PRO-AIR
Oleh:
Teknik Drainase
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Outline Teknik Drainase Pro-Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta
Page 1
Pro-Air
Oleh: Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA
1. Pendahuluan
a. Deskripsi
1).Asal kata:
2). Terminology:
3). Beda drainase dgn drainasi
4). Konsekuensi perubahan ttg lahan
b.Infrastruktur
1).Depkimpraswil dalam CBUIM (2002) lebih jelas mendefinisikannya sbb:
Prasarana dan Sarana merupakan bangunan dasar yang sangat diperlukan untuk
mendukung kehidupan manusia yang hidup bersama-sama dalam suatu ruang yang
terbatas agar manusia dapat bermukim dengan nyaman dan dapat bergerak dengan
mudah dalam segala waktu dan cuaca, sehingga dapat hidup dengan sehat dan dapat
berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempertahankan kehidupannya.
Page 2
sports)
Kelompok energi meliputi produksi dan distribusi listrik dan gas.
Kelompok telekomunikasi.
3). Infrastruktur Air Perkotaan
Page 3
Drainase Perkotaan
Kata drainase berasal dari drainage (ing, fra) yang secara umum berarti
mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air. Hampir semua kotakota di negara maju terutama yang intensitas hujannya rendah pada umumnya Urban
Drainage System nya menyangkut sekaligus yaitu penaganan air hujan dan air limbah
sekaligus. Artinya saluran air limbah dan saluran air hujan cukup satu tanpa
dipisahkan hingga pada saat hujan sering terjadi bahwa air dari treatment plant
yang belum sempurna terdekomposisi bahan organiknya telah terdorong keluar
masuk kebadan air akibat tambahan air hujan, yang biasanya bila hujan terjadi
terlalu lebat.
2. Urbaniasi
Terjadinya genangan
Page 4
URBANIZATION
POPULATION DENSITY
INCREASES
WATERBORNE WASTE
INCREASES
BUILDING DENSITY
INCREASES
WATER DEMAND
RISES
IMPERVIOUS
AREA
INCREASES
WATER
RESOURCES
PROBLEMS
STORMWATER
QUALITY
DETERIORATES
RECEIVING WATER
QUALITY
DETERIORATES
POLLUTION
CONTROL
PROBLEMS
GROUNDWATER
RECHARGE
REDUCES
BASEFLOW
REDUCES
DRAINAGE
SYSTEM
MODIFIED
URBAN
CLIMATE
CHANGES
RUNOFF
VOLUME
INCREASES
FLOW
VELOCITY
INCREASES
PEAK
RUNOFF RATE
INCREASES
FLOOD CONTROL
PROBLEMS
Gambar 1. Bagan alir kerusakan sumberdaya air akibat urbanisasi (Prince, lecture
note)
Page 5
Population
Density
Increases
Water
Demand
Rises
Building
Density
Increases
Vegetation
Coverage
Decreases
Wind
Current
Changes
Waterborne
Waste
Rises
Water
Resources
Decreases
Impervious
Area
Increases
Drainage
System
Modified
Energy
Demand
Increases
Storm water
Quality
Deteriorates
Groundwater
Recharge Reduces
Receiving Water
Quality
Deteriorates
Base Flow
Reduces
POLLUTION
CONTROL
PROBLEMS
GROUND
WATER
CONTROL
PROBLEMS
P R OW A T E R
MAZHAB
(Recharge System)
Runoff Volume
Increases
Flow Velocity
Increases
FLOOD
CONTROL
PROBLEMS
URBAN
CLIMATE
CHANGE
PROBLEMS
C O NW A T E R
MAZHAB
(Channel System)
Gambar 2. Bagan alir kerusakan sumberdaya air akibat urbanisasi dan alternative
solusi (Sunjoto, 2007)
Page 6
air secepatnya secara gravitasi kedaerah lebih rendah atau dengan pompa bila
topografi tak memungkinkan. Pada umumnya dilaksanakan dengan parit, sungai dan
akhirnya ke laut dan cara ini telah dilaksanakan dan mendominasi sejak zaman Romawi
sampai saat ini. Kajian utama adalah menetapkan arah aliran dan menghitung dimensi
bangunan-bangunan tersebut diatas terutama dimensi saluran. Mashab ini juga disebut
dengan Channel System.
1). Terbentuknya
Alamiah : sungai
Buatan: selokan
(Natural Drainage)
(Artificial Drainage)
On Site
Pre Fabricated
Page 7
Pro-Water Mazhab ini adalah teknik menyelesaikan genangan dengan meresapkan air
hujan kedalam tanah disekitar permukiman secara individual maupun komunal yang baru
dikembangkan mulai tahun 1980 an ketika masalah lingkungan hidup menjadi perhatian
global dengan di mulainya era sustainable development (Usul Wakil Swedia pada 28 Mei
1968 di PBB; Pada 5-16 Juni 1972 diadakan United Nation Confrerence on the Human
Environment di Stockholm; Pada 3 -14 Juni 1992 Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio
de Janeiro; Pada 2002 di adakan KTT Rio + 10 di Johanesburg; Pada Desember 2007 di
Indonesia yaitu Bali Roadmap).
Bangunannya berupa Sumur Peresapan Air Hujan, Parit Peresapan Air Hujan maupun
Taman Peresapan Air Hujan. Mashab ini juga disebut dengan Recharge System.
1). Terbentuknya
Buatan (Artificial Drainage)
2). Letak Bangunan
Drainase bawah permukaan (Subsurface Drainage)
3). Fungsi
Satu Fungsi (Single purpose) hanya merespkan air Drainase Permukaan (Surface
Drainage) dan tidak dijadikan satu dengan resapan air limbah
4). Konstruksi
Tertutup
Terbuka
5). Bentuk
Sumur Resapan
Parit Resapan
Taman Resapan
6). Cara Pelaksanaan
Page 8
mm/th)**
mm/th)**
l/kpt/h
m2/kpt)*
%
Note:
)* Penulis
)** Departemen Pekerjaan Umum (1984)
1). Kebutuhan air domestik
Vka = 1.000.000x0,10x365 =
36,50.106
m3/thn
37,90.106
m3/thn
Vat atau:
Page 9
d. Sifat Tanah
Jenis tanah
Kekuatan tanah
Permeabilitas
e. Master plan/RTRW = Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/desa..
Kesesuaian rencana
f. Prasarana dan utilitas
Pemanfaatan bangunan eksisting
g. Demography
Penyesuaian dengan kerapatan > C = koefisien runoff
h. Kelembagaan
Pemeliharaan dan biaya operasional
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Outline Teknik Drainase Pro-Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta
Page 10
i. Perundanagan
Implementasi system yang tepat
j. Persepsi masyarakat
Partisipasi
k. Sosial ekonomi
Penyesuaian konstruksi
l. Kesehatan lingkungan
Aspek konstruksi
m. Material tersedia
Pilihan konstruksi
n. Hidrologi
o. Biaya
Skala prioritas
Page 11
C
C
Cs
Cp
Qs
Qp
QsCs QpCp
Qs Qp
(1)
Dengan kata lain untuk daerah payau sistem ini akan meperbaiki kualitas air
tanah.
Page 12
mulch
c
b
c
a
a
b
c
Page 13
Page 14
Permukaan tanah
Permukaan air tanah
h
hf
hs
Air tawar (f)
Batas air asin dengan air tawar
A
air asin
Gambar 4. Skema tampang suatu pulau dengan tanah homogen dan isotropis.
Tekanan hidrostatis dititik A adalah pA:
pA
=
s g hs
pA
=
f g hf
(2)
(3)
f = 1,000 t/m3
Page 15
Setiap peningkatan tinggi muka air tanah tawar satu unit akan menambah ketebalan
cadangan air tawar dibawahnya sebesar 40 unit.
Page 16
: 2,58
m/th
: 0,25
m/th (sistem resapan)
: 132.187,00 .106 m2
: 50
m2/kpt
: 60
%
:128.292.000 kpt
: 523,5
m3/kpt/th
= 0,60
50
128292000
(2,58 - 0,25) =
Page 17
Maka kontribusi sistem peresapan dalam mengurangi defisit air di pulau Jawa dan
Madura adalah sebesar:
152,98 - 126,91 = 26,07 %
sedangkan defisit yang lain harus ditanggulangi dengan teknik-teknik lainnya.
Tabel 1. Perhitungan Air Tersedia di pulau Jawa dan Madura
No
Pulau
LD
CH
ET
CHE
APT
AM
JP
AT
m2
m/th
m/th
m/th
m3/th
m3/th
Kpt
m3/kpt/th
3-4
2x5
Jawa &
Madura
(1985)
132.187
x106
2,58
1,25
1,33
175.809
x106
43.952
x106
91,269
x106
481,57
Jawa &
Madura
(1993)
132.187
x106
2,58
1,25
1,33
175.809
x106
43.952
x106
109,443
x106
401,30
Jawa &
Madura
(2000)
132.187
x106
2,58
1,25
1,33
175.809
x106
43.952
x106
128,292
x106
342,2
25-35%
x6
7:8
2. Sosial Budaya
a. Melestarikan teknik tradisional
b. Membangun asas mensejahterakan pihak lain
c. Membendung keresahan
Note:
halaman rumah tanpa outlet,
genangan daerah rendah,
daerah hilir yang kebanjiran.
Page 18
a. Recharge Well
1). Litbang Pemukiman PU (1990)
a). Dinding sumur porus
Volume air masuk Vol i
Volume air keluar lewat dasar Vol od
Volume air keluar lewat samping Volos
Volume tampungan Vol t
Keseimbangan menjadi:
= AIT
= As T K
= PHTK
= As H
dengan:
H
I
: luas atap (m )
As
P
K
T
Page 19
dengan:
H
A
d
p
R24j
0,70
0,90
1/6
: luas atap (m )
: diameter sumur (0,80 s/d 1,40 m)
: faktor perkolasi (mnt/cm)
: curah hujan terbesar dlm 24 jam (mm/hr)
: limpsan prmkaan yg hrs diresapkan (Horton)
: angka distribusi hujan (V. Breen)
: factor konversi dr 24 jam ke 4 jam (V. Breen)
Ep
R
I
= 70 %
= 30 %
Comment:
Bila A = 0 harga H < 0
Tak memenuhi asas analisis dimensi
3). Konversi dimensi parameter.
(a). Faktor perkolasi vs permeabilitas tanah
Page 20
dengan
R
tc
I
:
: curah hujan terbesar harian (mm)
: time travel (j)
: intensitas hujan (mm/j)
dengan:
R24j
I
T
Note:
Page 21
3). Sunjoto
a). Koefisien permeabilitas tanah (Forchheimer, 1930).
Forchheimer membuat percobaan dengan auger hole dan lubang diberi casing kemudian
dituang air dan dihitung dan atas dasar formula ini dikembangkan oleh Sunjoto:
Qi=0
G
XXX
dt
dh
t1
h1
t
h
t2
h2
Qo=FKh
Gambar 6. Skema aliran dalam lubang bor (Forhheimer, 1930)
Page 22
dengan:
K
R
F
t1
t2
h1
h2
As
Formula (16) adalah untuk menghitung Koefisien permeabilitas tanah (K) menurut
Forchheimer (1930), bila diketahui perubahan tinggi muka air fungsi waktu dalam bore
hole dengan debit Q = 0 (air dituang dalam sekejap)
b). Dimensi sumur
Sunjoto (1988) membangun formula ini dengan asas:
1). Debit air masuk kedalam sumur diasumsikan konstan sama dengan Q. Hal ini sesuai
dengan keadaan fisik yaitu dalam suatu durasi hujan akan ada debit dari atap yang
masuk kedalam sumur.
2). Debit keluar (meresap) adalah sama dengan faktor geometrik kali koefisien
permeabilitas fungsi ketinggian air dalam sumur Qo = F K h (Forchheimer, 1930).
3). Formula unsteady flow condition ini menjadi sama dengan formula Forchheimer
(1930) bedanya adalah yang terakhir ini adalah steady flow condition. Bila waktu tak
terhingga maka formula Sunjoto akan sama menjadi steady flow condition dan
formulanya akan sama persis dengan formula Forhheimer (1930)
Page 23
Qi = Q
G
XXX
dt
dh
t2
h2
t
h
t1
h1
X
Qo=FKh
Page 24
dengan:
H
H
Q
F
f
K
T
R
As
Page 25
= C.I.A
(21)
Page 26
Kemudian untuk berbagai kondisi sumur harga F dikembangkan oleh peneliti lain
seperti:
(1). Dengan formulasi:
Samsioe (1931), Harza (1935) , Dachler (1936), Taylor (1948), Hvorslev (1951),
Aravin (1965), Sunjoto (1989 -2002).
(2). Dengan grafis:
Luthian J.N., Kirkham D. (1949), Hvorslev (1951), Smiles & Youngs (1965),
Wilkinson W.B. (1968), Raymond G.P., Azzouz M.M. (1969), Al-Dhahir &
Morgenstern (1969), Olson & Daniel (1981)
Page 27
Conditions
Value of F when
R=1; H=0; L=0
Except for F1 L=1
Referenses
1
2,980
Sunjoto (1989a)
12,566
Samsioe (1931)
Dachler (1936)
Aravin (1965)
18,000
Sunjoto (2002)
6,283
Samsioe (1931)
Dachler (1936)
Aravin (1965)
4,000
Forchheimer (1930)
Dachler (1936)
Aravin (1965)
9,870
Sunjoto (2002)
5,50
Harza (1935)
Taylor (1948)
Hvorslev (1951)
6,283
Sunjoto (2002)
6,227
Sunjoto (2002)
0/0
Dachler (1936)
3,964
Sunjoto (2002)
Page 28
9,870
Sunjoto (2002)
0/0
Dachler (1936)
6,283
Sunjoto (2002)
13,392
Sunjoto (2002)
8,525
Sunjoto (2002)
:
7
:
Tabel 3. Diskripsi tentang kondisi sumur
Conditions
1
2.a
2.b
3.a
3.b
4.a
4.b
5.a
5.b
6.a
6.b
7.a
7.b
Description
Resapan pada tanah porus terletak diantara tanah bersifat kedap air di bagian dasar dan
bagian atas dengan dinding porous setinggi L.
Resapan berbentuk bola berdinding porous dengan saluran vertikal kedap air dan
seluruhnya berada di tanah yang bersifat porous.
Resapan kubus berdinding porous dengan saluran vertikal kedap air dan seluruhnya berada
di tanah yang bersifat porous.
Resapan terletak pada tanah bersifat kedap air di bagian atas dan tanah porous dibagian
bawah dengan dasar berbentuk setengah bola
Idem 3.a namun dasar rata
Resapan terletak pada tanah yang seluruhnya porous dengan dinding resapan kedap air
dan dasar berbentuk setengah bola.
Idem ditto 4.a namun dasar rata
Resapan terletak pada tanah yang kedap air di bagian atas dan porous dibagian bawah
dengan dinding sumur permeabel setinggi L dan dasar berbentuk setengah bola
Idem ditto 5.a namun dasar rata
Resapan terletak pada tanah yang seluruhnya porus dengan dinding sumur bagian atas
impermeabel dan bagian bawah permeabel setinggi L dan dasar berbentuk setengah bola
Idem ditto 6.a namun dasar rata
Resapan terletak pada tanah yang seluruhnya porus dengan seluruh dinding sumur
permeabel dan dasar berbentuk setengah bola
Idem ditto 7.a namun dasar rata
Page 29
Forchheimer
(1930)
Dachler (1936)
Aravin (1965)
4,000
Dachler (1936)
0/0
Sunjoto (2002)
3,964
5b
5b
Page 30
Beranalogi pada pengembangan Formula F5b Dachler (1936) tersebut, Sunjoto (2002),
membangun Formula berbasis F6b Dachler (1936) hingga bila L = 0 maka harga F6b =
6,283 R.
Penelitian Harza (1935) dengan sand tank, Taylor (1948) dengan flownetdan
Hvorslev (1951) dengan electic analog mendapatkan harga faktor geometrik
yang berbeda-beda dan oleh Harza diusulkan angka bersama sebesar F4b =
5,50 R.
Sunjoto (2002) menbangun formula F4b yang menjadi F4b = 2R (Tabel 5.)
Mengingat dari keadaan fisik bila L = 0 maka gambar kondisi 6b menjadi
sama dengan kondisi 4b, Sunjoto membangun formula F6b sperti tabel 5..
Tabel 5. Perbandingan antara kondisi 4b dengan 6b
4b
5.5 R
Harza (1935)
Taylor (1948)
Hvorslev (1951)
5,500
2 R
Sunjoto (2002)
6,283
Dachler (1936)
0/0
Sunjoto (2002)
6,283
4b
6b
6b
Page 31
Tabel 6. Harga faktor geometrik sumur fungsi rasio antara panjang dinding porus
dengan radius sumur, pada kondisi 5b.
DACHLER (1936)
SUNJOTO (2002)
F
%
L
R
0/0
3,964
0,000001
6,283
3,964
-36,909
0,0001
6,283
3,965
-36,893
0,001
6,283
3,969
-36,829
0,01
6,283
4,009
-36,192
0,5
6,529
5,830
-10,706
0,964
7,079
7,079
7,129
7,165
0.504
13,586
14,348
5,608
10
20,956
21,720
3,645
25
40,149
40,853
1,753
50
68,217
68,867
0,952
100
118,588
119,186
0,504
1000
826,637
827,101
0,056
10000
6.344,417
6.344,793
0,005
1000000
433.064,548
433.064,818
0,0000
Page 32
SUNJOTO (2002)
F
%
L
R
0/0
6,283
0,000001
12,566
6,283
-50,000
0,0001
12,566
6,284
-49,992
0,001
12,566
6,290
-49,944
0,01
12,566
6,351
-48,026
0,5
12,695
9,092
-28,381
13,057
11,054
-15,340
2,713
15,323
15,323
19,072
19,618
2,862
10
27,171
27,915
2,738
25
48,775
49,525
1,537
50
80,298
81,001
0,867
100
136,435
137,084
0,475
1000
909,584
910,083
0,054
10000
6.821,882
6.822,281
0,005
1000000
454.792,118
454.792,400
0,0000
Page 33
ATAP BERTALANG
Page 34
(d). Menurut Suripin (2004), bila tak menggunakan sumur pantau rumus menjadi:
2r
impermeable
permeable
dengan:
Q
K
B
h1, h2
r1, r2
H
r
; debit (m3/s)
: koefisien permeabilitas tanah (m/s)
: tebal confined aquifer (m)
: potentiometric head sumur pantau ( m)
: jarak sumur pantau terhadap umur resapan (m)
: ketinggian potentiometric surface
: radius sumur
Page 35
Comment:
1. Dalam aliran sumur peresapan ketinggian potentiometric surface (H)
adalah variable fungsi waktu.
2. Penggunaan rumus ini mempunyai kedidak cocokan karena aliran pada
sumur adalah unsteady flow.
3. Data potentiometric head di sumur pantau adalah sesudah sumur
terisi, padahal ketika menghitung potentiometric head tersebut
belum diketahui.
4. Dalam rumus (25) pembagi ln(B/r) tidak mempunyai penjelasan
saintifik.
5. Bila r = B maka Q = tak berhingga
6. Bila r > B maka Q = < 0 (negatif)
5). Departemen Kehutanan (1994)
Departemen Kehutanan dengan Keputusan Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan
051/Kpts/V/1994 menerbitkan pedoman perhitungan sumur resapan air hujan sbb:
dengan:
Vs
Pn
LA
K
C
r
h(t)
Comment:
Parameternya tak lazim dalam groundwater flow
Tak memenuhi asas analisis dimensi
Page 36
Kedalaman sumur?
Page 37
(m)
dengan,
Htotal
Vab
Vrsp
Ctadah
Atadah
R
Krata2
Kv
Kh
te
Atotal
P
Ah
Av
Vtp
Comment:
1). te (j) tak memenuhi analisis dimensi
2). Permeabilitas rerata (30), logika perbandingannya terbalik,
mestinya (KvAv + KhAh)/(Ah + Av)
3). Kv = 2 Kh
Page 38
CARA PEMBUATAN
LUBANG RESAPAN BIOPORI
Oleh:
Kamir R. Brata
(32)
Page 39
Comment:
Jasad renik hanya akan membuat pori disekitar lubang karena dekat dengan
sampah organic
o
Page 40
Page 41
(33a)
Q1
Adasarsumur .V
(33b)
Q2
Adindingsum ur .V
(33c)
Qsumur
Q1
(33d)
2
r encana
Adasarsumur
Adindingsumur
2. .
rencana
.Tinggirencana
(33e)
dengan :
Qsumur
Q1
Q2
fc
f0
fc e
kt
Rusli (2008) memberikan contoh jumlah sumur resapan yang diperlukan sbb :
JumlahSumur
Qlim pasan
Qsumur
(33f)
Page 42
dengan :
Qlimpasan
Qsumur
Qlim pasan
Q1
Qlim pasan
Qlim pasan
. .V
Tinggi
1 Qlim pasan
2
. .V
Q2
2
.V
2. . .Tinggi.V
2.Tinggi
(33g)
Comment:
Page 43
C * Q f (m3/jam)
(34a)
Dimana:
(34b)
K0 * K f
Dengan:
Qt
K0
Kf
Menurut Masahiro Imbe dan Katumi Musiake (1998), nilai Kf dihitung berdasarkan
persamaan sebagai berikut ini:
a. Bangunan parit resapan dinding porous :
Kf
3,093 H
1,34W
(34c)
0,677
Kf
0,475D 0,945 H 2
6,07D 1,01 H
2,570D 0,188
1 m.
(34d)
Page 44
Kf
1m
(34f)
0,638D 0,011
Kf
(34e)
Kf
< 10 m
< 10 m
0,993D 0,087
(34g)
qin
qout
(34h)
dengan:
qs
: volume tampungan parit resapan per satu meter panjang parit (m3/m),
qin
qout
: debit air yang meresap setiap satu meter panjang parit (m3/jam/m).
Penentuan dimensi sumur resapan air hujan dapat dilakukan dengan persamaan
sebagai berikut :
Qs
Qin
Qout
(34i)
dengan:
Qs
Qin
Qout
Page 45
Jika persamaan 34a, 34b dan 34c disubstistusikan ke dalam persamaan (34i) untuk
mencari dimensi parit resapan dinding porous maka :
qs
Qin
0,81 .k 0 .K f
qs
Qin
0,677
W .L
H
t
W .L
H
t
2,50533H .k 0
0,54837
Qin . k 0 1,0854W
0,54837
dengan
:H
= kedalaman air ( m ),
(34j)
1m ditentukan dengan
mensubstitusikan persamaan 34a, 34b dan 34c ke dalam persamaan 34i seperti berikut ini
:
Qs
Qin
0,81 .k 0 .K f
Qs
Qin
Qin
As
t
t
6,07 D 1,01 H
2,570 D 0,188
2,0817D 0,15228 k 0
k 0 0,38475D 0,76545 H
(34k)
4,9167D 0,8181
Page 46
Dengan cara yang sama akan didapat persamaan - persamaan seperti berikut ini :
a. Bangunan sumur resapan dinding porous dengan diameter 1 m <
H
Qin
Qin
(34l)
1m
< 10 m
(34m)
< 10 m
(34n)
Comment:
Page 47
b. Recharge Trench
1). ITB-HMTL (1990)
Luas bidang resapan ini menurut HMTL-ITB (1990), merupakan parit dengan
kedalamam sekitar 1 m yang diisi pasir dan kerikil. Air dari atap dialirkan melalui
pipa porus dan luas bidang dihitung dengan persamaan:
dengan:
Abr
A
R24j
p
Comment:
Tak memenuhi asas analisis dimensi
2). MSMAM (Manual Saliran Mesra Alam Malaysia)
Storm Water Management Manual for Malaysia
The allowable maximum depth (dmax) should meet the following formula:
where:
fc
Ts
n
The volume of water must be stored in the trench (V) is devined as:
Page 48
where,
P
At
Vw
Tf
fd
dt
Example:
Infiltration capacity
Design infiltration rate
Effective filling time
Catchment area
Predeveloped
Developed
Proposed depth
Porosity of fill materials
dt = 1,50 m
n = 0,35
Predeveloped
Qs = 0,00346 m3/s
Developed
Qs = 0,00722 m3/s
Volume enters Vw = 5,50 m3
Page 49
Where,
A
: surface area (feet2)
WQv : recharge volume (feet3)
n
: porosity of material (-)
d
: trench depth (feet)
k
: percolation (inches/hour)
T
: filling time (hours)
Atau
dengan :
A
WQv
n
d
Page 50
dengan
:d
WQV RFV
SA
(40a)
: kedalaman parit,
WQV
d
d
1 n
WQV
n
SA
1
WQV
n
SA
WQV
n.SA
(40b)
Page 51
L
es .b.H
60.K h . b
(41a)
H
.U
2
dengan :
L
es
: panjang parit ( m ),
: porositas (disarankan: es = 0,35 (gravel); es = 0,95 (plastic milk-crate) dan
es = 0,5 0,7 (berisi batuan dan pipa porus sebagai saluran air masuk).
b : lebar parit ( m ),
H
: Kedalaman parit ( m ),
Kh
: koefisien permeabilitas ( m/detik ),
: durasi rencana hujan ( menit ),
: Volume air masuk ( m3 ),
U: soil moderation factor (Tabel 8.).
Persamaan 3.43 dapat diubah menjadi :
es .b.H
60 .K h . b
es .b.H
60.K h . .b.U
es .b 30.K h . .U .H
es .b 30.K h . .U .H
H
.U
2
30.K h . .H .U
60.K h . .b.U
L
L
60.K h . .b.U
60.K h . .b.U
L
e s .b 30.K h . .U
(41b)
Pada kenyataannya, kondisi tanah bersifat heterogen. Soil moderation factor (U)
merupakan faktor yang bertujuan untuk mengkonversi point soil hydraulic conductivity
menjadi areal soil hydraulic conductivity. Nilai U disajikan pada Tabel 8.
Page 52
Tipe Tanah
Sand
0,5
Sandy Clay
1,0
2,0
e s .H
(41c)
60 .K h . .U
dengan :
m / detik
Sandy
>180
> 5 x 10-5
Sandy Clay
36 180
1 x 10-5 5 x 10-5
Medium Clay
3,6 36
1 x 10-6 5 x 10-5
Heavy Clay
0,036 3,6
1 x 10-8 1 x 10-6
60 .K h . .U
es
(41d)
4,6L.b.es
L.b
. log 10 .
2.K h L b
L.b 2H L b
(41e)
Page 53
dengan:
2.H .es
kh
(41f)
12V
P.n.t
(42a)
dengan:
V
P.n.t
(42b)
Page 54
P.t
n
(42c)
dengan :
Hubungan antara luas dasar parit ( A ) dan kedalaman parit ( D ) ditunjukkan seperti
berikut ini :
A
V
P.n.t
dan
P.t
V
n. A
(42d)
1 V
.
n n. A
Dengan
demikian,
dan
pada
V
n 2 .A
hakekatnya
(42e)
rumus
ini
merupakan
rumus
bangunan
penampungan air hujan bukan rumus resapan air hujan karena tidak dipengaruhi oleh
parameter kemampuan tanah meloloskan air.
(43a)
Page 55
Nilai 2,5 merupakan hasil perhitungan terhadap nilai porositas yang diasumsikan
sebesar 40 % maka rumus (43a) dapat berubah menjadi :
D
WQV (2,5)
b.B
(43b)
(43.c)
dengan :
Dmax tidak boleh melebihi 8 feet yang dimaksudkan untuk mempermudah perawatan.
Page 56
9). ARSIT
Dalam A Simplified Estimation of Infiltration Capacity for Infiltration Facilities
(Imbe dan Musiake, 1998) besarnya air yang meresap ke dalam tanah:
Qout
C *Qf
(44a)
Qf
K0 * K f
(44b)
Kf
3,093 H
1,34W
0,677
(44c)
Dimana:
K0 * K f
Qt
K0
Kf
: kedalaman air ( m ),
(34b)
Page 57
11). Sunjoto
Bila muka air tanah tinggi hingga sumur peresapan menjadi tidak efisien
maka dapat dibut sistem horisontal atau Recharge Trench. Dalam teknik
perhitungannya ditetapkan tinggi air (H) dalam trench dan lebar parit (b)
dan dihitung panjang parit (B)
Qi=Q
dh
dt
h2
t2
h
t
Y
h1
t1
X
Qo=FKh
b
t1
Page 58
where,
Qo
Q
As
h
t
F
K
: outflow discharge
: inflow discharge
: cross section area of casing
: depth of water
: duration of flow
: shape factor of casing
: coefficient of permeability
Page 59
where,
B
B
b
f
K
H
T
Q
C
I
A
n
Faktor geometrik parit (f) diturunkan dari faktor geometrik sumur (F) dengan cara
(Sunjoto, 2008):
1). Faktor geometri parit adalah factor geometric sumur kali shape coefficient
(SC).
2). Shape coefficient adalah perimeter coefficient kali area coefficient
3). Perimeter coefficient bentuk lingkaran ke bentuk bujur sangkar adalah keliling
bujur sangkar kali (4b) dibagi keliling lingkaran (2R) atau sama dengan 4b / 2 R .
4). Area coefficient dari bentuk bujur sangkar ke bentuk rectangular adalah akar
dari luas rectangular dibagi luas bujur sangkar atau ( (bB) / b 2 ).
5). Finally harga dari shape coefficient (SC) dari bentuk lingkaran ke bentuk
rectangular adalah sama dengan 4b / 2 R
bB / b 2
2 bB / R .
Page 60
N
o
Condition
b=B = /2,
H=0, L=0 except
f1
L=1
b=B =2,
H=0, L=0 except
f1
L=1
2,980
3,367
12,566
16,000
14,137
18,000
6,283
8,000
4,000
5,093
9,870
12,566
6,283
8,000
6,227
7,928
3,964
5,048
9,870
12,566
2
b
5
L
b
L
b
L
Page 61
b
L
6,283
8,000
13,392
17,050
8,525
10,856
:
7
b
5.b
6.a
6.b
7.a
7.b
Description
Resapan pada tanah porus terletak diantara tanah bersifat kedap air di bagian
dasar dan bagian atas dengan dinding porous setinggi L.
Resapan berbentuk silinder berdinding porous dengan saluran vertikal kedap air
dan seluruhnya berada di tanah yang bersifat porous.
Resapan persegi-panjang berdinding porous dengan saluran vertikal kedap air dan
seluruhnya berada di tanah yang bersifat porous.
Resapan terletak pada tanah bersifat kedap air di bagian atas dan tanah porous
dibagian bawah dengan dasar berbentuk setengah lingkaran.
Idem 3.a namun dasar rata
Resapan terletak pada tanah yang seluruhnya porous dengan dinding resapan
kedap air dan dasar berbentuk setengah lingkaran.
Idem ditto 4.a namun dasar rata
Resapan terletak pada tanah yang kedap air di bagian atas dan porous dibagian
bawah dengan dinding sumur permeabel setinggi L dan dasar berbentuk setengah
lingkaran.
Idem ditto 5.a namun dasar rata
Resapan terletak pada tanah yang seluruhnya porus dengan dinding sumur bagian
atas impermeabel dan bagian bawah permeabel setinggi L dan dasar berbentuk
setengah lingkaran.
Idem ditto 6.a namun dasar rata
Resapan terletak pada tanah yang seluruhnya porus dengan seluruh dinding sumur
permeabel dan dasar berbentuk setengah lingkaran.
Idem ditto 7.a namun dasar rata
Page 62
c. Recharge Yard
5-10 cm
Vertical mulch
(bila muka tanah
kurang porus)
Page 63
7. Saluran Porus
Water losses : evaporasi dan infiltrasi.
Infiltrasi merugikan dari sudut pandang teknik irigasi namun menguntungkan dari
sudut pandang teknik konservasi sumberdaya air.
Infiltrasi di saluran didapat:
a. Diukur langsung dengan cara membendung di dua tempat dan mengukur
penurunan air fungsi waktu.
b. Diukur selisih debit dari dua titik saluran pada real time.
c. Formulasi :
Moritz
(1913)
>
empiris
Bouwer
(1956)
>
semi grafis
Sunjoto
(2008; 2009)
>
analitis
1. Moritz (1913)
dengan :
S
C
Q
V
N
Z
Page 64
Soils
C (m/day)
1.
Concrete
0.02
2.
0.10
3.
0.12
4.
Sandy loam
0.20
5.
Volcanic ash
0.21
6.
0.30
7.
0.37
8.
0.51
9.
0.67
2. Bouwer (1965)
Bouwer membangun suatu formula dan sekaligus grafik yang dijabarkan dari
analog elektrik pada tiga keadaan guna menghitung harga kehilangan air untuk tiap
meter panjang saluran sbb:
dengan :
q
Is / K
k
Ws
Page 65
Page 66
3. Sunjoto
a. Saluran tanpa dinding samping (2008)
Dengan elevasi muka air tanah tertinggi sama dengan elevasi dasar saluran maka:
Ws
Hw
Wb
Hw
Wb
Wv
Hw
Page 67
Dengan:
q
Hw
K
Wb
Ws
Wv
Z
Note:
geomembrane.
Page 68
References
Al-Dahir Z.A., Morgenstern N.R. 1969. Soils Science, Vol. 107, No. 1, 1969, pp. 17-21.
Aravin, V.E., Numerov, S.N. 1965. Theory of fluid flow in undeformable porous media, Translated from Russian,
Israel Program for Scientific Translations, Jerusalem.
Badon Ghyben. 1889., & Herzberg, 2001., in van Dam, J.C. 1985. Geohydrologie, Afdeling der Civiele Techniek,
TH Delft, Nederland.
Bouwer, H. 1965. Theorytical aspects of seepage from open channels, Journal Hydraulics Div. ASCE, pp 37-59.
Dachler, R. 1936. Grundwasserstromung, Julius Springer, Wien.
Darcy. H. 1856. Histoire des Fontaines Publiques de Dijon, Dalmont, Paris.
Departemen Pekerjaan Umum. 1984. Prasarana Pengairan dan Pemukiman Indonesia di Tahun 2000, Simposium
PSLH-ITB, Bandung, 7 Maret 1984.
Departemen Pekerjaan Umum, Litbang Pemukiman. 1990. Tatacara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan
Untuk Lahan Pekarangan, Standar, LPMB, Bandung.
Forchheimer P. 1930. Hydraulik, 3rd, B.G. Teubner, Leipzig.
Harza, L.F. 1935. Transactions, American Society of Civil Engineering, Vol. 100, pp. 1352-1385.
HMTL-ITB. 1990. Peresapan Buatan Sebagai Upaya Pengendalian Banjir Kota Bandung
Hvorslev, M.J. 1951. Time Lag and Soil Permeability in Ground Water Observation, Bulletin 36, Waterways
Experiment Station, Vicksburg, Missisipi.
Kamir, R. Brata. 2007. Cara Pembuatan Lubang Resapan Biopori, Leaftlet, Bagian Konservasi Tanah dan Air, IPB,
Bogor.
Luthian J.N., Kirkham D. 1949. Soils Science, Vol. 99, 1949, pp. 349-358.
Moritz, E.A. 1913. Seepage Losses From Earth Canals, Eng. News 70, 402-5.
Olson R.E., Daniel D.E. 1981. Measurement of hydraulic conductivity of fine grained soils, Permeability and
groundwater contaminant transport, ASTM, STP 746, Zimmie T.F., & Riggs C.O.
Raymond G.P., Azzouz M.M. 1969. Proc. Conference on In-situ investigations of soils and rocks, British
Geotechnical Society, London, pp. 195-203.
Samsioe, A.F. 1931. Zeitschrift fur Angewandte Mathematik und Mechanik, Vol. 11, pp. 124-135.
Setiadi, Benedictus Deddy, 2011. Analisis Dimensi Bangunan Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan, Thesis
S2 di JTSL-FT-UGM
Smiles D.E., Youngs E.G. 1965. Soils Science, Vol. 99, 1965, pp. 83-87.
Sunjoto, S. 1988. Optimasi Sumur Resapan Sebagai Salah Satu Pencegahan Intrusi Air Laut, Pros. Seminar PAUIT-UGM, Yogyakarta.
Sunjoto, S. 1989. Pengembangan Model Hidraulik Aliran Bawah Permukaan, Laporan Penelitian PAU-IT-UGM,
Yogyakarta.
Sunjoto, S. 1993. Sustainable Urban Drainage, International Conference on Management Geo-Water and
Engineering Aspect, Wollongong, Australia, 8-11 February 1993.
Sunjoto, S. 1994. Infiltration Well and Drainage Concept, Proc. on International Conference on Groundwater at
Risk, Helsinki, June 13 - 16, 1994.
Sunjoto, S. 1994. Restoration of Rainwater Infiltration in the Cities, Proc. on International Conferrence on Rain
Water Utilization, Sumida City, Tokyo, August, 1nd-7th, 1994.
Sunjoto, S. 1996. Rekayasa Teknik Dalam Pengembangan Air Bawah Tanah, Sarasehan Air Tanah Dinas
Pertambangan DKI Jakarta, 26 Maret 1996.
Sunjoto, S. 2002. Recharge Wells as Drainage System to Increase Groundwater Storage, Proc. on the 13rd IAHRAPD Congress, Advance in Hydraulics Water Engineering, Singapore, 6-8 August 2002 Vol.I, pp. 511-514.
Sunjoto, S. 2007. Teknik Drainasi Berwawasan Lingkungan, Jurnal Air, Lahan dan Mitigasi Bencana Alami Vol.
12 No. 1 Th 2007 hal. 22-24.
Sunjoto, S. 2007. Banjir Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dan Alternatif Solusi, Pros. Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Sistem Pengelolaan Banjir Berbasis Penataan Ruang, Kerjasama UNDIP-DKI
Jakarta, di Semarang, 30 Agustus 2007.
Sunjoto, S. 2007. Peningkatan Tampungan Air Tanah Akibat Infiltrasi di Saluran, Pros. Lokakarya Nasional
Rekayasa Penanggulangan Dampak Pengambilan Air Tanah, Dept. ESDM, PLG, Jakarta 6 September 2007.
Sunjoto, S. 2007. Dewatering and its Impact to Groundwater Storage, Proc. on International Symposium and
Workshop Current Problem in Groundwater Management and Related Water Resources Issues, 3-8 December
2007, Bali, Indonesia.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Outline Teknik Drainase Pro-Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta
Page 69
Sunjoto, S. 2008. The Recharge Trench as A Sustainable Supply System, Journal of Environmental Hydrology, The
Electronic Journal of the International Association for Environmental Hydrology, On the World Wide Web at
http://www.hydroweb.com Vol. 16 Paper 11 March 2008.
Sunjoto, S. 2008. Eksploitasi Air Laut Untuk Tambak Ikan di Pantai Berpasir, Studi Kasus di Pandansimo Bantul
Yogyakarta, Media Teknik-Majalah Ilmiah Teknologi, Diterbitkan oleh: FT-UGM, No. 2 Th. XXX Edisi Mei
2008.
Sunjoto, S. 2008. Infiltration on Canal as a Method for Recharging Groundwater Storage, Asian Journal of Water,
Environment and Pollution at http://www.capital-publishing.com No 2, Vol. 5 Number 4 Oct-Dec 2008.
Sunjoto, S. 2010. Irrigation Canal Waterlosses, Journal of Environmental Hydrology, The Electronic Journal of the
International Association for Environmental Hydrology, On the World Wide Web at
http://www.hydroweb.com Vol. 18 Paper 5 March 2010.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Penerbit Andi Yogya.
Taylor, D.W. 1948. Fundamental of Soil Mechanics, Wiley, New York.
The Institution of Engineers Australia. 1977. Australian Rainfall and Runoff: Flood Analysis and Design, Canberra.
Wilkinson W.B. 1968. Geotechnique, Vol. 18, No. 2, 1968, pp. 172-194.
Wilson E.M. 1974. Engineering Hydrology, 2 nd ed., The MacMillan Press LTD.
Georgia Stormwater Management Manual - Volume 2 / Section 3.2 http://www.georgiastormwater.com/vol2/3-25.pdf (cited May 4th 2009).
Infiltration Trench Design Example
http://www.stormwatercenter.net/Manual_Builder/infiltration_design_example.htm (cited on May 4th 2009).
New York State Stormwater Management Design Manual - Chapter 8
http://www.dec.ny.gov/docs/water_pdf/swdmchapter8.pdf (cited on May 4th2009).
SNI: 03-2453-2002
http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/SNI/pdf/SNI%2003-2453-2002.pdf (cited on July 28th 2009).
Urban Stormwater Management Manual of Malaysia (MSMAM)
http://msmam.com/wp-content/uploads/msmam/Ch32-Infiltration.pdf (cited on July 23rd 2009).
http://www.bloomingarden.com/verticalmulch.html
http://www.google.co.id/search?q=vertical+mulch&hl=id&prmd=ivns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=l
yitTfPkGo26vQPG9d33Cg&sqi=2&ved=0CD4QsAQ&biw=994&bih=600
Page 70