Anda di halaman 1dari 15

Fiqih Kontemporer:

MUSLIM BERBISNIS
KREMASI JENAZAH, BOLEHKAH ?
KH. M. SHIDDIQ AL JAWI, S.Si, MSI
(Founder Institut Mu’amalah Indonesia)
Ustadz, ada sebagian muslim yang tergiur untuk
berbisnis kremasi mayat, mohon informasi, kira-
kira apakah itu boleh ya ?
(M. Kholid Ridwan, Jogjakarta).

INSTITUTE Muamalah Indonesia


DEFINISI KREMASI
DEFINISI
KREMASI Kremasi atau pengabuan jenazah adalah praktik
penghilangan jenazah manusia setelah
meninggal dengan cara membakarnya. Biasanya
kremasi dilakukan di sebuah krematorium, atau
bisa juga dilakukan di sebuah makam yang
disebut setra atau pasetran, sebagaimana
praktik ngaben yang dilakukan umat Hindu di
Bali. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kremasi).
HUKUM BERBISNIS
KREMASI JENAZAH
Haram hukumnya seorang muslim berbisnis
kremasi jenazah, karena layanan jasa tersebut
termasuk akad ijarah (jasa) pada manfaat yang
telah diharamkan syariah. Kaidah fiqih
menyebutkan :
‫ال تجوز اإلجارة في المنافع المحرمة‬
Lâ tajûzu al ijârah fî al manâfi’ al muharramah.
(Tidak boleh akad jasa [ijarah] pada segala
manfaat (jasa) yang telah diharamkan syariah.”
(Imam Nawawi, Al Majmû’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz III, hlm. 243
[Kitâbul Ijârah], Taqiyuddin An Nabhani, Al Nizhâm Al Iqtishâdî fî Al
Islâm, hlm. 91).
Dalil haramnya seorang muslim memberikan jasa
kremasi jenazah, ada 4 (alasan) alasan sbb :
Pertama, seorang muslim yang memberikan jasa kremasi, berarti
telah membantu pelaksanaan upacara keagamaan agama lain.
(QS Al Maidah : 2)
Kedua, seorang muslim yang memberikan jasa kremasi, berarti
telah melakukan perbuatan tasyabbuh bil kuffar, yaitu menyerupai
orang kafir yang telah diharamkan Islam. (HR Abu Dawud).
Ketiga, seorang muslim yang memberikan jasa kremasi, berarti
telah melakukan penganiayaan fisik pada mayat, yang telah
diharamkan dalam Islam. (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan
Ahmad).
Keempat, seorang muslim yang memberikan jasa kremasi, berarti
telah meninggalkan kewajiban menguburkan mayat. (HR Bukhari,
Muslim, dan Ahmad)
Berikut ini penjelasan 4 (empat) alasan tersebut :

Pertama, karena kremasi (pengabuan jenazah) merupakan


bagian dari keyakinan atau upacara keagamaan berbagai
agama di luar agama Islam. Misalnya, agama Hindu, Budha,
Hare Krishna, dan beberapa denominasi (aliran) agama
Kristen, seperti Gereja Katholik, Gereja Advent Hari Ketujuh,
Gereja Anglikan, Gereja Baptis, Gereja Methodis, Gereja
Moravian, Gereja Mormon, Gereja Presbyterian, dan Saksi
Yehuwa. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kremasi).
Maka dari itu, jika seorang muslim memberikan jasa
kremasi, berarti dia telah memberikan bantuan kepada
keyakinan atau upacara keagamaan untuk agama-agama
non Islam.
Hal ini diharamkan berdasarkan keumuman ayat yang telah
melarang muslim untuk memberikan bantuan (i’ânah)
kepada pihak lain dalam perkara-perkara dosa. Firman
Allah SWT (artinya) :
ِ ‫اَلثْ ِم َو ْالعُ ْد َو‬
‫ان‬ ِ ْ ‫َو ََل تَعَ َاونُ ْوا َعلَى‬
”Dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran.” (QS Al Mâidah [5] : 2). (Ramadhan Hafizh ‘Abdurrahman,
Buhûts Muqâranah fî Al Syarîah Al Islâmiyyah ‘An Al Buyuu’ Adh Dhârrah, Kairo : Darus
Salam, 2006, hlm. 235).
Kaidah fiqih yang terkait dalam masalah ini menyebutkan:
‫اإلعانة على الحرام حرام‬
Al i’ânah ‘alâ al harâm harâm (memberikan bantuan pada
perbuatan haram, hukumnya haram). (Ibnu Taimiyah, Majmû’ Al
Fatâwâ, Juz VI, hlm. 313).
Kedua, seorang muslim yang memberikan jasa kremasi,
berarti telah melakukan perbuatan tasyabbuh bil kuffar,
yaitu perbuatan menyerupai orang kafir yang telah
diharamkan Islam.
Yang dimaksud tasyabbuh bil kuffar, adalah perbuatan
seorang muslim yang menyerupai perbuatan kaum kafir,
dalam hal-hal yang menjadi ciri khas agama mereka, seperti
cara ibadah mereka, cara pernikahan mereka, dll.
Rasulullah SAW telah melarang tasyabbuh bil kuffar, dengan
sabdanya :
‫شبَّهَ بِقَ ْو ٍم فَ ُه َو ِم ْن ُه ْم‬
َ َ ‫َم ْن ت‬
Man tasyabbha bi qaumin fahuwa minhum
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia
termasuk ke dalam golongan mereka.” (HR Abu Dawud).
Ketiga, seorang muslim yang memberikan jasa kremasi,
berarti telah melakukan penganiayaan fisik pada mayat,
yang telah diharamkan dalam Islam.
Yang dimaksud melakukan penganiayaan fisik pada mayat,
misalnya memotong-motong mayat (mutilasi), mencungkil
matanya, mengambil organ-organnya, dan sebagainya,
termasuk membakarnya (kremasi), dll.
Rasulullah SAW telah melarang segala bentuk penganiayaan
fisik pada mayat, sesuai sabdanya :
ِ ‫ظ ِم ْال َم ِي‬
‫ت َك َك ْس ِر ِه َحيًّا‬ ْ ‫َك ْس ُر َع‬
Kasru ‘azhmil mayyiti ka-kasrihi hayyan
“Memecahkan tulang mayat, sama dengan memecahkan
tulangnya pada saat dia hidup.” (HR Abu Dawud, no. 3207;
Ibnu Majah no 1616, dan Ahmad, no 24739).
Keempat, karena kremasi adalah perlakuan terhadap
jenazah yang tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim.
Dalam Islam, perlakuan yang dibenarkan syariah terhadap
jenazah hanyalah dimakamkan (dikuburkan) saja, tidak ada
yang lain, baik jenazah itu muslim maupun non muslim.
Inilah yang diwajibkan syariah bagi seorang muslim. Jika
seorang muslim melakukan kremasi, berarti dia
meninggalkan kewajiban dan menjadi dosa baginya.
Syekh Nashiruddin Al Albani dalam kitabnya Ahkâm Al
Janâ`iz wa Bida’uhâ berkata:
‫ويجب دفن الميت ولو كان كافرا‬
”Wajib hukumnya menguburkan jenazah, walaupun itu
jenazah orang kafir.” (Arab : wa yajibu dafnu al mayyiti
walau kâna kâfiran). (Nashiruddin Al Albani, Ahkâm Al Janâ`iz wa
Bida’uhâ, Riyadh : Maktabah Al Ma’arif, 1992, hlm. 167-172).
Dalil wajibnya menguburkan jenazah walaupun jenazah
non muslim adalah hadits-hadits Nabi SAW. Di antaranya
hadits bahwa Nabi SAW pada saat Perang Badar telah
memerintahkan untuk menguburkan 24 jenazah kafir
Quraisy ke dalam satu lembah di antara lembah-lembah
Badar. (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad). (Nashiruddin Al Albani, Ahkâm
Al Janâ`iz wa Bida’uhâ, hlm. 168).

KESIMPULAN :
Berdasarkan empat alasan tersebut, haram hukumnya
seorang muslim berbisnis kremasi jenazah. Hal ini karena
kremasi jenazah itu sendiri merupakan perbuatan yang
haram dilakukan oleh seorang muslim, maka haram juga
seorang muslim mengambil upah atas jasa kremasi
jenazah tersebut. (Imam Nawawi, Al Majmû’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz III, hlm. 243
[Kitâbul Ijârah], Taqiyuddin An Nabhani, Al Nizhâm Al Iqtishâdî fî Al Islâm, hlm. 91).
‫و هللا أعلم بالصواب‬
Wallahu a’lam bish-shawab
Z
Akun Official USAJ
https://t.me/shiddiqaljawi

ustadzshiddiqaljawi@gmail.com

www.fissilmi-kaffah.com

www.shiddiqaljawi.com

Fb.com/mshiddiqaljawi

Twitter.com/shiddiqaljawi

Anda mungkin juga menyukai