PENDAHULUAN
Fistula perianal adalah saluran abnormal yang dibatasi oleh jaringan
granulasi, yang menghubungkan satu ruang (dari lapisan epitel anus atau rektum)
ke ruang lain,biasanya menuju ke epidermis kulit di dekat anus, tapi bisa juga ke
organ lainnya seperti kemaluan. Pada permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih
lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah atau kotoran
saat buang air besar.1
Terdapat berbagai jenis fistula, mulai dari yang simple hingga fistula
kompleks yang bercabang-cabang dan melibatkan otot spinkter ani, yaitu otot
yang mengatur proses defekasi.2
Angka kejadian rata-rata per 100.000 populasi sekitar 8,6 kasus,
perbandingan rasio antara pria dan wanita adalah 1,8:1. Sedangkan umur rata-rata
pasien berkisar 38,3 tahun.1,3
Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses, tetapi tidak semua
abses menjadi fistula. Fistula perianal juga dapat terjadi pada pasien
dengan
kondisi inflamasi
berkepanjangan
pada
usus,
seperti
Irritable
operasi
karena
fistula
perianal
jarang
sembuh
BAB II
LAPORAN KASUS
: Tn. A
Umur
: 18 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pelajar
Status Perkawinan
: Belum menikah
Alamat
: Bangko
Agama
: Islam
Tanggal MRS
: 22 April 2016
Tanggal pemeriksaan
: 23 April 2016
2.2 Anamnesa
Keluhan utama
Kesadaran
: Komposmentis, GCS: 15
Tanda-tanda Vital
TD
Nadi
RR
Suhu
BB
Kulit
: 120/80 mmHg
: 82 x/menit
: 22 x/menit
: 36,5 0C
: 60 kg
TB
: 165 cm
IMT
: 18,3 (Normal)
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
: Bentuk normal, bibir sianosis (-), mukosa anemis (-), gusi berdarah
(-), bau nafas dbn.
Leher
Thorak
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),defans muskuler (-), Hepar dan
lien tidak teraba
Perkusi
Regio Perianal: Tampak sebuah fistel arah jam 8, nyeri tekan (+), rata, berwarna
lebih gelap dari kulit sekitar.
Ekstremitas
Superior
Inferior
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin
WBC
: 6,10 x 109/L
RBC
HGB
: 14,5 g/dl
(11.0 - 16.0)
HCT
: 43,1 %
(36.0 - 48.0)
PLT
: 280 x 109/L
(100 - 300)
(4.0 - 10.0)
Kimia Darah
Glukosa Sewaktu : 132 mg/dl
(200mg/dl)
Faal Ginjal
Ureum
: 23,0 mg/dl
(15 39)
(0,9 1,3)
Pemeriksaan Radiologis
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Regio Anal
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 sentimeter. Sumbunya
mengarah ke ventrokranial yaitu mengarah ke umbilikus dan membentuk sudut
yang nyata ke dorsal dengan rektum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi,
sudut ini menjadi lebih besar.Batas atas kanalis anus disebut garis anorektum,
garis mukokutan, linea pektinata atau linea dentata. Pada daerah ini terdapat
kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi
di sini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel.
Lekukan antar-sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu
melakukan colok dubur dan menunjukkan batas antara sfingter eksterna dan
sfingter interna (garis Hilton).4,6
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter
interna dan sfingter eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari
fusi sfingter interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator
(puborektalis) dan komponen m. sfingter eksternus. M. Sfingter internus terdiri
dari serabut otot polos, sedangkan M. Sfingter eksternus terdiri atas serabut olot
lurik.4
3.2 Histologi
HISTOLOGI REGIO
ANAL
Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.
Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh
anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Kanalis analis
dan kulit luar disekitarnya kaya akan persyarafan sensoris somatik dan peka
terhadap rangsangan nyeri,sedangkan mukosa rektum mempunyai persyarafan
autonom dan tidak peka terhada pnyeri.
mengalir melalui sistem porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke
sistem kava melalui V. Iliaka. Sistem limfe dari rektum mengalirkan isinya
7
divertikulitis,
kanker
atau
cedera
anus
maupun
rektum,
teratasi
dapat
menyebabkan
infeksi
sistemik
letak
Sistem klasifikasi Parks menjelaskan ada 4 tipe fistula perianal yang terjadi akibat
infeksi kriptoglandular, yaitu:1
Intersphingterika
Merupakan bentuk fistula yang sering terjadi. Saluran fistel berada di
daerahintersphingterika.
Transphingterika
Biasanya disebabkan oleh abses isiorektal. Fistula menghubungkan
intersphingtrerika dengan fosa isiorektal oleh adanya perforasi di sphingter
eksternal dan kemudian ke kulit.
Suprasphingterika
Biasanya
merupakan
hasil
dari
abses
supralevator.
Seperti
Ekstrasphingterika
Saluran melewati rektum ke lapisan kulit perineum, fossa isiorektal
melalui m.levator ani dan akhirnya ke dalam anus.
fistula di bawah permukaan kulit. Eksternal opening fistula tampak sebagai bisul
(bila abses belum pecah) atau tampak sebagai saluran yang dikelilingi oleh
jaringan granulasi. Internal opening fistula dapat dirasakan sebagai daerah
indurasi/ nodul di dinding anus setinggi garis dentata. Terlepas dari jumlah
eksternal opening, terdapat hampir selalu hanya satu internal opening.3
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu mengidentifikasi
jenis dan
anatomi/saluran
fistel.
Sebab
hal
ini
saat
penting
bagi
penderita, karena menyangkut cacat fungsional yang mungkin terjadi oleh karena
pemilihan prosedur operasi. Pemeriksaan tersebut antara lain CT Scan,
fistulografi, USG endoanal, MRI, Rektosigmoidoskopi/Kolonoskopi dan Foto
Rontgen Thorax.3
CT Scan berguna dalam mengidentifikasi abses anorektal yang dalam, tapi
jarang digunakan dalam evaluasi sebelum operasi fistula in ano. Gambaran CT
Scan yang relatif sedikit mencitrakan resolusi jaringan lunak, M. levator ani dan
otot-otot sfingter tidak bisa mengidentifikasi kelainan pada bagian aksial.
Sama
halnya
dengan
CT
Scan,
pada
Fistulografi
tidak
membantu
sangat berguna
kompleks
dan
dalam
membantu
mengevaluasi
fistula
yang
USG endoanal lebih murah dan dapat digunakan diruang operasi saat operasi.3
Sigmoidoskopi
untuk membantu
atau
Kolonoskopi
menyingkirkan
adanya
10
dilakukan
pada
evaluasi
penyakit
yang
terkait
awal
proses
dalam
pemeriksaan
fistulografi engan
thoraks,
3.7. Diagnosis2,11
Diagnosa ditegakkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Padakasus-kasus yang sederhana, hukum Goodsall membantu mengantisipasi
anatomi fistula perianal. Hukum ini menyatakan bahwa fistula dengan eksternal
opening ke anterior biasanya memiliki saluran yang berbentuk lurus. Sedangkan
fistula dengan eksternal opening ke posterior atau dorsal biasanya selalu bengkok
ke depan karena radang dan pus terdorong ke anterior di
puborektal
sekitar muskulus
anterior.3
3.8. Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan biasanya dengan tindakan operasi. Beberapa pilihan
pengobatan adalah:1
Fistulotomi
Pemotongan membuka saluran fistel
Fistulektomi
pemotongan menyeluruh dari saluran fistula dan penutupan luka
Seton Longgar
Memasukkan tali atau karet gelang untuk mencegah
ulang.longgar berarti usaha drainase
11
infeksi
Seton Ketat
Memasukkan tali yang memotong melalui otot-otot anus secara
bertahap,ketat berarti usaha pemotongan
Plug penutup Fistula
Memasukkan saluran fistula dengan material komposit yang larut dalam
waktu
Pemajuan Katup Mukosa Rektum
Menarik lapisan dalam dari atas untuk menutup pembukaan/lubang dalam
Fistula Tract
Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara
Bukaan Eksterna
Biasanya di sekitar region perianal.
Traktus Fistula
Saluran yang menghubungkan antara bukaan dalam dan luar fistula.
Bukaan Interna
Biasanya,methylene blue akan diinjeksi untuk mengindentifikasi bukaan
interna saat operasi
Pertama, pasien diposisikan dalam posisi litotomi. Kemudian,lapangan
fistula
dimasukkan sonde untuk guiding melakukan irisan sesuai arah tract fistula. Untuk
menentukan fistula letak rendah atau letak tinggi, kasa steril dimasukkan dalam
lubang anus. Kemudian, methylene blue diinjeksi melalui fistula. Kemudian kain
kasa ditarik dan diliat sejauh mana methylene blue mewarnai kasa steril yang di
dalam lubang anus. Setelah itu, mukosa / epitel fistula dikerok, kontrol perdarahan
12
yang
bisa
dialami
adalah
infeksi,
gangguan
fungsi
13
primer
3.8. Prognosis
Fistula dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan,
cabang fistel tidak turut dibuka,atau kulit sudah menutup sebelum jaringan
granulasi menempel permukaan. Setelah operasi, resiko kekambuhan fistula
termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21%, satu dari lima pasien dengan fistula post
operasi akan mengalami kekambuhan.1,3
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Analisa Kasus
Seorang pasien bernama Tn. A usia 18 tahun. Pasien datang dengan
keluhan keluar cairan dari lubang sekitar anus sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya
pasien merasa ada bisul di samping lubang anus, kemudian bisul itu pecah dan
mengeluarkan cairan dan nanah.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R,de Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004. Hal : 747-748
2. Juan L Paggio, Fistula-in-ano. 2013. Diakses pada 5 Januari 2015.
Diunduh dari :http://emedicine.medscape.com/article/190234-overview
3. MarkH. Beers et al. The Merck Manual. Edisi ke-18. Noida : Merck &Co.,
Inc. 2009. Hal:160-165
4. Richard L. Drake et al. Grays Anatomy for Students. Edisi ke-2. Canada :
Elsevier.,Inc.2010. Hal : 478-481.
5. Leslie P.Gartners, James L.Hiatt. Concise Histology. Edisi Pertama.
Beijing : ElsevierInc. 2011. Hal :254-258
6. John E. Hall, Arthur C. Guyton. Textbook of Medical Physiology.edisi ke11. USA :Elsevier.,Inc. 2009. Hal : 455-459
16