Anda di halaman 1dari 26

Eritrosit pada manusia

Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 m dan ketebalan 2 m, lebih kecil
daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. [12] Eritrosit normal memiliki
volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total
dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.
Orang dewasa memiliki 23 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit
per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran
tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah
merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi
dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya
memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia.
Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan
lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah.
Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar 65%
kandungan besi di dalam tubuh manusia.

Daur hidup
Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis. Secara terus-menerus, eritrosit
diproduksi di sumsum tulang merah, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik
(Pada embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi dapat
distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh ginjal. Hormon ini sering
digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan
sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar
1% dari seluruh darah yang beredar.
Polimorfisme dan kelainan

Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf. Cekungan (konkaf) pada eritrosit
digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yang akan mengikat oksigen. Tetapi,
polimorfisme yang mengakibatkan abnormalitas pada eritrosit dapat menyebabkan
munculnya banyak penyakit. Umumnya, polimorfisme disebabkan oleh mutasi gen pengkode
hemoglobin, gen pengkode protein transmembran, ataupun gen pengkode protein
sitoskeleton. Polimorfisme yang mungkin terjadi antara lain adalah anemia sel sabit, Duffy
negatif, Glucose-6-phosphatase deficiency (defisiensi G6PD), talasemia, kelainan glikoporin,
dan South-East Asian Ovalocytosis (SAO)

Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah
merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh,[1] pada
mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju
paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang
disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan
talasemia.

Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang
terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunitsubunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat
molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi
sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara
keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen:

KLASIFIKASI ETIOLOGI DAN PATOGENESIS HEMOLITIK ANEMI


I. Inherited Hemolytik Disorders.
A. Kelainan pada Membrane Bel eritrosit .
1. Hereditary Spherositosis .
2. Hereditary Ellipstositosis .
3. Abetalipoproteinemia ( Acanthositosis ).
4. Hereditary Stomacytosis
5. Lecithin-cholesterol acyl Transferase (LCAT) Deffisiensi
6. Hereditary piropoikilositosis .
7. High Phosphatydil choline Hemolitik Anemi
8. Rh nul Diseases .
9. McLeod Phenotype.
B. Deffisiensi Enzym Glikolitik Eritrosit
1. Pyruvate Kinase. C.
2. Hexokinase.
3. Glucose-phosphat Isomerase.
4. Phosphofruktokinase
5. Triosephosphate isomerase
6. Phosphoglyserate kinase
C. Kelainan Metabolisme Nukleotide Eritrosit .
1. Pyrimidine 5 nukleotidase Deffisiensi
2. Adenosine deaminase excess.
3. Deffisiensi Adenosine Triphosphatase.
4. Deffisiensi Adenylate kinase
D. Defisiensi dari Enzym yang terlibat dalam metabolisme pentose
phosphate pathway dan Glutatione .
1. Glucose 6 Phosphate Dehyrogenase (G6PD) .
2. Glutamyl-cystein synthetase.
3. Glutathione synthetase.
4. Glutathione Reduktase .
E. Kelaianan Synthese dan Struktur Hemoglobin.
1. Unstable Hemoglobin Disease.
2. Sickle Sel Anemi .
3. Hemoglobinopathies Homozygote (CC; DD, EE).
4. Thalassemia Mayor.
5. Hemoglobin-H Diseases.
6. Doubly Heterozygous Disorders ( SC-Dis.,Sickle-Thalass.)
II. Aquaired Hemolytik Anemia.
A. Immunohemolyt ic Anemia.
1. Incompatible Blood Transfusion.
2. Hemolytic Disease of the Newborn.

2003 Digitized by USU digital library


3. Anemi Hemolitik flutoimmune yang disebabkan Antibodi reaksi hangat
(Warm-antibodi)
3.1. Idiopathic.
3.2. Sekunder .
3.2.1. Infeksi Virus dan Mykoplasma .
3.2.2. Lyn1phosarcome .CLL .
3.2.3. Immurle Defisiency State.
3.2.4. SLE dan Penyaki t Autoimmune yang lain.
3.2.5. Penyakit Keganasan yang lainnya .
3.3. Drug-induced.
4. Anemi Hemolitik Autoimmune yang disebabkan antibodi reaksi dingan
(Cold-antibodi ) .
4.1. Cold Hemagglutinin Disease.
-Idiopathic.
-Sekunder .
4.2. Paroxysmal Cold Hemoglobinuria.
B. Anemi Hemolitik Hikroan~giopatik dan Traumatik .
1. Prosthetic Valve dan Kelainan jantung yang lain.
2. Hemolitik -Uremia Syndrome.
3. Trombotik Trombositopenia Purpura.
4. DIC .
5. Hubungannya dengan phenomena Immunologic (Graft-rejection, immune
complex disease) .
C. Infektious .
1. Protozoa: malaria, toxoplasma, leismaniasis, trypanosomiasis.
2. Bacteria: Bartonellosis, Infeksi Clostridial, Kolera, Typhoid fever dan lainlain.
D. Zat Kimia , Obat dan Racun Bisa .
1. Zat Kimia dan Obat-obat Oksidant .
1.1. Napththalene .
1.2. Nitrofurantoin.
1.3. Sulfonamide.
1.4. Sulfones .
1.5. Para-aminosalicylate.
1.6. Phenacetin.
1.7. Phenylsemicarbazide.
1.8. Resorcin.
1.9. Phenylhydrazine.
1.10. Aniline.
1.11. Hydroxilamine
1.12. Nitrobenzene.
1.13. Phenolderivate
1.14. Chlorates
1.15. Molekuler Oxygen
2. Zat Kimia Non-Oksidant.
2.1. Arsine
2.2. Copper.
2.3. Water.
2003 Digitized by USU digital library
3. Hubungannya dengan Dialisis dan Uremia.
4. Venoms.
E. Physical Agent.
1. Thermal Injuri .
2. Ionizing Irradiation.
F. Hypophosphatemia.
G. Spur-cell Anemi pada Penyakit Hati .
H. Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria ( PNH ) .

I. Defisienai Vit.E pad a Newborn.


Kelainan laboratorium yang menunjukkan adanya tanda-tanda meningkatnya proses
penghancuran dan pembentukan sel eritrosit yang berlebihan dapat kita lihat
berupa:
1. Berkurangnya umur sel eritrosit
Umur eritrosit dapat diukur dengan menggunakan Cr-Labeled eritrosit, pada
anemi hemolitik umur eritrosit dapat berkurang sampai 20 hari. Meningkatnya
penghancuran eritrosit dapat kita lihat dari tingkat anemi, ictherus dan
retikulositosis yang terjadi, oleh sebab itulah pemeriksaan umur eritrosit ini
bukan merupakan prosedur pemeriksaan rutin untuk menegakan diagnostik
anemi hemolitik.
2. Meningkatnya proses pemecahan heme, ditandai dengan adanya:
a. Meningkatnya kadar billirubin indirek darah.
b. Meningkatnya pembentukan CO yang endogen
c. Meningkatnya kadar billirubin darah (hyperbillirubinemi).
d. Meningkatnya exkresi urobillinogen dalam urine.
3. Meningkatnya kadar enzym Lactat dehydrogenase (LDH) serum.
- Enzym LDH banyak dijumpai pada sel hati, otot jantung, otak dan sel eritrosit,
kadar LDH dapat mencapai 1200 U/ml.
- Isoenzym LDH-2 lebih dominan pada anemi hemolitik sedang isoenzym LDH-1
akan meninggi pada anemi megaloblastik.
4. Adanya tanda-tanda hemolisis intravaskular diantaranya yaitu:
a. Hemoglobinemi (meningkatnya kadar Hb.plasma)
b. Tidak adanya/rendahnya kadar haptoglobulin darah.
c. Hemoglobinuri (meningkatnya Hb.urine).
d. Hemosiderinuri (meningkatnya hemosiderin urine).
e. Methemoglobinemi
6. Berkurangnya kadar hemopexin serum.
Kelainan laboratorium yang selalu dijumpai sebagai akibat meningkatnya proses
eritroposis dalam sumsum tulang diantaranya yaitu:
1. Pada darah tepi bisa dijumpai adanya :
1.1. Retikulosi tosis ( polikromatopilik, stipling )
- Sel retikulosit merupakan sel eritrosit yang masih mengandung ribosome,
pemeriksaannya dilakukan dengan menggunakan pengecatan Brelian
Cresiel Blue (BCB), nilai normal berkisar antara 0,82,5 % pada pria dan
0,84,1 % pada wanita, jumlah retikulosit ini harus dikoreksi dengan ratio
hemoglobin/hematokrit (Hb/0.45) sedang jumlah retikulosit absolute dapat
dihitung dengan mengkalikan jumlah retikulosit dengan jumlah eritrosit.
- Perlu juga dihitung Retikulosit Production llidex ( RPI ) yaitu:
Ret. (%) Ht. Pasien.
RPI = ---------------------- x -------------------Ret. Maturation Time 0,45
- Sebagai contoh hila nilai RPI : 5 ,ini menunjukkan adanya peningkatan
pembentukan eritrosit 5 kali dari normal.
1.2. Makrositosis
- Sel eritrosit dengan ukuran lebih besar dari normal, yaitu dengan nilai Mean
Corpuscular Volume (MCV) > 96 fl.
1.3.Eritroblastosis .
1.4. Lekositosis dan trombositosis
2. Pada sumsum tulang dijumpai adanya eritroid hiperplasia
3. Ferrokinetik :
3.1. Meningkatnya Plasma Iron Turnover ( PIT ).
3.2. Meningkatnya Eritrosit Iron Turnover ( EIT ).
4. Biokimiawi darah :
4.1. Meningkatnya kreatin eritrosit .

4.2.Meningkatnya aktivitas dari enzym eritrosit tertentu diantaranya


yaitu:urophorphyrin syntese,hexokinase,SGOT.
Tanda-tanda laboratrium lain yang digunakan untuk membuat diagnostik banding
diantaranya yaitu :
1. Kelainan bentuk sel eritrosit pada pemeriksaan sediaan apus darah tepi yang
sering kita lihat adalah bentuk :
1.1. Sel spherosit : biasanya pada hereditary spherositosis immunohemolitik
anemi didapat, thermalinjury ,hypophosphatemia ,lreracunan zat kimia
tertentu .
1.2. Sel Achantocyte, kelainan pada komposisi zat lemak sel eritrosit yaitu pada
abetalipoproteinemia .
1.3. Spur sel biasanya ditemui pada keadaan sirosis hati. 1.4. Sel stomatocyte, ada
hubungannya dengan kation eritrosit jarang pada
keadaan penyakit hemolitik yang di turunkan biasa terjadi pada keracunan
alkohol .
1.5. Target sel, spesifik untuk :penyakit thalassemia, LCAT defisiensi,
obstruktive yaundice dan postsplenektomi .
1.6. Elliptocyte bentuk eritrositnya oval.
1.7. Sickle sel .
1.8. Schistocyte, helmet Bel dan fragmentosit sel, biasanya ada hubungannya
dengan trauma pada sel eritrosit.
2. Eritrophagositosis, merupakan kelainan yang jarang yaitu adanya phagositik sel
yang mengandung eritrosit hal ini memberi kesan adanya kerusakan pada
permukaan sel ritrosit terutama oleh adanya induced komplement fixing antibodi
,protozoa, infeksi bakteri dan keracunan zat kimia tertentu .
3. Autoagglutination, hal ini merupakan karakteristik utama dari adanya penyakit
cold agglutinin immunohemolitik, autoagglunation harus dibedakah dengah
rouleaux formation yang sering kita jumpai pada multiple mieloma dan hal ini
sering diikuti dengan peningkatan laju endap darah ( LED ) .
4. Osmotik fragiliti test ,yaitu mengukur ketahanan sel eritrosit untuk menjadi lisis
oleh proses osmotik dengan menggunakan larutan saline hypotonik dengan
konsentrasi berbeda-beda. Pada keadaan normal lisis mulai terjadi pada
konsentrasi saline 0745-0,50 gr/l dan lisis sempurna terjadi pada konsentrasi
0730-0,33 gr/l .Median corpuscular fragiliti (MCF) yang meninggi akan
menyebabkan terjadinya pergeseran kurve kekiri hal ini ada hubungannya
dengan spherositosis ,sebaliknya nilai MCF yang menurun (fragilitas menurun
atau osmotik resisten yang meningkat) maka kurve akan bergeser kekanan,hal
ini sering kita temui pada thalassemia ,sickle sel anemi ,leptositosis ,target sel
,dengan perkataan lain osmotik fragiliti sitosis penting dalam menentukan
adanya kelainan morfologi eritrosit

ANEMIA MIKROSITIK
Definisiensi Besi
Etiologi : perdarahan kronis (saluran cerna, menstruasidll), pasokan
(malnutrisi, penurunan absorpsi karena cliac sprue, IBD, gastrektomi subtotal),
atau kebutuhan (kehamilan)
Manifestasi klinis khusus keilosis angularis, glositis atrofi, koilonika, pika.
Sindrom Plummer_vinson = anemia defisiensi besi + selaput esofagus + glositis
atrofi.
Pemeriksaan diagnostik
Fe, TIBC, feritin (<12 sangat mendukung), Fe/TIBC<1/6, sumsum besi,
hitung MCV/Eritrosit>13
Progresivitas : besi sumsum tulangferitinFe dan TIBCanemia

mikrositosis.
Jika anamnesis belum dapat mengarahkan suatu etiologi tertentu, mulailah
merencanakan langkah penanganan terhadap perdarahan saluran cerna.
Penatalaksanaan : Suplementasi zat besi (6 minggu untuk memperbaiki
anemia dan 6 bulan untuk mengembalikan penyimpanan zat besi.
Talasemia
sintesis rantai atau globin hemoglobinhemoglobin abnormaldestruksi
eritrosit.
Hipoproliferasi + eritropoisesis yang tidak efektif + hemolisis.
Talasemia : hilangnya kompleks gen -globin pada kromosom 16
- 4 gen normal; 3 gen a karier tersembunyi ; 2 gen a talasemia-a minor
dan anemia mikrositik ringan
- 1 gen Penyakit HbH (4), anemia berat, hemolisis, dan splenomegali
- 0 gen Hb Barts (Y4) dengan hipoksia intrauterin dan hidrops fetalis
Talasemia- : mutasi gen -globin pada kromosom 11
- talasemia minor - disfungsi atau tidak ada salah satu gen , anemia mikrositik
ringan
- talasemia intermedia - disfungsi sedang kedua gen
- talasemia mayor (anemia Cooley) - disfungsi berat dari kedua gen
,HbA2(22)
Manifestasi klinis khusus (pada kasus yang berat): wajah seperti tupai,
hepatosplenomegali, gagal jantung kongestif output tinggi, hemokromatosis
(karena kelebihan zat besi akibat terapi (ransfusi)
Peineriksaan diagnostik: Pemeriksaan Fe normal, hitung MCV/E < 13, bercak
basofilik, etektroforesis Hb abnorrnal
Penatalaksanaan: transfusi + deferoksamin (apabi la kelebihan zat besi)
Anemia pada penyakit kronis (ACD. Anemia of Chronic Disease)
Anemia yang paling beragam pada keadaan penyakit autoirnun, infeksi kronis
atau peradangan
Dapat disebakan oleh waktu hidup critrosit, zat besi (? sekuostrasi pada
sistem RE), atau penurunan respons terhadap eritropoietin
Pemeriksaan diagnostik: Fe, IBC, feritin, ESR
Penatalaksanaan: sup/ementasi zat faesi tidak bermanfaat, tangani penyakit
yang mendasarinya
Anemia sideroblastik
Metabolisme zat besi eritrosit yang abnormal
Etiologi: herediter (? aktivitas enzim mitokondrial yang abnormal), obatjobatan
(timah, alkohol, isoniazid, kloramfenikol), keganasan (gangguan mielodisplastik),
penyakit yaskujar kolagen
Pemeriksaan diagnostik: populasi nyata dari hipokromik, mikrositik eritrosit
ehingga secara keseluruhan eritrosit menunjukkan kcmungkinan normal kecuali
RDW; Fe, TIBC normal, feritin, bercak basofilik, cincin sideroblastik pada
sumsum tulang

Penatalaksanaan pada anemia mikrositik


ANEMIA NORMOSITIK
Anemia Aplastik
Abnormalitas sel stem > sumsum tulang aselular + pansitopenia Diagnosis
banding pansitopenia
anemia aplastik
gangguan dengan selularitas sumsum tulang (mieloclisplasia, anemia
megaloblastik)
mieloptisis (lihat di bawah)
paroxysmal nocturnal nemoglobinuria (PNH)
Etiologi: idiopatik, kemoterapi, (agen peng-alkilasi, antimetabolit, antrasiklin),
radiasl, obat-obatan (kloramfenikol, obat-obatan sulfa), toksin (benzen),
autoirnun (SLE), infeksi virus
Pemeriksaan diagnostik: Sumsum tulang aselular dengan penggantian oleh
lemak; melihat penyebab lain
pansitopenia
Penatalaksanaan: transfusi, imunosupresi (globulin antitimosit, steroid, CsA),
Epo, G-CSF,
transplantasi sumsum tulang (BMT)
Anemia mieloptisik
Penggantian sumsum tulang dengan tumor hematologik atau metastasis,
granuloma (seperti: TB), atau fibrosis(AMM/MF)
Pemeriksaan diagnostik : sel teardrop,sel mieloid imatur + normobias (apusan
"leukoeritroblastik', sadapan "kering" (aspirat sumsum tulang), diagnostik biopsi
sumsum tulang, bukti hematopoiesis ekstramedular.
Aplasia sel darah merah mumi
Hambatan eritropoiesis oleh antibodi yang berikatan dengan komplemen;
dihubungkan dengan timoma dan infoksi virus
Pemeriksaan diagnostik: kurangnya prekursor eritroid pada biopsi sumsum
tulang, lainnya normal
Penalalaksanaan: timektomi apabila tiinus mombesar, imunosupresan
Sindrom Mielodisplastik
Sitopenia + sumsum tulang hiperselular + abnormalitas morfologik pada
dinding sel
Karena gangguan klonal didapat (akuisita) pada sel stem hematopoietik
(seperti: keadaan pra-leukemia)
Dikelompokkan berdasarkan temuan pada sediaan apus darah tepi dan
karakteristik aspirat sumsum tulang: anemia refrakter
(RA, < 5% bias), RA + cincinsideroblast(RARS, hitungsideroblas > 15% sel), RA +
kelebihan bias (RAEB, 5-20% bias), RA + kelebihan bias pada perubahan (RAEBTr, 20-30% bias), leukemia mielomonositikkronis (CMML), T prekursor monositik)
Transformasi leukemik: pada hampirseluruh kasus RAEB-Trdan pada - 30%
kasus RAEB dan CMML

Pemeriksaan diagnostik: sel Pelger-Huet pada apusan, sumsum tulang dengan


multilineage dysplasia seperti di atas
Penatalaksanaan: transfusi, Epo, G-CSF, BMT
Anemia sideroblastik (lihat di atas)
Anemia pada gangguan kronis
Anemia karena penyakit kronis (lihat di atas)
Anemia karena uremia: Epo; sel burr (rata/datar, proyeksi teratur)
Anemia karena penyakit hepar:! karena metabolisme kolesterol yang abnormal;
sel spur (proyeksi tidak teratur)
Anemia karena penyakit tiroid: dapat normositik atau makrositik
ANEMIA MAKROSITIK (ANEMIA , MEGALOBLASTIK)
Pefisiensi asam folat
Folat terdapat pada sayuran berdaun hijau dan buah citrus; cadangan zat iai di
dalam tubuh cukup untuk 2-3 bulan
Etiologi: malnutrisi (alkoholik, anorektik, orangtua), absorpsi (sprue),
gangguan metabolisme (metotreksat, pirimetamin, trimetoprim), kebutuhan
(anemia hemolitik kronis, kehamilan, keganasan, dialisis)
Pemeriksaan diagnostik: pansitopenia, makroovalosit, hipersegmentasi sel
PMN, -I folat, T LDH dan bilirubin (karena eritropoiesis yang tidak efektif)
Penatalaksanaan: folat 1-5 mg PO 4x1
Defisiensi B12
Kobalamin (vitamin B1]2) terdapat pada seluruh makanan yang berasal dari
hewani; cadangan zat ini di dalam tubuh cukup untuk 2-3 tahun
Terikat pada faktor intrinsik, yangdisekresi oleh sel parietal lambung, dan
diabsorpsi di ileum terminal
Etiologi: malnutrisi (alkoholik, vegetarian), anemia pernisiosa (penyakit
autoimun terhadap sel parietal
lambung, disertai dengan insufisiensi endokrin poliglandulardan risiko
karsinoma lambung), penyebab lainnya adalah faktor-faktoryang menyebabkan
absorpsi (keadaan setelah gastrektomi, sprue, penyakit Crohn), kompetisi
(pertumbuhan berlebihan bakteri usus, cacing pita pada ikan), defisiensi transkcbalamin II
Manifestasi klinis khusus: perubahan neurologik (penyafc/t-s/stem gabungan) neuropati porifer, ponyakit
kolumna posterior, penyakit kortikal
Pemeriksaan diagnostik: sama seperti defisiensi asam folat kecuali folat normal
dan -I B12
Uji Schilling: B12IM untukmensaturasi transporprotein -> BI2 radiolabel
periksaekskresi urine: Fasel - hanyaB,jOral; apabila urine> defisiensi
dalam diet; apabila urine fasell Fase H = B,2oral + faktor intrinsik; apabita
urine> anemia pernisiosa
Penatalaksanaan: 100 u.g B12 IM 4x1 selarrta 7 hari > tiap minggu selama 48 minggu tiap bulan seumur hidup
abnormalitas neurologik bersifat reversibel apabila diobati dalam waktu 6 bulan

ANEMIA HEMOUTIK
Sferositosis herediter
Defek membran intrakorpuskularkongenital
Pemeriksaan diagnostik: sferosit pada apusan, uji fragilitas osmotik (+)
Penatalaksanaan: splenektomi
Defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD. Glucose-6-Phosphate
Dehydrogenase)
Defek kongenital dari metabolisme dengan kerentanan eritrosit terhadap
kerusakan oksidatif
Hemolisis yang dicetuskan oleh obat-obatan (sulfonamid, antimalaria), infeksi,
atau makanan
(kacang fava)
Pemeriksaan diagnostik: apusan akan menunjukkan sel bite dan badan Heinz
(inklusi eritrosit); kadar G6PD1 (namun dapat normal setelah hemolisis akut
karena hanya eritrosit normal saja yangtersisa)
Anemia sel sabit
Hemoglobin yang strukturnya abnormal secara kongenital (HbS), yang
membentuk sabit dan berpolimerisasi pada keadaan hipoksia, asidosis, dan
dehidrasi eritrosit, sehingga menyebabkar cedera jaringan iskemik
Hemolisis kronis dengan serangan episodik krisis vaso-oklusif (nyeri dada akut,
sekuestrasi, dan aplastik}
Pemeriksaan diagnostik: eritrosit berbentuk sabitdan badan Howell-)olly pada
pulasan; elektroforesis Hb
abnormal
Penatalaksanaan: hidroksiurea (t HbF; N Engll Med 332:1317,1995); krisis
yangditangani dengan hidrasi suplemcntasi oksigen dan analgesia (N Cngll Med
340:1021,1999)
Anemia hemolitik autoimun (AIHA. Autoimmune Hemolvtic Anemia)
Akuisita, diperantarai antibodi, destruksi orilrosil
AIHA hangat: terjadi pada suhu 370C, antibodi IgG opsonisasi sel eritrosit ->
dibuang oleh lien
AIHA dingin: terjadi pada suhu < 370C, antibodi terikatkornplemen IgM dengan
sel eritrosit > hemolisis
intravaskulardan akrosianosis
Etiologi: idiopatik, gangguan limfoproliferatif, penyakit autoimun (hangat),
infeksi (dingin)
Djagnosis: sferosit pada pulasan, Coomb
Penatalaksanaan: kortikosteroid splenektomi; tangani penyakit yang
mendasarinya
Anemia hemolitik terinduksi obat-obatan
Akuisita, diperantarai antibodi, destruksi eritrosit yang dipicu oleh obat
terinduksi hapten (obat yang berikatan dengan eritrosit, antibodi berikatan
dengan sel yang
terikat obat; seperti: penisilin)

berada bebas (kornpleks obat-antibodi mengikal eritrosit * penghancuran C'


diperantarai; (seperti:
kuinidin)
autoimun (obat mencetuskan AIHA; seperti: metildopa)
Pemeriksaan diagnostik: Coomb
Anemia hemolitik mikroangiopati (MAHA. Microaneiopalhic Hemolytic Anemia)
Hemolisis intravaskular didapat yang disebabkan munculnya fibrin intraarteriolar yang merusak eritrosit
Etiologi: koagulasi intravaskular diseminata, sindrom uremik hemolitik, purpura
trombositopeni trombotik, leukemia, hipertensi malignan, eklamsia, HELLP,
beberapa katup jantungprostetik, prostesisvaskulatyang terinfeksi
Pemeriksaan diagnostik: skistosit trombositopenia
abnormalitasyangdihubungkan dengan DIC/HUV TIP (lihat * Gangguan
Koagulasi*)
Penatalaksanaan: tangani abnormalitas yang mendasarinya
Paroxysmal Nocturnal Hemoqlobinuria (PNH)
Defek intrakorpuskulardidapat pada protein terkait membran yang memicu
eritrosit terhadap lisis
komplemen yang diperantarai; tidur-* asidosis respiratorik ringan > hemolisis
dan hemoglobinuria; pasien lebih rentan terhadap trombosis
Pemeriksaan diagnostik: uji Ham (hemolisis-asam) atau hemolisis sukrosa

Anemia
Presented by Dr. Frederick Lloyd
Palo Alto Medical Foundation
Palo Alto, California

Hemoglobin
Tetramer of 4 globin chains
(proteins)
Each with a heme group
containing iron

Can be distinguished by
electrophoresis
Chain types
Alpha
Beta
Gamma
Delta
Zeta and epsilon are embryonic

Fetal and Neonatal


Hemoglobins
Hgb A2 1 1-3
(alpha2 delta2)

Adult (minor)
Hgb A 15-40 96-98
(alpha2 beta2)

Adult (major)
Hgb F 60-85 0-2
(alpha2 gamma2)

Fetal
Birth > 1 year
Amount %

Hemoglobin Designation
type

About Hemoglobin
Hemoglobin binds oxygen and
carries it to
tissues
Erythrocytes (red blood cells)
consist
mainly of hemoglobin
Function of red blood cell
dependent on:
Hemoglobin type and content
Membrane stability
Energy production

Survival and
Production of RBC
Formed in bone marrow

Life span is 120 days (+/- 20


days)
Cleared in spleen
Reticulocytes are newly
formed RBC in
circulation
If no new production, Hgb
drops 1
gm/week

Definition of Anemia
Hgb > 2 standard deviations
below the
mean for age
(see chart)

Age and Sex Adjusted Hgb


and MCV
Values
90 (80)

90 (80)
15.5 (13.5)
14.0 (12)
Adult male
Adult female
88 (78)
90 (78)
14.5 (13)
14.0 (12)
12-18 year male
12-18 year female
6-12 years 13.5 (11.5) 86 (77)
2-6 years 12.5 (11.5) 81 (75)
6-24 months 12.0 (10.5) 78 (70)
6 months 12.6 (11.1) 76 (68)
2 months 11.2 (9.4) 95 (84)
1 month 13.9 (10.7) 101 (91)
2 weeks 16.6 (13.4) 105 (88)
1-3 days 18.5 (14.5) 108 (95)
Birth 16.5 (13.5) 108 (98)
Age and Sex Hgb Mean (-2 SD) MCV Mean (-2 SD)

Anemia
Physiologic: hgb below the level
needed to
deliver adequate oxygen to cells
Clinical features:

Dyspnea at rest, tachycardia with


pounding
pulse, weakness, dizziness, syncope,
headache, insomnia

Severe
As with MILD ANEMIA, may also have
excessive fatigue

Moderate
Mild Mild dyspnea on exertion, palpitation

Anemia
General mechanisms
Increased hgb loss (usually
bleeding)
Decreased hgb production
Increased destruction of RBC

Workup for Anemia


History
Diet
Blood loss
Family history
Recent illness or immunization

History of anemia and cause

Workup of Anemia
Physical Examination
Evaluate conjunctiva and mucous
membranes
for paleness
Cardiovascular system for murmur
Liver
Spleen
Nodes
Look for jaundice or purpura

Workup of Anemia
Labs
Complete blood count with
differential and
platelets
Evaluation of smear with red cell
indices
Reticulocyte count

Other tests

Serum bilirubin, LDH, urinary


hemosiderin, hgb
electrophoresis, quantitative hgb A2
and F

Reticulocytes
Approach to Anemia
Smear indices
Hypochromic
microcytic
Normochromic
normocytic Macrocytic

Anemias
Hypochromic
Microcytic Anemia
Appearance:
Weakly staining, small in size

Mechanism:
Decreased hgb synthesis
secondary to
decreased heme synthesis

Causes:
Iron deficiency
Thalassemia
Lead poisoning

Hypochromic, Microcytic
Anemia:
Iron Deficiency
Mechanism
Decreased hgb synthesis
secondary to
decreased heme synthesis

Major differential diagnosis


Beta thalassemia minor

Incidence
3-24% of children age 6-24
months

Iron Deficiency Anemia

Iron Deficiency
Anemia: Causes
Lack of adequate iron at birth
Low birth weight
Low hgb at birth

Poor iron intake


Loss of iron (GI bleeding)

Iron Deficiency Anemia


Symptoms
Irritability
Anorexia with poor weight gain
Behavioral changes
*Some of these changes may not be readily
reversible with Fe
treatment

Diagnostic tests
Hgb and MCV are decreased
Ferritin decreased
TIBC increased

Iron Deficiency Anemia:


Treatment
Elemental iron 4-6 mg/kg/day
In a 1-2 year old with a poor diet,
therapy may
consist of empiric course of oral iron
without a
full workup
Reticulocyte count will rise in 4-5
days
Hgb starts to rise at 1 week
Once normalized, continue Fe
therapy 1-2
months to replace Fe stores in
marrow

Iron Deficiency
Anemia: Note
Make sure there is no source
of GI

bleeding
Consider malignancy if there
is GI
bleeding

Lead Poisoning
Blocks placement of Fe into
heme
May cause neurological
damage and
anemia
Usually related to lead-based
paints and
industrial exposures
Test for a SERUM LEAD
LEVEL
Treatment chelation with
deferoxamine

Thalassemia

Genetically determined, often


familial
defects in the production of
Hgb
Two processes involved
Decreased production of Hgb
Imbalance of globin chain
production

Thalassemia
Beta-Thalassemia
Due to deficiency of one or
both Betaglobin
genes
Heterozygotes
Defect in one chain
Mild hypochromic microcytic
anemia
Normal life expectancy

Potential for homozygous children


Confirmed by electrophoresis

Beta-Thalassemia
Homozygotes
Beta-Thalassemia major
Defect in both beta chains
Decreased or no production of Hgb A
Hgb F 60-90%

Clinical
Presents with severe anemia at 4-6
months

Treatment
Transfusions

Differentiating Between Iron


Deficiency and
Beta-Thalessmia Trait
Abnormal Slightly abnormal
Basophilic stippling
RBC morphology
RDW Normal (13.4 +/- 1.2) Higher
FEP Normal Increased
MCV/RBC < 13 > 13
Hgb F Increased Normal

Hgb A2 Increased Decreased


Fe/TIBC Normal Decreased
TIBC Normal Increased
Serum Fe/ferritin Normal Decreased
Test/Finding Beta-Thal trait Iron Deficiency

Basophilic Stippling
Normochromic,
Normocytic Anemia
Decreased
reticulocyte
count
Increased
reticulocute
count
Coombs + Coombs intracorpuscular extracorpuscular
malignancy
Hypoproliferative anemia
Acute
blood loss
Antibody mediated
Abnormal hgb Membrane defect Enzyme defect

Normochromic,
Normocytic Anemia

Macrocytic Anemia

Appearance:
Large cells

Causes:
Vitamin B12 deficiency
Folate deficiency

Macrocytic Anemia

Anda mungkin juga menyukai