Analisis Lap Keuangandaerah PDF
Analisis Lap Keuangandaerah PDF
Keuangan
Daerah
Disusun Oleh:
Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik
: 021 7361653
Kata
Sambutan
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Daftar
Isi
Daftar Isi.......................................................................................................
Rangkuman................................................................................. 17
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
ii
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Daftar
Istilah
1.
2.
3.
Belanja Daerah
adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.
4.
5.
Dana Cadangan
adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang memerlukan
dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
6.
7.
8.
iii
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
9.
Entitas akuntansi
adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh
karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
iv
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
vi
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Pelaporan
Bab 1
Keuangan
Memperoleh pemahaman mengenai tujuan, asumsi dasar, dan prinsipprinsip pelaporan keuangan daerah.
A. Pengantar
Dalam kehidupan sehari-hari, masing-masing dari kita yang merupakan
unsur terkecil dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat di lingkungan
Rukun Tetangga (RT) / Rukun Warga (RW), pasti secara rutin mengikuti (baik
secara langsung maupun tidak langsung) bagaimana proses yang dilakukan
oleh Ketua RT dan perangkatnya dalam merencanakan suatu kegiatan di
lingkungan RT.
Ambil contoh misalnya kegiatan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT)
Kemerdekaan RI. Maka, pertama kali Ketua RT akan membicarakannya
dengan perangkatnya (sekretaris, bendahara, dan ketua-ketua seksi) mengenai
apa dan bagaimana kira-kira bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan dan
berapa dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut,
termasuk berapa dana yang bisa dipakai dari kas RT dan berapa yang perlu
dimintakan sumbangan dari warganya. Kemudian, usulan yang masih mentah
tersebut akan dimatangkan melalui pembahasan dalam rapat warga.
Selanjutnya, rencana kegiatan yang sudah disetujui dalam rapat warga tersebut
akan menjadi dasar bagi Ketua RT dalam menyelenggarakan kegiatan perayaan
HUT Kemerdekaan RI tersebut.
Dengan rangkaian kegiatan yang sudah terjadual rapi dan dengan
dukungan sejumlah dana yang sudah terkumpul sesuai dengan yang
01
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Peringatan HUT Kemerdekaan RI Ke-X
Rp
A
Penerimaan:
1. Iuran Warga*
900.000
2. Sumbangan dari RW
250.000
1.150.000
Pengeluaran:
1. Pelaksanaan Lomba Anak-anak*
150.000
200.000
650.000
500.000
1.500.000
Defisit (= A - B)
(350.000)
350.000
02
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
03
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan bahwa Laporan Keuangan dimaksud harus
disusun berdasarkan proses akuntansi, yang wajib dilaksanakan oleh setiap
Pengguna Anggaran dan kuasa Pengguna Anggaran serta pengelola Bendahara
Umum Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka setiap Pemerintah
Daerah perlu menyelenggarakan sistem akuntansi untuk lingkungan pemerintah
daerahnya yang pedomannya ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
Transparansi
Dalam hubungannya dengan akuntabilitas keuangan, transparansi
mengandung arti penyajian laporan keuangan yang terbuka, terutama mengenai
informasi penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh pengelola
keuangan daerah.
Sebagaimana kita ketahui, perkembangan paket peraturan perundangundangan di bidang keuangan negara menunjukkan adanya upaya dalam
meningkatkan keterbukaan informasi. Hal ini terlihat dari upaya dalam mengatasi
kelemahan-kelemahan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah
sebelumnya. Dari ketentuan peraturan perundang-undangan sebelumnya,
yang hanya mengharuskan penyampaian laporan pertanggungjawaban dalam
bentuk perhitungan anggaran, paling tidak terdapat beberapa kelemahan
berikut ini.
Pertama, laporan perhitungan anggaran hanya menginformasikan aliran
kas pada APBD sesuai dengan format anggaran yang disahkan oleh DPRD,
tanpa menyertakan informasi tentang posisi kekayaan dan kewajiban pemerintah.
Kedua, selain muatan informasinya terbatas, proses penyampaiannya kepada
legislatif sangat lambat. Ketiga, informasi keuangan yang disajikan dalam
perhitungan anggaran kurang dapat diandalkan karena sistem akuntansi yang
diselenggarakan belum didasarkan pada standar akuntansi dan tidak didukung
oleh perangkat data dan proses yang memadai.
Dengan demikian, bila kita bandingkan bentuk laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah yang berlaku saat ini dengan periode
sebelumnya, dapat kita lihat bahwa cakupan informasi dalam laporan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah menjadi lebih luas namun
penyampaiannya tidak terlambat. Dengan kata lain, sejak diberlakukannya
paket peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara, terdapat
upaya nyata dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi di lingkungan
pemerintah.
04
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
05
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Disebutkan bahwa dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas
pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk
pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan
lainnya.
Berkaitan dengan entitas pelaporan tersebut, Halim (2007) menyebutkan bahwa pada ketentuan terdahulu terdapat dua pilihan bagi pemerintah
daerah dalam menentukan entitas pelaporan, yaitu sistem sentralisasi dan
desentralisasi pelaporan keuangan pemerintah daerah. Namun, saat ini
pemerintah daerah diwajibkan menggunakan sistem desentralisasi dalam
pelaporan keuangannya, sehingga baik satuan kerja maupun bagian keuangan
pemerintah daerah melaksanakan akuntansi. Satuan kerja melaksanakan
akuntansi terhadap transaksi ekonomi (dan menghasilkan laporan keuangan)
yang terjadi pada bagiannya, dan bagian keuangan akan menggabungkan
atau mengkonsolidasikan laporan keuangan semua satuan kerja (termasuk
bagian keuangan itu sendiri) untuk disusun menjadi laporan keuangan
pemerintah daerah secara keseluruhan.
Pernyataan Tanggung Jawab
Dalam rangka memperkuat akuntabilitas pengelolaan anggaran dan
perbendaharaan, setiap pejabat yang menyajikan Laporan Keuangan diharuskan
memberi pernyataan tanggung jawab atas Laporan Keuangan yang
bersangkutan, yang ditandatangani oleh gubernur/bupati/walikota/kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah. Gubernur/bupati/walikota/kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah harus secara jelas menyatakan bahwa Laporan
Keuangan telah disusun berdasarkan Sistem Pengendalian Intern yang
memadai dan informasi yang dimuat dalam Laporan Keuangan telah disajikan
sesuai dengan SAP.
Di bawah ini adalah contoh dari pernyataan tanggung jawab, yang
merupakan Lampiran VI-A Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 2006.
06
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
(............................................................)
07
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
08
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
09
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
10
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya
di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas
kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang
yang terjadi akibat putusan entitas, serta terlaksana tidaknya program yang
telah ditetapkan.
Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan
akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak
bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
Keterukuran dalam Satuan Uang
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan
yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar
memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.
F. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif
yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas
yang dikehendaki:
(a) Relevan;
(b) Andal;
(c) Dapat dibandingkan; dan
(d) Dapat dipahami.
Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang
termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan
memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang
relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
Informasi yang relevan adalah informasi yang memenuhi karakteristik berikut:
(a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
11
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
12
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
13
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Realisasi
Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan
melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal akan digunakan untuk
membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut.
Prinsip merpertandingkan biaya-pendapatan dalam akuntansi pemerintah
tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.
Substansi Mengungguli Bentuk Formal
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa
lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi
atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka
hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Periodisitas
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat di
ukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama
yang digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan
semesteran juga dianjurkan.
Konsistensi
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa
dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi
internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu
metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.
Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa
metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik
dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Pengungkapan Lengkap
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan
dapat ditempatkan pada halaman depan laporan keuangan atau pada Catatan
atas Laporan Keuangan.
14
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Penyajian Wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan
ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya
dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak
dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.
Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan
aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban
atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak
netral dan tidak andal.
Basis Akuntansi
Selain prinsip-prinsip pelaporan keuangan tersebut di atas, terdapat
satu hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaporan keuangan, yaitu
masalah penggunaan basis akuntansi.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan
diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau
oleh entitas pelaporan, dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Entitas pelaporan
tidak menggunakan istilah laba. Penentuan sisa pembiayaan anggaran (baik
lebih atau kurang) untuk setiap periode tergantung pada selisih realisasi
penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan dan belanja bukan tunai seperti
bantuan pihak luar asing dalam bentuk barang dan jasa disajikan pada Laporan
Realisasi Anggaran.
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas
dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian
15
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
16
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
I. Rangkuman
Sejalan dengan tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas
publik, maka manajemen pemerintahan daerah (sektor publik) harus memberikan informasi kepada publik mengenai pengelolaan keuangan daerah,
yang diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan (sebagai
laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah) meliputi:
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan. Dalam rangka memperkuat akuntabilitas pengelolaan
anggaran dan perbendaharaan, setiap pejabat yang menyajikan Laporan
Keuangan diharuskan memberi pernyataan tanggung jawab atas Laporan
Keuangan yang bersangkutan.
Sebelum disampaikan kepada DPRD, laporan keuangan harus diaudit
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Setelah disesuaikan berdasarkan
temuan audit dan/atau koreksi lain yang diharuskan oleh Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dan dilampiri informasi mengenai kinerja instansi
pemerintah, kemudian diusulkan oleh Pemerintah Daerah untuk dibahas
dengan dan disetujui oleh DPRD. Selain legislatif, pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah adalah masyarakat, lembaga pengawas, lembaga
pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi,
dan pinjaman.
Asumsi dasar, karakteristik kualitatif, dan prinsip-prinsip dalam
pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah sebagai berikut:
17
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
18
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Sekilas Pengelolaan
Bab 2
Keuangan Daerah
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
19
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
20
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Keadilan
Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya
dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan
yang obyektif.
Kepatutan
Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar
dan proporsional.
Manfaat
Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
C. Perangkat Daerah dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah kepala
daerah, yang oleh karenanya mempunyai wewenang untuk:
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;
c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;
d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;
e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
daerah;
f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah;
g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik
daerah; dan
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran.
Melalui keputusan kepala daerah, kepala daerah selaku pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dapat melimpahkan sebagian atau
seluruh kekuasaannya kepada:
a. sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;
b. kepala SKPKD selaku PPKD; dan
c. kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.
Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah,
berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu kepala daerah,
menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.
21
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
22
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
23
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
D. Rangkuman
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, ruang lingkup keuangan
daerah meliputi: (a) hak daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah,
(b) kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga, (c) penerimaan dan pengeluaran daerah,
(d) kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah, dan (e) kekayaan pihak
lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum,
Adapun azas umum pengelolaan keuangan daerah adalah: tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan,
dan manfaat untuk masyarakat.
Hirarki perangkat daerah pada pemerintahan daerah yang terkait
dengan pengelolaan keuangan daerah adalah:
24
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Bab 3
Laporan
Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
Memperoleh pemahaman mengenai bentuk laporan pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pengelolaan keuangan daerah.
25
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
26
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
27
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
28
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
29
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Pendapatan
(a) Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/
Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah.
(b) Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
(c) Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana
bagi hasil.
(d) Unsur Pendapatan Daerah terdiri dari:
Pendapatan Asli Daerah:
-
Pajak Daerah,
Retribusi Daerah,
Dana Darurat,
Hibah
Belanja
(a) Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
(b) Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
(c) Unsur Belanja Daerah terdiri dari:
Belanja Operasi:
30
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Belanja Modal:
-
Belanja Tanah
Penggunaan SiLPA
Penerimaan Pinjaman
Pengeluaran Pembiayaan:
-
Pemberian Pinjaman
31
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
20X1
Uraian
Anggaran Realisasi
20X0
(%)
Realisasi
PENDAPATAN
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxxx
xxxx
xx
xxxx
8
9
PENDAPATAN TRANSFER
10
11
xxx
xxx
xx
xxx
12
xxx
xxx
xx
xxx
13
xxx
xxx
xx
xxx
14
xxx
xxx
xx
xxx
15
xxxx
xxxx
xx
xxxx
16
17
18
xxx
xxx
xx
xxx
19
Dana Penyesuaian
xxx
xxx
xx
xxx
20
xxxx
xxxx
xx
xxxx
21
xxxx
xxxx
xx
xxxx
22
23
24
Pendapatan Hibah
xxx
xxx
xx
xxx
25
xxx
xxx
xx
xxx
26
Pendapatan Lainnya
xxx
xxx
xx
xxx
27
xxx
xxx
xx
xxx
28
xxxx
xxxx
xx
xxxx
29
BELANJA
30
BELANJA OPERASI
31
Belanja Pegawai
xxx
xxx
xx
xxx
32
Belanja Barang
xxx
xxx
xx
xxx
33
Bunga
xxx
xxx
xx
xxx
32
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
No.
Uraian
34
Subsidi
xxx
35
Hibah
36
Bantuan Sosial
37
Anggaran Realisasi
20X0
(%)
Realisasi
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxxx
xxxx
xx
xxxx
38
39
BELANJA MODAL
40
Belanja Tanah
xxx
xxx
xx
xxx
41
xxx
xxx
xx
xxx
42
xxx
xxx
xx
xxx
43
xxx
xxx
xx
xxx
44
xxx
xxx
xx
xxx
45
xxx
xxx
xx
xxx
46
xxxx
xxxx
xx
xxxx
47
48
49
xxxx
xxxx
xx
xxxx
50
xxxx
xxxx
xx
xxxx
51
xxxx
xxxx
xx
xxxx
52
53
TRANSFER
54
55
xxx
xxx
xx
xxx
56
xxx
xxx
xx
xxx
57
xxx
xxx
xx
xxx
58
xxxx
xxxx
xx
xxxx
59
xxxx
xxxx
xx
xxxx
60
xxx
xxx
xx
xxx
61
62
PEMBIAYAAN
63
64
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
33
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
20X1
Uraian
Anggaran Realisasi
20X0
(%)
Realisasi
65
Penggunaan SiLPA
xxx
xxx
xx
xxx
66
xxx
xxx
xx
xxx
67
xxx
xxx
xx
xxx
68
xxx
xxx
xx
xxx
69
xxx
xxx
xx
xxx
70
xxx
xxx
xx
xxx
71
xxx
xxx
xx
xxx
72
xxx
xxx
xx
xxx
73
xxx
xxx
xx
xxx
74
xxx
xxx
xx
xxx
75
xxx
xxx
xx
xxx
76
xxx
xxx
xx
xxx
77
xxxx
xxxx
xx
xxxx
78
79
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
80
xxx
xxx
xx
xxx
81
xxx
xxx
xx
xxx
82
xxx
xxx
xx
xxx
83
xxx
xxx
xx
xxx
84
xxx
xxx
xx
xxx
85
xxx
xxx
xx
xxx
86
xxx
xxx
xx
xxx
87
xxx
xxx
xx
xxx
88
xxx
xxx
xx
xxx
89
xxx
xxx
xx
xxx
90
xxx
xxx
xx
xxx
91
xxx
xxx
xx
xxx
92
xxxx
xxxx
xx
xxxx
xxxx
xxxx
xx
xxxx
93
94
34
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
20X1
Uraian
PENDAPATAN
Anggaran Realisasi
xxx
xxx
20X0
(%)
Realisasi
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxxx
xxxx
xx
xxxx
xxx
xxx
xx
xxx
8
9
PENDAPATAN TRANSFER
10
11
12
xxx
xxx
xx
xxx
13
xxx
xxx
xx
xxx
14
xxx
xxx
xx
xxx
15
xxxx
xxxx
xx
xxxx
16
17
18
xxx
xxx
xx
xxx
19
Dana Penyesuaian
xxx
xxx
xx
xxx
20
xxxx
xxxx
xx
xxxx
xxx
xxx
xx
xxx
21
22
23
24
xxx
xxx
xx
xxx
25
xxxx
xxxx
xx
xxxx
26
xxxx
xxxx
xx
xxxx
27
28
29
Pendapatan Hibah
xxx
xxx
xx
xxx
30
xxx
xxx
xx
xxx
31
Pendapatan Lainnya
xxx
xxx
xx
xxx
32
xxx
xxx
xx
xxx
33
xxx
xxxx
xx
xxxx
34
35
BELANJA
35
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
20X1
Uraian
Anggaran Realisasi
20X0
(%)
Realisasi
36
BELANJA OPERASI
37
Belanja Pegawai
xxx
xxx
xx
xxx
38
Belanja Barang
xxx
xxx
xx
xxx
39
Bunga
xxx
xxx
xx
xxx
40
Subsidi
xxx
xxx
xx
xxx
41
Hibah
xxx
xxx
xx
xxx
42
Bantuan Sosial
43
xxx
xxx
xx
xxx
xxxx
xxxx
xx
xxxx
44
45
BELANJA MODAL
46
Belanja Tanah
xxx
xxx
xx
xxx
47
xxx
xxx
xx
xxx
48
xxx
xxx
xx
xxx
49
xxx
xxx
xx
xxx
50
xxx
xxx
xx
xxx
51
xxx
xxx
xx
xxx
52
xxxx
xxxx
xx
xxxx
xxx
xxx
xx
xxx
53
54
55
56
xxxx
xxxx
xx
xxxx
57
xxxx
xxxx
xx
xxxx
58
59
TRANSFER
60
61
xxx
xxx
xx
xxx
62
xxx
xxx
xx
xxx
63
xxx
xxx
xx
xxx
64
xxxx
xxxx
xx
xxxx
65
xxxx
xxxx
xx
xxxx
66
xxxx
xxxx
xx
xxxx
67
68
PEMBIAYAAN
69
36
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
20X1
Uraian
Anggaran Realisasi
20X0
(%)
Realisasi
70
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
71
Penggunaan SiLPA
xxx
xxx
xx
xxx
72
xxx
xxx
xx
xxx
73
xxx
xxx
xx
xxx
74
xxx
xxx
xx
xxx
75
xxx
xxx
xx
xxx
76
xxx
xxx
xx
xxx
77
xxx
xxx
xx
xxx
78
xxx
xxx
xx
xxx
79
xxx
xxx
xx
xxx
80
xxx
xxx
xx
xxx
81
xxx
xxx
xx
xxx
82
xxx
xxx
xx
xxx
83
xxxx
xxxx
xx
xxxx
84
85
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
86
xxx
xxx
xx
xxx
87
xxx
xxx
xx
xxx
88
xxx
xxx
xx
xxx
89
xxx
xxx
xx
xxx
90
xxx
xxx
xx
xxx
91
xxx
xxx
xx
xxx
92
xxx
xxx
xx
xxx
93
xxx
xxx
xx
xxx
94
xxx
xxx
xx
xxx
95
xxx
xxx
xx
xxx
96
xxx
xxx
xx
xxx
97
xxx
xxx
xx
xxx
98
xxxx
xxxx
xx
xxxx
xxxx
xxxx
xx
xxx x
99
100 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (66-98)
37
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
C. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada
tanggal tertentu, dengan menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas dana. Pengertian dari masing-masing unsur Neraca sebagai berikut:
1. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi
aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak
langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan
atau penghematan belanja bagi pemerintah.
a. Aset Lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera
untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak
dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai
aset non-lancar. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang, dan persediaan.
b. Aset Non-Lancar
Aset non-lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset
tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung
untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum.
Aset non-lancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset
tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
(1). Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang merupakan investasi yang diadakan
dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat
sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi
jangka panjang meliputi investasi non-permanen dan permanen.
38
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
39
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
3. Ekuitas Dana
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah.
Ekuitas Dana dapat dikelompokkan sebagai berikut:
(a) Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban
jangka pendek.
(b) Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang
tertanam dalam aset non-lancar selain dana cadangan, dikurangi
dengan kewajiban jangka panjang.
(c) Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang
dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai
peraturan perundang-undangan.
40
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
ASET
2
3
ASET LANCAR
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Piutang Pajak
xxx
xxx
Piutang Retribusi
xxx
xxx
10
xxx
xxx
11
xxx
xxx
12
xxx
xxx
xxx
xxx
14
xxx
xxx
15
xxx
xxx
16
Piutang Lainnya
xxx
xxx
17
Persediaan
xxx
xxx
18
xxx
xxx
xxx
xxx
19
20
21
Investasi Non-permanen
22
xxx
xxx
23
xxx
xxx
24
xxx
xxx
25
xxx
xxx
26
xxx
xxx
27
xxx
xxx
28
xxx
xxx
29
Investasi Permanen
30
xxx
xxx
31
xxx
xxx
32
xxx
xxx
33
xxx
xxx
34
35
ASET TETAP
41
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
36
Tanah
xxx
xxx
37
xxx
xxx
38
xxx
xxx
39
xxx
xxx
40
xxx
xxx
41
xxx
xxx
42
Akumulasi Penyusutan
(xxx)
(xxx)
43
xxx
xxx
44
45
DANA CADANGAN
46
Dana Cadangan
xxx
xxx
47
xxx
xxx
xxx
xxx
48
49
ASET LAINNYA
50
51
Tuntutan Perbendaharaan
xxx
xxx
52
xxx
xxx
53
xxx
xxx
54
xx
xx
55
Aset Lain-lain
xxx
xxx
56
xxx
xxx
xxxx
xxxx
xxx
xxx
57
58
59
60
KEWAJIBAN
61
62
63
64
Utang Bunga
xxx
xxx
65
xxx
xxx
66
xxx
xxx
67
xxx
xxx
68
xxx
xxx
69
xxx
xxx
70
xxx
xxx
42
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
71
xxx
xxx
72
xxx
xxx
xxx
xxx
73
74
75
76
xxx
xxx
77
xxx
xxx
78
xxx
xxx
79
xxx
xxx
80
xxx
xxx
81
xxx
xxx
82
xxx
xxx
83
84
EKUITAS DANA
85
86
87
xxx
xxx
88
xxx
xxx
89
Cadangan Piutang
xxx
xxx
90
Cadangan Persediaan
xxx
xxx
91
xxx
xxx
92
xxx
xxx
xxx
xxx
93
94
95
96
xxx
xxx
97
xxx
xxx
98
xxx
xxx
99
xxx
xxx
100
101 EKUITAS DANA CADANGAN
102 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
105
106 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (82+104)
43
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
ASET
2
3
ASET LANCAR
xxx
xxx
xxx
xxx
Piutang
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Persediaan
xxx
xxx
10
xxx
xxx
12
ASET TETAP
xxx
xxx
13
Tanah
xxx
xxx
14
xxx
xxx
15
xxx
xxx
16
xxx
xxx
17
xxx
xxx
18
xxx
xxx
19
xxx
xxx
11
20
21
ASET LAINNYA
22
xxx
xxx
23
xxx
xxx
24
xxx
xxx
25
xxx
xxx
26
Aset Lain-Lain
xxx
xxx
27
xxx
xxx
xxxx
xxxx
xxx
xxx
28
29
30
31
KEWAJIBAN
32
33
44
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
34
xxx
xxx
35
xxx
xxx
36
xxx
xxx
37
xxx
xxx
38
39
EKUITAS DANA
40
41
42
Cadangan Piutang
xxx
xxx
43
Cadangan Persediaan
xxx
xxx
44
xxx
xxx
45
46
47
xxx
xxx
48
xxx
xxx
49
xxx
xxx
50
xxx
xxx
xxxx
xxxx
51
52
45
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
ASET
2
3
ASET LANCAR
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Piutang Pajak
xxx
xxx
Piutang Retribusi
xxx
xxx
xxx
xxx
10
xxx
xxx
11
xxx
xxx
12
xxx
xxx
13
xxx
xxx
14
xxx
xxx
15
xxx
xxx
16
17
18
Investasi Non-permanen
19
xxx
xxx
20
xxx
xxx
21
xxx
xxx
22
xxx
xxx
23
xxx
xxx
24
xxx
xxx
25
xxx
xxx
26
Investasi Permanen
27
xxx
xxx
28
xxx
xxx
29
xxx
xxx
30
xxx
xxx
31
32
DANA CADANGAN
33
Dana Cadangan
46
xxx
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
34
Uraian
20X1
20X0
xxx
xxx
35
36
ASET LAINNYA
37
Tuntutan Perbendaharaan
xxx
xxx
38
Aset Lain-lain
xxx
xxx
39
xxx
xxx
xxxx
xxxx
40
41
42
43
KEWAJIBAN
44
45
46
xxx
xxx
47
Utang Bunga
xxx
xxx
48
xxx
xxx
49
xxx
xxx
50
xxx
xxx
51
52
53
xxx
xxx
54
xxx
xxx
55
xxx
xxx
56
xxx
xxx
xxx
xxx
57
58
59
60
EKUITAS DANA
61
62
xxx
xxx
63
xxx
xxx
64
xxx
xxx
65
xxx
xxx
66
47
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
67
68
xxx
xxx
69
xxx
xxx
70
xxx
xxx
71
xxx
xxx
72
xxx
xxx
73
74
75
xxx
xxx
76
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxx
xxxx
77
78
79
80
48
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
10
xxx
xxx
11
xxx
xxx
12
Dana Penyesuaian
xxx
xxx
13
Pendapatan Hibah
xxx
xxx
14
xxx
xxx
15
Pendapatan Lainnya
xxx
xxx
16
xxx
xxx
17
18
Belanja Pegawai
xxx
xxx
19
Belanja Barang
xxx
xxx
20
Bunga
xxx
xxx
21
Subsidi
xxx
xxx
22
Hibah
xxx
xxx
23
Bantuan Sosial
xxx
xxx
24
xxx
xxx
25
xxx
xxx
26
xxx
xxx
27
xxx
xxx
28
xxx
xxx
29
xxx
xxx
30
31
32
xxx
xxx
33
xxx
xxx
49
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
34
xxx
xxx
35
xxx
xxx
36
xxx
xxx
37
xxx
xxx
38
xxx
xxx
39
40
Belanja Tanah
xxx
xxx
41
xxx
xxx
42
xxx
xxx
43
xxx
xxx
44
xxx
xxx
45
xxx
xxx
46
xxx
xxx
47
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan (38 - 46)
xxx
xxx
48
49
50
xxx
xxx
51
xxx
xxx
52
xxx
xxx
53
xxx
xxx
54
xxx
xxx
55
xxx
xxx
56
xxx
xxx
57
xxx
xxx
58
xxx
xxx
59
xxx
xxx
60
xxx
xxx
61
xxx
xxx
62
63
xxx
xxx
64
xxx
xxx
65
xxx
xxx
66
xxx
xxx
50
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
67
xxx
xxx
68
xxx
xxx
69
xxx
xxx
70
xxx
xxx
71
xxx
xxx
72
xxx
xxx
73
xxx
xxx
74
xxx
xxx
75
xxx
xxx
76
77
78
xxx
xxx
79
xxx
xxx
80
81
xxx
xxx
82
xxx
xxx
83
xxx
xxx
84
Kenaikan/Penurunan Kas
xxx
xxx
85
xxx
xxx
86
xxx
xxx
87
xxx
xxx
88
xxx
xxx
89
xxx
xxx
51
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
10
xxx
xxx
11
xxx
xxx
12
Dana Penyesuaian
xxx
xxx
13
xxx
xxx
14
xxx
xxx
15
Pendapatan Hibah
xxx
xxx
16
xxx
xxx
17
Pendapatan Lainnya
xxx
xxx
18
xxx
xxx
19
20
Belanja Pegawai
xxx
xxx
21
Belanja Barang
xxx
xxx
22
Bunga
xxx
xxx
23
Subsidi
xxx
xxx
24
Hibah
xxx
xxx
25
Bantuan Sosial
xxx
xxx
26
xxx
xxx
27
xxx
xxx
28
xxx
xxx
29
xxx
xxx
30
xxx
xxx
31
xxx
xxx
32
33
52
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
34
xxx
xxx
35
xxx
xxx
36
xxx
xxx
37
xxx
xxx
38
xxx
xxx
39
xxx
xxx
40
xxx
xxx
41
42
Belanja Tanah
xxx
xxx
43
xxx
xxx
44
xxx
xxx
45
xxx
xxx
46
xxx
xxx
47
xxx
xxx
48
xxx
xxx
49
xxx
xxx
50
51
52
53
xxx
xxx
54
xxx
xxx
55
xxx
xxx
56
xxx
xxx
57
xxx
xxx
58
xxx
xxx
59
xxx
xxx
60
xxx
xxx
61
xxx
xxx
62
xxx
xxx
63
xxx
xxx
64
65
66
xxx
xxx
53
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
67
xxx
xxx
68
xxx
xxx
69
xxx
xxx
70
xxx
xxx
71
xxx
xxx
72
xxx
xxx
73
xxx
xxx
74
xxx
xxx
75
xxx
xxx
76
xxx
xxx
77
xxx
xxx
78
79
80
xxx
xxx
81
xxx
xxx
82
83
xxx
xxx
84
xxx
xxx
85
xxx
xxx
86
Kenaikan/Penurunan Kas
87
xxx
xxx
88
xxx
xxx
89
xxx
xxx
90
xxx
xxx
91
xxx
xxx
54
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
10
xxx
xxx
11
xxx
xxx
12
Dana Penyesuaian
xxx
xxx
13
Pendapatan Hibah
xxx
xxx
14
xxx
xxx
15
Pendapatan Lainnya
xxx
xxx
16
xxx
xxx
17
18
Belanja Pegawai
xxx
xxx
19
Belanja Barang
xxx
xxx
20
Bunga
xxx
xxx
21
Subsidi
xxx
xxx
22
Hibah
xxx
xxx
23
Bantuan Sosial
xxx
xxx
24
xxx
xxx
25
xxx
xxx
26
xxx
xxx
27
xxx
xxx
28
xxx
xxx
29
xxx
xxx
30
31
32
xxx
xxx
33
xxx
xxx
55
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
34
xxx
xxx
35
xxx
xxx
36
xxx
xxx
37
xxx
xxx
38
xxx
xxx
39
40
Belanja Tanah
xxx
xxx
41
xxx
xxx
42
xxx
xxx
43
xxx
xxx
44
xxx
xxx
45
xxx
xxx
46
xxx
xxx
47
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan (38 - 46)
xxx
xxx
48
49
50
xxx
xxx
51
xxx
xxx
52
xxx
xxx
53
xxx
xxx
54
xxx
xxx
55
xxx
xxx
56
xxx
xxx
57
xxx
xxx
58
xxx
xxx
59
xxx
xxx
60
xxx
xxx
61
xxx
xxx
62
63
xxx
xxx
64
xxx
xxx
65
xxx
xxx
66
xxx
xxx
56
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
67
xxx
xxx
68
xxx
xxx
69
xxx
xxx
70
xxx
xxx
71
xxx
xxx
72
xxx
xxx
73
xxx
xxx
74
xxx
xxx
75
xxx
xxx
76
77
78
xxx
xxx
79
xxx
xxx
80
81
xxx
xxx
82
xxx
xxx
83
xxx
xxx
84
Kenaikan/Penurunan Kas
85
xxx
xxx
86
xxx
xxx
87
xxx
xxx
88
xxx
xxx
89
xxx
xxx
57
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
10
xxx
xxx
11
xxx
xxx
12
Dana Penyesuaian
xxx
xxx
13
xxx
xxx
14
xxx
xxx
15
Pendapatan Hibah
xxx
xxx
16
xxx
xxx
17
Pendapatan Lainnya
xxx
xxx
18
xxx
xxx
19
20
Belanja Pegawai
xxx
xxx
21
Belanja Barang
xxx
xxx
22
Bunga
xxx
xxx
23
Subsidi
xxx
xxx
24
Hibah
xxx
xxx
25
Bantuan Sosial
xxx
xxx
26
xxx
xxx
27
xxx
xxx
28
xxx
xxx
29
xxx
xxx
30
xxx
xxx
31
xxx
xxx
32
33
58
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
34
xxx
xxx
35
xxx
xxx
36
xxx
xxx
37
xxx
xxx
38
xxx
xxx
39
xxx
xxx
40
xxx
xxx
41
42
Belanja Tanah
xxx
xxx
43
xxx
xxx
44
xxx
xxx
45
xxx
xxx
46
xxx
xxx
47
xxx
xxx
48
xxx
xxx
49
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan (40 - 48)
xxx
xxx
50
51
52
xxx
xxx
53
xxx
xxx
54
xxx
xxx
55
xxx
xxx
56
xxx
xxx
57
xxx
xxx
58
xxx
xxx
59
xxx
xxx
60
xxx
xxx
61
xxx
xxx
62
xxx
xxx
63
xxx
xxx
64
65
xxx
xxx
66
xxx
xxx
59
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Uraian
20X1
20X0
67
xxx
xxx
68
xxx
xxx
69
xxx
xxx
70
xxx
xxx
71
xxx
xxx
72
xxx
xxx
73
xxx
xxx
74
xxx
xxx
75
xxx
xxx
76
xxx
xxx
77
xxx
xxx
78
79
80
xxx
xxx
81
xxx
xxx
82
83
xxx
xxx
84
xxx
xxx
85
xxx
xxx
86
Kenaikan/Penurunan Kas
87
xxx
xxx
88
xxx
xxx
89
xxx
xxx
90
xxx
xxx
60
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
61
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
2. Belanja
-
3. Transfer
-
4. Pembiayaan
-
Neraca
1. Aset Lancar
Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos aset lancar,
seperti Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas di Bendahara Penerimaan,
dan Piutang.
2. Investasi Jangka Panjang
Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos investasi jangka
panjang, seperti Penyertaan Modal Pemerintah, Investasi dalam Obligasi,
dan Pinjaman kepada Perusahaan Daerah.
62
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
3. Aset Tetap
Untuk seluruh perkiraan yang ada dalam kelompok aset tetap, diungkapkan
dasar pembukuannya. Diungkapkan pula (apabila ada) perbedaan pencatatan
perolehan aset tetap yang terjadi antara unit keuangan dengan unit yang
mengelola/mencatat aset tetap. Daftar aset tetap juga disertakan sebagai
lampiran laporan keuangan.
4. Aset Lainnya
Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos aset lainnya,
seperti Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kemitraan
dengan Pihak Ketiga.
5. Kewajiban Jangka Pendek
Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Kewajiban Jangka
Pendek, seperti Uang Muka dari Kas Umum Negara (KUN), Pendapatan
yang Ditangguhkan, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, dan Utang
Bunga.
6. Kewajiban Jangka Panjang
Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Kewajiban Jangka
Panjang, seperti Utang Dalam Negeri Obligasi, Utang Dalam Negeri Sektor
Perbankan, dan Utang Luar Negeri.
7. Ekuitas Dana Lancar
Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Ekuitas Dana
Lancar, seperti Cadangan Piutang dan Cadangan Persediaan.
8. Ekuitas Dana Investasi
Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Ekuitas Dana
Investasi, seperti Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang dan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap.
Laporan Arus Kas
1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas operasi,
seperti Pendapatan Pajak dan Belanja Pegawai.
2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan
Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas investasi
aset non-keuangan, seperti Pendapatan Penjualan Aset dan Belanja Aset.
63
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
64
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
65
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
66
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Konsep Analisis
Laporan
Bab 4
Keuangan
A. Pendahuluan
Dalam literatur akuntansi, keuangan, dan pemeriksaan akuntan, kalau
kita coba bandingkan antara buku-buku yang mengulas tentang sektor publik
dan sektor bisnis, terlihat bahwa literatur untuk sektor publik relatif lebih sedikit.
Lebih jauh lagi, kalau kita coba untuk mencari lliteratur mengenai analisis
laporan keuangan sektor publik, maka akan sangat sulit kita memperolehnya
atau bahkan tidak akan mendapatkannya, karena memang sampai saat ini
belum ada.
Tentang analisis laporan keuangan, memang telah lama banyak
dilakukan oleh pengguna laporan keuangan, tetapi terbatas pada sektor bisnis.
Manajemen perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, seperti
investor, kreditor, analis keuangan, telah banyak menerapkan metode-metode
analisis laporan keuangan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan
yang telah dicapai dan untuk memprediksikan prospek perusahaan di masa
yang akan datang. Jadi, pelaku bisnis dan pihak-pihak terkait lainnya telah
banyak memanfaatkan hasil analisis laporan keuangan sebagai dasar bagi
pengambilan keputusan ekonomis yang mereka buat.
Di sisi lain, analisis laporan keuangan di sektor pemerintahan hampir
tidak pernah dilakukan. Kalaupun dilakukan perhitungan-perhitungan melalui
pembandingan beberapa pos laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
67
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
68
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
69
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan analisis laporan keuangan,
antara lain sebagai berikut:
70
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
laporan, yang dapat digunakan untuk prediksi, rating, dan lain sebagainya.
Dapat mengevaluasi kondisi keuangan entitas masa lalu, saat ini, dan
perkiraan di masa yang akan datang.
D. Rangkuman
Analisis laporan keuangan merupakan upaya untuk mengidentifikasi
ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan pemerintah daerah, dengan
menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
rinci dan melihat hubungan antar pos untuk mengetahui kondisi keuangan,
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Hasil dari analisis laporan keuangan diharapkan dapat meminimalkan
bahkan menghilangkan penilaian yang bersifat dugaan semata, ketidakpastian,
pertimbangan pribadi, dan kesalahan proses akuntansi.
Karakteristik dari analisis laporan keuangan adalah: (a) fokus pada
laporan keuangan utama, (b) memuat analisis hubungan, (c) mengandung
implikasi dan prediksi, dan (d) hasilnya tergantung pada kemampuan analisnya.
Secara umum, tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk menilai
kondisi dan kinerja keuangan; sedangkan tujuan analisis laporan keuangan
daerah adalah untuk: (a) mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah
serta perubahan-perubahannya, (b) meyakini ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, (c) mengetahui kemampuan pemerintah
daerah dalam memenuhi kewajibannya, (d) mengetahui kemampuan pemerintah
daerah dalam menyediakan dana untuk kegiatannya, (e) mengevaluasi kinerja
pemerintah daerah dalam melaksanakan program-programnya, dan (f)
mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber daya.
71
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
72
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Analisis Laporan
Keuangan
Bab 5
Pemerintah
mengemukakan
penyebabnya adalah:
73
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
74
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
75
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
76
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
77
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
78
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Analisis
Bab 6
Hubungan
A. Pendahuluan
Pengguna laporan keuangan harus memahami bahwa pos-pos di
dalam suatu laporan keuangan dapat mempunyai kaitan atau hubungan satu
dengan lainnya. Contoh sederhana, jumlah ekuitas dana lancar, di dalam
neraca, harus sama dengan aset lancar dikurangi kewajiban jangka pendek.
Demikian halnya, beberapa pos antar laporan keuangan dapat mempunyai
kaitan satu dengan lainnya, misalnya jumlah akhir kas di dalam laporan arus
kas harus sama dengan jumlah akhir kas di dalam neraca. Contoh lain, jumlah
arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan di dalam laporan arus kas, harus
sama dengan jumlah pengeluaran pembiayaan di dalam laporan realisasi
anggaran.
Berikut adalah pembahasan mengenai hubungan pos-pos laporan keuangan
pemerintah daerah, yang meliputi:
Neraca,
79
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
xxx
Dana Penimbangan
xxx
xxx
xxx
BELANJA
Belanja Operasi
xxx
Belanja Modal
xxx
xxx
xxx
xxx
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan : (4)
xxx
xxx
80
xxx
xxx
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Ilustrasi:
(dalam jutaan rupiah)
Pendapatan
60.710
Belanja
69.800
Defisit
(9.090)
Pembiayaan:
Penerimaan Pembiayaan*
9.590
Pengeluaran Pembiayaan
(500)
Pembiayaan Neto
9.090
81
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Ilustrasi:
(dalam jutaan rupiah)
Pendapatan
60.710
Belanja
59.800
Surpus
910
Pembiayaan:
Penerimaan Pembiayaan
3.000
Pengeluaran Pembiayaan
(3.500)
Pembiayaan Neto
(500)
410
Ilustrasi:
(dalam jutaan rupiah)
Pendapatan
60.710
Belanja
69.800
Defisit
(9.090)
Pembiayaan:
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Neto
10.590
(500)
10.090
1.000
82
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Ilustrasi:
(dalam jutaan rupiah)
Pendapatan
60.710
Belanja
59.800
Surplus
910
Pembiayaan:
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran
10.590
(500)
Pembiayaan Neto
10.090
11.000
(c) Bila terjadi pembiayaan neto negatif tetapi surplusnya lebih besar.
Ilustrasi:
(dalam jutaan rupiah)
Pendapatan
60.710
Belanja
59.800
Surplus
910
Pembiayaan:
Penerimaan Pembiayaan
3.000
Pengeluaran Pembiayaan
(3.500)
Pembiayaan Neto
(500)
410
C. Neraca
83
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
dana seperti yang dilaporkan dalam neraca, maka akan mengakibatkan, antara
lain, hal-hal sebagai berikut:
Akuntabilitas terbatas pada penerimaan dan pengeluaran kas dan mengabaikan transparansi dan akuntabilitas untuk pengelolaan aset dan utang;
perhatikan kembali format neraca pada bab 3, yang secara ringkas terlihat
seperti di bawah ini.
84
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
NERACA
Pemerintah Daerah Y
Per 31 Desember 200X
ASET
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
xxx
xxx
Aset Lancar
xxx
xxx
Aset Tetap
xxx
EKUITAS DANA
Dana Cadangan
xxx
xxx
Aset Lainnya
xxx
xxx
xxx
Total Kewajiban
xxx
xxx
xxx
xxx
3). Jumlah Ekuitas Dana Lancar harus sama dengan jumlah aset lancar dikurangi kewajiban jangka pendek.
Ekuitas Dana Lancar = Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek
4). Jumlah SiLPA di dalam ekuitas dana lancar adalah jumlah total kas dikurangi
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (potongan taspen, askes, PPh dan PPn).
SiLPA = Total Kas Utang PFK
85
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Rp 2.130
Rp 2.450
Aset Tetap
Rp 8.620
Dana Cadangan
Rp
560
Aset Lainnya
Rp
75
Total Aset
Rp13.835
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Rp
Rp 2.500
Total Kewajiban
500
Rp 3.000
86
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
NERACA
Pemerintah Daerah P
Per 31 Desember 200X
ASET
Rp
Aset Lancar
2.130
2.450
Aset Tetap
8.620
Dana Cadangan
Aset Lainnya
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
500
2.500
Total Kewajiban
3.000
EKUITAS DANA
560
75
1.630
8.645
Rp
13.835
560
10.835
13.835
87
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
xxx
xxx
xxx
xxx
Kenaikan/Penurunan Kas
xxx
xxx
xxx
Hubungan berikut perlu diperhatikan dalam menilai kebenaran angkaangka dalam laporan arus kas, antara lain:
1) Saldo kas pada akhir tahun dalam Laporan Arus Kas harus sama dengan
jumlah kas pada akhir tahun di Neraca (per 31 Desember 200X).
2) Apakah jumlah arus kas masuk dari aktivitas operasi sudah benar?. Untuk
mengujinya dapat dibandingkan dengan jumlah pendapatan daerah dalam
laporan realisasi anggaran dengan rumus sebagai berikut :
88
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Perhatikan:
(a) Arus kas masuk dari aktivitas operasi yang berasal dari Lain-lain PAD
tidak termasuk pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak
dipisahkan. Alasannya, penjualan aset tersebut dalam laporan arus kas
dilaporkan dalam arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non
keuangan.
(b) Laporan arus kas hanya melaporkan transaksi kas baik pendapatan,
belanja maupun pembiayaan. Sebagai contoh, pendapatan berupa
hibah dalam bentuk barang tidak akan dilaporkan dalam laporan arus
kas, tetapi dalam laporan realisasi APBD hibah tersebut tentu akan
dilaporkan, meski dalam bentuk barang.
3) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total
belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran tetapi tidak termasuk belanja
modal.
4) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama
dengan jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran sebagai kelompok
Lain-lain PAD (perhatikan penjelasan pada angka 2 huruf (a) di atas)
5) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama
dengan jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.
6) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan tidak akan sama dengan
jumlah penerimaan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran, sebab
SiLPA tahun anggaran sebelumnya tidak dianggap sebagai komponen
arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan.
7) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan
jumlah pengeluaran pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran.
89
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Laporan Realisasi APBD
Pemerintah Daerah Q
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2005
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
(termasuk penjualan aset daerah yang dipisahkan
sebesar Rp 10)
10.450
Dana Perimbangan
50.000
260
60.710
BELANJA
Belanja Operasi
40.200
Belanja Modal
24.100
5.500
69.800
(9.090)
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan : (4)
(termasuk SiLPA tahun sebelumnya Rp 15.200)
21.400
(5.200)
16.200
7.110
Data mengenai jumlah potongan PFK (Taspen, Askes, dan PPh 21) adalah
sebagai berikut:
Rp 55
Rp 4.800
Rp 4.855
Rp 4.820
90
Rp 35
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Rp 15.255
Rp 7.145
91
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
15.000
(24.090)
1.000
(20)
(8.110)
15.255
7.145
SiLPA = Jumlah kas akhir tahun Jumlah Kewajiban PFK akhir tahun
Berdasarkan data mengenai posisi kas dan utang PFK di atas, SiLPA dalam
neraca dapat dihitung:
SiLPA = Rp 7.145 Rp 35 = Rp 7.110.
92
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
F. Rangkuman
Hubungan antar pos laporan realisasi APBD adalah sebagai berikut:
1) Bila anggaran direncanakan defisit (negatif), maka jumlah pembiayaan neto
harus positif, dengan jumlah minimal sama dengan jumlah defisit tersebut.
(Jumlah pembiayaan neto positif berarti jumlah penerimaan pembiayaan
lebih besar dari pada jumlah pengeluaran pembiayaan).
2) Pembiayaan neto negatif hanya diijinkan bila anggaran direncanakan
surplus, dan jumlah surplusnya minimal sama dengan jumlah pembiayaan
neto yang negatif tersebut. (Jumlah pembiayaan neto negatif berarti jumlah
penerimaan pembiayaan lebih kecil dari jumlah pengeluaran pembiayaan).
3) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) akan muncul dalam beberapa
kondisi berikut:
Bila jumlah pembiayaan neto positif lebih besar daripada jumlah defisit,
maka selisihnya menjadi SiLPA.
93
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
2) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas operasi dapat sama dengan jumlah
pendapatan daerah dikurangi penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
(dalam laporan realisasi anggaran)
3) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total
belanja (dalam laporan realisasi anggaran) tetapi tidak termasuk belanja
modal.
4) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama
dengan jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
(dalam laporan realisasi anggaran).
5) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama
dengan jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.
6) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan
jumlah pengeluaran pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran.
94
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Analisis
Bab 7
Perbandingan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
95
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
96
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
97
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
98
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Anggaran Setelah
Perubahan
TA 2007
Realisasi
TA 2007
Realisasi
TA 2006
359.995
3360.353
338.265
38.200
38.603
36.665
Pajak Daerah
21.250
21.568
20.210
Retribusi Daerah
PENDAPATAN
12.950
13.145
12.560
1.800
1.650
1.750
2.200
2.240
2.145
DANA PERIMBANGAN
321.795
321.750
301.600
34.750
34.750
35.600
275.500
275.500
255.500
11.545
11.500
10.500
BELANJA
349.820
347.933
281.200
247.820
246.355
208.940
Belanja Pegawai
215.540
214.400
188.540
120
120
150
Belanja Subsidi
10.000
10.000
8.500
22.000
21.700
11.600
160
135
150
102.000
101.578
72.260
8.000
7.978
7.160
19.000
18.660
14.500
Belanja Modal
75.000
74.940
50.600
SURPLUS (DEFISIT)
10.175
12.420
57.065
PEMBIAYAAN
56.515
56.515
7.450
Penerimaan Pembiayaan
64.515
64.515
10.450
Pengeluaran Pembiayaan
8.000
8.000
3.000
66.690
68.935
64.515
Belanja Bunga
99
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
1. Realisasi vs Anggaran
Berdasarkan data di atas dapat digambarkan perhitungan realisasi anggaran
sebagai berikut:
Anggaran Setelah
Perubahan TA 2007 Realisasi TA 2007
(2)
(1)
PENDAPATAN
Rasio Realisasi
(%)
(3) = (2) : (1)
359.995
360.353
100,09
38.200
38.603
101,05
Pajak Daerah
21.250
21.568
101,50
Retribusi Daerah
12.950
13.145
101,51
1.800
1.650
91,67
2.200
2.240
101,82
DANA PERIMBANGAN
321.795
321.750
99,97
34.750
34.750
100
275.500
275.500
100
11.545
11.500
99,61
BELANJA
349.820
347.933
99,46
247.820
246.355
99,41
Belanja Pegawai
215.540
214.400
99,47
120
120
100
Belanja Subsidi
10.000
10.000
100
22.000
21.700
98,64
160
135
84,38
102.000
101.578
99,59
8.000
7.978
99,73
19.000
18.660
98,21
Belanja Modal
75.000
74.940
99,92
SURPLUS (DEFISIT)
10.175
12.420
122,06
PEMBIAYAAN
56.515
56.515
100
Penerimaan Pembiayaan
64.515
64.515
100
Pengeluaran Pembiayaan
8.000
8.000
100
66.690
68.935
103,36
Belanja Bunga
100
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
101
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Realisasi TA 2006
(1)
PENDAPATAN
Realisasi TA 2007
(2)
Rasio Komparatif
(%)
(3) = (2) : (1)
338.265
360.353
106,53
36.665
38.603
105,29
Pajak Daerah
20.210
21.568
106,72
Retribusi Daerah
12.560
13.145
104,66
1.750
1.650
94,29
2.145
2.240
104,43
102
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Realisasi TA 2006
(1)
DANA PERIMBANGAN
Realisasi TA 2007
(2)
Rasio Realisasi
(%)
(3) = (2) : (1)
301.600
321.750
106,68
35.600
34.750
97,61
255.500
275.500
107,83
10.500
11.500
109,52
BELANJA
281.200
347.933
123,73
208.940
246.355
117,91
Belanja Pegawai
188.540
214.400
113,72
150
120
80
8.500
10.000
117,64
11.600
21.700
187,07
150
135
90
72.260
101.578
140,57
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
BELANJA LANGSUNG
Belanja Pegawai
7.160
7.978
111,42
14.500
18.660
128,69
Belanja Modal
50.600
74.940
148,10
SURPLUS (DEFISIT)
57.065
12.420
21,76
PEMBIAYAAN
7.450
56.515
758,59
Penerimaan Pembiayaan
10.450
64.515
617,37
Pengeluaran Pembiayaan
3.000
8.000
266,67
64.515
68.935
106,85
103
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
b. Rasio komparatif baik untuk pos pendapatan dan pos belanja secara umum
di atas 100%. Hal ini menunjukkan kondisi yang normal, terlebih lagi belanja
yang cenderung naik setiap tahunnya.
c. Rasio komparatif untuk pos pembiayaan naik spektakuler hingga rasio
tertinggi 758%. Hal ini disebabkan karena SiLPA awal tahun 2006 yang
masuk ke penerimaan pembiayaan TA 2006 jumlahnya jauh lebih kecil
(Rp 10.450 juta) dibanding SiLPA awal tahun 2007 yang masuk ke
penerimaan pembiayaan TA 2007 (Rp 64.515 juta), bila dalam contoh di
atas diasumsikan penerimaan pembiayaan hanya berasal dari SiLPA awal
TA 2007 sebesar Rp 64.515 berasal dari SiLPA akhir TA 2006.
Analisis rasio komparatif di atas dapat juga dikembangkan dengan menambahkan kolom baru untuk jumlah perubahannya (yang menggambarkan
pertumbuhan positif/negatif), seperti berikut ini.
Rasio
Komparatif
(%)
(5) =(2) : (1)
Perubahan = Naik(Turun)
Pos/Rekening
Realisasi Realisasi
Jumlah
%
TA 2006 TA 2007
(3) =(2) - (1) (4) =(3) : (1)
( 1 )
(2)
PAD
Pajak Daerah
20.210
21.568
1.358
6,72
106,72
Retribusi Daerah
12.560
13.145
585
4,66
104,66
Dst.
Realisasi
TA 2007
(%) terhadap
PDRB
360.353
4.24%
38.603
0.45%
Pajak Daerah
21.568
0.25%
Retribusi Daerah
13.145
0.15%
1.650
0.02%
2.240
0.03%
PENDAPATAN
104
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Realisasi
TA 2007
(%) terhadap
PDRB
321.750
3.79%
34.750
0.41%
275.500
3.24%
11.500
0.14%
0.00%
BELANJA
347.933
4.09%
246.355
2.90%
Belanja Pegawai
214.400
2.52%
120
0.00%
Belanja Subsidi
10.000
0.12%
21.700
0.26%
135
0.00%
101.578
1.20%
7.978
0.09%
18.660
0.22%
Belanja Modal
74.940
0.88%
SURPLUS (DEFISIT)
12.420
0.15%
PEMBIAYAAN
56.515
0.66%
Penerimaan Pembiayaan
64.515
0.76%
Pengeluaran Pembiayaan
8.000
0.09%
68.935
0.81%
DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil
Belanja Bunga
3. Keserasian
Berdasarkan Pemendagri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, belanja dibagi ke dalam dua kelompok: belanja tidak
langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja
yang tidak terkait langsung dengan adanya program dan kegiatan.
Sedangkan belanja langsung adalah belanja yang terkait secara langsung
dengan adanya program dan kegiatan.
Belanja langsung harus ditetapkan indikator kinerjanya sebab akan diukur
kinerja pelaksanaan program/kegiatannya. Sedangkan belanja tidak
105
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Rp 663.325 PASSIVA
Aktiva Lancar
Kas
Piutang Pajak Daerah
Persediaan
Investasi Jk Panjang
Aktiva Tetap
Dana Cadangan
106
72.825
68.935
2.350
1.540
UTANG
Utang Jk. Pendek
Utang Potongan PFK
Utang Pajak Pusat
Bagian Lancar Utang Jk. Panjang
25.000 Utang Jk. Panjang
560.500 EKUITAS DANA
5.000 Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Cadangan
Rp 663.325
12.890
6.890
1.550
2.340
3.000
6.000
650.435
65.935
579.500
5.000
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
1. Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan pemda untuk membayar utang
(kewajiban) jangka pendeknya. Rasio ini bisa diukur dengan rasio lancar
dan rasio kas (terhadap utang jk. Pendek). Pos persediaan pada neraca
pemda umumnya bukan persediaan barang dagang yang ditujukan untuk
dijual tetapi untuk digunakan dalam operasi pemerintah atau diserahkan
kepada masyarakat. Oleh karena itu, dalam perhitungan rasio lancar
sebaiknya pos persediaan tidak diperhitungkan.
Rasio lancar = (aktiva lancar persediaan) : utang jk. Pendek
Rasio lancar = (72.825 1.540) : 6.890
Rasio lancar = 10,35
Rasio lancar ini menunjukkan perbandingan antara aktiva lancar (di luar
persediaan) dengan utang jangka pendek yang besarnya adalah 10,53:1.
Hal ini berarti untuk setiap Rp 1 utang, pemda mempunyai Rp 10,35 aktiva
yang sangat lancar. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan
pemda sangat likuid.
Rasio kas = kas dan setara kas : utang jk. Pendek
Rasio kas = 68.935 : 6.890
Rasio kas = 10
Kesimpulan: rasio kas menunjukkan perbandingan yang lebih likuid dari
rasio lancar, dalam hal ini perbandingan antara kas dengan utang jangka
pendek adalah 10 : 1. Hal ini berarti untuk setiap Rp 1 utang, pemda
mempunyai Rp 10 kas dan setara kas. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kodisi keuangan pemda sangat likuid. Artinya tanpa harus menunggu
ditagihnya piutang pajak, pemda sudah dapat melunasi utang jangka pendek
tsb pada saat ini.
2. Solvabilitas
Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemda untuk
membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini bisa diukur
dengan rasio aktiva terhadap utang atau rasio ekuitas dana terhadap utang.
Rasio solvabilitas = total aktiva : total utang
Rasio solvabilitas = 663.325 :12.890 = 51,46
Kesimpulan: rasio solvabilitas menunjukkan perbandingan antara total
107
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
aktiva dengan total utang yang besarnya adalah 51,46 : 1. Hal ini berarti
untuk setiap Rp 1 utang, pemda mempunyai Rp 51,46 aset. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kondisi keuangan pemda masih sangat solvable.
3. Leverage
Rasio leverage digunakan untuk mengukur perbandingan antara ekuitas
dana (kekayaan bersih pemda) dengan total utang. Rasio leverage selama
ini hanya digunakan di sektor perusahaan untuk mengukur komposisi sumber
pembiayaan yang berasal dari kreditor dan investor. Di pemerintah daerah,
rasio ini mungkin belum (tidak) merupakan rasio yang penting sebab tingkat
utang daerah yang masih relatif kecil dan syarat penarikan pinjaman daerah
menggunakan DSCR dan rasio maksimum pinjaman.
Rasio leverage = total ekuitas dana : total utang
Rasio leverage = 650.435 : 12.890 = 50,46
Kesimpulan: rasio leverage menunjukkan perbandingan antara kekayaan
bersih (ekuitas dana) dengan utang, yang besarnya adalah 50 : 1. hal ini
menunjukkan bahwa kondisi keuangan Pemkab Masyarakat Sejahtera
sangat solid.
4. Kemandirian
Rasio kemandirian digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian pemda
dalam hal pendanaan aktivitasnya. Rasio ini dapat diukur dengan membandingkan jumlah PAD terhadap jumlah DAU ditambah jumlah pinjaman (selain
utang PFK dan utang pajak PPn/PPh).
Dana alokasi umum merupakan dana yang berasal dari APBN yang
ditransfer ke pemda dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Dana
alokasi umum masih merupakan sumber pembiayaan yang utama (andalan)
bagi pemda-pemda pada umumnya. Dengan demikian, dapat dikatakan
bila perbandingan sumber pembiayaan dari PAD terhadap DAU semakin
besar, berarti hal ini menunjukkan tingkat kemandirian yang semakin
meningkat pula. Bila pinjaman jumlahnya dianggap material, maka untuk
mengukur kemandirian unsur pinjaman tersebut harus diperhitungkan,
akan tetapi sebaiknya mengeluarkan utang PFK dan utang pajak pusat
sebab kedua jenis utang tersebut tidak dimaksudkan untuk menambah
sumber pendanaan pemda.
108
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Rasio kemandirian =
Realisasi PAD : {DAU + (Utang Utang PFK Utang pajak pusat)}
Rasio kemandirian = 38.603 : {275.500 + (12.890 1.550 2.340)}
Rasio kemandirian = 38.603 : 284.500 = 13,57%
E. Rangkuman
Analisis perbandingan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah
memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
Keserasian Belanja
Likuiditas
Solvabilitas
Leverage
109
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
110
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Analisis
Bab 8
Kecenderungan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
Membutuhkan data runtut waktu (time series data) selama beberapa tahun
sebagai bahan analisis.
111
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Analisis dilakukan dengan membandingkan (menghubungkan) angkaangka untuk pos yang sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan.
Pada bagian berikut akan dibahas tiga metode analisis kecenderungan
Th. 2001 Th. 2002 Th. 2003 Th. 2004 Th. 2005
200
220
245
260
270
Kecenderungan (%)
100
110
123
130
135
10
23
30
35
112
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Jumlah
2001
200
2002
220
2003
245
2004
260
2005
270
Rata-rata kenaikan per tahun
Kenaikan
Keterangan
10%
11,36%
6,12%
3,85%
7,83%
113
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Pajak daerah
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
14.750
12.245
10.320
11.145
23.730
23.766
18.165
26.680
28.465
37.062
30.000
20.000
10.000
96
114
97
98
99
00
01
02
03
04
05
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Dari data yang tersedia pada contoh di atas, buat scatter plot, yaitu kumpulan
titik-titik koordinat (X,Y)
115
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
itu, metode ini tidak dapat memberikan alasan yang kuat secara ilmiah untuk
digunakan sebagai alat analisis.
E. Analisis Kecenderungan dengan Hubungan Antar Variabel
Terjadinya suatu biaya dan/atau pendapatan tentu ada pemicunya
yang lazimnya disebut sebagai variabel independen. Dalam berbagai situasi,
menentukan hubungan antara dua variablel (dependen dan independen) tidak
mudah dilakukan. Pada bagian ini akan diberikan ilustrasi analisis hubungan
antar dua variabel dengan teknik regresi linier sederhana.
Misalnya terdapat data yang menunjukkan hubungan antara biaya
pemeliharaan jalan (Y) dan luas jalan yang diperbaiki (X) di suatu pemda
dalam lima tahun terakhir sebagai berikut.
2001
2002
2003
2004
2005
50.000
60.000
40.000
55.000
65.000
6.250
7.320
5.200
7.700
9.230
(ribuan)
(jutaan)
50
6.250
-4
60
7.320
40
5.200
-14
55
7.700
65
9.230
Xi = 270
X= 54
116
X-X
Yi = 35.700
X2
Y-Y
y2
xy
-890
16
792.100 3.560
180
36
32.400
1.080
-1.940
196
3.763.600
27.160
560
313.600
560
11
2.090
121
4.368.100
22.990
xi= 0
yi = 0
2
xi = 370
2
yi = 9.269.800
xiyi = 55.350
Y = 7.140
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
-------------------------------
xi2
yi2
55.350
=
55.350
9.269.800
58.548
55.350
xiyi
b =
--------xi
------------- = 150
370
117
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
118
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
Daftar
Pustaka
119
Analisis Laporan
Keuangan
Daerah
120