Anda di halaman 1dari 21

DESAIN CASING PADA SUMUR BERARAH DENGAN MEMPERHITUNGKAN FRIKSI

Oleh
Marcel*
Prof. Dr.-Ing. Ir.Rudi Rubiandini R. S.**
Sari

Desain casing pada pemboran berarah berbeda dari pemboran sumur vertikal, meskipun pada prinsipnya
sama yaitu mendesain casing dengan memperhitungkan beban burst, collapse, tension, dan biaksial. Akan tetapi
desain casing pada pemboran berarah perlu memperhitungan pengaruh pertambahan sudut sumur dan pengaruh
friksi yang diakibatkan oleh adanya kontak antara casing dan dinding sumur.
Penentuan beban burst dan collapse merupakan fungsi dari kedalaman vertikal (TVD), sedangkan beban
tension, biaksial, dan drag merupakan fungsi dari panjang casing (MD) sumur.
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh pertambahan beban tension dan biaxial yang paling besar
terjadi pada bagian melengkung, kemudian vertikal, dan paling kecil pada bagian miring. Sedangkan pada
perhitungan drag, diperoleh beban drag rangkaian casing masih lebih kecil dari beban tension sehingga casing
dapat dimasukkan hingga mencapai target.
Dengan adanya pengaruh friksi dan pertambahan sudut pada casing, maka akan menyebabkan naiknya
beban tension dan menurunnya collapse resistance casing sehingga dalam mendesain diperlukan casing dengan
grade lebih baik.
Setelah membandingkan desain casing hasil perhitungan dengan rangkaian casing pada sumur X, dapat
dikatakan rangkaian casing yang digunakan masih kurang efisien karena menggunakan grade yang tidak optimal,
di mana seharusnya masih dapat digunakan casing dengan grade yang lebih rendah.
Kata Kunci : casing, sumur berarah, TVD, MD, burst, collapse, tension, biaksial, drag, beban pembengkokan,
surface, intermediate, production, tekanan injeksi, tekanan permukaan, well kick, loss, dan grade.
Abstract
Casing Design for a directional well is different from vertical well, although principally both of them are
same, calculating burst load, collapse load, tensile load, and biaxial effect. The difference are in the directional
well casing design, it also has to calculate the effect of bending load and drag load caused by the contact between
casing string and borehole wall.
The determination of the burst and collapse loads are a function of vertical deoth (TVD), while the
determination of tension load, biaxial effect, and drag loads are a function of casing length (MD).
After finishing the calculations, it is concluded that the most increasing tension load and biaxial effect
took place at the curve section, then the vertical section, and the least is at tangent section. In the drag load
calculation, it is obtained that the drag load is smaller than the tension load, thus the casing can be run until reach
the target depth.
With the existence of drag and the increasing angle on the casing, both will cause the tension load
increase and the casing collapse resistance decrease. These will affect the way in designing the casing string,
where a higher grade casing will be needed.
After comparing the results between casing design calculation and casing string used in well X, it can be
concluded that the casing string used is not efficient because it uses non-optimal casing grade. In calculation, there
is still available lower-grade casing that do not violate the casing design parameter, thus making this lower-grade
casing should be the one that used in the casing string design in well X.
Keywords: casing, directional well, TVD, MD, burst, collapse, tension, biaxial, drag, bending load, surface,
intermediate, production, injection pressure, surface pressure, well kick, loss, and grade.
*Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan ITB
** Dosen Program Studi Teknik Perminyakan ITB
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat pemboran suatu sumur minyak
dan gas bumi mencapai kedalaman tertentu, maka ke
dalam sumur tersebut perlu dipasang casing yang
kemudian dilanjutkan dengan proses penyemenan.
Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

Casing merupakan suatu pipa baja dengan fungsi


untuk mencegah dinding sumur, menutup zona
bertekanan abnormal, zona lost dan sebagainya.
Faktor yang sangat berpengaruh dalam
mendesain casing adalah diameter, panjang, pressure
resistance, beban pada casing baik itu tension
1

maupun compression serta pengaruhnya pada


ketahanan burst atau collapse, dan tentunya
keekonomian dari casing tersebut.
Tujuan utama yang ingin dicapai dari
casing desain adalah untuk mendapatkan rangkaian
casing yang cukup kuat dan aman untuk mengontrol
kondisi sumur selama pemboran maupun produksi
dengan biaya yang seefisien mungkin. Tujuan
lainnya adalah untuk mengetahui pengaruh dari
pembengkokan sumur pada saat mendesain casing
pada sumur berarah. Sedangkan hasil yang ingin
diperoleh casing desain berupa panjang, berat, serta
grade casing yang mempunyai strength yang cukup
untuk melawan kondisi pembebanan pada sumur
yang telah dibor.
Desain casing memperhitungkan semua
faktor yang mempengaruhi kegagalan casing dan
memilih casing yang aman dan ekonomis untuk
digunakan dalam menahan semua faktor tersebut.
Safety factor juga harus diberikan untuk mengatasi
masalah-masalah yang tidak diinginkan seperti
misalnya korosi, pengaruh suhu, dan lain-lain.
Desain casing juga dipengaruhi oleh kekuatan
casing itu sendiri, tingkat kerusakan casing selama
dipakai, keadaan sumur selama pemboran dan
produksi dan ketersediaan casing.
Desain casing pada pemboran berarah
mempunyai perbedaan dengan desain casing pada
sumur vertikal, meskipun prinsip dasarnya adalah
sama yaitu memperhitungkan kekuatan casing untuk
menahan beban burst, collapse, tension dan biaksial.
Tetapi pada sumur berarah, pengaruh akibat dari
perubahan sudut akan diperhitungkan. Selain itu,
karena sumur mengalami pembengkokan maka
rangkaian casing akan bersentuhan dengan formasi
yang akan mengakibatkan gesekan. Faktor gesekan
ini juga harus diperhitungkan.
1.2. Tujuan Studi
Adapun tujuan dari studi ini adalah
1. Melakukan penurunan persamaan drag untuk
bagian melengkung pada sumur berarah,
2. Melakukan desain casing pada sumur berarah
dengan memperhatikan drag, dan
3. Membandingkan desain hasil perhitungan
dengan desain yang digunakan pada lapangan.
2.

TEORI DASAR
Casing mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam program pemboran dan komplesi.
Beberapa fungsi casing antara lain:
Mencegah gugurnya dinding sumur
Mencegah air tanah terkontaminasi oleh lumpur
pemboran
Menutup zona bertekanan abnormal dan zona
lost
Membuat diameter sumur tetap
Mencegah hubungan langsung antar formasi
Tempat kedudukan BOP dan peralatan produksi

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

Pengeboran akan menjadi lebih murah jika


kita dapat mengebor satu lubang hingga mencapai
target. Tetapi karena adanya zona bertekanan tinggi
pada kedalaman tertentu, formasi lunak, dan zona
shaly, akan sangat kecil kemungkinannya untuk
mengebor hanya dengan satu lubang hingga
mencapai target.jadi suatu pemboran membutuhkan
beberapa rangkaian casing dalam pelaksanaannya
untuk mencapai kedalaman total yang diinginkan.
Oleh karena itu, terdapat beberapa jenis casing yang
dapat digunakan, seperti:
1. Drive Pipe atau Conductor Casing
Conductor casing merupakan rangkaian
pertama yang ditempatkan ke dalam sumur
dengan kedalaman 100 300 ft. Secara umum
casing ini berfungsi untuk mensirkulasikan
fluida pemboran tanpa merusak sedimen atau
lapisan yang berada di bawah rig sewaktu proses
pemboran. Pada pemboran lepas pantai,
conductor casing berfungsi untuk melindungi
drill pipe dari air laut yang korosif dan sebagai
tempat sirkulasi lumpur pemboran. Pada
pemboran di onshore, casing ini berfungsi untuk
melindungi lubang sumur dari tanah yang tidak
cukup kuat atau mudah gugur. Namun apabila
tanah di daerah permukaan cukup kuat, maka
dapat tidak menggunakan casing ini.
2. Structural Casing
Berfungsi untuk mengatasi loss circulation,
problem hole caving, dan problem kick pada
zona-zona dangkal. Casing ini dibutuhkan dalam
pemboran ketika menembus formasi antara
casing drive pipe dan surface casing denagn
kedalaman antara 600 1000 ft.
3. Surface Casing
Pemasangan surface casing bergantung
pada peraturan pemerintah setempat yang
menetapkan kedalaman pemasangan casing.
Surface casing biasanya dipasang tergantung
pada kedalaman fresh water sands terakhir.
Surface casing berfungsi untuk:
- Melindungi air tanah agar tidak terkontaminasi
- Mempertahankan kestabilan lubang bor
- Meminimalkan problem lost circulation pada
zona-zona permeable.
- Melindung zona lemah dan secara tidak
langsung mengontrol kick
- Sebagai tempat dudukan peralatan BOP
- Menyangga berat semua rangkaian casing
ketika di run di bawah surface casing
Dalam pemasangan surface casing di
lapangan, didasarkan pada fungsinya menahan
tekanan bila terjadi kick pada kedalaman
pemboran berikutnya, karena jika terjadi kick
maka surface casing akan menerima beban yang
paling besar.
4. Intermediate Casing
Suatu sumur dapat memiliki lebih dari satu
intermediate casing tergantung pada kondisi
geologi dan kedalamannya.
2

Fungsi dari intermediate casing antara lain


adalah:
- Untuk melindungi sumur dari formasi yang
bertekanan abnormal, di mana digunakan
lumpur berdensitas berat untuk mengontrol
tekanan.
- Menghindari lost circulation atau stuck pipe
pada formasi yang lemah.
- Mengisolasi zona garam atau zona yang
menyebabkan problem seperti heaving dan
sloughing shale.
5. Production Casing
Production casing sering disebut juga
sebagai oil string. Casing ini dipasang di atas, di
tengah-tengah, atau di bawah pay zone, di mana
mempunyai fungsi untuk mengalirkan migas dan
sebagai penampung minyak dari reservoir
sebelum dialirkan. Selain itu, production casing
juga memiliki fungsi untuk mengisolasi zona
produksi dari formasi lainnya, dan melindungi
peralatan tubing produksi.
Production casing adalah casing terakhir
yang dipasang dalam operasi pemboran. Casing
ini dipasang dari permukaan hingga dasar sumur.
Terdapat dua cara dalam penyelesaian casing ini,
yaitu:
a. Open-hole completion, yaitu pemasangan
casing produksi hingga tepat di atas formasi
produktif.
b. Cased-hole completion, yaitu pemasangan
casing produksi hingga mencapai dasar
sumur dan menutupi zona produksi. Pada
jenis pemasangan ini produksi sumur
dilakukan dengan melubangi casing produksi
yang disebut juga dengan perforasi.
6. Liner
Untuk menghemat biaya, pemasangan
production casing tidak perlu dilakukan sampai
ke permukaan, namun hanya pada zona produksi
saja. Production casing yang dipasang dengan
cara ini disebut juga sebagai liner. Pada intinya
liner memiliki fungsi yang sama dengan
production casing. Casing ini mempunyai
panjang 300 500 ft. Umumnya casing ini
dipasang sebagai pemisah zona antara zona yang
mengandung
minyak
dan
zona
yang
mengandung fluida lainnya seperti air dan gas.

Gambar 2.1. Chart Seleksi Ukuran Casing dan Bit


Spesifikasi
casing
adalah
suatu
pengklasifikasian
yang
digunakan
untuk
mempermudah dalam pemilihan casing yang akan
digunakan sesuai dengan keadaan sumur.
Standarisasi spesifikasi casing sangat diperlukan
dalam mendesain casing terutama untuk desain
casing yang berupa combination casing. Untuk itu
API (American Petroleum Institute) telah
mengembangkan casing standar yang telah diterima
secara internasional oleh industry perminyakan.
Pada tahun 1924, API telah menyebarluaskan
standar spesifikasi casing tersebut berdasarkan grade
casing yang berhubungan dengan bahan besi yang
dipakai dengan tensile strength yang dimiliki casing,
dimensi casing yang berhubungan dengan diameter
dan panjang casing, berat casing yang berhubungan
dengan ketebalan casing, dan jenis penyambungan
yang disesuaikan dengan kualitas casing maupun
beban yang terjadi.
Tabel 2.1. Grade Casing API

Ukuran casing merupakan salah satu faktor


yang paling penting dalam mendesain casing, karena
pada masing-masing ukuran casing yang berbeda
akan berbeda pula dalam hal kekuatan, berat, dan
lain-lain. Berikut ini adalah gambar yang dapat
digunakan untuk menyeleksi ukruan bit dan casing
yang dibutuhkan.
3.

METODOLOGI
Beban burst merupakan kriteria pertama
dalam menentukan pemilihan casing. Hasil
sementara perencanaan ini kemudian diuji terhadap
Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

beban collapse, kemudian terhadap beban tension,


kemudian terhadap beban biaksial, dan yang terakhir
terhadap beban drag. Kemudian perhitungan
pembebanan ini diujikan terhadap spesifikasi
kemampuan casing, dimulai dari casing yang
dimiliki atau tersedia di lapangan, yang paling
murah untuk efisiensi biaya. Desain casing yang
yang dipilih adalah desain rangkaian casing yang
paling murah yang masih memenuhi nilai minimum
dari setiap pembebanan casing ini. Apabila pada saat
pengujian terdapat kriteria beban yang tidak dapat
dipenuhi, maka desain harus diulang dari tahap
perhitungan beban burst dan diteruskan ke
pengujian-pengujian berikutnya hingga semua
kriteria pembebanan terpenuhi.
Data yang digunakan dalam studi kasus ini
diperoleh dari data production casing sumur X yang
juga digunakan sebagai data tugas akhir oleh Ruhut
Hutabarat. Production casing untuk sumur berarah
ini memiliki diameter luar 5.5 in. Dari data-data
casing ini akan didesain rangkaian casing yang dapat
menahan berbagai beban yang dialami, antara lain:
burst, collapse, tension, biaxial, dan drag.
Untuk desain casing ini, digunakan metode
Maximum Load yang akan mengasumsikan kondisi
terburuk yang dapat terjadi pada masing-masing
pembebanan casing. Dengan metode ini, diharapkan
diperoleh desain casing yang dapat menahan
pembebanan terburuk atau maksimal yang mungkin
dialami oleh casing di kemudian hari.
Dalam melakukan desain casing, pertamatama dilakukan perhitungan terhadap setiap
pembebanan yang dialami oleh casing. Data-data
yang digunakan pada casing desain sumur X ini
dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1. Data Production Casing Sumur X
BUR (o/100ft)
2
TVD (ft)
11000
KOP (ft)
1500
EOB TVD (ft)
3773.76
2864.789
R (ft)
(X 3 >R)
10
while casing setting (ppg)
14.2
heaviest (ppg)
Ps (psi)
5000
Min. casing section (ft)
2000
Fracture gradient (ppg)
17
OD casing (in)
5.5
Pounder (lbm/ft)
20
Packer fluid density (ppg)
8.94
Lead Cement (ppg), 4000-8500 ft TVD
12.8
Tail Cement (ppg), 8500-11000 ft TVD
15
Temperature (oF)
200
Desain Factor Burst & Collapse
1.1
Desain Factor Tension
1.6
Jenis Sambungan
LTC

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

3.1. Beban Burst


Karena pada tahap ini sumur telah berproduksi,
maka pembebanan pada casing diakibatkan pula
oleh masalah yang timbul ketika sumur tersebut
berproduksi. Pada sumur produksi umumnya ruang
antara tubing dan production casing diisi oleh suatu
cairan yang biasa dikenal sebagai packer fluid.
Densitas packer fluid ini sama dengan densitas
fluida yang terdapat di luar production casing (air
asin) yaitu sekitar 9 ppg. Dengan demikian pada
kondisi normal tekanan hidrostatik kedua fluida
pada casing akan saling meniadakan. Hal ini
menyebabkan casing tidak menerima beban burst
maupun collapse.
Kondisi terburuk untuk burst terjadi apabila
terdapat kebocoran pada pipa tubing dekat
permukaan dan mengakibatkan fluida produksi,
dalam kasus ini diambil gas, masuk ke dalam packer
fluid. Dengan mengabaikan kehilangan tekanan di
sepanjang tubing maka tekanan gas tersebut pada
packer fluid di permukaan sama dengan tekanan
dasar sumur. Beban burst pada production casing
ditunjukkan oleh garis (A).

Gambar 3.1. Beban Burst pada Production Casing


Tekanan di permukaan:
P s = BHP
Tekanan di kaki casing:
= + 0.052
Umumnya densitas packer fluid dipakai yang
ringan agar tidak menimbulkan beban burst yang
besar pada kaki casing. Tekanan di luar casing
sebagaimana diketahui adalah minimal sebesar
tekanan hidrostatik air asin.
= 0.465

3.2. Beban Collapse


Seperti pada bagian intermediate casing maka
beban collapse pada production casing juga terdiri
atas tekanan hidrostatik lumpur saat casing dipasang
dan tekanan hidrostatik semen di anulus. Pada
Gambar 3.2 beban collapse ditunjukkan oleh garis
1 2 , dimana:
1 = 0.052
2 = 1 + 0.052
4

Sebagaimana disebutkan pada sub-bab


sebelumnya bahwa ruang antara tubing dan
production casing diisi oleh packer fluid. Kondisi
terburuk terjadi apabila penyekat di dasar sumur
bocor sehingga seluruh kolom packer fluid
menghilang/lost. Dengan demikian casing menahan
beban collapse tanpa mendapat bantuan tekanan dari
dalam. Pada Gambar 3.2 karena di dalam casing
kosong maka:
1 2 = Resultan (A)
Garis desain (B) = A design factor

Gambar 3.2. Beban Collapse pada Production Casing


3.3. Desain Tension
Pada pemboran berarah, beban tension dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu: bagian miring, bagian
melengkung, dan bagian vertikal. Distribusi beban
tension pada rangkaian casing pemboran berarah
dapat digambarkan sebagai berikut. Misalkan suatu
rangkaian casing terdiri dari tiga seksi berada di
dalam sumur yang terisi dengan lumpur dengan
densitas ppg, dan kondisi miring, melengkung,
dan vertikal seperti yang terlihat pada Gambar 3.3.

melengkung dan miring, tetapi tidak pada bagian


sumur vertikal.
Pengaruh friksi pada setiap segmen casing
dinyatakan pada persamaan-persamaan di bawah ini:
Pada saat sumur miring / vertikal
1 = (cos sin )

Pada saat sumur melengkung

2 = 1 +

(1 2 )( sin 2 sin 1 )

1 + 2 +2 ( cos 2 cos 1 )

Di mana
= 2() 1()
Untuk mendapatkan garis desain tension maka
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tambahkan pada garis beban tension beban
overpull sebesar 100.000 lbs. Overpull
merupakan faktor keamanan apabila rangkaian
casing terjepit sehingga diperlukan gaya
tambahan untuk melepaskannya.
2. Kalikan garis beban tension dengan design
factor sebesar 1.6.
3. Maka garis design tension dipilih mana yang
memberikan harga lebih besar di antara
keduanya.

3.4. Desain Biaxial


Untuk menghitung besarnya penurunan
collapse rating suatu casing pada beban tension
tertentu dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Tentukan faktor beban biaxial

=

2. Masukkan harga X ini ke dalam grafik pada
Gambar 3.4 dan tentukan faktor collapse
strength Y.
3. Maka collapse rating hasil koreksi terhadap
beban tension adalah Y Collapse Rating.
Pasangan harga X dan Y juga dapat dilihat
pada Tabel 1 pada lampiran. Adapun kurva pada
Gambar 3.4 dapat didekati dengan persamaan:
2 + 0.52 + 2 = 1

Gambar 3.3. Distribusi Beban Tension


Adanya sudut kemiringan pada sumur berarah
akan mempengaruhi beban tensionnya. Hal ini
disebabkan adanya pertambahan sudut dan efek drag
(tarikan yang berlawanan dengan arah gerak casing)
karena adanya faktor friksi antara casing dan
dinding sumur. Hal ini akan menyebabkan tension
bertambah jika dibandingkan dengan sumur vertikal.
Pengaruh dari drag force yang diakibatkan oleh
friksi ini umumnya hanya terjadi pada bagian sumur
Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

Gambar 3.4. Kurva Elips Beban Biaxial

3.5. Desain Drag


Semakin besar sudut kemiringan sumur maka
beban drag juga akan semakin besar. Beban drag
maksimum terjadi pada saat sumur membentuk
sudut 90o atau pada saat sumur horizontal. Beban
drag yang timbul pada kondisi ini sama dengan berat
casing yang menempel di sepanjang sumur
horizontal setelah dikurangi gaya apung.
Drag yang terjadi pada bagian pertambahan
sudut merupakan fungsi dari beban aksial pada pipa
pada bagian akhir pembentukan kurva (EOC)..
Sebenarnya dalam proses casing running, drag yang
terjadi adalah compressive drag, namun dalam
tulisan ini drag yang dianggap terjadi adalah tensile
drag karena memiliki nilai yang lebih besar
dibanding compressive drag. Diharapkan dengan
menggunakan harga drag yang lebih besar, maka
casing desain menjadi lebih aman.
Berikut ini adalah persamaan-persamaan yang
digunakan untuk menghitung beban drag pada setiap
segmen casing:
Pada saat sumur miring (horizontal, vertikal,
maupun directional)
2 = 1 + sin
Untuk bagian pertambahan sudut atau
lengkungan sumur,

[( cos 2 cos 1 )
2 = 1 +
1 + 2

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah melakukan perhitungan parameter
beban casing yang terjadi, antara lain beban burst,
beban collapse, beban tension, efek biaxial, dan
beban drag, dan kemudian hasilnya dibandingkan
dengan spesifikasi casing yang tersedia, maka
diperoleh distribusi pembebanan sebagai berikut:

Gambar 4.1. Beban Burst pada Production


Casing (TVD)

+ ( sin 2 sin 1 )]

Di mana = 2() 1()

Untuk menghitung beban drag pada bagian


melengkung ini, penulis menurunkan persamaan
drag dari persamaan tension Rahman sebagai acuan.
Hal ini dapat dilakukan karena pada dasarnya
tension
adalah
suatu
parameter
yang
memperhitungkan beban berat casing itu sendiri dan
juga beban drag yang terjadi pada casing. Persamaan
Rahman ini diturunkan dengan menggunakan
persamaan diferensial perubahan beban Fa terhadap
perubahan sudut inklinasi dari sudut I 1 hingga I 2 ,
dengan sudut I 2 untuk bagian bawah dan sudut I 1
untuk bagian atas casing.
Beban drag ini dihitung dari bagian paling
bawah hingga titik Kick Off Point (KOP) karena
diasumsikan tidak terjadi drag pada bagian vertikal.
Perhitungan drag ini kemudian dibandingkan dengan
gaya dorong casing awal, yaitu total gaya berat
casing pada sumbu vertikal. Gaya berat casing ini
dapat diperoleh pada perhitungan sebelumnya pada
bagian tension. Jika berat casing sebagai gaya
dorong awal lebih besar daripada beban drag hingga
titik KOP, maka rangkaian casing dapat dimasukkan
ke dalam sumur. Akan tetapi apabila ternyata beban
drag hingga titik KOP ini lebih besar dari gaya
dorong awal casing, maka berarti casing tidak dapat
dimasukkan hingga mencapai kedalaman target.

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

Gambar 4.2. Beban Collapse pada Production


Casing (TVD)

Gambar 4.3. Beban Collapse pada Production


Casing (MD)

Tabel 4.1. Konfigurasi Hasil Perhitungan


Section 1
Section 2
0

2700

to

to

2700

11000

2738.19

to

to

2738.19

16005.65

Casing OD (in)

5.5

5.5

Weight (lbm/ft)

20

20

Coupling Type

LTC

LTC

Grade

HC 95

C 75

TVD (ft)

MD (ft)

Gambar 4.4. Beban Tension pada Production


Casing (MD)

Burst (psi)

10910

8610

Collapse (psi)

10630

8410

Body Yield (lbf)

554000

437000

Joint Strength (lbf)

482000

403000

Sedangkan grafik pembebanan dan


konfigurasi rangkaian desain casing sebenarnya
yang digunakan pada sumur X ditunjukkan pada
gambar dan tabel di bawah ini.
Gambar 4.5. Pengaruh Beban Biaxial Terhadap
Collapse Resistance pada Production Casing (MD)

Gambar 4.7. Beban Burst Sumur X (TVD)


Gambar 4.6. Perbandingan Beban Drag dan
Beban Tension
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan
konfigurasi desain casing hasil perhitungan penulis.

Gambar 4.8. Beban Collapse Sumur X (TVD)

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

Tabel 4.2. Konfigurasi Casing Sumur X


Section 1
Section 2 Section 3
TVD (ft)

MD (ft)

Gambar 4.9. Beban Collapse Sumur X (MD)

Gambar 4.10. Beban Tension Sumur X (MD)

Gambar 4.11. Beban Biaxial terhadap Collapse


Resistance pada Sumur X

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

Casing OD
(in)
Weight (lb/ft)

3000

7000

to

to

to

3000

7000

11000

3079.05

9430.1

to

to

to

3079.05

9430.1

16005.65

5.5

5.5

5.5

20

20

20

Coupling Type

LTC

LTC

LTC

Grade

HC 95

P 110

Q 125

Burst (psi)

10910

12640

14360

Collapse (psi)
Body Yield
(lbf)
Joint Strength
(lbf)

10630

11100

12080

554000

641000

729000

482000

548000

592000

Perhitungan beban drag pada rangkaian


casing yang digunakan pada sumur X tidak berbeda
dengan perhitungan desain casing penulis. Hal ini
disebabkan keduanya menggunakan rangkaian
casing dengan pounder yang seluruhnya sama yaitu
20 lb/ft. Dalam perhitungan drag, parameter casing
yang berpengaruh adalah poundernya. Yang
membedakan desain casing perhitungan penulis
dengan desain casing yang digunakan hanya pada
grade casingnya saja, sementara poundernya tetap.
Oleh karena itu, desain casing keduanya akan
menghasilkan beban drag yang sama.
Tabel yang memuat hasil perhitungan
lengkap untuk beban burst, collapse, tension,
biaxial, dan drag dapat dilihat padaTabel 2, 3, 4, 5,
6, 7, dan 8 pada bagian lampiran. Sedangkan
perhitungan desain casing yang digunakan pada
sumur X dapat dilihat pada Tabel 9, 10, 11. 12, 13,
dan 14 pada bagian lampiran.
Pada perhitungan beban tension, biaxial,
dan drag pada bagian melengkung, casing tidak
dibagi-bagi
kedalam
bagian-bagian
kecil
penyusunnya, melainkan dianggap sebagai satu
bagian utuh yang melengkung, walaupun pada
penurunan persamaannya bagian melengkung ini
dibagi-bagi menjadi elemen kecil dengan
menggunakan persamaan differensial. Hal ini
dilakukan karena pada kondisi yang sebenarnya,
pembebanan drag dan tension serta biaxial pada
bagian yang melengkung ini tidaklah mengalami
pertambahan yang linear atau terdistribusi secara
merata pada setiap bagiannya. Oleh karena itu, tidak
akurat jika perhitungan beban ini diasumsikan
terbagi secara merata, sehingga bagian melengkung

ini perlu dilihat sebagai segmen yang memang benar


melengkung.
Pada perhitungan beban tension, bagian
yang menghasilkan penambahan beban tension
paling besar terdapat pada bagian melengkung,
kemudian bagian vertikal, dan terakhir pada bagian
miring. Hal ini diakibatkan pada bagian melengkung
ini, selain karena beban casing itu sendiri, terdapat
juga beban bending load dan beban drag yang ikut
menambah beban tension, sehingga bagian ini
menjadi bagian yang paling menambah beban
tension. Sedangkan bagian miring menjadi bagian
yang paling sedikit mengalami pertambahan beban
tensionnya jika dibandingkan dengan kedua bagian
lainnya, disebabkan pada bagian miring ini, sudut
yang terbentuk berperan membantu menopang
casing yang bersandar pada dinding sumur, sehingga
tensionnya menjadi lebih ringan dibanding jika
casing tergantung secara vertikal.
Penjelasan di atas dapat dilihat pada grafik
hasil perhitungan beban tension terhadap
kedalaman. Dapat dilihat bahwa kemiringan grafik
pada saat build lebih besar daripada kemiringan
pada saat vertikal, dan kemiringan grafik pada saat
vertikal lebih besar daripada kemiringan pada saat
miring (hold). Hal ini sesuai dengan penjelasan di
atas, bahwa beban tension pada saat melengkung
akan mengalami pembebanan yang paling besar,
diikuti bagian vertikal, dan terakhir bagian miring.
Jika dihitung rata-rata beban tension setiap 100 ft,
maka beban tension pada bagian melengkung adalah
sebesar 3790,64 lbs/100ft, beban tension pada
bagain vertikal adalah 1694,65 lbs/100ft, dan beban
tension pada bagian miring adalah sebesar 1478,79
lb/100ft. Hal ini dikarenakan pada saat sumur
melengkung, selain dipengaruhi oleh beban drag dan
beban casing itu sendiri, juga dipengaruhi oleh
perubahan dan penambahan sudut sumur (bending)
sehingga bending ini akan menyebabkan casing
menjadi semakin tegang.
Meskipun pengaruh yang diberikan oleh
beban akibat pertambahan sudut dan beban drag
cukup besar, namun kekuatan casing baik dari body
yield strength maupun joint strength masih lebih
besar, walaupun pada bagian permukaan joint
strength yang dipilih untuk digunakan sebagai
batasan tension hanya sedikit lebih besar
dibandingkan dengan beban tension setelah
dikalikan dengan desain factor. Pada permukaan,
joint strength casing adalah 482000 lbf sedangkan
beban tension setelah dikalikan desain factor adalah
481040 lbf. Desain factor dari perhitungan tension
yang digunakan adalah 1,6.
Pada grafik hasil perhitungan dapat dilihat
bahwa pengaruh beban biaxial akan semakin besar
pada bagian build, yang ditandai dengan perubahan
kemiringan grafik biaxial, di mana pada bagian
build, grafiknya akan menjadi lebih landai.
Pengaruh penurunan collapse resistance ini juga
dipengaruhi oleh beban drag. Hal ini dikarenakan
Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

beban drag dan perubahan sudut akan memperbesar


tension sehingga akan menurunkan collapse
resistance dari casing.
Dalam perhitungan, dapat dilihat penurunan
collapse resistance casing yang paling besar terjadi
pada bagian vertikal. Penurunan collapse resistance
yang terjadi pada bagian permukaan adalah dari
10630 psi menjadi 7555,7 psi atau mengalami
penurunan sebesar 28,9%. Hal ini dikarenakan pada
permukaan, casing mengalami beban tension yang
paling besar karena casing harus mampu menahan
berat beban tension dari seluruh rangkaian casing
lain di bawahnya, sehingga penurunan collapse
resistance casing yang paling besar terjadi di
permukaan.
Untuk perhitungan beban drag, kondisi
yang diinginkan adalah beban drag yang lebih kecil
dari beban tension. Berdasarkan perhitungan yang
dilakukan oleh penulis, diperoleh beban drag yang
ditanggung rangkaian casing pada permukaan adalah
sebesar 75000 lbs. Beban drag ini masih lebih kecil
dibandingkan dengan beban tension saat casing
ditarik (300650 lbs) maupun juga beban tension saat
casing dimasukkan (15600 lbs). Karena resultan
beban drag ini masih lebih kecil dibandingkan beban
tension, maka diharapkan casing dapat dimasukkan
hingga mencapai kedalaman target.
Dari hasil perhitungan analisa berbagai
beban yang terjadi pada rangkaian casing sumur X
yang ditunjukkan oleh grafik-grafik pada bab
sebelumnya, dapat dilihat bahwa casing design yang
digunakan pada sumur X masih kurang optimum.
Hal ini terlihat pada seluruh grafik pembebanan
yang ada, baik grafik burst, collapse, tension, dan
biaxial, pada rangkaian di bawah kedalaman 3000 ft
TVD masih terdapat selisih yang cukup besar antara
pembebanan yang terjadi dengan batasan parameter
casing. Bahkan bukan hanya terdapat selisih yang
cukup besar, pada sumur X ini digunakan casing
dengan grade yang lebih baik dari HC-95 setelah
kedalaman 3000 ft, yaitu grade P-110 dari
kedalaman 3000 ft 7000 ft dan dilanjutkan dengan
grade Q-125 dari kedalaman 7000 ft 11000 ft.
Akibatnya, walaupun rangkaian casing aman dari
pembebanan yang terjadi, namun casing design ini
masih kurang optimum jika ditinjau dari segi
keekonomisannya karena seharusnya rangkaian
casing dapat dibuat secara lebih efisien dan
ekonomis lagi.
Berdasarkan hasil perhitungan penulis,
diperoleh rangkaian casing design yang lebih
optimum dan murah ketimbang rangkaian casing
yang digunakan sekarang pada sumur X ini. Pada
sekitar bagian atas di daerah vertikal dan build,
digunakan casing dengan grade yang sama yaitu
HC-95, namun hanya hingga kedalaman 2700 ft saja
sehingga pada bagian ini lebih pendek 300 ft dari
yang digunakan. Pada bagian di bawahnya, penulis
kemudian justru menggunakan casing grade C-75,
yang
notabene
lebih
rendah
kualitasnya
9

dibandingkan casing grade P-110 dan Q-125, dari


kedalaman 2700 ft hingga mencapai target pada
kedalaman 11000 ft. Walaupun demikian, dapat
dilihat dari grafik-grafik yang ada bahwa
penggunaan casing C-75 ini tidak memotong kurva
beban sehingga dapat disimpulkan bahwa rangkaian
casing design ini aman dan lebih baik serta optimum
karena lebih ekonomis dibandingkan dengan
rangkaian casing yang digunakan pada sumur X.
Konfigurasi rangkaian casing design hasil
perhitungan penulis dapat dilihat pada Tabel 4.1
sedangkan konfigurasi rangkaian casing design yang
digunakan pada sumur X dapat dilihat pada Tabel
4.2.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Persamaan drag untuk bagian sumur
melengkung yang diturunkan oleh penulis dari
persamaan Rahman untuk tension adalah

[( cos 2 cos 1 )
2 = 1 +
1 + 2
+ ( sin 2 sin 1 )]
2() 1()
Dengan =
2. Konfigurasi rangkaian casing design hasil
perhitungan penulis adalah sebagai berikut:
Section 1

Section 2

2700

to

to

2700

11000

2738.19

to

to

2738.19

16005.65

Casing OD (in)

5.5

5.5

Weight (lbm/ft)

20

20

Coupling Type

LTC

LTC

TVD (ft)

MD (ft)

Grade

HC 95

C 75

Burst (psi)

10910

8610

Collapse (psi)

10630

8410

Body Yield (lbf)

554000

437000

Joint Strength (lbf)

482000

403000

3. Dengan membandingkan konfigurasi casing


desain sumur X dengan perhitungan casing
desain penulis, diambil kesimpulan bahwa
konfigurasi casing desain pada sumur X ini
tidak optimal karena masih kurang ekonomis.
Berikut ini adalah tabel perbandingannya.

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

Konfigurasi casing desain perhitungan penulis:


Section 1
Section 2
0

2700

to

to

2700

11000

2738.19

to

to

2738.19

16005.65

5.5

5.5

TVD (ft)

MD (ft)
Casing OD (in)
Weight (lbm/ft)

20

20

Coupling Type

LTC

LTC

Grade

HC 95

C 75

Konfigurasi casing desain sumur X:


Section 1
Section 2 Section 3
TVD (ft)

MD (ft)
Casing OD
(in)
Weight
(lbm/ft)
Coupling
Type
Grade

3000

7000

to

to

to

3000

7000

11000

3079.05

9430.1

to

to

to

3079.05

9430.1

16005.65

5.5

5.5

5.5

20

20

20

LTC

LTC

LTC

HC 95

P 110

Q 125

5.2. Saran
Untuk studi lebih lanjut, perlu dilakukan
analisis dan perhitungan casing desain yang
memperhitungkan drag pada tipe trajektori lainnya
serta melakukan sensitivitas terhadap BUR dan
pounder casing yang digunakan.
6. SIMBOL
BUR = build up rate ,o/100 ft
TVD = ketinggian vertikal ,ft
H
= Horizontal displacement, ft
MD = Total panjang lintasan lubang bor, ft
KOP = kedalaman Kick Off Point, ft
OD = outer diameter casing, in
BHP = bottom hole pressure, psi
Ps
= surface pressure, psi

= densitas lumpur, ppg


= densitas packer fluid, ppg
X
= faktor beban biaxial
R
= jari-jari kelengkungan, ft
= inklinasi awal lubang bor, derajat
1
2
= inklinasi akhir lubang bor, derajat
10

Db
Dh
Wm
Fa

7.
1.
2.
3.

4.

5.

6.

7.

8.

= Drag bagian pertambahan sudut, lbf


= Drag pada lubang horizontal, lbf
= Berat pipa dalam lumpur ,lb/ft
= Beban kompresi atau tarikan pada EOC, lb
= Koefisien gesekan
DAFTAR PUSTAKA
BG Group. 1991. Casing Design Manual. BG
Group plc. Inggris.
Bourgoyne, Adam T, dkk.. 1991. Applied
Drilling Engineering. Society of Petroleum
Engineers. United States of America.
El-Sayed, A-A.H., dkk. 1991. Casing Design
Considerations for Horizontal Wells. Paper
SPE 21386. Paper dipresentasikan dalam
Middle East Oil Show. Bahrain, 16-19
November.
Hutabarat, Ruhut B. 2004. Desain Casing
Sumur Berarah dengan Pengaruh Friksi.
Tugas Akhir Sarjana Teknik Perminyakan ITB.
Bandung.
Jaffe, Linton. 1997. Casing Design for
Extended Reach Wells. Paper SPE 38617.
Paper dipresentasikan dalam SPE Annual
Technical Meeting and Exhibition. San
Antonio, Texas, 5-8 Oktober.
Kurniawan, Tata Heru. 1998. Perbandingan
Metoda Maksimum Load Design dan Metoda
Minimum Set Design dengan Menggunakan
Simulator di dalam Perencanaan Casing.
Tugas Akhir Sarjana Teknik Perminyakan ITB.
Bandung.
Lesmana, Dody. 1998. Modifikasi Persamaan
Drag dan Torsi pada Bagian Pertambahan
Sudut Sumur Pemboran untuk Berbagai Harga
Friction Factor. Tugas Akhir Sarjana Teknik
Perminyakan ITB. Bandung.
Mardedi, Zumja. 1996. Modifikasi Persamaan
Beban Drag dan Torsi pada Bagian
Pertambahan Sudut Sumur Pemboran dan

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

9.

10.

11.
12.
13.
14.
15.
16.

Penentuan Persamaan untuk Sudut Inklinasi


Tidak 900. Tugas Akhir Sarjana Teknik
Perminyakan ITB. Bandung.
Mason, C. J, dkk. 1999. Casing Running
Milestones for Extended-Reach Wells. Paper
SPE 52842. Paper dipresentasikan dalam
SPE/IADC Drilling Conference. Amsterdam,
Belanda, 9-11 Maret.
Prentice, Charles M. 1970. Maximum Load
Casing Design. Paper SPE 2560. Journal of
Petroleum Technology. Volume 22 No. 7,
pp805-811.
Rabia, H. 1985. Oilwell Drilling Engineering,
Principle & Practice. Graham & Trotman Inc.
Texas.
Rahman, S. S. 1995. Casing Design Theory
and Practice. Elsevier Science. Australia.
Rubiandini, Rudy R.S. 2008. Teknik Operasi
Pemboran. Penerbit ITB. Bandung.
Rubiandini, Rudy R.S. 2009. Teknik Operasi
Pemboran II dan Praktikum. Penerbit ITB.
Bandung.
Rubiandini, Rudy R.S. 2010. Teknik Pemboran
Modern. Penerbit ITB. Bandung.
Satriana, Denny. 1987. Design Casing Untuk
Sumur Berarah, Kolokium I Teknik
Perminyakan ITB. Bandung.

11

Lampiran
Tabel 1. Pasangan Harga X dan Y

Tabel-tabel Hasil Perhitungan


Depth (ft)
0.00
11000.00

P-internal
5000.00
10113.68

Tabel 2. Beban Burst


P-external
0.00
5115.00

Resultan
5000.00
4998.68

Design
5500.00
5498.55

Tabel 3. Beban Collapse


Depth TVD (ft)

Depth MD (ft)

P-internal

P-external

Resultan

Design

0.00
4000.00
8500.00
11000.00

0.00
4498.51
11895.95
16005.65

0.00
0.00
0.00
0.00

0.00
2080.00
5075.20
7025.20

0.00
2080.00
5075.20
7025.20

0.00
2288.00
5582.72
7727.72

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

Collapse
Rating (psi)
8410
8410
8410
8410

12

Tabel 4. Konfigurasi Rangkaian Casing


Depth (MD)

Depth (TVD)

0
2738.19
2738.19
9430.14
9430.14
16005.65

0
2700
2700
7000
7000
11000

Grade

Nominal Weight

HC-95

20

C-75

20

C-75

20

Burst Rating (psi)


10910
10910
8610
8610
8610
8610

Tabel 4. Konfigurasi Rangkaian Casing (lanjutan)


Collapse Rating (psi)

Body Yield (lbf)

Joint Strength (lbf)

10630
10630
8410
8410
8410
8410

554000
554000
437000
437000
437000
437000

482000
482000
403000
403000
403000
403000

Depth (MD)
16005.65
9430.14
4126.61
2738.19
1500.00
0

Tension (lbs)
0.00
97237.78
175665.81
220803.35
275230.19
300650.04

Tension Criteria
Dipilih (lbf)
482000
482000
403000
403000
403000
403000

Tabel 5. Beban Tension


Tension x DF (lbs)
Tension + Overpull (lbs)
0.00
100000.00
155580.45
197237.78
281065.29
275665.81
353285.36
320803.35
440368.31
375230.19
481040.06
400650.04

Section I
bottom
top
Section II
bottom
top
Section III
bottom
top
Section IV
bottom
top
Section V
bottom
top

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

Tabel 6. Beban Biaxial


X

Tension Design
100000
197237.78
281065.29
353285.36
440368.31
481040.06

0.000
0.223

1.000
0.919

1
1.000243478

0.223
0.402

0.919
0.817

1.000243403
0.999787945

0.402
0.505

0.817
0.741

0.999977748
0.999921168

0.399
0.497

0.819
0.748

0.999876461
0.999491148

0.497
0.543

0.748
0.711

0.999491148
1.000316086

13

Tabel 7. Perhitungan Beban Biaxial


Depth (ft)
16005.65
9430.14
9430.14
4126.61
4126.61
2738.19
2738.19
1500.00
1500.00
0

Grade

NW

C-75

20

C-75

20

C-75

20

HC-95

20

HC-95

20

Collapse Rating (psi)

Collapse Rating Biaxial


(psi)

1.000
0.919
0.919
0.817
0.817
0.741
0.819
0.748
0.748
0.711

8410
8410
8410
8410
8410
8410
10630
10630
10630
10630

8410
7728.1
7728.1
6870.7
6871.5
6235.9
8709.0
7950.8
7950.8
7555.7

Tabel 8. Beban Drag


Tension @ pulling (lbf)

Depth (MD)

Drag (lbf)

16005.65

0.00

0.00

0.00

9430.14

29481.00

97237.78

38305.26

4126.61

53259.18

175665.81

2738.19
1500.00
0

62280.40
74990.54
74990.54

220803.35
275230.19
300650.04

69200.71
95671.77
130707.59
156127.44

Depth (ft)
0.00
11000.00

Tension @ running (lbf)

Tabel 9. Beban Burst Sumur X


P-internal
P-external
Resultan
5000.00
0.00
5000.00
10113.68
5115.00
4998.68

Design
5500.00
5498.55

Tabel 10. Beban Collapse Sumur X


Depth TVD (ft)

Depth MD (ft)

P-internal

P-external

Resultan

Design

0.00
4000.00
8500.00
11000.00

0.00
4498.51
11895.95
16005.65

0.00
0.00
0.00
0.00

0.00
2080.00
5075.20
7025.20

0.00
2080.00
5075.20
7025.20

0.00
2288.00
5582.72
7727.72

Collapse
Rating (psi)
8410
8410
8410
8410

Tabel 11. Konfigurasi Rangkaian Casing Sumur X


Depth (MD)

Depth (TVD)

0
3078.70
3078.70
9430.14
9430.14
16005.65

0
3000
3000
7000
7000
11000

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

Grade

Nominal Weight

HC-95

20

P-110

20

Q-125

20

Burst Rating (psi)


10910
10910
12640
12640
14360
14360
14

Tabel 11. Konfigurasi Rangkaian Casing Sumur X


Collapse Rating
(psi)

Body Yield (lbf)

Joint Strength (lbf)

10630
10630
11100
11100
12080
12080

554000
554000
641000
641000
729000
729000

482000
482000
548000
548000
592000
592000

Depth (MD)
16005.65
9430.14
4126.60
3078.70
1500.00
0

Tension Criteria
Dipilih (lbf)
482000
482000
548000
548000
592000
592000

Tabel 12. Beban Tension Casing Sumur X


Tension (lbf) Tension x DF (lbf) Tension + Overpull (lbf)
0.00
0.00
100000.00
97237.78
155580.45
197237.78
175665.89
281065.42
275665.89
208133.18
333013.08
308133.18
275230.30
440368.48
375230.30
300650.15
481040.24
400650.15

Tension Design
100000
197237.78
281065.42
333013.08
440368.48
481040.24

Tabel 13. Beban Biaxial Sumur X


Section I
bottom
top
Section II
bottom
top
Section III
bottom
top
Section IV
bottom
top
Section V
bottom
top

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

0.000
0.133

1.000
0.957

1
0.999983183

0.133
0.274

0.957
0.893

0.999983183
0.99979606

0.274
0.325

0.893
0.865

0.999796992
0.999879118

0.376
0.497

0.834
0.748

1.000101429
0.999491417

0.497
0.543

0.748
0.711

0.999491417
1.000316369

15

Tabel 14. Perhitungan Beban Biaxial Sumur X


Depth (ft)
16005.65
9430.14
9430.14
4126.60
4126.60
3078.70
3078.70
1500
1500
0

Grade

NW

Q-125

20

P-110

20

P-110

20

HC-95

20

HC-95

20

Collapse Rating
(psi)

Collapse Rating
Biaxial (psi)

1.000
0.957
0.957
0.893
0.893
0.865
0.834
0.748
0.748
0.711

12080
12080
11100
11100
11100
11100
10630
10630
10630
10630

12080
11560.35
10622.50
9912.22
9912.23
9602.51
8868.11
7950.84
7950.84
7555.68

Penurunan Persamaan Beban Drag Casing pada Sumur Berarah

Curve Section
Selain koefisien gesekan, drag pada lubang bor juga dipengaruhi oleh arah dan gaya
normalnya. Gaya normal dan axial yang terjadi pada bagian melengkung dapat dilihat pada
gambar di bawah ini. Berdasarkan diagram bebasnya, gaya normal F n dapat dinyatakan
sebagai berikut:
= 2 cos 90

Di mana:

| |
| |
= 2 sin

2
2

( 1)

= sudut yang dibentuk oleh unit section pada radius R

F a = gaya axial pada unit section, lbf

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

16

Gambar 1. Penentuan gaya normal pada buildup section

Gambar 2. Gaya-gaya yang bekerja pada elemen kecil pada buildup section
Karena /2 sangat kecil dibandingkan R, maka (sin(/2) /2. Oleh karena itu
persamaan (A-1) di atas menghasilkan:
= 2

| |
= | |
2

( 2)

Berdasarkan pertimbangan buildup section secara umumnya, resultan gaya normal casing
ketika ditarik adalah jumlah vektor dari komponen normal gaya berat dan gaya axial unit
section. Oleh karena itu:
= sin + | |
= ( sin + )

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

(B 3)
17

Di mana:
W
R

= berat unit section, lb/ft.


=

= jari-jari kelengkungan, ft.

Besarnya gaya drag F d di mana gaya ini bekerja pada arah yang berlawanan dengan arah
gerak pipa, dihasilkan dari:
= | |

= | sin + |

(B 4)
(B 5)

Di mana:
fb

= koefisien gesekan lubang sumur

| | = nilai mutlak gaya normal, lbf.

Pertambahan gaya axial (2 1 = > 0) terhadap pertambahan panjang


lengkungan (2 1 = < 0 ) ketika casing ditarik (ditandai dengan nilai negatif

cos ), dinyatakan sebagai berikut:


= | | cos

(B 6)

Oleh karena itu, pada kondisi keseimbangan, diperoleh persamaan diferensial berikut ini:

= ( + sin )

= sin

( 7)

( 8)

Nilai Fa pada persamaan (B8) dapat dicari dengan pertama-tama mempertimbangkan


penyelesaian homogen dan kemudian penyelesaian partikuler sebagai berikut:
= +

(B 9)

Selesaikan dahulu penyelesaian homogennya:

= 0

Dengan mengintegralkan persamaan (B10), diperoleh:

( 10)

ln = +

= + =
=

(B 11)

Di mana C adalah konstanta integrasi


Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

18

Sekarang, tinjau solusi partikular persamaan (B8) dengan pengandaian bentuk trigonometri:
(B 12)

= cos + sin

= sin + cos

( 13)

Dengan mensubsitusikan kedua persamaan di atas ke dalam persamaan (B8), menghasilkan:


sin + cos cos sin = + sin

( 14)

Dengan menyamakan koefisien-koefisiennya, diperoleh:


sin sin = sin

(B 15)

cos + cos = 0

(B 16)

(B 17)

Kedua persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:


+ = 0

(B 18)

(B 19)

( ) =

(B 20)

Persamaan (B 18) dapat ditulis sebagai


Dengan mensubstitusikan persamaan (B19) ke persamaan (B17) diperoleh

(B 21)

1 + 2

Dengan mensubstitusikan persamaan (B21) ke persamaan (B19) diperoleh:


=

(B 22)

1 + 2

Maka dengan memasukkan nilai A dan B pada persamaan di atas ke dalam persamaan (B12)
didapat:

=
=

1 +

2 cos

1 + 2

1 + 2

sin

[cos + sin ]

( 23)

( 24)

Dari solusi homogen pada persamaan (B11) dan solusi partikular pada persamaan (B24)
maka dengan mensubstitusikan ke persamaan (B9) diperoleh solusi persamaan diferensial:
( ) =

[cos + sin ]

( 25)

[cos 1 + sin 1 ]

( 26)

1 + 2

Dengan menggunakan kondisi batas awal (1 ) = 1 = konstan, diperoleh:


1 = 1

1 + 2

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

19

Mencari nilai C:
= 1 1 +

1
1 + 2

[cos 1 + sin 1 ]

Substitusikan persamaan C ke dalam persamaan (B25):


( ) = (1 ) 1 +

1 + 2

(1 )
1 + 2

[cos 1 + sin 1 ]

[cos 1 + sin 1 ]

Kondisi batas keduanya adalah:


(2 ) = 2 = konstan

( 27)

( 28)
(B 29)

Dengan mensubsitusikan kondisi batas kedua ke dalam persamaan (B28), dengan = 2 ,

diperoleh:

2 = (21 ) 1 +

(2 1 )

1 + 2

1 + 2

[cos 1 + sin 1 ]

[cos 2 + sin 2 ]

( 30)

Dengan menyatakan |2 1 | = sebagai penyederhanaan, diperoleh 2 untuk


lengkungan:

2 = 1 +

1 + 2

[( cos 1 cos 2 ) + ( sin 1 sin 2 )] ( 31)

di mana 2 dan 1 dalam penentuan KB adalah dalam radians.


Slant Section

Pada bagian sumur lurus, gaya-gaya yang bekerja pada unit section dari casing digambarkan
pada gambar di bawah ini. Gaya drag ditentukan dari jenis kegiatannya, apakah pulling-out
(ditarik) ataukah running-in (dimasukkan). Dalam penurunan ini, diasumsikan beban drag
terbesar, yaitu pada saat pulling out. Pada titik keseimbangannya, persamaan diferensialnya
dinyatakan sebagai berikut:

= ( sin )

( 32)

Dengan menyelesaikan persamaan (B32) untuk beban drag pada saat ditarik, maka
diperoleh:

2 = 1 + (1 2 )( sin 1 )
Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

(B 33)

20

Gambar 3. Gaya-gaya yang bekerja pada elemen kecil pada buildup section

Marcel, 12206083, Semester II 2010-2011

21

Anda mungkin juga menyukai