupun usulan kebutuhan
sistem yang dikembangkan.
4.1. Data Perancangan
Dalam perancangan memodifikasi belitan stator motor
induksi 1 fasa menjadi motor induksi 3 fasa hanya pada dimensi
stator dan rotor yang tetap.
Daya keluaran ( P)
Tegangan (V)
Arus nominal (I)
Frekuensi (f)
40

: 746 watt
: 110/220 Volt
: 14,6/7,3Amper
: 50 Hz

Ambrosius AT , Pengaruh Modifikasi Belitan, Hal 33-46

Putaran (n)
Diameter stator (D)
Panjang stator (L)
Jumlah alur (S)
Jumlah kutub (p)

: 1400 rpm
: 0,095 m
: 0,056 m
: 36 alur
: 4 kutub

Berdasarkan tabel efisiensi dan faktor daya (Sawhney, 1990)


untuk motor induksi 1 fasa daya 1 Hp, faktor daya = 0,65. Dari
tabel efisiensi dan faktor daya (Sawhney, 1990), untuk motor
induksi 3 fasa, rotor sangkar 4 kutub adalah:
Tabel 1. Tabel Efisiensi dan Faktor Daya
Pout (kW) Efisiensi
Cos
0,75
0,72
0,75
2,2
0,81
0,82
Sedangkan ukuran alur yang diukur langsung dari konstruksi
stator ditunjukan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Bentuk Alur Stator


4.2. Bentuk Gulungan Stator Hasil Modifikasi
Bentuk gulungan stator adalah gulungan terdistribusi dengan
sistem double layar seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Bentuk Gulungan Stator Hasil Modifikasi


41

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, Oktober 2012 ISSN 1693-4024

Tabel 2. Hasil Perancangan


NO

PARAMETER

NOTASI

NILAI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Daya keluaran beban penuh


Tegangan line
Tegangan fasa
Frekuensi
Fasa
Efisiensi
Faktor Kerja
Jumlah kutub
Kecepatan sinkron rps
KVA input
Arus line beban penuh

P
VL
Vf
f
m

1,119 KW
380 V
220 V
50 Hz
3
0,743
0,768
4
25
1,961
2,98A

Cos phi
P
ns
IL

a) Dimensi Utama
Tabel 3. Dimensi Utama
NO
1.
2.
3.
4.

PARAMETER

NOTASI

NILAI

Kerapatan fluks spesifik


Amper konduktor spesifik
Diameter stator
Panjang stator

Bav
ac
Ds
Ls

0,41 Wb/m2
36,289 Ak/m
0,095 m
0,56

b) Stator
Tabel 4. Hasil Perancangan Stator
NO

42

PARAMETER

1.
2.

Belitan
Tipe laminasi

3.
4.
5.
6.
7.

Hubungan
Tegangan line
Fluks per kutub
Lilitan per fasa
Jumlah alur stator

NOTASI

NILAI
Double layer
0,5 mm thick
lohys

Es
Ts
Ss

220V
1,71 x 10-3Wb
606
36

Ambrosius AT , Pengaruh Modifikasi Belitan, Hal 33-46


8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Alur per kutub


Alur per kutub per fasa
Coil span
Faktor distribusi
Faktor kisar
Faktor belitan
Kisar alur
Konduktor per alur
Konduktor :
- Diameter
- Luas

qs
Cs
Kd
Kp
Kws
Yss
Zss
D
as

9
3
8 alur
0,96
0,985
0,9456
8,3
102
0,9 mm
0,596 m2
5 A/mm2

c) Rotor
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tabel 5. Ukuran Rotor


PARAMETER NOTASI
NILAI
Diameter rotor
Lr
56 mm
Panjang rotor
Dr
94,30 mm
Lebar end ring
7,75 mm
Tebal end ring
23,30 mm
Tebal inti rotor
24,6 mm
Diameter ring
93,30 mm

d) Tampilan Mesin
NO

Tabel 6. Tampilan Mesin


PARAMETER
NOTASI

NILAI

1.

Pada beban penuh :


- Daya keluaran

Pout

1119 watt

2.

- Daya masukan

Pin

1506,05 watt

3.

- Efisiensi

4.

- Faktor daya

0,743
Cos phi

0,768

43

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, Oktober 2012 ISSN 1693-4024

4.3. Pengujian
4.3.1 Pengujian Motor Induksi 3 Fasa Hasil Modifikasi
Parameter motor dapat ditentukan dari hasil pengujian tanpa
beban, pengujian rotor ditahan, pengujian dc untuk mengetahui
tahanan belitan stator. Tabel 7, 8, 9,10, 11, 12, 13a, 13b, dan 14
memperlihatkan data hasil pengujian yang telah dilakukan
terhadap motor induksi 3 fasa 1119 Watt, 220 / 380 Volt hasil
modifikasi.
Tabel 7. Data Pengujian Tanpa Beban (Poros Motor Belum
dihubungkan pada Poros Generator)
Vo
(Volt)

Io
(Amper)

P0
(Watt)

N
(rpm)

380

0,95

52

1495

Tabel 8. Data Pengujian Tanpa Beban (Poros Motor dihubungkan


dengan Poros Generator)
Vo (Volt) Io (Amp) P0 (Watt)
n (rpm)
380
0,95
52
1495
Tabel 9. Tabel Data Pengujian Tanpa Beban (Poros Motor Tidak
dihubungkan dengan Poros Generator)
V0
I0
P0
n
(Volt)
(Amp)
(Watt) (rpm)
380
1
150
1490
Tabel 10. Tabel Data Pengujian Rotor Ditahan
V BR
IBR
PBR
(Volt)
(Amper)
(Watt)
175
2,98
425
180
3
500

44

Ambrosius AT , Pengaruh Modifikasi Belitan, Hal 33-46

Tabel 11. Tabel Data Hasil Pengujian DC & Pengujian DC


Belitan Jangkar
Pengujian dc
Belitan jangkar
No
Idc (A)
Vdc (A)
I dc (A)
V dc (V)
1
4,4
0,5
1,9
1,2
2
9
1
2
1,2
3
13,5
1,5
2,4
1,2
4
2,5
1,2
5
2,75
1,2
Sedangkan
pengujian
berbeban,
dilakukan
dengan
menggunakan beban generator DC penguatan medan: 36 Volt dan
arus penguatan, If = 2 Amper, seperti ditunjukkan dalam Tabel
12.
Tabel 12. Data Hasil Pengujian Berbeban
Generator DC
V
I
Pin
Cos
n
No
Va
Ia
(volt) (amp) (watt)
(rpm)
(volt)
(amp)
1
380
1,25
450
0,55
1450
54,2
0,87
2
380
1,3
500
0,58
1450
53
2
3
380
1,4
575
0,62
1440
51,6
3,5
4
380
1,6
750
0,72
1430
51,2
6
5
380
2
1000
0,76
1390
48,2
10
6
380
2,62
1375
0,79
1330
44,2
15
7
380
3
1600
0,81
1290
41,6
18
4.3.2 Penentuan Parameter Motor Induksi 3 Fasa Hasil
Modifikasi.
Dari hasil pengujian dan perhitungan maka diperoleh
parameter motor induksi 3 fasa hasil modifikasi seperti dibawah
ini:
R1 = 9 Ohm/fasa ;
RX1 = 14,64 ohm / fasa
X12 = 14,64 Ohm / fasa
Xm = 215,5 Ohm / fasa

45

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, Oktober 2012 ISSN 1693-4024

5. PENUTUP
Dari hasil modifikasi belitan stator motor induksi 1 fasa
menjadi motor induksi 3 fasa, dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1) Setelah memodifikasi belitan stator dengan jumlah kutub
yang sama, daya keluaran motor mengalami peningkatan
yaitu dari 746 watt menjadi 1018,52 watt atau (36.53% dari
daya keluaran motor 1 fasa).
2) Dari pengujian motor induksi 3 fasa hasil rancangan
diketahui bahwa motor dapat bekerja normal sesuai arus
nominal dan bila diberi beban lebih, akan terjadi kenaikan
suhu atau pemanasan lebih yang dapat merusak isolasi
motor.
6. DAFTAR PUSTAKA
Chapman Stephen J, 1985. Electric machinery Fundamentals. Mc
Graw hill.
Fitzegerald A. E. et al, 1990. Mesin-Mesin Listrik. Edisi ke
empat, Jakarta, Erlangga.
Sawhney A. K. Electrical Machine Design. New Delhi : Dhanfat
Rai & Sons.
Santoso Hari, 2001. Dasar Perancangan Mesin Elektrik. Malang :
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya.
Soemarwanto, Purnomo Hary, 2000. Mesin Elektrik I. Malang :
Jurusan Teknik Elektro. Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya.
Zuhal, 1993. Dasar Teknik Tenaga Listik dan Elektronika Daya.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Proceeding EECCIS, 2010.Teknik Elektro Universitas Brawijaya
Malang.

46

Anda mungkin juga menyukai