Tonsilitis Akut
DD:
Difteri Tonsil:
1. Pseudomembr
ane
2. Bull neck
Tonsilitis Kronis
Etiologi
1. Virus
(tersering)
2. H.
influenzae
3. Strep. betahemolitikus
(30 40%)
Patologi
1. Radang
jaringan
limfoid
(folikel)
2. Oedem
3. Eksudat
detritus
(epitel,
lekosit,
bakteri)
Manifestasi Klinis
Tengg
orok rasa kering
2.
Nyeri
telan hebat &
mendadak
3.
Anak
tidak mau makan
4.
Refe
rred pain
Telinga
5.
Panas
tinggi Anak
kejang
6.
Sakit
kepala
7.
Mual/
muntah/ nyeri
perut (Strep.
beta-hemolitikus)
1.
membesar)
Adenoton
silitis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pemeriksaan
Plum 1.
my voice
Foeto
r ex ore
Ptialis
mus
2.
Tonsil
oedem, hiperemi,
detritus
Ismus
fausium
menyempit
Palatu
m mole, arkus
ant./post.
oedem, hiperemi
Kelenja
r limfe membesar
nyeri tekan
a. Tonsil membesar
b. Tonsil hiperemi
c. Kripta melebar
detritus atau bila
ditekan
d. Arkus ant. & post.
Hiperemi
e. Foetor ex ore
f. Adenoid face
g. Fenomena palatum
mole
Komplikasi
Lokal
- Peritonsilitis (infiltrat
peritonsil)
- Abses peritonsil
- Abses parafaring
Sistemik (Strep. betahemolitikus)
- Glomerulonefritis
akut
- Penyakit jantung
rematik
- Endokarditis bakterial
sub akut
1. Sama dengan
tonsilitis akut
2. Adenotonsilitis
kronik:
- OME
- Sinusitis paranasal
kronik
- Bronkitis kronik
Penatalaksanaan
Istirahat, makan lunak, minum
hangat, analgesik/ antipiretik
(asetosal, parasetamol 34 x
500 mg)
ANTIBIOTIKA
BERAT :
PP 2x0.6 1.2 juta IU/hari I.M
Fenoksimetil pen. 4x500mg/hr selama
10 hari
RINGAN :
Fenoksimetil penisilin 7.5 12.5
mg/kgbb/hari 4x sehari selama 10 hari
Bila terjadi komplikasi :
1.
Abses peritonsil
pungsi insisi
2.
Abses parafaring
pungsi insisi
3.
Sistemik tonsil sbg
fokal infeksi indikasi
tonsilektomi.
1. Serangan akut sama dengan
tonsilitis akut
2. Tonsilektomi/ adenotonsilektomi
kronik
Tonsilofaringitis
Difteri
DD :
1. Tonsilitis
oleh
karena
streptokok
us
2. Mononukl
eosis
ineksiosa
(EBV)
Corynebacteri 1. Infeksi
1.
Malaise,
1. Lokal: membran
um diphtheriae
akut
panas badan
/beslag keabu(gram positif
mukosa,
subfebril, sefalgia
abuan pada: tonsil,
faring dan 2.
Membrana
faring dan uvula
tonsil yg
dapat menyebar
2. Serviko
spesifik
ke laring
limfadenopati :
o.k kuman
regio jugulo
obstruksi laring
difteri.
digastrik (=bull
neck)
3.
4.
5.
Abses
Peritonsiler
DD:
1. Selulitis
atau
infiltrat
peritonsi
a. Strept.
Pyogenes
b. Non-grup A
Strept.
hemolitikus
c. Strept.
pneumonia
e
d. H.
influenzae
e. Strept.
Perluasan
infeksi
dari
kripta-kri
pta tonsil
terutama
di kutub
atas tonsil
(kripta
magna)
menembu
Febris, bisa
mencapai 40o C
Odinobgia,
Drooling,
Trismus,
Hot potato voice,
Sistemik, o.k
penyebaran
eksotoksin
Dapat terjadi
kematian:
Miokarditi
s
Defek
konduksi pd jantung
Aritmia
kegagalan sirkulasi
akut
Trombosit
openia
Neurologi :
3-6
minggu sesudah onset
difteri
Paralisis :
palatum molle,
diafragma, otot-otot
mata, kadang
sindroma GuillainBarre
Perluasan infeksi :
Edema pada
- Ke ruang parafaring
palatum molle &
arkus anterior
turun ke
Uvula terdorong ke
mediastinum
arah yang sehat.
mediastinitis
- Ke intrakranial
Paling sering :
trombosis sinus
terdapat area yang
kavernosus,
bombans sekitar
meningitis dan abses
pole atas tonsil
otak.
Trismus
- Abses pecah
Kadang sulit
a.
b.
ler.
2. Abses
leher
dalam
yang
lain:
abses
parafari
ng
viridans
f. Staphy.
aureus.
s kapsul
tonsil
infeksi &
supurasi
pada
ruang
peritonsile
r
Fokus
infeksi
dari gigi
menjalar
secara
limfogen
periksa dinding
posterior orofaring
Pungsi aspirasi pus
: diagnosis utama
USG intraoral atau
extraoral
CT scan : mahal
spontan aspirasi
pus.
Sepsis.
Tonsilektomi:
a. Indikasi:
I. Umum: Tonsil merupakan sumber infeksi
II. Khusus:
1. Tonsilitis akut residivan
2. Tonsilitis kronik DG
Eksaserbasi akut berulang (4-5X / tahun)
Pada umumnya antara 2-3 minggu setelah drainase pus. Pertimbangan : infeksi yang sudah reda, sedangkan perlekatan belum banyak terjadi
DAFTAR ISTILAH:
1.
2.
3.
4.
Plummy voice: Suara pasien terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas.
Foetor ex ore: Mulut berbau busuk.
Ptialismus: Ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat.
Adenoid face: Mulut selalu membuka, hidung kecil tidak sesuai umur, tampak bodoh, kurang pendengaran karena adenoid terlalu besar menutup torus
tubarius sehingga dapat terjadi peradangan menjadi otitis media, rhinorrhea, batuk-batuk, palatal phenamen negatif.
5. Drooling: Dapat didefinisikan sebagai aliran air liur dari mulut, saat kelebihan air liur diproduksi atau ketika air liur yang tidak dapat dikendalikan.
6. Trismus: Suatu gejala, dimana terjadi kekakuan sendi yang menyebabkan gangguan membuka mulut yang tidak permanen.
7. Hot potato voice: Seperti orang berbisara saat mengunyah kentang panas.