: DENY KURNIA
NIM
: 2013052247
RUANG
: 409
UTS
: MANAJEMEN RESIKO
1.
Jawab:
Proses yang harus dilakukan pimpinan bank agar tak terulang kembali
Identifikasi, pada tahap ini pimpinan bank harus meneliti bagian-bagian mana
saja yang memungkinkan terjadinya resiko dengan menggunakan kata tanya
5W+1H.
b. Jelaskan secara lengkap perihal event, cause dan impact (hubungkan dengan
unexpected loss) terkait risiko operasional perbankan dalam kasus diatas ?
Jawab:
Peristiwa penarikan uang dari rekening nasabah oleh senior marketing tanpa
sepengetahuan
pemiliknya
terjadi
karena
lemahnya
pengawasan
dan
Manajemen resiko merpakan bagian tidak terpisahkan dari setiap proses yang ada
dalam perusahaan (organisasi).
3. Salah satu langkah dalam manajemen risiko adalah Identifikasi dan Pengukuran Risiko.
Sebuah ilustrasi PT. XYZ yang memiliki usaha garment / tekstil. PT . mendirikan pabrik di
daerah Bronx State West dengan karakteristik kota
sedang dan saluran irigasi yang belum tertata baik bisa dikatakan buruk. Konsumen PT.
XYZ
berada diluar kota dengan pengiriman melalui pelabuhan laut dengan jarak
tempuh dari pabrik ke pelabuhan selama 8 jam. PT. XYZ memiliki alat produksi mesin
senilai 200 milyar rupiah.
Sebagai Chief Risk Officer (CRO) di PT XYZ yang bertanggung jawab terhadap
pengendalian risiko maka anda diminta menjelaskan hal-hal berikut :
a. Identifikasi dari sumber-sumber risiko yang dihadapi PT.XYZ ?
b. Kategori kwadran apa dalam analisa Frekwensi dan Impact ?
Jawab:
a. Identifikasi sumber resiko
Dengan kondisi alam yang curah hujannya sedang dan dengan irigasi yang buruk
berpotensi terjadinya banjir yang akan sangat membuat kerugian, baik dalam
hal proses pengerjaan maupun proses pengiriman yang akan terhambat.
Lokasi pabrik yang terlalu jauh dari pasar membuat biaya pengiriman menjadi
tinggi. Hal ini bisa diminimalisir dengan membangun pabrik dekat dengan
konsumen.
4. Jelaskan keterkaitan proses manajemen risiko dalam kasus internal fraud Bank Baring
Cabang Singapore ?
Jawab:
Pada dasarnya, risiko adalah sebuah ketidakpastian di masa mendatang yang bisa
mendatangkan kerugian. Oleh karenanya, dalam operasional sehari-hari, perusahaan
dihadapkan pada berbagai macam risiko.
Risiko operasional merupakan sebuah potensi penyimpangan shareholder perusahaan
dari hasil dan rencana yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem kerja,
SDM, teknologi, maupun faktor lain yang bisa mempengaruh kinerja perusahaan. Tata
cara pengelolaan risiko operasional diatur dalam Basel Accord II tahun 2004. Kesalahan
mitigasi risiko operasional dapat menyebabkan kerugian ataupun kebangkrutan sebuah
lembaga bisnis. Diantara lembaga keuangan raksasa yang dinyatakan bangkrut karena
risiko operasional ialah Barings Bank
Barings Bank merupakan salah satu bank tertua di Inggris pada tahun 1995.
Kebangkrutan Barings Bank dilatari oleh kecerobohan Nick Lesson, kepala unit investasi
Barings Bank di Singapura. Dia melakukan kontrak derivatif tanpa hedging pada pasar
future singapura. Lesson memberikan kontribusi keuntungan fantastis bagi Barings Bank
secara keseluruhan. Dari hasil transaksinya, unit yang dipimpin Lesson menyumbangkan
keuntungan sebesar 8,83 juta poundsterling dan pada tujuh bulan pertama
mencatatkan laba 19,6 juta poundsterling atau sepertiga dari total keuntungan
perusahaan Barings Bank diseluruh dunia (Shelfina, et al., 2010: 3). Sehingga Lesson
mencatatkan bonus personal sebesar 115.000 poundsterling pada tahun 1993 dan
450.000 poundsterling pada tahun 1994 (Stein (2000) dalam Drennan, 2004: 260).
Lesson adalah menciptakan akun 88888 untuk memanipulasi kerugian pada laporan
keuangan Barings Bank akibat transaksi di pasar future. Ia leluasa melakukan manipulasi
data keuangan karena memegang kendali atas operasional back office dan front office
Barings bank di Singapura. Kerugian yang disembunyikan dalam rekening tersebut
antara lain berjumlah 2 juta di tahun 1992, 23 juta di tahun 1993, 208 juta di akhir
tahun1994 dan 827 juta pada tanggal 27 Februari 1995 setelah Barings Bank dalam
pengawasan kurato