Anda di halaman 1dari 10

RISIKO STRATEGIK

Mata Kuliah : Manajemen Resiko Bank Syariah


Dosen Pengampu: Gita Danupranata, S.E., M.M.

Disusun Oleh: Kelompok 8


Elida Kusumastuti
(20130730030)
Wahida Turrohmah (20130730035)
Reni Agustina
(20130730036)
Nurul Marifah
(20130730047)
Vio Daniswan
(20120730048)

Risiko Strategik
Risiko strategik adalah risiko yang antara lain
disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan
strategi Bank yang tidak tepat, pengambilan
keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang
responsifnya Bank terhadap perubahan eksternal.

Risiko strategis umumnya terkait dengan


kebijakan sebagai berikut:
a. investasi pada suatu bisnis
b. jenis bisnis yang akan diakuisisi
c. pemilihan bisnis yang akan dipangkas atau dijual
Risiko strategik / stratejik dapat timbul sebagai
akibat kelemahan pada tahapan perencanaan
(strategy planning), implementasi (strategy
implementation), evalusi (strategy evaluation)
dan analisa perubahan lingkungan (enviromental
analysis)

Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan


Sistem Informasi Manajemen Risiko Strategik
1) Bank harus mengidentifikasi risiko strategik yang melekat pada
aktivitas fungsional tertentu seperti perkreditan (penyediaan dana),
tresuri dan investasi serta operasional dan jasa.
2) Bank harus mencatat dan menatausahakan perubahan kinerja sebagai
akibat tidak terealisasinya atau tidak efektifnya pelaksanaan strategi
usaha maupun rencana bisnis yang telah ditetapkan terutama yang
signifikan terhadap permodalan Bank.
3) Dalam proses pengukuran risiko strategik ini, Bank dapat
menggunakan dengan kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
4) Bank memantau risiko strategik secara berkala sesuai dengan
pengalaman kerugian di masa lalu yang disebabkan oleh risiko strategik.
5) Sistem informasi manajemen harus dapat menyediakan laporan
eksposur risiko strategik secara lengkap, akurat dan tepat waktu dalam
rangka proses pengambilan keputusan oleh Direksi.

Pengendalian Risiko Strategik


1) Bank harus melaksanakan proses pengendalian keuangan
yang bertujuan untuk memantau realisasi dibandingkan
dengan target yang akan dicapai dan memastikan bahwa
risiko yang diambil masih dalam batas toleransi.
2) Bank harus memiliki satuan kerja yang diberi wewenang
dan tanggung jawab untuk menganalisa laporan actual vs
target rencana bisnis dan menyampaikannya kepada Direksi
secara berkala.
3) Bank harus melaksanakan pengujian dan kaji ulang
terhadap sistem informasi manajemen risiko strategik secara
berkala.

Kasus 1: Midland Bank


Pada bulan Juli 1980, Midland Bank (berpusat di
Inggris) mengumumkan bahwa telah dilakukan
tindakan akuisisi terhadap Crocker Bank di California
untuk memperluas bisnisnya, dengan masuk ke bisnis
kredit perumahan (yang belum pernah dimiliknya).
Persetujuan akuisisi ini diberikan bulan Agustus 1981
dan pada bulan Oktober 1981, Midland Bank
membayar USD 597 juta untuk 51% kepemilikan
Crocker Bank.

Pada Bulan Februari 1986, Midland Bank menjual


Crocker Bank kepada Wells Fargo Bank dengan harga
sekitar USD 1,1 miliar. Walaupun sepintas terlihat
bahwa investasi Midland Bank pada Crocker Bank telah
berlipat ganda, perhitungan tersebut sebenarnya tidak
mempertimbangkan:
pembentukan provisi sebesar USD 760 juta untuk kredit
macet yang dilakukan Midland Bank
USD 700 juta yang diinvestasikan Midland di Crocker
Bank pada tahun 1981.

Diperkirakan bahwa kerugian Midland di Crocker


Bank seluruhnya mencapai sekitar USD 1,7 miliar.
Masalah Midland Bank dengan Crocker Bank
sebagian disebabkan karena mengakuisisi bank asing
yang memiliki standar dan sikap bisnis yang berbeda.
Pada akhirnya terbukti bahwa perbedaan kultural
tidak dapat dijembatani.

Kasus 2: Lehman Brothers


Lehman Brothers pernah menjadi bank investasi terbesar
ke-empat di AS. Perusahaan yang bermarkas di New York
itu didirikan pada 1850 di Montgomery,Alabama. Pada
akhir 2007, Lehman mempekerjakan 28.500 karyawan.
Tapi, karena. krisis finansial dan ekonomi, jumlah
karyawan dikurangi 1.500 orang. Sebelum pailit, mereka
memiliki sekitar 27.000 karyawan. Pada akhir Agustus
tahun 2008 lalu, Perusahaan itu mengalami kerugian
sebesar USD 3,9 miliar (sekitar Rp 36,6 triliun dengan
kurs Rp 9.400 per USD), menyusul kerugian USD 2,8
miliar (sekitar Rp 26,32 triliun) yang terjadi pada
triwulan II 2008 yang lalu.

Kerugian ini akibat krisis subprime mortgage di AS,


dimana mereka terpaksa menghapusbukukan kredit macet
USD 13,8 miliar (sekitar Rp 129,7 triliun). Strategi
membesarkan aset dengan terlalu banyak konsentrasi
dalam
portofolio
subprime
mortgage
ternyata
menimbulkan kerugian yang sulit untuk ditanggulangi
bank. Bank investasi terbesar keempat di AS sekaligus
salah satu perusahaan finansial ternama di dunia, Lehman
Brothers, menyatakan pailit atau bangkrut tanggal15
September 2008.

Anda mungkin juga menyukai