PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas dari hubungan antara orang tua dan anak merupakan salah satu
faktor yang paling kuat dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Pemahaman dan pengertian mengenai hubungan ini telah mengubah
pemahaman kita mengenai hal-hal apa yang penting dalam mengasuh dan
membesarkan seorang anak. Istilah attachment atau kelekatan sering digunakan
untuk menjelaskan atau menggambarkan mengenai sifat alami dari sebuah
hubungan, khususnya hubungan orang tua dengan anaknya. Istilah attachment
juga sering disamaartikan dengan bonding (ikatan) dan sering dipertukarkan
secara bergantian dalam penggunaannya. Meskipun demikian, arti atau makna
dari kedua istilah ini memiliki sedikit perbedaan.1,2
Bayi-bayi yang menangis ketika ibunya sedang keluar ruangan
meninggalkannya, anak-anak kecil yang mencari pelukan orang tuanya ketika
merasa disakiti, anak-anak yang bersikeras supaya makan sesuai jadwal
merupakan contoh dari suatu hubungan attachment. Ini merupakan salah satu
faktor kunci yang membentuk dan mendasari hubungan antara orang tua dengan
anak-anaknya.1,2,3
Attachment merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu
hubungan yang berkembang antara seorang bayi dengan orang tuanya atau
pengasuh utamanya pada masa awal kehidupan bayi yaitu tahun ke-2 atau ke-3
dari kehidupannya. Bagaimana hubungan ini terbentuk bergantung pada
bagaimana orang tua menanggapi atau berespons terhadap kebutuhan anaknya
terkait dengan perawatan, perhatian, rasa nyaman, dan keamanan. Attachment ini
berkembang secara bertahap dan berlanjut pada berbagai fase. Perlu diperhatikan
bahwa attachment atau kelekatan mengacu pada perasaan dan tindakan anak
dalam hubungan dan bukan merupakan perasaan orang tua terhadap anaknya.2,3,4
Terdapat beberapa tipe atau pola attachment. Pada umumnya pola atau tipe
kelekatan (attachment) menunjukkan kualitas hubungan yang dirasakan oleh
seorang anak terhadap orang tertentu (orang tua, kakek, nenek, pengasuh dan lain
sebagainya). Pola tersebut mewakili tingkat perasaan aman dan nyaman dari
seorang anak dalam respon atau tanggapan seseorang terhadap kebutuhannya.
Pola pada attachment ini sangatlah penting oleh sebab anak-anak seringkali
menunjukkan perbedaan hasil dalam kesejahteraannya berdasarkan tipe atau jenis
attachment. Beberapa aspek penting dari pertumbuhan anak yang dipengaruhi
oleh kualitas attachment meliputi: anak yang merasa aman dalam kelekatannya
ditemukan lebih bebas mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dan mampu untuk
belajar dengan kepercayaan diri, sedangkan anak yang lain yaitu yang merasa
tidak aman dalam attachment lebih cenderung untuk berjuang atau bersusah payah
untuk menjadi percaya diri dan mempelajari lingkungan di sekitarnya. Anak yang
merasa aman cenderung untuk lebih dikenal dari teman sebayanya dan
menunjukkan interaksi sosial yang lebih positif dengan anak-anak lain, sedangkan
anak yang merasa tidak aman tampaknya lebih sering bersikap bermusuhan,
antisosial, kesulitan dalam berhubungan dengan anak-anak lainnya.5,6
Terdapat beberapa faktor kunci yang dapat mempengaruhi kualitas dari
suatu attachment. Hal tersebut meliputi temperamen atau perangai dari anak itu
sendiri, konteks dari suatu situasi, riwayat pada awal kehidupan, dan lain
sebagainya. Namun demikian, cara dimana orang tua menanggapi dan berinteraksi
dengan anak merupakan faktor kunci untuk mengembangkan dan meningkatkan
suatu attachment atau kelekatan.7,8
Tipe attachment dari anak pada umumnya berkembang berdasarkan pada
persepsi atau pemahaman anak mengenai reliabilitas (sikap dapat dipercaya) dari
pengasuh (orang tua) dalam menyediakan dan memberikan kenyamanan,
dukungan, dan rasa aman kepada anak. Perilaku yang meningkatkan attachment
dan memberikan kesempatan atau peluang untuk interaksi yang penuh arti
meliputi: tersenyum, melihat atau menatap satu sama lain, bersuara satu sama lain,
mengikuti, memeluk, sentuhan fisik dan pelukan, mengeksplorasi lingkungan
sekitar, melakukan interaksi saat memberi makan anak, menangis, dan bermainmain.9,10,11
Penelitian oleh Brotherson mengemukakan dan bahwa orang tua dan
pengasuh anak harus mencari cara untuk memahami kepentingan dari suatu
attachment yang sehat dengan anak kecil serta bekerja dan berusaha untuk
menunjukkan kompetensi sosial yang baik pada masa kanak-kanak serta lebih
populer dikalangan teman sebayanya di prasekolah. Anak-anak ini juga lebih
mampu membina hubungan persahabatan yang intens, interaksi yang harmonis,
lebih responsif dan tidak mendominasi. Sementara itu anak dengan kualitas
kelekatan aman lebih mampu menangani tugas yang sulit dan tidak cepat berputus
asa.14,15
Sebaliknya pengasuh yang tidak menyenangkan akan membuat anak tidak
percaya dan mengembangkan kelekatan yang tidak aman (insecure attachment).
Kelekatan yang tidak aman dapat membuat anak mengalami berbagai
permasalahan yang disebut dengan gangguan kelekatan (attachment disorder).
Telah disebutkan di atas bahwa gangguan kelekatan terjadi karena anak gagal
membentuk kelekatan yang aman dengan figur lekatnya. Hal ini akan membuat
anak mengalami masalah dalam hubungan social. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak yang mengalami gangguan kelekatan memiliki orang
tua yang juga mengalami masalah yang sama dimasa kecilnya. Hal ini menjadi
sebuah lingkaran yang tidak akan terputus bila tidak dilakukan perubahan.2,3,4
Terdapat fakta-fakta dari penelitian mengenai attachment antara orang tua
dan anak. Anak kecil pada normalnya membentuk attachment yang kuat dengan
satu atau dua orang pengasuhnya pada dua tahun pertama kehidupan anak tersebut
dan bukan terhadap banyak orang. Tipe hubungan attachment yang dibentuk oleh
anak sebenarnya membantu anak tersebut dalam membentuk koneksi atau
keterkaitan dengan bahasa, kemampuan atau proses pikir, kontrol motorik, kontrol
emosi di dalam otaknya. Penelitian mengemukakan bahwa pada enam bulan
pertama kehidupan dari anak merupakan masa dimana anak dapat memberikan
respon atau tanggapan yang paling baik terhadap perhatian yang segera dan
konsisten serta kenyamanan juga tidak akan cepat rusak.16,17,18
Pada penelitian oleh Brotherson dikemukakan bahwa sekitar 55 persen
sampai 65 persen dari anak-anak cenderung untuk mengembangkan suatu secure
attachment atau kelekatan yang aman. Kemudian terdapat sekitar 10 persen
sampai 15 persen anak yang cenderung untuk mengalami pola attachment yang
tidak aman (insecure-resistant/ambivalent), sedangkan 20 persen sampai 25
persen menunjukkan pola attachment yang tidak aman dan menghindar (insecure-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Attachment (Kelekatan)
Pemahaman dan pengertian mengenai hubungan telah mengubah
pemahaman kita mengenai hal-hal apa yang penting dalam mengasuh dan
membesarkan seorang anak. Istilah attachment atau kelekatan sering digunakan
untuk menjelaskan atau menggambarkan mengenai sifat alami dari sebuah
hubungan, khususnya hubungan orang tua dengan anaknya. Attachment
merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu hubungan yang
berkembang antara seorang bayi dengan orang tuanya atau pengasuh utamanya
pada masa awal kehidupan bayi yaitu tahun ke-2 atau ke-3 dari kehidupannya.
Bagaimana hubungan ini terbentuk bergantung pada bagaimana orang tua
menanggapi atau berespons terhadap kebutuhan anaknya terkait dengan
perawatan, perhatian, rasa nyaman, dan keamanan. Attachment ini berkembang
secara bertahap dan berlanjut pada berbagai fase. Perlu diperhatikan bahwa
attachment atau kelekatan mengacu pada perasaan dan tindakan anak dalam
hubungan dan bukan merupakan perasaan orang tua terhadap anaknya.2,3,4
Istilah kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya dikemukakan pada
tahun 1958, oleh John Bowlby yaitu seorang ahli psikologi dari Inggris. Kelekatan
merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui
interaksinya dengan orang tertentu (biasanya orang tua) dan mempunyai arti atau
makna khusus dalam kehidupannya. Hubungan ini akan bertahan cukup lama
dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu
atau figur lain pengganti ibu. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
Ainsworth mengenai kelekatan. Kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk
seorang individu dengan individu lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka
dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu. Kelekatan
merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat (attachment
behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut.5,6
Tidak semua hubungan yang bersifat emosional atau afektif dapat disebut
sebagai attachment atau kelekatan. Ciri afektif yang menunjukkan kelekatan yaitu
hubungan yang bertahan cukup lama, ikatan yang tetap terjalin meskipun figur
lekat tidak tampak dalam jangkauan mata anak bahkan jika figur digantikan oleh
orang lain, serta kelekatan dengan figur lekat akan menimbulkan rasa aman bagi
anak.5,6
Anak dapat dikatakan lekat kepada orang lain jika memiliki ciri-ciri antara
lain: mempunyai kelekatan fisik dengan seseorang, menjadi cemas jika berpisah
dengan figur lekatnya, menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali
bersama dengan dia, orientasinya tetap ada pada figur lekat walaupun tidak
melakukan interaksi. Anak memperhatikan gerakan, mendengarkan suara dan
sedapat mungkin mencoba dan berusah mencari perhatian dari figur lekatnya yang
biasanya adalah orang tua.2,3,4
Selama ini orang seringkali menyamakan kelekatan dengan ketergantungan
(dependency), namun sebenarnya kedua istilah tersebut mengandung pengertian
yang berbeda. Ketergantungan anak pada figur tertentu timbul akbiat tidak adanya
rasa aman. Anak tidak dapat melakukan otonomi atau kemadirian jika tidak
mendapatkan rasa aman tersebut. Hal inilah yang akan menimbulkan
ketergantungan pada figur tertentu. Adapun salah satu ciri dari kelekatan yaitu
seorang anak memberikan kepercayaan pada orang lain yang dapat memberikan
ketenangan.2,3,4
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kelekatan (attachment) yaitu suatu hubungan
emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan
individu lainnya yang mempunyai makna khusus, dalam hal ini biasanya
hubungan yang ditujukan pada orang tua atau pengasuhnya. Hubungan yang
dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman
meskipun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak.5,6
B. Teori-Teori Mengenai Kelekatan (Attachment)
Penjelasan mengenai kelekatan dapat dipandang dari berbagai sudut
pandang atau kerangka berpikir. Terdapat beberapa teori yang mencoba
menjelaskan mengenai attachment atau kelekatan, antara lain:
a. Teori Psikoanalisa
Berdasarkan teori psikoanalisa Freud, manusia berkembang melewati
beberapa fase yang dikenal sebagi fase-fase psikoseksual. Salah satu fase
psikoseksual yaitu fase oral, pada fase ini sumber pengalaman anak dipusatkan
pada pengalaman oral yang juga berfungsi sebagai sumber kenikmatan. Secara
natural bayi mendapatkan kenikmatan tersebut dari ibu pada saat bayi menghisap
susu dari payudara atau mendapatkan stimulasi oral dari ibu. Proses ini menjadi
sarana penyimpanan energi libido bayi dan ibu selanjutnya menjadi objek cinta
pertama seorang bayi. Kelekatan bayi dimulai dengan kelekatan pada payudara
ibu dan dilanjutkan dengan kelekatan pada ibu. Penekanannya disini ditujukan
pada kebutuhan dan perasaan yang difokuskan pada interaksi ibu dan anak.3,4,5
Selanjutnya Erickson berusaha menjelaskannya melalui fase terbentuknya
kepercayaan dasar (basic trust). Ibu dalam hal ini digambarkan sebagai figur
sentral yang dapat membantu bayi mencapai kepercayaan dasar tersebut. Hal
tersebut disebabkan oleh ibu yang berperan sebagai sumber pemenuhan
kebutuhan bayi, menjadi sumber untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi serta sumber
kenyamanan. Pengalaman oral dianggap Erickson sebagai prototipe atau model
untuk proses memberi dan menerima (giving and taking).3,4,5
b. Teori Belajar (Learning Theory)
Kelekatan antara ibu dan anak dimulai saat ibu menyusui bayi sebagai
proses pengurangan rasa lapar yang menjadi dorongan dasar. Susu yang diberikan
ibu menjadi pendorong utama dan ibu menjadi pendorong kedua. Kemampuan ibu
untuk memenuhi kebutuhan dasar bayi menjadi dasar terbentuknya kelekatan
(attachment). Teori ini juga mengemukakan bahwa stimulasi yang diberikan ibu
pada bayi, baik itu visual, auditori dan taktil dapat menjadi sumber pembentukan
kelekatan.5,6
c. Teori Perkembangan Kognitif (Cognitive Development Theory)
Kelekatan baru dapat terbentuk apabila bayi sudah mampu membedakan
antara ibunya dengan orang asing serta dapat memahami bahwa seseorang itu
tetap ada walaupun tidak dapat dilihat oleh anak. hal ini merupakan cerminan
konsep permanensi objek yang dikemukakan oleh Piaget. Saat anak bertambah
besar, kedekatan secara fisik menjadi tidak terlalu berarti. Anak mulai dapat
memelihara kontak psikologis dengan menggunakan senyuman, pandangan serta
kata-kata. Anak mulai dapat memahami bahwa perpisahannya dengan ibu bersifat
sementara. Anak tidak merasa telalu sedih dengan perpisahan. Orang tua dapat
mengurangi situasi gangguan (distress) saat perpisahan dengan memberikan
penjelasan pada anak.5,6
10
11
12
13
kadang muncul saat anak tidak memerlukan makanan. Tingkah laku ini membuat
bayi merasa relaks, oleh karena itu tingkah laku ini merupakan bagian tingkah
laku lekat dan mempunyai unsur kedekatan dengan ibu.16,17
E. Figur Lekat
Terdapat dua macam figur lekat, yaitu figur lekat utama dan figur lekat
pengganti. Individu yang selalu siap memberikan respon ketika anak menangis
tetapi tidak memberikan perawatan fisik cenderung dipilih sebagai figur lekat
pengganti. Adapun individu yang kadang-kadang memberikan perawatan fisik
namun tidak bersifat responsif tidak akan dipilih menjadi figur lekat.2,3,4
Adapun kondisi yang dapat menimbulkan kelekatan pada anak pada
seseorang dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Pengasuh Anak
Termasuk pada siapa dan bagaimana pengasuhan dilakukan. Orang yang
paling banyak mengasuh anak adalah orang yang paling sering berhubungan
dengan anak dengan maksud mendidik dan membesarkan anak. Hal ini
menyangkut kualitas hubungan antara pengasuh dan anak, disamping itu pengasuh
anak harus tetap dan berhubungan dengan anak secara berkesinambungan. 2,3,16
b) Komposisi Keluarga
Anak mempunyai kemungkinan untuk memilih salah satu dari orang-orang
yang ada dalam keluarga sebagai figur lekatnya. Figur lekat yang dipilih anak
biasanya adalah orang dewasa yang memenuhi persyaratan pada butir a di atas.
Ibu biasanya menduduki peringkat pertama figur lekat utama anak.2,3,4
Hal ini dapat dipahami karena ibu biasanya lebih banyak berinteraksi
dengan anak dan berfungsi sebagai orang yang memenuhi kebutuhannya serta
memberikan rasa nyaman, namun dalam hal ini kuantitas waktu bukanlah faktor
utama terjadinya kelekatan. Kualitas hubungan menjadi hal yang lebih
dipentingkan. Kualitas hubungan ibu dan anak jauh lebih penting daripada
lamanya mereka berinteraksi karena dengan mengetahui lamanya anak
berinteraksi belum tentu diketahui tentang apa yang dilakukan selama interaksi.
Bayi ditemukan memilih ayah dan orang dewasa lainnya sebagai figur lekat,
padahal bayi menghabiskan waktu lebih banyak bersama ibu. Bayi-bayi ini
14
memiliki ibu yang tidak responsif dan cenderung mengabaikan padahal ibu yang
memberikan perawatan rutin pada bayi. Hal ini disebabkan karena ayah-ayah
jaman sekarang cenderung mau terlibat dalam pemeliharaan anak. Masalahnya
adalah sulit menilai kualitas kelekatan tersebut karena para ayah biasanya sulit
diajak bekerjasama dalam penelitian akibat keterbatasan waktu yang mereka
miliki.16,17
Perkembangan kelekatan terhadap figur tertentu merupakan hasil proses
yang bekerja dalam diri anak, yaitu:
a) Kecenderungan anak untuk melakukan orientasi, melihat dan
mendengarkan suatu kelompok stimuli tertentu dan sejumlah stimuli yang lain.
Hal ini memungkinkan bayi yang masih sangat muda menaruh perhatian khusus
pada orang yang merawatnya (sebagai suatu stimuli).2,3,4
b) Kegiatan belajar memungkinkan bayi belajar tentang atribut persepsual
dari orang yang memberikan perhatian kepadanya dan membedakan orang
tersebut dari orang-orang disekitarnya.2,3
c) Bayi mempunyai kecenderungan untuk mendekati orang yang sudah
dikenalnya dan telah dibedakan dari orang lain. Berdasarkan uraian-uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan figur lekat adalah individuindividu yang dapat memenuhi kebutuhan bayi baik itu kebutuhan fisik maupun
kebutuhan psikologisnya berupa terpenuhinya rasa aman dan nyaman serta
kepastian. Figur lekat biasanya adalah orang yang mengasuh bayi, namun
pengasuh yang hanya memenuhi kebutuhan fisik tetapi tidak responsif terhadap
keinginan dan tingkah laku lekat bayi tidak akan dipilih menjadi figur lekat.2,3,4
F. Fase Perkembangan Kelekatan
Biasanya, masa peka untuk mengembangkan kelekatan adalah pada usia
satu tahun dengan efek yang lebih kuat pada orang yang sering melakukan
interaksi dan berhubungan langsung dengan anak. Pendapat lain mengatakan
bahwa masa kritis bayi adalah dua jam pertama setelah dilahirkan. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa kontak yang dilakukan ibu pada satu jam
pertama setelah melahirkan selama 30 menit akan memberikan pengalaman
mendasar pada anak. Ibu yang segera didekatkan dengan bayinya setelah
15
16
Terjadi pada usia dua sampai empat tahun . Fase ini sama dengan fase
egosentris yang dikemukakan Piaget. Memasuki usia dua tahun anak mulai
mengerti bahwa orang lain memiliki perbedaan keinginan dan kebutuhan yang
mulai diperhitungkannya. Kemampuan berbahasa membantu anak bernegosiasi
dengan ibu atau objek lekatnya. Kelekatan membuat anak jadi lebih matang dalam
hubungan sosial. Bowlby menamakannya goal corrected partnerships, hal ini
membuat anak lebih mampu berhubungan dengan peer dan orang yang tidak
dikenal.2,5
G. Tipe-Tipe Kelekatan (Attachment Types)
Penelitian ilmial mengenai hubungan oranr tua dan anak mengemukakan
bahwa terdapat dua tipe utama dari bentuk kelekatan (attachment) yaitu kelekatan
yang aman (secure attachment) dan kelekatan yang tidak aman (insecure
attachment). Di bawah ini dijelaskan secara singkat mengenai beberapa tipe dari
kelekatan (attachment) :2,5
a) Insecurely Attached Avoidant infant (Type A )
JAnak menolak kehadiran ibu, menampakkan permusuhan, kurang
memiliki resiliensi ego dan kurang mampu mengekspresikan emosi negatif. Selain
itu anak juga tampak mengacuhkan dan kurang tertarik dengan kehadiran ibu.2,5
b) Securely Attached Infant (Type B)
Ibu digunakan sebagai dasar eksplorasi. Anak berada dekat ibu untuk
beberapa saat kemudian melakukan eksplorasi, anak kembali pada ibu ketika ada
orang asing, tapi memberikan senyuman apabila ada ibu didekatnya. Anak merasa
terganggu ketika ibu pergi dan menunjukkan kebahagiaan ketika ibu kembali.2,5
c) Insecurely Attached Resinstant Infant (Type C)
Anak menunjukkan keengganan untuk mengeksplorasi lingkungan. Tampak
impulsive, helpless dan korang kontrol. Beberapa tampak selalu menempel pada
ibu dan bersembunyi dari orang asing. Anak tampak sedih ketika ditinggal ibu dan
sulit untuk tenang kembali meskipun ibu telah kembali. Mampu mengekspresikan
emosi negatif namun dengan reaksi yang berlebihan.2,5
d) Disorganized/ Disoriented Attached (Type D)
17
18
BAB III
KESIMPULAN
Kualitas dari hubungan antara orang tua dan anak merupakan salah satu
faktor yang paling kuat dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Pemahaman dan pengertian mengenai hubungan ini telah mengubah
pemahaman kita mengenai hal-hal apa yang penting dalam mengasuh dan
membesarkan seorang anak. Istilah attachment atau kelekatan sering digunakan
untuk menjelaskan atau menggambarkan mengenai sifat alami dari sebuah
hubungan, khususnya hubungan orang tua dengan anaknya. Istilah attachment
juga sering disamaartikan dengan bonding (ikatan) dan sering dipertukarkan
secara bergantian dalam penggunaannya. Meskipun demikian, arti atau makna
dari kedua istilah ini memiliki sedikit perbedaan.1,2
Bayi-bayi yang menangis ketika ibunya sedang keluar ruangan
meninggalkannya, anak-anak kecil yang mencari pelukan orang tuanya ketika
merasa disakiti, anak-anak yang bersikeras supaya makan sesuai jadwal
merupakan contoh dari suatu hubungan attachment. Ini merupakan salah satu
faktor kunci yang membentuk dan mendasari hubungan antara orang tua dengan
anak-anaknya.1,2,3
Kelekatan (attachment) merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk
pada suatu hubungan yang berkembang antara seorang bayi dengan orang tuanya
atau pengasuh utamanya pada masa awal kehidupan bayi yaitu tahun ke-2 atau ke3 dari kehidupannya. Hubungan ini terbentuk bergantung pada bagaimana orang
tua menanggapi atau berespons terhadap kebutuhan anaknya terkait dengan
perawatan, perhatian, rasa nyaman, dan keamanan. Attachment ini berkembang
secara bertahap dan berlanjut pada berbagai fase. Perlu diperhatikan bahwa
attachment atau kelekatan mengacu pada perasaan dan tindakan anak dalam
hubungan dan bukan merupakan perasaan orang tua terhadap anaknya.2,3,4
Hubungan anak dengan orang tua merupakan sumber emosional dan
kognitif bagi anak. Hubungan tersebut memberi kesempatan bagi anak untuk
mengeksplorasi lingkungan maupun kehidupan sosial. Hubungan anak pada masamasa awal dapat menjadi model dalam hubungan-hubungan selanjutnya.
19
Hubungan awal ini dimulai sejak anak terlahir ke dunia, bahkan sebetulnya sudah
dimulai sejak janin berada dalam kandungan. Masa kritis seorang bayi adalah 12
jam pertama setelah dilahirkan. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
kontak yang dilakukan ibu pada satu jam pertama setelah melahirkan selama 30
menit akan memberikan pengalaman mendasar pada anak. Ibu yang segera
didekatkan pada bayi seusai melahirkan akan menunjukkan perhatian 50% lebih
besar dibandingkan ibu-ibu yang tidak melakukannya.2,16,17
Hubungan kelekatan berkembang melalui pengalaman bayi dengan
pengasuh pada tahun-tahun awal kehidupannya. Intinya adalah kepekaan ibu
dalam memberikan respon atas sinyal yang diberikan bayi, sesegera mungkin atau
menunda, respon yang diberikan tepat atau tidak. Kelekatan adalah suatu
hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu
dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, Hubungan yang dibina
akan bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak
tampak dalam pandangan anak. Sebagian besar anak telah membentuk kelekatan
dengan pengasuh utama (primary care giver) pada usia sekitar delapan bulan
dengan proporsi 50% pada ibu, 33% pada ayah dan sisanya pada orang lain.
Kelekatan bukanlah ikatan yang terjadi secara alamiah. Terdapat serangkaian
proses yang harus dilalui untuk membentuk kelekatan tersebut.2,16,17
Berdasarkan kualitas hubungan anak dengan pengasuh, maka anak akan
mengembangkan konstruksi mental atau internal working model mengenai diri
dan orang lain yang akan akan menjadi mekanisme penilaian terhadap penerimaan
lingkungan. Anak yang merasa yakin terhadap penerimaan lingkungan akan
mengembangkan kelekatan yang aman dengan figur lekatnya (secure attachment)
dan mengembangkan rasa percaya tidak saja pada ibu juga pada lingkungan. Hal
ini akan membawa pengaruh positif dalam proses perkembangannya. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa anak yang memiliki kelekatan aman akan
menunjukkan kompetensi sosial yang baik pada masa kanak-kanak serta lebih
populer dikalangan teman sebayanya di prasekolah. Anak-anak ini juga lebih
mampu membina hubungan persahabatan yang intens, interaksi yang harmonis,
lebih responsif dan tidak mendominasi. Sementara itu anak dengan kualitas
20
kelekatan aman lebih mampu menangani tugas yang sulit dan tidak cepat berputus
asa.2,3,4
Terdapat fakta-fakta dari penelitian mengenai attachment antara orang tua
dan anak. Anak kecil pada normalnya membentuk attachment yang kuat dengan
satu atau dua orang pengasuhnya pada dua tahun pertama kehidupan anak tersebut
dan bukan terhadap banyak orang. Tipe hubungan attachment yang dibentuk oleh
anak sebenarnya membantu anak tersebut dalam membentuk koneksi atau
keterkaitan dengan bahasa, kemampuan atau proses pikir, kontrol motorik, kontrol
emosi di dalam otaknya. Penelitian mengemukakan bahwa pada enam bulan
pertama kehidupan dari anak merupakan masa dimana anak dapat memberikan
respon atau tanggapan yang paling baik terhadap perhatian yang segera dan
konsisten serta kenyamanan juga tidak akan cepat rusak.16,17,18
Penelitian lain menyimpulkan bahwa anak-anak selalu membutuhkan atau
memerlukan lingkungan yang kaya dan variatif untuk menstimulasi otak,
pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Meskipun demikian, suatu
overstimulation atau stimulasi yang berlebihan dapat menyebabkan keadaan
penuh stres dan ketegangan serta memiliki efek-efek yang negatif terhadap
keadaan anak-anak. Terdapat banyak program yang telah dibentuk, dirancang dan
dilakukan untuk menolong atau membantu anak agar dapat membentuk
attachment yang bersifat kuat dan aman.2,3,4
21