pembantu
bidikan.
klem
6. Okuler
gerak
pembacaan
piringan
vertikal horisontal
teropong/Sb.II
9. Jarum magnet
H = sumbu II
GN = garis arah nivo teropong
GB = garis bidik
VI. 5. Syarat pengaturan alat ukur BTM
1. Sumbu I vertikal
2. Sumbu II harus mendatar
3. Garis bidik teropong harus tegak lurus sumbu II
4. Kesalahan tidak pada lingkaran vertikal = 0
Pada pengukuran syarat 1, sumbu I vertikal pada dasarnya sama dengan mengatur
sumbu I vertikal pada theodolit; yaitu dengan mengatur nivo kotak dan atau nivo
tabung. Pada BTM BUMON, tidak terdapat nivo kotak tetapi ada 2 nivo tabung yang
terletak di kotak kompas dan sudut saling tegak lurus. Pengaturan kedua nivo,
disesuaikan dengan kedudukan ketiga skrup penyetel ABC pada BTM baru, hanya
terdapat satu nivo kotak saja. Sehingga dengan mengatur nivo kotak saja, maka sumbu I
sudah vertikal. Pengertian kesalahan indek pada lingkaran vertikal pada dasarnya sama
dengan pengaturan pada alat ukur theodolit.
VI.6 Pengukuran Azimuth Garis
Seperti diuraikan diatas, piringan horisontal berskala pada BTM dibagi dalam satuan
satu derajad, tetapi dapat dibaca sampai perkiraan setengah derajad. Piringan ini ikut
bergerak bersama perputaran sumbu I sedang jarum penunjuk magnet tetap menunjuk
ke utara magnetik. Dengan demikian pada saat teropong membidik suatu titik sasaran,
maka piringan horisontal kompas ikut bergerak bersama gerakan teropong sedang jarum
kompas tetap mengarah utara selatan. Bacaan skala yang ditunjukkan jarum magnet
menyatakan besar azimuth garis terukur.
Azimuth adalah sudut horisontal yang dimulai dari salah satu ujung jarum magnet,
dan diakhiri pada ujung obyektif garis bidik dan besarnya sama dengan angka
pembacaan.
3. Azimuth utara-barat, dimulai dari ujung utara jarum magnet melalui barat dan diakhiri
pada ujung obyektif yang terletak pada garis 0 skala.
4. Azimuth utara-timur, dimulai dari ujung utara magnet, berputar search jarum jam
melalui timur dan diakhiri pada ujung obyektif. Skala Iingkaran berlawanan
arch ;arum jam.