SGD 6 - Kehamilan Ektopik Terganggu
SGD 6 - Kehamilan Ektopik Terganggu
Oleh
SGD VI :
Ni Wayan Mas Utami Garniswari
1002105054
1102105011
1102105014
1102105020
Ni Kadek Diyantini
1102105023
Ni Wayan Kuniawati
1102105032
1102105033
1102105042
I Ketut Sugiarsa
1102105045
1102105053
1102105054
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat,
keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu, kehamilan
ektopik terganggu merupakan peristiwa peristiwa yang dapat dihadapi oleh setiap
dokter, karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu,
hal yang perlu di ingat ialah, bahwa pada setiap wanita dalam masa produksi dengan
gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu
dipikirkan kehamilan ektopik terganggu.
1.2
TUJUAN
1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami teori-teori yang dapat dalam proses
belajar sehingga dapat diterapkan.
1.2.2
Tujuan Khusus
-
BAB II
KONSEP DASAR ENDOMETRIOSIS
Definisi
- Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi
-
2.
Epidemiologi
Kehamilan ektopik terganggu masih sulit diketahui, karena biasanya penderita
tidak menyampaikan keluhan yang khas, kehamilan ektopik baru memberikan
gejala bila kehamilan tersebut terganggu. Sehingga insidens kehamilan ektopik
yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara kuantitatif mortalitas akibat
KET berhasil ditekan, persentase insidens dan prevalensi KET cenderung
meningkat dalam dua dekade ini. Dengan berkembangnya alat diagnostik canggih,
semakin banyak kehamilan ektopik yang terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula
insidens dan prevalensinya. Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan
persentase kehamilan ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan
angka terjadinya kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik, terutama IUD dan
mungkin juga progestagen dosis rendah. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga
meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi
di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro, ikut berkontribusi terhadap
peningkatan frekuensi kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik lebih sering di
temukan pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit putih. Perbedaan ini
diperkirakan karena peradangan pelvis lebih banyak ditemukan pada golongan
wanita kulit hitam. Kehamilan ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan
gizi buruk dan keadaan kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di
Negara sedang berkembang dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi
rendah daripada di Negara maju dan pada masyarakat yang berstatus sosioekonomi tinggi. Di Amerika Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64
hingga 1 dari 241 kehamilan, kejadian ini dipengaruhi oleh faktor sosial, mungkin
karena pada golongan pendapatan rendah lebih sering terdapat gonorrhoe karena
kemungkinan berobat kurang.
Usia merupakan faktor resiko yang penting terhadap terjadinya kehamilan ektopik.
Sebagian besar wanita mengalami kehamilan ektopik berumur 20-40 tahun dengan
umur rata-rata 30 tahun. Menurut Linardakis (1998) 40% dari kehamilan ektopik
terjadi antara umur 20-29 tahun.
Ras/Suku Menurut Philip Kotler, banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang, salah satunya adalah faktor sosial dan kebudayaan. Suku termasuk
bagian dari budaya yang tentunya akan mempengaruhi perilaku dalam
menggunakan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan. Kehamilan
ektopik lebih sering di temukan pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit
putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis lebih banyak
ditemukan pada golongan wanita kulit hitam.
Riwayat Penyakit Terdahulu yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik
adalah infeksi, tumor yang mengganggu keutuhan saluran telur, dan keadaan
infertile.
Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik adalah
kehamilan ektopik, induksi abortus berulang dan mola. Sekali pasien pernah
mengalami kehamilan ektopik ia mempunyai kemungkinan 10 sampai 25% untuk
terjadi lagi. Hanya 60% dari wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik
menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14.6%.
Riwayat kontrasepsi membantu dalam penilaian kemungkinan kehamilan ektopik.
Pada kasus-kasus kegagalan kontrasepsi pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral atau dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) , rasio
kehamilan ektopik dibandingkan dengan kehamilan intrauterin adalah lebih besar
daripada wanita wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi. Kejadian
kehamilan ektopik pada akseptor AKDR dilaporkan 12 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan pemakai kondom. Diperkirakan terjadi 2 kehamilan ektopik
per 1000 akseptor AKDR setiap tahun.
Akseptor pil yang berisi hanya progestagen dilaporkan mempunyai insiden yang
tinggi terhadap kehamilan ektopik apabila terjadi kehamilan selagi menjadi
akseptor, yaitu 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan insidennya yang biasa.
Pada pemakai pil mini 4-6% dari kehamilannya dilaporkan adalah ektopik, akan
tetapi dilaporkan tidak terjadi perubahan insiden pada akseptor pil kombinasi.
Riwayat operasi tuba karena adanya riwayat pembedahan tuba sebelumnya baik
prosedur sterilisasi yang gagal maupun usaha untuk memperbaiki infertilitas tuba
semakin umum sebagai faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik.
Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan meningkatkan insiden
kehamilan ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas
reseptor andrenergik dalam tuba.
3.
Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik dapat diketahui dan dapat juga tidak, atau bahkan
belum diketahui. Beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik, meliputi faktor
uterus, tuba, dan ovum.
a.
Faktor uterus
Tumor rahim yang menekan tuba mengakibatkan pejalanan telur
terhambat
Uterus hipoplastis menyebabkan lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk
terganggu
Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba sehingga perjalanan sel telur
dalam tuba
Lumen kembar dan sempit
c. Faktor Ovum
Migrasi eksterna dari ovum, yaitu perjalanan ovum dari ovarium kanan ke
tuba kiri atau sebaliknya sehingga dpat memperpanjang perjalanan telur
4. Manifestasi klinis
Trias gejala & tanda dari kehamilan ektopi kadalah :
-
Patofisiologi
Beberapa hal dibawah ini ada hubungannya dengan terjadinya kehamilan
ektopik
a. Pengaruh faktor mekanik
Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan ektopik antara lain:
riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat operasi nonginekologis
seperti
apendektomi,
pajanan
terhadap
diethylstilbestrol,
kadar estrogen dan progesteron serum. Dalam hal ini terjadi perubahan jumlah
dan afinitas reseptor adrenergik yang terdapat dalam utrus dan otot polos dari
saluran telur. Ini berlaku untuk kehamilan ektopik yang terjadi pada akseptor
kontrasepsi oral yang mengandung hanya progestagen saja, setelah memakai
estrogen dosis tinggi pascaovulasi untuk mencegah kehamilan. Merokok pada
waktu terjadi konsepsi dilaporkan meningkatkan insiden kehamilan ektopik
yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas reseptor
adrenergik dalam tuba.
c. Kegagalan kontrasepsi
Sebenarnya insiden sesungguhnya kehamilan ektopik berkurang karena
kontrasepsi sendiri mengurangi insidensi kehamilan. Akan tetapi dikalangan
para akseptor bisa terjadi kenaikan insiden kehamilan ektopik apabila terjadi
kegagalan pada teknik sterilisasi. Alat kontrasepsi dalam rahim selama ini
dianggap sebagai penyebab kehamilan ektopik. Namun ternyata hanya AKDR
yang mengandung progesteron yang meningkatkan frekuensi kehamilan
ektopik. AKDR tanpa progesteron tidak meningkatkan risiko kehamilan
ektopik, tetapi bila terjadi kehamilan pada wanita yang menggunakan AKDR,
besar kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik.
d. Peningkatan afinitas mukosa tuba
Dalam hal ini terdapat elemen endometrium ektopik yang berdaya
meningkatkan implantasi pada tuba.
e. Pengaruh proses bayi tabung
Beberapa kejadian kehamilan ektopik dilaporkan terjadi pada proses
kehamilan yang terjadi dengan bantuan teknik-teknik reproduksi (assisted
reproduction).Kehamilan tuba dilaporkan terjadi pada GIFT (gamete
intrafallopian transfer),IVF (in vitro fertilization), ovum transfer, dan induksi
ovulasi. Induksi ovulasi dengan human pituitary hormone dan hCG dapat
menyebabkan kehamilan ektopik bila pada waktu ovulasi terjadi peningkatan
pengeluaran estrogen urin melebihi 200 mg sehari.
6. Klasifikasi
Kehamilanektopikdapatdibedakanberdasarkantempatterjadinyaimplantasi, yaitu:
a. Kehamilan tuba, yaitu kehamilan ektopik yang terjadi pada setiap bagian dari
tuba fallopi. Persentase terjadinya kehamilan ektopik yang berlokasi di tuba
adalah sangat besar yang mencapai 95%. Implantasi bisa terjadi pada ampulla
(55%), isthmus (25%), fimbrial (17%), atau pun pada interstisial (2%) dari
tuba. Karena kemampuan perkembangan tuba fallopi yang terbatas, sebagian
besar akan pecah (ruptura) pada umur kehamilan 35-40 hari.
b. Kehamilan ovarial, merupakan bentuk yang jarang (0,5%) dari seluruh
kehamilan ektopik dimana terjadinya implantasi adalah di ovarium.
c. Kehamilan servikal, merupakan bentuk kehamilan ektopik yang jarang sekali
terjadi, dimana implantasi terjadi di dalam selaput lender serviks.
d. Kehamilan abdominal, terjadi karena implantasi terjadi pada rongga abdomen
yang kejadiannya kurang dari 0,1% dari
abdomen.
Sekunder, yaitu implantasi awalnya terjadi ditempat yang lain (tuba,
ovarium, dll) lalu berpindah ke dalam rongga abdomen karena terlepas
mati/ruptur.
f. Kehamilan tubouteina, merupakan kehamilan yang awalnya implantasi di
bagian tuba pars interstitialis, kemudian mengalami ekstensi secara perlahan
kedalam kavum uteri.
g. Kehamilan tuboabdominal, yaitu awalnya mengalami implantasi di sekitar
bagian fimbriae tuba, kemudian secara perlahan mengalami ekstensi ke kavum
peritoneal.
h. Kehamilan tuboovarial, terjadi bila kantung janin sebagian melekat pada tuba
dan sebagian pada jaringan ovarium.
7. Penatalaksanaan
Pengobatan mencakup pengangkatan kehamilan ektopik secara bedah, karena
kondisi telah mengancam jiwa. Apabila pembedahan dilakukan lebih dini, hampir
sebagian besar pasien dapat pulih dengan cepat; jika terjadi ruptur tuba, maka
mortalitasnya meningkat. Jenis pembedahan ditentukan oleh ukuran dan keluasan
kerusakan lokal pada tuba; pembedahan berkisar dari konservatif sampai yang
lebih ekstensif. Pembedahan konservatif dapat mencakup milking kehamilan
ektopik dari tuba. Reseksi tuba falopii yang sakit dengan anastomosis ujung ke
ujung dapat efektif. Beberapa ahli bedah mencoba untuk menyelamatkan tuba
dengan salpingostomi, yang mencakup membuka dan mengevakuasi tuba dan
mengontrol pendarahan. Pembedahan ekstensif mencakup pengangkatan tuba saja
(salpingektomi) atau dengan ovariumnya (salpingooofarektomi). Bergantung pada
jumlah darah yang hilang, terapi komponen darah dan pengobatan untuk syok
sebelum dan selama pengobatan.
Methotrexate, suatu preparat kemoterapeutik, digunakan setelah pembedahan untuk
mengatahui setiap jaringan yang tertinggal, seperti yang ditandai dengan
peningkatan kadar beta-HCG yang menetap. Pemeriksaan beta- HCG diulang 2
minggu setelah pembedahan untuk memastikan kadarnya telah menurun.
Pilihan lainnya adalah penggunaan methotrexate tanpa pembedahan. Karena obat
ini menghentikan kemajuan kehamilan, obat ini akan menghentikan kehamilan
dini, pada tuba yang belum ruptur. Efek samping termasuk stomatitis dan diare,
supresi sumsum tulang, kerusakan fungsi hati, dermatitis, dan pleuritis. Dosis
didasarkan pada kadar beta-HCG pasien. Faktor citrovorum (leukovorin) telah
digunakan untuk mengurangi efek toksik methotrexate. Enzim hepar juga dipantau
dengan pemeriksaan ultrasoound yang sering dan dengan mengkaji kadar serum
HCG.
8. Pencegahan
Pencegahan adalah usaha usaha yang dilakukan sebelum sakit (prepatogenesis),
antaralain :
Perbaikan dan peningkatan status gizi karena keadaan gizi buruk dan keadaan
kesehatan yang rendah menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi
10
ektopik.
Menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko kehamilan ektopik
seperti merokok terutama pada waktu terjadi konsepsi, menghindari hubungan
seksual multi partner (seks bebas) atau tidak berhubungan selain dengan
pasangannya.
Memberikan dan menggalakkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
seperti penyuluhan
Penggunaan kontrasepsi yang efektif.
11
12
e) Pola istirahat
Px mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak, pikiran kacau, terus gelisah.
f)
masalah penyakitnya,
2. Diagnosa
13
akut
berhubungan
dengan
agen
cedera
iologis
ditandai
dengan
hasil
akut Setelah dilakukan
berhubungan
dengan
cedera
asuhan keperawatan
kriteria hasil:
control
Dengan kriteria hasil:
-Nyeri berkurang (4)
-Penggunaan analgesik
yang
direkomendasikan (4)
-Nyeri terkontrol (4)
NOC label: Pain level
Intervensi
Evaluasi
S:
Management
Klien mengatakan
nyeri
komprehensif
2. Observasi reaksi
atau terkontrol
nonverbal dari
ketidak nyamanan.
3. Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
klien sebelumnya.
4. Kontrol faktor
lingkungan yang
mempengaruhi nyeri
(4)
-Tidak merintih dan
pencahayaan,
menangis(4)
-Ketegangan di wajah
kebisingan
5. Ajarkan teknik non
klien berkurang(4)
farmakologis untuk
mengatasi
berkurang
O:
Pasien
tidak
meringis,
tidak
merintih,
tidak
terdapat
ketegangan
diwajah,
penggunaan
analgesic
tepat
yang
14
PK perdarahan
Setelah
dilakukan
umum pasien
keperawatan 2. Monitor tanda vital
3. Monitor
jumlah
selama......x24
jam
perdarahan
pada
pasien
dapat
pasien
meminimalkan
4. Anjurkan
untuk
perdarahan
dengan
meningkatkan
kriteria hasil :
asupan nutrisi klien
tindakan
1. Tidak
perdarahan,
terjadi
tanda
yg bergizi
5. Kolaborasi
untuk
pemeberian
terapi
intravena
berhubungan
dengan
tidak
merasa lemas
O:
Pasien
segar
nampak
dan
kulit
dan
HMT,
Retic,
status Fe
dilakukan NIC : Active Listening
1. Menetapkan tujuan
asuhan keperawatan
dari interaksi
x24 jam diharapkan
2. Menunjukkan sikap
cita Setelah
badannya
tranfusi darah
6. Kolaborasi kontrol
Hb,
Duka
Pasien mengatakan
S:
Pasien mengatakan
dapat
menerima
bagian
dan hasil :
NOC
:
Grief
klien menyatakan
proses
tubuh
Resolution
perasaannya
ditandai dengan
1. Klien mampu
4. Mendengarkan pesan
membuat
menyatakan perasaan
yang belum
makna
kehilangan
tersampaikan tetapi
kehilangan,
2. Klien mau berdiskusi
akan disampaikan
distress
tentang perasaan
psikologi
yang dialami
3. Klien menyatakan
penerimaan terhadap
kehilangan
4. Klien melaporkan
kemampuan seksual
normal
15
kehilangan
yang
terjadi
pada
kandungannya
O:
Pasien
tidak
tampak
sedih,
dapat
beraktivitas
seperti biasa
16
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi
berimplantasi, tumbuh dan berkembang diluar endometrium cavum uteri. Kehamilan
ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk dan keadaan kesehatan
yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di Negara sedang berkembang dan pada
masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah. Kehamilan ektopik dipengaruhi
oleh kondisi tuba, uterus, dan ovum. Manifestasi klinisnya berupa nyeri abdominal,
keterlambatan
haid,
dan
perdarahan
abnormal.
Penatalaksanaanya
berupa
DAFTAR PUSTAKA
17
melalui
alamat:
Haji
Adam
Malik
MedanTahun
di
2003-2008
(diaksesmelaluihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14667/1/09e00840.pdfpadata
nggal 4 maret 2014)
Smeltzer C. Suzanne, Bare G.Brenda.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Yulaikhah, Lily. 2008. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC