Anda di halaman 1dari 7

SUMBANGAN DANA DARI NON - MUSLIM

HUKUM SEORANG MUSLIM MENERIMA SUMBANGAN DARI ORANG


BUKAN ISLAM
Boleh hukumnya seorang muslim menerima sumbangan dari non muslim.
Dalilnya adalah hadits-hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW
pernah menerima hadiah dari non muslim.
Ali bin Abi Thalib RA meriwayatkan, bahwa Kisra (Raja Persia)] pernah
memberi hadiah kepada Rasulullah SAW lalu beliau menerimanya. Kaisar
(Raja Romawi) pernah juga memberi hadiah kepada Rasulullah SAW lalu
beliau menerimanya. Para raja (al-muluuk) juga memberi hadiah kepada
beliau lalu beliau menerimanya. (HR Ahmad dan At-Tirmidzi, dan dinilai
hadits hasan oleh Imam At-Tirmidzi) (Imam Syaukani, Nailul Authar, hal.
1172).
Rasulullah SAW pernah menerima hadiah dari para raja non muslim.
Antara lain dari Raja Dzi Yazan (HR Abu Dawud), dari Akidar pemimpin
Dumatul Jandal (HR Bukhari dan Muslim), dari Farwah al-Judzamiy (HR
Muslim), dan sebagainya. (Imam Syaukani, ibid.)
Selain hadits-hadits tersebut, Keharusan juga didasarkan pada hukum
umum yang membolehkan seorang

muslim bermuamalah dengan non

muslim. Nabi SAW pernah menggadaikan baju besinya kepada seorang


Yahudi.

Berdasarkan

hadits

ini,

Imam

Ibnu

Qayyim

al-Jauziyah

berkata,Dalam hadits ini ada kebolehan bermuamalah dengan mereka


(non muslim) (Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Ahkam Ahl AdzDzimmah, Juz I hal. 204).

Hadis-hadis ini menunjukkan seorang muslim boleh menerima sumbangan


dari non muslim. Sekiranya, kita menerima sumbangan non muslim berupa
wang, baju, ubat-ubatan, makanan, atau minuman untuk kemudian
disalurkan kepada kaum muslimin yang menjadi mangsa bencana alam.
Namun demikian, jika sumbangan non muslim itu menjadi sarana untuk
memperkokoh atau menyebarkan kekufuran mereka, atau menjadi sarana
untuk mengagungkan syiar-syiar agama mereka, maka hukumnya haram
(Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Ahkam Ahl Adz-Dzimmah, Juz I hal. 224).
Misalnya saja sumbangan-sumbangan non muslim itu ternyata sekedar
menjadi alat Kristenisasi untuk mempropagandakan agama Kristen.
Jika demikian halnya, hukumnya haram menerima sumbangan non
muslim. Kaidah fikih menyebutkan, al-wasilah ila al-haram haram (segala
perantaraan yang membawa pada yang haram, hukumnya haram juga)
(Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhshiyyah Al-Islamiyah, Juz III hal. 440).
Tidak

dibolehkan

juga

menerima

sumbangan

non

muslim

untuk

dimanfaatkan dalam kegiatan memakmurkan masjid (imaratul masjid), baik


yang terkait dengan aspek fisiknya (seperti memperbaiki kerusakannya,
memasang sajadah, memasangi lampu) maupun yang terkait dengan
berbagai ketaatan di dalamnya (seperti shalat, dzikir, pengajian). Semua ini
wajib dibiayai oleh muslim saja, tidak boleh menerima dana dari non
muslim. Sebab non muslim tidak dibenarkan memakmurkan masjid sesuai
firman Allah SWT (artinya) : Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu
memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa
mereka sendiri kafir. (QS At-Taubah [9] : 17). [ ]

Dr Amad Syarbadi berkata:

Ulama fekah mensyaratkan orang yang memberi hendaklah layak


untuk

memberi

iaitu

orang

yang

berakal,

baligh,

boleh

menguruskan harta dan memiliki barang yang hendak diberi.


Mereka tidak mensyaratkan Islam sebagai syarat sah pemberian.
Oleh itu harus bagi orang Islam untuk menerima pemberian dari
orang kafir dan orang musyrik serta menggunakannya untuk
pembinaan

dan

maslahah

umum

dengan

syarat

tidak

menyebabkan orang kafir mencampuri urusan orang Islam atau


ibadah mereka ataupun menyebabkan kemudaratan kepada
orang Islam.

Dalam kitab fekah mazhab Hanafi Matnu Tanwiril Absar telah


menyebut: Dan syarat-syarat sah bagi orang yang memberi
adalah berakal, baligh dan memiliki.

Dalam kitab fekah mazhab Maliki Mukhtasar Khalil menyebut:


Pemberian

ada

memberi

pemilikan

tanpa

ada

bayaran.

Pemberian untuk mendapat pahala di akhirat adalah sedekah.


Pemberian adalah sah (menurut syariat) pada setiap barang yang
dimiliki yang dipindah milik dari orang yang berkelayakan untuk
memberi sekalipun dari orang yang tidak diketahui.

Dalam kitab kifayatul Akhyar kitab mazhab Syafie: Dan Harus


bagi orang Muslim dan orang kafir zimmi untuk mewasiatkan
hartanya untuk mengimarahkan masjid Aqsa dan masjid-masjid
yang lain. Demikian juga hukumnya mengimarahkan kubur-kubur
orang Islam.

Imam Nawawi ulama mazhab Syafie berkata dalam kitabnya


Majmuk: Adapun orang kafir diharuskan dia mewasiatkan
hartanya samaada kafir zimmi atau kafir harbi (yang berperang
dgn orang Islam) sekiranya dia mewasiatkan seperti apa yang

diwasiatkan oleh orang Islam. Ulasan: Seperti mana orang Islam


boleh mewasiatkan hartanya untuk membangunkan masjid begitu
juga dengan orang kafir.

Dalam kitab al-Furu karangan Ibnu Muflih seorang ulama


mazhab Hambali: Dan harus mengimarahkan semua masjid,
meletakkan tabir dan memasang api dengan harta mana-mana
orang kafir. Begitu juga orang kafir boleh membina masjid dengan
ushanya sendiri. Ini disebut dalam kitab ar-Riayah dan kitabkitab lain. Ini juga sama dengan hukum orang kafir mewakafkan
dan mewasiatkan harta untuk masjid. Dalil-dalil pendapat
kebanyakan ulama adalah seperti berikut: Pertama: Nabi saw
menerima hadiah dari orang kafir seperti yang yang disebut
dalam kitab sahih Bukhari dan Muslim. Dalam kitab Mughnil
Muhtaj karangan Syeikh Syarbini seorang Ulama mazhab Syafie:

"Nabi saw telah menerima hadiah dari Muqauqis seorang raja


yang kafir. Termasuk dari hadiah tersebut adalah Mariah
Qibtiyyah dan anak-anaknya. Sesungguhnya Imam Bukhari
dalam kitab sahihnya telah meletakkan satu tajuk bab menerima
hadiah orang-orang musyrikin dan telah membawa beberapa
hadis, diantaranya:

kafir zimmi atau kafir harbi mewasiatkan hartanya samaada kafir


zimmi atau kafir harbi dari orang yang berkelayakan untuk
meHadis riwayat Anas bin Malil ra, sesungguhnya seorang
Yahudi wanita berjumpa Nabi saw membawa kambing yang
diletak racun. Nabi saw pun makan. Kemudian wanita tersebut
dibawa kepada Nabi saw dan baginda ditanya Apakah perlu kita
membunuhnya? Nabi saw menjawab Tidak perlu. Anas berkata
Aku sentiasa ingat daging kambing itu berada dalam mulut Nabi
saw. Hadis sahih riwayat Bukhari.

Anas bin Malik ra berkata: Nabi saw dihadiahkan jubah diperbuat


dari kain sundus dan sebelum itu Nabi saw telah melarang lelaki
dari memakai kain sutera. Lalu orang ramai kagum dengan kain
tersebut. Nabi saw pun bersabda Dan demi tuhan yang mana
diriku dalam kekuasaannya , sesungguhnya kain sapu tangan
Saad bin Muaz dalam syurga lebih baik dari kain ini. Hadis
riwayat Bukhari. Kedua: Menerima pemberian dari orang kafir
adalah satu bentuk muamalat yang baik yang mana Allah telah
disebut dalam ayat berikut:

Allah swt tidak menegah kamu dari berbuat baik dan berlaku adil
kepada orang-orang kafir yang tidak memerangi kamu dan tidak
menghalau kamu dari tanah air kamu. Sesungguhnya Allah
mengasihi orang-orang yang berlaku adil. Ketiga: Menerima
pemberian
kejahatan

dari

orang
mereka

kafir

adalah
di

dapat

mengurangkan

muka

bumi.

Anda mungkin juga menyukai