Abstract
Lampung Province as an entering gate to Sumatera Island via land transportation will definitely need some
infrastructures supporting its inhabitants mobility, either in or out to the Island. Trans Sumatera Highway
Project which outstretch from Lampung Province to Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Province is hoped to be
one of those supporting infrastructure. This highway development project is obviously causing land use changes
in its passing areas, including Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan. Most of discharged
land are plantations and rice fields, though there are also settlements included. This researchs aim is to
understand whether livelihood and welfares changes after the development exist or not using statistic qualitative
method analysis with descriptive approach. The results of this research is the founding of livelihood and welfare
changes toward the better direction after the highway development project, especially for those whose land are
discharged.
Key Words: land use changes, livelihood, welfare, qualitative method analysis, descriptive approach
I.
PENDAHULUAN
Jaringan jalan merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan manusia.
Jaringan jalan berfungsi sebagai penunjang aksesibilitas dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Suatu wilayah dengan jaringan jalan yang baik biasanya akan mendorong kemajuan tingkat
ekonomi wilayah tersebut. Sebaliknya, wilayah dengan jaringan jalan yang buruk, tingkat
ekonominya akan stagnan.
Dengan adanya harapan untuk meningkatkan mobilitas di sepanjang Pulau Sumatera,
direncanakanlah sebuah proyek jaringan jalan bernama Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Jalan
Tol Trans Sumatera adalah jalan tol yang dibangun sepaket dengan Jembatan Selat Sunda,
dengan tujuan meningkatkan arus lalu lintas kendaraan dari jembatan penghubung antar pulau
itu ke wilayah Sumatera. Namun, proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda pada akhirnya
dibatalkan, sementara proyek jalan tol tetap berlanjut. Pembangunan jalan tol ini dimulai pada
bulan April tahun 2015 dengan ruas jalur yang dibangun pertama kali yaitu ruas dari
Bakauheni-Bandar Lampung-Terbanggi Besar. Jalur ini akan melewati kabupaten Lampung
Selatan, Pesawaran, dan Lampung Tengah sepanjang 140,41 km.
Kabupaten Lampung Selatan sebagai salah satu wilayah yang dilewati oleh proyek
pembangunan JTTS perlu membebaskan lahan seluas 1.867,70 Ha untuk dibangun jalan tol
sepanjang 104,7 km yang mencakup 11 kecamatan dan 50 desa. Lahan-lahan yang dibebaskan
tentu akan mengakibatkan perubahan penggunaan lahan. Perubahan ini dapat berdampak pada
aspek sosial ekonomi warga yang lahannya dibebaskan, salah satunya mata pencaharian.
Sebanyak 33,24% masyarakat Kabupaten Lampung Selatan bekerja di bidang pertanian
(Lampung Selatan dalam Angka, 2015). Dengan luas lahan pertanian sebesar 44.732 Ha, sektor
pertanian menjadi salah satu sektor utama yang menyumbang pendapatan regional terbesar
bagi Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka
penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian tentang Perubahan Mata Pencaharian dan
Kesejahteraan Masyarakat Akibat Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (Studi
Kasus Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan).
tersebut. Sementara menurut FAO (1995), land use berkaitan dengan fungsi atau tujuan sebuah
lahan digunakan oleh penduduk lokal dan bisa didefinisikan sebagai aktivitas manusia yang
berkaitan langsung dengan tanah, memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya, atau memiliki
dampak pada mereka. Deskripsi dari land use pada area tertentu biasanya melibatkan campuran
tipe land use yang spesifik, pola yang nyata, perluasan wilayah dan intensitas penggunaan yang
dihubungkan sesuai dengan tipenya, dan status tanahnya tetap.
Namun penggunaan lahan dapat berubah sebagai akibat dari adanya pembangunan.
Pembangunan merupakan perubahan susunan dan pola masyarakat yang akan merangsang
lapisan-lapisan masyarakat dan dengan adanya teknologi maka pertumbuhan ekonomi akan
semakin pesat (Soediono, 1985). Perubahan penggunaan lahan menurut Koomen et al. (2007),
merupakan proses dinamis yang kompleks, yang saling berhubungan antara lingkungan alam
dengan manusia yang memiliki dampak langsung terhadap tanah, air, atmosfer dan isu
kepentingan lingkungan global lainnya.
Perubahan penggunaan lahan mencakup perubahan kategori penggunaan lahan yang ada
atau perubahan intensitas dari lahan yang ada (Turner and Meyer 1994). Perubahan
penggunaan lahan adalah hasil dari pilihan-pilihan yang dibuat oleh seorang individu, badan
hukum, organisasi non-pemerintah, dan pemerintah, karena proses ini tidak hanya dipengaruhi
oleh hubungan antara persediaan dan permintaan lahan, tapi juga oleh lingkungan lokal dan
institusi politik serta perubahan keadaan ekonomi.
Keputusan penggunaan lahan seringkali merupakan keputusan politik, dan ilmu
pengetahuan hadir sebagai suara politik dalam keputusan penggunaan lahan di tingkat lokal,
nasional, dan internasional. Pada akhirnya, ilmu penggunaan lahan harus terus-menerus
memperkirakan dan meninjau perubahan: perubahan penggunaan lahan untuk meningkatkan
pendapatan. Hal ini menjadi hal yang sangat diinginkan meski tetap harus menjaga
keseimbangan kualitas lingkungan dan keberlanjutan jasa ekosistem.
Salah satu contoh penggunaan lahan yang merupakan keputusan politik yaitu
pembangunan infrastruktur jalan. Jika pembangunan tersebut berakibat pada perubahan
penggunaan lahan, maka harus ada tanah yang dibebaskan. Pembebasan tanah ialah
melepaskan hubungan hukum yang semula terdapat di antara pemegang hak/penguasa atas
tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi (Peraturan Pemerintah No.15/1975).
Menurut Bonisch, keadaan dan perkembangan penggunaan lahan dalam wilayah yang
penduduknya lebih padat dikendalikan oleh faktor seperti sumberdaya yang berada terbatas
pada satu area, penggunaan lahan yang dipengaruhi oleh proses-proses alam, dan juga
bergantung pada hubungan sosial ekonomi dari produksi, dan pola yang terbentuk dapat
bersifat sangat stabil tergantung sejarah, warisan, dan proses adaptasinya pada keadaan alam,
jumlah investasi, dan kondisi kepemilikan dalam fase berbeda dalam sejarah. Sedangkan dalam
skala global, industrialisasi, pertambahan penduduk, dan perpindahan penduduk ke kota telah
disepakati untuk menjadi komponen yang paling berkontribusi terhadap perubahan
penggunaan lahan (Long et al., 2006).
Menyesuaikan penggunaan lahan telah dicetuskan sebagai pemecahan masalah
penggunaan lahan di kota, memfasilitasi pembangunan ekonomi, dan mempromosikan
kenyamanan pemukiman. Dengan menyesuaikan penggunaan lahan, diharapkan potensi lahan
dapat dimanfaatkan secara maksimal.
2.2 Mata Pencaharian dan Tingkat Kesejahteraan
Penggunaan lahan dan mata pencaharian memiliki hubungan yang kuat. Perubahan dalam
sistem mata pencaharian bisa mengubah penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan
mungkin menyebabkan perubahan lebih lanjut dalam pola kehidupan. Mata pencaharian dan
perubahan penggunaan lahan juga terkait dengan pengaruh perkembangan politik, sosial dan
ekonomi (Geist et al., 2006).
Mata pencaharian akan berdampak pada jumlah pendapatan seseorang. Pendapatan dapat
berupa perolehan barang atau uang yang diterima atau dihasilkan. Besar atau kecilnya
pendapatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya faktor formal, penduduk, dan
kewiraswastaan yang relatif rendah. Jumlah pendapatan merupakan salah satu indikator
pengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.
Menurut Undang-undang no 11 tahun 2009 dalam Daeli (2014), kesejahteraan sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Salah satu cara untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat, adalah dengan melakukan
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Susenas
mengambil informasi keadaan ekonomi masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh indikator
kesejahteraan. Menurut BPS tahun 2005, terdapat 8 indikator bagaimana suatu keluarga dapat
dikatakan sejahtera, yaitu:
a. Pendapatan
b. Konsumsi Atau pengeluaran Rumah Tangga
c. Keadaan Tempat Tinggal
d. Fasilitas Tempat Tinggal
peneliti ingin mengetahui apakah perubahan penggunaan lahan menyebabkan perubahan mata
pencaharian dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Meningkatkan mobilitas di Pulau
Sumatera
Tujuan
Variabel
Mengetahui pengaruh -
Jenis
pembangunan Jalan
penggunaan
lahan
terhadap mata
Sumber Data
-
Peta penggunaan
lahan (BIG)
yang dibebaskan,
Situs berita
kemudian
nasional
membandingkannya
pencaharian penduduk
dibebaskan
di Kecamatan
Pertanahan
verifikasi langsung
Tanjung Bintang
(Ha)
Negara (BPN)
langsung
Mata
pencaharian
menggunakan metode
wawancara
Mengetahui
keterkaitan mata
Mata
pencaharian
pencaharian dengan
tingkat kesejahteraan
Tingkat
Tingkat kesejahteraan
langsung
kesejahteraan
penduduk Kecamatan
Tanjung Bintang?
instrumen berupa
observasi, kuesioner, dan
wawancara mendalam
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Penentuan Variabel
Pengumpulan Data
Data Primer
Data Primer
Mata Pencaharian
Tingkat Kesejahteraan
Survei mata
pencaharian pada
penduduk yang
terkena
pembebasan lahan
Survei tingkat
kesejahteraan pada
penduduk yang
terkena pembebasan
lahan
Analisis Data
Data Sekunder
- Peta Penggunaan
Lahan
- Data Mata
Pencaharian dari BPS
Kesimpulan
Data primer yang diperoleh dimasukan kedalam Microsoft excel 2010. Pada saat
mendapatkan informan, peneliti memplot lokasi wawancara untuk mendapatkan posisi valid
informan pada peta penggunaan lahan (diolah menggunakan software ArcGIS 10.1). Setelah
itu peneliti melakukan wawancara dengan menanyakan hal-hal seputar pekerjaan dan hal-hal
yang berubah setelah pembangunan jalan tol dimulai. Untuk mendapatkan pendapatan, peneliti
menanyakan tentang durasi kerja dan spesifikasi pekerjaan yang dilakukan. Selain itu, peneliti
juga melakukan observasi mengenai keadaan rumah dan fasilitas-fasilitas rumah tangga
terutama alat elektronik yang ada di dalam rumah tersebut untuk mengetahui tingkat
kesejahteraannya. Setelah mendapatkan informasi berupa perkiraan pendapatan, hasilnya
kemudian dibandingkan dengan data UMR yang telah didapatkan sebelumnya, apakah berada
di atas atau di bawah UMR yang ditetapkan.
3.5.
Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisa statistik kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena yang
diselidiki. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang
saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain, penelitian
deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan
yang ada (Mardalis, 1999). Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan
persentase.
IV. HASIL PENELITIAN
Jalan Tol Trans Sumatera yang dibangun di Kecamatan Tanjung Bintang melewati 7 desa,
yaitu Sabahbalau, Sukanegara, Lematang, Serdang, Galihlunik, Jatibaru, dan Sinarogan.
Namun hingga penelitian ini selesai dilakukan, jalan tol yang dibangun baru mencapai desa
pertama, yaitu Desa Sabahbalau. Sehingga penelitian lebih difokuskan ke desa tersebut.
Sementara pembangunan di desa-desa lainnya menyusul, karena perusahaan yang
menggarapnya berbeda-beda tergantung jarak yang didapatkan oleh proyek masing-masing.
Berikut adalah peta titik sampel di Desa Sabahbalau.
No.
1.
Nama
Suryadi
Alamat
Desa
Sabahbalau
Mata Pencaharian
Sebelum
Petani
Sesudah
Pedagang
2.
Rahmat
3.
Soleh
4.
Karyo
5.
Supriyanto
Persentase
Desa
Sabahbalau
Desa
Sabahbalau
Desa
Sabahbalau
Desa
Sabahbalau
Buruh
Sawah
Petani
Sawah
Petani
Petani ladang
Sawah
Petani
Pedagang
Pekarangan/kebun
Petani ladang
Pedagang
Berubah : 80%
bangunan
Tetap : 20%
Sama halnya dengan Desa Sabahbalau, jenis lahan yang harus dibebaskan di desa-desa
lainnya sebagian besar berupa perkebunan dan sawah. Hanya Desa Lematang dan Sinarogan
yang lahan permukimannya termasuk dalam lahan yang dibebaskan. Sehingga diperkirakan
pembangunan jalan tol di Desa Lematang akan berjalan lebih lambat karena akan menemui
hambatan berupa negosiasi dengan penduduk yang rumahnya harus dibebaskan. Terlebih lagi
desa ini akan menjadi salah satu pintu masuk menuju Jalan Tol Trans Sumatera ini.
No.
Nama
Alamat
Pendapatan
Jumlah
Keluarga
Sebelum
Sesudah
1.
Suryadi
Desa Sabahbalau
1.200.000
>1.600.000
2.
Rahmat
Desa Sabahbalau
1.200.000
<1.600.000
3.
Soleh
Desa Sabahbalau
1.200.000
<1.600.000
4.
Karyo
Desa Sabahbalau
1.200.000
>1.600.000
5.
Supriyanto
Persentase
Desa Sabahbalau
Mencapai UMR : 60%
1.200.000
>1.600.000
V. KESIMPULAN
Perubahan penggunaan lahan berupa pembangunan jalan tol mengakibatkan perubahan
mata pencaharian penduduk yang tanahnya terkena pembebasan lahan sebanyak 80%. Selain
mata pencaharian, tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan indikator berupa
pendapatan dan keadaan tempat tinggal juga mengalami perubahan ke arah yang lebih baik,
karena selain penghasilan yang didapatkan meningkat, juga mendapatkan uang ganti rugi dari
pihak pembangunan jalan tol. Pendapatan yang mencapai nilai UMR sebanyak 60% dan
sisanya hanya mengalami peningkatan pendapatan tanpa mencapai nilai UMR. Sedangkan
keadaan tempat tinggal berubah dari rumah berdinding tidak tembok (kayu/bambu) menjadi
berdinding tembok dan berlantai keramik.
5.1. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dibuat, dapat disarankan bahwa
perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
dibangunnya Jalan Tol Trans Sumatera, selain dalam hal mata pencaharian dan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Hal ini dikarenakan pada penelitian kali ini, jalan tol belum selesai
dibangun dan waktu yang dimiliki peneliti tidak cukup untuk mengunjungi semua desa yang
terkena pembebasan lahan jalan tol, sehingga informasi yang didapatkan masih dalam jumlah
sedikit.
DAFTAR REFERENSI
Astuti, Suci Puji. 2014. Pengaruh Pembangunan Jalan Tol Cikampek-Palimanan Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang. Universitas
Pendidikan Indonesia (http://repository.upi.edu/11558/)
Ayub Sani, Ardian. (2010). Universitas Diponegoro Press. Persepsi Masyarakat Terhadap
Birokrasi Dalam Peningkatan Pelayanan Publik Di Pdam Kabupaten Grobogan Tahun
2005-2007 (Studi Analisis Kualitas Pelayanan Birokrasi yang Ditinjau dari Azas
Pelayanan Publik yang Berkualitas)
Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Daerah Kabupaten Lampung Selatan 2015. BPS
Kabupaten Lampung Selatan
Badan Pusat Statistik. (2015). Tanjung Bintang Dalam Angka 2015. BPS Kabupaten Lampung
Selatan.
Bell, Kathleen P., Kevin J. Boyle, dan Jonathan Rubin. (2006). Economics of Rural Land use
Change. Ashgate Publishing Limited: England
Black, Richard., and Mohamed Sessay. (1997). Forced Migration, Land-Use Change and
Political Economy in the Forest Region of Guinea. African Affairs, Vol. 96, No. 385 (Oct.,
1997), pp. 587-605
Briassoulis, Helen. Analysis Of Land Use Change: Theoretical And Modeling Approaches:
Chapter 1 dan Chapter 3. Department of Geography, University of the Aegean: Greece.
(http://www.rri.wvu.edu/WebBook/Briassoulis/contents.htm)
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Daeli, 2014. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42537/4/Chapter%20II.pdf)
Dinas
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
Provinsi
Lampung
2015.
(http://disnakertrans.lampungprov.go.id)
Dwiprabowo, Hariyatno., dkk. (2014). DINAMIKA TUTUPAN LAHAN: Pengaruh Faktor
Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Kanisius
Hendrik. (2011). Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan
Danau Pulau Besar Dan Danau Bawah Di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Propinsi
Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 21-32
Jianchu,Xu., dkk. (2006). Land Use Transition, Livelihoods, and Environmental Services in
Montane Mainland Southeast Asia. Mountain Research and Development, 26(3):278-284
Mardalis. (1999). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara
Panvilay, Khamla. (2010). Livelihood and Land Use Transition in Northern Laos. University
of Hawai'i at Manoa. ProQuest Dissertations Publishing
Patton, M. (1990). Qualitative evaluation and research methods (pp. 169-186). Beverly Hills,
CA: Sage
Richter, H.G. (1984). Land Use and Land Transformation. GeoJournal, Vol. 8, No. 1, German
Democratic
Republic
Regional
Structure
and
Development.
(http://www.jstor.org/stable/41143222)
Ruhyat, Hayat. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Resume Buku Pendekatan Kuantitaif,
Kualitatif, dan R&D. Cirebon: INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
Sevilla, Consuelo G., dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas
Indonesia Press
Universitas Lampung. 2016. (http://digilib.unila.ac.id/3181/17/BAB%20III.pdf)
Wei, Yehua. (1993). Urban Land Use Transformation and Determinants of Urban Land Use
Size in China. GeoJournal, Vol. 30, No. 4. (http://www.jstor.org/stable/41145966)
Zarina, Sulistinah. (2014). Dampak Pembangunan Jalan Tol Gempol-Pandaan terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Wonokoyo Kecamatan Beji Kabupaten
Pasuruan. Swara Bhumi Vol 3, No 2.