Anda di halaman 1dari 16

PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT AKIBAT PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS


SUMATERA
(Studi Kasus Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan)

Livelihood and Welfare Changes as Impacts for Trans Sumatera Highway


Project
(Case Study Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan)
Faizah Finur Fithriah
Prodi Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
Email : faizahfinurf@gmail.com
Abstrak
Provinsi Lampung sebagai pintu gerbang masuk ke Pulau Sumatera melalui jalur darat tentunya membutuhkan
infrastruktur yang mendukung mobilitas penduduknya, baik keluar maupun masuk ke pulau tersebut.
Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang membentang dari Provinsi Lampung hingga Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) diharapkan mampu menjadi salah satu infrastruktur pendukung tersebut.
Dibangunnya jalan tol ini tentu menyebabkan perubahan penggunaan lahan pada wilayah-wilayah yang
dilewatinya, termasuk Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan. Mayoritas lahan yang
dibebaskan berupa perkebunan dan sawah, meskipun ada juga yang berupa pemukiman. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan dalam mata pencaharian dan tingkat kesejahteraan masyarakat
setelah pembangunan jalan tol tersebut dengan menggunakan metode analisa statistik kualitatif dan pendekatan
deskriptif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah ditemukan adanya perubahan pada mata pencaharian
dan tingkat kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik setelah pembangunan jalan tol, terutama bagi
penduduk yang lahannya dibebaskan.
Kata Kunci: perubahan penggunaan lahan, mata pencaharian, kesejahteraan, analisis statistik kualitatif,
pendekatan deskriptif

Abstract
Lampung Province as an entering gate to Sumatera Island via land transportation will definitely need some
infrastructures supporting its inhabitants mobility, either in or out to the Island. Trans Sumatera Highway
Project which outstretch from Lampung Province to Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Province is hoped to be
one of those supporting infrastructure. This highway development project is obviously causing land use changes
in its passing areas, including Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan. Most of discharged
land are plantations and rice fields, though there are also settlements included. This researchs aim is to
understand whether livelihood and welfares changes after the development exist or not using statistic qualitative
method analysis with descriptive approach. The results of this research is the founding of livelihood and welfare
changes toward the better direction after the highway development project, especially for those whose land are
discharged.
Key Words: land use changes, livelihood, welfare, qualitative method analysis, descriptive approach

I.

PENDAHULUAN

Jaringan jalan merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan manusia.
Jaringan jalan berfungsi sebagai penunjang aksesibilitas dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Suatu wilayah dengan jaringan jalan yang baik biasanya akan mendorong kemajuan tingkat
ekonomi wilayah tersebut. Sebaliknya, wilayah dengan jaringan jalan yang buruk, tingkat
ekonominya akan stagnan.
Dengan adanya harapan untuk meningkatkan mobilitas di sepanjang Pulau Sumatera,
direncanakanlah sebuah proyek jaringan jalan bernama Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Jalan
Tol Trans Sumatera adalah jalan tol yang dibangun sepaket dengan Jembatan Selat Sunda,
dengan tujuan meningkatkan arus lalu lintas kendaraan dari jembatan penghubung antar pulau
itu ke wilayah Sumatera. Namun, proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda pada akhirnya
dibatalkan, sementara proyek jalan tol tetap berlanjut. Pembangunan jalan tol ini dimulai pada
bulan April tahun 2015 dengan ruas jalur yang dibangun pertama kali yaitu ruas dari
Bakauheni-Bandar Lampung-Terbanggi Besar. Jalur ini akan melewati kabupaten Lampung
Selatan, Pesawaran, dan Lampung Tengah sepanjang 140,41 km.
Kabupaten Lampung Selatan sebagai salah satu wilayah yang dilewati oleh proyek
pembangunan JTTS perlu membebaskan lahan seluas 1.867,70 Ha untuk dibangun jalan tol
sepanjang 104,7 km yang mencakup 11 kecamatan dan 50 desa. Lahan-lahan yang dibebaskan
tentu akan mengakibatkan perubahan penggunaan lahan. Perubahan ini dapat berdampak pada
aspek sosial ekonomi warga yang lahannya dibebaskan, salah satunya mata pencaharian.
Sebanyak 33,24% masyarakat Kabupaten Lampung Selatan bekerja di bidang pertanian
(Lampung Selatan dalam Angka, 2015). Dengan luas lahan pertanian sebesar 44.732 Ha, sektor
pertanian menjadi salah satu sektor utama yang menyumbang pendapatan regional terbesar
bagi Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka
penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian tentang Perubahan Mata Pencaharian dan
Kesejahteraan Masyarakat Akibat Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (Studi
Kasus Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan).

II. TINJAUAN TEORITIS


2.1 Penggunaan Lahan
Menurut Turner dkk. (1995), land use atau penggunaan lahan mencakup atribut biofisik
dari atribut lahan yang dimanipulasi maupun juga tujuan dari dilakukannya manipulasi

tersebut. Sementara menurut FAO (1995), land use berkaitan dengan fungsi atau tujuan sebuah
lahan digunakan oleh penduduk lokal dan bisa didefinisikan sebagai aktivitas manusia yang
berkaitan langsung dengan tanah, memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya, atau memiliki
dampak pada mereka. Deskripsi dari land use pada area tertentu biasanya melibatkan campuran
tipe land use yang spesifik, pola yang nyata, perluasan wilayah dan intensitas penggunaan yang
dihubungkan sesuai dengan tipenya, dan status tanahnya tetap.
Namun penggunaan lahan dapat berubah sebagai akibat dari adanya pembangunan.
Pembangunan merupakan perubahan susunan dan pola masyarakat yang akan merangsang
lapisan-lapisan masyarakat dan dengan adanya teknologi maka pertumbuhan ekonomi akan
semakin pesat (Soediono, 1985). Perubahan penggunaan lahan menurut Koomen et al. (2007),
merupakan proses dinamis yang kompleks, yang saling berhubungan antara lingkungan alam
dengan manusia yang memiliki dampak langsung terhadap tanah, air, atmosfer dan isu
kepentingan lingkungan global lainnya.
Perubahan penggunaan lahan mencakup perubahan kategori penggunaan lahan yang ada
atau perubahan intensitas dari lahan yang ada (Turner and Meyer 1994). Perubahan
penggunaan lahan adalah hasil dari pilihan-pilihan yang dibuat oleh seorang individu, badan
hukum, organisasi non-pemerintah, dan pemerintah, karena proses ini tidak hanya dipengaruhi
oleh hubungan antara persediaan dan permintaan lahan, tapi juga oleh lingkungan lokal dan
institusi politik serta perubahan keadaan ekonomi.
Keputusan penggunaan lahan seringkali merupakan keputusan politik, dan ilmu
pengetahuan hadir sebagai suara politik dalam keputusan penggunaan lahan di tingkat lokal,
nasional, dan internasional. Pada akhirnya, ilmu penggunaan lahan harus terus-menerus
memperkirakan dan meninjau perubahan: perubahan penggunaan lahan untuk meningkatkan
pendapatan. Hal ini menjadi hal yang sangat diinginkan meski tetap harus menjaga
keseimbangan kualitas lingkungan dan keberlanjutan jasa ekosistem.
Salah satu contoh penggunaan lahan yang merupakan keputusan politik yaitu
pembangunan infrastruktur jalan. Jika pembangunan tersebut berakibat pada perubahan
penggunaan lahan, maka harus ada tanah yang dibebaskan. Pembebasan tanah ialah
melepaskan hubungan hukum yang semula terdapat di antara pemegang hak/penguasa atas
tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi (Peraturan Pemerintah No.15/1975).
Menurut Bonisch, keadaan dan perkembangan penggunaan lahan dalam wilayah yang
penduduknya lebih padat dikendalikan oleh faktor seperti sumberdaya yang berada terbatas
pada satu area, penggunaan lahan yang dipengaruhi oleh proses-proses alam, dan juga
bergantung pada hubungan sosial ekonomi dari produksi, dan pola yang terbentuk dapat

bersifat sangat stabil tergantung sejarah, warisan, dan proses adaptasinya pada keadaan alam,
jumlah investasi, dan kondisi kepemilikan dalam fase berbeda dalam sejarah. Sedangkan dalam
skala global, industrialisasi, pertambahan penduduk, dan perpindahan penduduk ke kota telah
disepakati untuk menjadi komponen yang paling berkontribusi terhadap perubahan
penggunaan lahan (Long et al., 2006).
Menyesuaikan penggunaan lahan telah dicetuskan sebagai pemecahan masalah
penggunaan lahan di kota, memfasilitasi pembangunan ekonomi, dan mempromosikan
kenyamanan pemukiman. Dengan menyesuaikan penggunaan lahan, diharapkan potensi lahan
dapat dimanfaatkan secara maksimal.
2.2 Mata Pencaharian dan Tingkat Kesejahteraan
Penggunaan lahan dan mata pencaharian memiliki hubungan yang kuat. Perubahan dalam
sistem mata pencaharian bisa mengubah penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan
mungkin menyebabkan perubahan lebih lanjut dalam pola kehidupan. Mata pencaharian dan
perubahan penggunaan lahan juga terkait dengan pengaruh perkembangan politik, sosial dan
ekonomi (Geist et al., 2006).
Mata pencaharian akan berdampak pada jumlah pendapatan seseorang. Pendapatan dapat
berupa perolehan barang atau uang yang diterima atau dihasilkan. Besar atau kecilnya
pendapatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya faktor formal, penduduk, dan
kewiraswastaan yang relatif rendah. Jumlah pendapatan merupakan salah satu indikator
pengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.
Menurut Undang-undang no 11 tahun 2009 dalam Daeli (2014), kesejahteraan sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Salah satu cara untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat, adalah dengan melakukan
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Susenas
mengambil informasi keadaan ekonomi masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh indikator
kesejahteraan. Menurut BPS tahun 2005, terdapat 8 indikator bagaimana suatu keluarga dapat
dikatakan sejahtera, yaitu:
a. Pendapatan
b. Konsumsi Atau pengeluaran Rumah Tangga
c. Keadaan Tempat Tinggal
d. Fasilitas Tempat Tinggal

e. Kesehatan Anggota Keluarga


f. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
g. Kemudahan Memasukan Anak ke Jenjang Pendidikan
h. Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi
Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 dan pasal 28 H Amandemen UUD 1945,
bahwa rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh karena itu setiap warga negara berhak
bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Sesuai dengan kriteria
BPS keadaan tempat tinggal dalam penelitian ini diukur dari jenis atap rumah, jenis dinding,
status kepemilikan rumah, jenis lantai, dan luas lantai.
Sedangkan menurut Hendrik (2010), salah satu cara untuk mengukur tingkat kesejahteraan
suatu masyarakat selain berdasarkan BPS juga dapat dilihat dari Upah Minimum Regional
(UMR). Fungsi UMR ini nantinya akan digunakan untuk melihat bagaimana pendapatan suatu
masyarakat jika dibandingkan dengan UMR di daerah tersebut. Menurut Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (Disnakertrans) Lampung Selatan, UMR Kabupaten Lampung Selatan pada
tahun 2015 sebesar Rp 1.595.000,00.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kecamatan Tanjung Bintang,
Kabupaten Lampung Selatan yang terletak pada 51500 LS - 60000 LS dan 1051400
BT - 1054500 BT dengan luas wilayah 129,72 km2. Waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan penelitian ini yaitu selama satu minggu (17 23 April 2016).
3.2. Kerangka Pikir
Kabupaten Lampung Selatan sebagai kabupaten yang berfungsi sebagai gerbang masuk
ke Pulau Sumatera melalui jalur darat dan laut menjadi kabupaten yang penting bagi mobilitas
penduduk yang datang dari dan pergi ke luar Pulau Sumatera. Dengan tujuan itulah, Jalan Tol
Trans Sumatera (JTTS) dibangun. Sebelumnya hanya ada satu jalur utama yang digunakan dari
Provinsi Lampung hingga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), yaitu Jalur Trans
Sumatera.
Pembangunan jalan tol otomatis menyebabkan berubahnya penggunaan lahan, dan
berubahnya penggunaan lahan biasanya menyebabkan berubahnya mata pencaharian dan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Pada penelitian ini, tingkat kesejahteraan masyarakat dinilai
melalui 2 indikator, yaitu pendapatan dan keadaan tempat tinggal. Melalui kerangka pikir ini,

peneliti ingin mengetahui apakah perubahan penggunaan lahan menyebabkan perubahan mata
pencaharian dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Meningkatkan mobilitas di Pulau
Sumatera

Pembangunan Jalan Tol Trans


Sumatera

Perubahan penggunaan lahan

Perubahan mata pencaharian dan


tingkat kesejahteraan masyarakat
Bagan 1. Alur Pikir Penelitian

3.3. Rancangan Penelitian


Tabel 1. Pengumpulan Data

Tujuan

Variabel

Mengetahui pengaruh -

Jenis

pembangunan Jalan

penggunaan

Tol Trans Sumatera

lahan

terhadap mata

Sumber Data
-

Luas lahan yang

Peta penggunaan

Mencari data luas lahan

lahan (BIG)

yang dibebaskan,

Situs berita

kemudian

nasional

membandingkannya

Data dari Badan

dengan peta. Di lapangan,

pencaharian penduduk

dibebaskan

di Kecamatan

untuk jalan tol

Pertanahan

verifikasi langsung

Tanjung Bintang

(Ha)

Negara (BPN)

mengenai jenis dan luas

BPS dan survey

lahan yang dibebaskan

langsung

pada warga dengan

Mata
pencaharian

Cara Pengumpulan Data

menggunakan metode
wawancara

Mengetahui

keterkaitan mata

Mata

pencaharian

pencaharian dengan

tingkat kesejahteraan

Tingkat

BPS dan survey

Tingkat kesejahteraan

langsung

diukur melalui jumlah

Survey langsung pendapatan penduduk dan

kesejahteraan

keadaan tempat tinggal

penduduk Kecamatan

yang didapatkan dengan

Tanjung Bintang?

instrumen berupa
observasi, kuesioner, dan
wawancara mendalam

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera yang


menyebabkan lahan penduduk harus dibebaskan

Bagaimana pengaruh pembangunan jalan


tol terhadap mata pencaharian dan tingkat
kesejahteraan penduduk?

Penentuan Variabel

Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dan sekunder

Data Primer

Data Primer

Mata Pencaharian

Tingkat Kesejahteraan

Survei mata
pencaharian pada
penduduk yang
terkena
pembebasan lahan

Survei tingkat
kesejahteraan pada
penduduk yang
terkena pembebasan
lahan

Analisis Data

Data Sekunder

- Peta Penggunaan
Lahan
- Data Mata
Pencaharian dari BPS

Pengaruh Pembangunan Jalan Tol Lintas


Sumatera Terhadap Mata Pencaharian dan
Tingkat Kesejahteraan Penduduk

Kesimpulan

Bagan 2. Alur Kerja Penelitian

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan 2 metode, yaitu:


1. Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan atau pernyataan yang dikirimkan kepada
responden baik langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara). Pemberian
kuesioner dilakukan terhadap masyarakat yang tinggal di Kecamatan Tanjung Bintang,
Kabupaten Lampung Selatan.
2. Interview / wawancara
Menurut Bungin (2007), wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
penelitian dimana dalam pelaksanaannya terjadi proses percakapan untuk mengonstruksi
mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang
dilakukan dengan dua pihak yakni pewawancara (interviewer) dengan orang yang
diwawancarai (interviewee). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
(Ruhyat dalam Sugiyono, 2013). Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara mendalam atau deep interview. Menurut Sulistyo-Basuki (2006:173),
wawancara mendalam adalah wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang
kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi. Teknik
wawancara ini dipilih karena pendapatan merupakan hal yang tergolong sensitif untuk
dibicarakan secara terus terang sehingga dibutuhkan pendekatan yang berbeda.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah random purposive
sampling. Teknik sampling ini merupakan teknik sampling yang respondennya ditentukan
berdasarkan kriteria tertentu. Maksud dari pemilihan teknik ini adalah untuk mempelajari
semua kasus yang ditemukan pada orang-orang yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya. Kriteria responden untuk penelitian ini adalah semua penduduk Kecamatan
Tanjung Bintang yang lahannya harus dibebaskan untuk pembangunan JTTS.
3.4. Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara mendalam kemudian
diolah dengan cara membandingkan mata pencaharian dan jumlah pendapatan sebelum dan
sesudah lahan warga dibebaskan. Setelah itu, dilihat persentasi perubahannya untuk melihat
seberapa besar perubahannya.

Data primer yang diperoleh dimasukan kedalam Microsoft excel 2010. Pada saat
mendapatkan informan, peneliti memplot lokasi wawancara untuk mendapatkan posisi valid
informan pada peta penggunaan lahan (diolah menggunakan software ArcGIS 10.1). Setelah
itu peneliti melakukan wawancara dengan menanyakan hal-hal seputar pekerjaan dan hal-hal
yang berubah setelah pembangunan jalan tol dimulai. Untuk mendapatkan pendapatan, peneliti
menanyakan tentang durasi kerja dan spesifikasi pekerjaan yang dilakukan. Selain itu, peneliti
juga melakukan observasi mengenai keadaan rumah dan fasilitas-fasilitas rumah tangga
terutama alat elektronik yang ada di dalam rumah tersebut untuk mengetahui tingkat
kesejahteraannya. Setelah mendapatkan informasi berupa perkiraan pendapatan, hasilnya
kemudian dibandingkan dengan data UMR yang telah didapatkan sebelumnya, apakah berada
di atas atau di bawah UMR yang ditetapkan.
3.5.

Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisa statistik kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena yang
diselidiki. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang
saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain, penelitian
deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan
yang ada (Mardalis, 1999). Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan
persentase.
IV. HASIL PENELITIAN
Jalan Tol Trans Sumatera yang dibangun di Kecamatan Tanjung Bintang melewati 7 desa,
yaitu Sabahbalau, Sukanegara, Lematang, Serdang, Galihlunik, Jatibaru, dan Sinarogan.
Namun hingga penelitian ini selesai dilakukan, jalan tol yang dibangun baru mencapai desa
pertama, yaitu Desa Sabahbalau. Sehingga penelitian lebih difokuskan ke desa tersebut.
Sementara pembangunan di desa-desa lainnya menyusul, karena perusahaan yang
menggarapnya berbeda-beda tergantung jarak yang didapatkan oleh proyek masing-masing.
Berikut adalah peta titik sampel di Desa Sabahbalau.

Peta 1. Peta Titik Sampel

4.1. Mata Pencaharian


Berdasarkan data yang didapatkan melalui wawancara dengan Bapak Kepala Desa
Sabahbalau, Bapak Misyanto, pekerjaan penduduk Desa Sabahbalau terdiri dari buruh
bangunan, petani ladang, pedagang, dan buruh PTPN. Lahan yang terkena pembebasan jalan tol
di desa ini sebagian besar adalah lahan perkebunan karet milik PTPN juga lahan
pekarangan/ladang milik penduduk.
Penduduk yang lahannya dibebaskan sebagian besar bekerja sebagai petani, namun karena
jumlah uang ganti rugi yang diberikan besar, berganti pekerjaan tidak menjadi masalah.
Penduduk yang tadinya memiliki pekerjaan sebagai petani sebagian besar beralih menjadi
pedagang. Jika tidak beralih pekerjaan pun, mereka membeli tanah pertanian yang ada di luar
Desa Sabahbalau.
Tabel 2. Informan dan Mata Pencaharian

No.

1.

Nama

Suryadi

Alamat
Desa
Sabahbalau

Jenis Lahan yang


dibebaskan
Pekarangan/kebun

Mata Pencaharian
Sebelum
Petani

Sesudah
Pedagang

2.

Rahmat

3.

Soleh

4.

Karyo

5.

Supriyanto

Persentase

Desa
Sabahbalau
Desa
Sabahbalau
Desa
Sabahbalau
Desa
Sabahbalau

Buruh

Sawah

Petani

Sawah

Petani

Petani ladang

Sawah

Petani

Pedagang

Pekarangan/kebun

Petani ladang

Pedagang

Berubah : 80%

bangunan

Tetap : 20%

Peta 2. Peta Mata Pencaharian

Sama halnya dengan Desa Sabahbalau, jenis lahan yang harus dibebaskan di desa-desa
lainnya sebagian besar berupa perkebunan dan sawah. Hanya Desa Lematang dan Sinarogan
yang lahan permukimannya termasuk dalam lahan yang dibebaskan. Sehingga diperkirakan
pembangunan jalan tol di Desa Lematang akan berjalan lebih lambat karena akan menemui
hambatan berupa negosiasi dengan penduduk yang rumahnya harus dibebaskan. Terlebih lagi
desa ini akan menjadi salah satu pintu masuk menuju Jalan Tol Trans Sumatera ini.

Peta 3. Peta Penggunaan Lahan

4.2. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat


4.2.1 Pendapatan
Jumlah pendapatan didapatkan dari mata pencaharian masyarakat. Dengan berubahnya
mata pencaharian, maka jumlah pendapatan juga bisa berubah. Baik penduduk yang bekerja
sebagai petani kemudian beralih profesi menjadi pedagang mengalami perubahan pendapatan,
hanya saja yang menjadi pedagang mampu mencapai UMR, yaitu lebih dari 1.595.000
sedangkan yang berubah menjadi buruh bangunan dan tetap menjadi petani ladang tidak
mencapai standar UMR.
Tabel 2. Informan dan Pendapatan

No.

Nama

Alamat

Pendapatan

Jumlah
Keluarga

Sebelum

Sesudah

1.

Suryadi

Desa Sabahbalau

1.200.000

>1.600.000

2.

Rahmat

Desa Sabahbalau

1.200.000

<1.600.000

3.

Soleh

Desa Sabahbalau

1.200.000

<1.600.000

4.

Karyo

Desa Sabahbalau

1.200.000

>1.600.000

5.

Supriyanto

Persentase

Desa Sabahbalau
Mencapai UMR : 60%

1.200.000

>1.600.000

Tidak mencapai UMR : 40%

Peta 4. Peta Pendapatan

4.2.2. Keadaan Tempat Tinggal


Rumah-rumah yang ada di Desa Sabahbalau sebagian besar sudah berdinding tembok,
berlantai keramik, beratap genting, dan berstatus kepemilikan sendiri. Hal ini dapat dijadikan
petunjuk bahwa berdasarkan keadaan tempat tinggal, kesejahteraan masyarakat Desa
Sabahbalau sudah termasuk tinggi. Ditambah lagi dengan adanya uang ganti rugi hasil
pembebasan lahan, beberapa rumah yang tampak reyot mulai direnovasi menjadi lebih baik,
dengan dinding tembok dan lantai keramik. Meskipun ada pula beberapa rumah yang masih
berdinding kayu atau bambu.
Bapak Soleh, narasumber yang peneliti wawancarai mengenai pembebasan lahan ini,
mengatakan bahwa pembebasan lahan memberikan banyak keuntungan bagi penduduk yang
lahannya dibebaskan. Dengan adanya uang ganti rugi, penduduk dapat memperbaiki rumah
dengan kualitas yang lebih baik juga dapat membuka usaha yang baru jika berganti profesi
menjadi pedagang.

Gambar 1. Rumah di pinggir proyek jalan tol

Gambar 2. Rumah Bapak Suryadi yang sedang


dibangun

V. KESIMPULAN
Perubahan penggunaan lahan berupa pembangunan jalan tol mengakibatkan perubahan
mata pencaharian penduduk yang tanahnya terkena pembebasan lahan sebanyak 80%. Selain
mata pencaharian, tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan indikator berupa
pendapatan dan keadaan tempat tinggal juga mengalami perubahan ke arah yang lebih baik,
karena selain penghasilan yang didapatkan meningkat, juga mendapatkan uang ganti rugi dari
pihak pembangunan jalan tol. Pendapatan yang mencapai nilai UMR sebanyak 60% dan
sisanya hanya mengalami peningkatan pendapatan tanpa mencapai nilai UMR. Sedangkan
keadaan tempat tinggal berubah dari rumah berdinding tidak tembok (kayu/bambu) menjadi
berdinding tembok dan berlantai keramik.
5.1. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dibuat, dapat disarankan bahwa
perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
dibangunnya Jalan Tol Trans Sumatera, selain dalam hal mata pencaharian dan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Hal ini dikarenakan pada penelitian kali ini, jalan tol belum selesai
dibangun dan waktu yang dimiliki peneliti tidak cukup untuk mengunjungi semua desa yang
terkena pembebasan lahan jalan tol, sehingga informasi yang didapatkan masih dalam jumlah
sedikit.
DAFTAR REFERENSI
Astuti, Suci Puji. 2014. Pengaruh Pembangunan Jalan Tol Cikampek-Palimanan Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang. Universitas
Pendidikan Indonesia (http://repository.upi.edu/11558/)

Ayub Sani, Ardian. (2010). Universitas Diponegoro Press. Persepsi Masyarakat Terhadap
Birokrasi Dalam Peningkatan Pelayanan Publik Di Pdam Kabupaten Grobogan Tahun
2005-2007 (Studi Analisis Kualitas Pelayanan Birokrasi yang Ditinjau dari Azas
Pelayanan Publik yang Berkualitas)
Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Daerah Kabupaten Lampung Selatan 2015. BPS
Kabupaten Lampung Selatan
Badan Pusat Statistik. (2015). Tanjung Bintang Dalam Angka 2015. BPS Kabupaten Lampung
Selatan.
Bell, Kathleen P., Kevin J. Boyle, dan Jonathan Rubin. (2006). Economics of Rural Land use
Change. Ashgate Publishing Limited: England
Black, Richard., and Mohamed Sessay. (1997). Forced Migration, Land-Use Change and
Political Economy in the Forest Region of Guinea. African Affairs, Vol. 96, No. 385 (Oct.,
1997), pp. 587-605
Briassoulis, Helen. Analysis Of Land Use Change: Theoretical And Modeling Approaches:
Chapter 1 dan Chapter 3. Department of Geography, University of the Aegean: Greece.
(http://www.rri.wvu.edu/WebBook/Briassoulis/contents.htm)
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Daeli, 2014. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42537/4/Chapter%20II.pdf)
Dinas

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

Provinsi

Lampung

2015.

(http://disnakertrans.lampungprov.go.id)
Dwiprabowo, Hariyatno., dkk. (2014). DINAMIKA TUTUPAN LAHAN: Pengaruh Faktor
Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Kanisius
Hendrik. (2011). Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan
Danau Pulau Besar Dan Danau Bawah Di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Propinsi
Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 21-32
Jianchu,Xu., dkk. (2006). Land Use Transition, Livelihoods, and Environmental Services in
Montane Mainland Southeast Asia. Mountain Research and Development, 26(3):278-284
Mardalis. (1999). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara

Panvilay, Khamla. (2010). Livelihood and Land Use Transition in Northern Laos. University
of Hawai'i at Manoa. ProQuest Dissertations Publishing
Patton, M. (1990). Qualitative evaluation and research methods (pp. 169-186). Beverly Hills,
CA: Sage
Richter, H.G. (1984). Land Use and Land Transformation. GeoJournal, Vol. 8, No. 1, German
Democratic

Republic

Regional

Structure

and

Development.

(http://www.jstor.org/stable/41143222)
Ruhyat, Hayat. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Resume Buku Pendekatan Kuantitaif,
Kualitatif, dan R&D. Cirebon: INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
Sevilla, Consuelo G., dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas
Indonesia Press
Universitas Lampung. 2016. (http://digilib.unila.ac.id/3181/17/BAB%20III.pdf)
Wei, Yehua. (1993). Urban Land Use Transformation and Determinants of Urban Land Use
Size in China. GeoJournal, Vol. 30, No. 4. (http://www.jstor.org/stable/41145966)
Zarina, Sulistinah. (2014). Dampak Pembangunan Jalan Tol Gempol-Pandaan terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Wonokoyo Kecamatan Beji Kabupaten
Pasuruan. Swara Bhumi Vol 3, No 2.

Anda mungkin juga menyukai