Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori NAPZA pada
akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak koran dan majalah serta
media elektrolit seperti TV dan radio. Kecenderungannya semakin makin banyak
masyarakat yang memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, khususnya anak
remaja (15-24 tahun) sepertinya menjadi suatu model perilaku baru bagi kalangan
remaja. Masalah penyalahgunaan NAPZA semakin banyak dibicarakan baik di kota
besar maupun kota kecil di seluruh wilayah Republik Indonesia. Peredaran NAPZA
sudah sangat mengkhawatirkan sehingga cepat atau lambat penyalahgunaan NAPZA
akan menghancurkan generasi bangsa atau disebut dengan lost generation.
Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena kurangnya
pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta kemudahan untuk
mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan masyarakat bukan karena pendidikan yang
rendah tetapi kadangkala disebabkan karena faktor individu, faktor keluarga dan faktor
lingkungan. Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut;
faktor keluarga lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya kurang
perhatian keluarga terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya; faktor lingkungan
lebih pada kurang positifnya sikap masyarakat terhadap masalah tersebut misalnya
ketidakpedulian masyarakat tentang NAPZA.
Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di atas adalah individu mulai melakukan
penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat. Hal ini ditunjukkan dengan makin
banyaknya individu yang dirawat di rumah sakit karena penyalahgunaan dan
ketergantungan zat yaitu mengalami intoksikasi zat dan withdrawal. Peran penting tenaga
kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di
rumah sakit khususnya.

1|Askep Napza

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan napza?
2. Apa saja jenis-jenis napza?
3. Apa saja yang termasuk golongan napza?
4. Apakah penyebab ketergantungan napza?
5. Jelaskan manifestasi klinis napza!
6. Bagaimana penatalaksanaan napza?
7. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan napza?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
jiwa dan untuk membantu agar pembaca dapat mengerti dan lebih memahami tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan NAPZA.
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan napza
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis napza
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk golongan napza
4. Untuk mengetahui apakah penyebab ketergantungan napza
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis napza
6. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penatalaksanaan napza
7. Untuk mengetahui dan memahami bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien
dengan napza
1.4 Sistematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
d. Sistematika Penulisan
2. BAB II Tinjauan Teoritis
3. BAB III Pembahasan
4. BAB IV Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
5. Daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang
bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan
saraf pusat,sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap
NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang
menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan

2|Askep Napza

sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada
otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
Rentang respon gangguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi yang
ringan sampai yang berat, indikator rentang respon ini berdasarkan perilaku yang
ditampakan oleh remaja dengan ganggua penggunaan zat adiktif sebagai berikut :
1. Respon adaptif
2. Respon maladaptive
3. Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan ketergantungan
Eksperimental : Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari
remaja. Sesuai kebutuhan pada masa tumbuh kembangnya, ia biasanya ingin mencari
pengalaman yang baru atau sering pula dikatakan taraf coba-coba.
Rekreasional : Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan dengan teman
sebaya. Misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun,
Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama teman-temannya.
Situasional : Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi
dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau
mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang
konflik stress dan frustasi.
2.2 Jenis-Jenis
1. Heroin : Serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid atau menekan nyeri dan juga
depresan SSP.
2. Kokain : Di olah dari pohon Coca yang punya sifat halusinogenik.
3. Putau : golongan heroin, berbentuk bubuk.
4. Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berasal dari daun Cannabis yang
dikeringkan, Konsumsi dengan cara dihisap seperti rokok tetapi menggunakan hidung
5. Shabu-shabu: kristal yang berisi methamphetamine, dikonsumsi dengan menggunakan
alat khusus yang disebut Bong kemudian dibakar.
6. Ekstasi: methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, mampu
meningkatkan ketahanan seseorang (disalahgunakan untuk aktivitas seksual dan
aktivitas hiburan dimalam hari).
7. Diazepam,Nipam, Megadon : obat yang jika dikonsumsi secara berlebih menimbulkan
efek halusinogenik.
8. Alkohol : minuman yang berisi produk fermentasi menghasilkan etanol, dengan kadar
diatas 40 % mampu menyebabkan depresi susunan saraf pusat, dalam kadar tinggi
bisa memicu Sirosis hepatic, hepatitis alkoholik maupun gangguan system persarafan.

3|Askep Napza

2.3 Golongan Napza


A. Narkotika
1. Narkotika (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika). Narkotika: adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Narkotika dibedakan kedalam golongan-golongan :
a. Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi
sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain,
ganja).
b. Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).
c. Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).
B. Psikotropika
Psikotropika (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika).
Psikotropika : adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. PSIKOTROPIKA
dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut :
a. Psikotropika Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
(Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
b. Psikotropika Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin,
metilfenidat atau ritalin).
c. Psikotropika Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh :
pentobarbital, Flunitrazepam).
d. Psikotropika Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan
(Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,
nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
2.4 Etiologi
4|Askep Napza

Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA


meliputi:
1. Faktor biologik
a. Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alkohol
b. Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang
tidak nyaman
2. Faktor psikologik
a.Tipe kepribadian ketergantungan
b.

Harga diri rendah biasanya sering berhub. dengan penganiayaan waktu


masa kanak-kanak

c.Perilaku maladaptif yang diperlajari secara berlebihan


d.

Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit

e.Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif,
kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak sebagai individu,
dan orang tua yang adiksi
3. Faktor sosiokultural
a.Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat
b.

Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai


zat seperti tembakau, alkohol dan mariyuana

c.Sikap, nilai, norma dan sanksi kultural


d.

Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan


kesempatan

2.5 Manifestasi Klinis


Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak pada para pengguna
NAPZA, dilihat dari :
1. Ciri-ciri Umum
a. Terjadi perubahan perilaku yang signifikan
5|Askep Napza

b. Sulit diajak bicara


c. Mulai sulit untuk diajak terlibat dalam kegiatan keluarga
d. Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan
e. Mudah tersinggung
f. Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari
2. Perubahan Fisik dan Lingkungan
a. Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk
b. Mata merah dan berair
c. Hidung berair atau seperti pilek
d. Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari
e. Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci
f. Sering menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal
g. Ditemukan obat-obatan, kertas timah, jarum suntik, dan korek api di kamar atau
di dalam tas
h. Terdapat tanda-tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh
i. Sering kehilangan uang atau barang di rumah
j. Mengabaikan kebersihan diri
3. Perubahan Perilaku Sosial
a. Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang lain
b. Berbohong atau memanipulasi keadaan
c. Kurang disiplin
d. Bengong atau linglung
e. Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor
f. Mengabaikan kegiatan ibadah
g. Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga
h. Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau tempattempat tertutup
4. Perubahan Psikologis
a. Mudah tersinggung
b. Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
c. Malas melakukan aktivitas sehari-hari
d. Sulit berkonsentrasi
e. Tidak memiliki tanggung jawab
f. Emosi tidak terkendali
g. Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada
h. Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan
i. Cenderung melakukan tindak pidana kekerasan
2.6 Penatalaksanaan
Upaya pemulihan yang sesungguhnya adalah dengan merubah gaya hidup dan sikap pada
seorang pecandu secara mendasar, yaitu pola pikir dan perilaku adiktif yang
menyebabkannya kecanduan narkoba (martono 2006).
1. Pengobatan
Terapi pengobatan yang dilakukan untuk pasien NAPZA misal dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat
dengan dua cara:
6|Askep Napza

a. Detoksifikasi tanpa substitusi


Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri. Klien
yang ketergantungan tidak diberikan obat untuk menghilangkan gejala putus obat
tersebut.
b. Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya
kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan
alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi
adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali.
Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan
gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat
tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.
2. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu
melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA
yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional
seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik,
mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki
tenaga

kesehatan

sesuai

dengan

kebutuhan.

Sesudah

klien

penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani program terapi (detoksifikasi) dan


konsultasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan program
pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan
dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2003).
Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1
minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2
minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat
rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit
rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1
tahun, mungkin saja bisa sampai 2 tahun. Kenyataan menunjukkan bahwa mereka
yang telah selesai menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan
menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang selalu
terjadi (DepKes, 2001).

7|Askep Napza

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang:
nama klien, panggilan klien, jenis kelamin (pria > wanita), usia (biasanya pada usia
produktif), pendidikan (segala jenis/ tingkat pendidikan beresiko menggunakan
NAPZA), pekerjaan (tingkat keseriusan/ tuntutan dalam pekerjaannya dapat
menimbulkan masalah), status (belum menikah, menikah atau bercerai), kemudian
nama perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
2. Alasan Masuk
Biasanya karena timbul gejala-gejala penyalahgunaan NAPZA (fsikososial) atau
mungkin klien mengatakan tidak tahu, karena yang membawanya ke RS adalah
keluarganya. Alasan masuk tanyakan kepada klien dan keluarga.
3. Faktor Predisposisi
Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi pecandu/ pengguna
NAPZA, baik dari pasien maupun keluarga.
4. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ akibat gejala yang biasa
timbul dari jenis NAPZA yang digunakan seperti tanda-tanda vital, berat badan,dll.
5. Psikososial
a. Genogram
Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dan keluarga.
b. Konsep diri
Gambaran diri : Klien mungkin merasa tubuhnya baik-baik saja
Identitas
: Klien mungkin kurang puas terhadap dirinya sendiri
Peran
: Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara
Ideal diri
: Klien menginginkan keluarga dan orang lain menghargainya
Harga diri
: Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya

c. Hubungan sosial
Klien penyalahgunaan NAPZA biasanya menarik diri dari aktivitas keluarga
maupun masyarakat. Klien sering menyendiri, menghindari kontak mata
langsung, sering berbohong dan lain sebagainya.
d. Spiritual

8|Askep Napza

Nilai dan keyakinan : Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk

kesehatan.
Kegiatan ibadah : Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan NAPZA.
6. Status Mental
a. Penampilan.
Penampilan tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti biasanya
dijelaskan.
b. Pembicaraan
Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras, gagap,

membisu, apatis dan atau lambat


Biasanya klien menghindari kontak

mata

langsung,

berbohog

atau

memanipulasi keadaa, bengong/linglung.


c. Aktivitas motorik
Klien biasanya menunjukkan keadaan lesu, tegang, gelisah, agitasi, Tik, grimasen,
termor dan atau komfulsif akibat penggunaan atau tidak menggunakan NAPZA
d. Alam perasaan.
Klien bisa menunjukkan ekspresi gembira berlebihan pada saat mengkonsumsi
jenis psikotropika atau mungkin gelisah pada pecandu shabu.
e. Afek
Pada umumnya, afek yang muncul adalah emosi yang tidak terkendai. Afek datar
muncul pada pecandu morfin karena mengalami penurunan kesadaran.
f. lnteraksi selama wawancara
Secara umum, sering menghindari kontak mata dan mudah tersingung. Pecandu
amfetamin menunjukkan perasaan curiga.
g. Persepsi.
Pada pecandu ganja dapat mengalami halusinasi pengelihatan
h. Proses pikir
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga
menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan kesadaran,
sehingga klien mungkin kehilangan asosiasi dalam berkomunikasi dan berpikir.
i. lsi pikir
Pecandu ganja mudah percaya mistik, sedangkan amfetamin menyebabkan
paranoid sehingga menunjukkan perilaku phobia. Pecandu amfetamin dapat
mengalami waham curiga akibat paranoidnya.
j. Tingkat kesadaran
Menunjukkan perilaku bingung, disoreientasi dan sedasi akibat pengaruh NAPZA.
k. Memori.
Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran mungkin akan
menunjukkan gangguan daya ingat jangka pendek.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

9|Askep Napza

Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi. Pecandu ganja


mengalami penurunan berhitung.
m. Kemampuan penilaian
Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien alkoholik. Gangguan
kemampuan penilaian dapat ringan maupun bermakna.
n. Daya tilik diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-hal diluar
dirinya.
3.2 Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan

Efek

Intoksikasi

Core

Penyalahgunaan Zat

Causa

Harga diri Rendah


Gangguan Konsep Diri

3.3 Diagnosa Keperawatan


1.

Koping Individu Tidak


Efektif

Ancaman kehidupan
a. Gangguan keseimbangan cairan: mual, muntah berhubungan dengan pemutusan

zat opioda
b. Resiko terhadap amuk berhubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik
c. Resiko cidera diri berhubungan dengan intoksikasi aklkohol, sedatif, hipnotik
d. Panik berhubungan dengan putus zat alkohol
2.
Intoksikasi
a.
Cemas berhubungan dengan intoksikasi ganja
b.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik,
3.

4.

alcohol, opioda
Withdrawl
a. Perubahan proses piker: waham berhubungan dengan putus zat alcohol, sedatif,
hipnotik
b. Nyeri berhubungan dengan putus zat opioda, MDMA: extasy
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan putus zat opioda
Pasca detoksikasi
a.
Gangguan pemusatan perhatian berhubungan dengan dampak penggunaan zat
adiktif
10 | A s k e p N a p z a

b.

Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak mampu

c.

mengenal kualitas yang positif dari diri sendiri.


Resiko melarikan diri berhubungan dengan ketergantungan tehadap zat adiktif

Dari pohon masalah, diagnosa yang mungkin timbul :


1.
2.
3.
4.

Resiko tinggi menciderai diri sendiri berhubungan dengan intoksikasi


Intoksikasi berhubungan dengan menarik diri
Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan konsep diri
Harga diri rendah berhubungan dengan koping mal adaptif

3.4 Perencanaan Keperawatan


1.
a.

Kondisi overdosis
Tujuan : Klien tidak mengalami ancaman kehidupan
Rencana tindakan:
a. Observasi tanda tanda vital, kesadaran pada 15 menit pada 3 jam pertama, 30

2.

3.

menit pada 3 jam kedua tiap 1 jam pada 24 jam berikutnya


b. Bekerja sama dengan dokter untuk pemberian obat
c. Observasi keseimbangan cairan
d. Menjaga keselamatan diri klien
e. Menemani klien
f. Fiksasi bila perlu
Kondisi intoksikasi
Tujuan: intoksikasi pada klien dapat diatasi, kecemasan berkurang/hilang
Rencana tindakan:
a.
Membentuk hubungan saling percaya
b.
Mengkaji tingkat kecemasan klien
c.
Bicaralah dengan bahasa yang sederhana, singkat mudah dimengerti
d.
Dengarkan klien berbicara
e.
Sering gunakan komunikasi terapeutik
f.
Hindari sikap yang menimbulkan rasa curiga, tepatilah janji, memberi jawaban
nyata, tidak berbisik di depan klien, bersikap tegas, hangat dan bersahabat
Kondisi withdrawl
Tujuan : Kondisi withdrawl pada pasien dapat teratasi, pasien menjadi tenang
Rencana Tindakan :
a.
Observasi tanda- tanda kejang
b.
Berikan kompres hangat bila terdapat kejang pada perut
c.
Memberikan perawatan pada klien waham, halusinasi: terutama untuk
menuunkan perasaa yang disebabkan masalah ini: takut, curiga, cemas, gembira

4.

berlebihan, benarkan persepsi yang salah


d.
Bekerja sama dengan dokter dalam memberikan obat anti nyeri
Kondisi detoksikasi
Tujuan : Detoksikasi dengan baik, pasien dapat hidup bersosial terhadap masyarakat
dan lingkungannya
Rencana tindakan :
a. Melatih konsentrasi: mengadakan kelompok diskusi pagi
11 | A s k e p N a p z a

b. Memberikan konselin untuk merubah moral dan spiritual klien selama ini yang
menyimpang, ditujukan agar klien menjadi manusia yang bertanggung jawab, sehat
mental, rasa bersyukur, dan optimis
c. Mempersiapkan klien untuk kembali ke masyarakat, dengan bekerja sama dengan
pekerja social, psikolog.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang
bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf
pusat,sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena
terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :
1. Gangguan keseimbangan cairan: mual, muntah berhubungan dengan pemutusan zat
opioda
2. Resiko terhadap amuk berhubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik
3. Resiko cidera diri berhubungan dengan intoksikasi aklkohol, sedatif, hipnotik
4. Panik berhubungan dengan putus zat alkohol
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah
wawasan para pembacanya. Makalah ini juga dapat dijadikan referensi awal untuk bahan
penugasan dan bahan belajar para mahasiswa keperawatan. Dan perawat dapat memberikan
pelayanan dengan asuhan keperawatan pada lansia dilaksanakan dilingkungan masyarakat
secara langsung.

12 | A s k e p N a p z a

DAFTAR PUSTAKA
Yosep,Iyus, Keperawatan Jiwa Edisi Revisi . 2009.Bandung : Refiko Aditama
Hawari, Dadang.,2003, Penyelahgunaan dan ketergantungan NAZA,FKUI, Jakarta, gaya baru
Keliat, Budi A., dkk. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN (Intermediate Course).
Jakarta: EGC
Martono, Lydia Harlina, dkk. 2006. Pemulihan pecandu narkoba berbasis masyarakat.
Jakarta: Balai Pustaka.

13 | A s k e p N a p z a

Anda mungkin juga menyukai