Anda di halaman 1dari 30

I.

Deskripsi Singkat
Perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) ternyata belum merupakan perilaku
yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya. Meskipun
banyak yang sudah terbiasa mencuci tangan, namun pemahaman akan
pentingnya pengunaan sabun dan air mengalir belum sepenuhnya diterapkan.
Data survei Baseline yang dilakukan oleh Environmental Services Program
(ESP-USAID) 2006 menunjukkan bahwa praktik Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) pada waktu-waktu yang mewajibkan CTPS masih rendah.
Perilaku CTPS merupakan suatu intervensi kesehatan yang sederhana dan
murah dalam mengurangi penularan berbagai penyakit termasuk Flu Burung,
ISPA, SARS, kecacingan dan infeksi yang menyebabkan Diare dan Infeksi
SAluran Pencernaan Lain (ISPL) : Kecacingan, Tipoid, Hepatitis dan Polio
terutama pada balita. Kajian yang dilakukan oleh Curtis and Cairncross (2003)
menyebutkan bahwa praktik CTPS khususnya setelah bersentuhan dengan tinja
(setelah ke jamban dan setelah menceboki anak/ bayi) dapat menurunkan
insiden diare sebanyak 42-47%. Kajian lain menemukan bahwa anak di bawah
usia 5 tahun yang tinggal dalam rumah yang menerima intervensi CTPS dan
memiliki sabun dilaporkan 53% lebih rendah insidennya dari pada mereka yang
tinggal di daerah kontrol di Pakistan (Luby 2004). Hal ini membuat praktik CTPS
dipandang efektif untuk pencegahan penularan penyakit menular langsung
seperti di atas.

(insert grafik perilaku CTPS Indonesia dari


Riskesdas 2007)
II. Tujuan Pembelajaran
A.

Tujuan Pembelajaran Umum:


Peserta latih memahami CTPS sebagai upaya pencegahan penyakit, dan
mempunyai keterampilan dalam melakukan CTPS.

B.

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Peserta latih:
Memahami alur penularan penyakit dan cara pencegahan terhadap
penyakit yang ditularkan melalui tangan yang ter kontaminasi.
Memahami manfaat dan teknik CTPS.
Mempunyai keterampilan melakukan CTPS yang benar.
Memahami sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan CTPS paska
pelatihan.

1/30

III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


No
1
2

Pokok Bahasan/Sub Pokok


Bahasan
Refleksi Pengalaman
Pelaksanaan CTPS
Alur Penularan dan Cara
Pencegahan Penyakit Yang
Ditularkan Melalui
Kontaminasi Tangan
Menghambat Alur Penularan
Penyakit
Komponen dan Teknik CTPS

3
4

Monitoring dan evaluasi


pelaksanaan CTPS paska
pelatihan
TOTAL

Waktu

Metode

25 menit

Refleksi
pengalaman,
diskusi
Ceramah, diskusi,
penugasan
kelompok,

60 menit

60 menit

Diskusi kelompok

60 menit

Curah pendapat,
diskusi,
penugasan
kelompok, role
play
diskusi kelompok,
presentasi

70 menit
4 jam, 35 menit

Jika 1 jam pembelajaran @ 45 menit, maka total = 6 jam

IV. Bahan Belajar


-

Whiteboard/Spidol
Flipchart
Film
Meta plan/sticky cloth
Flyer
Poster
Komputer, infocus, layar
Alat peraga dari inisiatif peserta/active particitatory learning.

2/30

V. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


1. Refleksi Pengalaman Pelaksanaan CTPS (25 menit)
Langkah
Kegiatan
a. Refleksi
pengalaman
(25 menit)

Uraian Kegiatan yang dilakukan oleh Fasilitator dan


Peserta

Fasilitator menjelaskan maksud dan


tujuan sesi ini.

Melalui curah pendapat Fasilitator


menanyakan apakah peserta telah melaksanakan atau
terlibat dalam pelaksanaan, mengetahui tentang
pelaksanaan kegiatan CTPS.

Fasilitator minta kepada peserta (yang


telah terlibat dalam pelaksanaan kegiatan CTPS) untuk
menyajikan pengalamannya.

Kemudian dilanjutkan melalui diskusi


tanya jawab.

2. Alur Penularan dan Cara Pencegahan Penyakit Yang Ditularkan Melalui


Kontaminasi Tangan ( 60 menit)
Langkah
Kegiatan
a. Penyakit
menular yang
sering ditemui
di daerah
masingmasing (15
menit)

b. Alur
penularan
penyakit

Uraian Kegiatan yang dilakukan oleh Fasilitator dan


Peserta
Fasilitator menjelaskan kepada peserta diskusi tujuan dari
kegiatan ini dan membagikan meta plan dan meminta
peserta menulis jenis-jenis penyakit infeksi/menular yang
ada di wilayah mereka, kemudian menempelkannnya
pada sticky cloth. Misalnya: 1)Penyakit Diare dan ISPL
2)Penyakit Mata, 3)ISPA , 4)Flu Burung
Fasilitator mengajak curah pendapat menanyakan siapa
saja yang paling sering menjadi korban penyakit-penyakit
tersebut di atas dan kebiasaan mereka sehari-hari. (balita,
anak sekolah, wanita hamil, petani, dll)
Fasilitator menyimpulkan kebiasan-kebiasaan hidup
sehari-hari dan banyaknya benda yang disentuh oleh
tangan yang menyebabkan penularan penyakit tersebut.

Apabila peserta diskusi cukup banyak,


Fasilitator membagi ke dalam kelompok kecil (6 8
orang).

Bagikan satu set gambar (Lampiran 2) kepada


masing-masing kelompok dan tugaskan peserta diskusi
3/30

dengan petunjuk sebagai berikut :

Letakkan gambar yang memperlihatkan


seseorang sedang buang air besar di tempat yang
terbuka (ada feces/ kotoran manusia) di sebelah kiri.
Sedang di ujung kanan letakkan gambar yang
menunjukkan mulut.
(Akan
tampak
seperti
gambar
di
bawah)

Gambar
Tinja

Gambar
Mulut

Dari set gambar yang ada, mintalah peserta diskusi untuk


membuat diagram yang menggambarkan bagaimana
caranya kotoran yang dikeluarkan manusia dapat sampai
/masuk melalui mulut orang lain, sesuai dengan kondisi
yang terjadi di masyarakat. Bentuk kertas meta plan
menjadi tanda panah, dan gunakan diantara berbagai
gambar untuk memperlihatkan alur-alur yang ditempuh
dari tempat buang air besar hingga ke mulut orang. (Ambil
gambar Makanan, Air, Lalat, Tangan pada setiap
kelompok dari set gambar yang diberikan di Lampiran 1).
Setelah peserta selesai mengerjakan diagram masingmasing, setiap kelompok diminta untuk memperlihatkan
dan menerangkan diagram mereka kepada kelompok lain.
Biarkan mereka menjawab pertanyaan -pertanyaan yang
diajukan peserta lain.
Bicarakan kesamaan dan perbedaan antara satu diagram
dengan diagram yang lain. Catat hasil diagram dari
masing-masing kelompok.
Bantulah mereka untuk membentuk diagram alur yang
benar (diagram F, lihat alurnya pada Uraian Materi),
apabila alur yang dibuat oleh mereka ternyata kurang
tepat dalam penyusunan gambarnya.
Kemudian fasilitasi sebuah diskusi untuk membantu
peserta menggunakan pengetahuan yang baru saja
mereka dapatkan untuk membahas keadaan di
masyarakat mereka sendiri.
Perilaku berisiko mana yang dalam alur penularan
penyakit tersebut yang masih terjadi di masyarakat?
4/30

Perilaku mana yang berkaitan dengan kontaminasi


tangan? Siapa/ kelompok masyarakat mana yang masih
berperilaku seperti disebutkan tadi?

3. Menghambat alur Penularan dengan CTPS ( 60 menit)

5/30

Langkah
Kegiatan
a.
Penghambat
Alur
Penularan
Penyakit

Uraian Kegiatan yang dilakukan oleh Fasilitator dan


Peserta
Setelah peserta selesai membuat dan mendiskusikan tentang
alur penularan penyakit, kemudian lanjutkan proses dengan
menghambat alur tersebut.
1. Fasilitator memberikan petunjuk sebagai berikut :
"Sekarang kita sudah tahu bagaimana caranya kotoran
manusia menularkan penyakit, maka sekarang kita harus
memikirkan upaya agar penularan ini jangan sampai
berlangsung terus menerus.
2. Berikan kepada kelompok diskusi satu set gambar

penghambat alur penularan penyakit, kemudian ajaklah


masyarakat untuk mencari kesepakatan bersama dimana
gambar-gambar tersebut harus diletakkan untuk bisa
menghentikan atau menghambat berbagai alur yang ada.
3. Setelah itu mintalah peserta kelompok diskusi untuk
mempresentasikan diagram alur penularan penyakit yang
sudah diberikan gambar penghambatnya.
Biarkan
mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh peserta lainnya.
4. Mintalah kepada peserta diskusi untuk membuat catatan
kesimpulan, karena ini akan diperlukan untuk kegiatan
selanjutnya. Kemudian ajak (pula masyarakat) yang hadir
untuk berdiskusi dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
5. Adakah kebiasaan yang dilakukan oleh laki-laki,
perempuan, anak-anak yang dapat meningkatkan risiko
timbulnya penyakit diare?
6. Bagaimana risiko-risiko tersebut dapat dikurangi oleh lakilaki, perempuan, serta anak laki-laki dan anak
perempuan?
7. Siapa yang bertanggung jawab untuk mengurangi risiko
tersebut-apa yang dapat laki-laki dan perempuan lakukan
dan apakah pembagian tanggungjawab terhadap hal
tersebut sudah seimbang dengan adil?
8. Fasilitasikan sebuah diskusi dengan seluruh peserta
mengenai apa yang telah mereka pelajari
Penggunaannya dalam perencanaan rencana tindak
lanjut:
Pengetahuan tentang penyebaran penyakit yang mungkin
terjadi di masyarakat yang dihasilkan dari proses tersebut
di atas bisa digunakan untuk membuat rencana tindak
lanjut untuk pencegahan penyakit infeksi/menular di
masyarakat
Demikian pula dengan pengetahuan tentang wilayah yang
bermasalah dan perilaku hidup yang menyebabkan resiko
penularan penyakit, juga dapat digunakan untuk
6/30
penentuan lokasi rencana tindak lanjut pencegahan
penyakit infeksi/menular.

4. Komponen dan Teknik CTPS ( 60 menit)


Langkah
Kegiatan
a. Cara
Pencegahan
Penyakit Yang
Ditularkan
Melalui
Kontaminasi
Tangan
dengan CTPS
(30 menit)

Uraian Kegiatan yang dilakukan oleh Fasilitator dan


Peserta
Fasilitator mengingatkan kembali Alur penularan yang
dipelajari pada sesi sebelumnya (sebaiknya alur tersebut
masih ditempelkan di sticky cloth yang dipasang di
dinding ruang orientasi).
Fasilitator kemudian memberikan gambaran singkat serta
menyajikan contoh-contoh kasus penyakit infeksi/menular
yang lainnya yang umum di masyarakat (lihat diagram
Alur penyakit ISPA, penyakit mata, Flu Burung pada
Uraian Materi). Jelaskan bahwa penyakit-penyakit
tersebut juga dapat dicegah dengan CTPS, dengan
memberikan tanda silang pada masing-masing panah
penunjuknya (gunakan meta plan dengan tulisan CTPS)
Fasilitator memperkenalkan teori CTPS, bagaimana
sabun dapat memutus rantai penyebaran kuman (lihat
Uraian Materi).
Diskusi dan tanya jawab
Fasilitator memandu peserta untuk menyimpulkan sesi ini.
b. Kesibukan Fasilitator menjelaskan tujuan sesi ini yaitu untuk
Tangan
(10
mengetahui manfaat CTPS dalam memutus rantai
menit)
penyebaran penyakit dan teknik-teknik yang benar
Fasilitator mengajak curah pendapat mengenai pola
kebiasaan cuci tangan masyarakat di daerah masingmasing
peserta.
Fasilitator
membantu
apakah
menggunakan sabun atau tidak, air mengalir atau tidak,
Fasilitator menugaskan peserta untuk membuat daftar
benda-benda yang disentuh sejak bangun pagi hingga
tiba di tempat kerja. Daftar akan menunjukkan lebih dari
10 benda. Selanjutnya Fasilitator menjelaskan betapa
kotornya tangan hanya dalam jarak singkat tanpa disadari
dan tanpa melakukan aktifitas berat.
b. Komponen
Fasilitator memberikan materi tentang CTPS yaitu:
dan waktu
a. Tiga komponen utama CTPS: kedua belah tangan,
penting dan
sabun, dan air mengalir. Untuk lebih idealnya harus
menyiapkan
dilengkapi dengan SPAL (Sistem Pembuangan air
sarana CTPS
limbah) sehingga tidak menimbulkan tanah yang
(20 menit)
berlumpur dan becek, terutama di sekitar tempat anakanak bermain.
b. Fasilitator mengajak curah pendapat tentang kapan
waktu penting yang mengharuskan CTPS salah satu
saja.

7/30

c.
Membedakan
teknik-teknik
CTPS yang
salah dan
yang benar
(30 menit)

c. Fasilitator memberikan masukan tentang hal-hal yang


perlu diperhatikan dalam menyiapkan sarana CTPS di
tingkat rumah tangga (lihat Uraian Materi)
Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan masingmasing sesi.
Fasilitator mengajak peserta untuk memahami teknik cuci
tangan yang salah dan yang benar.
Untuk itu Fasilitator mengundang salah satu peserta ke
depan. Selanjutnya mulai role play (lihat Uraian Materi
no. 4). Akan terlihat bahwa cara CTPS yang salah masih
meninggalkan kotoran di tangan.
Setelah selesai dilanjutkan dengan teknik CTPS yang
benar. Fasilitator mengundang salah satu relawan, dan
kembali ikuti langkah-langkah (lihat Uraian Materi no. 4)
Diskusi dan tanya jawab
Sebelum sesi ini ditutup, Fasilitator memberikan
penegasan tentang pentingnya menggunakan sabun dan
air mengalir saat mencuci tangan.

4. Monitoring dan evaluasi paska pelatihan ( 70 menit)


Langkah kegiatan
a. Review proses
(10 menit)

b. Pengantar
Diskusi kelompok
RTL
(10 menit)

Uraian kegiatan (yang dilakukan oleh fasilitator dan


peserta)
Fasilitator memandu peserta untuk melakukan
review atau refleksi proses pembelajaran yang
sudah dilakukan terhadap modul ini. Misalnya dg
bertanya: Apa yang sudah dipelajari tentang modul
ini?
Peserta melakukan review (refleksi) tersebut
dengan menulis di kertas metaplan (atau menjawab
langsung secara lisan).
Fasilitator bersama peserta menyimpulkan hasil
review tersebut (dengan menata/mengelompokkan
kertas metaplan atau .hasil curah pendapat secara
lisan, sesuai kemiripannya.
Fasilitator meminta peserta untuk membagi diri
menjadi 4 kelompok, masing-masing 6-8 6rang per
kelompok. Kelompok 1 dan 3 kelompok .membahas
RTL pengenalan Alur penularan penyakit dan peran
CTPS. Kelompok 2 dan 4 membuat RTL untuk Alur
penghambat penularan penyakit, serta peran CTPS.
Fasilitator mengajak peserta untuk bersama-sama
membahas format RTL
Fasilitator bersama peserta menyepakati format RTL
8/30

dan memampangkannya di kertas flipchart.


(Rancangan awal Format RTL lihat di bawah).
Fasilitator bersama peserta secara ringkas mencoba
mengisi format tsb (sebagai contoh)
Fasilitator meminta kesepakatan peserta tentang
waktu diskusi kelomok. Misalnya 30 menit. Peserta
menyetujui atau mengusulkan waktu lain, yang
akhirnya disetujui bersama.
c. Diskusi
Fasilitator mempersilakan peserta untuk mulai
Kelompok RTL
berdiskusi kelompok, sesuai kelompok masing(30 menit)
masing: kelompok 1-3
membahas RTL Alur
penyebaran dan CTPS, dan kelompok 2 dan 4
membahas RTL Alur penghambat dan CTPS
Peserta melakukan diskusi kelompok di kelompok
masing-masing sesuai topik bahasannya.
Fasilitator mengamati jalannya diskusi dan
memberikan masukan atau tanggapan bila
dianggap perlu di masing-masing kelompok.
d. Penyajian hasil
Fasilitator meminta wakil kelompok 1 dan 3 untuk
diskusi di pleno
menyajikan hasil diskusi selama masing-masing 5
(20 menit)
menit.
Fasilitator meminta anggota kelompok lain untuk
memberi tanggapan.
DIAGRAM F (Feces-Fingers -Fluids-Flies-Fields-Foods)
Ganti wakil
kelompok
2 dan TINJA4 yang KE
menyajikan,
(ALURTRANSMISI
UTAMA
PENYAKIT:
MULUT) dan
kelompok
lainnya
yang
membahas.
Sumber: Wagner and Lanois, 1958
Fasilitator bersama peserta menyampaikan butirbutir pokok dari kedua RTL ini.

VI. Uraian Materi

Fingers
(Jari2)

1. Diagram Alur Penularan


Penyakit :
Feces
a.

Flies
(Lalat)

New Host
(Induk baru)

Foods
(Makanan)

(tinja)

Diare dan ISPL ( Kecacingan, Tifus,


Fluids Hepatitis A - E dan Polio)
(Cairan)

PenghalangI:
Penghalang
I:
SaranaSanitasi
Sarana
Sanitasi
(JambanSehat)
(JambanSehat)

Fields
(Kebun/
Lahan)
Penghalang II:
Penghalang
KebersihanII:
pribadi
Kebersihan
pribadi
(Cuci tangan
pakai
(Cuci
tangan pakai
sabun)
sabun)

9/30

Waktu kritis yang mengharuskan praktik cuci tangan pakai sabun untuk
mencegah diare dan ISPL(Tifus/Hepatitis A dan E/Polio)

Sebelum makan
Sesudah BAB
Sebelum mempersiapkan makan
Sesudah membersihkan kotoran bayi
Sebelum menyuapi anak
Setelah menyentuh anus (cacing kremi)

b. KONJUNGTIVITIS (Sakit Mata)

(desain alur ini dibuat menarik)


Sekret/cairan
mata

Mata
Tangan
CTPS

Benda
terkontaminasi
Waktu kritis yang mengharuskan praktik cuci tangan pakai sabun untuk
mencegah Penyakit Mata:
Sebelum dan sesudah memegang mata
Sesudah kontak langsung dengan penderita (merawat, jabat
tangan)
Setelah memegang benda yang terkontaminasi
10/30

c. ISPA

Setelah menolong orang sakit, terutama sakit diare (muntah berak)

(desain alur ini dibuat


menarik)
Udara
Cairan hidung &
percikan ludah
penderita

Hidung
Tangan
CTPS

Benda
terkontaminasi

Waktu kritis yang mengharuskan praktik cuci tangan pakai sabun untuk
mencegah ISPA
Setelah batuk, bersin dan membersihkan ingus
Setelah memegang benda yang terkontaminasi
Setelah kontak langsung dengan penderita (jabat tangan, merawat)
d. Flu Burung :

(desain alur ini dibuat menarik)


Udara
Unggas, tinja
unggas, leleran
hidung & mulut
unggas

Hidung
Tangan
CTPS

Waktu kritis yang mengharuskan praktik cuci tangan pakai sabun untuk
mencegah Flu Burung

11/30

Setelah kontak unggas


Setelah memegang daging mentah, daging ternak dan ikan
Setelah membersihkan kandang unggas/ ternak
Setelah merawat/kontak langsung dengan penderita Flu Burung

e. Kecacingan dan hepatitis A

(desain alur ini dibuat menarik)


Tanah, lumpur,
tinja, benda
terkontaminasi
lainnya

Saluran
pencernaan

Tangan
CTPS

Peradangan
pada sel hati

Hepatitis A

Kecacingan

Waktu kritis yang mengharuskan praktik cuci tangan pakai sabun untuk
mencegah penyakit kecacingan dan Hepatitis A
Setelah bermain di tempat-tempat kotor berlumpur
Setelah menanam tanaman/ pohon/ bunga
memeriksa dan melakukan tindakan terhadap pasien
Setelah melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berhubungan
dengan tanah dan sumber air yang tidak bersih
2. Sabun memutuskan rantai penyebaran penyakit
Sabun terdiri dari rantai karbon hidrofobik dengan ujung rantai berupa hidrofilik
(polar). Rantai karbon ini melekat pada bakteri/ kuman yang ada pada tangan
yang disabuni dan digosok-gosok, dan membentuk molekul yang sangat halus.
Ketika tangan dibilas air akan mendorongnya/ menggelontorkan molekul tersebut
bersama bakteri/ kuman yang ada di dalamnya bersama air bilasan. Dengan
mekanisme inilah sabun mampu memutus rantai penyebaran kuman penyebab
penyakit menular. Cara ini memang tidak menjamin bakteri akan mati, tetapi
setidaknya telah dibersihkan dari permukaan tangan. Untuk memastikan bakteri
mati, dapat dipergunakan sabun anti septik.
Dalam menggiatkan praktik CTPS, tidak diharuskan untuk menggunakan sabun
anti bakteri. Pesan utamanya agar masyarakat menggunakan sabun pada saat
mencuci tangan, agar dapt menggelontorkannya dari permukaan tangan dan
memutus rantai penyebaran penyakitnya.
3. Cara Cuci Tangan Pakai Sabun yang disarankan

12/30

Berbagai program CTPS di lapangan memberikan saran mengenai cara cuci


tangan pakai sabun kepada masyarakat. Ada yang mengatakan 3 langkah, 7
langkah dan seterusnya, Begitu pula dengan waktu pelaksanaan, ada yang
mengatakan 20 detik, 40 detik dan 1 menit. Hal tersebut dimaksudkan untuk
membimbing masyarakat dalam melakukan cuci tangan pakai sabun dengan
tepat.
Seperti disebutkan dalam Katalog Opsi Saran CTPS, Departemen Kesehatan
memperkenalkan langkah-langkah CTPS yang tepat yang dapat dilakukan paling
lama selama 1 menit seperti yang diperlihatkan pada ilustrasi berikut. Langkahlangkah ini dapat diperkenalkan pada masyarakat pada tingkat tertentu dimana
penjabaran rinci tata cara pencucian dapat diterima, misalnya pada sosialisasi
petugas, maupun pada lingkungan sekolah. Sebagai tambahan, pada gambar
berikut nomor 1, bentuk sabun disesuaikan dengan yang dapat dijangkau oleh
masyarakat. Dapat berupa sabun batangan, cair, colek, dan bentuk lain yang
tersedia di pasaran dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
Sedangkan untuk kemudahan bagi masyarakat, maka langkah-langkah tersebut
dapat diringkas menjadi 3 langkah yaitu: 1) Seluruh bagian tangan digosokgosok dengan sabun, 2) Bilas dengan air mengalir, 3) Keringkan dengan lap
bersih.

(sketsa cara CTPS versi WHO yang disarankan


ditempatkan dalam box)

13/30

Pada gambar nomor 1, bentuk sabun disesuaikan dengan yang


dapat dijangkau oleh masyarakat. Dapat berupa sabun
batangan, cair, colek, dan bentuk lain yang tersedia di pasaran
dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan sarana CTPS di
tingkat rumah tangga
1. Air dan sabun tersedia di jamban.
2. Tempat cuci tangan tersedia di tempat yang mudah diakses
sebelum menyiapkan makakanan dan sebelum makan
3. Air dapat mengalir, (paling baik) menggunakan kran air atau
lubang air yang mudah ditutup/disumbat. Diameter lubang

14/30

4.

5.

tidak harus besar, sebab mencuci tangan pakai sabun tidak


harus dengan banyak air.
Sarana dapat dibuat menggunakan bahan bahan lokal yang
mudah didapat dan murah seperti bambu, guci tanah liat,
ember plastik, jerigen, kaleng bekas cat, bekas pipa pralon,
dan lain lain. Untuk menghemat air, lubang dibuat kecil saja,
yang penting adalah air tetap bisa mengalir.
Selalu tersedia air dan sabun

(insert foto sarana CTPS dari bambu dan pipa


pralon)
4. Role play cara membedakan teknik cuci tangan pakai sabun yang benar
dan yang salah
Lihat pada Modul 5 Teknik-Teknik Fasilitasi

15/30

VII. Referensi
1. Depkes RI, Ditjen Pengendalian Penyakit
Lingkungan, 2008, Pedoman Umum CTPS

dan

Penyehatan

2. Depkes RI, Ditjen Pengendalian Penyakit


Lingkungan, 2008, Petunjuk Teknis CTPS

dan

Penyehatan

3. Depkes RI, Ditjen Pengendalian Penyakit


Lingkungan, 2008, Katalog Opsi Sarana CTPS

dan

Penyehatan

4. Depkes RI, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan, 2008, Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat, Kepmenkes Nomor 852/ Menkes/ SK/ IX/ 2008)
5. Depkes RI, Ditjen Pengendalian Penyakit dan
Lingkungan, 2006, Pedoman Pelatihan MPA-PHAST

Penyehatan

6. Depkes RI, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan, 2007, Buku Pedoman Infeksi Saluran Pernapasan Akut
7. Depkes RI, Ditjen Pengendalian Penyakit
Lingkungan, 2007, Buku Pedoman Flu Burung

dan

Penyehatan

8. Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2007, Lima Tatanan Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat
9. Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2007, Buku Paket Pelatihan
Kader Kesehatan dan Tokoh masyarakat dalam Pengembangan Desa
Siaga (Untuk Fasilitator)
10. Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2007, Buku Paket Pelatihan
Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat dalam Pengembangan Desa
Siaga (Untuk Kader)
11. Environmental Services Program (2006),Formative Research
12. Indonesia Sanitation Sector Development
Handwashing Campaign Strategy

Program

(2006),

13. National Institute of Health (2007) Making Health Communication


Programs Work
14. Water and Sanitation Program (2006), The Handwashing Handbook,
A Guide for developing a hygiene promotion program to increase
Handwashing with Soap
15. Water and Sanitation Program, (2007), TSSM, Panduan simulasi
CTPS

16/30

VIII.

Lampiran

Lampiran 1. Beberapa set gambar Penunjang Diagram F


Lampiran 2. Beberapa set gambar tentang Penyebab Penyebaran
Penyakit
Lampiran 3. Beberapa set gambar tentang Penghambat Penyebaran
Penyakit
Lampiran 4. Format RTL Penyebaran dan Penghambatan Alur Penyakit

17/30

Lampiran 1: Penunjang Diagram F


Gambar Mulut untuk Induk Baru

18/30

Gambar Tinja (Feces); Buang Air Besar di tempat terbuka

19/30

Gambar Lalat (flies)

20/30

Gambar Jari Tangan (Fingers)

21/30

Lampiran 2: Penunjang Penyebab Penyebaran Penyakit


Gambar Sumber air bukan untuk minum

22/30

Gambar Sumber Air Minum Tidak Tertutup

23/30

Gambar Perilaku BAB Sembarangan

24/30

Gambar berbagai aktifitas warga di kali

25/30

Lampiran 3; Gambar Penghambat Penyebaran Penyakit


Gambar Penggunaan Jamban Tertutup

26/30

Gambar Sumber Air Bersih untuk Cuci Tangan Pakai Sabun

27/30

Gambar Bahan Makanan dicuci bersih Sebelum Diolah, dan mencuci tangan
pakai sabun sebelum mengolah makanan

28/30

Gambar Sumber Air Minum Tertutup, dan Air Minum Dimasak

29/30

Lampiran 4; Rancangan Format RTL Alur Penularan dan Penghambatan


Penyakit dan Peran CTPS
Rancangan Format RTL Alur Penularan dan Penghambatan Penyakit dan Peran CTPS
No.
1

Jenis
kegiatan
Melakukan
identifikasi
factor
yang
berpotensi
memicu
penularan
penyakit
Melakukan
identifikasi
factor
penghambat
penyebaran
Pemetaan
pemangku
kepentingan

Tujuan/hasil
kegiatan

Sasaran

Waktu

Penangg.
jawab

Jumlah &
Sumber biaya

30/30

Anda mungkin juga menyukai