Cedera Kepala Ringan
Cedera Kepala Ringan
TRAUMA KAPITIS
PEMBIMBING :
DR. YUNIARTI, SP.S
PENYUSUN :
AZMAN HAKIM HASSANUDDIN
030.08.270
BAB I
STATUS NEUROLOGIS
I.
IDENTITAS
a.
Nama
: Tn. B
b.
Jenis kelamin
: Laki-laki
c.
Umur
: 43 Tahun
d.
Pekerjaan
: Pekerja Swasta
e.
Pendidikan
: Tamat SLTA
f.
Agama
: Islam
g.
Status perkawinan
: Menikah
h.
Suku bangsa
: Betawi
i.
Alamat
j.
Tanggal masuk RS
: 14 Mei 2013
II.
ANAMNESIS
Dilakukan auto dan allo-anamnesis pada tanggal 16 Mei 2013
a.
Keluhan Utama :
Pingsan setelah kecelakaan motor kira-kira 1 jam SMRS.
b.
Keluhan Tambahan :
Pusing berputar setelah kecelakaan motor
c.
e.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
a.
b.
Keadaan Umum
Kesadaran
Sikap
: Duduk- Berbaring
Koperasi
: Kooperatif
Keadaan Gizi
: Cukup
Tekanan Darah
: 120 / 80 mmHg
Nadi
: 84 x/mnt
Suhu
: 36,7 0C
Pernafasan
: 20 x/mnt
Keadaan Lokal
Trauma Stigmata
kanan, luka lecet di jari ke-2 dan ke-5 sebelah kanan, bahu kiri nyeri dan tidak
dapat digerakkan.
3
Pulsasi A.Carotis
Perdarahan Perifer
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
:Perdarahan (-)
Tenggorok
Leher
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas
Bawah
IV.
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
a.
:-
Laseque
: >700 / >700
Kerniq
Brudzinsky I
:-
Brudzinsky II
:-/-
b.
c.
Saraf-saraf Kranialis
N.I (olfaktorius)
: normosmia + / +
N.II (optikus)
Acies visus
: baik / baik
Funduskopi
: tidak dilakukan
: ortoposisi + / +
temporal, superior, inferior, nasal atas dan bawah, temporal atas dan
bawah)
Exopthalmus
:-/-
Nystagmus
:-/-
Pupil
Bentuk
: +/+
: +/+
Reflek konvergensi
: +/+
N.V (Trigeminus)
Cabang Motorik
: baik / baik
Cabang sensorik
Ophtalmikus : baik / baik
Maksilaris
: baik / baik
: baik / baik
Motorik orbikularis
: baik / baik
Pengecapan lidah
: baik / baik
N.VIII (Vestibulocochlearis)
Vestibular : Vertigo
: +
Nistagmus
Koklearis : Tuli Konduktif
Tuli Perseptif
:-/:-/:-/-
: baik / baik
Sensorik
: baik / baik
N.XI (Accesorius)
Mengangkat bahu
: TVD / baik
Menoleh
: baik / baik
N.XII (Hypoglossus)
d.
Pergerakkan lidah
: baik
Atrofi
:-
Fasikulasi
:-
Tremor
:-
Sistem Motorik
Ekstremitas atas proksimal distal
: TVD/5555
6
: 5555/5555
Gerakkan Involunter
Tremor
:-/-
Chorea
:-/-
Atetose
:-/-
Miokloni
:-/-
Tics
:-/-
f.
Trofik
: eutrofik + / +
g.
Tonus
: normotonus + / +
h.
i.
: baik / baik
: baik / baik
Fungsi Serebelar
Ataxia
:-
Tes Romberg
:-
Disdiadokokinesia
:-/-
Jari-jari
: baik / baik
Jari-hidung
: baik / baik
Tumit-lutut
: baik / baik
Rebound phenomenon
:-/-
Hipotoni
:-/-
j.
Fungsi Luhur
Astereognosia
:-
Apraxia
:-
Afasia
:-
k.
Fungsi Otonom
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Sekresi keringat
: baik
l.
Refleks Fisiologis
Kornea
:+/+
Biceps
: +2 / +2
Triceps
: +2 / +2
Radius
: +2 / +2
Dinding perut : +
7
Lutut
: +2 / +2
Tumit
: +2 / +2
Kremaster
: (tidak dilakukan)
m.
Refleks Patologis
Hoffman Tromer
:-/-
Babinsky
:-/-
Chaddok
:-/-
Gordon
:-/-
Schaefer
:-/-
Klonus lutut
:-/-
Klonus tumit
:-/-
n.
Keadaan Psikis
Intelegensia
: baik
Tanda regresi
:-
Demensia
:-
V.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin
13.217.3 g/dl
15.3 g/dl
Hematokrit
Leukosit
33-45%
5.0-10.0 ribu/ul
47%
16.0 ribu
Trombosit
150-440 ribu/ul
328 ribu/ul
Eritrosit
VER/HER/KHER/RDW
VER
4.40-5.90 juta/ul
4.89 juta/ul
80.0-100.0 fl
96.0 fl
HER
26.0-34.0 pg
31.4 pg
KHER
RDW
32.0-36.0 g/dl
11.5-14.5%
32.7 g/dl
13.0 %
SGOT
0 34 U/l
47 U/l
SGPT
0 40 U/l
33 U/l
FUNGSI HATI
FUNGSI GINJAL
Ureum
Creatinin
GLUKOSA DARAH
GDS
ELEKTROLIT DARAH
Natrium
Kalium
Clorida
SERO-IMMUNOLOGI
Golongan Daran
VI.
20 40 mg / dl
0.6 1.5 mg/dl
21 mg/dl
0.7 mg/dl
70 140 mg/dl
111 mg/dl
147 mmol/l
3.14 mmol/l
114 mmol/l
O/Rh+
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Kesan :
Tidak tampak tanda-tanda fraktur pada foto manus AP/Lateral kiri
Defek jaringan lunak regio distal phalang distal digiti II
Kesan :
Infiltrat di lapangan tengah paru kiri dan parahiler kanan
Aorta elongasi
Cor dalam batas normal
Fraktur os klavikula kanan
10
Kesan :
Tidak tampak hematom epidural, subdural, maupun intra serebri saat ini
Hematosinus ethmoidalis bilateral
RESUME
Pasien, laki-laki, 43 tahun dibawa ke RSUP Fatmawati karena pingsan akibat
kecelakaan bermotor di Kampung Sawah, pada tanggal 14 Mei 2013. Pasien terjatuh
dari motor dengan sendiri akibat mengantuk dan kondisi jalan yang licin. Pasien tidak
memakai helm SNI. Pasien pingsan (+) 5-10 menit setelah kecelakaan, hilang ingatan
(+), nyeri kepala (+), pusing berputar setelah kecelakaan. Pasien tidak dapat
mengingat secara tepat kronologis kejadian kecelakaannya. Pasien mengeluh tangan
kanannya nyeri dan tidak bisa digerakkan.
11
Pada pemeriksaan fisik didapat luka lecet diatas alis kanan, luka lecet di dahi
sebelah kiri, luka lecet di jari ke-2 dan ke-5 sebelah kiri, bahu kanan nyeri dan tidak
dapat digerakkan. Defisit neurologis (-). Dari rontgen tampak adanya fraktur os
clavicula kanan dan pada ct-scan tidak tampak adanya kelainan.
Pemeriksaan fisik
digerakkan
Kepala: benjolan (-)
Perdarahan THT (-)
Mata: brills hematoma -/Telinga : battles signs
Kulit: ekskoriasi pada atas alis mata dan dahi sebelah kanan, di jari ke2 dan
ke5 tangan kanan
Pemeriksaan neurologis
Tanda rangsang meningeal : N. Kranialis : parese (-)
Motorik
Foto thoraks
Aorta elongasi
VII.
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis klinis: riwayat penurunan kesadaran, cedera kepala ringan, closed
fracture clavicula dextra, multiple vulnus laceratum regio frontalis dextra, vertigo
post trauma, leukositosi
Diagnosis etiologi: cedera kepala ringan
Diagnosis topis: (-)
VIII.
PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
- ABC
- posisi tidur, bagian kepala ditinggikan sekitar 300
- perawatan luka
Medikamentosa
- IVFD Nacl 0,9% 500cc/12 jam
- Nonflamin 3 x 1 tab po
- Ceftriaxon 2 x 1 gr IV
- Piracetam 2 x 12gr IV
- Ketorolac 2 x 30 mg IV drip
- Mertigo 3 x 1 tab PO
IX.
RENCANA PEMERIKSAAN
Konsul ortopedi
X.
PROGNOSA
Ad vitam
: bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TRAUMA KAPITIS
13
Trauma kapitis atau cedera kepala adalah kerusakan otak akibat trauma
mekanik yang terjadi langsung saat trauma (primer) maupun tidak langsung, sesaat
sesudah trauma (sekunder). Tulang tengkorak yang tebal dan keras membantu
melindungi otak. Tetapi meskipun memiliki helm alami, otak sangat peka terhadap
berbagai jenis cedera. Otak bisa terluka meskipun tidak terdapat luka yang menembus
tengkorak. Cedera kepala paling sering disebabkan oleh kecelakaan bermotor
bermotor sering dihubungkan dengan konsumsi alkohol yang berlebihan.
Patofisiologi
Trauma secara langsung akan menyebabkan cedera yang disebut lesi primer.
Lesi primer ini dapat dijumpai pada kulit dan jaringan subkutan, tulang tengkorak,
jaringan otak, saraf otak maupun pembuluh-pembuluh darah di dalam dan di sekitar
14
otak. Pada tulang tengkorak dapat terjadi fraktur linier (70% dari fraktur tengkorak),
fraktur impresi maupun perforasi. Fraktur linier pada daerah temporal dapat merobek
atau menimbulkan aneurisma pada arteria meningea media dan cabang-cabangnya;
pada dasar tengkorak dapat merobek atau menimbulkan aneurisma a. karotis interna
dan terjadi perdarahan lewat hidung, mulut dan telinga. Fraktur yang mengenai
lamina kribriform dan daerah telinga tengah dapat menimbulkan rinoroe dan otoroe
(keluarnya cairan serebro spinal lewat hidung atau telinga).
Trauma kepala dapat menyebabkan cedera pada otak karena adanya aselerasi,
deselerasi dan rotasi dari kepala dan isinya. Karena perbedaan densitas antara
tengkorak dan isinya, bila ada aselerasi, gerakan cepat yang mendadak dari tulang
tengkorak diikuti dengan lebih lambat oleh otak. Ini mengakibatkan benturan dan
goresan antara otak dengan bagian-bagian dalam tengkorak yang menonjol atau
dengan sekat-sekat duramater. Bila terjadi deselerasi (pelambatan gerak), terjadi
benturan karena otak masih bergerak cepat pada saat tengkorak sudah bergerak lambat
atau berhenti. Mekanisme yang sama terjadi bila ada rotasi kepala yang mendadak.
Tenaga gerakan ini menyebabkan cedera pada otak karena kompresi (penekanan)
jaringan, peregangan maupun penggelinciran suatu bagian jaringan di atas jaringan
yang lain. Ketiga hal ini biasanya terjadi bersama-sama atau berturutan.
Kerusakan jaringan otak dapat terjadi di tempat benturan (coup), maupun di
tempat yang berlawanan (countre coup). Diduga countre coup terjadi karena
gelombang tekanan dari sisi benturan (sisi coup) dijalarkan di dalam jaringan otak ke
arah yang berlawanan; teoritis pada sisi countre coup ini terjadi tekanan yang paling
rendah, bahkan sering kali negatif hingga timbul kavitasi dengan robekan jaringan.
Selain itu, kemungkinan gerakan rotasi isi tengkorak pada setiap trauma merupakan
penyebab utama terjadinya countre coup, akibat benturan-benturan otak dengan
bagian dalam tengkorak maupun tarikan dan pergeseran antar jaringan dalam
tengkorak. Yang seringkali menderita kerusakan-kerusakan ini adalah daerah lobus
temporalis, frontalis dan oksipitalis.
15
memperlihatkan gejala, atau sesudah beberapa hari kemudian. Yang timbulnya lambat
biasanya cepat dapat pulih kembali, karena penyebabnya adalah edema.
Kerusakannya terjadi di kanalis fasialis, dan seringkali disertai perdarahan lewat
lubang telinga. Banyak didapatkan gangguan saraf VIII pada. trauma kepala, misalnya
gangguan pendengaran maupun keseimbangan. Edema juga merupakan salah satu
penyebab gangguan. Gangguan pada saraf IX, X dan XI jarang didapatkan, mungkin
karena kebanyakan penderitanya meninggal bila trauma sampai dapat menimbulkan
gangguan pada saraf-saraf tersebut. Akibat dari trauma pada pembuluh darah, selain
robekan terbuka yang dapat langsung terjadi karena benturan atau tarikan, dapat juga
timbul kelemahan dinding arteri. Bagian ini kemudian berkembang menjadi
aneurisma.
Tipe trauma kepala:
1. Trauma kepala terbuka
Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi
duramater. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak.
Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus akustikus
interna, foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah 2-3 hari akan tampak battle
sign (warna biru dibelakang telinga diatas os mastoid) dan otorrhoe (liquor keluar
dari telinga). Perdarahan dari telinga dengan trauma kepala hampir selalu
disebabkan oleh retak tulang dasar tengkorak. Fraktur basis tengkorak tidak selalu
dapat dideteksi oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda klinik
yang dapat membantu mendiagnosa adalah :
a. Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid )
b. Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga )
c. Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa trauma langsung )
d. Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung )
e. Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)
Komplikasi pada trauma kepala terbuka adalah infeksi, meningitis dan
perdarahan.
2. Trauma kepala tertutup
a. Komusio serebri ( Gegar otak )
17
18
19
bisa menyebabkan kelemahan pada satu sisi tubuh yang diserati dengan
kebingungan atau bahkan koma.
c. Perdarahan intrakranial
Merupakan penimbunan darah di dalam otak atau diantara otak dengan tulang
tengkorak. Hematoma intrakranial bisa terjadi karena cedera atau stroke.
Perdarahan karena cedera biasanya terbentuk di dalam pembungkus otak
sebelah luar (hematoma subdural) atau diantara pembungkus otak sebelah luar
dengan tulang tengkorak (hematoma epidural). Kedua jenis perdarahan diatas
biasanya bisa terlihat pada CT scan atau MRI. Sebagian besar perdarahan
terjadi dengan cepat dan menimbulkan gejala dalam beberapa menit.
Perdarahan menahun (hematoma kronis) lebih sering terjadi pada usia lanjut
dan membesar secara perlahan serta menimbulkan gejala setelah beberapa jam
atau hari. Hematoma yang luas akan menekan otak, menyebabkan
pembengkakan dan pada akhirnya menghancurkan jaringan otak. Hematoma
yang luas juga akan menyebabkan otak bagian atas atau batang otak
mengalami herniasi. Pada perdarahan intrakranial bisa terjadi penurunan
kesadaran sampai koma, kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh,
gangguan pernafasan atau gangguan jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga
terjadi kebingungan dan hilang ingatan, terutama pada usia lanjut.
o
Hematoma epidural
Hematoma epidural berasal dari perdarahan di arteri yang terletak
diantara meningens dan tulang tengkorak, yaitu arteri meningea media. Hal
ini terjadi karena patah tulang tengkorak telah merobek arteri. Darah di
dalam arteri memiliki tekanan lebih tinggi sehingga lebih cepat memancar.
Gejala berupa sakit kepala hebat bisa segera timbul tetapi bisa juga baru
muncul beberapa jam kemudian. Sakit kepala kadang menghilang, tetapi
beberapa jam kemudian muncul lagi dan lebih parah dari sebelumnya.
Selanjutnya bisa terjadi peningkatan kebingungan, rasa ngantuk,
kelumpuhan, pingsan dan koma. Diagnosis dini sangat penting dan
biasanya tergantung kepada CT scan darurat. Hematoma epidural diatasi
sesegera mungkin dengan membuat lubang di dalam tulang tengkorak
20
Hematoma subdural
Hematoma subdural berasal dari perdarahan pada vena di sekeliling
otak. Perdarahan bisa terjadi segera setelah terjadinya cedera kepala berat
atau beberapa saat kemudian setelah terjadinya cedera kepala yang lebih
ringan. Hematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling
sering terjadi pada usia lanjut (karena venanya rapuh) dan pada alkoholik.
Pada kedua keadaan ini, cedera tampaknya ringan; selama beberapa
minggu gejalanya tidak dihiraukan. Hasil pemeriksaan CT scan dan MRI
bisa menunjukkan adanya genangan darah. Hematoma subdural pada bayi
bisa menyebabkan kepala bertambah besar karena tulang tengkoraknya
masih lembut dan lunak. Hematoma subdural yang kecil pada dewasa
seringkali diserap secara spontan. Hematoma subdural yang besar, yang
menyebabkan gejala-gejala neurologis biasanya dikeluarkan melalui
pembedahan. Petunjuk dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah:
1). Sakit kepala yang menetap
2). Rasa mengantuk yang hilang-timbul
3). Linglung
4). Perubahan ingatan
5). Kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan.
EPIDURAL HEMATOM
SUBDURAL HEMATOM
Robek
Gejala
klinik
yang
terjadi
kemudian,
pupilkesadaran
yang
papil
semakin
memburuk
hemihipestesia,
edema,
epilepsi
Hiperrefleks,
duramater
Gambaran Hiperdens Biconveks
Ct-Scan
21
Kriteria cedera kepala yang digunakan untuk diagnosis, bergantung beratringannya cedera otak yang terjadi, oleh sebab itu terbagai menjadi :
1. minimal = simple head injury
-
GCS = 15 (normal)
Kesadaran baik
CT-Scan normal
GCS = 13 - 15
CT-Scan normal
GCS = 9 12
CT-Scan abnormal
GCS = 5 8
CT-Scan abnormal
istirahat dirumah
rehabilitasi
Prognosis
Cedera kepala bisa menyebabkan kematian atau penderita bisa mengalami
penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan
beratnya kerusakan otak yang terjadi. Berbagai fungsi otak dapat dijalankan oleh
beberapa area, sehingga area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan
fungsi dari area lainnya yang mengalami kerusakan. Tetapi semakin tua umur
penderita, maka kemampuan otak untuk menggantikan fungsi satu sama lainnya,
semakin berkurang. Kemampuan berbahasa pada anak kecil dijalankan oleh beberapa
area di otak, sedangkan pada dewasa sudah dipusatkan pada satu area. Jika hemisfer
kiri mengalami kerusakan hebat sebelum usia 8 tahun, maka hemisfer kanan bisa
mengambil alih fungsi bahasa.
Kerusakan area bahasa pada masa dewasa lebih cenderung menyebabkan
kelainan yang menetap. Beberapa fungsi (misalnya penglihatan serta pergerakan
lengan dan tungkai) dikendalikan oleh area khusus pada salah satu sisi otak.
Kerusakan pada area ini biasanya menyebabkan kelainan yang menetap. Dampak dari
kerusakan ini bisa diminimalkan dengan menjalani terapi rehabilitasi. Penderita
cedera kepala berat kadang mengalami amnesia dan tidak dapat mengingat peristiwa
sesaat sebelum dan sesudah terjadinya penurunan kesadaran. Jika kesadaran telah
kembali pada minggu pertama, maka biasanya ingatan penderita akan pulih kembali.
23
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
24