III - 1
2) Diorit Bone
Merupakan batuan beku menengah, terdiri dari diorit, diorit
kwarsa, granodiorit dan andesit. Penyebaran batuan ini relatif
sempit setempat-setempat. Penyebaran terluas di Kabupaten
Buol kurang dari 600 ha. Umur batuan diperkirakan Miosen
Awal sampai Miosen Tengah.
3) Diorit Boliohuto
Terdiri dari diorit dan granodiorit dan tergolong dalam jenis
batuan beku dalam yang bersifat menengah sampai asam. Di
Kabupaten
Buol
batuan
ini
hanya
terdapat
di
sekitar
III - 2
batuan
vulkanik, terdiri
dari
breksi
vulkanik,
aglomerat, tufa, tufa lapili dan lava yang bersifat andesit sampai
basal. Penyebarannya di bagian selatan Bunobogu dan wilayah
yang luas sepanjang pegunungan Peleleh ke arah timurlaut,
yaitu G. Tentolomatinan dan G. Boondalo. Umur batuan
diperkirakan Pliosen.
6) Batugamping Klastik
Batugamping klastik terdapat setempat-setempat di wilayah
pesisir utara wilayah regional Lokodoka. Litologi terdiri dari
kalkarenit, kalsirudit dan batugamping koral.
Penyebaran
III - 3
Aluvium
Terdiri dari material pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil dan
kerakal. Endapan relatif tidak tersebar luas mengikuti bentuk
topografi dataran di sekitar daerah aliran sungai di dataran
Lohu, Bunobugu dan Matinan. Tebal satuan beberapa meter
sampai puluhan meter.
Satuan
dan
batuan
litologi
wilayah
penelitian
dirangkum dan
Umur
Holosen
Satuan
Aluvium
PleistosenHolosen
PliosenPleistosen
Pliosen
Batugamping
Terumbu
Batugamping
Klastik
Breksi Wobudu
Miosen
Tengah-Miosen
Atas
Formasi
Dolokapa
Miosen
Tengah-Miosen
Atas
Miosen AwalMiosen Tengah
EosenOligosen
Diorit Boliohuto
3
4
7
8
Litologi
Lumpur, lempung, pasir, kerikil dan
kerakal
Batugamping koral
Kalkarenit, kalsirudit dan batugamping
terumbu
breksi vulkanik, aglomerat, tufa, tufa
lapili dan lava yang bersifat andesit
sampai basal
batupasir wake, batulanau, batulumpur,
konglomerat, tufa, tufa lapili, aglomerat,
breksi vulkanik dan lava yang bersifat
andesit serta basal
diorit dan granodiorit
Diorit Bone
III - 4
c. Struktur Geologi
Secara regional, wilayah Buol termasuk dalam Mandala Geologi
Sulawesi Barat. Dari sisi kompleksitas struktur geologi, wilayah Buol
bagian timur relatif lebih terpengaruh secara tektonik dibanding
bagian baratnya. Di bagian timur, sesar-sesar vertikal dengan 2
arah utama yaitu tenggara-baratlaut dan timurlaut-baratdaya.
Di samping itu juga terdapat sesar geser dextral di Pegunungan
Paleleh dan G.Tentolomatinan. Adapun bagian timur Buol gejala
struktur relatif tidak dominan, hanya terdapat 2 struktur utama yaitu
sesar sungkup di barat Momuno dan sesar vertikal di sebelah barat
Leok. Struktur geologi lainnya yang dijumpai adalah lipatan antiklin
dan kekar-kekar yang banyak terjadi pada seluruh formasi batuan.
III - 5
III - 6
wake,
batupasir,
batulanau,
batulempung,
wilayah
studi, yang
meluas hingga
ke
Peg.
III - 7
3) Diorit Boliohuto
Terdiri dari diorit dan granodiorit dan tergolong dalam jenis
batuan beku dalam yang bersifat menengah sampai asam. Pada
beberapa lokasi seperti di bagian tengah, yaitu di bagian hulu
anak S. Matinan secara lokal terdapat batuan beku bersifat
andesitan yang diperkirakan merupakan formasi bagian atas
batuan yang membentuk diorit.
Di wilayah studi satuan ini dijumpai relatif di bagian tengah
areal.
Namun
dijumpainya
bongkah-bongkah
diorit
yang
batuan
vulkanik, terdiri
dari
breksi
vulkanik,
aglomerat, tufa, tufa lapili dan lava yang bersifat andesit sampai
basal. Penyebarannya di bagian selatan Bunobogu dan wilayah
yang luas sepanjang pegunungan Peleleh ke arah timurlaut,
yaitu G. Tentolomatinan dan G. Boondalo. Umur batuan
diperkirakan Pliosen.
5) Breksi Wobudu 2
(dominan tufa)
Merupakan
batuan
vulkanik, terdiri
dari
breksi
vulkanik,
aglomerat, tufa, tufa lapili dan lava yang bersifat andesit sampai
basal. Penyebarannya di bagian selatan Bunobogu dan wilayah
yang luas sepanjang pegunungan Peleleh ke arah timurlaut,
yaitu G. Tentolomatinan dan G. Boondalo. Umur batuan
diperkirakan Pliosen
Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung
Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah
III - 8
Satuan
dan
batuan
litologi
wilayah
penelitian
dirangkum dan
3.
Umur
Satuan
Breksi Wobudu 1
(dominan breksi
volkanik)
Pliosen
Pliosen
Breksi Wobudu 2
(dominan tufa)
Miosen
Tengah-Miosen
Atas
Diorit Boliohuto
Miosen
Tengah-Miosen
Atas
Formasi Dolokapa 1
(Dominan Batupasir
dan batulanau)
Miosen
Tengah-Miosen
Atas
Formasi Dolokapa 2
(dominan breksi
dan tufa)
Litologi
breksi vulkanik, aglomerat, tufa, tufa
lapili dan lava yang bersifat andesit
sampai basal
Tufa, tufa lapili, breksi vulkanik,
aglomerat, dan lava yang bersifat
andesit sampai basal
Diorit, andesit dan granodiorit
batupasir
wake,
batulanau,
batulumpur, konglomerat, tufa, tufa
lapili, aglomerat, breksi vulkanik dan
lava yang bersifat andesit serta basal
batupasir
wake,
batulanau,
batulumpur, konglomerat, tufa, tufa
lapili, aglomerat, breksi vulkanik dan
lava yang bersifat andesit serta basal
STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi lokal yang terbentuk di wilayah Lokodoka terdiri dari
sesar dan kekar serta struktur lipatan yang berkembang pada lapisan
batuan sedimen Formasi Dolokapa. Sesar vertika terdapat di bagian
timur sedangkan sesar geser dekstral terdapat di bagian barat. Kedua
sesar utama ini berorientasi tenggara baratlaut. Adapun strukturstruktur lokal banyak dijumpai di lokasi studi, baik berupa kekar-kekar
dengan orientasi yang tidak beraturan maupun sesar-sesar lokal
dengan arah yang juga tidak terorientasi.
III - 9
4.
Sejarah Geologi
Sejarah geologi regional wilayah studi sangat berkaitan dengan kondisi
tektonik yang terjadi di wilayah Sulawesi, dimana wilayah Buol termasuk
dalam wilayah Mandala Geologi Sulawesi Barat.
Pada Zaman Tersier Kala Eosen - Oligosen, regional wilayah studi
merupakan bagian dari cekungan laut dimana terjadi kegiatan volkanik
bawah laut yang ditandai oleh terjadinya lava dan sedimentasi hasil
kegiatan volkanik dan sedimen klastik yang membentuk Formasi Tinombo.
III - 10
2. GENESA MINERALISASI
Pada peristiwa mineralisasi di wilayah studi, proses intrusi batuan diorit
Boliohuto dan akibat yang menyertainya sangat berperan pada terbentuknya
mineral bijih.
Tiga proses yang dianggap berperan dalam terbentuk dan terakumulasinya
bijih besi di lokasi studi adalah :
1. Kontak metasomatik antara diorit dengan batuan sedimen dan batuan
volkanik yang dapat merubah batuan asal (termetakan). Pada peritiwa
ini terjadi metasomatis kontak berupa cairan panas menerobos batuan
beku dan batuan samping sekitar batuan beku. Terjadi reaksi antara
unsur volatil dengan batuan yang diterobos. Disamping itu terjadi reaksi
antara unsur volatil dengan batuan yang diterobos.
Diperkirakan terjadi dua tahapan (dua generasi) mineralisasi di wilayah
studi, yaitu :
Generasi I, yaitu pada tahapan awal
Jika batuan yang dilewati kurang reaktif maka cairan akan mengisi
rongga. Jika batuan nya reaktif maka akan terjadi penggantian
(replacement), rekristalisasi dan alterasi.
Formasi Dolokapa agak bersifat
III - 11
kenampakan pada
Mineralisasi bijih
Breksi Wobudu
Formasi
Dolokapa
III - 12
dengan
kondisi
morfologi
dan
kadar
persentase
30 Ha
592 Ha
: 1.957 Ha
: 7.027 Ha
: 5,0 m
: 9,0 m
: 8,0 m
: 8,5 m
1. Zona A
persentase
Hematite (Fe2O3)
Fe
38,61%
27,94%
III - 13
2. Zona B
persentase
64,10%
51,40%
3. Zona C
persentase
65,50%
53,45%
4. Zona D
persentase
88,23%
63,82%
Zona
Tebal
(m)
A
B
C
D
3
9
8
8
Luas
(m2)
300,000
5,920,000
19,570,000
70,270,000
Volume
(m3)
BD
900,000 5,26
53,280,000 5,26
136,990,000 5,26
527,025,000 5,26
Total potensi Hematite =
Potensi
Hematite
(Ton)
4,734,000
280,252,800
823,505,600
2,956,961,600
4,065,454,000
Tebal
(m)
3
9
8
8
Luas
(m2)
300,000
5,920,000
19,570,000
70,270,000
Volume
BD
(m3)
900,000
6,8
53,280,000
6,8
136,990,000
6,8
527,025,000
6,8
Total potensi Fe =
Potensi Fe
(Ton)
6,120,000
362,304,000
1,064,608,000
3,822,688,000
5,255,720,000
III - 14