Anda di halaman 1dari 14

BAB III

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

1. KONDISI GEOLOGI REGIONAL


a. Fisiografi
1) Morfologi
Secara morfologi, wilayah Kabupaten Buol dapat dibagi menjadi
3 satuan morfologi, yaitu dataran, perbukitan dan pegunungan.
Satuan Morfologi Dataran. Satuan morfologi ini secara
dominan meliputi wilayah pesisir Buol bagian utara dari Bokat,
Bunobogu, Lokodidi, Lokodoka dan dataran Paleleh. Wilayah
dataran agak luas terdapat di Bila dan Tunggulo dan yang relatif
sempit di Bunobogu dan Paleleh. Secara umum morfologi ini
merupakan kawasan permukiman yang sudah lama dibuka.
Satuan Morfologi Perbukitan. Satuan morfologi ini terdapat
dalam bentuk bukit dan perbukitan dengan orientasi perbukitan
relatif timur-barat dari bagian selatan Paleleh, Lokodoka,
Lokodidi, Bunobugo dan Bongo.
Satuan Morfologi Pegunungan. Satuan ini merupakan bagian
terbesar satuan morfologi yang terdapat di bagian selatan,
memanjang dari timur ke barat yang merupakan bagian dari
Pegunungan Paleleh, diantaranya G. Bondalo (1918 m),
G. Tentolomatinan (2207 m) dan G. Tetembu (998 m).
2) Pola Aliran dan Karakteristik Sungai
Sungai-sungai di Wilayah Buol bagian tengah dimana Lokodoka
berada bermuara ke laut Sulawesi. Sungai-sungai terbesar
diantaranya S. Inalatan, S. Matinan, S. Bodi dan S. Timbulan.
Penampang morfologi sungai-sungai ini bervariasi V dan U.
Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung
Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 1

Di samping pola aliran sungai dominan yang berpola dendritik,


juga pola-pola aliran sungai paralel, rektangular dan trelis dapat
dianalisis berdasarkan pola morfologi pada rupabumi.

b. Stratigrafi dan Litologi


Secara regional di wilayah studi dimana Lokodoka terdapat
merupakan bagian dari Mandala Geologi Sulawesi Barat. Stratigrafi
batuan wilayah ini disusun berdasarkan umur dari tua ke muda
sebagaii berikut.
1) Formasi Tinombo
Litologi penyusun formasi ini berupa lava basal, basal spilitan,
lava andesit, breksi gunung api, batupasir wake, batulanau,
patupasir hijau, batugamping merah, batugamping kelabu dan
batuan termetamorfosa lemah.
Di wilayah regional Lokodoka

satuan ini terdapat di bagian

selatan dengan arah memanjang relatif timur-barat relatif pada


wilayah batas dengan kabupaten lain. Umur formasi ini diduga
Eosen-Oligosen, dengan tebal formasi lebih dari 500 m.

2) Diorit Bone
Merupakan batuan beku menengah, terdiri dari diorit, diorit
kwarsa, granodiorit dan andesit. Penyebaran batuan ini relatif
sempit setempat-setempat. Penyebaran terluas di Kabupaten
Buol kurang dari 600 ha. Umur batuan diperkirakan Miosen
Awal sampai Miosen Tengah.
3) Diorit Boliohuto
Terdiri dari diorit dan granodiorit dan tergolong dalam jenis
batuan beku dalam yang bersifat menengah sampai asam. Di
Kabupaten

Buol

batuan

ini

hanya

Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung


Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

terdapat

di

sekitar
III - 2

G. Tentolomatinan sebelah selatan Lokodako. Umur batuan


adalah Miosen Tengah sampai Miosen Atas.
4) Formasi Dolokapa
Litologi terdiri dari batupasir wake, batulanau, batulumpur,
konglomerat, tufa, tufa lapili, aglomerat, breksi vulkanik dan lava
yang bersifat andesit serta basal.
Penyebaran formasi ini relatif luas, relatif memanjang dari
sebelah selatan Momunu dan Mopu ke arah ke arah timur laut
sampai mencapai daerah Paleleh. Umur formasi adalah Miosen
Tengah Miosen Atas.
5) Breksi Wobudu
Merupakan

batuan

vulkanik, terdiri

dari

breksi

vulkanik,

aglomerat, tufa, tufa lapili dan lava yang bersifat andesit sampai
basal. Penyebarannya di bagian selatan Bunobogu dan wilayah
yang luas sepanjang pegunungan Peleleh ke arah timurlaut,
yaitu G. Tentolomatinan dan G. Boondalo. Umur batuan
diperkirakan Pliosen.
6) Batugamping Klastik
Batugamping klastik terdapat setempat-setempat di wilayah
pesisir utara wilayah regional Lokodoka. Litologi terdiri dari
kalkarenit, kalsirudit dan batugamping koral.

Penyebaran

meliputi wilayah utara Bongo, Bunobogu, Lokodoka, Tunggulo


dan Paleleh. Keseluruhan terdapat di bagian topografi Tanjung
lokasi-lokasi tersebut. Umur formasi Pleistosen-Holosen
7) Batugamping Terumbu
Batugamping koral merupakan penyusun utama satuan batuan
ini. Penyebaran terluas terdapat di pesisir utara Buol. Pada
wilayah regional Lokodoka penyebaran batuan ini tidak meluas,
Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung
Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 3

yaitu di lokasi pesisir pantai Lohu dan Bunobogu. Umur formasi


Pleistosen-Holosen.
8)

Aluvium
Terdiri dari material pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil dan
kerakal. Endapan relatif tidak tersebar luas mengikuti bentuk
topografi dataran di sekitar daerah aliran sungai di dataran
Lohu, Bunobugu dan Matinan. Tebal satuan beberapa meter
sampai puluhan meter.

Satuan

dan

batuan

litologi

wilayah

penelitian

dirangkum dan

ditabulasikan dalam Tabel berikut.


Tabel 3.1. Satuan batuan di wilayah Kabupaten Buol
No.
1

Umur
Holosen

Satuan
Aluvium

PleistosenHolosen
PliosenPleistosen
Pliosen

Batugamping
Terumbu
Batugamping
Klastik
Breksi Wobudu

Miosen
Tengah-Miosen
Atas

Formasi
Dolokapa

Miosen
Tengah-Miosen
Atas
Miosen AwalMiosen Tengah
EosenOligosen

Diorit Boliohuto

3
4

7
8

Litologi
Lumpur, lempung, pasir, kerikil dan
kerakal
Batugamping koral
Kalkarenit, kalsirudit dan batugamping
terumbu
breksi vulkanik, aglomerat, tufa, tufa
lapili dan lava yang bersifat andesit
sampai basal
batupasir wake, batulanau, batulumpur,
konglomerat, tufa, tufa lapili, aglomerat,
breksi vulkanik dan lava yang bersifat
andesit serta basal
diorit dan granodiorit

Diorit Bone

diorit, diorit kwarsa, granodiorit dan


andesit
Formasi
lava basal, basal spilitan, lava andesit,
Tinombo
breksi gunung api, batupasir wake,
batulanau, patupasir hijau, batugamping
merah, batugamping kelabu dan batuan
termetamorfosa lemah
Sumber: Ratman (1976) dan Bahri dkk (1993)

Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung


Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 4

c. Struktur Geologi
Secara regional, wilayah Buol termasuk dalam Mandala Geologi
Sulawesi Barat. Dari sisi kompleksitas struktur geologi, wilayah Buol
bagian timur relatif lebih terpengaruh secara tektonik dibanding
bagian baratnya. Di bagian timur, sesar-sesar vertikal dengan 2
arah utama yaitu tenggara-baratlaut dan timurlaut-baratdaya.
Di samping itu juga terdapat sesar geser dextral di Pegunungan
Paleleh dan G.Tentolomatinan. Adapun bagian timur Buol gejala
struktur relatif tidak dominan, hanya terdapat 2 struktur utama yaitu
sesar sungkup di barat Momuno dan sesar vertikal di sebelah barat
Leok. Struktur geologi lainnya yang dijumpai adalah lipatan antiklin
dan kekar-kekar yang banyak terjadi pada seluruh formasi batuan.

Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung


Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 5

2. KONDISI GEOLOGI LOKAL DESA LOKODOKA


a. Fisiografi
1) Morfologi
Secara morfologi, wilayah studi di Lokodoka dan sekitarnya
dapat dibagi menjadi 2 satuan morfologi, yaitu dataran,
perbukitan dan pegunungan.
Satuan Morfologi Perbukitan. Satuan morfologi ini merupakan
bagian terbesar morfologi di wilayah studi, terdapat dalam
bentuk bukit dan perbukitan dengan orientasi perbukitan relatif
timurlaut - baratdaya dari wilayah Desa Bodi sampai dengan
bagian timur Desa Matinan.
Satuan Morfologi Pegunungan. Satuan ini terdapat di bagian
selatan wilayah studi, dengan arah yang sejajar dengan
morfologi perbukitan di bagian utaranya, dengan orientasi
pegunungan relatif timurlaut - baratdaya dari wilayah Desa Bodi
sampai dengan bagian timur Desa Matinan.
2) Pola Aliran dan Karakteristik Sungai
Pola aliran sungai di wilayah studitermasuk dalam jenis pola
aliran sungai paralel dan dendritik. Sungai atau lembah dengan
pola sejajar merupakan sungai utama. Pengamatan regioanal
arah sungai dan morfologi memperlihatkan kontrol struktur
patahan yang saling sejajar hampir utara - selatan yang
membentuk sungai dan orientasinya. Adapun pola aliran
dendritik dengan ciri percabangan pohon merupakan anak-anak
sungai yang bermuara pada sungai-sungai berpola paralel
diatas. Penampang morfologi sungai-sungai ini bervariasi V
dan U dimana penampang U berkembang pada sungai utama
sedangkan penampang V pada anak-anak sungai.
Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung
Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 6

b. Stratigrafi dan Litologi


Wilayah studi SKIP dimana Lokodoka terdapat merupakan bagian
dari Mandala Geologi Sulawesi Barat. Stratigrafi batuan wilayah ini
disusun berdasarkan umur dari tua ke muda sebagai berikut.
1) Formasi Dolokapa 1
(dominan batupasir, batulempung dan tufa)
Batuan yang dominan pada Formasi Lokodaka di bagian ini
adalah batupasir dan batulanau. Litologi keseluruhan terdiri dari
batupasir

wake,

batupasir,

batulanau,

batulempung,

konglomerat, tufa, tufa lapili, aglomerat, breksi vulkanik dan lava


yang bersifat andesit serta basal. Struktur perlapisan masih baik
terlihat pada batulanau dan batulempung. Pada beberapa
tempat pada satuan ini dijumpai tubuh batuan intrusi lokal
berupa diorit.
Penyebaran formasi ini terdapat di bagian utara wilayah studi.
Secara relatif stratigrafi batuan pada formasi ini merupakan
batuan tertua di wilayah studi, yaitu Miosen Tengah Miosen
Atas.
2) Formasi Dolokapa 2
(dominan breksi dan tufa)
Litologi dominan terdiri dari breksi dan tufa. Litologi lain adalah
konglomerat, batupasir batulanau dan batulempung, batulumpur,
konglomerat, tufa, tufa lapili, aglomerat, breksi vulkanik dan lava
yang bersifat andesit serta basal.
Penyebaran formasi ini relatif luas di bagian tengah dan
baratdaya

wilayah

studi, yang

meluas hingga

ke

Peg.

Tentolomatinan. Umur formasi adalah Miosen Tengah Miosen


Atas.
Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung
Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 7

3) Diorit Boliohuto
Terdiri dari diorit dan granodiorit dan tergolong dalam jenis
batuan beku dalam yang bersifat menengah sampai asam. Pada
beberapa lokasi seperti di bagian tengah, yaitu di bagian hulu
anak S. Matinan secara lokal terdapat batuan beku bersifat
andesitan yang diperkirakan merupakan formasi bagian atas
batuan yang membentuk diorit.
Di wilayah studi satuan ini dijumpai relatif di bagian tengah
areal.

Namun

dijumpainya

bongkah-bongkah

diorit

yang

berukuran besar serta intrusi-intrusi lokal pada Formasi


Dolokapa menunjukkan wilayah sebaran atau pengaruh intrusi
ini terdapat pada wilayah yang lebih luas namun secara lokal
tidak dapat terpetakan..
4) Breksi Wobudu 1
(dominan breksi volkanik)
Merupakan

batuan

vulkanik, terdiri

dari

breksi

vulkanik,

aglomerat, tufa, tufa lapili dan lava yang bersifat andesit sampai
basal. Penyebarannya di bagian selatan Bunobogu dan wilayah
yang luas sepanjang pegunungan Peleleh ke arah timurlaut,
yaitu G. Tentolomatinan dan G. Boondalo. Umur batuan
diperkirakan Pliosen.
5) Breksi Wobudu 2
(dominan tufa)
Merupakan

batuan

vulkanik, terdiri

dari

breksi

vulkanik,

aglomerat, tufa, tufa lapili dan lava yang bersifat andesit sampai
basal. Penyebarannya di bagian selatan Bunobogu dan wilayah
yang luas sepanjang pegunungan Peleleh ke arah timurlaut,
yaitu G. Tentolomatinan dan G. Boondalo. Umur batuan
diperkirakan Pliosen
Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung
Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 8

Satuan

dan

batuan

litologi

wilayah

penelitian

dirangkum dan

ditabulasikan dalam Tabel berikut.


Tabel 3.2. Satuan batuan di wilayah Lokodoka
No.

3.

Umur

Satuan
Breksi Wobudu 1
(dominan breksi
volkanik)

Pliosen

Pliosen

Breksi Wobudu 2
(dominan tufa)

Miosen
Tengah-Miosen
Atas

Diorit Boliohuto

Miosen
Tengah-Miosen
Atas

Formasi Dolokapa 1
(Dominan Batupasir
dan batulanau)

Miosen
Tengah-Miosen
Atas

Formasi Dolokapa 2
(dominan breksi
dan tufa)

Litologi
breksi vulkanik, aglomerat, tufa, tufa
lapili dan lava yang bersifat andesit
sampai basal
Tufa, tufa lapili, breksi vulkanik,
aglomerat, dan lava yang bersifat
andesit sampai basal
Diorit, andesit dan granodiorit
batupasir
wake,
batulanau,
batulumpur, konglomerat, tufa, tufa
lapili, aglomerat, breksi vulkanik dan
lava yang bersifat andesit serta basal
batupasir
wake,
batulanau,
batulumpur, konglomerat, tufa, tufa
lapili, aglomerat, breksi vulkanik dan
lava yang bersifat andesit serta basal

STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi lokal yang terbentuk di wilayah Lokodoka terdiri dari
sesar dan kekar serta struktur lipatan yang berkembang pada lapisan
batuan sedimen Formasi Dolokapa. Sesar vertika terdapat di bagian
timur sedangkan sesar geser dekstral terdapat di bagian barat. Kedua
sesar utama ini berorientasi tenggara baratlaut. Adapun strukturstruktur lokal banyak dijumpai di lokasi studi, baik berupa kekar-kekar
dengan orientasi yang tidak beraturan maupun sesar-sesar lokal
dengan arah yang juga tidak terorientasi.

Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung


Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 9

4.

Sejarah Geologi
Sejarah geologi regional wilayah studi sangat berkaitan dengan kondisi
tektonik yang terjadi di wilayah Sulawesi, dimana wilayah Buol termasuk
dalam wilayah Mandala Geologi Sulawesi Barat.
Pada Zaman Tersier Kala Eosen - Oligosen, regional wilayah studi
merupakan bagian dari cekungan laut dimana terjadi kegiatan volkanik
bawah laut yang ditandai oleh terjadinya lava dan sedimentasi hasil
kegiatan volkanik dan sedimen klastik yang membentuk Formasi Tinombo.

Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung


Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 10

2. GENESA MINERALISASI
Pada peristiwa mineralisasi di wilayah studi, proses intrusi batuan diorit
Boliohuto dan akibat yang menyertainya sangat berperan pada terbentuknya
mineral bijih.
Tiga proses yang dianggap berperan dalam terbentuk dan terakumulasinya
bijih besi di lokasi studi adalah :
1. Kontak metasomatik antara diorit dengan batuan sedimen dan batuan
volkanik yang dapat merubah batuan asal (termetakan). Pada peritiwa
ini terjadi metasomatis kontak berupa cairan panas menerobos batuan
beku dan batuan samping sekitar batuan beku. Terjadi reaksi antara
unsur volatil dengan batuan yang diterobos. Disamping itu terjadi reaksi
antara unsur volatil dengan batuan yang diterobos.
Diperkirakan terjadi dua tahapan (dua generasi) mineralisasi di wilayah
studi, yaitu :
Generasi I, yaitu pada tahapan awal

dengan suhu yang lebih

tinggi menghasilkan hematit, magnetit dan malasit.


Generasi II, yaitu pada tahapan selanjutnya yang membentuk
mineral pirit, pirolit, spalerit dan galena.

Jika batuan yang dilewati kurang reaktif maka cairan akan mengisi
rongga. Jika batuan nya reaktif maka akan terjadi penggantian
(replacement), rekristalisasi dan alterasi.
Formasi Dolokapa agak bersifat

kurang reaktif sehingga umumnya

mineralisasi terjadi secara pengisian rekahan. Kecuali pada material


yang lunak terjadi rekristalisasi dan alterasi pada batuan samping atau
pada batuan bekunya sendiri. Terjadi reaksi antara unsur volatil dengan
batuan yang diterobos.
Di anak S. Matinan dijumpai gejala replacement dan silisifikasi pada
batuan tufa. PAda material yang terbentuk teramati butiran halus pirit dan

Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung


Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 11

kalkopirit, yang menindikasikan terjadinya metasomatisme kontak dan


ubahan batuan asal.
2. Hidrotermal (hipotermal sampai dengan epitermal)
Pengamatan pada sebaran mineralisasi di wilayah studi memperlihatkan
indikasi variasi mineralisasi pada lintasan hilir ke hulu wilayah, dengan
tipe mineralisasi bagian hilir relatif dominan magnetit dan hematit
sedangkan dibagian hulu memperlihatkan kelimpahan mineral pirit.
Karakteristik hidrotermal juga dapat diamati dari

kenampakan pada

struktur batuan sekitar yang terubah dengan memperlihatkan struktur


pita(banded), ring/cockade, comb dan breksiasi.
3. Akumulasi bijih secara sekunder (aluviasi).
Keterdapatan bijih besi secara sekunder (aluvial) di wilayah studi dapat
teramati pada beberapa wilayah aliran sungai yang terdapat di sekitar
dan di bagian hulu lokasi yang diindikasikan merupakan tempat
mineralisasi primer. Ukuran bijih ini bervariasi dari butiran halus (lanau)
sampai berukuran bongkah.

Mineralisasi bijih

Breksi Wobudu
Formasi
Dolokapa

Diorit Diorit Boliohuto


Boliohuto

Gambar 5.1. Ilustrasi mineralisasi bijih besi di wilayah studi

4. PERHITUNGAN POTENSI SUMBER DAYA BIJIH BESI


Berdasarkan hasil penelitian geologi dan geofisika serta pengujian
laboratorium maka diperoleh gambaran alternatif perhitungan potensi
Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung
Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 12

hipotetik bijih besi desa Lokodoka dengan asumsi-asumsi sebagai berikut


sebagai berikut :
A. Penyebaran lapisan pembawa mineral magnetik
Berdasarkan hasil pengamatan geologi diperoleh penyebaran lapisan
pembawa mineral magnetik seluas 9.730 Ha (Lihat lampiran Peta Lokasi
Penelitian). Luasan total tersebut, berdasarkan hasil pengamatan yang
berhubungan

dengan

kondisi

morfologi

dan

kadar

persentase

kandungan Magnetite, Hematite maupun kadar Fe, maka daerah


penelitian dibagi atas zona-zona :
1. Zona A dengan luas

30 Ha

2. Zona B dengan luas

592 Ha

3. Zona C dengan luas

: 1.957 Ha

4. Zona D dengan luas

: 7.027 Ha

B. Ketebalan Lapisan Berdasarkan Pengukuran Geolistrik


Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik dan interpretasi model citra
bawah permukaan diperoleh rata-rata ketebalan tiap zona sebagai
berikut :
1. Zona A dengan ketebalan

: 5,0 m

2. Zona B dengan ketebalan

: 9,0 m

3. Zona C dengan ketebalan

: 8,0 m

4. Zona D dengan ketebalan

: 8,5 m

C. Persentase kadar mineral magnetik dan Fe


Berdasarkan hasil pengujian laboratorium diperoleh sebaran kadar
mineral magnetik dan Fe dari berbagi zona dalam area SKIP sebagai
berikut :

1. Zona A

persentase

Hematite (Fe2O3)

Fe

38,61%

27,94%

Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung


Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

III - 13

2. Zona B

persentase

64,10%

51,40%

3. Zona C

persentase

65,50%

53,45%

4. Zona D

persentase

88,23%

63,82%

D. Perhitungan Hipotetik Potensi Hematite (Fe2O3) Dengan BD = 5.26

Zona

Tebal
(m)

A
B
C
D

3
9
8
8

Luas
(m2)
300,000
5,920,000
19,570,000
70,270,000

Volume
(m3)

BD

900,000 5,26
53,280,000 5,26
136,990,000 5,26
527,025,000 5,26
Total potensi Hematite =

Potensi
Hematite
(Ton)
4,734,000
280,252,800
823,505,600
2,956,961,600
4,065,454,000

E. Perhitungan Hipotetik Potensi Besi (Fe) Dengan BD = 6.8


Zona
A
B
C
D

Tebal
(m)
3
9
8
8

Luas
(m2)
300,000
5,920,000
19,570,000
70,270,000

Volume
BD
(m3)
900,000
6,8
53,280,000
6,8
136,990,000
6,8
527,025,000
6,8
Total potensi Fe =

Laporan Hasil Penelitian Potensi Bijih Besi Desa Lokodoka Kec.Gadung


Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah

Potensi Fe
(Ton)
6,120,000
362,304,000
1,064,608,000
3,822,688,000
5,255,720,000

III - 14

Anda mungkin juga menyukai