Laporan Apd Gps Kalibrasi Sound Level Meter
Laporan Apd Gps Kalibrasi Sound Level Meter
Oleh :
Nama
NIM
: 14/361787/SV/06051
Asisten
: Alfi Anggorowati
Dosen
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................
A. Tujuan.............................................................
B. Dasar Teori...........................................
D. Skema Percobaan.......................................
E. Tata Laksana..................................................
F. Data Hasil...
G. Analisis Data..
H. Pembahasan..
49
I. Kesimpulann..
52
53
KALIBRASI SOUND LEVEL METER SL-4001 DAN SOUND LEVEL METER 840029
A. Tujuan
1. Mengetahui cara penggunaan Global Positioning System (GPS).
2. Memahami prinsip akuisisi data menggunakan sound level meter (SLM) dengan type
SLM yang berbeda.
3. Memahami cara kalibrasi sound level meter (SLM) di dalam ruang kedap suara
menggunakan Acoustical Calibrator .
4. Membandingkan hasil pengukuran SLM SL-4001 dan SLM 840029.
B. Dasar Teori
Sound Level Meter digunakan untuk dapat mengukur kebisingan antara 30 130
dB dalam satuan dBA dari frekuensi antara 20 sampai 20.000Hz. Penggunaan Sound Level
Meter biasanya dipakai dilingkungan pabrik, seperti untuk menganalisa kebisingan dari
peralatan dipabrik. Misalnya digunakan pada pabrik pupuk, karena dipabrik pupuk terdapat
alat yang berpotensi untuk menimbulkan kebisingan seperti compressor, turbin, pompa
drum, condenser dan lain lain.
Bagian-bagian dari Sound Level Meter antara lain mikropon serta sebuah sirkuit
elektronik termasuk attenuator, skala indicator, 3 jaringan perespon frekuensi dan juga
amplifier. 3 jaringan tersebut telah distandarisasi sesuai dengan standar Sound Level Meter,
yang bertujuan untuk dapat memberikan pendekatan yang tepat dalam pengukuran tingkat
kebisingan total. Respon yang terjadi pada manusia terhadap suara itu bermacam macam,
hal itu sesuai dengan frekuensi dan juga intensitasnya. Sound Level Meter memiliki sebuah
panel LCD, yang merupakan sebuah perangkat yang berdiri sendiri dan digunakan sebagai
pembacaan pada alat ini.
Prinsip kerja sound level meter (SLM) didasarkan pada nilai intensitas bunyi yang
terjadi di tempat itu. Apabila ada objek atau benda yang bergetar, maka terjadilah
perubahan tekanan udara di sepanjang perambatan bunyi itu, dan ditangkap oleh sistem
detektor taraf intensitas. Selanjutnya, penunjuk digital pada layar SLM menunjukkan angka
jumlah dari tingkat kebisingan yang dinyatakan dengan nilai dB.
Model
P-01618-50
Ketelitian
0,5 dB
Power
Dua baterai 9V
Tabung pemeriksa
Kabel penghubung
Panjang 16 cm
C.
Model
840029
Jangkauan
Pembobotan
130 dB
A dan C
Resolusi
0,1 dB
Ketelitian
1,5 dB
Berat total
0,283 kg
Power
Baterai 9V
Dimensi
Panjang (8cm)
Lebar (3,7cm)
Tinggi (1,5 cm)
E. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menyalakan SLM SL 4001 dan SLM 840029 didalam ruang kedap suara secara bersamaan.
3. Menyeting Sound Level Meter (SLM) sesuai petunjuk. (1) ON DC, (2) dB 80-100, (3)
Response S, (4) weighting C.
F. Analisis Data
7
dB
85
84
83
82
81
80
79
78
77
83.9
83.4
82.5
80.2
79.7
79.5
81.5
81.1
80.8
Pengukuran Kebisingan
(Parkiran DTE)
79.9
10
12
Pengukuran ke-
79.8
76.4
73.6
7 3.5
7 3.4
7 3.1
72.5
72.4
71
70.5
75
dB
70
Pengukuran Kebisingan
(Tengah DTS & DTE)
65
0
10
12
pengukuran ke
Grafik 2. Grafik Pengukuran Kebisingan dengan SLM Geofisika di Tengah antara DTS & DTE
80
79
dB
78.7
78
77.3
76.7
77
79 79.1
78.5
78.4
77.8
77.6
Pengukuran Kebisingan
(Depan DTS)
76
75
0
10
12
Pengukuran ke-
80
75
73.8
72.9
72.4
71.7
7 1.7
71
70.9
70 70.9
dB 70
Pengukuran Kebisingan
(Tengah DTS & KH)
65
60
0
10
12
Pengukuran ke-
Grafik 4. Grafik Pengukuran Kebisingan dengan SLM Geofisika di Tengah antara DTS & KH
dB
80
79
78
77
76
75
74
73
78.9
78.6
78.5
78.1
78.1
78.1
77.7
7 7.7
75.7
75.5
10
Pengukuran Kebisingan
(Pojok KH)
12
pengukuran ke-
10
dB
88
87
86
85
84
83
82
81
80
86.9
86.5
84.8
84.1
83.8
82.7 82.7 82.7
83.8
Pojok Milan
82.3
10
12
pengukuran ke-
11
78
77.2
77
dB
76
76
75
76.6
75.7
77.6
77.1
Jalan Milan vs GP
75.6
75
74.8
74
73
0
10
12
Pengukuran ke
Grafik 2. Grafik Pengukuran Kebisingan dengan SLM Elins di Tengah antara Milan & GP
82
81.1
80
80
79.179
78.978.7
dB 78
78.778.6
78
Depan GP
76
74
0
10
12
pengukurn ke
12
78.7
77.8
77.3
76.6
78
76.5
75.3
74.574.5
73.5
71.9
76
dB
74
72
Jalan GP vs SV
70
68
0
10
12
pengukurn ke-
Grafik 4. Grafik Pengukuran Kebisingan dengan SLM Elins di Tengan antara GP & Sekolah
Vokasi
78
77.3
77.9
76
dB
77.3
74.8
74
74.2
75.1
74.8
72.5
72
Pojok SV
72.7
70
68
0
10
12
pengukuran ke-
Grafik 5. Grafik Pengukuran Kebisingan dengan SLM Elins di Pojok Sekolah Vokasi
13
14
Grafik Kesalahan
7
6
5
4
Nilai Kesalahan 3
2
1
0
grafik kesalahan
f(x) = 3.95 exp( -0.17 x )
R = 0.26
Linear (grafik
kesalahan)
Exponential (grafik
kesalahan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengkuran ke-
Grafik 1 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Kesalahan di Pojok Sekolah
Vokasi
15
Grafik Error
10.00
Grafik Error
8.00
6.00
Nilai Error
4.00
2.00
0.00
Exponential (Grafik
Error)
Exponential (Grafik
Error)
10 12
Pengukuran ke-
Grafik 2 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Error di Pojok Sekolah
Vokasi
Grafik Kepresisian
1.2
1
Grafik Kepresisian
0.8
Linear (Grafik
Kepresisian)
Exponential (Grafik
Kepresisian)
0.2
0
8 10 12
Pengukuran ke-
Grafik 3 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Kepresisian di Pojok Sekolah
Vokasi
16
Grafik Ketelitian
8.00
Grafik Ketelitian
6.00
Linear (Grafik
Ketelitian)
2.00
0.00
8 10 12
Linear (Grafik
Ketelitian)
Linear (Grafik
Ketelitian)
Pengukuran Ke-
Grafik 4 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Ketelitian di Pojok Sekolah
Vokasi
2. Pengukuran Kebisingan ( Pojok MIPA )
17
Grafik Kesalahan
4
3
f(x) = 1.23 exp( 0.08 x )
R = 0.34
Nilai Kesalahan 2
Linear (Grafik
Kesalahan)
Exponential (Grafik
Kesalahan)
1
0
Grafik Kesalahan
8 10 12
Pengukuran ke-
Grafik 1 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Kesalahan di Pojok MIPA
Grafik Error
5.00
4.00
3.00
1.00
0.00
Grafik Error
10 12
Pengukuran ke-
Grafik 2 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Error di Pojok MIPA
Grafik Kepresisian
1.2
1
0.8
0.4
Linear (Grafik
Kepresisian)
Exponential (Grafik
Kepresisian)
0.2
0
Grafik Kepresisian
0 2 4 6 8 10 12
Pengukuran ke-
18
Grafik 3 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Kepresisian di Pojok MIPA
Grafik Ketelitian
2.50
Grafik Ketelitian
2.00
Linear (Grafik
Ketelitian)
1.50
Nilai Ketelitian
Linear (Grafik
Ketelitian)
1.00
Linear (Grafik
Ketelitian)
0.50
0.00
10 15
Pengukuran ke-
Grafik 4 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Ketelitian di Pojok MIPA
3. Pengukuran Kebisingan ( Pojok KH )
19
Grafik Kesalahan
1.2
Grafik Kesalahan
Linear (Grafik
Kesalahan)
0.8
0.4
Exponential (Grafik
Kesalahan)
0.2
0
Exponential (Grafik
Kesalahan)
0 2 4 6 8 10 12
Pengukuran ke-
Grafik 1 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Kesalahan di Pojok KH
Grafik Error
1.50
Grafik Error
1.00
Nilai Error
0.50
0.00
0 2 4 6 8 10 12
Pengukuran Ke-
Grafik 2 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Error di Pojok KH
Grafik Kepresisian
1.2
1
f(x) = 0.97 exp( 0 x )
R = 0
0.8
Linear (Grafik
Kepresisian)
Exponential (Grafik
Kepresisian)
0.2
0
Grafik Kepresisian
10 15
Pengukuran ke-
20
Grafik 3 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Kepresisian di Pojok KH
Grafik Ketelitian
1.00
0.80
0.60
Nilai Ketelitian
Linear ()
0.40
Linear ()
0.20
0.00
10
12
Pengukuran ke-
Grafik 4 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Ketelitian di Pojok KH
4. Pengukuran Kebisingan ( Pojok DTE )
21
Grafik Kesalahan
2
Grafik Kesalahan
1.5
Linear (Grafik
Kesalahan)
Nilai Kesalahan
0.5
0
Logarithmic (Grafik
Kesalahan)
0 2 4 6 8 10 12
Pengukuran Ke-
Grafik 1 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Kesalahan di Pojok DTE
Grafik Error
2.00
1.50
Grafik Error
f(x) = -0.16 ln(x) + 1.05
R = 0.04
0 2 4 6 8 10 12
Pengukuran Ke-
Grafik 2 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Error di Pojok DTE
Grafik Kepresisian
1.2
1
0.8
Grafik Kepresisian
f(x) = 0.97 exp( 0 x )
Linear (Grafik
R = 0
Kepresisian)
0.4
Exponential (Grafik
Kepresisian)
0.2
0
0 5 10 15
Pengukuran Ke-
Grafik 3 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Kepresisian di Pojok DTE
22
Grafik Ketelitian
2.00
1.50
Linear (Grafik
Ketelitian)
Logarithmic (Grafik
Ketelitian)
0.50
0.00
Grafik Ketelitian
0 2 4 6 8 10 12
Pengukuran Ke-
Grafik 4 . Grafik Hubungan antara Pengukuran Ke- dengan Nilai Ketelitian di Pojok DTE
23
G. Pembahasan
Telah dilakukan praktikum akuisisi dan Pengelolaan Data di Laboratorium
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada pada tanggal 2 Mei 2016. Pada
praktikum ini dilakukan pengukuran Kalibrasi Sound Level Meter Sl-4001
Dan Sound Level Meter 840029. Tujuan dari praktikum ini adalah
Mengetahui cara penggunaan Global Positioning System
(GPS),
Memahami prinsip akuisisi data menggunakan sound level meter (SLM)
24
dengan type SLM yang berbeda, Memahami cara kalibrasi sound level
meter (SLM) di dalam ruang kedap suara menggunakan Acoustical
Calibrator , Membandingkan hasil pengukuran SLM SL-4001 dan SLM
840029. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Sound
Level Meter (SLM) SL-4001, Sound Level Meter (SLM) 840029, Acoustical
Calibrator, Global Positioning System (GPS),Stopwatch. Pada praktikum ini
dilakukan pengambilan data kebisingan di sekitar lokasi MIPA Selatan, GP
dan SV. Adapun titik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
SLM Geofisika dengan SLM Elins. Pada pengukuran menggunakan SLM
Geofisika dilakukan di titik pojok MIPA Selatan, Jalan antara MIPA selatan
dengan GP, Depan GP, Jalan antara GP dengan SV. Sedangkan pada
pengukuran menggunakan SLM Elins dilakukan pada titik pojok DTE, Jalan
antara DTE dengan DTS, depan DTS, Jalan antara DTS dengan KH dan
pojok KH. Pada setiap titik pojok dilakukan pengambilan data kalibrasi.
Dari data kebisingan tersebut di plotkan pada grafik suffer terlihat tingkat
kebisingan disekitar lokasi MIPA selatan sampai SV. Selain membuat grafik
plot dengan suffer , data hasil kebisingan tersebut juga dianalisis dengan
mencari nilai error, Ketelitian dan kepresisian. Nilai error diperoleh dengan
menggunakan data hasil standart dengan yang diuji dimana data hasil
standart diperoleh dari hasil data pengukuran menggunakan SLM
Geofisika sedangkan yang diuji adalah hasil data menggunakan SLM Elins.
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran tingkat kebisingan di sekitaran
lokasi, nilai kebisingan disetiap titik pengukuran berbeda karena
setiaplokasi tersebut memliki tingkat keramaian yang berbeda beda.
Contohnya pada pojok MIPA selatan dekat dengan jalan raya yaitu
Jl.Kaliurang dan dekat dengan lampu merah, sehingga tingkat
kebisingannya lebih besar jika dibandingkan dengan depan KH . Dari hasil
pengukuran pada SLM Geofisika dan SLM Elins diperoleh nilai eeror,
ketelitian dan kepresisian yang berbeda. Adapun nilai nya adalah sebagai
berikut
Dari hasil praktikum serta analisis dengan banyak data, diperoleh
nilai rata rata sebagai berikut :
1. Hasil Data Pengukuran Multimeter SANWA 5V oleh 1 praktikan
- R
= (512,472000 0,000825 )
- Eror
= (48,758951 0,082483)%
- Ketelitian
= (0,07895293 0,08573641) %
2. Hasil Data Pengukuran Multimeter SANWA 5V oleh 4 praktikan
- R
= (512,8790000,000983 )
- Eror
= (48,712150,098314)%
- Ketelitian
= (0,0983140,089788368) %
3. Hasil Data Pengukuran Multimeter SANWA oleh 1 Asisten
Praktikum
12 V
25
R
= (493,805 0,001092 )
Eror
= (50,61950,10924)%
Ketelitian
= (0,0324980,046189) %
5V
- R
= (505,820,01475 )
- Eror
= (49,41771,4753)%
- Ketelitian
= (0,530593551,4697981) %
4. Hasil Data Pengukuran Multimeter HELES 12 V oleh 1 praktikan
- R
= (1089,586 85,80623 )
- Eror
= (10,276676,82515)%
- Ketelitian
= (8,0368589747,09424) %
5. Hasil Data Pengukuran Multimeter HELES 12 V oleh 4 praktikan
- R
= (1093,6290,0001184 )
- Eror
= (12,356457256069)%
- Ketelitian
= (9,98824,3007) %
-
Dari hasil data dari pengukuran yang dilakukan oleh asisten menggunakan
multimeter SANWA terlihat pada saat pengukuran menggunakan power
supplay 12 V tegangan yang terukur terbaca sevesar sekitaran 6V, hal
tersebut tidak wajar. Karena akan menimbulkan nilai Resistor tidak sesuai
dengan standart yang ditentukan serta menimbulkan nilai eror yang cukup
besar . Dsitu terlihat nilai eror pada pengukuran pertama hampir mencapai
50%, hal tersebut sesuai tegangan yang terukur terbaca sebesar 6V dari 12
V itu sekitaran setengah dari tegangan masukan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa alat tersebut kurang teliti untuk dipakai karena nilai ketelitiannya
sangat kecil.
Dari hasil data data atau kendala-kendala diatas tidak murni adalah salah
dari pengguna, karena pengukuran nilai tegangan dan arus tersebut juga
dipengaruhi faktor2 lain yaitu pada jembatan wengsthon, dimana pada
jembatan wengshton digunakan untuk mengukur hambatan dengan
memabndingkan hambatan yang telah ada (standart). Selain faktor tersebut
juga padasaat pengukuran terkadang dalam menamsang kompone komponen
elektronik juga kadang terputus sehingga diperlukan kembali pemasangan
yang hal tersebut juga mempengaruhi hasil tegangan dan arus yang terbaca.
H. Kesimpulan
1. Jembatan Wenghstone digunakan untuk mengukur nilai suatu
tahanan listrik.
2. Nilai rata rata tegangan arus tahanan rangkaian pada pengujian
menggunakan multimeter SANWA 5V adalah V = 4,91813 V ; I =
0,0096 A ; R = 512,427
3. Nilai rata rata tegangan arus tahanan rangkaian pada pengujian
menggunakan multimeter HELES 12V adalah V = 0,006191 V ; I =
0,001181A ; R = 1105,554
4. Ketelitian
Pengukuran Multimeter SANWA 5V oleh 1 praktikan =
(0,07895293 0,08573641) %
5. Ketelitian Pengukuran Multimeter HELES oleh 1 praktikan
=
(9,98824,3007) %
6. Multimeter HELES nilai ketelitiannya lebih besar dibandingkan
dengan multimeter SANWA
7. Pengukuran yang dilakukan oleh satu orang (Repeatibility) lebih teliti
dibanding nilai yang dilakukan beberapa praktikan (Reproducibility)
27
Daftar Pustaka
[1]
Arya.Mengenal Multimeter.2013.
http://www.alatuji.com/article/detail/45/multimeter#.VRIaLDdVWlQ
. Diakses tanggal 21 februari 2016 pukul 15.35 WIB
[2]
[3]
Reatibility-Presisi.. http://bebekjenius.blogspot.co.id/2014/06/.
Diakses tanggal 21 Februari 2016 pukul 15.06 WIB.
28