PENDAHULUAN
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-
organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang
diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti
hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke
dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material
suplemen.
Macam-macam pupuk
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk: (1) pupuk
organik atau pupuk alami (bahasa Inggris: manure) dan (2) pupuk kimia atau pupuk
buatan (Ing. fertilizer). Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-
sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat
melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia
biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat
dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya;
keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu
pengikatan air secara efektif.
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair.
Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal.
Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan
biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara
disemprot ke tubuh tanaman.
Pupuk berdasarkan kandungannya
Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk majemuk
paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan
yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa
merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau
zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman
kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur kacang hijau
dan isi onde-onde, dan lain-lain. Kecambahnya dikenal sebagai tauge. Tanaman ini
mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak
lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E).
Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat melancarkan buang air besar dan
menambah semangat hidup. Selain itu juga dapat digunakan untuk pengobatan
hepatitis, terkilir, beri-beri, demam nifas, kepala pusing/vertigo, memulihkan kesehatan,
kencing kurang lancar, kurang darah, jantung mengipas, dan kepala pusing (Achyad
dan Rasyidah, 2006). Meskipun tanaman kacang hijau memiliki banyak manfaat,
namun tanaman ini masih kurang mendapatkan perhatian petani untuk dibudidayakan.
Tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani, meskipun hasil
tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik. Dibanding
dengan tanaman kacang-kacangan lain, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau
dari segi agronomi maupun ekonomis seperti : (a) lebih tahan kekeringan, (b)
serangan hama penyakit lebih sedikit, (c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari,
(d) dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan cara budidayanya mudah.
Dengan demikian, kacang hijau mempunyai potensi yang tinggi untuk
dikembangkan. Untuk mempercepat perkembangan, ketersediaan benih yang
memadai dari varietas unggul yang sudah dilepas merupakan kunci
keberhasiIan.
Dalam bertanam kacang hijau, petani jarang melakukan pemupukan. Cara ini
juga disarankan terutama pada lahan-lahan yang subur. Sedangkan pada tanah kurang
subur diberikan pupuk sebanyak 45 kg Urea + 45- 90 kg SP36 + 50 kg KCl/ha (Hilman,
et al., 2004; Balitkabi, 2005). Sunantara (2000) menyarankan pemberian pupuk
sebanyak 50 kg Urea + 60 kg SP36 + 50 kg KCl/ha. Pupuk diberikan pada saat tanam
secara larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman. Bahan organik berupa
pupuk kandang sebanyak 15-20 t/ha atau abu dapur/abu hasil pembakaran jerami
sebanyak 5 t/ha sangat baik diaplikasikan untuk menutup lubang tanam. Menurut
Balitkabi (2004), cara ini dapat meningkatkan hasil kacang hijau mencapai 1,5 t/ha.
2.1.2 Pengendalian hama pada tanaman kacang hijau
gejala : ulat memakan daun muda sehingga hanya tertinggal tulang-tulang daunnya
saja. penuruna hasil dari serangan yang berat dapat mencapai 50%. hama ini bisa
dikendalikan dengan insektisida (surecide, karphos, hostathion, azodrin dan sevin).
ulat ini memekan dan menggulung daun, tetapi tidak memekan urat daun. Ulat hidup
dan berkepompong di dalam daun yang tergulung, sehingga sukar diberantas. hama ini
bisa diberantas hanya dengan cara manual yaitu dengan car membuka daun yang
menggulung dn memetikan ulatny.
gejala : hama ini berupa wereng kecil berwarna hijau mengisap cairan sel daun
sehingga bagian ujung daun berwarna kuning. daun yang terserang selain menguning
juga menjadi kaku dan nampak menebal. bila serangan berat tanaman menjadi kerdil
dan daun mudanya rontok. hama ini mudah diberantas dengan menggunakan sevin 85
WP.
gejala : penyakit ini mulai menyerang kacang tanah sejak tanaman berumur 14 hari
hingga tanaman menjelang tua. tanaman yang terserang menjadi layu satu persatu,
walaupu tidak kekeringan. tanaman yang telah layu akan mati keesokan harinya,
pangkal batan dan akar membusuk, berwarna hitam. bila batang tanaman layu dikerat
dan dimasukan kedalam air bersih, dari batang keluar semacam lendir, yang
merupakan koloni bakteri. Cara pengendalian adalah dengan rotasi tanaman.
gejala serangan terlihat mula-mula pada permukaan bawa dari daun terlihat bercak
berwarna coklat kehitaman. pada masing-masing daun terdapat beberapa bercak yang
semakin lama makin melebar. serangan yang berat mengakibatkan ndaun berwarna
hitam bahkan dapat menular ketangkai daun dan batang. tanaman yang terserang berat
akan merontokan daun sebelum waktunya dan tanaman mati. penyakit ini bisa
dikendalikan dengan rotasi tanaman, tanaman serempak dan varietas yang toleran.
pemberantasan dengan fungisida seperti dithane, bravo, tilt.
Gejala serangan mula-mula di bagian bawah daun-daun tua terdapat totol kuningn yang
lama-lama menjadi coklat tua. Dari totol coklat ini keluar spora berupa tepung halus,
yang akan ditularkan oleh angina. Bila serangan berat, totol coklat tai dapat merata
pada semua daun, sehingga tanaman berdaun kuning kecoklatan. Daun yang telah
terserang berat akan mongering dan luruh sebelum waktunya.Pencegahan penyakit ini
dengan rotasi tanaman, tanam serempak, dengan fungisida Dithane, Manep, Zineb dan
juga dapat dianjurkan penggunaan varietas yang tahan.
http://joelyo1o1blog.blog.friendster.com/2008/11/budidaya-kacang-tanah/
Pemupukan
Dosis pemupukan yang dianjurkan setiap hektar adalah : Urea= 50 kg, Sp-36 = 112,5
kg dan KCl = 50 kg. Pupuk diberikan pada umur 10-15 hari setelah tanam dengan cara
ditebar pada larikan antara barisan. Semua pupuk diberikan sekaligus.