Anda di halaman 1dari 3

PETUNJUK MENGAJAR BUKU IQRO

JILID 1 - 6
JILID

KETERANGAN
1.

2.

1-6
3.
4.

5.

6.

Sistem
a. CBSA ( cara belajar santri aktif), Guru sebagai penyimak saja, jangan sampai menuntun
kecuali hanya memberikan contoh pokok pelajaran
b. Privat, penyimakan seorang demi seorang
c. Asistensi. Setiap santri yang lebih tinggi pelajarannya diharap membantu menyimak antri
yang lain
Catatan : Bila pelajaran dilakukan secara klasikal, guru hanya menerangkan pokok-pokok
pelajaran secara bersama-sama. Dan sebagi penguji bagi santri yang sudah halaman EBTA.
Mengenai judul , guru langsung memberikan contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak
komentar. Setiap huruf /kata yang dibaca betul, guru jangan diam saja, tetapi sembari
mengiyakan.
Sekali huruf dibaca betul tidak boleh/jangan diulangi lagi
Bila santri keliru baca huruf, cukup betulkan huruf yang keliru itu saja dengan cara :
- Isyarat, umpamanya dengan kata-kata eee.., awas.., stop dan sebagainya. Tetapi harus
komunikatif, tidak membuat santri gugup atau kaget.
- Bila dengan isyarat masih tetap keliru , berilah titian ingatan. Umpamanya santri lupa
membaca huruf (za) guru cukup memperingatkan titiknya, Bila tidak ada titiknya dibaca
(ro)
- Bila masih lupa maka barulah ditunjukkan bacaan yang sebenarnya
Bila santri panjan-panjang dalam membacanya maka guru harus dengan tegas
memperingatkan ( sebab yang betul bacaan pendek-pendek) dan sebaikya dibaca putusputus saja, bila perlu ditekan
Pelajaran satu ini berisi pengenalan huruf yang berfathah, maaka sebelum dikuasai benar
jangan naik ke jilid berikutnya. Sedangkan bila kemampuan maksimal masih belum fasih
maka terpaksa sementara boleh :

Lebih diarahkan ke bunyi SIA daripada keliru ( sa)


Lebih diarahkan ke bunyi DHO (dengan suara kendur) daripada keliru

Lebih diarahkan ke bunyi ( dicara dengan bibir agak maju) daripada keliru
Lebih diarahkan ke bunyi KO daripada keliru
1-3
1-6
2

2-4
2-6
1-3
3-6

Jadi bisa naik ke jilid 2 tetapi her (mengulangi) pada huruf-huruf tersebut. Pada saat di iqro 2
diharapkan tidak ada yang her lagi
7. Bagi santri yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu dipacu dalam
menyelesaikan pelajarannya, maka membaca boleh diloncat-loncatkan, tidak harus utuh
sehalaman
8. Untuk EBTA, sebaiknya ditentukan guru pengujinya
9. Bila pada pelajaran yang lalu pada huruf-huruf tertentu maka dalam mempelajari jilid 2
sambil menyempurnakan bacaan yang her tersebut
10. Mengenai judul-judul huruf yang dirangkai, guru tidak perlu menerangkan; umpamanya ini
ba dimuka, ini Ba di tengah dst.. Sebab biasanya santri sudah paham bisa membacanya. Jadi
guru hanya menyiak saja.
11. Mulai halaman 16, mad/panjang, panjangnya sementara boleh lebih dari 2 harokat. Yang
penting harus jelas bedanya, mana yang pendek dan mana yang panjang.
12. Membaca putus-putus walaupun hurufnya bersambung. Akan tetapi akan lebih baik bila
membaca juga dirangkai. Hal ini perlu kepiawaian guru untuk membiasakan santri membaca
dengan dirangkai per kata atau satu kalimat.
13. Bila santri keliru baca panjang (yang semestinya pendek), guru cukup menegur,Kok panjang
Mengapa panjang
14. Bila santri sering memanjangkan bacaan(yang semestinya pendek) karena sambil mengingatingat huruf/kata didepanny, maka tegurlah dengan, membacanya putus-putus saja dan
kalau perlu huruf didepannya ditutup dulu agar tidak berpikir.
15. Guru tidak boleh memberikan contoh bacaan yang menimbulkan anak ingin meniru irama
seperti lancarnya guru. Bila hal ini terjadi santri akan terbebani oleh keinginan yang belum
sampai kemampuannya, sehingga membacanya banyak kesalahan (panjang-pendek,
FILE/SDL/IQRO/2010

mengulang-ulang dan sebagainya)


16. Bila santri mengulang-ulang bacaan karena sambil berpikir bacaan di depannya; umpanya ..

2-6

dibaca berulang-ulang maka tegurlah dengan :

nya ada berapa? Sebab

pedomannya, sekali betultidak boleh diulang lagi

4-6
3-6

17. Santri tidak harus dikenalkan istilah tanwin, sukun dst. Yang pokok santri betul bacaannya
18. Bila santri keliru baca ditengah / akhir kalimat, mak betulkan yang keliru itu saja,
membacanya tidak perlu diulang dari awal kalimat. Seteleh selesai sehalaman agar
mengulang kalimat yang keliru tadi.
19. Untuk memudahkan ingatan, huruf-huruf qolqolah boleh disingkat

5
3-6

6
1-6

Perlu
diketahui

(jilid 4 halaman 18)

20. Agar menghayati bacaaan penting dan utnuk membuat suasana semarak, baik anadaikata
santri diajak membaca bersama-sama yaitu halaman 3, 9, 11, 23
21. Untuk menentukan bacaan betul pada halaman 23 (hamzah sukun) santri diajak membaca
dengan harokat fathah dulu dengan berulang-ulang dan baru dimatikan.
Contoh :..
22. Halaman 23 adalah surat Al-Muminun ayat 1-11 sebaiknya santri dianjurkan menghapalnya
bila memungkinkan dapat dengan artinya.
23. Bila ada beberapa santri yang sama tingkat pelajarannya boleh dengan system tadarus secara
bergiliran sekitar dua baris yang lain yang menyimak
24. Mulai jilid 5 sudah perlu dikenalkan nama-nama huruf ( lihat Iqro 1 halaman 36)
Dan tanda-tanda seperti dibawah ini :
Fathah =

Kasroh = .

Dhommah = .

Tasydid =

Tanwin = ..

Sukun

= .

25. Agar menghayati bacaan-bacaan penting dan untuk membuat suasana semarak, baik
andaikata santri diajak membaca bersama-sama/koor halaman 16 s/d 19 (tiga baris bagian
atas)
26. Materi halaman EBTA ini sebaiknya dihapal sebagaimana kurikulum LPPTKA BKPRMI yang
masih berlaku
27. Walaupun telah menginjak jilid 6 ini, pedoman membaca pelan asal benar tetap berlaku.
Jadi taka apa-apa andaikata ada santri yang membacanya sangat lambat/tersendat-sendat
seperti banyak saktah atau terhenti asalkan setiap yang dibaca betul semua. Pada saat
memasuki Al-Quran juz 1-5 hal tersebut harus dibenahi secara bertahap. Maka peran guru
yang mengajar Al-Quran sangatlah penting.
a. Setelah tamat Iqro jilid 6 langsung tadarrus juz 1, 2, ddan seterusnya. Disarankan pada juz 1,
setiap ayat diulang-ulang sampai betul, lancer dan fasih. Bacaan santri pada saat di Iqro 6
masih putus-putus/ saktah hendaknya mulai disambung membaca dalam satu napas.
b. Pengajaran bulu Iqro (1 s/d 6) sudah dengan pelajaran tajwid yaitu tajwid praktis artinya
santri akan bisa membaca dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid. Pengajaran ilmu tajwid
dilaksanakan pada saat santri tadarrus beberapa juz (lihat GBPP TPA paket B)
c. Kunci kesuksesan dalam mengajar iqro adalah menguasai dan melaksanakan petunjuk
mengajar ini secara konsisten dan dituntut pula guru harus FASIH DAN TARTIL dalam
membaca Al-Quran. Maka seadainay sementara ada asisten yang membantu mengajar jilid 1
sedang dia sendiri baru tamat jilid 1, tetapi fasih membacanya, akan lebih baik hasilnya dari
pada diajari guru yang sudah Al-Quran tetapi tidak fasih dan tartil bacaannya. Sebab bagi
asisten yang cerdas akan tinggal meniru saja cara guru ahli sewaktu mengajarnya

Catatan :
1. Petunjuj mengajar ini disalin dari Buku pedoman pengelolaan TK/TPA yang diterbitkan oleh Balai Penelitian
dan Pengembangan LPTQ c.q Tim Tadarrus AMM Yogyakarta
2. Petunjuk ini akan sangat bermanfaat bila dibaca, dihayati dan dilaksanakan. Sebab sebaik apapun sebuah
metode kalau petunjuknya hanya menjadi hiasan rak buku atau arsip TPA, maka kelak akan menjadi
mubazir.

FILE/SDL/IQRO/2010

FILE/SDL/IQRO/2010

Anda mungkin juga menyukai