Anda di halaman 1dari 7

Cerita Rakyat Bengkulu : Kisah Legenda Gajah Merik

Ampun Baginda, Pangeran Gajah Meram dan istrinya hilang di Danau Tes, lapor pengawal
pada Raja Bikao Bermano.
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Cepat, kerahkan seluruh pengawal untuk mencari mereka!
teriak Raja panik. Para pengawal kembali tanpa hasil. Lalu Raja mengumpulkan semua
menteri, panglima, dan pengawal. Bagaimana cara menemukan anak dan menantuku?
tanya Raja Bikau Bermano risau.
Ampun Raja, yang hamba tahu, ada ular berkepala tujuh yang menjaga Danau Tes. Apakah
mungkin Pangeran Gajah Meram dan istrinya diculik oleh ular itu? kata seorang panglima.
Benar, katanya ular itu sungguh kejam dan licik. Tak mudah untuk mengalahkannya! kata
panglima yang lain. Lalu kita harus bagaimana? tanya Raja Bikau Bermano. Suasana
menjadi hening. Mereka tak tahu harus berbuat apa.
Tiba-tiba, Gajah Merik, putra bungsu Raja Bikau Bermano, angkat bicara, Jika Ayah
mengizinkan, aku akan menghadapi ular itu! katanya mantap.
Gajah Merik, ular itu sangat besar. Kepalanya saja tujuh. Kau bisa binasa karenanya, kata
Paman Menteri. Ampun Ayah, maaf Paman Menteri. Bolehkah aku menyampaikan
sesuatu? jawab Gajah Merik.
Apa yang hendak kau sampaikan? tanya Raja.
Begini Ayah, selama ini aku sering bermimpi didatangi oleh seorang kakek tua yang sakti. Ia
memberiku ilmu untuk mengalahkan ular berkepaIa tujuh itu. Jadi, aku tahu cara
menghadapinya, jawab Gajah Merik.
Nak, ini bukan mimpi. Kau akan menghadapi ular besar yang ganas. Kakandamu yang telah
dewasa saja tak mampu menghadapinya. Apalagi kau yang baru berusia 12 tahun.
Gajah Merik bersikeras, Sekali ini, percayalah padaku Ayah. Jika kita terlambat, Kakanda
akan binasa dimangsa ular itu.
Setelah berunding sejenak, akhirnya Raja Bikau Bermano mengabulkan keinginan Gajah
Merik. Tapi ada syaratnya. Kau harus ditemani oleh prajurit-prajurit terbaik kita, kata Raja.
Baiklah, Ayah. Tapi sebelum ke Danau Tes, aku harus Iebih dulu bertapa di Tepat Topes.
Kakek itu mengatakan, aku akan mendapat senjata pusaka. Semoga Ayah merestui, kata
Gajah Merik sambil mencium tangan ayahnya.
Gajah Merik pergi ke Tepat Topes sendiri. Di sana ia bertapa selama tujuh hari. Selama itu
pula sang kakek menemuinya untuk mengasah ilmu Gajah Merik. Tepat pada hari yang
ketujuh, Gajah Merik mendapatkan senjata pusakanya. Sebuah keris dan sehelai selendang.
Keris ini dapat membuatmu berjalan di dalam air, dan selendang ini dapat berubah menjadi
pedang yang tajam, kata kakek itu.
Terima kasih, Kek. Doakan aku, ya, pamitnya.

Gajah Merik kembali ke istana untuk menjemput para pengawal yang akan menemaninya ke
Danau Tes. Namun, ia lalu berubah pikiran. Jika aku membawa banyak pengawal, pasti akan
ketahuan. Lagi pula, ular itu sangat jahat, bisa-bisa nanti banyak yang terbunuh. Lebih baik
aku menghadapinya seorang diri , katanya dalam hati. Gajah Merik berubah haluan dan
langsung menuju Danau Tes sendiri.
Di Danau Tes, Gajah Merik menusukkan kerisnya ke dalam air. Keajaiban terjadi, ia dapat
masuk ke dalam danau dengan sangat mudah. Ia seperti layaknya sedang berjalan di darat.
Gajah Merik tiba di sebuah gua yang sangat menyeramkan. Tiba-tiba air danau bergerak
dengan cepat dengan gelmebang besar menghantam Gajah Merik. Namun tubuh Gajah Menik
kokoh tak bergeming. Siapa kau, Anak Muda? Mau apa kau kemari? tanya seekor ular
besar berwarna hitam. Ular itu dikawal oleh dua ular berwarna hijau dan cokelat.
Gajah Merik sangat terkejut, tapi ia tidak takut. Namaku Gajah Merik. Aku ke sini untuk
menyelamatkan kakakku Gajah Meram dan istrinyan jawabnya lantang.
Ha.. ha.. ha.., Iawanlah kami dulu anak kecil, tawa mereka.
Siapa takut? jawab Gajah Merik sambil mengeluarkan selendangnya. Ciaatttt secepat
kilat, Gajah Merik meloncat sambil mengibaskan selendangnya. Selendang itu berubah
menjadi pedang! Dalam sekejap, ketiga ular itu terbunuh. Gajah Merik dengan leluasa
memasuki gua.
Berhenti! tiba-tiba terdengar teriakan lagi. Kali ini, ular berkepala tujuhlah yang muncul.
Anak manusia siapa kau? Berani sekali kau membunuh ketiga pengawalku? tanya ular
berkepala tujuh.
Namaku Gajah Merik. Aku mau membebaskan kakakku, Pangeran Gajah Meram dan
istrinya yang telah kau culik, jawab Gajah Merik.
Ular berkepala tujuh menggerak-gerakkan kepalanya, seolah ingin menerkam Gajah Merik.
Hmm baiklah. Aku akan membebaskan mereka, tapi ada syaratnga, katanya. Pertamatama, hidupkan kembali para pengawalku. Dan yang kedua, tentu saja, kau harus
mengalahkan aku, Ianjutnya.
Gajah Merik setuju. Dengan ilmu yang diajarkan kakek tua lewat mimpinya, Gajah Merik
menghidupkan kembali ular-ular itu. Hebat juga bocah ingusan ini, pikir ular berkepala
tujuh.
Ayo ular licik, Iawan aku! kata Gajah Merik sambil mengeluarkan selendangnya. Mereka
pun bertarung dengan seru dan seimbang. Masing-masing mengeluarkan jurus-jurus saktinya
untuk menjatuhkan Iawan.
Sudah tiga hari mereka bertarung. Mereka kelelahan dan akhirnya menghentikan pertarungan.
Ular berkepala tujuh berkata pada Gajah Merik, Anak muda, aku mengakui kehebatanmu.
Belum pernah ada orang yang mampu melawanku sedemikian hebatnya. Sambil terengahengah, Gajah Merik menjawab Jika begitu, bebaskan kakakku. Kita tak perlu melanjutkan
pertarungan ini.

Ular berkepala tujuh berpikir sejenak. Ia benar juga. Sia-sia saja meIanjutkan pertarungan
ini. Pangeran Gajah Meram dan istrinya akhirnya dibebaskan oleh ular kepala Tujuh.
Sementara itu, di istana, Raja Bikau Bermano cemas menanti Gajah Merik. Jadi beliau
mengutus para pengawalnya menyusul ke Tepat Topes. Namun, Pangeran Gajah Merik tidak
ditemukan di Tepat Topes. Para pengawal bingung dan segera hendak kembali ke kerajaan
untuk melaporkan hal tersbeut kepada Sri Baginda Raja. Dalam perjalanan pulang menuju
Istana para pengawal itu bertemu dengan Gajah Merik dan Gajah Meram. Pangeran telah
kembali kedua pangeran telah kembali! teriak para pengawal bahagia. Raja segera keluar
untuk menyambut kedua putranya. Mereka bersuka cita karena dapat berkumpul kembali.
Ayah bangga padamu. Maafkan Ayah, jika sebelumnya meragukanmu, kata sang Raja pada
Gajah Merik.
Beberapa tahun kemudian, Raja Bikau Bermano bermaksud untuk menyerahkan takhtanya
pada Gajah Meram, namun ia menolak. Gajah Meriklah yang pantas menjadi raja, Ayah,
kata Gajah Meram kepada sang Raja. Raja Bikau Bermano menanyakan kesediaan Gajah
Merik.
Ternyata Gajah Merik bersedia menerima permintaan ayahhandanya dengan satu syarat.
Aku ingin ular berkepala tujuh dan para pengawalnya diajak tinggal di istana. Aku akan
menjadikan mereka pengawal khususku. Dengan begitu, mereka tidak akan mengganggu
orang di Danau Tes lagi, katanya. Raja setuju. Ular berkepala tujuh dan pengawalnya
dijemput dari Danau Tes. Mereka kemudian menjadi pengawal kepercayaan Raja Gajah
Merik.

Translete Rejang
Cerita Rakyat Bengkulu : Kisah Legenda Gajah Merik
Pengawal : Pangeran gajah meram ngen puanne nyep nak daneu tes
Lapor pengawal pada Raja Bikau Bermano
Raja Bikau bermano : gero kejadian ne?,gacang senayo mesoa kuat ne!
Para pengawal kembali tanpa Hasil, lalu Raja mengumpulkan semua mentri,panglima, dan
Pengawal
.
Raja Bikau Bermano : gen akuak mesoa cao menemau anak ngen setamangku
Panglima : ampun uku rajo, yang uku namen, ade dung ulau tujua yang jemagai daneu tes,
janokah mungkin pangeran gaja meram dengen puanne naling ngen dung o?
Panglima Lain :benea, padeak ne dung o sungguak kejem dengen licik, coa mudeak
mengaleak do o
Raja Bikau bermano : gero akuak nak dio?
Suasana menjadi sunyi . Mereka tak tahu harus berbuat apa
Tiba tiba,gajah merik, putra bungsu raja bikau bermano,angkat bicara,
Gajah merik : gen akuak tiak smayo madep dung o?
katanya mantap
Paman Mentri : gajah merik, dung lai nien,ulau ne bae tujuak, ko mnanggung latak ne
bemaaf uku bak,
Gajah Merik : maaf uku menteri, buliak kah uku smapei klak ku?
Raja Bikau bermano : jano klak nadeak nu?
Gajah Merik : cam yo klak ku bak, selamo yo uku galak mipai teko nenek tuai yang sakti. Si
melei uku ilmau utuk maleak dung ulau tujuak, jijai uku nam madep ca o ne
Raja Bikau bermano : nak, dio iso mipai, ko akan madep dung yang paling ganas.kakak nu
bae coa binai madep. Apo iga ko umur daui belas tahun.
Gajah merik : bdebat yo,pecayo la dengan uku bak, tengen ite tecendok,kakaknu gi
mnanggung latak dung

Setelah berunding sejenak,akhirnya rajau bikau bermano mengabulkan keinginan gajah


merik,
Raja Bikau bermano : tapi, ade sarat ne, ko harus kenuat kuat yang baik,

Gajah Merik : baikba bak, tapi senati uku alau mei daneu tes, uku harus betapa kileak
nadeak kakek o, uku nelei ne sejatai pusako semoga bak merestui,
kata gajah merik sambil mencium tangan ayahnya,
Gajah merik pergi ke tepat topes sendiri. Disana ia bertapa selama tujuh hari, selama itu pula
sang kakek menemuinya untuk mengasah ilmu gajah merik. Tepat pada hari yang ketujuh ,
gajah merik mendapatkan senjata pusakanya, sebuah keris dan sehelai selendang
Kakek Sakti : keis yo dapet melei uku paneu das bioa, slindang miyo nam bubeak pedang
tajem,
Gajah merik : terimokasiak tuk duokan uku
pamitnya,
Gajah merik kembali ke istana untuk mejemput para pengawal yang akan menemaninya
kedanau tes . namun ia berubah pikiran,
Gajah Merik : tengen uku mbin pengawal yang dau, pasti si namen, gen igai dung o jahat
nien,namen namen dau matei, lebih baik uku madep suang bae,
katanya dalam hati . gajah merik berubah haluan dan langsung menuju danau tes sendiri.
Didanau tes, gajah merik menusukan kerisnya kedalam air keajaiban terjadi , ia dapat masuk
ke dalam danau dengan sangat mudah . ia seperti layaknya sedang berjalan didarat , gajah
merik tiba disebuah gua yang sangat menyeramkan, tiba tiba air danau bergerak. Dengan
cepat gelombang besar mengahatam gaja merik, namun tubuh gajah merik kokoh tak
bergeming.
Ular Berwarna Hitam : siapi ko anak uai?, gen klak nu miyo yung?,
tanya seekor ular berwarna hitam ular itu dikawal oleh dua ular berwarna hijau dan cokelat.
Gajah merik sangat terkejut tapi ia tidak takut,
Gajah Merik : gen ku gajah merik, uku miyo semlamat kakakku gajah meram ngen poan ne
jawabnya lantang
Ular Berwarna Hitam : ha ha ha ha, lawen ba keme anak titik

Gajah merik : gen snaben?

Jawab gajah merik sambil mengeluarkan selendangnya, ciaaat,.. secepat kilat, Gajah merik
meloncat sambil mengibaskan selendangnya, selendang itu berubah menjadi pedang. Dalam
sekejap ular itu terbunuh. Gajah merik dengan leluasa memasuki Gua
Ular Berkepala Tujuh : bedaan baa !!
Tiba tiba terdengar teriakan lagi, kali ini ular berkepala tujuh yang muncul
Ular Berkepala Tujuh : anak siapi ko? Binai nyen ko nunuak pengawalku?
Gajah merik : genku gajah merik, uku lok kemlua kakaku dengan perepoan ne yang ko
maling
Ular Berkepala tujuh menggerak gerakan kepalanya, seolah ingin menerkam Gajah merik
Ular Berkepala Tujuh : hhmm, baikba uku mbebas tobo o, tapi ade saratne?, pertamo,
idupkan igai pengawalku, keduai ko harus mengaleak uku.
Gajah Merik : maroba dung licik klawenkan uku !,
Mereka pun bertarung dengan seru dan seimbang Masing mengeluarkan jurus jurus saktinya
untuk menjatuhkan Lawan.
Sudah tiga hari mereka bertarung mereka kelelahan dan akhirnya menghentikan pertarungan
Ular Berkepala Tujuh : hai anak uai, uku mengakui kehebatan nu ati pernah tun mngaleak
uku sehebat dirainu
Dengan terengah rengah menjawab
Gajah merik : tengen awei o, ne bebas kakakku, ite coa perlu smabung pertarungan yo
Ular berkepala tujuh berpikir Sejenak.
Ular Berkepala Tujuh : si benea kulo, percuma melanjut pertarungan yo
Pangeran Gajah meram dan istrinya akhirnya dibebaskan oleh ular kepala tujuh
Sementara itu, di Istana Raja bikau Bermano cemas menanti Gajah menarik, Jadi beliau
mengutus para pengawalnya menyusul ke tepat Tope. Namun, Pangeran Gajah Merik tidak
ditemukan di Tepat Topes. Para pengawal bingung dan segera hendak kembali ke kerajaan
untuk melaporkan hal tersebut hal tersebut kepada Sri Baginda Raja. Dalam perjalan pulang
menuju Istana para pengawal bertemu dengan Gajah Merik dan Gajah Meram.
Pengawal : pangeran gi belek, keduai pangeran sudo belek !
Raja Segera keluar untuk menyambut kedua putranya, mereka bersuka cita kerena dapat
berkempul kembali

Raja Bikau Bermano : uku banggan ngen ko yung, maafkan uku nak senati ne uku ragau
ngen ko.
Beberapa tahun kemudian. Raja bikao bemano bermkasud untuk menyerahkan tahtanya pada
Gajah Merahm, Namun ia Menolak
Gajah Meram : gajah meriklah ,seharus ne semanei yo ijai rajo.
Raja Bikao Bermano menanyakan kesediaan Gajah Merik.
Ternyata Gajah Merik bersedia menerima permintaan ayah handanya dengan satu syarat
Gajah Merik : uku lok dung ulau tujuak ngen pengawal ne mbin tinggea nak istana, uku
mnea ijai si pengawal khususku. Dengan awei o, si coa nggemeak tun nak danau tes.
Raja pun setuju. Ular Berkepala Tujuh dan pengawalnya dijemput di dari Danau Tes. Mereka
kemudian menjadi pengawal kepercayaan Raja Gajah Merik.
-TAMAT-

Anda mungkin juga menyukai