Anda di halaman 1dari 14

Kajian Metode Pendugaan Tumpahan Minyak (Oil Spill) di Laut

dengan Menggunakan Data Satelit SAR


oleh Ivanov et al.(2001) Dan Monsor et al. (2002)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penginderaan Jarak Jauh Kelautan
sebagai persyaratan Ujian Akhir Semester Ganjil 2015

Disusun oleh:
Budhi Agung Prasetyo
C552140021

SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Diantara berbagai jenis pencemaran laut, minyak merupakan ancaman utama bagi
ekosistem laut. Sumber pencemaran tumpahan minyak dapat ditemukan di daratan atau

langsung di laut. Pencemaran tumpahan minyak yang terjadi di laut adalah yang berasal dari
aktivitas kapal tanker dan anjungan pengeboran minyak lepas pantai. Pencemaran minyak
dari sumber berbasis laut bisa disengaja atau sengaja. Tumpahan minyak baik di laut terbuka
atau di perairan pantai dapat memiliki dampak yang buruk pada sumber daya alam.
Tumpahan minyak tersebut akan menimbulkan dampak penurunan nilai ekonomi sumberdaya
alam yang terdampak, oleh sebab itu diperlukan proses yang cepat dalam menanggulangi
masalah tersebut dengan menduga luasan tumpahan minyak, arah tumpahan minyak dan
jumlah tumpahan minyak yang terjadi. Alat yang berbeda untuk mendeteksi dan memonitor
pencemaran yang disebabkan oleh tumpahan minyak di laut adalah kapal, pesawat terbang,
dan satelit (Topouzelis, 2008).
Tumpahan minyak yang berat dapat mempengaruhi lingkungan laut dan akan
menyebabkan penurunan fitoplankton dan organisme laut lainnya. Fitoplankton berada pada
posisi paling bawah di rantai makanan biota laut, sehingga dengan tercemarnya laut oleh
tumpahan minyak maka dimungkinkan minyak tersebut akan diserap oleh biota laut yang
memiliki tingkatan lebih tinggi dalam rantai makanan.
Ketika minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak tersebut dengan segera akan
mengalami perubahan secara fisik dan kimia. Diantara proses tersebut adalah membentuk
lapisan

(oil

slick),

menyebar

(dissolution),

menguap

(evaporation),

polimerasi

(polymerization), emulsifikasi (emulsification), emulsi air dalam minyak (water in oil


emulsions), emulsi minyak dalam air (oil in water emulsions), fotooksida, biodegradasi
mikroba, sedimentasi, dicerna oleh plankton dan membentuk gumpalan (Mukhstasor, 2007).
Berdasarkan beberapa fakta diatas, maka sistem peringatan pengidentifikasian secara dini
(early identification warning system) dan monitoring tumpahan minyak di perairan laut
menjadi hal yang sangat dibutuhkan untuk penentuan tingkat penanggulangan yang
diperlukan sehingga dampak kerusakan lingkungan yang lebih besar dapat dicegah atau di
minimalisir.
Pendeteksian dengan menggunakan kapal, terutama jika dilengkapi dengan radar
khusus, bisa mendeteksi minyak di laut tetapi mereka dapat mencakup wilayah yang sangat
terbatas. Sistem utama memantau polusi minyak berbasis laut adalah penggunaan pesawat
terbang dan satelit yang dilengkapi dengan Synthetic Aperture Radar (SAR). SAR adalah
sensor gelombang mikro aktif, yang menangkap gambar dua dimensi. Kecerahan gambar
yang diambil adalah refleksi dari sifat-sifat dari target permukaan. Kemungkinan mendeteksi
tumpahan minyak di gambar SAR bergantung pada kenyataan bahwa lapisan film yang
terbentuk dari tumpahan minyak mengurangi hamburan balik dari permukaan laut

mengakibatkan formasi gelap yang kontras dengan kecerahan sekitarnya. Tumpahan minyak
akan merubah tensi dari permukaan laut yang akan terlihat dari tingkat backscatter dan akan
tampil hasil yang berupa wilayah yang lebih gelap dibandingkan dengan wilayah disekitarnya
(Cedre, 2007).

I.2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas beberapa metode deteksi dan pemantauan
lapisan atau tumpahan minyak di laut dengan data inderaja satelit SAR, berdasarkan
penelitian dan percobaan yang sedang berkembang dewasa ini dalam cakupan
global/regional. Hasil kajian dapat dimanfaatkan sebagai alat pertimbangan dalam
membangun sistem peringatan dini bencana polusi/tumpahan minyak atau mengembangkan
metode pengolahan dan analisis data inderaja satelit Radar SAR, dalam pemecahan kasuskasus deteksi atau pemantauan lapisan atau tumpahan minyak di laut.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Data Satelit SAR untuk Pendugaan Tumpahan Minyak di Laut


Beberapa sistem SAR pesawat ruang angkasa telah digunakan untuk pemantauan
tumpahan minyak. Sistem tersebut biasanya memiliki klasifikasi frekuensi atau band masingmasing. Satelit SEASAT milik NASA, yang diluncurkan pada tahun 1978, adalah satelit
pertama yang dirancang untuk mengamati permukaan laut dengan sistem SAR L-band.
Kemudian ada juga sistem SAR yang diluncurkan oleh Russian Space Agency (RSA),
European Space Agency (ESA) dan Canadian Space Agency (CSA).
Sensor Satelit SAR dapat didefinisikan oleh masing-masing frekuensi band, polarisasi
yang mengacu kepada vektor elektrik dari ujung geometri, sudut pengambilan misalnya
hubungan antara sudut radar beam dan ground target, luas sapuan misalnya luas dari citra
dengan resolusi citra misalnya seperti ukuran detail terkecil diidentifikasi pada gambar.
Terdapat ketidakcocokkan antara resolusi citra dengan luas sapuan. Biasanya pendeteksian
tumpahan minyak (oil spill) lebih memilih luas sapuan dengan menggunakan resolusi yang
rendah. Pendekatan ini diadopsi untuk mencakup sebanyak mungkin daerah bahkan jika
tumpahan minyak yang sangat kecil tidak dapat dideteksi.
Tabel 1. Satelit SAR yang Memiliki Instrument untuk Pengamatan Kelautan
Satellte (sensors)
SEASAT

Masa Kerja
1978 1978

Pemilik
NASA

Band
L

ALMAZ
ERS-1
ERS-2
RADARSAT-1
RADARSAT-2
ENVISAT (ANSAR)
ALOS (PALSAR)
TerraSAR-X
Cosmos Skymed-1/2

1991 1992
1991 1996
1995 operating
1995 operating
2007 operating
2002 operating
2006 operating
2007 operating
2007 operating

RSA
ESA
ESA
CSA
CSA
ESA
JAXA
DLR
ASI

S
C
C
C
C
C
L
X
X

ASI Italian Space Agency, DLR - German Aerospace Centre, ESA European Space agency, JAXA
- Japan Aerospace Exploration Agency, NASA National Aeronautics and Space Administration
(USA).
Tabel 2. Contoh Mode Satelit
SAR Sensor

Mode

Resolusi (m)

Pixel Spasial
(m)

Luas
Sapuan
(km)

Sudut
Pengambilan
(o)

ERS-2
PRI
30 x 26,3
12,5 x 12,5
100
20 -26
ENVISAT
IM
30 x 30
12,5 x 12,5
100
15 - 45
RADARSAT-1
SCN
50 x 50
25 x 25
300
20 - 46
RADARSAT-1
SCW
100 x 100
50 x 50
450 500
20 - 49
ENVISAT
WSM
150 x 150
75 x 75
400
16 - 44
PRI Presision Image Mode, IM Image Mode, SCN ScanSar Narrow, SCW ScanSar
Wide, WSM - Wide Swath Mode

II.2. Batasan dan Landasan Teori Analisa Lapisan Tumpahan Minyak di Laut dengan
Data SAR
Dalam melakukan kajian mengenai lapisan tumpahan minyak di laut sangat penting
untuk mengetahui keterbatasan fisik dan praktis dari Data SAR untuk mendeteksi tumpahan
minyak, maka pengetahuan, batasan dan landasan teori tentang kapasitas data satelit SAR
untuk memvisualisasikan semua proses laut dinamis yang terjadi pada saat akuisisi sangatlah
penting. Karena hal tersebut akan berhubungan dengan fisik dan kelautan biologis dan
fenomena atmosfer atau bahkan aktivitas manusia. Segala informasi yang di hasilkan dari
kajian dengan menggunakan data SAR ini nanti akan bisa digunakan untuk langkah-langkah
penanggulangan dan permodelan di kemudian hari.
Pada pendeteksian lapisan atau tumpahan minyak di laut menggunakan data inderaja
satelit Radar SAR (Synthetic Aperture Radar), sensor SAR yaitu suatu sensor inderaja aktif
mentransmisikan sinyal gelombang mikro dari suatu antena pada satelit ke arah permukaan
laut. Sinyal SAR setelah berinteraksi dengan permukaan laut, kembali ke antena. Interaksi
antara permukaan laut dan gelombang mikro sangat sensitif terhadap variasi kekasaran
permukaan laut. Permukaan kasar menghamburkan sejumlah energi balik yang besar ke
antena sehingga tampak terang atau putih pada citra. Permukaan datar merefleksikan energi

menjauh dari antena sehingga tampak gelap atau hitam pada citra. Karena gelombanggelombang permukaan pendek (riak-riak dan gelombang kapiler) biasanya ada pada
permukaan air laut, pada kondisi ini air laut tersebut efektif

menghamburkan balik

gelombang mikro tersebut melalui mekanisme hamburan balik Bragg (Campell, 1995;
Valenzuela, 1978 dalam Ivanov et al, 2001).
Seperti diketahui, minyak mentah dan substenssi minyak lain membentuk lapisan
(film) dan ketebalan yang bervariasi pada permukaan laut. Lapisan - lapisan minyak pada
lokasinya memperkecil kekasaran permukaan laut dan membcrikan ciri gelap, karenanya
disebut lapisan (slicks) pada citra SAR. Lapisan minyak (oil slick) tampak pada citra SAR
sebagai tambalan atau potongan-potongan gelap di antara permukaan laut sekelilingnya yang
lebih terang. Fakta ini memberikan dasar fisika untuk aplikasi data radar satelit untuk deteksi
dan pemantauan tumpahan minyak (oil spill) di lautan. (Huhnerfuss etal, 1981 dalam Ivanov
et al, 2001).
Perilaku lapisan atau tumpahan minyak yang mempunyai arti penting pada permukaan
laut tergantung pada sifat-sifat fisika-kimia seperti viskositas, densitas, tekanan permukaan,
dan elastisitas. Akan tetapi minyak mentah merupakan suatu campuran kompleks dari
komponen kimia yang berbeda termasuk paksi berat dan ringan. Secara khusus minyak
mentah selama evolusinya di laut dapat dideteksi dalam fase-fase berbeda berdasarkan urutan
umur dan lamanya yaitu: tumpahan minyak, lapisan minyak (oil film), emulsi (untuk pertama
kali emulsi minyak-air, dan kemudian emulsi air-minyak), sinar biru (blue shine) dan
pengumpulan (aggregiates) (Kotove et al, 1996 dalam Ivanov et al, 2001).
Selama life time dari tumpahan minyak di laut, tumpahan minyak tersebut diekspose
menjadi sejumlah proses yang secara dramatik mempengaruhi sifat-sifat fisika-kimia, yang
disebut dengan istilah "weathering (pelapukan karena hujan/penghancuran karena iklim).
Proses ini sebagai berikut : penjalaran, penyimpangan, penguapan, penyebaran, pembentukan
emulsi, degradasi karena bakteri, dan oksidasi foto (Kotove et al, 1996 dalam Ivanov et al,
2001) Sifat-sifat fisika-kimia dari tumpahan minyak tersebut berubah seiring waktu karena
pengaruh dari proses ini. Proses ini memberikan aturan yang penting dalam deteksi tumpahan
minyak menggunakan data inderaj a satelit SAR.Sifat-sifat fisika-kimia dari tumpahan
minyak tersebut seharusnya dipahami betul oleh pengguna atau peneliti yang menganalisis
data satelit SAR ini.
Kemampuan dapat mendeteksi lapisan atau tumpahan minyak dalam citra SAR sangat
tergantung pula pada kecepatan angin di permukaan laut. Pada kecepatan angin rendah
khususnya antara 0 dan 2-3 m/det, permukaan laut tampak gelap pada citra SAR. Dalam

kasus ini gelombang-gelombang yang dihasilkan angin belum dikembangkan sehingga


lapisan atau tumpahan minyak tampak gelap pada latar belakangnya atau air laut
sekelilingnya yang juga tampak gelap; karenanya deteksi dalam kasus ini tidak mungkin.
Pada kecepatan angin antara 3 dan 6 m/de t (adalah ideal untuk deteksi lapisan minyak)
kekasaran permukaan atau gelombang-gelombang permukaan laut dikembangkan sehingga
lapisan atau tumpahan minyak tampak sebagai potongan gelap pada latar belakang terang.
Akan tetapi bila kecepatan angin mencapai (10-12 m/det), kemampuan untuk mendeteksi
menjadi tidak mungkin lagi karena diganggu oleh distribusi kembali lapisan minyak oleh
gelombang permukaan laut dan pencamuran induksi angin pada lapisan lautan bagian atas
(Scott, 1986 dalam Ivanov et al, 2001). Sebagai hasil, lapisan minyak menghilang dari permukaan laut dalam citra SAR. Kisaran ambang (threshold) atas kecepatan angin untuk
deteksi lapisan atau tumpahan minyak dengan SAR dianjurkan, yakni antara 10 dan 14 m/det
(Gade dan Uferman, 1998 , Ivanov, 200 0 dalam Ivanov et al, 2001).
Sebagai contoh gambar dibawah ini akan menggambarkan dua data citra SAR yang
sama untuk perbandingan, gambar yang memang menunjukkan adanya tumpahan minyak di
laut dengan gambar yang mirip dengan adanya tumpahan minyak karena faktor-faktor
gelombang yang disebabkan oleh angin dan/atau faktor oseanografi yang lain.

Gambar 2. Dua contoh dark-formations pada data SAR, (a) Citra SAR yang telah di
verifikasi adanya tumpahan minyak pada tanggal 6 September 2005 dekat pantai Ancona,
Italy, (b) Citra SAR yang mirip dengan citra SAR (a) dan bukan merupakan lapisan atau
tumpahan minyak.

III. PEMBAHASAN
III.1. Kajian Metode Pendeteksian Lapisan atau Tumpahan Minyak di Laut dengan
Data SAR
Beberapa metode deteksi dan pemantauan lapisan atau tumpahan minyak di laut
menggunakan data inderaja satelit Radar SAR ERS-l/ERS-2 dan SAR Radarsat, dikaji
berdasarkan penelitian dan percobaan yang berkembang dewasa ini dalam scope
global/regional. Hasil kajian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai alat pertimbangan dalam
membangun sistem peringatan dini bencana polusi/tumpahan minyak atau mengembangkan

metode pengolahan dan analisis data inderaja satelit Radar SAR, dalam pemecahan kasuskasus deteksi atau pemantauan tumpahan minyak di laut.
Hasil kajian antara lain metode berorientasi ciri tekstur, menggunakan data radar SAR
Radarsat, ditunjukkan bahwa ciri-ciri tumpahan minyak dapat digunakan untuk mendeteksi
perubahan konsentrasi tumpahan minyak di laut, dan dapat dibedakan dan diklasifikasi jenisjenis ketebalan tumpahan minyak tersebut. Metode lainnya, dapat diidentifikasi dan
diklasifikasi tumpahan minyak dan obyek alamiah lainnya yang tampak mirip dan dapat
dihasilkan peta distribusi tumpahan minyak dan data statistik (jumlah tumpahan minyak dan
total luas daerah yang diliput tumpahan minyak). Metode-metode yang disebutkan di atas,
kami sarankan untuk dikembangkan atau digunakan oleh instansi-instansi atau para pengguna
yang berkepentingan dengan informasi detail mengenai tumpahan minyak tersebut atau yang
terkait dengan pengelolaan bencana tumpahan minyak.
Pemanfaatan data penginderaaan jauh (inderaja) satelit Radar SAR untuk deteksi dan
pemantauan lapisan atau tumpahan minyak di laut sudah semakin dikenal potensinya
semenjak diluncurkannya satelit ERS-1 pada tanggal 17 Juli1991 oleh ESA (European Space
Agency) dan disusul dengan peluncuran ERS-2 pada tanggal 27 April 1997 oleh instansi yang
sama. Seperti diketahui, sensor SAR ERS-1 dan ERS-2 beroperasi pada kanal C, frekuensi
5,39 GHz atau panjang gelombang 5,66 cm. Sensor satelit lainnya, SAR Radarsat oleh
Canada juga beroperasi pada frekuensi kanal C. Berbeda dengan data citra SAR ERS-1 /ERS2, dimana satuan liputan citra 100 km x 100 km, data citra SAR Radarsat mempunyai
cakupan luas dengan satuan liputan citra 500 km x 500 km.
Secara umum dalam pendeteksian suatu obyek pada permukaan bumi menggunakan
data inderaja satelit Radar SAR, obyek dapat diidentifikasi atau dibedakan dari obyek lainnya
di dalam citra Radar berdasarkan perbedaan besarnya energi hamburan balik yang kembali
dari obyek-obyek tersebut, yang diterima oleh sensor radar pada satelit. Besarnya energi
hamburan balik tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor utama (Ali Hussin Y, 1997) yaitu:
1) sifat-sifat sistem radar: panjang gelombang, sudut jatuh dan polarisasi dari
gelombang radar tersebut,
2) topografi permukaan bumi, dan
3) karakteristik dari materi obyek pada permukaan atau di bawah permukaan yaitu
sifat-sifat dielektrik obyek (termasuk kandungan air, kekasaran permukaan dan
orientasi ciri).
Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti disebutkan di atas, lapisan
minyak (oil slick) atau tumpahan minyak (oil spill) dapat identifikasi didalam suatu citra

SAR. Karena lapisan minyak mempunyai viskositas lebih besar dari pada air laut,
menyebabkan adanya tekanan permukaan laut, yang menimbulkan atenuasi gelombanggelombang kapiler (gelombang kecil beberapa cm sampai dengan beberapa meter pada
permukaan laut) sehingga memperkecil radiasi hamburan balik berdasarkan teori hamburan
balik Bragg. Daerah yang mempunyai nilai hamburan balik lebih rendah tampak lebih hitam
(gelap) dalam citra Radar (Campbell, 1995; Valenzuela, 1978, Huhnerfuss et at, 1981, Alpers
dan Huhnerfuss, 1988 dalam ivanov el aL, 2001).
Berikut ini metode deteksi dan pemantauan lapisan atau tumpahan minyak di selat
Malaka yang dilakukan oleh H. Assilzadeh & S. B. Mansor menggunakan data SAR Radarsat
di daerah selat Malaka, diuraikan di bawah ini.

III.1.1.

Deteksi dan Pemantauan Tumpahan Minyak dari Citra Satelit oleh

Mansor et al.
Dalam suatu penelitian dan percobaan, Mansor et al (2002) menggunakan data SAR Radarsat
untuk deteksi tumpahan minyak di laut dan mengembangkan suatu algoritma untuk pengolahan dan
analisis citra SAR Radarsat untuk deteksi dan klasifikasi tumpahan minyak. Data SAR yang dipilih
untuk analisis diambil pada tanggal 10 Oktober 1997 yaitu daerah Selat Malaka, meliputi daerah
seluas 110 km x 150 km mulai dari Semenanjung Malaysia dan Johor hingga ke Selat Malaka.
Kondisi cuaca pada daerah studi diperolch dari stasiun-stasiun bumi. Kecepatan maksimum air laut
dilaporkan saat itu sekitar 0,25 m/det dan kecepatan angin maksimum 1,4 m/det.
PACE (Picture Analysis Correction and Enhancement) adalah suatu kelompok programprogram aplikasi di dalam paket perangkat lunak pengolahan dan analisis citra inderaja PCI, yang
melengkapi fungsi-fungsi pengolahan citra digital secara ekstensif. Prapengolahan citra Radar yaitu
koreksi pola antena (APC - Antena Pattern Correction), koreksi geometrik dan koreksi radiometrik,
dilakukan pada data citra SAR. Koreksi pola antena melakukan suatu penyeimbangan radiometrik
pada data SAR untuk mengkompensasi penyinaran yang tidak seragam dalam arah batas daerah yang
disebabkan oleh pola antena. Koreksi pola antena kemudian dilanjutkan dengan koreksi geometrik
untuk memperoleh citra standar geocoded menggunakan titik kontrol tanah yang diperoleh dari petapeta topografik daerah studi tersebut Pengolahan lanjut citra radar untuk deteksi tumpahan minyak
meliputi transformasi skala tingkat keabuan citra (scaling), pentapisan (filtering), analisis tekstur,
ekstraksi ciri dan deteksi lapisan gelap (dark slick). Pertama citra SAR yang akan diidentifikasi, lebih
dulu dikalibrasi melalui fungsi SARBETA dalam interface PACE yang menghasilkan citra kecerahan
radar yang dikalibrasi. SARBETA menghasilkan suatu kanal kecerahan radar dari input kanal radar
yang telah di transformasi skala tingkat keabuannya lebih dulu menggunakan gain offset dan scaling.
Kemudian pada citra kecerahan radar yang telah dikalibrasi, dilakukan operasi transformasi skala
tingkat keabuan citra dan kuantisasi menggunakan program SCAL dalam PACE. Program SCAL

(Image Gray Level Scaling) melakukan suatu operasi pemetaan atau transformasi linier atau non-linier
pada semua tingkat keabuan (gray level) citra tersebut ke dalam suatu kisaran output intensitas citra
yang diinginkan. Kemudian dilanjutkan dengan operasi pentapisan menggunakan Gamma Map Filter.
Jenis filter ini terutama digunakan pada data radar untuk menghilangkan noise frekuensi tinggi
(speckle) sementara ciri-ciri frekuensi tinggi yaitu batas-batas tepi (edge) atau ciri-ciri yang tajam
tetap dipertahankan. Kemudian sekumpulan tekstur dihitung untuk semua titik-titik gambar (pixel)
pada citra tersebut melalui fungsi analisis tekstur di dalam PACE. Pengukuran dilakukan berdasarkan
statistik orde dua yang dihitung dari matriks gray level co-occurrence. Hasil tekstur-tekstur yang
diukur, setelah terlebih dahulu melalui operasi transformasi skala tingkat keabuan citra, kemudian
digunakan sebagai input pada algoritma klasifikasi. Untuk mengekstraksi informasi yang detail dari
tumpahan minyak tersebut, operasi transformasi skala tingkat keabuan (scaling) citra radar membuat
standard nilai-nilai tekstur tersebut. Kanal-kanal baru data ini kemudian digunakan untuk masukan
klasifikasi citra tumpahan minyak berdasarkan hasil-hasil analisis tekstur dengan menggunakan
algoritma supervised Maximum Likelihood. Pada studi ini diperoleh hasil bahwa algoritma terbaik
untuk klasifikasi tumpahan minyak adalah Maximum Likelihood. Diperoleh hasil : citra klasifikasi
dari citra komposit menggunakan analisis tekstur dan citra tingkat keabuan (hasil transformasi skala
tingkat keabuan). Hasil-hasil analisis klasifikasi memberikan informasi yang penting tentang
ketebalan tumpahan minyak, dan daerah tumpahan minyak yang berubah karena waktu (spill age).
Dapat diperoleh citra klasifikasi yang menunjukkan daerah tumpahan minyak dalam tiga kelas yang
berbeda sesuai dengan ketebalan dari tumpahan minyak tersebut. Pada penelitian ini diperoleh dua
analisis tekstur yang efektif untuk deteksi tumpahan minyak dan klasifikasi yaitu Homogeneity dan
Angular Second Moment Ukuran-ukuran tekstur yang digunakan oleh program ini didasarkan pada
Haralick et al. (1973 & 1979), dan Conners et al. (1980) dalam Mansor et al (2002) yang
mendemonstrasikan penggunaan ciri-ciri tekstur untuk klasifikasi.

\
Gambar 3. Diagram alur rencana pendugaan Tumpahan Minyak di Selat
Malaka dengan Data Remote Sensing

Gambar 4. Skema Model Visual pada software PCI Modeler untuk


deteksi otomatis dan klasifikasi tumpahan minyak.

Gambar 5. Perbedaan hasil pada gambar mentah (kiri atas) dengan menggunakan
perintah EASI pada PCI Visual Modeler untuk mengklasifikasi daerah tumpahan
pada dua kelas, daerah tumpahan minyak (kanan atas), dan daerah terpolusi (kiri
bawah). Kanan bawah adalah citra komposit hasil penggabungan (overlay) kanal
untuk mengklasifikasi daerah tumpahan minyak dengan daerah terpolusi.

III.1.2.

Deteksi Tumpahan Minyak dengan SAR Radarsat di Perairan Laut

Kuning dan Laut Cina Timur


Penelitian Ivanov et al (2001), mendapatkan suatu hasil percobaan deteksi tumpahan minyak di
Perairan Laut Kuning dan Laut Cina Timur, menggunakan data SAR Radarsat multitemporal 15, 19,
dan 22 November 2000. Konsep percobaan adalah mengumpulkan citra dari Laut Cina dengan SAR
Radarsat dalam mode Scan SAR selama periode waktu pendek dalam 1 minggu. Tujuan utama adalah
untuk mengetahui potensi dari data SAR Radarsat untuk lokalisasi, deteksi dan pemantauan tumpahan
minyak atas zona-zona laut yang sangat luas. Penelitian ini khususnya ditekankan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1)

Penilaian kemampuan data SAR Radar untuk deteksi lapisan minyak dalam citra
Radarsat cakupan luas.

2)

Penilaian kemampuan data SAR Radarsat untuk deteksi lapisan minyak pada kondisikondisi lingkungan yang berbeda.

3)

Penilaian kemampuan atau potensi data SAR Radarsat untuk deteksi tumpahan minyak
buatan orang (man made oil spilty) diantara ciri-ciri lainnya yang berhubungan dengan
fenomena lautan, dan

4)

Ekstraksi statistik deteksi tumpahan minyak untuk menyoroti daerah-daerah yang


berisiko tinggi terjadi polusi minyak.

Data SAR Radarsat yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari satu citra
ascending dan dua descending Scan SAR Radarsat yang diakuisisi atas Laut Bohai, Laut
Kuning, dan Laut Cina Timur (Waters of the Yellow and Bast China Sea). Semua citra
dikumpulkan dalam SAR Narrow A mode (produk SNA) dengan lebar cakupan citra lebih
besar dari 300 km, sudut off nadir 20-40 dan resolusi spasial 50 m. Citra-citra Radarsat ini
diperlengkapi oleh Canadian Space Agency (CSA) dalam rangka kerjasama antara proyek
236 ADRO-2 "Oil Pollution Detection and Monitoring in the Sea along the Asian Pasific
Coast. Data lapangan tentang kecepatan angin dan kondisi cuaca telah dikumpulkan oleh
stasiun-stasiun Oceanografi Cina dan pelampung-pelampung Oceanografi Korea.
Seperti telah didiskusikan pada bagian sebelumnya, kemampuan untuk dapat mendeteksi
tumpahan atau lapisan minyak dalam citra SAR tergantung pada dua hal yaitu : kecepatan angin dekat
permukaan laut dan parameterparameter minyak (umur atau lamanya minyak berada pada permukaan
laut, ketebalan lapisan minyak dan sebagainya). Telah diketahui pula bahwa dalam citra SAR, lapisan
atau tumpahan minyak tampak sebagai tambalan atau potongan gelap di antara terangnya permukaan
laut yang berombak. Meskipun pengemangan metode analisis citra SAR secara automatik dan semi
automatik dilakukan, metode visual tetap mendominasi untuk pengawasan operator. Untuk
membedakan lapisan-lapisan minyak dengan obyek lainnya di lautan, harus menggunakan pendekatan
umum yang dikembangkan oleh Espedal et al .(1998) dalam Ivanov et al (2001} yang mencakup 2
pendekatan yaitu ; analisis langsung (bentuk, ukuran/panjang, lokasi, orientasi, jenis dari batas tepi
(edge), kontras dB dan tekstur, dan analisis kontekstual (riwayat angin/arus laut/hujan, sumbersumber yang berasal dari laut, dan sebagainya). Pendekatan yang sama telah digunakan oleh Gade dan
Ufenman (1998) dan Lu et al (2000) dalam Ivanov et al (2001).
Di dalam percobaan Ivanov et al (2001) yang disebutkan di atas, metode pengolahan dan
analisis yang diaplikasikan secara umum meliputi empat tahap yaitu: 1) Pentapisan citra SAR dan
reduksi noise speckle, 2) Deteksi visual dari ciri-ciri gelap dalam citra .3) Klasifikasi ciri gelap
berdasarkan hamburan balik, geometrik dan sifat-sifat tekstur dan 4) Pembedaan lapisan minyak di
antara ciri-ciri obyek lainnya di lautan yang tampak mirip lapisan minyak.
Analisis selanjutnya dari citra SAR untuk deteksi lapisan minyak, dilakukan dalam beberapa
langkah berikut. Bilamana obyek yang diduga (kandidat) tumpahan minyak dalam masing-masing
citra SAR yang diproses telah diidentifikasi, citra-citra SAR Radarsat tersebut kemudian diproses
georeferenced. Lalu semua lapisan minyak yang diidentifikasikan medium dan luas lebih besar dari 1

km ) dipilih dan diberi suatu warna. Daerah-daerah yang diberi warna pada citra SAR dipisahkan,
2

kemudian dipindahkan dari citra SAR dan dioverlay pada latar belakang peta. Dengan cara demikian
peta distribusi tumpahan minyak atau liputan dari lapisan minyak pada daerah percobaan tersebut
diperoleh. Terakhir, data statistik (jurnlah daerah tumpahan minyak dan total luas daerah yang diliput
tumpahan minyak) untuk semua citra SAR Radarsat yang dikoleksi dapat dihitung.
Semua obyek yang diduga (kandidat) tumpahan minyak yang diamati dalam citra-citra SAR
tersebut, berada pada kisaran kondisi-kondisi cuaca yang sempit dan dalam kisaran kondisi
oceanografik yang luas. Semua tumpahan minyak tersebut diamati dalam citra-citra SAR Radarsat
pada kecepatan angin yang tidak seragam, dari lemah (3-6 m/det) sampai tinggi (12-15 m/detik.
Semua lapisan minyak dideteksi dalam daerah-daerah yang berhubungan dengan interaksi lautatmosfer yang intensif.

IV. HASIL
Dari kedua metode deteksi dan pemantauan yang diuraikan di atas, ditunjukkan bahwa pada
dasarnya untuk identifikasi atau membedakan daerah yang diliput lapisan atau tumpahan minyak
(tampak hitam atau gelap pada citra) dan obyek lainnya dilautan yang tampak mirip, menggunakan
metode interpretasi visual tetap mendominasi. Oleh sebab itu sangat diperlukan pemahaman para
analisis pada batasan-batasan dan dasar teori dalam analisis tumpahan minyak dengan data citra SAR
seperti dikemukakan pada bagian sebelumnya. Metode Ivanov et al (2001) menunjukkan, untuk
membedakan lapisan atau tumpahan minyak dengan obyek lainnya di laut harus menggunakan dua
pendekatan umum yaitu: analisis langsung bentuk, ukuran/panjang, lokasi, orientasi, jenis dari batas
tepi (edge), kontras dB dan tekstur, dan analisis kontekstual (riwayat angin/arus laut/hujan, sumbersumber yang berasal dari laut dan sebagainya) yang dikembangkan oleh Espedal et al (1998) dalam
Ivanov et al ,(2001). Pendekatan yang sama juga telah digunakan oleh Gade dan Uferman (1998) dan
Lu et al dalam Ivanov et al (2001).

Dari kedua metode yang dikemukakan, tampak pula bahwa untuk dapat mengetahui
informasi yang detail dari lapisan atau tumpahan minyak tersebut yaitu ketebalan atau jenisjenis lapisan minyak, dan umur lapisan atau tumpahan minyak, hanya mampu dilakukan
dengan metode pengolahan dan analisis citra digital berorientasi tekstur. Mansor et al. (2002),
memperoleh dua analisis tekstur yang efektif untuk deteksi tumpahan minyak dan klasifikasi
yaitu Homogenitas dan Angular Second Moment. Metode yang dikembangkannya, dengan
menggunakan data SAR Radarsat dapat didentifikasi dan diklasifikasi tumpahan minyak
berdasarkan ketebalan dan umur atau lamanya tumpahan minyak di atas pemukaaan laut
(spill age). Metode ini difokuskan pada deteksi dan klasifikasi lapisan hitam secara automatik
dalam suatu sistem peringatan dini untuk kemungkinan adanya tumpahan minyak.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa metode yang telah di jabarkan di atas, beberapa catatan atau
kesimpulan dan saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Dari semua metode yang dikemukakan tampak bahwa untuk dapat mengetahui informasi
yang detail dari tumpahan/lapisan minyak yaitu ketebalan atau jenis-jenis lapisan minyak,
dan umur tumpahan /lapisan minyak, hanya mampu dilakukan dengan metode pengolahan
dan analisis citra digital berorientasi tekstur.
2. Dengan pendekatan/analisis tekstur, Mansor et at. (2002), memperoleh dua analisis tekstur
yang efektif untu deteksi tumpahan minyak dan klasifikasi yaitu Homogeneity dan
Angular Second Moment Metode yang dikembangkannya dengan menggunakan data SAR
Radarsat dapat didentifikasi/di klasifikasi tumpahan minyak berdasarkan ketebalan,
maupun umur atau lamanya tumpahan minyak di atas pemukaaan laut.
3. Metode Ivanov et al, (2001) menggunakan metode pengolahan dan analisis citra secara
semi automatik, karena metode visual tetap mendominasi untuk identifikasi tumpahan
minyak.

Dengan

metode

tersebut,

menggunakan

data

SAR

Radarsat

dapat

diidentifikasi/diklasifikasi dan diperoleh peta distribusi tumpahan minyak atau liputan dari
tumpahan minyak pada daerah percobaan, jumlah tumpahan minyak dan total luas daerah
yang diliput tumpahan minyak.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Cedre. 2007. Use and Analyse of Satellite SAR Images. Centre De Documentation De
Recherche Et DExperimentations Sur Les Pollutions Accidentelles Des Eaux.
Ivanov, A. 2001. Oil Spill Detection with the RADARSAT SAT in the Waters of the Yellow and
East China Sea: A Case Study.
Mansor, S.B. and H. Assilzadeh. 2002. Early Warning System for Oil Spill Using SAR
Images. nd Asian Conference on Remote Sensing, 5 - 9 November 2001, Singapore.
Sitanggang, G. 2010. Metode Deteksi dan Pemantauan Lapisan atau Tumpahan Minyak di
Laut dengan Data Inderaja Satelit SAR. Jurnal Warta LAPAN
Topouzelis, K. N. 2008. Review, Oil Spill Detection by SAR Images: Dark Formation
Detection, Feature Extraction and Classification Algorithms. Open Acces Journal
SENSORS, ISSN 1424-8220.

Anda mungkin juga menyukai