Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

BAB 4
ANALISA DEBIT ANDALAN

1.1 UMUM

Untuk mengetahui besarnya debit aliran rendah (ketersediaan air) perlu dilakukan
analisa simulasi aliran rendah. Mengingat pencatatan data debit di sungai tidak ada,
maka besarnya debit aliran rendah (ketersediaan air) ditentukan berdasarkan hubungan
hujan dengan debit. Metode yang dipakai untuk menentukan debit aliran rendah
(ketersediaan air) dalam kajian ini terdiri atas beberapa metode yang umum
dipergunakan di Indonesia antara lain adalah metode F.J. Mock, metode SMEC dan
metode Simple Water Balance, namun dalam pekerjaan ini dipakai Metode F.J. Mock.

Untuk keperluan analisa debit aliran rendah ini dibutuhkan beberapa masukan berupa
data-data sebagai berikut :
1. Luas dan karakteristik daerah aliran sungai (DAS)
2. Curah hujan rata-rata wilayah dan jumlah hari hujan
3. Evapotranspirasi berdasarkan analisa data klimatologi menggunakan metode
Penman yang sudah dimodifikasi.

Data-data yang ada diperoleh dari instansi terkait, Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG) Rendani. Sedangkan data yang diolah hanya berupa analisa evapotranspirasi
dengan metode Penman Modifikasi dan analisa ketersediaan air dengan Metode FJ.
Mock

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 1
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

1.2 EVAPOTRANSPIRASI

Evaporasi adalah proses penguapan dari permukaan tanah bebas, sedangkan


transpirasi adalah penguapan yang berasal dari tanaman. Jika kedua proses tersebut
terjadi secara bersamaan disebut evapotranspirasi.

Besar nilai evaporasi dipengaruhi oleh iklim, sedangkan transpirasi dipengaruhi oleh
iklim, jenis, varietas serta umur tanaman.

Dalam pekerjaan ini untuk perhitungan evapotranspirasi digunakan Metode Penman


Modifikasi yang telah disesuaikan dengan keadaan daerah Indonesia.

ETo = c x ETo*
ETo* = W ( 0.75 Rs – Rn1) + (1-W) f(u) (ea-ed)

dengan :
W = faktor yang berhubungan dengan suhu (t) dan elevasi daerah
Rs = radiasi gelombang pendek (mm/hari)
= (0.25 + 0.54 n/N) Ra
Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luas
atmosfir (angka angot)
Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
= f(t). f(ed).f(n/N)
f(T) = fungsi suhu =  . Ta4
f(ed) = fungsi tekanan uap
= 0,34 – 0,044 (ed)1/2
f(n/N) = fungsi kecerahan
= 0,1 + 0,9 n/N
f(u) = fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 meter (m/det)
= 0,27 (1+0,864 u)
(ea-ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan uap sebenarnya
ed = ea . RH
RH = kelembaban udara relatif (%)
C = angka koreksi Penman yang besarnya melihat kondisi siang
dan malam

Prosedur perhitungan ETo berdasarkan rumus Penman modifikasi adalah sebagai


berikut :

1. Mencari data suhu rerata bulanan (t) dari tabel


2. Berdasarkan nilai (t) dicari nilai (ea), W dan (1-w)
3. Cari data kelembaban relatif (RH)

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 2
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

4. Berdasar nilai (ea) dan RH cari (ed)


5. Berdasar nilai (ed) cari nilai f(ed)
6. Cari letak lintang daerah yang ditinjau
7. Berdasar letak lintang cari nilai Ra dari tabel
8. Cari data kecerahan matahari (n/N) dari tabel
9. Berdasar nilai (Ra) dan (n/N) cari besaran (Rs)
10. Berdasar nilai (n/N) cari nilai f(n/N)
11. Cari data kecepatan angin rerata bulanan (u) pada tabel
12. Berdasar nilai (u) cari besaran f(u)
13. Hitung besar Rn1 = f(t) . f(ed).f(n/N)
14. Cari besarnya angka koreksi ( c ) pada tabel
15. Hitung ETo*
16. Hitung ET

Tabel 4. 1. Perbandingan Penmann a = (δ/) Fungsi Suhu (T 0C).

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 3
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 2. Tekanan uap Jenuh (es) dalam hPa sebagai Fungsi dari suhu udara T(oC).

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 4
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 3. Nilai (Ra Radiasi) Ekstratertial (Angot) Setara Penguapan (Lintang Selatan).

Sumber : Buku Hidrologi – Operasional Jilid Kesatu.

Tabel 4. 4. Koefisien Refleksi, .

K oefisie n
No P e rm u ka an R efle ksi
[r]
1 R ata-rata p erm uk aa n bu m i 40 %
2 C a ira n sa lju y a ng jatuh d i ak hir m u sim – m asih 40 – 85 %
3 seg ar
S pesies tu m bu h a n pad a ng p asir d e nga n d au n 30 – 40 %
4 ber bu lu
R u m p ut, ting g i d a n ker in g 31 – 33 %
5 P erm uk aa n p a da ng pasir 24 – 28 %
6 T u m bu h a n h ijau ya ng m e m ba ya ng i se lu ru h 24 – 27 %
7 tanah
T u m bu h a n m u da ya ng m e m b a ya ng i se bag ia n 15 – 24 %
8 tanah
H u tan m u sim a n 15 – 20 %
9 H u tan ya ng m e ng hasilka n bu a h 10 – 15 %
10 T ana h gu nd u l kering 12 – 16 %
11 T ana h gu nd u l le m ba b 10 – 12 %
12 T ana h gu nd u l basa h 8 – 10 %
13 P asir, ba sa h – ker ing 9 – 18 %
14 A ir bersih, e le vasi m atahari 45 0 5%
15 A ir bersih, e le vasi m atahari 20 0 14 %

Sumber : Buku Hidrologi – Operasional Jilid Kesatu.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 5
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 5. Hasil perhitungan evaporasi dengan metode Penmann Modifikasi.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 6
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

1.3 DEBIT ANDALAN METODE MOCK

Dengan metode Water Balance dari DR.F.J Mock dapat diperoleh suatu estimasi
empiris untuk mendapatkan debit andalan. Metode ini didasarkan pada parameter data
hujan, evapotranspirasi dan karakteristik DAS setempat.

Untuk mendapatkan debit bulanan, pada pertimbangan hidrologi daerah irigasi


digunakan metode Dr. F.J. Mock dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Hitung Evapotranspirasi Potensial


2. Hitung Limitted Evapotranspirasi
3. Hitung Water Balance
4. Hitung Aliran Dasar dan Limpasan Langsung

1. Data Curah Hujan

Data curah hujan digunakan adalah curah hujan efektif bulanan yang berada
dalam DAS. Stasiun curah hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap
mewakili kondisi hujan di daerah tersebut.
2. Evapotranspirasi Terbatas (Et)

Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi aktual dengan


mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah
hujan.
Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data :

1. Curah hujan tengah bulanan (P), diambil dari data curah hujan setengah
bulanan (mm)

2. Jumlah hari hujan tengah bulanan (n)


3. Jumlah permukaan kering setengah bulanan (d), dihitung dengan asumsi
bahwa tanah dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan
selalu menguap sebesar 4 mm.
d
E  Ep  m
30
Dimana :
E = perbedaan evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi
terbatas (mm)
Ep = evapotranspirasi potensial (mm)
Ra = jumlah hari tanpa hujan dalam 1 bulan
2
d  18  n
3

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 7
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

n = jumlah hari hujan dalam satu bulan


m = prosentase lahan yang tidak tertutup vegetasi (exposed surface),
(%)

4. Exposed surface (m%), ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan, atau
dengan asumsi.
m = 0 % untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0 % pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap bulan
kering untuk lahan sekunder.
m = 10 % - 40 % untuk lahan yang tererosi
m = 20 % - 50 % untuk lahan pertanian yang diolah
Secara matematis evapotranspirasi terbatas dirumuskan sebagai berikut :
ET = Ep - E
E = Ep*(m/20)*(18-n)
Di mana :
E = Beda antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi
terbatas (mm)
ET = evapotranspirasi terbatas (mm)
Ep = evapotranspirasi potensial (mm)
m = singkapan lahan (Exposed surface (%))
n = jumlah hari hujan dalam sebulan
Singkapan lahan dapat diasumsikan seperti pada tabel berikut :

Tabel 4. 6. Singkapan Lahan Sesuai Tata Guna Lahan.

No. Jenis Penggunaan Lahan S. Lahan (%)


1 Hutan Lebat 0
2 Lahan tererosi 10 - 40
3 Lahan pertanian 30 - 50

3. Faktor Karakteristik Hidrologi


Faktor bukaan lahan
m = 0 % untuk lahan dengan hutan lebat
m = 10 – 40 % untuk lahan tererosi
m = 30 – 50 % untuk lahan pertanian yang diolah
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan untuk seluruh daerah studi yang
merupakan daerah terbuka berbatu dapat diasumsikan untuk faktor m
diambil 20 % - 40 %.

Luas Daerah Pengaliran

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 8
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran kemungkinan akan


semakin besar pula ketersediaan debitnya.
Kapasitas Kelembaban Tanah (SMC)
Soil moisture capacity adalah kapasitas kandungan air pada lapisan tanah
permukaan (surface soil) per m2. Besarnya Soil Moisture Capacity untuk
perhitungan ketersediaan air ini diperkirakan berdasarkan kondisi posositas
lapisan tanah permukaan dari DAS. Semakin besar porositas tanah, akan
semakin besar pula Soil Moisture Capacity yang ada.
Dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm sampai dengan 250
mm.
Persamaan yang digunakan :
SMC(n) = SMC(n-1) + IS(n)
Ws = As - IS
di mana:
SMC = Kelembaban tanah (diambil 50mm/205mm)
SMC(n) = Kelembaban tanah bulan ke n
SMC(n-1) = Kelembaban tanah bulan ke n - 1
IS = Tampungan awal (initial storage) 200 mm
As = Air hujan yang mencapai permukaan tanah

4. Keseimbangan air di permukaan tanah

Keseimbangan air permukaan tanah di permukaan tanah dipengaruhi oleh faktor-


faktor sebagai berikut :
- Air hujan
- Kandungan air tanah (soil storage)
- Kapasitas kelembaban tanah (soil Moisture Capasity)
Air Hujan (As)
Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
As = P - Et
di mana :
As = air hujan mencapai permukaan tanah
P = Curah hujan bulanan
Et = Evapotranspirasi
Kandungan air tanah

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 9
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Besar kandungan tanah tergantung dari harga As, bila harga As negatif,
maka kapasitas kelembaban tanah akan berkurang dan bila As positif maka
kelembaban tanah akan bertambah.

5. Aliran dan Penyimpangan Air Tanah (run off & ground water storage)

Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan kondisi
tanahnya. Data-data yang diperlukan untuk menentukan besarnya aliran air tanah
adalah sebagai berikut :
Koefisien Infiltrasi
Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan DAS. Lahan DAS yang porous memiliki koefisien infiltrasi yang
besar. Sedangkan lahan yang terjal memiliki koefisien infiltrasi yang kecil,
karena air akan sulit terinfiltrasi ke dalam tanah. Batasan koefisien infiltrasi
adalah 0-1.
Faktor Reresi Aliran Tanah (k)
Faktor resesi adalah perbandingan antara aliran air tanah pada bulan ke-n
dengan aliran air tanah pada awal bulan tersebut. Faktor resesi aliran tanah
dipengaruhi oleh sifat geologi DAS. Dalam perhitungan ketersediaan air
dengan metode Mock, besarnya nilai k didapat dengan cara coba-coba
(trial), sehingga dapat dihasilkan aliran seperti yang diharapkan.
Initial Storage (IS)
Initial Storage atau tampungan awal adalah perkiraan besarnya volume air
pada awal perhitungan. Initial Storage di lokasi studi diasumsikan sebesar
100 mm.
Penyimpangan Air Tanah (Ground Water Storage)
Penyimpangan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat
dan waktu. Sebagai permulaan dari simulasi harus ditentukan
penyimpangan awal (initial storage) terlebih dahulu.
Persamaan yang dipergunakan dalam perhitungan penyimpanan air tanah
adalah sebagai berikut :
Vn = k * V(n-1) + 0.5 (1 + k) ln
Vn = Vn - V(n-1)
di mana :
Vn = Volume air tanah bulan ke n
K = qt/qo = faktor resesi aliran tanah
qt = aliran air tanah pada waktu bulan ke t

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 10
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

qo = aliran air tanah pada awal bulan (bulan ke 0)


vn - 1= volume air tanah bulan ke (n-1)
vn = Perubahan volume aliran air tanah

6. Aliran Sungai
Aliran Dasar = infiltrasi - Perubahan aliran air dalam tanah
Aliran permukaan = volume air lebih - infiltrasi
Aliran sungai = aliran permukaan + aliran dasar
Aliran sungai x Luas DAS
Debit andalan =
1 bulan dalam detik
Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dari aliran langsung (direct run off),
aliran dalam tanah (interflow), dan aliran tanah (base flow).
Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah :
1. Interflow = infiltrasi - volume air tanah
2. Direct run off = water surflus - infiltrasi
3. Base flow = aliran yang selalu ada sepanjang tahun
4. Run off = interflow + direct run off + base flow

Hasil perhitungan debit andalan metode F.J. Mock disajikan pada tabel berikut :

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 11
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 7. Hasil perhitungan debit andalan tahun 1998.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 12
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 8. Hasil perhitungan debit andalan tahun 1999.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 13
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 9. Hasil perhitungan debit andalan tahun 2000.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 14
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 10. Hasil perhitungan debit andalan tahun 2001.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 15
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 11. Hasil perhitungan debit andalan tahun 2002.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 16
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 12. Hasil perhitungan debit andalan tahun 2003.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 17
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 13. Hasil perhitungan debit andalan tahun 2004.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 18
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 14. Hasil perhitungan debit andalan tahun 2005.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 19
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 15. Hasil perhitungan debit andalan tahun 2006.

Sumber : Hasil analisis.


Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 20
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 16. Hasil perhitungan debit andalan tahun 2007.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 21
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 17. Hasil perhitungan debit andalan tahun 2008.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 22
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Sumber : Hasil analisis.

Tabel 4. 18. Hasil perhitungan debit andalan tahun 2009.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 23
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Sumber : Hasil analisis.

Tabel 4. 19. Hasil perhitungan debit andalan tahun 2010.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 24
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Sumber : Hasil analisis.

Tabel 4. 20. Rekapitulasi debit andalan Meode Mock.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 25
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 4. 21. Perhitungan debit andalan Q80.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 4 - 26

Anda mungkin juga menyukai