Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada guru pembimbing dan temanteman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Amin...

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan di
bumi yang menerima amanat-Nya untuk mengelola kekayaan alam. Sebagai
hamba Tuhan yang mempunyai kewajiban untuk beribadah dan
menyembah Tuhan Sang Pencipta dengan tulus

Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan


dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
Metode Penulisan

Penulis mempergunakan metode kepustakaan dan website yang berkaitan


dengan penulisan makalah ini.
BAB. II
A. Pengertian Hari Kiamat, Tanda/Ciri Dan Macam/Jenis Kiamat (Hari
Akhir)
Pengertian / Arti Definisi Hari Kiamat (Hari Akhir)
Hari kiamat adalah hari akhir kehidupan seluruh manusia dan makhluk hidup di dunia
yang harus kita percayai kebenaran adanya yang menjadi jembatan untuk menuju ke kehidupan
selanjutnya di akhirat yang kekal dan abadi. Iman kepada hari kiamat adalah rukum iman yang
ke-lima. Hari kiamat diawali dengan tiupan terompet sangkakala oleh malaikat isrofil untuk
menghancurkan bumi beserta seluruh isinya.
Hari kiamat tidak dapat diprediksi kapan akan datangnya karena merupakan rahasia Allah SWT
yang tidak diketahui siapa pun. Namun dengan demikian kita masih bisa mengetahui kapan
datangnya hari kiamat dengan melihat tanda-tanda yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Orang yang beriman kepada Allah SWT dan banyak berbuat kebaikan akan menerima imbalan
surga yang penuh kenikmatan, sedangkan bagi orang-orang kafir dan penjahat akan masuk
neraka yang sangat pedih untuk disiksa.
Dengan percaya dan beriman kepada hari kiamat kita akan didorong untuk selalu berbuat
kebajikan, menghindari perbuatan dosa, tidak mudah putus asa, tidak sombong, tidak takabur dan

lain sebagainya karena segala amal perbuatan kita dicatat oleh malaikat yang akan digunakan
sebagai bahan referensi apakah kita akan masuk surga atau neraka.
BAB .III
Macam-Macam / Jenis-Jenis Kiamat
Adapun jenis/ macam-macam kiamat ada dua macam, yakni :
1. Kiamat Sughra/Sughro (Kiamat Kecil)
Kiamat Sughra adalah kiamat kecil yang sering terjadi dalam kehidupan manusia yaitu
kematian. Setelah mati roh seseorang akan berada di alam barzah atau alam kubur yang
merupakan alam antara dunia dan akhirat.
Kiamat sughra sudah sering terjadi dan bersifat umum atau biasa terjadi di lingkungan
sekitar kita yang merupakan suatu teguran Allah SWT pada manusia yang masih hidup untuk
kembali ke jalan yang lurus dengan taubat.
2. Kiamat Kubra/Kubro (Kiamat Besar)
Kiamat kubra adalah kiamat yang mengakhiri kehidupan di dunia ini karena hancurnya
alam semesta beserta isinya. Setelah kiamat besar maka manusia akan menjalani alam setelah
alam barzah / alam kubur .
Kiamat kubra akan terjadi satu kali dan itu belum pernah terjadi dengan kejadian yang
benar-benar luar biasa di luar bayangan manusia dengan tanda-tanda yang jelas dan pada saat itu
segala amal perbuatan tidak akan diterima karena telah tertutup rapat.
Para ulama berbeda pendapat tentang permulaan yang muncul dari tanda kiamat besar.
Tetapi Ibnu Hajar berkata, Yang kuat dari sejumlah berita tanda-tanda kiamat, bahwa
keluarnya Dajjal adalah awal dari tanda-tanda kiamat besar, dengan terjadinya perubahan
secara menyeluruh di muka bumi. Dan diakhiri dengan wafatnya Isa a.s. Sedangkan
terbitnya matahari dari Barat adalah awal dari tanda-tanda kiamat besar yang
mengakibatkan perubahan kondisi langit. Dan berakhir dengan terjadinya kiamat. Ibnu
Hajar melanjutkan, Hikmah dari kejadian ini bahwa ketika terbit matahari dari barat,
maka tertutuplah pintu taubat. (Fathul Bari)

B.
a.

Pengertian Turunnya Dajjal dan Hikmahnya


Pengertian Dajjal
Dajjal berasal dari kata dajjala artinya menutupi (sesuatu). Kamus Lisanul arab
mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut dajjal. Menurut salah satu pendapat ia
disebut dajjal karena ia adalah pembohong yamg menutupi kebenaran dengan kepalsuan.
Dalam Menurut sebuah hadits, dajjal di gambarkan sebagai laki-laki berbadan besar, berkulit
merah, pendek, berambut keriting, dahinya lebar, pundaknya bidang, matanya yang sebelah
kanan buta dan matanya ini tidak menonjol juga tidak tenggelam seperti buah anggur yang
masak dan mata sebelah kirinya di tumbuhi daging tebal pada sudutnya. Diantara kedua matanya
terdapat tulisan huruf kaf,fa,ro, secara terpisah atau tulisan kafir secara berangkai ia juga mandul
(tidak memilik anak).

Dajjal juga disebut dengan nama Al Masih karena salah satu matanya terusap/tertutup
(artinya: buta sebelah). Disebutkan pula bahwa ia dinamakan Al Masih karena dia
mengusap/melewati bumi selama empat puluh hari. Al Masih sendiri kadang ditujukan pada
orang yang shidiq (jujur) yaituIsa AS dan kadang pula Al Masih dimaksudkan untuk orang yang
sesat lagi dusta yaitu Dajjal yang matanya buta sebelah. Keluarnya Dajjal merupakan di antara
tanda datangnya kiamat. Fitnah (cobaan) yang ditimbulkan oleh Dajjal adalah seberat-beratnya
ujian yang akan dihadapi manusia.
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan,


Artinya : "Tidak ada satu pun makhluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang
fitnahnya (cobaannya) lebih besar dari Dajjal." (HR. Muslim no. 2946)
An Nawawi rahimahullah menerangkan, Yang dimaksud di sini adalah tidak ada fitnah dan
masalah yang lebih besar daripada fitnah Dajjal. Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, Rasulullah
SAW berdiri di hadapan manusia lalu memuji Allah SWT karena memang Dialah satu-satunya
yang berhak atas pujian kemudian beliau menceritakan Dajjal. Beliau bersabda,




Artinya : "Aku akan menceritakannya kepada kalian dan tidak ada seorang Nabi pun melainkan
telah menceritakan tentang Dajjal kepada kaumnya. Sungguh Nabi Nuh alaihis salam telah
mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian tentangnya yang tidak pernah
dikatakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya, yaitu Dajjal itu buta sebelah matanya
sedangkan Allah sama sekali tidaklah buta". (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Hikmah diturunkan dajjal
1. Memperingatkan manusia agar selalu berbuat baik dan meninggalkan kemungkaran.
2. Menambah keimanan bagi manusia bahwa hari kiamat itu pasti ada.
3. Mengingatkan kepada manusia bahwa ciri-ciri dajjal itu bermata satu /juling /buta sebelah.
4. Keluarnya dajjal merupakan tanda-tanda datangnya kiamat. Fitnah (cobaan) yang ditimbulkan
oleh dajjal adalah seberat beratnya ujian yang akan dihadapi manusia.
5. Mengingatkan manusia untuk selalu mawas diri, berusaha melawan dajjal dengan berperilaku
sebagaimana akhlak seorang muslim/muslimah.
C. Pengertian Turunnya Nabi Isa as dan Hikmahnya
a.

Pengertian Turunnya Nabi Isa as

Kehadiran 'Isa al-Masih pada periode akhir jaman bisa merupakan satu makna figuratif atau
kiasan dari pemahaman dan kesadaran manusia terhadap ajaran 'Isa al-Masih yang hakiki,
pengajaran yang tidak pernah menyimpang dari hukum Nabi-nabi sebelumnya dan mempunyai
satu relevansi yang erat sekali terhadap pengajaran Nabi Muhammad Saw yang datang setelah
berakhirnya masa kenabian 'Isa al-Masih kepada Bani Israil sekitar 600 tahun sebelum diutusnya
Nabi Muhammad SAW.
b.

Hikmah Diturunkannya Nabi Isa as


Peristiwa besar turunnya Isa ke bumi memiliki hikmah yang amat besar. Di antaranya
adalah:
1.

Membantah klaim Yahudi bahwa merekalah yang membunuh Isa, menyalibnya, dan anggapan
bahwa yang disalib adalah orang terlaknat.

2.

Kenyataan justru membuktikan bahwa Nabi Isa-lah yang membunuh Yahudi sekaligus
pemimpin mereka yakni Dajjal.

3.

D.
a.

Beliau turun tidak membawa agama baru, karena Islam adalah agama paling akhir dan tidak
ada Nabi setelah Muhammad saw. Nabi Isa turun untuk menjadi pengikut umat Muhammad saw,
menjadi hakim (pemimpin) yang adil, menghancurkan salib, membunuh babi, memberlakukan
upeti (jizyah) terhadap non-muslim,dan meluruskan umat untuk kembali kepada ajaran-ajaran
Islam.
Pengertian Turunnya Yajuj dan Majuj dan Hikmahnya
Pengertian Yajuj dan Majuj
Saat menjelang wafat, Nabi Nuh a.s memanggil anak-anaknya untuk menghadap beliau. Maka
Sam a.s segera datang menemuinya, namun kedua saudaranya tidak muncul yaitu Ham dan
Yafits. Akibat dari ketidakpatuhan Ham dan Yafits, Allah kemudian menurunkan ganjaran kepada
mereka. Yafits yang tidak datang karena lebih memilih berdua dengan istrinya, kemudian
melahirkan anak bernama Sannaf. Kelak kemudian Sannaf menurunkan anak yang ganjil. Ketika
dilahirkan, keluar sekaligus anak-anak dalam wujud kurang sempurna. Selain itu ukuran besar
dan bobot masing-masing juga berbeda, ada yang fisiknya besar sedangkan lainnya kecil. Untuk
selanjutnya yang besar kemudian terus tumbuh hingga melebihi ukuran normal (raksasa),
sebaliknya yang bertubuh kecil terus kecil seperti liliput. Mereka kemudian dikenal sebagai
Yajuj dan Majuj.
Selain wujudnya yang ganjil, Yajuj dan Majuj mempunyai nafsu makan yang melebihi
normal. Padahal bilamana mereka makan tumbuhan tertentu maka tumbuhan itu akan berhenti
tumbuh sampai kemudian mati. Demikian pula bila minum air dari suatu tempat maka airnya
tidak akan bertambah lagi. Sehingga banyak sumber-sumber air dan sungai menjadi kering
karenanya. Masyarakat di sekitar mereka pun harus menanggung dampaknya yaitu krisis pangan
dan air. Karena interaksi sosial yang tidak kondusif akibat masalah yang dibawa oleh Yajuj dan
Majuj ini maka mereka kemudian cenderung mengisolasi diri di suatu celah gunung di tengahtengah komunitas induk bangsa-bangsa keturunan Yafits lainnya. Namun bilamana mereka
membutuhkan makan dan minum, akan keluar secara serentak bersama-sama ke daerah-daerah
sekitarnya yang masih belum tersentuh oleh mereka sebelumnya.
Pada masa itu, Allah SWT mengutus salah satu hambaNya yang berkulit kehitaman dengan
dua benjolan kecil di kedua sisi keningnya yang sebenarnya lebih sering tak tampak karena
tertutupi oleh surbannya yaitu Nabi Dzul Qarnain a.s (QS 18:93) untuk menghadang laju Yajuj
dan Majuj. Allah SWT juga mewahyukan kepada Nabi Dzul Qarnain a.s bahwa dinding itu akan
terjaga dan baru akan terbuka bila saatnya tiba yaitu kelak menjelang datangnya Hari Kiamat
(QS 18:98). Kemudian Allah menjadikan gaib (tidak terlihat) lokasi dinding tersebut.
Yajuj dan Majuj yang telah terkurung terus berupaya membuka dinding logam tersebut
dengan segala cara, bahkan dengan menjilatinya karena mereka tahu bahwa benda apapun yang
mereka sentuh dengan mulutnya akan berhenti tumbuh/bertambah, kering atau tergerus. Cara ini
mampu membuat bagian-bagian dinding yang mereka sentuh menjadi tipis. Namun setiap kali
akan berlubang, Allah mengembalikan lagi kondisinya seperti semula. Untuk bertahan hidup
selama terkurung di balik dinding, Allah menumbuhkan sejenis lumut, sebagai satu-satunya
tumbuhan yang dapat terus tumbuh dan justru makin bertambah banyak setiap kali dimakan oleh
masyarakat Yajuj dan Majuj.
Kelak menjelang Kiamat, salah seorang pemimpin mereka mengatakan kata kunci
InsyaAllah maka kemudian terbukalah dinding tersebut sekaligus kegaibannya dari
penglihatan masyarakat luar sebelumnya. Dan Kaum Yajuj dan Majuj yang selama ribuan tahun
terkurung telah berkembang pesat jumlahnya akan turun bagaikan air bah (QS 21:96)
memuaskan nafsu makan dan minumnya di segala tempat yang dapat mereka jangkau di
bumi. Masyarakat muslim termasuk Nabi Isa a.s yang telah terpojok di sebuah gunung (tur) lalu
bersama-sama berdoa kepada Allah agar terhindar dari masalah akibat perbuatan Yajuj dan
Majuj. Kemudian Allah SWT memerintahkan ulat-ulat yang tiba-tiba menembus keluar dari
tengkuk Yajuj dan Majuj yang langsung mengakibatkan kematian mereka secara serentak.

E. Turunnya Imam Mahdi dan Hikmahnya


Rasulullah saw telah bersabda:
"Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga matahari terbit dari arah barat. Maka apabila matahari
sudah terbit dari arah barat, lalu para manusia pun akan beriman seluruhnya. Tetapi kelakuan
mereka yang demikian pada waktu itu sudah tidak berguna lagi, keimanan seseorang yang belum
pernah beriman sebelum peristiwa tersebut atau memang belum pernah berbuat kebaikan dengan
keimanan yang sudah dimilikinya itu."(Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Daud dari
Abu Hurairah)
Hadist diatas, menceritakan salah satu tanda-tanda dari sudah mendekatnya hari kiamah, hari
dimana pengadilan Allah akan segera berlaku bagi para makhluk-Nya. Hari dimana semua
makhluk bernyawa akan diminta pertanggungan jawab atas seluruh perbuatan yang pernah
dilakukan selama hidupnya.
"al-Mahdi akan muncul dari ummatku, Tuhan akan menurunkan hujan untuk manusia, ummat
akan merasa senang, ternak hidup (dengan aman), dan bumi menumbuhkan tumbuhtumbuhannya dan harta akan diberikan dengan merata." (Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dan alHakim dari Abu Sa'id r.a)
Kata al-Mahdi sering dipasangkan oleh orang dengan perkataan Imam yang berarti Pemimpin,
jadi bila disebut sebagai Imam al-Mahdi (baca: Imam Mahdi) maka berarti orang atau pemimpin
yang telah mendapat hidayah atau petunjuk dari Allah. Dengan demikian bisalah kita tarik garis
lurus pengertian ini dengan kriteria apa yang disebut al-Qur'an terhadap orang yang telah
mendapatkan petunjuk Allah. Siapapun bisa menjadi al-Mahdi, Karena petunjuk dan bimbingan
dari Allah itu bisa ada pada manusia manapun diantara hamba-hambaNya yang dikehendaki oleh
Allah sendiri tanpa mesti terikat dengan satu individu tertentu.
Begitupun Nabi Muhammad Saw sendiri pernah bersabda :
"Ambillah hikmah dan jangan merisaukan kamu darimana hikmah itu keluar."
Jadi bisa saja seorang yang kafir mendapatkan bimbingan oleh Allah dalam hal ilmu duniawi,
akan tetapi dia hampa dari bimbingan Allah untuk ilmu akhirat. Sebaliknya melalui tangantangan orang-orang kafir inilah Allah membuktikan kebesaran-Nya sekaligus mengajarkan
kepada kaum Muslimin atas kebenaran risalah Rasul-Nya.
Nabi Muhammad Saw memberikan tamsilan bahwa pada masa itu manusia akan keluar dari arah
timur, yaitu dari arah umumnya matahari terbit setiap harinya kemudian menyerahkan kekuasaan
kepada al-Mahdi yang memiliki pengertian tenggelamnya cendikiawan-cendikiawan Muslim dari
asal kelahiran Islam kedalam perpecahan dan kebodohannya telah menghantarkan kemegahan
dan kebenaran risalah Allah kepada orang-orang Barat.
Mahdi Menurut Bahasa
Mahdi artinya penunjuk jalan; pemimpin. Imam Mahdi adalah pemimpin (yang dianggap suci)
yang akan datang ke dunia apabila hari kiamat hampir tiba. Mahdi dari bahasa Arab (AlMahdiyy), artinya orang yang dipimpin Allah kepada kebenaran. Mahdi adalah salah satu julukan
bagi imam suci yang kedua belas.
Nama Imam Mahdi
Nama Imam Mahdi adalah Muhammad, sedangkan nama ayahnya adalah Abdullah. Jadi, nama
Imam Mahdi dan nama ayahnya sama dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Begitu pula Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan mengenai Imam Mahdi,

Dia berasal dari keluargaku. Namanya (yaitu Muhammad) sama dengan namaku. Nama
ayahnya (yaitu Abdullah) pun sama dengan nama ayahku.

Imam Mahdi berasal dari keturunan Fathimah, putri Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Nabi SAW bersabda:

Imam Mahdi adalah dari keluargaku dari keturunan Fathimah.
Hadits di atas menunjukkan bahwa Imam Mahdi berasal dari keturunan Nabi shallallahu alaihi
wa sallam, yaitu dari jalur Fathimah. Inilah pendapat yang tepat.
Di Masa Imam Mahdi akan Tersebar Kemakmuran dan Keadilan
Di masa Imam Mahdi akan penuh dengan keadilan dan kemakmuran, berbeda dengan masamasa sebelumnya. Di zaman beliau, harta begitu melimpah, banyak ditumbuhi tanaman dan
semakin banyak hewan ternak. Dari Abu Said Al Khudri, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,




Imam Mahdi berasal dari keturunanku. Beliau memiliki dahi yang lebar dan hidung yang
mancung. Di masanya, akan tersebar keadilan di muka bumi, sebagaimana sebelumnya penuh
dengan kezholiman dan kelaliman. Beliau akan berkuasa selama 7 tahun.

Juga dari Abu Said Al Khudri, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Akan ada pada umatku Al Mahdi. Jika masanya pendek (dia memerintah) selama 7 tahun, jika
tidak maka 9 tahun. Pada masa itu umatku akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah
mereka rasakan sebelumnya. Mereka akan memperoleh banyak makanan dan mereka tidak akan
menyimpannya. Pada saat itu, harta begitu melimpah. Ada seseorang yang mengatakan, Wahai
Imam Mahdi, berilah aku sesuatu. Lalu beliau mengatakan, Ambillah.
Dalam riwayat Tirmidzi dikatakan,
Datanglah seseorang kepada Imam Mahdi, lalu dia berkata, Wahai Imam Mahdi, berikanlah
aku sesuatu, berikanlah aku sesuatu. Lalu Nabi berkata, Imam Mahdi pun menuangkan
sesuatu di pakaiannya yang ia tidak sanggup memikulnya
Dalam riwayat Al Hakim juga dikatakan,
Imam Mahdi akan keluar di akhir umatku. (Pada masanya), Allah akan menurunkan hujan,
akan menumbuhkan tanaman di muka bumi, harta akan dibagi secara merata. Binatang ternak
akan semakin banyak, begitu juga umat akan bertambah besar. Imam Mahdi hidup selama 7
atau 8 tahun.
Masa Kekuasaan Imam Mahdi
Disebutkan dalam riwayat At Tirmidzi,

Imam Mahdi akan muncul di tengah-tengah umatku dan ia akan berkuasa selama lima, tujuh
atau sembilan tahun. Ada keraguan dari Zaid, salah seorang periwayat hadits ini.
Al Mubarakfuri menjelaskan, Dalam riwayat dari Abu Said Al Khudri dalam sunan Abu Daud
disebutkan bahwa Imam Mahdi berkuasa selama tujuh tahun dan tidak ada keraguan sama sekali
dari perowi. Begitu pula dalam hadits Ummu Salamah disebutkan pula bahwa Imam Mahdi akan
berkuasa selama tujuh tahun. Di sini juga tanpa disebutkan adanya keraguan dari perowi. Dari
sini, hadits yang menggunakan lafazh tegas lebih didahulukan daripada lafazh yang masih ada

syak (keraguan). Dari penjelasan beliau menunjukkan bahwa yang lebih tepat jika kita katakan,
Imam Mahdi berkuasa selama tujuh tahun. Wallahu alam.
Di mana Imam Mahdi Muncul?
Tidak ada sama sekali riwayat yang shahih yang menunjukkan di manakah tempat munculnya
Imam Mahdi atau waktu kapan keluarnya Imam Mahdi. Akan tetapi, para ulama menjelaskan hal
itu dari kesimpulan beberapa riwayat, namun tidak ditegaskan pasti di mana dan kapan
munculnya.
Imam Mahdi akan muncul dari arah timur (yaitu timur Jazirah Arab). Sebagaimana hal ini
diisyaratkan dalam riwayat Ibnu Majah
Ibnu Katsir mengatakan, Imam Mahdi akan muncul dari arah timur dan bukan dari Sirdab
Samira sebagaimana yang disangkakan oleh Syiah (Rafidhah). Mereka menunggu sampai
sekarang, padahal persangkaan orang Rafidhah itu hanyalah igauan semata, pemikiran yang
sangat lemah dan pemahaman gila yang dimasukkan oleh syaithan. Sanggkaan mereka tidak ada
landasan sama sekali dari Al Quran maupun As Sunnah serta apa yang mereka sangkakan sangat
tidak logis dan tidak sesuai dengan akal yang sehat .
Nabi Isa akan Shalat di Belakang Imam Mahdi
Ketika Nabi Isa alaihis salam turun kembali di akhir zaman, beliau akan shalat di belakang
Imam Mahdi yaitu menjadi makmum di belakangnya.
Dari Jabir bin Abdillah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Sekelompok dari umatku ada yang akan terus membela kebenaran hingga hari
kiamat. Menjelang hari kiamat turunlah Isa bin Maryam. Kemudian pemimpin umat Islam saat
itu berkata, (Wahai Nabi Isa), pimpinlah shalat bersama kami. Nabi Isa pun menjawab,
Tidak. Sesungguhnya sudah ada di antara kalian yang pantas menjadi imam (pemimpin).
Sungguh, Allah telah memuliakan umat ini.
Dalam hadits yang muttafaqun alaih (disepakati Bukhari dan Muslim), Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,

Bagaimana kalian jika Isa bin Maryam turun di tengah-tengah kalian dan imam kalian dari
kalangan kalian sendiri?
Abu Dzar Al Harowiy, dari Al Jauzaqi, dari sebagian ulama masa silam mengatakan bahwa
makna Imamukum minkum (Imam kalian adalah dari kalian sendiri), yaitu imam tersebut
berhukum dengan Al Quran dan bukan dengan Injil.
Ibnu At Tiin mengatakan, Makna Imamukum minkum (Imam kalian adalah dari kalian
sendiri), yaitu bahwa syariat Nabi Muhammad itu akan terus dipakai hingga hari kiamat.
BAB .IV
A.

ASAL NAMA MUTAZILAH


Secara harifah kata mutazilah berasal dari kata Itazala yang berarti berpisah atau
memisahkan diri. Nama ini pada mulanya diberikan oleh orang diluar mutazilah, karena tokoh
pendirinya. Washil bin Atha. Mutazilah berarti memisahkan atau menjauhkan diri dari yang
salah sebagi suatu tindakan terbaik. [1]

B.

SEJARAH MUNCULNYA MUTAZILAH


Kelompok pemuja akal ini muncul di kota Bashrah (Irak) pada abad ke-2 Hijriyah, antara
tahun 105-110 H, tepatnya di masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan dan khalifah
Hisyam bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan

Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha Al-Makhzumi Al-Ghozzali. Ia lahir di kota Madinah
pada tahun 80 H dan mati pada tahun 131 H. Di dalam menyebarkan bidahnya, ia didukung oleh
Amr bin Ubaid (seorang gembong Qadariyyah kota Bashrah) setelah keduanya bersepakat
dalam suatu pemikiran bidah, yaitu mengingkari taqdir dan sifat-sifat Allah. [2]
Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok Mutazilah semakin berkembang dengan
sekian banyak sektenya. Hingga kemudian para dedengkot mereka mendalami buku-buku filsafat
yang banyak tersebar di masa khalifah Al-Makmun. [3]
Mengapa Disebut Mutazilah?
Mutazilah, secara etimologis bermakna: orang-orang yang memisahkan diri. Sebutan ini
mempunyai suatu kronologi yang tidak bisa dipisahkan dengan sosok Al-Hasan Al-Bashri, salah
seorang imam di kalangan tabiin.
C.

Aliran Mutazilah
Aliran mutazilah, sebagai aliran kalam yang bercorak rasional, berpendapat bahwa
perbutan tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang dikatakan baik. Namun, ini tidak berarti bahwa
tuhan tidak mampu melakukan perbuan buruk. Tuhan tidak melakukan perbuatan buruk karena ia
mengetahui keburukan dari perbuatan buruk itu.
Andai kata tuhan melakukan perbuatan buruk, pernyataan bahwa ia menciptakan langit
dan bumi serta segala isinya dengan hak, tentulah tidak benar atau merupak berita bohong.[4]
Dasar pemikiran tersebut serta konsep tentang keadilan tuhan yang sejajar dengan paham
adanaya batasan-batasan bagi kekuasaan dan kehendak tuhan, mendorong kelompok mutazilah
untuk berpendapat bahwa tuhan mempunyai kewajiban terhadap manusia. Kewajiban-kewajiabn
itu dapat disimpulkan dalam satu hal, yaitu kewajiban berbuat baik, bahkan yang terbaik (ashShalah wa al- ashalah) mengonsekuensikan aliran mutazilah memunculkan kewajiban Allah
sebagai berikut :[5]

a.

Kewajiban tidak memberi beban di luar kemampuan manusia.


Memberikan kemampuan di luar kempuan manusia (taklif ma yutaq) adalah bertentangan
dengan faham baik dan terbaik. Hal ini bertentangan dengan faham mereka tentang keadilan
tuhan. Tuhan tidak adil jika memberikan beban yang terlalu berat kepada manusia.

b.

Kewajiban Mengirimkan Rasul


Bagi aliran mutazilah bahwa akal dapat mengetahui hal-hal gai. Pengiriman rasul tidaklah
begitu penting.namun, mereka memasukkan pengiriman rasul kepada umat manusia menjadi
salah satu kewajiban Tuhan. Argumentasi mereka adalah kondisi akal yang tidak dapat
mengetahui setiap apa yang harus diketahui manusia tentang tuhan dan alam gaib. Oleh karena
itu, tuhan berkewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia dengan cara mengirim rasul.
Tanpa rasul, manusia tidak akan memperoleh hidup baik dan terbaik di dunia dan di akhirat
nanti.

c.

Kewajiban Menepati Janji (Al-Wad ) dan Ancaman (Al-Waid)


Janji dan ancaman merupakan salah satu dari lima dasar kepercayaan aliran mutazilah. Hal ini
erat hubungannya dengan dasar keduannya yaitu keadilan. Tuhan akan bersifat tidak adil jika
tidak menepati janji untuk memberikan pahal untuk orang yang berbuat baik;dan menjalankan
ancaman bagi orang yang berbuat jahat. Selanjutnya keadaan tidak menepati janji dan tidak
menjalankan ancaman bertentangan dengan maslahat dan kepentingan manusia. Oleh karena itu,
menati janji dan menjalankan ancaman adalah wajib bagi tuhan.[6]
Mutazilah mempunyai asas dan landasan yang selalu dipegang erat oleh mereka, bahkan di
atasnya-lah prinsip-prinsip mereka dibangun.

Asas dan landasan itu mereka sebut dengan Al-Ushulul-Khomsah (lima landasan pokok).
Adapun rinciannya sebagai berikut:
D.

LIMA AJARAN MUTAZILAH

Lima ajaran yang dirumuskan oleh, Abu Huzail Al-Allaf :


1. Al-tahuhid ( keesaan Allah)
2. Al-Adl (keadilan Allah)
3. Al-Wadwaid ( janji dan ancaman)
4. Al-Manzilah bain al- manzilatain
5. Amar Makhruf dan Mahi Mungkar.
1. Al-thuhid

a.
b.
c.
d.
2.

3.
4.
5.

a.
b.

c.
E.
F.

Al-athuhid ( pengesaan tuhan) merupakan perinsip utama dan inti sari ajaran mutazilah.
Namun, bagi mutazilah, tauhid memiliki arti yang spesifik dari prinsip-prinsip Al-Tahuhid,
lahir beberapa pendapat mutazilah diantaranya
Manafikan sifat-sifat Allah, mutazilah tidak mengakui adanya sifat-sifat pada Allah.
Al-Quran adalah mahkluk, karena itu al-quran diciptakan dan tidak qadim.
Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat kelak.
Tuhan tidak sama dengan mahkluk (tajassum).
Al-Adl ( Keadilan Tuhan).

Mutazilah sangat menekankan bahwa tuhan itu adil dan tidak berlaku lazim pada umat manusia.
Al-Wad Wa Al-Waid ( Janji Baik Dan Ancaman)
Yaitu janji Allah yang akan diberikan pahala kepada orang yang bebuat baik dan menyiksa
orang yang berbuat jasa.
Al_Manzilah Bain Al- Manzilatain
Seorang muslim yang melakukan dosa besar dan tidak sempat bertobat kepada Allah SWT
tidaklah mukmin, tetapi tidak pula kafir.
Amar Makruf dan Nahi Mungkar
Prinsip ini lebih banyak berakaitan dengan masalah hokum atau fiqih. Bahwa amar amkruf dan
Nahi Mungkar harus ditegakkan dan di laksanakan. [7]
Ada beberapa pendapat yang menerangkan apa sebab-sebab maka kaum ini di namakan
kaum mutakzilah, yaitu :
Di Bagdad terdapat seorang ulama besar namanya Syekh Hasan Basyryi (w.110H) orang-orang
pada saat itu banyak berguru kepadanya dan diantara muridnya itu adalah Washil bin Atha (80131 H).
Ada orang yang mengatakan bahwa sebab mereka di namakan Mutazilah karena mereka
mengasingkan diri dari masyarakatsebab pada asalnya adalah penganut Syiah yang patah hati
akibat menyerahnya Khalifah Hasin bin Ali Thalib kepada Khalifah Muawyah dari bani
Umayyah.
Ada juga yang mengtakan bahwa ini adalah kaum yang suka memakai pakaian jelek-jelek dan
kasar-kasar dan hidupnya meminta-minta (Darawisy) dn bertempat tinggal jauh dari keramaian
orang.[8]
PENGERTIAN ASYARIYAH
Menurut Ibn Asakir, ayah asyariyah adalah orang yang berpaham Ahlussunnah dan Ahli
Hadis. Asyariyah menganut paham paham tautazilah hanya sampai ia berusia 40 tahun.[9]
AWAL MUNCULNYA ALIRAN ASYARIYAH
Nama Al-Asyariyah diambil dari nama Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asyari yang
dilahirkan dikota Bashrah (Irak) pada tahun 206 H/873 M. Pada awalnya Al-Asyari ini berguru
kepada tokoh Mutazilah waktu itu, yang bernama Abu Ali Al-Jubai. Dalam beberapa waktu
lamanya ia merenungkan dan mempertimbangkan antara ajaran-ajaran Mutazillah dengan
paham ahli-ahli fiqih dan hadist.

Ketika berumur 40 tahun, dia bersembunyi dirumahnya selama 15 hari untuk memikirkan
hal tersebut. Pada hari jumat dia naik mimbar dimasjid Bashrah secara resmi dan menyatakan
pendiriannya keluar dari Mutazillah. Pernyataan tersebut adalah: wahai masyarakat, barang
siapa mengenal aku, sungguh dia telah mengenalku, barang siapa yang tidak mengenalku, maka
aku mengenal diri sendiri. Aku adalah fulan bin fulan, dahulu aku berpendapat bahwa Al-Quran
adalah makhluk, bahwa sesungguhnya Allah tidak melihat dengan mata, maka perbuatan
perbuatan jelek aku sendiri yang membuatnya. Aku bertaubat, bertaubat dan mencabut pahampaham Mutazillah dan keluar dari padanya.[10]
Contoh perdebatan antara Imam Al-asyary dengan Abu Ali Al-Jubai:

G.

Abu Hasan Al-Asyary bertanya: Bagaimana menurut pendapatmu tentang tiga orang
yang meninggal dalam keadaan berlainan, mukmin, kafir dan anak kecil.

Al-Jubai: Orang Mukmin adalah Ahli Surga, orang kafir masuk neraka dan anak kecil
selamat dari neraka.

Al-Asyari: Apabila anak kecil itu ingin meningkat masuk surga, artinya sesudah
meninggalnya dalam keadaan masih kecil, apakah itu mungkin?

Al-Jubai: Tidak mungkin bahkan dikatakan kepadanya bahwa surga itu dapat dicapai
dengan taat kepada Allah, sedangkan Engkau (anak kecil) belum beramal seperti itu.

Al-Asyari: Seandainya anak itu menjawab memang aku tidak taat. seandainya aku
dihidupkan sampai dewasa, tentu aku beramal taat seperti amalnya orang mukmin.

Allah menjawab: Aku mengetahui bahwa seandainya engkau sampai umur dewasa,
niscaya engkau bermaksiat dan engkau disiksa. Karena itu Aku menjaga kebaikanmu.
Aku mematikan mu sebelum engkau mencapai umur dewasa.

Al-Asyari: seandainya si kafir itu bertanya: Engkau telah mengetahui keadaanku


sebagaimana juga mengetahui keadaannya, mengapa engkau tidak menjaga
kemashlahatanku, sepertinya? Maka Al-Jubai diam saja, tidak meneruskan jawabannya .

Aliran Asyariyah
Terhadap pelaku dosa besar, agaknya al-Asyari sebagai ahli As-Sunnah, tidak
mengfirkan orang-orang yang sujud ke baitullah (Ahl Al _Qiblah) walaupun melakukan dosa
besar seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap sebagai orang yang beriman
dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar.
Akan tetapi, jika dosa besar itu dilakukannya dengan anggapan bahwa hal ini dibolehkan
(halal) dan tidak menyakini keharamnnya, ia dipandang telah kafir.
Adapun balasan diakhirat kelak bagi pelaku dosa besar apabila ia meninggal dan tidak
sempat bertobat, maka menurut Al-Asyari, hal itu bergantung pada kebijakan Tuhan Yang Maha
Berkehendak Mutlak. Tuhan dapat saja mengampuni dosanya atau pelaku dosa besar itu
mendapat syafaat dari Nabi SA. Sehingga terbebas dari siksaan neraka atau kebalikannya, yaitu
Tuhan memberikannya siksaan sesuai dengan ukuran dosa yang dilakukannya. Meskipun begitu,
ia tidak akan kekal di neraka seperti orang-orang kafir lainnya. Setelah penyiksaan
terhadapdirinya selesa, ia akan dimasukan ke dalam surga. Dari paparan singkat ini jelaslah
bahwa Asyariyah sesungguhnya mengambil posisi yang sama dengan murjiah. Khususnya
dalam pernyataan yang tidak mengafirkan para pelaku dosa besar.[11]

H.

Paham Asyariyah
Paham kaum Asyariyah berlawanan dengan paham Mutazilah. golongan Asyariyah
berpendapat bahwa Allah itu mempunyai sifat diantaranya, mata, wajah, tangan serta

bersemayam di singgasana. Namun semua ini dikatakan la yukayyaf wa la yuhadd (tanpa


diketahui bagaimana cara dan batasnya)
Aliran Asyari mengatakan juga bahwa Allah dapat dilihat di akhirat kelak dengan mata
kepala. Asyari menjelaskan bahwa sesuatu yang dapat dilihat adalah sesuatu yang mempunyai
wujud. karena Allah mempunyai wujud ia dapat dilihat .
I.

Perkembangan Aliran Asyariyah


Aliran ini termasuk cepat berkembang dan mendapat dukungan luas dikalangan sebelum
meninggalnya pendiri Aliran Asyaiyah itu sendiri yaitu Imam Abu Hasan Ali bin Ismail AlAsyari, yang wafat pada tahun 324 H/934 M.
Sepeninggalnya Al-Asyari sendiri mengalami perkembangan dan perubahan yang cepat
karena pada akhirnya Asyariyah lebih condong kepada segi akal pikiran murni dari pada dalil
nash.

J.

Penyebab keluarnya Al-Asyari dari aliran Mutazillah


Penyebab keluarnya Al-Asyari dari aliran mutazillah antara lain:
1. Pengakuan Al-Asyari telah bertemu Rasulullah SAW sebanyak 3 kali. yakni pada malam
ke-10, ke-20 dan ke-30 bulan Ramadhan. dalam mimpinya itu Rasulullah
memperingatkannya agar meninggalkan paham Mutazillah .
2. Al-Asyari merasa tidak puas terhadap konsepsi aliran Mutazilahdalam soal soal
perdebatan yang telah ditulis diatas.
3. Karena kalau seandainya Al-Asyari tidak meninggalkan aliran Mutazillah maka akan
terjadi perpecahan dikalangan kaum muslimin yang bisa melemahkan mereka.

BAB.V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Hari akhir atau hari kiamat adalah hari binasanya atau hancurnya seluruh alam semesta. Iman
kepada hari akhir berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa suatu saat alam semesta akan
hancur dan manusia akan dibangkitkan dari kubur menuju alam akhirat yang akan kekal
selamanya tanpa ada batas waktunya.
Beriman pada hari akhir merupakan rukun iman yang ke lima oleh karena itu sebagai umat
islam kita wajib mempercayai akan datangnya hari akhir tersebut. Beriman pada hari akhir
mempunyai beberapa manfaat antara lain selalu bertindak hati-hati dan penuh pertimbangan,
selalu berada dalam kebenaran, dan memanfaatkan waktu hidup untuk berlomba mencari
kebaikan fastabiqul khairat.

Setelah tersusunnya makalah ini maka dapat saya simpulkan bahwa Nama Al-Asyariyah
diambil dari nama Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asyari yang dilahirkan dikota Bashrah (Irak)
pada tahun 206 H/873 M.

Paham kaum Asyariyah berlawanan dengan paham Mutazilah. golongan Asyariyah


berpendapat bahwa Allah itu mempunyai sifat diantaranya, mata, wajah, tangan serta
bersemayam di singgasana.
Sedangkan Aliran Mutazilah, secara etimologis bermakna: orang-orang yang
memisahkan diri. Karena mereka berpendapat bahwa tuhan berpendapat bahwa perbutan tuhan
hanya terbatas pada hal-hal yang dikatakan baik. Namun, ini tidak berarti bahwa tuhan tidak
mampu melakukan perbuan buruk. Tuhan tidak melakukan perbuatan buruk karena ia
mengetahui keburukan dari perbuatan buruk itu.
Andai kata tuhan melakukan perbuatan buruk, pernyataan bahwa ia menciptakan langit
dan bumi serta segala isinya dengan hak, tentulah tidak benar atau merupak berita bohong.

Imam Mahdi adalah sebagai imam (pemimpin) kaum muslimin ketika itu. Termasuk pula Nabi
Isa as beliau akan bermakmum di belakang Imam Mahdi. Beliau pun akan mengikuti syariat
Islam.

Daftar Pustaka
Tim Abdi Guru, 2007, Ayo Belajar Agama Islam IX, Jakarta : Erlangga.
Drs. Soepardjo, S.Ag., Drs. Ngadiyanto, 2004, Mutiara Akhlak dalam PAI IX, Solo : Tiga
Serangkai.
Achmadi Wahid, Masrun, 2007, Pendidikan Agama Islam IX, Jakarta : Ganeca.
Tim Arafah, 2006, Pendidikan Agama Islam 3, Semarang : Aneka Ilmu
Abdul, Rozak. Anwar, Rosihan. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia, 1421 H.
Abbas, Siradjuddin, Iitqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1386 H.
Nasution, Harun. Teologi Islam. Jakarta: Universitas Indonesia, 2008.

Anda mungkin juga menyukai