Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fenomena akademik yang sering ditemui dalam penelitian mahasiswa diantaranya
adalah ketika persoalan alat ukur yang akan digunakan untuk mengkaji gejala-gejala
empiris dalam ilmu-ilmu sosial. Karena dalam masalah sosial, gejala empirik yang sering
ditemui merupakan gejala yang memiliki keragaman yang harus dibahas sesuai dengan
kajian teori yang benar, tidak melanggar kaidah dan tidak bertentangan dengan
kelaziman.
Dalam masalah sosial, persoalan penentuan alat ukur yang dibuat dengan asal jadi,
tanpa memperhitungkan validitas dan reliabilitasnya, akan menyebabkan interpretasi
yang bermacam-macam dan bisa memberikan alternatif jawaban yang berbeda-beda
sesuai dengan kondisi, kapan dan dimana suatu alat ukur itu akan digunakan. Jika salah
dalam penerapan, jawaban yang diperoleh bukan akan memberikan informasi yang baik
dan benar, akan tetapi justru akan memberikan informasi yang keliru dan akan
berdampak terhadap kesimpulan yang dibuat.
Dalam penelitian, persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh kuesioner yang
dibuat sebagai alat ukur yakni harus memiliki minimal dua keunggulan, yaitu validitas
dan reliabilitas. Validitas adalah merupakan alat ukur yang bila digunakan akan mampu
memberikan informasi yang sesungguhnya tentang apa yang kita inginkan untuk diukur.
Alat ukur demikian berarti valid. Sedangkan bila instrumen yang dibuat sebagai alat ukur
itu memiliki konsistensi dari beberapa kali pelaksanaan pengukuran akan tetap
memperoleh hasil yang relative sama dinamakan reliabel. Dengan demikian, validitas
dan reliabilitas merupakan dua syarat minimal yang harus dimiliki oleh alat ukur yang
digunakan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya validitas dan reliabilitas instrumen
pengukuran data akan dibahas pada bab selanjutnya.
B. RUMUSAN MASALAH

a.
b.
c.
d.
e.

Apakah pengertian dari pengukuran dan instrumen?


Apa pengertian dari validitas instrumen pengukuran data?
Apa saja jenis-jenis validitas instrumen pengukuran data?
Apa pengertian dari reliabilitas instrumen pengukuran data?
Apa saja jenis-jenis reliabilitas instrumen pengukuran data?

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis validitas instrumen pengukuran data.
b. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis reliabilitas instrumen pengukuran data.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGUKURAN DAN INSTRUMEN
Pengukuran ialah penetapan bilangan kategori respon atau variabel (Lin, 1975:
166, dalam Izaak Latunussa, 1988: 97). Bilangan-bilangan itu dinyatakan oleh kategori
respon atau kategori jawaban dalam wujud kualitatif atau kuantitatif. Variabel kualitatif
menunjukkan ada tidaknya suatu sifat dan variabel kuantitatif menyatakan besarnya

suatu variabel. Menetapkan variabel kuantitatif atau kualitatif merupakan hal yang
penting dalam penelitian. Setiap variabel hanya mempunyai satu pengukuran, sedangkan
konsep dapat terdiri dari banyak variabel dan karena itu mempunyai banyak pengukuran.
Mengukur suatu benda atau gejala didasarkan atas suatu aturan yang menyatakan
bagaimana benda atau gejala itu diberi angka. Segala benda/obyek/gejala yang ada dapat
diukur dengan teliti dan benar. Dua kriteria pengukuran itu disebut validitas dan
reliabilitas pengukuran. Apabila pengukuran menyatakan dengan tepat dan teliti
fenomena yang hendak akan diukur, ia dinamakan validitas. Reliabilitas pengukuran
terjadi bila pengukuran itu menghasilakn respon yang sama setiap kali digunakan dalam
situasi yang berlainan. (Izaak Latunussa, 1988).
Instrumen ialah alat yang dipakai untuk mendeteksi data, mengukur frekuensi dan
besarnya fenomena (Lin, 1975:10, dalam Izaak Latunussa, 1988:97). Instrumen terdiri
dari item-item dan kategori jawaban yang tersusun untuk mengungkapkan keterangan
tentang variabel. Item dapat berupa pertanyaan/pernyataan. Ada instrument yang mudah
disusun, ada yang sulit disusun langsung. Mudah sulitnya pembuatan instrumen
bergantung pada keadaan variabel dan cara menganalisis data. Proses menyusun itemitem dan kategori respon disebut instrumentasi. Fungsi instrumen ialah mengukur
fenomena.
B. PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS VALIDITAS INSTRUMEN PENGUKURAN
DATA
1. Pengertian Validitas
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian
dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid
adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. (Sugiyono: 2007). Suatu alat
pengukur disebut valid bila alat iu mengukur apa yang hendak diukur, atau mengukur
secara tepat. Valid tidaknya suatu alat pengukuran ditentukan dari tujuan dan subyek
yang dikenai alat pengukur itu. Penetapan validnya suatu alat pengukur bergantung
pada pertimbangan untuk apa dan untuk siapa alat itu digunakan. Secara luas dapat
dikatakan bahwa validitas mengajar seorang guru bergantung pada tujuan tertentu dan
subyek (mata pelajaran) tertentu. Misalnya guru A hanya valid mengajar bidang studi
tertentu untuk kelompok siswa tertentu, misalnya mengajar di sekolah menengah.
Guru tersebut tidak valid jika mengajar bidang studi lain dan mengajar bukan di
sekolah menengah.
Beberapa karakteristik dari validitas:

Validitas sebenarnya menunjukkan kepada hasil dari penggunaan instrumen


tersebut bukan pada instrumennya. Suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki
validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan

diukur.
Validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan validitasnya, tinggi, sedang

atau rendah, bukan valid dan tidak valid.


Validitas instrumen juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum.

2. Jenis-jenis Validitas Instrumen Pengukuran Data


Menurut Suharsimi, 2003, berdasarkan cara pengujiannya, terdapat dua validitas,
yakni validitas ekternal dan validitas internal, selain itu validitas dikelompokkan
menjadi beberapa kriteria. (http://suhartoumm.blogspot.com/2009/10/uji-validitasdalam-beberapa-pengertian.html)
a. Validitas Berdasarkan Cara Pengujiannya, yaitu:
1. Validitas internal, berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan
hasil yang dicapai. Jika dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos
kerja tenaga kependidikan, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data
yang akurat tentang etos kerja tenaga kependidikan.
2. Validitas eksternal, berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian
dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel diambil.
Bila

sampel

penelitian

representatif

instrumen

penelitian

valid,

cara

mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas
eksternal yang tinggi.
b. Validitas Berdasarkan Cara Menetapkannya, yaitu:
1. Validitas Logis
Disebut validitas logis karena cara menetapkan dilakukan dengan
pertimbangan logis: item-item disusun secara logis yang terdiri dari validitas isi,
validitas logis dan validitas tampang. Validitas logis ialah secara logis itemitemnya diperkirakan akan mengukur apa yang hendak di ukur. Validitas logis
bertitik tolak dari teori. Peneliti menjabarkan faktor-faktor dari teori. Faktorfaktor itu adalah konstruk-konstruk yang didefinisikan dengan jelas, digunakan
sebagai dasar bekerja dan menjadi ukuran valid tidaknya alat tersebut. Karena
itu validitas logis disebut juga validitas konstruk atau validitas berdasarkan
definisi. Alat yang disusun akan valid bila cocok dengan teori. Konsekuensinya
jika teori yang digunakan sebagai dasar bekerja itu benar maka alat itu valid.

Tetapi sebaliknya pula bila hasil pengukuran dari berbagai alat yang disusun itu
berbeda dengan teori yang dimaksud perlu ditinjau kembali karena validitas
teori tersebut diragukan.
2. Validitas Empiris
Menetapkan validitas empiris dilakukan dengan cara membuat perbandingan
empiris antara hasil pengukuran alat yang disusun dengan hasil pengukuran
yang menggunakan alat lain yang valid. Dalam proses perbandingan diperlukan
perhitungan-perhitungan statistik sehingga validitas empiris disebut pula
sebagai validitas statistik.
c. Validitas Berdasarkan Tujuannya, yaitu:
1. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi ialah validitas yang diperoleh bila alat mengukur suatu kawasan
isi (content area) yang dikehendaki suatu derajat tertentu. Validitas isi antara
lain terdapat di dalam bidang pelajaran. Tes hasil belajar misalnya digunakan
untuk mengukur isi atau tujuan yang telah diajarkan pada siswa. Kerena itu
validitas isi disebut juga validitas kurikuler. Validitas isi dapat terpenuhi bila alat
pengukur benar-benar dapat mengukur kawasan isi itu (validitas tampang), dan
bila alat pengukur berisi item-item yang terdiri dari sampel yang mampu
mewakili kawasan isi tersebut (validitas sampling). Dengan kata lain, validitas
isi memerlukan validitas tampang dan validitas sampling. Misalnya tes mata
pelajaran Administrasi Pendidikan harus berisi pengetahuan administrasi
pendidikan, bukan pengetahuan lain, dan menggambarkan semua aspek-aspek
administrasi pendidikan, bukan hanya beberapa aspek saja. Selain itu tes
tersebut berisi item-item yang sesuai dengan apa yang telah diajarkan. Bila tes
tersebut tidak mengukur apa yang telah diajarkan pada siswa, tes itu tidak valid.
2. Validitas Konstruk (Construc Validity)
Validitas konstruk adalah validitas yang diperoleh bila suatu alat mengukur
suatu alat hipotesis pada suatu derajat tertentu, konstruk bersifat abstrak, tidak
dapat diamati langsung, hanya hasil atau gejalanya secara tidak langsung yang
dapat diamati. Konstruk menjelaskan sesuatu, sehingga diciptakan untuk
menjelaskan suatu objek. Misalnya intelegensi adalah konstruk, dimana ia tidak
dapat diamati. Orang dapat mengamati intelegensi melalui IQ yaitu hasil
pengukuran melalui tes intelegensi. Validitas konstruk dapat dicapai bila alat
pengukur yang digunakan mengukur konstruk tersebut valid. Validitas konstruk

dari alat suatu alat pengukur diketahui dari sejauh apa tampilan pada
pengukuran itu dapat diinterpretasi dalam pegertian konstruk tersebut.
Dua aspek yang perlu diperhatikan untuk menjaga validitas konstruk adalah
aspek logis dan aspek empiris. Aspek pendekatan logis mencari tahu apakah
unsur-unsur alat pengukur sama dengan unsure-unsur konstruk. Kesamaan unsur
menjamin validitas alat ukur itu. Aspek pendekatan logis juga mencari tahu
apakah item-item alat pengukur memadai untuk mengukur unsur-unsur
konstruk. Aspek pendekatan empiris terhadap validitas konstruk terdiri dari (a)
hubungan internal, yaitu hubungan antara item-item di dalam alat pengukur
harus ada atau tidak bertentangan; (b) hubungan eksternal, yaitu hubungan
antara skor yang diperoleh dari alat pengukur tersebut dengan skor dari alat
pengukur lain harus konsisten dengan konstruk.

3. Validitas Konkuren (Concurrent Validity)


Pengertian concurrent validity adalah validitas yang berkaitan dengan
hubungan (korelasi) antara skor dalam item instrumen dengan kinerja, atau
obyek penelitian yang lain.
Validitas konkuren diperoleh dengan mencari korelasi antara skor
pengukuran dan kriteria ukuran yang telah ada pada waktu yang sama/yang
disiapkan dalam waktu yang hampir bersamaan. Untuk mengukur dan
menentukan validitas yang terjadi bersamaan, digunakan metode hubungan atau
metode perbedaan. Dengan metode hubungan, orang mencari hubungan antara
skor hasil pengukuran alat yang disusun dengan skor hasil pengukuran yang
telah pasti. Bila angka korelasi tinggi berarti alat pengukur tersebut memiliki
validitas. Metode perbedaan menentukan skor hasil tes dengan membedakan
subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat dan yang tidak mempunyai sifat-sifat
tertentu atau subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda
tingkatannya.
4. Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Validitas prediksi adalah validitas dimana suatu alat pengukur dapat
memprediksi kemampuan satu individu yang bekerja dalam situasi mendatang.
Validitas ini sangat penting untuk memilih atau mengklasifikasi individuindividu. Tak ada alat pengukur yang mempunyai validitas prediksi yang paling

baik. Lebih tepat membuat prediksi dari kombinasi beberapa alat pengukur
daripada hanya satu. Data untuk klasifikasi diperoleh lebih dari satu indikator.
Validitas prediksi diperoleh dengan cara mencari korelasi antara skor
pengukuran dan kriteria pengukuran yang telah ada pada waktu yang lalu.
Untuk mengetahui validitas prediksi digunakan perhitungan hubungan antara
skor alat pegukur yang disusun dengan alat pengukur lain yang telah berhasil
digunakan dalam situasi sebelumnya. Proses menghitung variabel prediksi
terdiri dari beberapa langkah yaitu:
- Mengidentifikasi dan mendefinisi kriteria sehingga menjadi ukuran yang
-

valid
Menjalankan alat ukur atau variabel prediksi dan menanti sampai tingkah

laku yang diprediksi muncul


Gunakan ukuran kriteria dan korelasi dua himpunan skor tersebut
Bilangan perhitungan atau koefisien validitas menunjukkan validitas prediksi

dari alat pengukur tersebut. Jika koefisien itu tinggi berarti alat pengukur
tersebut valid memprediksi.
C. PENGERTIAN

DAN

JENIS-JENIS

RELIABILITAS

INSTRUMEN

PENGUKURAN DATA
1. Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau
temuan. Dalam pandangan positifistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliable
apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama,
atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau
sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.
Kalau peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna merah, maka peneliti yang lain
juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam obyek kemarin menemukan data
berwarna merah, maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah. Karena
reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi, maka bila ada peneliti lain
mengulangi atau mereplikasi dalam penelitian pada obyek yang sama dengan metode
yang sama maka akan menghasilkan data yang sama.
Reliabilitas berhubungan dengan validitas. Suatu instrumen yang valid senantiasa
reliabel tetapi instrumen yang reliabel belum tentu valid. Sama halnya dengan
validitas, reliabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu reliabilitas test-retest, reliabilitas
bentuk ekuivalen, reliabilitas belah tengah, dan reliabilitas ekuivalen rasional.
2. Jenis-jenis Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data

a. Reliabilitas Tes-Retes
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi
hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang
diperoleh dari penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua kali atau lebih,
sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam
mencari kejelasan bahwa skor seseorang mencapai suatu tes pada waktu tertentu
adalah sama hasilnya, ketika orang tersebut dites lagi dengan tes tersebut. Dengan
melakukan tes-retes tersebut kita mengetahui sejauh mana konsistensi suatu tes
mengukur dengan apa yang ingin di ukur.
Reliabilitas tes-retes ini penting, khususnya ketika digunakan untuk
menentukan prediktor, misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan
bermanfaat, jika ternyata menunjukkan hasil yang selalu berubah-rubah secara
signifikan saat diberikan kepada responden. Penentu pemakaian reliabilitas tesretes ,juga tepat ketika bentuk alterntif lainnya tidak ada, dan ketika tampak
bahwa orang yang mengambil tes kedua kalinya tidak ingat atas jawaban tes yang
pertama. Para pengambil tes pada umumnya akan terus mengingat jawabannya,
jika item-item yang ada banyak mengandung faktor sejarah, dibanding bentuk
jawaban item ilmu pengetahuan aljabar misalnya.
Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
a. Selenggarakan tes pada grup yang tepat sesuai dengan rencana.
b. Setelah selang waktu tertentu , misalnya satu minggu atau dua minggu,
lakukan kembali penyelenggarakan tes yang sama dengan grup yang sama
tersebut.
c. Korelasikan hasil tes tersebut.
Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antaranya
permasalahan tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika
dilakukan tes pertama dengan tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek maka
mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban dalam tes, sehingga
tes yang kedua dapat dipastikan lebih baik, karena faktor resistansi atau sia-sia
hafalan yang terjadi pada subjek pelaku. Jika interval waktu terlalu panjang,
kemampuan para pelaku yang mengikuti tes mungkin bertambah, karena dua
kemungkinan, yaitu faktor maturasi atau kedewasaan dan faktor intervensi dari
faktor belajar para subyek.

Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artifsial dan


rendah. Mengenai interval waktu yang baik antara tes pertama dengan tes
berikutnya diberikan kepada subjek pelaku pilot study, (Gay, 1983, dalam
Sukardi, 2007) memberikan referensi bahwa satu hari terlalu pendek, sebaliknya
satu bulan terlalu panjang. Oleh karena itu, selisih waktu pemberian tes melalui
tes-retes diantara satu atau dua minggu.

b. Reliabilitas Bentuk Ekuivalensi


Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang hendak diukur
reliabilitasnya dibuat identik. Setiap tampilannya, kecuali subtansi item yang ada
dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama.
Karakteristik yang dimaksud termasuk, misalnya: mengukur variabel yang sama,
mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkatan kesulitan dan
mempunyai petunjuk, cara skoring, dan interpretasi yang sama.
Dari semua kondisi yang direncanakan secara ekuivalen di atas idealnya jika
grup yang sama mengambil dua tes tersebut maka rerata skor maupun variabilitas
skor yang dicapai dari kedua tes yang diambil mestinya sama. Jika dikehendaki,
sebenarnya kita dapat memilih, mengambil sampel, dan item yang berbeda dari
ranah tingkah laku yang sama. Yang perlu diperhatikan mestinya adalah dalam hal
apakah skor tergantung item pilihan atau pada penampilan atas item-item yang
dapat digeneralisasi pada lainnya. Jika item terpilih baik dan setiap setnya
menggambarkan ranah yang setaraf maka penggambaran tersebut mestinya benar.
Reliabilitas ekuivalen, pada umumnya

juga menggambarkan bentuk

konsistensi alternatif, yang dapat mmenunjukkan variasi skor yang terjadi dari
bentuk tes satu dengan bentuk lainnya. Tetapi juga perlu diingat bahwa
pengambilan tes reliabilitas ekuivalen ini akan dapat mencapai hasil yang tepat,
jika pengambilan tes hafal terhadap jawaban tes yang dibuat dalam sesi pertama,
sehingga mereka dapat menjawab kembali tes yang kedua. Ketika dua bentuk
alternatif tes tersedia , yang perlu diketahui dari kedua tes adalah berapa
reliabilitas ekuivalensi. Hal ini perlu diyakinkan kembali agar terjadi bahwa skor
seseorang tidak akan dipengarui oleh cara mengadministrasi tes tersebut.

Implikasi dari analisis di atas ialah bahwa sebuah tes diberikan lebih dari satu
kali pada grup yang sama. Pertama tes diberikan pada grup sebagai proses dan
setelah selang waktu tertentu diberikannya untuk yang kedua kalinya sebagai
post- tes. Hal lain yang perlu diketahui yaitu bahwa ada kemungkinan pengaruh
kegiatan intervening, ketika mengukur suatu hal yang esensinya sama dengan
menggunakan tes sama.
Langkah-langkah proses melaksanakan tes reliabilitas secara ekuivalen yaitu:
a.
b.
c.
d.

Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.


Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
Administrasi hasilnya secara baik.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan untuk yang

kedua kalinya pada grup terebut.


e. Korelasikan kedua hasil tes skor.
Jika hasil koefisien ekuivalen tinggi, berarti tes memiliki reliabilitas ekuivalen
baik. Sebaiknya apabila ternyata bahwa koefisienya rendah maka reliabilitas
ekuivalen tes rendah. Reliabilitas ekuivalen merupakan salah satu bentuk yang
dapat diterima dan umum dipakai dalam penelitian terutama penelitian
pendidikan.yang perlu juga di ketahui para peneliti adalah bahwa tes ekuivalen
mempunyai kelemahan yaitu bahwa membuat dua buah tes yang secara esensial
ekuivalen adalah sulit. Akibatnya akan selalu muncul terjadinya kesalahan
pengukuran.
c. Reliabilitas Belah Tengah
Reliabilitas belah tengah tergolong dalam jenis reliabilitas yang berdasarkan
konsistensi internal dari instrumen pengukuran. Reliabilitas ini diperlukan jika tes
sangat panjang. Prosedur menentukan reliabilitas belah tengah meliputi langkahlangkah:
a. Berikan seluruh tes pada satu kelompok.
b. Bagi tes kedalam dua bagian yang sama, dalam bentuk subtes, setengah bagian
pertama berisi item-item yang ganjil, sedangkan item-item yang genap pada
setengah bagian kedua.
c. Hitung skors setiap obyek pada kedua sub bagian dimana setiap subjek
mendapat mendapat 2 skor, 1 skor untuk item ganjil, dan 1 skor untuk item
genap.
d. Korelasikan 2 skor himpunan itu.

Hasil korelasi ialah koefisien konsistensi internal, yang bila tingi berarti
instrument itu mempunyai reliabilitas yang tinggi.
d. Reliabiltas Ekuivalen Rasional
Reliabilitas ini tergolong juga dalam reliabilitas berdasarkan konsistensi
internal. Reliabilitas ini diperoleh dengan cara menghitung konsistensi internal
dengan menentukan bagaimana semua item-item saling berhubungan dan
berhubunga denga tes secara keseluruhan. Reliabilitas ekuivalen rasional
menggunakan rumus Kuder-Richardson:
total =
(K)(

(K-

Keterangan:
K = Jumlah
dalam
( item
) (K-1
) tes
SD = Penyimpanagn baku dari skors
= Mean skor

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bila dikaji secara umum, persyaratan minimal yang lazim dimiliki oleh instrumen
yang dibuat adalah alat ukurnya harus memiliki minimal dua keunggulan, yakni validitas
dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diperlukan bila instrumen yang dibuat
merupakan instrumen baru dan belum pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu.
Karena biasanya instrumen baru secara umum belum memiliki validitas dan reliabilitas.
Validitas dan reliabilitas lazim diujikan jika instrumen baru itu masih belum memiliki
validitas dan reliabilitas yang belum terukur. Dengan demikian, jika alat ukur yang
digunakan mampu memberikan informasi yang sesungguhnya tentang apa yang kita
inginkan untuk diukur dinamakan valid. Atau dengan kata lain, instrumen yang dipakai
dalam penelitian memiliki validitas yang baik.
Pengukuran ialah penetapan bilangan kategori respon atau variabel (Lin, 1975: 166,
dalam Izaak Latunussa, 1988: 97). Instrumen ialah alat yang dipakai untuk mendeteksi
data, mengukur frekuensi dan besarnya fenomena (Lin, 1975:10, dalam Izaak Latunussa,
1988:97). Sedangkan validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Jenis-jenis validitas
yaitu:

Validitas berdasarkan cara pengujiannya:


a. Validitas internal
b. Validitas eksternal
Validitas berdasarkan cara menetapkannya:
a. Validitas logis
b. Validitas empiris
Validitas berdasarkan tujuannya:
a. Validitas isi (content validity)
b. Validitas konstruk (construc validity)
c. Validitas konkuren (concurrent validity)
d. Validitas prediksi (predictive validity)

Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.
Jenis-jenis reliabilitas yaitu:

B. SARAN

Reliabilitas tes-retes
Reliabilitas bentuk ekuivalensi
Reliabilitas belah tengah
Reliabilitas ekuivalensi rasional

1.

Seorang peneliti sebaiknya menggunakan alat pengukuran data yang valid dan
reliabel dalm mengadakan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Izaak Latunussa. 1988. Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Roesdakarya.

(http://suhartoumm.blogspot.com/2009/10/uji-validitas-dalam-beberapa-pengertian.html)

Anda mungkin juga menyukai