KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat ridha-Nya penulis
dapat melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Al-Islam
pada tanggal 1 31 Agustus 2015 serta dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
pada Program Studi Profesi Apoteker di Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1.
2.
Bapak Drs. Rahmat Santoso, M.Si., MH.Kes., Apt. selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.
3.
Bapak Dadih Supariadi, M.Si., Apt selaku pembimbing PKPA dari Sekolah
Tinggi Farmasi Bandung, yang telah membimbing dalam proses penulisan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
4.
Ibu Rani Ratnawati, S. Si., M. KM., Apt., selaku Kepala Bidang Penunjang
5.
Medis I
Ibu Eni Syofiah, S.Si., Apt selalu preceptor selama penulis PKPA di Rumah
pelaksanaan PKPA.
Ayahanda tercinta Anshor., S.Ag dan Ibunda tercinta Siti Hindun yang tidak
pernah lelah memberikan limpahan doa, juga dukungan, baik dalam bentuk moril
maupun materi. Serta kakak Millah Kamilah Muslimat., S.pd dan adik yang
terkasih Rahmah Maulidah Muslimat.,S.Farm, terimakasih banyak atas segala
8.
doa, dorongan, motivasi serta limpahan kasih sayang yang tak terhingga
Seluruh staf pengajar Program Pendidikan Profesi Apoteker Sekolah Tinggi
9.
Farmasi Bandung.
Rekan-rekan Profesi Apoteker angkatan XII serta semua pihak yang telah
ii
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan dengan
keterbatasan yang ada masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Allah SWT berkenan
membalas semua amal kebaikan kita dan semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Bandung ,
Agustus 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iv
Tabel
Halaman..............................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................v
BAB I 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi Apoteker.................................................1
1.2
Tujuan PKPA......................................................................................................2
1.3
Waktu Pelaksanaan PKPA..................................................................................3
BAB II 4
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT.............................................................................4
2.1. Gambaran Umum Rumah Sakit..........................................................................4
2.1.1. Definisi Rumah Sakit......................................................................................4
2.1.2. Visi dan Misi Rumah Sakit..............................................................................4
2.1.3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit.......................................................................4
2.1.4. Struktur Organisasi Rumah Sakit....................................................................5
2.1.5. Jenis Rumah Sakit...........................................................................................5
2.1.6. Klasifikasi Rumah Sakit..................................................................................6
2.1.7. Tim Farmasi dan Terapi (TFT)........................................................................7
2.1.8. Rekam Medik (Medical Record).....................................................................8
2.1.9. Sistem Formularium Rumah Sakit..................................................................9
2.1.10.
Akreditasi Rumah Sakit.............................................................................10
2.1.11.
Alur Pelayanan Penderita Rawat Inap dan Rawat Jalan............................12
2.2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).............................................................13
2.2.1. Definisi IFRS.................................................................................................13
2.2.2. Visi dan Misi IFRS........................................................................................13
2.2.3. Struktur Organisasi IFRS..............................................................................14
2.2.4. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)...........................14
2.2.5. Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit................................16
2.2.6. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit..........................................17
BAB VI 29
TUGAS KHUSUS Patient And Family Educations........................................................29
(Edukasi Kepada Pasien Dan Keluarga Pasien)..............................................................29
BAB III 54
TINJAUAN KHUSUS....................................................................................................54
RUMAH SAKIT AL ISLAM BANDUNG.....................................................................54
3.1. Rumah Sakit Al Islam.......................................................................................54
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................................87
BAB IV........................................................................................................................98
SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................98
6.1. Kesimpulan.......................................................................................................98
iv
6.2.
Saran.................................................................................................................98
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1
Halaman
Formulir Edukasi.........................................................................................................
33
4.2
4.3
4.4
4.5
SOP Edukasi Kepada Pasien Dan Keluarga Pasien di Rumah Sakit Al-Islam............
36
4.6
4.7
4.8 Contoh Interaksi Obat dengan Obat untuk Pemakaian Obat Rawat Jalan I dan
Rawat
Jalan
II
...................................................................................................................................
42
4.9 Interaksi Makanan Yang Dapat Meningkatkan Interaksi Obat Untuk Pemakaian
Obat Rawat Jalan I dan Rawat Jalan II Jalan I dan Rawat Jalan II
...................................................................................................................................
43
4.10 Beberapa Obat Beserta Efek dan Mekanisme Dalam Tubuh.......................................
43
4.11 Beberapa Interaksi Penting Antara Obat dan Makanan................................................
44
4.12 Contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi..................................................
47
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi Apoteker
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun
2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Salah satu bagian penunjang medik di rumah sakit adalah
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit pelaksana fungsional
yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
IFRS dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker yang
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
kompeten secara professional, kegiatan yang dilakukan di instalasi farmasi rumah
sakit mencakup pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian.
Pengelolaan
perbekalan
farmasi
meliputi
perencanaan,
pengadaan,
Tujuan PKPA
Tujuan diadakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah
Sakit ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
di rumah sakit.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi
dan
kegiatan-kegiatan
yang
dapat
dilakukan
dalam
rangka
BAB II
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2.1.2. Visi dan Misi Rumah Sakit
Penyusunan visi dan misi rumah sakit merupakan fase penting dalam
tindakan strategis rumah sakit. Visi rumah sakit adalah gambaran keadaan rumah
sakit dimasa mendatang dalam menjalankan misinya. Visi merupakan gambaran
mengenai keadaan lembaga dimasa depan yang berpijak dari masa sekarang.
Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai alasan sebuah rumah sakit
didirikan, apa tugasnya dan untuk siapa rumah sakit tersebut melakukan
kegiatan.
2.1.3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
tugas Rumah Sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna.. Untuk menjalankan tugasnya, Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan.
2.1.4. Struktur Organisasi Rumah Sakit
Umumnya terdiri atas Badan Pengurusan Yayasan, Dewan Penyantun,
Badan penasehat dan Badan Penyelenggara. Badan Penyelenggara terdiri atas
direktur, wakil direktur, komite medik, satuan pengawas dan berbagai bagian
dari instalasi. Wakil direktur umunya terdiri dari wakil direktur pelayanan
Rumah
Sakit
dapat
dibagi
berdasarkan
jenis
pelayanan
dan
pengelolaannya.
1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan
dalam:
a. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang
dan jenis penyakit.
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
2. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit
publik dan rumah sakit privat:
a. Rumah Sakit Publik
Dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Badan Hukum
yang bersifat nirlaba.
b. Rumah Sakit Privat
Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
Perseroan Terbatas atau Persero.
3. Rumah Sakit Pendidikan
Rumah
sakit
pendidikan
merupakan
rumah
sakit
yang
Pelayanan
Sumber daya manusia
Peralatan
Sarana dan prasarana
Administrasi dan manajemen
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
rasio
manfaat
resiko
(benefit-risk
menguntungkan penderita
c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
ratio)
yang
paling
mencakup
perencanaan,
pengadaan,
produksi,
penyimpanan
10
11
dan
Bahan
Medis
Habis
Pakai
(apabila
sudah
memungkinkan).
-
2.
12
13
14
15
Penetapan prioritas
Sisa persediaan
Rencana pengembangan
d) Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan
dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika
proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus
melibatkan tenaga kefarmasian. Pengadaan dapat dilakukan melalui:
-
Pembelian
Sumbangan/Dropping/Hibah
e) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.
f) Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan dilakukan
oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di
Rumah Sakit. Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
16
g) Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi
terdiri dari Pencatatan dan Pelaporan, Administrasi Keuangan, dan Administrasi
Penghapusan.
h) Pelayanan farmasi klinik
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa Pelayanan farmasi klinik
merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam
rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek
samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga
kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
1. Pengkajian dan pelayanan resep
Pelayanan Resep dimulai dari Penerimaan, Pemeriksaan Ketersediaan,
Pengkajian Resep, Penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai Termasuk Peracikan Obat, Pemeriksaan, Penyerahan
Disertai Pemberian Informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep
dilakukan
upaya
pencegahan
terjadinya
kesalahan
pemberian
Obat
Tanggal resep
17
Stabilitas, dan
Duplikasi pengobatan
Kontraindikasi, dan
Interaksi Obat
riwayat
penggunaan
obat
dengan
data
rekam
18
Nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat.
3. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak
diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan Obat
(medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah
Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar Rumah Sakit.
PIO bertujuan untuk:
-
19
5. Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian
konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan
resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat
bagi pasien (patient safety).
5. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki,
meningkatkan Terapi Obat yang Rasional, dan menyajikan Informasi Obat
kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat
dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik atas permintaan
pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang biasa disebut
dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care). Sebelum
melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan diri dengan
mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat
dari rekam medik atau sumber lain.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien.
Tujuan
PTO
adalah
meningkatkan
efektivitas
terapi
dan
20
Tahapan PTO:
a. Pengumpulan data pasien
b. Identifikasi masalah terkait obat
c. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
d. Pemantauan, dan
e. Tindak lanjut
Faktor yang harus diperhatikan:
a. Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis terhadap bukti
terkini dan terpercaya (Evidence Best Medicine)
b. Kerahasiaan informasi, dan
c. Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat).
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis
lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan
terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang
terkait dengan kerja farmakologi. Tujuan MESO adalah :
- Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
semua
faktor
yang
mungkin
dapat
mengalami ESO
- Mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo
21
dan Terapi
- Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
22
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
RUMAH SAKIT AL ISLAM BANDUNG
3.1. Sejarah Rumah Sakit Al Islam
Rumah sakit Al-Islam berlokasi di jalan Soekarno-Hatta No.644, desa
Sekejati, kecamatan Margacinta, kodya Bandung. Beroperasi sejak tanggal 1
Agustus 1990, atas wujud kepedulian dan hasil dari pemikiran ibu-ibu yang
tergabung dalam organisasi Kerja Sama Wanita Islam (KSWI) Jawa Barat yang
anggotanya terdiri dari Ormas Kewanitaan Islam yang ada di Jawa Barat. Pendiri
utama rumah sakit Al Islam adalah Hj. Hadiyah Salim (Alm), Hj. Tjahjati Setiatin
Tahir (Alm), Dr. KH. EZ. Muttaqien (Alm), dan Prof. Drs. H Achmad Sadali
(Alm).
Suatu keinginan yang luhur dari Ibu-Ibu KSWI untuk dapat memiliki rumah
sakit yang bernuansakan Islam sebagai salah satu bentuk perwujudan dari ajaran
Al Islam yang begitu luhur, maka untuk merealisasikan keinginan tersebut
dilakukan usaha yang tekun (mendirikan Yayasan RSI KSWI Jabar) dan akhirnya
dapat membuahkan hasil. Pada awalnya yayasan ini hanya mendirikan klinik 24
jam dengan 8 tempat tidur di jalan Soekarno-Hatta No. 644. Karena respon dan
animo masyarakat didaerah sekitar cukup tinggi sehingga kebutuhan akan sarana
pelayanan terus meningkat, klinik inipun berubah menjadi rumah sakit dengan 28
tempat tidur pada luas area 1200 m2.
Pada tahun 1994, Rumah Sakit Al-Islam membangun gedung Firdaus, dan
kapasitas tempat tidur bertambah menjadi 90 tempat tidur. Kemudian menyusul
dibangun gedung Raudah untuk rawat VIP. Melalui bantuan pinjaman dana dari
Islamic Development Bank, maka pada tanggal 1 November 1997 Rumah Sakit
Al-Islam memiliki gedung tambahan berupa gedung perawatan enam lantai, yang
23
disebut gedung Ibnu Sina, dan diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI Prof. Dr.
Soejoedi serta dihadiri pula oleh Gubernur Jawa Barat. Pada tahun 1997, dalam
penilaian penampilan kerja rumah sakit, Rumah Sakit Al-Islam mendapat
nominasi pertama tingkat Jawa Barat, dan tingkat nasional untuk rumah sakit
umum setara tipe C. Pada bulan November 1998, Rumah Sakit Al-Islam telah
terakreditasi dalam 9 unit pelayanan. Juli 2002 23 Maret 2003 dilakukan
renovasi Gedung Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai dengan dana sumbangan dari
berbagai pihak Di tahun 2003 RSAI telah mendirikan Medical Check Up Centre.
Pada tahun 2007, dilakukan pembangunan Rawat Inap Perinatologi dan Rawat
Intensif (HCU). Pada awal 2008, dilakukan pembangunan perkantoran, ruang
dokter, dan ruang kantor perawatan. Pertengahan 2008, dilakukan renovasi dan
refungsi gedung rawat inap Firdaus lantai 3. Pertengahan 2008-2009, dibangun
Gedung Pelayanan Rawat Jalan dan P3D UNISBA, Gedung Pelayanan
Rehabilitasi Medik dan Poliklinik Tumbuh Kembang Anak. Pada April 2012Januari 2013 dibangun Gedung Pelayanan Hemodialisa dan Klinik Stroke. Pada
saat ini RS Al Islam Bandung mengoperasionalkan tempat tidur sebayak 244
tempat tidur.
3.2. Profil Rumah Sakit Al-Islam
A. Falsafah
Falsafah Rumah Sakit Al Islam adalah beriman kepada Allah SWT, bekerja
professional dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir serta
menjunjung tinggi etika profesi dan kerja sama tim sebagai pengamalan AlQuran dan Al-Hadist.
B. Visi
Visi Rumah Sakit Al-Islam adalah menjadikan Rumah Sakit Al-Islam sebagai
rumah sakit yang unggul, terpercaya dan islami.
C. Misi
Misi Rumah Sakit Al-Islam dalam hal pelayanan adalah :
1.
2.
24
3.
Melakukan kerja sama lintas sektoral dan ikut berperan aktif dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4.
5.
25
Saat ini Rumah Sakit Al Islam Bandung telah termasuk dalam klasifikasi
Rumah Sakit Tipe B. Pelayanan yang dimiliki RS Al Islam antara lain:
1.
Rawat jalan
Terdiri dari klinik anak, penyakit dalam, bedah umum, kebidanan dan
penyakit kandungan, umum, gigi dan umum, kulit dan kelamin, mata, syaraf,
THT, penyakit jantung dan kardiovaskuler, paru dan asthma, bedah orthopedi,
bedah syaraf, bedah digestif, bedah onkologi, bedah anak, konsultasi gizi,
tumbuh kembang, Pelayanan Psikologi (konsultasi, psikotes, dan lain-lain),
Konsultasi kerohanian, Konsultasi Gizi, dan Klinik Khitan.
2.
Rawat inap
a. Rawat inap 1 meliputi ruangan :
- Pav. Raudhah (PIV) 1 dan 2
- Darussalam lantai 3A,3, 4 dan 5, dan
- Firdaus lantai 3.
b. Rawat inap 2 meliputi Ruangan Intensive Care (ICU, HCU, HCCU, HCU
Anak, PICU), Instalasi Maternal Perinatal (VK, NICU, Nifas,
Perinatology) Dan Instalasi Bedah Sentral & Kateterisasi Jantung.
B. Struktur Organisasi Rumah Sakit Al-Islam Bandung
Rumah Sakit Al-Islam Bandung dipimpin oleh seorang direktur yang diangkat
oleh Yayasan pendiri rumah sakit. Direktur Rumah Sakit Al-Islam membawahi
Komite Medik (KM), komite etik dan hukum rumah sakit, komite keperawatan,
dan dua wakil direktur, yaitu wakil direktur medik dan keperawatan, dan wakil
direktur umum dan keuangan. Masing-masing wakil direktur membawahi bidang
dan instalasi. Struktur organisasi Rumah Sakit Al-Islam dapat dilihat pada
lampiran1.
C. Pelayanan di Rumah Sakit Al-Islam Bandung
Pelayanan di Rumah Sakit Al Islam Bandung meliputi Pelayanan Medik Umum,
Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis
Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik
- Pelayanan Medik Umum
26
Pelayanan Medik Dasar, pelayanan medik gigi dan mulut dan pelayanan
-
27
2.
28
29
30
31
Farmasi dan Terapi Rumah Sakit AI-Islam yaitu, menerbitkan kebijakankebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya dan
membuat formularium.
Komite Farmasi dan Terapi melakukan rapat secara teratur 2 kali dalam 1
tahun, rapat dilakukan pada pertengahan dan akhir tahun. Koordinasi antara
anggota Komite Farmasi dan Terapi sering dilakukan baik secara formal melalui
rapat (diluar rapat rutin) maupun secara informal. Ruang Lingkup Komite Farmasi
dan Terapi :
1. Mengembangkan dan merevisi formularium obat yang digunakan di Rumah
Sakit.
2. Memantau komposisi dan dosis dari obat baru agar tidak menimbulkan efek
merugikan
3. Pengelolaan Obat:
a. Emergency kit, menetapkan persediaan obat di ruang rawat yang bersifat life
saving.
b. High Allert, merupakan obat yang harus di waspadai karena sering
sesuai
formularium
dan
kepatuhan
pengadaan
sesuai
32
alat kesehatan
Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan perbekalan farmasi
Memberikan informasi perbekalan farmasi kepada petugas kesehatan,
33
B. Peralatan
Fasilitas peralatan yang terdapat di rumah sakit Al Islam Bandung meliputi
peralatan minimal yang telah tersedia :
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik nonsteril
maupun aseptik
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
e. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik
g. Alarm
C. Pendidikan dan Pelatihan
Ruang lingkup kegiatan pendidikan dan yang terdapat di rumah sakit Al Islam
Bandung meliputi:
a. Pendidikan formal
b. Pendidikan berkelanjutan (internal dan eksternal)
c. Pelatihan
d. Pertemuan ilmiah (seminar, simposium)
e. Studi banding
f. Praktek kerja lapangan
Di Rumah Sakit Al Islam ini, penatalaksanaan pendidikan dan pelatihan
ditujukan untuk internal yaitu staf Al Islam Bandung ataupun eksternal untuk
masyarakat luas.
D. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi:
a. Prospektif : Program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan
Contoh : Pembuatan Standar Prosedur Operasional penerimaan resep,
peracikan resep, pengemasan/ pemasangan etiket dan label, penerimaan
perbekalan farmasi, penyimpanan perbekalan farmasi, pendistribusian
b.
c.
34
kebutuhan dan tidak melebihi kapasitas rumah sakit baik anggaran ataupun
penyimpanan di gudang.
Metoda Evaluasi yang digunakan di Al Islam adalah review (penilaian)
terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, penulisan
resep.
Pengendalian Mutu yang dilakukan di Al Islam misalnya dalam
pelayanan resep adalah menerapkan 9T, dimana terdiri dari tepat pasien, tepat
nama obat, tepat sediaan, tepat dosis/ potensi obat, tepat frekuensi/ waktu
pemberian, tepat kualitas obat, tepat jumlah, tepat informasi dan tepat salinan
resep (bila ada).
3.5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi RSAI
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi
merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang
saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Pengelolaan perbekalan farmasi
menliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan, pengahapusan, monitoring dan evaluasi.
Kegiatan yang dilakukan di bagian pengelolaan perbekalan farmasi yaitu:
A. Perencanaan Perbekalan Farmasi
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan
dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit.Tujuan dari kegiatan
perencanaan perbekalan farmasi di IFRS yaitu untuk merencanakan pembelian
perbekalan farmasi sehingga kebutuhan semua perbekalan farmasi dapat terpenuhi
secara optimal. Jumlah dan jenis perbekalan farmasi yang harus disediakan,
selalu didasarkan kepada :
a.
Data
obat
yang
telah
distandarisasi
untuk
c.
d.
e.
35
f.
Lead
time
dari
pemasok,
sangat
perlu
angka kekosongan obat. Ketika terjadi kekosongan barang maka harus segera
dilakukan eksekusi sesuai SOP. Bagian pengelolaan harus dapat mendeteksi stok
obat secara dini sehingga dapat diberikan konfirmasi ke dokter agar dapat
dilakukan alih terapi atau penggantian obat. Oleh karena itu perlu dilakukan
perhitungan jumlah perbekalan farmasi (perhitungan stok minimal dan maksimal).
Perhitungan stok ini dapat dilakukan menggunakan rumus berikut :
dimana,
Smin dan Smax : stok minimal dan stok maksimal
K : penggunaan rata-rata perhari
t : waktu pemesanan
SS : buffer stock
Untuk mengukur efisiensi pengelolaan stok PF dapat dilakukan perhitungan
TOI (Turn Over Inventory). TOI menunjukkan kemampuan dana yang tertanam
dalam inventori berputar dalam periode tertentu atau menunjukkan likuiditas dari
inventori. Semakin besar nilai TOI maka pengelolaan dikatakan semakin efisien.
TOI dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini :
36
Menurut Pudjaningsih (1996), standar nilai rasio TIO untuk RS adalah 8-12
kali per tahun. Jika diinginkan nilai TOI yang baik, maka perlu dilakukan
pengendalian stok persediaan misalnya dengan kontrol obat non moving. Sebelum
terjadi kekosongan stok, maka perlu dilakukan perhitungan tertentu seperti EOQ
dan ROP. EOQ atau Economic Order Quantity menunjukkan kuantitas barang
yang akan dibeli atau dipesan, dihitung menggunakan rumus
dimana,
O : biaya pemesanan
U : unit per tahun
C : harga beli
H : biaya penyimpanan
Untuk biaya peyimpanan, di RSAI dihitung sebanyak 5-20% dari harga beli
per satuan (C). Namun angka yang biasanya digunakan yaitu sekitar 5%. Begitu
pula dengan biaya pemesanan dihitung sekitar 5%.
ROP merupakan titik pemesanan ulang yaitu menentukan kapan waktu yang
tepat untuk melakukan kembali, ketika persediaan PF mencapai titik ROP. ROP
dapat dihitung melalui rumus,
dimana,
LT : lead time atau tengga waktu atau waktu yang dibutuhkan mulai dari memesan
barang hingga barang datang.
Di RSAI, LT dapat bernilai hanya beberapa jam sehingga untuk pembulatan
dihitung LT yaitu satu hari. Perhitungan ROP dapat pula digunakan menggunakan
rumus,
Nilai ROP ini dapat mendekati stok minimal.
Selain analisis menggunakan EOQ dan ROP, dilakukan pula analisis pareto
(ABC). Pada analisis pareto, jenis dan jumlah produk yang diadakan dianalisis
berdasarkan modal yang terserap sebagai berikut:
A : barang yang harga produknya menyerap sejumlah besar modal (sekitar 80%)
B : barang yang menyerap 15% modal
37
2.
farmasi
dan
menandatangani
pada
formukir
defecta,
38
3.
4.
Supervisor P2F menentukan jumlah PF yang harus dibeli, dengan cara stok
maksimal perbekalan farmasi dikurangi sisa persediaan yang masih ada di
gudang dikurangijumlah perbekalan farmasi yang sedang disorder/dipesan.
Q = Smax sisa persediaan jumlah PF yang sedang di order
B. Pengadaan
Merealisasikan perbekalan farmasi yang telah direncanakan dan disetujui
melalui pembelian secara langsung baik melalui telepon ataupun melalui salesman
yang datang ke rumah sakit Al Islam ke distributor yang dipilih atas beberapa
pertimbangan seperti yang pertama distributor yang memiliki izin resmi
dibuktikan dengan sertifikat, menjadi nilai plus bagi RSAI jika distributor tersebut
memiliki sertifikat halal. Yang kedua melalui distributor utama sehingga potensi
diperolehnya obat terbaru lebih besar, kerjasama dengan prinsipal langsung, yang
memberikan pelayanan terbaik dari segi pemberian diskon, pengiriman yang cepat
dan penukaran barang dengan waktu kadaluwarsa yang dekat (retur).
Untuk pemesanan obat-obat narkotika, dilakukan dengan menggunakan surat
pesanan khusus narkotika, yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi
rumah sakit Al Islam. Satu lembar surat pesanan khusus narkotika, hanya
digunakan untuk satu jenis obat narkotika. Pemesanan obat-obat narkotika hanya
boleh ditujukan kepada PBF Kimia Farma. Untuk obat-obat psikotropika,
pemesanan dilakukan seperti pemesanan obat yang lainnya yaitu satu lembar surat
pesanan dapat digunakan untuk beberapa jenis obat psikotropika. Pengadaan
perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan masukan dari bagian perencanaan.
Setelah itu dilakukan pemesanan barang oleh bagian pengadaan perbekalan
farmasi. Pemesanan dilakukan langsung ke distributor yaitu Pedagang Besar
Farmasi (PBF).
39
C. Penerimaan
Proses kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
oleh bagian pengadaan. Penerimaan perbekalan farmasi dari distributor diterima
oleh tenaga teknis kefarmasian kemudian dilakukan pemeriksaan dan pengecekan
terhadap fisik barang, dengan kesesuaian faktur dalam hal jenis barang, jumlah
barang, kualitas barang, nomor batch dan waktu kadaluwarsa. Selain itu
pengecekan terhadap kesesuaian faktur dengan surat pemesanan perbekalan
farmasi. Petugas bagian penerimaan menerima dan melakukan pengecekan
perbekalan farmasi yang datang, meliputi:
-
Setiap produk jadi yang telah di produksi oleh pabrik harus mempunyai
certificate of analysis (CA).
D. Penyimpanan
Sistem penyimpanan perbekalan farmasi ditujukan untuk memudahkan
karyawan/staff kefarmasian dalam mengelola perbekalan farmasi, memudahkan
pencarian barang dan menjaga mutu obat agar tetap memenuhi kemananan,
khasiat dan kualitas obat hingga obat tersebut digunakan oleh pasien. Selain itu
adanya penandaan khusus bagi LASA (Look Alike Sound Alike), dan High Alert.
Di RSAI ini digunakan sistem penegasan huruf atau angka yang berbeda,
dibedakan dengan warna atau ukuran font yang berbeda. Perbekalan farmasi yang
diterima dari distributor disimpan ke tempatnya masing-masing dan menggunakan
40
prinsip FIFO (first in first out) dan FEFO (First expired first out). Sistem
penyimpanan perbekalan farmasi di RSAI berdasarkan:
a. Golongan obat (Narkotik dan psikotropik disimpan tersendiri dalam lemari
khusus yang dilengkapi dengan kunci)
b. Alfabet, sehingga memudahkan pencarian obat dan alat kesehatan
c. Stabilitas sediaan. Obat-obatan termolabil disimpan dalam lemari pendingin
(2-8C). obat-obatan yang peka terhadap cahaya disimpan di tempat yang
terlindung dari cahaya.
d. Bentuk sediaan (injeksi, infus, sediaan padat, sediaan cair oral, sediaan semi
padat)
e. Generik, berlogo dan bermerek
f. Alat Kesehatan
E. Distribusi
Distribusi Perbekalan Farmasi merupakan proses pendistribusian perbekalan
farmasi ke ruangan atau gudang satelit yang membutuhkan perbekalan farmasi
sebagai persediaan di ruangan untuk proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk pasien Rawat Inap merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien
rawat inap di rumah sakit Al Islam, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan
desentralisasi dengan sistem persediaan di ruangan, sistem resep perorangan, dan
sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan Merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien
rawat jalan di rumah sakit, dengan sistem resep perorangan oleh pelayanan
farmasi rawat jalan RSAI.
a. Sistem floor stock
Sistem Distribusi Perbekalan Farmasi ini diterapkan secara sentralisasi yaitu
pendistribusian perbekalan farmasi diseluruh ruang perawatan dan tindakan
yang dapat digunakan kapanpun bila diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
b.
41
42
psikotropik dari resep yang berasal dari luar Rumah Sakit AI-Islam. Alur
pelayanan PF farmasi rawat jalan yaitu:
1. Resep
-
kapsul.
7) Obat beserta resep diserahkan kepada apoteker
dilakukan
pemeriksaan
akhir
(QC),
untuk
selanjutnya
obat
2. Non resep
43
1.
2.
maksimal.
Pengadaan, adalah proses merealisasikan perencanaan perbekalan farmasi.
Dengan membuat per order kemudian dikirim ke P2F melalui komputerisasi
dilakukan setiap hari pada siang hari, kecuali ada obat yang sangat dibutuhkan
3.
4.
kadaluwarsa diterima pada sore hari oleh bagian satelit farmasi rawat jalan.
Penyimpanan, Obat yang telah dicek keadaannya pada proses penerimaan
kemudian dilakukan penyimpanan sebelum pendistribusian. Penyimpanan
harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi dengan
persyaratan kefarmasian meliputi stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembapan, ventilasi, dan penggolongan sediaan farmasi yang disimpan pada
tempat yang telah diatur berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan, generik,
golongan obat (obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, askes dan regular,
44
serta obat HIV dan tuberculosis yang telah diatur terpisah). Tujuan pengaturan
5.
6.
yang diterima dari pasien dan diserahkan kepada pasien disertai informasi obat.
Pengendalian, dilakukan stok opname setiap satu bulan sekali guna
mengevaluasi barang perbekalan farmasi sehingga sesuai dengan kebutuhan
3.
4.
Pengecekan ulang
Pengecekan ulang dilakukan oleh bagian QC (Apoteker). Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi, pengecekan nama pasien, nama obat, jumlah obat, etiket
45
aturan sampai habis, salinan resep bila ada sesuai dengan resep dokter.
Penyerahan obat
Merupakan kegiatan memberikan obat kepada pasien dengan disertai
pemberian informasi terkait dengan obat yang diterima pasien di RSAI,
pemberian informasi obat ini dilakukan oleh Asisten Apoteker ataupun
Apoteker langsung.
Dilakukan pengecekan disetiap langkah yang dilakukan tersebut. Bukti
pengecekan berupa paraf oleh petugas yang bertugas pada kolom paraf yang
disediakan di faktur sehingga dapat meminimalisir kesalahan obat dan adanya
kejelasan penanggung jawab manakala terjadi kesalahan. Adapun alur dalam
pengerjaan resep obat racikan, hal-hal yang harus dilakukan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
46
b.
c.
d.
Terapi.
Meningkatkan profesionalisme apoteker.
Menunjang terapi obat yang rasional.
2.
b.
c.
d.
kefarmasian.
Konseling
Konseling
merupakan
suatu
proses
yang
sistematik
untuk
47
Mengidentifikasi
dan
menyelesaikan
masalah
yang
Pelayanan Klinis
48
a. Subjectivedata tentang apa yang dPirasakan pasien atau apa yang dapat
diamati tentang pasien, merupakan gambaran apa adanya pasien, diperoleh
dengan cara mengamati, berbicara, dan berespon dengan pasien.
b. Objective riwayat pasien yang terdokumentasi pada catatan medik dan
hasil berbagai uji dan evaluasi klinik, yaitu tanda-tanda vital, hasil tes lab,
hasil uji fisik, hasil radiografi, CT scan, ECG dll.
c. Assesment farmasi harus dapat menginterpretasikan data subyektif dan
obyektif untuk setiap problem untuk mengembangkan rekomendasi terapi,
mengikuti/memonitor
respon
terhadap
suatu
terapi
serta
mengecilkan
ukuran
kanker
dengan
sitostatika
terus
49
50
BAB VI
TUGAS KHUSUS
Patient And Family Educations
(Edukasi Kepada Pasien Dan Keluarga Pasien)
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua orang pernah menggunakan
obat untuk menjaga kesehatan, tapi tidak semua orang mengetahui pentingnya
pengetahuan tentang obat. Bagaimana, kapan dan mengapa obat itu digunakan.
Sebenarnya tanggung jawab penuh dalam menggunakan obat terletak pada orang
yang menggunakannya. Informasi adalah suatu pasien yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan, yang berupa data, fakta, gagasan, konsep,
kebijakan, aturan, standar, norma, pedoman, atau acuan yang diharapkan dapat
diketahui, dipahami, diyakini, dan diimplementasikan oleh komunikasi.
Edukasi Obat adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktek belajar atau intruksi, dengan tujuan untuk mengetahui
penggunaan obat yang benar dan efektif. Dengan adanya edukasi obat memiliki
banyak manfaat antara lain agar pasien & keluarga lebih mengetahui, memahami
dan berhati-hati dalam pemakaian obat serta pnyimpanan obat. Sehingga dapat
membantu proses penyembuhan lebih cepat. Dimana edukasi obat terhadapa
pasien dilakukan sesuai Standar Prosedur Operasional dengan melakukan
pengkajian atau assessment terhadap pasien maupun keluarga pasien terlebih
51
dahulu seperti yang tertera didalam form pengkajian & perencanaan edukasi
pasien dan keluarga yang telah bersedia.
Dalam hal ini pengertian dan kerja sama pasien dengan regimen obat yang
ditulis adalah suatu persyaratan vital untuk terapi yang efektif. Apoteker
mempunyai suatu tanggung jawab menyajikan informasi dan edukasi yang cukup
kepada pasien, untuk memaksimalkan pengertian mereka tentang regimen obat.
Sasaran edukasi pengobatan pasien adalah untuk meningkatkan hasil terapi
dengan mendorong penggunaan obat yang tepat. Fase edukasi obat pasien adalah
perencanaan dan persiapan untuk edukasi, pelaksanaan edukasi dan mengevaluasi
edukasi (Siregar dan Endang, 2013).
3.4. Tujuan
Edukasi bertujuan agar peserta mampu :
3.4.1.1.1. Memahami Kebijakan & Pedoman Pemberian Edukasi Penggunaan Obat
Kepada Pasien
3.4.1.1.2. Membuat Materi Edukasi Pengunaan Obat
3.4.1.1.3. Memberikan Edukasi Obat Kepada Pasien & Keluarga Secara Efektif.
3.5. Perencanaan dan Persiapan untuk Edukasi Obat Pasien
1. Pemilihan Pasien
Pelayanan edukasi obat, sebaiknya diberikan kepada semua pasien. Namun,
adanya keterbatasan, mencegah edukasi untuk semua pasien karena itu perlu
ditetapkan kriteria pasien yang mungkin memperoleh manfaat maksimal dari
edukasi. Rumah Sakit memberikan materi dan proses edukasi pada pasien &
keluarga minimal berupa topik sebagai berikut :
- Penggunaan obat-obatan yang didapat pasien secara efektif & aman,
termasuk potensi efek samping obat
- Potensi interaksi antara obat yang diresepkan obat dengan obat lainnya,
serta obat dengan makanan
2. Persiapan untuk Edukasi
Edukasi sebaiknya diindividualisasikan untuk memenuhi persyaratan rumah
sakit.
a. Mengkaji informasi pasien, apabila mungkin untuk menetapkan:
-
52
penterjemah
- Audiovisual, alat peraga edukasi
- Memerlukan multisesi
e. Penetapan waktu untuk edukasi.
- Pada waktu penerimaan masuk rumah sakit, dimulai dengan wawancara
sejarah obat.
- Edukasi terus-menerus selama tinggal di rurnah sakit.
- Sebelum pembebasan atau pada waktu pembebasan.
3.6. Pelaksanaan Edukasi Obat Pasien
1. Lingkungan
Apabila mungkin, usahakan lingkungan dengan leluasaan pribadi dan
2.
3.
dosis.
Efek samping yang umum dan mungkin dialami, cara untuk memi-
53
4.
Materi Edukasi
Tggl
Metode Evaluasi
54
a. Penjelasan penyakit,
penyebab, tanda dan gejala,
prognosa
b. Hasil pemeriksaan
c. Tindakan medis
d. Perkiraan hari rawat
e. Penjelasan komplikasi yang
mungkin terjadi
f. ............................
Nutrisi
a. Diet dan nutrisi
b. Penyuluhan nutrisi
c. ............................
Manajemen Nyeri
a. Farmakologi
b. Non Farmakologi
Sudah
Mengerti
Edukasi
Ulang
Sudah
Mengerti
Edukasi
Ulang
Sudah
Mengerti
Edukasi
Ulang
Farmasi
a. Nama obat dan kegunaan
b. Aturan pemakaian dan dosis
obat
c. Jumlah yang diberikan
d. Cara penyimpanan obat
e. Efek samping obat
f. Kontraindikasi obat
g. Interaksi Obat
h. ...............................
Perawat/Bidan
a. Pendidikan kesehatan
tentang...................
b. Penanganan dan cara prawatan
di rumah
c. Perawatan luka
d. Alat-alat yag perlu disiapkan
dirumah
e. Keamanan penggunaan alat-alat
kesehatan di rumah
f. Keamanan lingkungan
perawatandi rumah
g. Keamanan lingkungan bermain
h. Lain lain
Rehabilitasi Medik
a. Dokter Sp.KF
b. FT (Fisiotrapi)
c. OT (Okupasi terapi)
d. TW (Terapi Wicara)
Sudah
Mengerti
Edukasi
Ulang
Sudah
Mengerti
Edukasi
Ulang
Sudah
Mengerti
55
e. OP (Ortotik prostetik)
Edukasi
f. Psikolog
Ulang
g. PSM (Pekerja Sosial Medik)
Kode :
Diskusi(D)Demonstrasi(Demo)Ceramah(C)Simulasi (S)Observasi (O)Praktek
Langsung(PL)
Tabel 4.1 Formulir Edukasi
Form Edukasi Pasien Oleh Dokter /Apoteker Penanggung Jawab Pasien
No.Rekam Medis :
Tgl/Jam
Materi
Edukasi
Edukator
Evaluasi
Sudah
Mengerti
Edukasi
Ulang
.
1.
Keluarga
Memberi informasi yang benar,
jelas
2.
dan
penyakitnya
Mengetahui
tanggung
jujur
tentang
kewajiban
jawab
pasien
dan
dan
3.
keluarga
Mengajukan pertanyaan unuk hal
4.
5.
konsekuensi layanan
Mematuhi
intruksi
menghormati
menerima
peraturan
dan
rumah
SUDAH
BELUM
KETERANGA
N
56
sakit
6.
Memperlihatkan
sikap
7.
Nama :
No.RM:
Tgl.Lahir:
Ruangan/Poliklinik
L/P
Hambatan Belajar :
1.Tidak ada
4.Kognisi Terbatas
7.Keterbatasan Fisik
2.Pandangan Terbatas
5.Pendengaran Terbatas
8.Pertimbangan Budaya dalam
Perawatan
3.Hambatan Bahasa
6.Hambatan Emosi
9.Tidak bisa Membaca
CARA BELAJAR YANG DISUKAI :
Tanggal dan Tanda Tangan
-Verbal Tertulis
-Demonstrasi
-Lan-lain
PENERIMA EDUKASI
METODE
EVALUASI PEMBELAJARAN
1.Pasien
PEMBELAJARAN
1.Pemahaman secara verbal
2.Pasangan
1.Diskusi
2.Demonstrasi Ulang
3.Orangtua
2.Tertulis
3.Butuh Penguatan
4.Saudara Kandung
3.Demonstrasi
5.Lain-lain
4.Video
5.Lain-lain
TOPIK
EDUKASI
Metode Pembelajaran
Jam
Evaluasi Pembelajaran
Tgl/
Penerima Edukasi
Hambatan Belajar
57
Tanda
Tanda
KETERANGAN
Tangan
tangan / /
/Nama
Nama
Edukat
Penerim
or
CATATAN
Edukasi
Menjelaskan
Tentang Kondisi
Medis
Dan
Diagnosis Pasti
Rencana
Pelayanan
Dan
Pegobatannya
Proses
Untuk
Mendapatkan
Persetujuan
Hak Pasien Dan
Keluarga
Untuk
Berpartisipasi
Dalam Keputusan
Pelayanannya
Tabel 4.4 Formulir Nilai Edukasi Kepada Pasien dan Keluarga Pasien
SOP Edukasi Kepada Pasien Dan Keluarga Pasien di Rumah Sakit Al-Islam
Rumah Sakit
Ali-Islam
No. Dokumen
Pemberian Edukasi
No. Revisi
Halaman
58
Standar Prosedur
Operasional
Tanggal Terbit
Pengertian :
Pemberian materi-materi edukasi Penggunaan Obat kepada pasien dan atau keluarga
berkaitan dengan kondisi kesehatannya.
Tujuan :
Memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan pasien dan atau keluarga
berhubungan dengan kondisi kesehatan pasien
Kebijakan :
Rumah sakit memberikan edukasi secara rutin pada pasien dan atau keluarga
Prosedur :
1. Ucapkana salam Assalamualaikum bapak/ibu saya (nama) dan sebutkan
dpartemen unit kerjanya
2. Pastikan identitas pasien
3. Ciptakan suasana yang nyaman dan hindri tampak lelah
4. Jelaskan materi edukasi kepada pasien dan atau keluarga
5. Lakukan verifikasi kepada pasien dan atau keluarga terhadap materi edukasi yang
telah diberikan
6. Berikan formulir edukasi untuk ditandatangani oleh pasien atau keluarga
7. berikan nomor telepon yang bisa dihubungi jika sewaktu-waktu diperlukan
8. Tawarkan bantuan kembali Apa masih ada yang dapat saya bantu?
9. Ucapkan terima kasih dan ucapkan moga sehat selalu
10. Berdiri ketika pasien hendak dan ucapkan Assalamualaikum
Instalasi terkait :
Semua unit pelyanan RS. Al-Islam
Tabel 4.5 SOP Edukasi Kepada Pasien Dan Keluarga Pasien di Rumah Sakit
59
terjadi antar obat dengan obat atau antara obat dengan makanan serta obat-obatan
herbal. Secara umum, interaksi obat harus dihindari karena kemungkinan hasil
yang buruk atau tidak terduga.Interaksi obat tidak hanya terjadi antar obat. Namun
juga dapat terjadi antar obat dengan makanan. Di dalam tubuh obat mengalami
berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Prosesproses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan
eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara
bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat
berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Banyak orang yang menganggap lemah terhadap hal ini padahal, hal ini
sangat perlu diperhatikan. Ada obat-obat tertentu yang jika berinteraksi dengan
makanan, akan meningkatkan kinerja obat namun ada juga jenis obat yang jika
bereaksi dengan makanan tertentu dapat menurunkan kerja obat dalam tubuh,
bahkan dapat meningkatkan toksisitas bagi tubuh.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik
adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada
reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi
farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan
dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (Absorpsi, Distribusi,
Metabolisme, dan Eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan
salah satu kadar obat dalam darah. Interaksi obat mengakibatkan :
-
pasien lain. Obat-obat dengan indeks terapi sempit (misalnya fenitoin) dan obatobat yang memerlukan kontrol dosis yang ketat (antikoagulan, antihipertensi dan
antidiabetes) adalah obat-obat yang paling sering terlibat. Pasien dengan
peningkatan risiko mengalami interaksi obat adalah lansia dan orang-orang
dengan gagal ginjal atau hati.
60
terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat
Kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh penderita lanjut usia
atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar
individu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang
parah), dan faktor- faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama,
pemberian kronik).
Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi
kompleks
- Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan
- Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 2014)
Contoh Obat Interaksi Obat dengan Obat dan Interaksi Obat dengan Makanan
a. Contoh Interaksi Obat dengan Obat
GOLON
GAN
OBAT A
OBAT B
INTERAK
SI OBAT
CARA
PEMAKAIA
N NORMAL
AGLIKOSI
DASE
INHIBIT
OR
Akarbosa
Pramliniti
de
Bersifat
sinergis,
saling
meningkatk
an kadar
Digunakan
pada saat
makan/
setelah
suapan
pertama
SOLUSI
Jangan
pernah
gunakan
kombinasi
KET.
Signif
ikan
61
(setiap 8
jam).
Digoksin
Konsentrasi
digoksin
meningkat
Gliburid
AGLIKOSI
DASE
INHIBIT
OR
Miglitol
Penurunan
kadar
gliburid
Metformin Penurunn
kadar
metformin
Propranol BA
ol
propranolol
menurun
Ranitidin
BA ranitidin
menurun
Beta
bloker
Sulfonil
urea
INSULIN
Karbose
Miglitol
digunakan
pada saat
makan/
setelah
suapan
pertama
(setiap 8
jam).
Hioglikemia
meningkat
Dekompens
asi pancreas
Hipoglikem
ia
meningkat
Insulin
digunakan 510 menit
sebelum
makan
Bezafibrat
Jangan
pernah
gunakan
kombinasi
Diberikan
selang waktu
pemberian
Diberikan
selang waktu
pemberian
Diberikan
selang waktu
pemberian
Diberikan
selang waktu
pemberian
Dilakukan
monitoring
Pengaturan
dosis
diperlukan,
dan apabila
memburuk
pengobatan
kombinasi
jangan
dilakukan
Sebaiknya
tidak
digunakan
kombinasi
Dilakukan
monitoring
Klonidin
Signif
ikan
Minor
Minor
Minor
Minor
Signif
ikan
Signif
ikan
Signif
ikan
Signif
ikan
Minor
Diberikan
selang waktu
pemberian
BIGUANI
D
Metformi
n
ACE
Inhibitor
Hipoglikem
ik
Ranitidin
Asidosis
laktat dan
mempercep
Metformin
digunakan
pada pagi
hari setelah
suapan
pertama
Diberikan
selang waktu
pemberian
=/- 3 jam
Diberikan
selang waktu
pemberian
Minor
Signif
ikan
62
Simetidin
Furosemid
Nifedipin
at klirens
ginjal
Meningkatk
an absorpsi
dan
menghamba
t ekskresi
metformin
Meningkatk
an kadar
plasma
metformin
Meningkatk
an absorpsi
metformin
Kadar
metformin
meningkat
Minor
Diberikan
selang waktu
pemberian
Obat
kationik
(digoksin,
morfin,
amilorid,
kinidin)
Ketokonaz Penurunan
ol
konsentrasi
pioglitazone
TIAZOLI
DINDIO
N
Pioglitazo
n
Midazola
m
Nifedipin
Kontrasep
si Oral
SULFON
ILUREA
Glibenkla
mid
Kaptopril
(ACEI)
Pukonazol
Makrolida
Salisilat
Penurunan
konsentrasi
pioglitazone
Meningkatk
an kadar
pioglitazone
Penurunan
kadar
kontrasepsi
oral
Hipoglikem
ik
Hipoglikem
ik
Hipoglikem
ia
meningkat
Hipoglikem
ia
Pioglitazon
digunakan
pada saat
makan/
setelah
suapan
pertama
Diberikan
selang waktu
pemberian
sesuai dengan
waktu paruh
obat.
Diberikan
interval
waktu
penggunaan
dan bila ada
alternatif lain
sebaiknya
digunakan.
Signif
ikan
Signif
ikan
Minor
Diberikan
selang waktu
pemberian
Glibenklamid Diberikan
digunakan
selang waktu
pada saat
pemberian
makan/
setelah
suapan
pertama
(setiap 8
jam).
Minor
63
SULFON
IL UREA
Klorprop
amid
meningkat
Kloramfen Hipoglikem
ikol
ia
meningkat
Barbiturat Peningkatan
efek
sulfonylurea
Antasida
Hipoglikem
ia
meningkat
Fluvastati Peningkatan
n,
gliburid
ivacaftor
Bosentan
SULFON
ILUREA
SULFON
ILUREA
SULFON
ILUREA
Saling
menurunkan
Gliburid
konsentrasi
dengan
meningkatk
an
metabolism
Metformin Hipoglikem
ia
meningkat
Kloramfen Meningkatk
ikol
an kadar
tolbutamid
Tolbutami
Antasida
Meningkatk
d
an pH
lambung
Glipizid
Fluconazo
le
Hipoglikem
ia
meningkat
Makrolida
Hipoglikem
ia
Klorpropami
d digunakan
30 menit
sebelum
makan.
Setelah
suapan
pertama
setelah
makan pagi.
Tolbutamid
digunakan
pada pagi
hari
Glipizid
digunakan
pada pagi
hari saat
sarapan.
Diberikan
interval
waktu
pemberian
Minor
Gunakan
alternatif obat
lain jika
memungkink
an
Jangan
diberikan
kombinasi
Signif
ikan
Diberikan
selang waktu
pemberian
Diberikan
selang waktu
pemberian
Dilakukan
monitoring
pada saat
penggunaan
Dilakukan
monitoring
pada saat
penggunaan
Diberikan
selang waktu
pemberian
Minor
Signif
ikan
Minor
Signif
ikan
Signif
ikan
Minor
c.
Golongan Obat
Interaksi
Biguanida
MetforminAlkohol
Timbul kondisi
Kategori
Moderate
Solusi
Hindari konsumsi alkohol.
Jika timbul gejala asidosis laktat
(malaise, myalgia, hiperventilasi,
64
asidosis laktat
Sulfonylurea
Meglitanida
Thiazolidinedio
ne
Inhibitor glucosidase
Exenatide
GlimepirideAlkohol
Mempengaruhi
kadar glukosa
darah
(hipoglikemia dan
hiperglikemia)
RepaglinideAlkohol
Mempengaruhi
kadar glukosa
darah
(hipoglikemia dan
hiperglikemia)
RepaglinideGrapefruit (Jeruk
keprok)
Peningkatan efek
dan kadar
repaglinide dalam
darah
PioglitazoneAlkohol
Mempengaruhi
kadar glukosa
darah
(hipoglikemia dan
hiperglikemia
Acarbose-Alkohol
Mempengaruhi
kadar glukosa
darah
(hipoglikemia dan
hiperglikemia
Bydureon-Alkohol
Mempengaruhi
kadar glukosa
darah
(hipoglikemia dan
hiperglikemia
BydureonMakanan
Penurunan
absorpsi exenatide
Moderate
Moderate
Moderate
Moderate
Moderate
Moderate
Moderate
65
Contoh Interaksi Obat dengan Obat untuk Pemakaian Obat Rawat Jalan I dan
Rawat Jalan II
Obat A
Ains
Ains
Ains
Obat B
Antasida
Sulfonilurea
Kuinolon
Metildopa
Alfa bloker
Anti koagulan
Antasida
Analgesik
Pelega hidung
Tramadol
Antikoagulan
Sullfonilurea
Diabetes
Pelega hidung
Tekanan darah
tinggi
Antidepresan
Diabetes
Rifampin
(ridafin,rimactane
)
Alkohol
Antiaritmika
Diuretika
Pemblok
kalsium
Epinefrin
Digoksin(lanoxin
)
Asma
Asma digunakan untuk membuka jalan paruparu dan untuk mempermudah pernapasan
penderitaan asma.
Pemblok beta
Antasida
Pemblok beta metoprolol (lopressor) tidak
berinteksi.
Tabel 4.8 Contoh Interaksi Obat dengan Obat untuk
Pemakaian Obat Rawat Jalan I dan Rawat Jalan II
b.
Interaksi Makanan Yang Dapat Meningkatkan Interaksi Obat Untuk
Pemakaian Obat Rawat Jalan I dan Rawat Jalan II
No
Nama obat
Mekanisme solusi
Aturan minum
66
1
2
4
5
6
Carbamazepin
Diminum bersama
makanan
Diminum sesudah
makanan
Diberikan dengan
makanan tinggi lemak
Diberikan bersama
makanan.
Diberikan pada saat
makan pagi, siang dan
malam.
Keterangan
Diminum saat perut kosong
pagi sebelum makan
Menghindari pemberian
bersama makanan kaya besi
atau suplemen.
4.9 Interaksi Makanan
Dapat Meningkatkan
Interaksi Obat
Untuk Pemakaian
Obat
Rawat
4 Tabel
Penicillamine
DapatYang
membentuk
khelat dengan
Diminum
saat perut
kosong
Jalan I dan
Rawat
kalsium
atau
besi.Jalan II Jalan I dan Rawat Jalan II
5 Penicillin G
Menunda pengosongan lambung;
Diminum 1 jam sebelum
degradasi asam lambung;
atau 2 jam setelah makan
menghambat disolusi.
6 Tetracycline
Berikatan dengan garam besi atau ion Tidak boleh diminum
lemak.
kalsium membentuk senyawa khelat bersama
yang tidak larut.
susu
Tabel 4.10 Beberapa Obat Beserta Efek dan Mekanisme Dalam Tubuh.
2
3
Captopril
Capoten)
Erythromycin
Diabetes
Tipe nutrient
Efek dari interaksi
Rekomendasi
Makanan
Absorbsi Azithromycin
Berselang 2 jam
berkurang, ketersediaan
Diminum saat
hayatinya berkurang
perut kosong /
43%, konsentrasi maksimal konsisten
52%.
pada saat yang
Makanan
Absorbsi Captopril berkurang. sama
setiap hari.
Makanan
Absorbsi Erythromycin base
atau obat dengan makanan.
Alkohol
Interaksi ini mungkin dapat
dicegah jikka pemasukan
alkohol
dibatasi
sekecil
mungkin(terutama
jika
67
Teofilin
Rokok
Antihistamin
Pada kulit, berupa rasa gatal, timbul bercak merah atau rasa panas
2.
3.
4.
5.
6.
68
69
ilmiah. Selain itu penguasaan terhadap efek samping yang paling sering dijumpai
atau paling dikenal dari suatu obat akan sangat bermanfaat dalam melakukan
evaluasi pengobatan.
1.
Upaya pencegahan
Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah mungkin, selalu
dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut:
-
Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien
pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh
melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri
Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif
non-farmakoterapi
Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek
samping. Telaah bentuk dan kemungkinan mekanismenya. Bila efek
samping dicurigai sebagai akibat efek farmakologi yang terlalu besar,
maka setelah gejala menghilang dan kondisi pasien pulih pengobatan dapat
dimulai lagi secara hati-hati, dimulai dengan dosis kecil. Bila efek samping
70
dicurigai sebagai reaksi alergi, obat harus diganti dan obat semula sama
sekali tidak boleh dipakai lagi. Biasanya reaksi alergi/idiosinkratik akan
lebih berat dan fatal pada kontak berikutnya terhadap obat penyebab. Bila
sebelumnya digunakan berbagai jenis obat, dan belum pasti obat yang
mana penyebabnya, maka pengobatan dimulai lagi secara satu-persatu.
-
Pada
bentuk-bentuk
efek samping
tertentu
diperlukan
obat
yang
dicurigai,
pemberian
antihistamin
atau
Efek Samping
Penyakit kardiovaskular
Pendarahan usus
Tuli dan gagal ginjal
Kematian
Depresi dan luka pada hati
Diabetes
Diare
Stroke atau serangan jantung
Mengantuk dan meningkatnya
nafsu makan
Kerusakan hati
Hipertensi
Rambut rontok dan anemia
Glaukoma
Demam
Disfungsi ereksi
Bunuh diri
Reaksi alergi
Hipoglikemia
Osteoporosis
Fokomelia pada anak
71
(efekteratogenik),
Digoksin, ergotamin, atau estrogen
Kortikosteroid oral, analgetikaantipiretika, teofilin, eritromisin,
rifampisin,
Warfarin, karena secara bersamaan
juga minum aspirin.
Teofilin yang terlalu tinggi
Digoksin dalam dosis terlalu tinggi
Obat antihipertensi dalam dosis
terlalu tinggi
Morfin atau benzodiazepine
rasa mual
Iritasi lambung yang
menyebabkan keluhan pedih,
mual dan muntah
Perdarahan
Palpitasi pada pasien asma
Bradikardia
Hipotensi yang terjadi pada
stroke, infark miokard atau
kegagalan
Depresi respirasi pada pasienpasien bronkitis berat
Tabel 4.12 Contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi.
Obat kolesterol
72
Obat hipertensi
memicu disfungsi
ereksi
Obat jantung
memicu sakit
kepala ringan
Antidepresan
memicu orgasme
Tabel 4.12 Efek samping obat yang sering dilaporkan atau dirasakan pasien.
73
Masa penyimpanan dari semua jenis obat adalah terbatas, hal ini disebabkan
karena lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya,
udara, dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan berkurang.
1.
menimbulkan kerusakan.
Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
yang berlebihan
Lantai dilengkapi dengan palet
74
Sediaan obat cair Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari
pendingin (freezer) agar tidak beku kecuali disebutkan pada etiket atau
kemasan obat.
Sediaan obat vagina dan ovula Sediaan obat untuk vagina dan anus
(ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es karena dalam suhu kamar
akan mencair.
Beberapa obat perlu disimpan pada kondisi dan tempat yang khusus untuk
memudahkan pengawasan, yaitu :
- Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan
dalam lemari khusus dan terkunci.
- Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari
pendingin untuk menjamin stabilitas sediaan.
- Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan
dalam lemari yang berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah
terbakar dan peralatan elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari obatobatan.
Syarat ruang penyimpanan menurut Kepmenkes No.1197/Menkes/
SK/X/2004 adalah ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi
temperatur sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin
75
Tabel
4.13 umumnya
Jangka waktudibubuhi
penyimpanan
setelah digunakan
Dalam sediaan
obat
zatobatpengawet
yang berfungsi
merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka,
maka zat pengawet pun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara
keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka tutup, sebagaimana misalnya
dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit,
misalnya, pipet tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya
diperlakukan dengan seksama, yaitu setelah digunakan/dimakan wadah obat perlu
76
Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap obat
tertentu.
Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke dalam
air susu ibu dan menimbulkan efek negatif pada bayi.
Diet yang sedang dilakukan misalnya dengan menggunakan obat diet, atau
diet rendah garam, atau diet rendah gula, mengingat bahwa suatu obat selain
mengandung bahan berkhasiat obat juga mengandung bahan tambahan lain
seperti pemanis.
Efek samping yang tertera pada label obat, misalnya akan menyebabkan
rasa kantuk, seharusnya tidak membawa kendaraan sesudah minum obat
Sediaan obat harus tepat, misalnya kalau sulit menelan hindari obat oral.
77
78
BAB V
PEMBAHASAN
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative.
Rumah Sakit Al-Islam memiliki akreditasi Lulus Tingkat Lengkap atau pengakuan
sebagai rumah sakit terakreditasi pada 16 standar pelayanan. Setiap rumah sakit
memiliki falsafah sebagai landasan dasar, visi sebagai tujuan yang ingin dicapai di masa
yang akan datang, dan misi untuk mewujudkan visi tersebut. Rumah Sakit Al-Islam
khususnya Instalasi Farmasi Rumah Sakit sudah mempunyai falsafah, visi dan misi,
sehingga untuk semua pelayanan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit mengacu
pada falsafah, visi dan misi tersebut.
Rumah Sakit Al-Islam Bandung termasuk kedalam rumah sakit umum, karena
dalam pelayanan Rumah Sakit Al-Islam melakukan pelayanan umum dan termasuk
rumah sakit swasta, karena Rumah sakit Al-Islam didirikan oleh suatu yayasan yang
memiliki suatu ide, ide tersebut merupakan buah pemikiran ibu-ibu yang tergabung
dalam organisasi Badan Kerjasama Wanita Islam (BKWSI) Jawa Barat yang anggotanya
dari Ormas Kewanitaan Islam yang ada di Jawa Barat.
79
Rumah Sakit Al-Islam Bandung melayani pasien umum, kontraktor dan Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS). Rumah Sakit Al Islam Bandung
merupakan salah satu rumah sakit swasta yang tergolong rumah sakit umum tipe B
yaitu rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis
spesialistik dan subspesialistik terbatas dan digunakan sebagai tempat pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga kesehatan. Dengan tempat tidur berjumlah kurang lebih 240 buah.
Fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit Al Islam Bandung meliputi 2 pelayan, pelayanan
medik dan pelayanan penunjang. Pelayanan Medik meliputi Poliklinik dan Rawat Jalan,
Rawat Inap, Pelayanan Gawat Darurat, Instalasi Farmasi, Unit Perawatan Intensif (ICU,
NICU, HCU), Kamar Operasi, Medical Check Up dan Fasilitas Penunjang Medik
Seperti Laboratorium, Unit Radiologi, Unit Fisioterapi, Hemodialisa, Unit Tumbuh
Kembang Anak, dan Unit Stroke. Selain itu adanya fasilitas penunjang dan pelayanan
lain yang dimiliki Rumah Sakit Al-Islam antara lain Sistem Pengelolaan Air Limbah
(IPAL), Laundry, Santunan Kerohanian, Kamar Jenasah, Mesjid/Mushola, Kantin dan
Mini Market, Jasa Boga/Dapur, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan
Jenazah, dan Pemadam Kebakaran.
Persyaratan berdirinya suatu Rumah Sakit adalah adanya Instalasi Farmasi Rumah
Sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit atau bagian dirumah sakit
yang merupakan fasilitas penyelenggara kefarmasian dibawah pimpinan seorang
apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker yang memenuhi persyaratan yang berlaku
dan kompeten secara professional yang melaksanakan seluruh pekerjaan kefarmasian,
baik pelayanan farmasi non-klinik maupun pelayanan farmasi klinik. Apoteker di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam terdiri dari 12 orang Apoteker yaitu :
-
Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit
sehingga dalam pelayanan farmasi non-klinik maupun pelayanan farmasi klinik di
80
Rumah Sakit Al-Islam lebih optimal, terutama pelayanan farmasi kliniknya. Kegiatan di
rumah sakit berorientasi kepada kepentingan pasien dengan menyelenggarakan sediaan
farmasi, pengelolaan obat, pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat dan konseling untuk pasien HIV dan TB serta kegiatan lain
seperti pendidikan dan penelitian.
Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki pendidikan serta keterampilan di
bidang farmasi yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian.
Apoteker bertanggung jawab dalam Pengelolaan Perbekalan Farmasi (P2F) di gudang.
Pengelolan perbekalan farmasi yaitu pemilihan perbekalan farmasi (Obat) di Rumah
Sakit Al-Islam dilakukan oleh KFT (Komite Farmasi dan Terapi) selama 3 tahun sekali.
Setelah dilakukan pemilihan perbekalan farmasi, selanjutnya gudang melakukan
perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk menentukan jumlah sediaan farmasi yang
akan diperlukan sesuai dengan kriteria tepat jenis, tepat waktu, efisien, dan harga
perbekalan farmasi, yang didasarkan kepada formularium dan standar alat kesehatan di
Rumah Sakit Al-Islam, anggaran rumah sakit, kapasitas gudang serta lead time. Untuk
efisiensi jumlah pemesanan barang, maka dihitung jumlah kebutuhan persediaan barang
dengan konsep persediaan minimum dan maksimum. Maksud dari konsep ini ialah
barang dalam jumlah minimum ditambah stok pengaman sebaiknya tersedia di
persediaan, agar sewaktu-waktu ada yang rusak atau ada keterlambatan pengiriman oleh
distributor, kebutuhan masih dapat terpenuhi. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam
sudah menerapkan konsep ini dalam menentukan jumlah pemesanan barang dan secara
umum efektif dalam efisiensi jumlah barang yang dipesan. Dasar perencanaan
perbekalan di Rumah Sakit Al-Islam sesuai dengan Formularium Rumah Sakit,
Formularium Nasional (Fornas), Catatan Medis, Data Pemakaian Perbekalan Farmasi
Tahun Lalu (Konsumtif) dan Epidemiologi, kapasitas gudang yang dimiliki, anggaran
biaya, serta sisa persediaan. Kemudian dihitung barang yang digunakan dan dilakukan
evaluasi perencanaan. Perhitungan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Al-Islam
dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi yang didasarkan pada data nyata
konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan
koreksi yang dilakukan oleh Supervisor Pengelolaan Perbekalan Farmasi, sedangkan
evaluasi yang dilakukan di Rumah Sakit Al-Islam adalah dengan menggunakan metode
ABC untuk aspek ekonomi dan VEN untuk aspek medik/terapi.
81
82
dari distributor ke gudang pusat, yaitu dengan menyimpan perbekalan farmasi tersebut
di dalam cool box yang dilengkapi dengan thermometer dan dipastikan berada pada
suhu yang sesuai (2o-8oC). Pemeriksaan juga dilakukan terhadap dokumen-dokumen
penyerta perbekalan farmasi seperti dengan menggunakan Material Safety Data Sheet
(MSDS) untuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Setelah pemeriksaan dilakukan dan
perbekalan farmasi yang diterima sudah sesuai dengan pesanan, selanjutnya petugas
membubuhkan tanda tangan, nama yang jelas, stampel serta tanggal penerimaan pada
faktur penjualan dan salinan faktur. Lembar asli faktur dan salinannya di serahkan
kepada petugas gudang. Data dari lembar faktur tersebut lalu di input oleh petugas ke
dalam sistem komputer dan kartu stok manual, meliputi data spesifikasi produk, asal
distributor, jumlah dan waktu kadaluarsa. Penerimaan sesuai dengan standar pelayanan
farmasi di Rumah Sakit. Perbekalan farmasi diperoleh dari distributor resmi hingga
mutu, khasiat dan keamanannya dapat dipertanggung jawabkan. Obat langsung
disimpan di tempat masing-masing serta dicatat tanggal barang masuk, nomor
penerimaan barang, jumlah barang yang masuk, sisa barang, serta paraf petugas
penerima di dalam kartu. Hal ini juga dilakukan ketika ada pengambilan/pengeluaran
barang.
Penyimpanan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Al-Islam sudah sesuai dengan
standar penyimpanan perbekalan farmasi. Penyimpanan perbekalan farmasi di Rumah
Sakit Al-Islam sudah dilakukan sedemikian rupa untuk dapat menjamin kualitas dan
keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan barang medis habis pakai sesuai dengan
persyaratan kefarmasian. Obat-obat disimpan di gudang berdasarkan stabilitas
penyimpanannya, bentuk sediaan, golongan obat generik dan obat non generik yang
disusun berdasarkan alfabetis. Perbekalan farmasi disimpan di dalam lemari khusus
terutama psikotropik dan narkotika, selain itu lantai dilengkapi dengan pallet,
pengecekan suhu dilakukan sehari 2 kali yaitu pagi dan sore hari, termostabil suhu
sesuai dengan penyimpanan perbekalan farmasi. Obat-obat selalu dipantau batas
kadaluwarsanya, umumnya 6 bulan mendekati kadaluwarsa obat tersebut di kembalikan
ke distributor obat yang mensuplainya atau sesuai dengan kesepakatan atau digunakan
secepatnya dengan pengawasan dari Apoteker. Pengeluaran obat memakai sistem (First
In First Out) dan FEFO (First Expire First Out). Semua kegiatan dalam penyimpanan
ini dilakukan untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menjaga ketersediaan,
memudahkan dalam pencarian dan pengawasan dan menghindari penggunaan yang
83
84
Rumah Sakit Al-Islam menyediakan Emergency Kit, Cito Kit serta Floor Stock sediaan
farmasi, alat kesehatan dan barang medis habis pakai di ruang-ruang perawatan yang
pengadaan dan pengelolaannya dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Salah
satu tujuan pengelolaan obat emergensi ialah harus menjamin jumlah dan jenis obat
sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah ditetapkan sehingga menjamin
ketersediaan obat-obat live saving ketika dibutuhkan. Untuk itu, dilakukan evaluasi
kesesuaian antara fisik obat emergensi yang tersedia di ruang-ruang perawatan dengan
daftar perbekalan yang harus tersedia di ruangan tersebut berdasarkan standar yang
telah ditetapkan di Rumah Sakit Al-Islam, baik itu kesesuaian jenis maupun jumlah.
Sistem penyediaan dan distribusi perbekalan farmasi (obat dan alat kesehatan)
menganut kepada sistem satu pintu yaitu semua perbekalan farmasi yang diterima dan
dikeluarkan dilakukan hanya oleh instalasi farmasi, sehingga kebutuhan dan pemakaian
perbekalan farmasi dapat dipantau dengan baik oleh apoteker. Distribusi obat untuk
pasien rawat inap tidak sama dengan pasien rawat jalan yang dapat diserahkan secara
langsung. Pada pasien rawat inap, proses pendistribusian obat tidak bisa langsung
diserahkan kepada pasien karena jarak antara pasien yang berada di ruangan dengan
apoteker jauh, sehingga sistem distribusi di rumah sakit untuk pasien rawat inap
dilakukan dengan cara menyediakan obat-obatan di setiap ruangan yang ada di rumah
sakit (Floor Stock). Sistem persediaan lengkap di ruangan atau disebut juga dengan
floor stock adalah sistem penyampaian obat kepada pasien sesuai dengan order dokter
yang obatnya disiapkan dan diambil oleh perawat dari persediaan obat yang disimpan di
ruangan, termasuk penyediaan emergency kit (kotak obat darurat) untuk keperluan
gawat darurat mupun CITO kit untuk keperluan yang sangat medadak. Obat-obatan
yang tersedia dalam emergency atau CITO kit di Rumah Sakit Al-Islam seperti adrenalin
injeksi, lidokain HCl injeksi dan epinefrin injeksi. Adrenalin adalah obat utama dalam
mengatasi serangan syok anafilaktik untuk pasien yang di rawat di rumah sakit,
adrenalin dapat menyelamatkan pasien bila diberikan dengan segera. Epinefrin
digunakan untuk pasien dengan kasus henti jantung (Cardiac arrest) sedangkan lidokain
digunakan untuk anestesi.
Metode distribusi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam ada yang bersifat
sentralisasi dan desentralisasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemudahan
pelayanan. Pada metode distribusi sentralisasi, pelayanan obat berpusat di satu tempat
yaitu Instalasi Farmasi Rumah Sakit rawat inap pusat. Pelayanan dilakukan untuk
85
ruangan rawat inap Paviliun Raudhah (VIP) 1 dan 2, Firdaus (lantai 3) serta Darussalam
(lantai 3A, 3D, 4 dan 5. Sedangkan pada metode distribusi desentralisasi, pelayanan
obat dilakukan di Satelit Farmasi 2 yang terdapat di lantai 2 yang melayani ruang
Intensive Care (ICU, HCU, HCCU, HCU anak, PICU), Instalasi Maternal Perinatal
(OK, VK, NICU, Nifas, Perinatology) dan Instalasi Bedah Sentral & Kateterisasi
Jantung, untuk memudahkan pelayanan karena Satelit Farmasi 2 tersebut dekat dengan
ruang-ruang perawatan tersebut. Kegiatan distribusi perbekalan farmasi yang digunakan
untuk pasien rawat inap yaitu bersifat kombinasi antara sistem resep individual dan
sistem persediaan di ruangan (floor stock), artinya adalah obat-obat untuk penderita
diperoleh melalui persediaan di ruangan dan obat yang sering digunakan. Perbekalan
farmasi yang tersedia di setiap ruangan (Floor Stock) setiap bulan sekali dilakukan
stock opname sebagai mekanisme kontrol terhadap arus masuk dan keluar barang,
dalam proses ini akan dilakukan perhitungan stok secara fisik untuk dicocokkan dengan
stok yang tercatat di dalam sistem. Stock opname dilakukan dengan membandingkan
stock secara fisik dengan stock standar yang telah di setujui oleh Direktur Rumah Sakit
Al-Islam. Stock opname atau perhitungan fisik persediaan adalah perhitungan yang
dilakukan berdasarkan fisik dari perbekalan farmasi (obat dan alat kesehatan) untuk
mengetahui kebenaran catatan dalam pembukuan yang merupakan salah satu fungsi
sistem pengendalian intern. Dengan diadakannya stock opname maka akan diketahui
apakah catatan dalam pembukuan stock persediaan benar atau tidak. Jika ternyata ada
selisih antara stock opname dengan catatan pada pembukuan, kemungkinan ada
transaksi yang belum tercatat, atau bahkan ada kecurangan yang berkaitan dengan
persediaan. Stock opname dilakukan terhadap floor stock yang berada di setiap ruangan.
Dalam melakukan cek fisik persediaan yang tersedia di setiap ruangan, ada
beberapa persediaan yang melebihi dari stok standar yang telah di tetapkan. Data obat
diperoleh dari resep dokter ataupun dari rekam medik pasien. Untuk mengganti
persediaan obat yang telah dipakai, beban diberikan langsung kepada penderita atau
keluarga penderita kecuali untuk persediaan farmasi yang belum buka segel maka bisa
di retur ke gudang farmasi dengan syarat bila pasien pulang, pulang paksa, pergantian
terapi sesuai instruksi dokter atau pasien tersebut meninggal.
Metode distribusi untuk pasien rawat jalan bersifat desentralisasi, yaitu pelayanan
obat dilakukan di satelit-satelit farmasi untuk memudahkan pelayanan. Satelit farmasi
utama untuk pelayanan obat pasien rawat jalan adalah Satelit Farmasi 1 (Satelit Hall).
86
Selain itu, terdapat dua satelit lainnya yaitu Satelit Farmasi 2 (Hemodialisa) dan Satelit
Farmasi 3 (Satelit UGD). Sistem distribusi obat untuk penderita rawat jalan adalah
sistem resep individual dimana resep dari dokter diserahkan pada penderita untuk
diberikan pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit, kemudian petugas menyiapkan dan
menyerahkan obat kepada penderita secara langsung disertai pemberian informasi obat.
Dalam sistem ini, semua obat yang dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang
penyimpanan obat di ruang tersebut. Persediaan obat diruangan ini dipasok oleh IFRS.
Obat yang didispensing dalam sistem ini terdiri atas obat penggunaan umum yang
biayanya dibebankan pada biaya paket perawatan menyeluruh dan resep obat yang
harus dibayar sebagai biaya obat. Obat penggunaan umum ini terdiri atas obat yang
tertera dalam daftar yang telah ditetapkan TFT dan IFRS yang tersedia di unit perawat,
misalnya kapas pembersih luka dan larutan antiseptik. Pendistribusian perbekalan
farmasi untuk persediaan di ruang rawat inap merupakan tanggung jawab perawat
ruangan, setiap ruang rawat inap harus mempunyai penanggung jawab obat dan
perbekalan farmasi yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara
berkala oleh petugas farmasi.
Penyampaian obat dari apoteker ke pasien adalah bagian terakhir dari distribusi
obat. Distribusi obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setelah sediaan
disiapkan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam sampai dihantarkan kepada
perawat, dokter atau professional pelayanan kesehatan lain untuk diberikan kepada
pasien.
Apoteker juga bertanggung jawab terhadap preparasi sedian kemoterapi.
Kemoterapi merupakan penanganan yang digunakan untuk menghambat populasi dari
sel kanker dan biasanya menggunakan obat-obatan sitostatika seperti Doxorubicin atau
Vincristin. Obat sitostatika adalah kelompok obat (bersifat sitotoksik) yang digunakan
untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Obat-obatan sitostatika umumnya bersifat
genotoksik, karsinogenik serta teratogenik sehingga petugas yang bertanggung jawab
terhadap preparasi sediaan kemoterapi harus sangat hati-hati dan menggunakan pakaian
khusus seperti baju, topi, masker, sarung tangan yang berlapis dan memakai kacamata
khusus. Preparasi sediaan kemoterapi harus dilakukan dibawah Laminar Air Flow (LAF)
yang berfungsi untuk melindungi petugas dari bahan atau zat yang dikerjakan dan
lingkungan sekitar.
87
88
oleh tenaga teknis kefarmasian dan Apoteker. Tenaga teknis kefarmasian melakukan
pengkajian resep meliputi persyaratan administratif dan farmasetik, sedangkan
persyaratan klinis dilakukan oleh apoteker. Dispensing di IFRSAI dilakukan oleh tenaga
teknis kefarmasian namun dengan pemantauan dan pengawasan dari apoteker.
Pemantauan dan pelaporan efek samping obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit AlIslam diperoleh dari data pasien melalui data rekam medik.
Pelayanan Informasi Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam dilakukan
oleh Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Ada kebijakan mengenai pelayanan
informasi obat dapat dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian meliputi nama obat,
indikasi, cara penggunaan, dan waktu pengggunaan. Namun pelaksanaan kebijakan ini
dipantau dan diawasi langsung oleh apoteker. Konseling dilakukan di ruangan atau meja
khusus. Kriteria pasien yang mendapatkan konseling sesuai dengan Standar Konseling
dilakukan di ruangan atau meja khusus. Kriteria pasien yang mendapatkan konseling
sesuai dengan Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit sehingga konseling di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam tepat sasaran pasien. Sumber daya insani untuk
melakukan konseling di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam belum sesuai dengan
Permenkes nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan farmasi di Rumah sakit
karena jumlah dari apoteker dalam pelayanan farmasi minimal 30-50 tempat tidur
ditangani oleh 1 orang apoteker sehingga perlu adanya penambahan apoteker unruk di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam agar di peroleh pelayanan yang maksimal.
Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam dilakukan visite pasien apabila
diperlukan untuk mendapatkan penjelasan penggunaan obat yang lebih jelas, dengan
visite guna adanya komunikasi antara pasien dengan apoteker sehingga dapat
tercapainya pharmaceutical care. Selain itu untuk memperoleh data pasien dapat di
peroleh di bagian rekam medik.
Edukasi Obat adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktek belajar atau intruksi, dengan tujuan untuk mengetahui
penggunaan obat yang benar dan efektif. Dengan adanya edukasi obat memiliki banyak
manfaat antara lain agar pasien & keluarga lebih mengetahui, memahami dan berhatihati dalam pemakaian obat serta pnyimpanan obat. Sehingga dapat membantu proses
penyembuhan lebih cepat. Dimana edukasi obat terhadapa pasien dilakukan sesuai
Standar Prosedur Operasional dengan melakukan pengkajian atau assessment terhadap
89
pasien maupun keluarga pasien terlebih dahulu seperti yang tertera didalam form
pengkajian & perencanaan edukasi pasien dan keluarga yang telah bersedia.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan
di Rumah Sakit Al-Islam Bandung dari tanggal 3 31 Agustus 2015, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al Islam (IFRSAI) bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan dan pelaksanaan fungsi kefarmasian yang meliputi pengelolaan
perbekalan farmasi, pelayanan terhadap pasien rawat inap serta rawat jalan.
2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit melakukan pelayanan farmasi klinik untuk
meningkatkan kualitas pelayanan farmasi dan kualitas kesehatan pasien.
3. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dapat meningkatkan pemahaman calon
Apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab Apoteker di Rumah
Sakit
4. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) memberikan wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis kepada Calon Apoteker untuk melakukan
pekerjaan farmasi di Rumah Sakit.
5. Melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) mahasiswa calon Apoteker
mengetahui strategi dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan praktek farmasi di
Rumah Sakit.
6. Melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) mahasiswa calon Apoteker
menjadi siap dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang
profesional.
90
lebih
memahami
permasalahan
yang
dihadapi
selama
91
DAFTAR PUSTAKA
American Pharmacist Association. 2008. Drug Information Handbook 17th Edition A
Comprehensive Resource for all Clinicians and Healthcare Professionals. LexiComp.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Pedoman Perencanaan dan
Pengelolaan Obat. Departemen Kesehatan Repunlik Indonesia. Jakarta.
Baxter, K. 2008. Stocleys Drug Interaction Eight Edition. London : Pharmaceutical
Press and www.medscape.com/reference/drugs&diseases.
Undang-undang Republik Indonesia, 2009. Nomor 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan,
Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Nomor 58 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia,
2004.
Nomor
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesi,
2010.
Nomor
92
93
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT AL ISLAM
SK YAYASAN NO. 003/YRSI-KSWUSK/KU.IN/I/2015
94
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT AL ISLAM
Supervisor
Pengadaan Perbekalan
Farmasi
Perencanaan
Pengadaan
Penerimaan
Pelaksanaan
Gudang
Supervisor
Farmasi
Rawat Inap 1
Pelayanan
Farmasi
Rawat Inap
Supervisor
Farmasi
Rawat Inap 2
Supervisor
Farmasi
Rawat Jalan 1
Pelayanan
Satelit
Farmasi
Lantai 2
Pelayanan
Farmasi
Rawat
Jalan Hall
Supervisor
Farmasi
Rawat Jalan 2
Rawat Jalan
IGD
Hemodialisa
Rawat Jalan
GDF4
Floor stock
UGD
95
LAMPIRAN 3
ALUR PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN
Resep
Penerimaan Resep
-
Penyiapan dan
Pengemasan
-
Quality Qontrol
-
96
LAMPIRAN 4
ALUR PELAYANAN RESEP RAWAT INAP 1
Resep
-
Faktur Permintaan PF
Penyerahan PF kesetiap
ruangan oleh petugas ruangan
LAMPIRAN 5
ALUR PELAYANAN RESEP RAWAT INAP 2
97
Faktur Permintaan PF
LAMPIRAN 6
BLANKO SALINAN RESEP
98
Resep No :
SALINAN RESEP
Tanggal :
Untuk
:
Dokter
:
Pro :
Umur :
99
LAMPIRAN 7
BLANKO FORMULIR PERMINTAAN DAN PENGEMBALIAN PERBEKALAN
FARMASI (FP3F)
RSAI
:................
Nama Pasien
: ...........................
Alamat Pasien
: ...........................
Jenis Pasien
: Umum/Kontraktor/Askes/Karyawan
NAMA
PERMINTAAN
PERBEKAL
SIG
AN
NA
FARMASI
JM
L
Kelas
: I / II / III / VIP
PENGEMBALIAN
PRF JML PRF JML PRF JML PRF JML PRF JML
PR
F
100
Catatan : Mohon data pasien dan dokter di atas dicatat dengan benar dan lengkap
LAMPIRAN 8
ETIKET
101
LAMPIRAN 9
Format Bukti Distribusi Perbekalan Farmasi
INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT AL-ISLAM BANDUNG
JLN. SOEKARNO HATTA NO. 644 BANDUNG
TELP. (022) 7563231, 7565588, FAX. 7563233
BUKTI DISTRIBUSI PERBEKALAN FARMASI
No. RM
No. Transaksi
Nama Pasien
No. Referensi
Perusahaan
Tgl. Rawat
Dokter
Unit Jual
Ruangan
No.
Nama Barang
Jml
Jumlah Biaya
: Rp.
Dijamin Perusahaan
: Rp.
Harga
Beban
Dijamin Prsh
Ambil
Racik
)(
Kemas
) (
Periksa ST Serah
) (
Terima Serah
) (
) (
Terima
) (
Catt : Bukti distribusi perbekalan farmasi ini bukan merupakan bukti pembayaran/kuitansi
102
LAMPIRAN 10
ALUR PENERIMAAN BARANG DI P2F
Perbekalan farmasi
Penyimpanan PF
Arsip Faktur
diberikan ke rawat
inap 1
Admnistrasi/input faktur
103
LAMPIRAN 11
ALUR DISTRIBUSI PERBEKALAN FARMASI
Satelit Farmasi
Farmasi lantai 2
(GDF4)
Hall (rawat jalan
dan BPJS)
Hemodialisa
IGD
Unit
Penunjang
Distribusi dan
restur distribusi
Floor Stock
Emergency kit
dan Cito kit
104
LAMPIRAN 12
Formulir Pemberian Edukasi Pasien Terintegrasi
RS Al-Islam
Materi Edukasi
Dokter Spesialis/dokter
umum
a. Penjelasan
penyakit,penyebab,ta
nda &
gejala,prognosa
b. Hasil pemeriksaan
c. Tindakan medis
d. Perkiraan hari rawat
e. Penjelasan
komplikasi yang
mungkin terjadi
f. ............................
Nutrisi
a. Diet dan nutrisi
b. Penyuluhan nutrisi
c. ............................
Manajemen Nyeri
a. Farmakologi
b. Non Farmakologi
Farmasi
a. Nama obat dan
kegunaan
b. Aturan pemakaian
dan dosis obat
c. Jumlah yang
diberikan
d. Cara penyimpanan
obat
e. Efek samping obat
f. Kontraindikasi obat
g. ...............................
Perawat/Bidan
a. Pendidikan
kesehatan
tentang...................
Tggl
Metode
Evaluasi
Sudah Mengerti
Edukasi Ulang
Sudah Mengerti
Edukasi
Ulang
Sudah Mengerti
Edukasi Ulang
Sudah
Mengerti
Edukasi Ulang
Sudah
Mengerti
Paraf/
Nama
Edukator
Paraf/
Nama Pasien/
Keluarga
105
Edukasi Ulang
Sudah
Mengerti
Edukasi Ulang