Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN TRANSPORTASI

Gambaran Umum Wilayah


Apartemen Rakyat kiaracondong terletal di Kecamatan Batununggal wilayah Kota
Bandung, dengan batas-batas: sebelah utara berbatasan dengan Cibeunying
Kidul; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bandung Kidul; sebelah
barat berbatasan dengan Kecamatan Lengkong; dan sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Kiaracondong. Secara administrasi wilayah RW 05 sebanyak
7 RT dan RW 08 sebanyak 7 RT seluas 28.928 m2 atau 2,9 Ha termasuk
kedalam wilayah Kelurahan Kebon Waru Kecamatan Batununggal dengan batasbatas wilayah sebagai berikut :
Utara
: Lahan PT Mega Chandra Putrabuana
Timur
: Jl Ibrahim Adjie
Selatan
: Jl. Lebak
Barat
: Kel Samoja dan Kacapiring

Tinjauan Literatur
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031
Pengembangan perumahan diklasifikasikan menjadi perumahan ke padatan
tinggi kepadatan sedang dan kepadatan rendah. Perumahan dengan kepadatan
tinggi berbentuk rumah susun, flat atau apartemen, direncanakan di Kecamatan
Sukasari, Sukajadi, Cicendo, Andir, Bandung Kulon, Bojong Loa Kidul, Regol,
Babakan Ciparay, Bojong Loa Kaler, Astana Anyar, Lengkong, Sumur Bandung,
Buah Batu, Ba tununggal, Kiara Condong, Antapani, dan Cibeunying Kidul.
Peruma han kepadatan sedang rata-rata kavling bangunan direncanakan 150

m2, yaitu di Kecamatan Bandung Wetan, Bandung Kidul, Cibeunying Kaler,


Mandala Jati, Arcamanik, Rancasari, dan Cibiru. Perumahan kepadatan rendah
rata-rata kavling bangunan direncanakan 200 m2, yaitu di Kecamatan Cidadap,
Ujung Berung, Gedebage, Cinambo, dan Panyileukan. Kepadatan perumahan
yang direncanakan ini untuk rata-rata per wilayah dan kecamatan dengan
pengembangan secara horizontal yang disesuaikan dengan ketersediaan ruang
untuk pengembangan perumahan

Kondisi Eksisting Transportasi


Jalan Raya
Sebelumnya jalan ini dikenal dengan nama Jalan Kiaracondong. Jalan Ibrahim
Adjie menghubungkan Jalan Soekarno Hatta dengan Jalan Jendral Ahmad Yani. Di
ruas jalan ini terdapat 2 (dua) perempatan jalan utama, yaitu perempatan Jalan
Jakarta dan perempatan Jalan Gatot Subroto.

Trayek Angkutan umum


Sebagai jalan arteri primer jalan kiaracondong dilalui oleh beberapa trayek
angkutan umum. Berikut adalah trayek angkutan umum yang melewati jalan
kiaracondong :

1;
2;
3;
4;
5;

Abdulmuis Cicaheum
Cicadas Elang
Cicaheum Ciwastra
Cibiru Cicadas
Leuwiipanjang Cicadas

jalur angkutan umum tersebut dapat terlihat bahwa Jalan kiaracondong


mempunyai akses yang baik terhadap angkutan umum.

Kebutuhan Parkir
A. Penentuan Kebutuhan Parkir
1. Jenis peruntukan kebutuhan parkir sebagai berikut
a. Kegiatan parkir yang tetap 1) Pusat pedagangan 2) Pusat perkantoran swasta
atau pemerintahan 3) Pusat pedagangan eceran atau pasar swalayan 4) Pasar
5) Sekolah 6) Tempat rekreasi 7) Hotel dan tempat penginapan 8) Rumah sakit
b. Kegiatan parkir yang bersifat sementara 1) Bioskop 2) Tempat pertunjukan 3)
Tempat pertandingan olahraga 4) Rumah ibadah.
2. Ukuran kebutuhan
berikut.

ruang

parkir pada pusat kegiatan ditentukan sebagai

a. Berdasarkan hasil studi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat


1) Kegiatan parkir yang tetap

a;

Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)

Masalah sirkulasi kota merupakan persoalan yang membutuhkan pemikiran


mendasar, antara prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas
pelayanan umum dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat.
Diperlukan suatu manajemen transportasi yang menyeluruh terkait dengan
aspek-aspek tersebut.
Di

sebagian

besar

negara

maju

sudah

dicanangkan

atau

digencarkan

penggunaan moda transportasi umum (mass transport) dan mengurangi


penggunaan kendaraan pribadi. Selain penghematan BBM, langkah ini akan
membantu pengurangan pencemaran udara kota berupa partikel beracun (CO2
misalnya) maupun kebisingan dan bahaya lalu lintas lainnya. Kebijakan ini
mengarah

terciptanya

suatu

lingkungan

transportasi (zero transportation).

kota

menuju

kondisi

minimalisir

a; Cakupan lokasi bangunan.


Cakupan

maksimum

bangunan

dari

seluruh

bangunan

meliputi

aksesoris bangunan yang tidak termasuk struktur taman/parkir atau


lahan taman/parkir disarankan dibatasi 75% dari luas areal yang boleh
dibangun atau 50% dari luas bidang kotor, di ambil yang paling besar
yang dimiliki oleh pengguna. Luas areal yang boleh dibangun
didefinisikan sebagai luas bidang kotor dikurangi dengan luas lereng,
luas lahan alami (green area), dan areal tebing (apabila ada).

b; Cakupan lahan
Sekurang-kurangnya 15% dari lahan dalam lokasi pengembangan
harus disediakan untuk lokasi taman/lahan parkir

b; Tinggi Bangunan
Tinggi bangunan yang kurang dari 12 meter diperbolehkan untuk
semua lokasi. Bangunan yang melebihi 12 meter, harus disetujui
terlebih dahulu oleh pihak berwenang, dengan pertimbangan sebagai
berikut:

1; Bangunan berlokasi di tempat yang mempunyai jarak sesuai


dengan jalan umum atau properti terdekat.

2; Tidak ada dampak negatif langsung dengan pengembangan yang


berbenturan satu sama lain.

3; Tidak menghasilkan kepadatan yang berlebihan.


Kebutuhan sempadan jalan lokal atau sempadan interior adalah
sebesar setengah tinggi bangunan yang melebihi 12 meter. Untuk
bangunan yang kurang dari 12 meter, kebutuhan sempadan adalah
sesuai dengan yang ditetapkan berikutnya.
Pengembangan bangunan yang lebih dari 12 meter harus memiliki
sistem pemadam kebakaran sprinkler dan atau peralatan tahan api
dalam interiornya yang telah mendapat persetujuan dari pihak
berwenang yang dalam hal ini bisa diwakili oleh dinas kebakaran.

c; Sempadan Jalan
1; Tidak ada bangunan atau taman/lahan parkir yang dijinkan
dibangun kurang dari 9 meter dari batas jalan arteri.

2; Tidak

ada

bangunan

yang

diijinkan

dalam

meter,

juga

taman/lahan parkir dalam 3 meter dari batas jalan kolektor.

3; Tanaman, dinding dan tanda-tanda (rambu) tidak ada yang melebihi


ketinggian

1 meter bisa

diijinkan

untuk

ditempatkan

dalam

sempadan.

d; Batas sempadan property bagian dalam


Tidak ada bangunan yang diijinkan dibangun lebih dekat dari 3 meter
dari batas bangunan lain.

e; Trotoar
1; Trotoar akan di bangun oleh pengembang di sekeliling jalan dengan
lebar minimal 2 meter yang diperuntukan bagi sirkulasi pejalan kaki
dan pengendara sepeda.

2; Trotoar di sekeliling lahan di areal 1 dibangun oleh penyewa lahan,


yang sirkulasinya menyatu dengan sistem sirkulasi trotoar jalan.

3; Sistem sirkulasi pejalan kaki didesain untuk mendapatkan sirkulasi


yang dibutuhkan oleh pengguna, sistem ini harus memberikan
keamanan, efisiensi, dan kepuasan secara estetika dalam bergerak
dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsep desain
arsitektural.

ZONA PENGHIJAUAN MIN. 6m

ZONA SALURAN
3m

KUMPULAN POHON INFORMAL

TANAMAN PEMBATAS INFORMAL

0.5m BERSIH

3m

Gambar 1Tipikal
lahan kawasan

trotoar di sekeliling

Gambar 2 Tipikal trotoar di sebelah jalan

f; Penerangan Jalan
1; Lampu penerangan jalan dibangun pengembang dengan tinggi 13 m.
2; Jarak interval lampu mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a; Pada jalan lurus = 45 m
b; Pada belokan tajam = 0,55 0,75 x panjang belokan
g; Kebutuhan lahan parkir secara umum
1; Lahan parkir di luar bagian jalan di bangun secara memadai untuk
mengakomodasi

semua

kemungkinan

beban

parkir

yang

ditanggung oleh jalan.


Lahan parkir di luar bagian jalan ditempatkan di lahan/subyek yang
akan dilayaninya, atau ditempatkan di lokasi yang berdampingan
atau dalam 100 meter dari subyek.

2; Kebutuhan

lahan

parkir

didasarkan

pada

kriteria

untuk
yang

masing-masing
ditentukan

tempat

berdasarkan

akan
tipe

bangunan dan lahan sesuai fungsinya, Tidak ada lahan parkir yang
diperbolehkan untuk dibangun lebih dekat dari 1,5 m dari batas
interior properti kecuali telah disetujui secara tertulis oleh pihak
berwenang.

Gambar 3 Tipikal Alokasi Lahan Parkir bangunan-bangunan industri dan


penunjang

Dari peratura diatas untuk kebutuhan parkir di apartemen rakyat


kiaracondong yang di ambil adalah 1 mobil luasannya 15m2 dan
perbandingan mobil : motor yaitu 1 : 10.

Rencana
Pembangunan
Kiaracondong

Jalan

Di

Apartemen

Rakyat

Ada beberapa alternative rencana jalan untuk apartemen rakyat kiaracondong


dengan pada jalur arteri sekunder Jalan Ibrahim Adjie direncanakan pelebaran
jalan dengan lebar 32 meter dan sempadan jalan 7 meter. Juga terdapat rencana
pembangunan jalan akses yang menghubungkan Jalan Ibrahim Adjie dengan
Jalan Banten dan Jalan Sukabumi Dalam selebar 15 meter dengan garis
sempadan jalan 10 meter. Selain itu ada pula rencana pelebaran Jalan lebak
yang terletak ditengah membelah lahan. Dengan pertimbangan efisiensi maka
diusulkan pengembangan satu jalan yang memiliki kapasitas lebih tinggi.

Gambar .1. Rencana Jalan

Gambar .2. Rekomendasi rencana jalan


fungsi campuran memungkinkan penggabungan beberapa fungsi pada
pengembangan lahan perencanaan. Belum didapati adanya regulasi yang
mengatur perbandingan pada kawasan campuran di Kota Bandung. Dari hasil
diskusi dengan pihak pemerintah, arahan komposisi antara fungsi hunian dengan
fungsi komersial pada bangunan apartemen atau rumah susun yaitu 90% : 10%.
Simulasi

Gambar .3. Panduan perancangan kawasan

Analisis pemilihan alternative rencana jalan berdasarkan VCR jalan


ibrahim ajie.
Di beberapa segmen ruas jalan Jendral Ibrahim Adjie, kepadatan lalu lintas
sangat tinggi terutama pada jam jam sibuk (peak hour) tertentu, sering terjadi
kemacetan. Adapun masalah sirkulasi dan jaringan pergerakan yang ada di jalan
Jendral Ibrahim Adjie ini diakibatkan oleh beberapa hal sebagai berikut : a.
Kesenjangan pertumbuhan kendaraan yang mencapai lebih dari 11 % per tahun
dibandingkan dengan pertambahan jaringan jalan yang kurang dari 2 % per
tahun. b. Terjadinya penyempitan badan jalan di beberapa ruas jalan kolektor
maupun lokal. c. Minimnya penyediaan lahan parkir secara off street parking
oleh kegiatan perdagangan, jasa dan perumahan. Umumnya pola parkir secara
on street, pola ngetem angkutan kota dan munculnya pangkalan pangkalan
becak/ojeg. d. Kegiatan pasar yang tumpah ke badan jalan. e. ROW jalan yang
tidak memungkinkan pemisahan arus lokal dan regional Sistem transportasi jalan
Jendral Ibrahim Adjie (Kiaracondong) terdiri dari sistem jaringan jalan, pola
pergerakan dan sarana transportasi. Baik secara hirarki maupun secara fungsi
serta status jalan. Sumber : RTRW Kota Bandung 2013 Pola pergerakan yang
terjadi di jalan Jendral Ibrahim Adjie (Kiaracondong) adalah pergerakan internal
dari dalam dan dari luar Kota Bandung. Pola pergerakan dari luar wilayah jalan
Jendral Ibrahim adjie yaitu pergerakan yang melewati jalan Jendral Ibrahim adjie
yang berada di wilayah Karees hal ini disebabkan karena banyaknya sebaran
fasilitas umum dan sosial, fasilitas perdagangan serta perkantoran. Pola
pergerakan ini menyebabkan beberapa ruas jalan penghubung menjadi padat
pada waktu waktu puncak (pagi dan sore hari). Sumber : RTRW Kota Bandung
2013 Dengan kondisi yang ada saat ini yaitu tidak siap secara hirarki dan fisik
jalan maka hal ini berdampak kepada adanya penumpuk kendaraan pada waktu
waktu tertentu karena kapasitas jalan dengan volume kendaraan tidak
seimbang. Disamping itu tingginya kapasitas kendaraan di Jalan Jendral Ibrahim
adjie (Kiaracondong), pola jaringan jalan yang ada belum untuk setiap bagian
wilayah 43 yang berada di dalam lingkup jalan Jendral Ibrahim Adjie sehingga
penyebaran arus lalu lintas yang merata pada berbagai ruas jalan tidak tercapai.
Hal ini berdampak kepada penumpukan kendaraan pada beberapa titik
kemacetan jalan tertentu akibat tidak adanya jalan yang merata pada berbagai
ruas jalan tidak tercapai dan jalan-jalan alternatif yang ada di sepanjang koridor
Jalan Jendral Ibrahim Adjie (Kiaracondong). Hal ini berdampak kepada
penumpukan kendaraan pada beberapa titik kemacetan yang terdapat di jalan
Jendral Ibrahim Adjie. Pola jaringan jalan diruas Jalan Jendral Ibrahim Adjie
merupakan tipe jalan kolektor primer yaitu jalan yang menghubungkan kota
jenjang kedua dengan jenjang ketiga, sedangkan pola jaringan jalan lokal yang
berada di daerah sekitar Jalan Jendral Ibrahim Adjie ini membentuk pola grid
yang berfungsi untuk menghubungkan kegiatan pergerakan penduduk antar
wilayah. Selanjutnya jaringan jalan membentuk jalan lokal maupun gang - gang
alternatif yang berpengaruh terhadap pergerakan aktivitas lalu lintas Jalan
Jendral Ibrahim Adjie.
Secara umum kondisi lalu lintas yang melewati ruas jalan ini sering mengalami
hambatan-hambatan. Dikarenakan frekuensi volume kendaraan yang masuk

melewati ruas jalan ini sangat tinggi, banyak trayek angkutan yang lewat ruas
ini. Selain trayek angkutan ruas ini juga berfungsi sebagai keluar masuknya
kendaraan industri, dan disepanjang jalan ini pun terdapat aktifitas pertokoan,
perdagangan dan jasa, dan pasar tradisional yang memnberikan kontribusi
terhadap kemacetan di ruas Jalan Jendral Ibrahim Adjie.

Berdasarkan dari perhitungan volume lalu lintas dan perhitungan kapasitas jalan
terdapatlah hasil yaitu tingkat pelayanan Jalan (LOS) serta perhitungan dari
volume kendaraan dan kapasitas (C) yang menghasilkan nilai Volume kapasitas
ratio (VCR)
Tabel Tingkat Pelayanan (LOS) Hari Senin (Jalan Jend Ibrahim Adjie-Jalan Jakarta)
Waktu VOL C VCR LOS
05.00 - 06.00 3,766 4,752 0.79 D
06.00 - 07.00 3,131 4,752 0.66 C
07.00 - 08.00 2,945 3,960 0.74 C
08.00 - 09.00 2,528 4,307 0.59 C
11.00 - 12.00 3,238 4,554 0.71 C
12.00 - 13.00 3,212 4,307 0.75 C
13.00 - 14.00 2,804 4,307 0.65 C
16.00 - 17.00 2,575 4,307 0.60 C
17.00 - 18.00 3,078 3,960 0.78 D
18.00 - 19.00 2,822 4,059 0.70 C

Sumber DISHUB Kota Bandung


Grafik LOS yang masuk ke Jalan Jenderal Ibrahim Adjie pada hari senin
merupakan hari pertamanya aktifitas dimulai seperti aktifitas bekerja dan
sekolah serta aktifitas pasar yang hampir setiap harinya menyebabkan
kepadatan kendaraan di waktu tertentu dengan adanya peningkatan tingkat
pelayanan jalan (LOS), pada pagi hari dengan nilai VCR mencapai 0,79 dan pada
siang hari mengalami penurunan dengan nilai VCR 0,75 dan pada sore hari
peningkatan dengan nilai VCR 0,78 hal ini sangat berpengaruh terhadap
pergerakan kendaraan yang ada di koridor ruas jalan Jendral Ibrahim Adjie.
Grafik LOS yang masuk ke Jalan Jenderal Ibrahim Adjie pada hari minggu
merupakan hari yang banyak dimanfaatkan oleh banyak masyarakat untuk
melakukan aktifitas, seperti aktifitas olah raga, belanja, jalan-jalan dan lain
sebagainya, gambar di atas menunjukan peningkatan tingkat pelayanan jalan
(LOS), pada pagi hari dengan nilai VCR mencapai 0,83 dan pada siang hari
mengalami penurunan dengan nilai VCR 0,77 dan pada sore hari penurunan
kembali dengan nilai VCR 0,76 hal ini sangat berpengaruh terhadap pergerakan
kendaraan yang ada di koridor ruas jalan Jendral Ibrahim Adjie.
Dari analisis diatas maka alternative yang akan diambil untuk rencana
jalan apartemen rakyat kiacacondong adalah alternative 3.

Anda mungkin juga menyukai