Askep Katarak
Askep Katarak
ASKEP KATARAK
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I :
1.
2.
3.
AMMARSAN FAHCHORY MS
IMELDA ANUGRAH PUTRI
SUTRISNO
PEMBIMBING :
Ns. HUSNI, S.Kep, M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Askep
Katarak ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih kepada Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Keperawatan Medikal Bedah. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Bengkulu,
November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar ............................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG ......................................................................
14
14
15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia memiliki
angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1,5
persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar penderita katarak
adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak
tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya.
Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996,
menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan penyebab utama adalah
katarak (0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan refraksi (0,14%); dan penyakit-penyakit
lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).
Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka kebutaan
di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand 0,3%).
Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi mata yang
dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul backlog
(penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi. Penumpukan ini antara lain
disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, kurangnya
pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas
pelayan kesehatan mata yang masih terbatas. Maka dari itu kami terdorong untuk
menyusun makalah ini,sehingga dapat menambah pengetahuan kita tentang insiden
katarak itu sendiri.
Dilihat dari jenis kelamin perbandingan kejadian katarak traumatik laki-laki dan
perempuan adalah 4 : 1. National Eye Trauma System Study melaporkan rata-rata usia
penderita katarak traumatik adalah 28 tahun dari 648 kasus yang berhubungan dengan
trauma mata.
1.2. TUJUAN
1.2.1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui Askep dengan pasien Katarak
1.2.2. TUJUAN KHUSUS
1.
2.
3.
4.
5.
1.3. MANFAAT
1.3.1. Bagi penulis
Diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan
dan
wawasan
serta
dapat
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. TINJAUAN TEORITIS
2.1.1. Definisi
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap.
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan merupakan
suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium dini pembentukan
katarak, protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi.
Lebih lanjut protein tadi berkoagulasi membentuk daerah keruh menggantikan serabutserabut protein lensa yang dalam keadaan normal seharusnya transparan. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai
usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih
berlangsung
memulai proses degenerasi. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif
2.1.2. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
a. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
b. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
c. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti
tahun
c. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak
Katarak
masih sangat
minimal,
bahkan
tidak
terlihat
tanpa
menggunakan
alat
Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung
dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang
sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat
membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas seharihari.
akan
suatu
objek
benda
atau
cahaya
menjadi
kabur,
Gangguan
Metabolisme
(DM)
( Keturunan )
Degenerasi
lensa
Lapisan luar
katarak
mencair
Viskositas
darah
Menyumbat
aliran darah
ke pembuluh
mata
Membentuk
cairan putih
susu
Penumpukan
cairan (Edema
lensa)
Suplai O2 ke
mata
Kematian
jaringan pada
lensa
Trauma
Gen
Terinfeksi
virus saat ibu
hamil
Perubahan
protein dan
senyawa
kimia lensa
Perkembangan
penglihatan
terjadi masalah
Kapsul lensa
pecah
Koagulasi
serat rpotein
Pembentukan
bayangan
pada retina
memburuk
Noda pada
lensa (lensa
keruh)
Mengaburkan
pandangan
Penglihatan buram,
kontur bayangan
kurang jelas
Kehilangan
penglihatan
Sensitivitas dan
ketajaman mata
MK : GANGGUAN
CITRA TUBUH
KATARAK
Tindakan
pembedahan dengan
mengganti lensa
mata
MK
:ansietas
MK : RESIKO
INFEKSI
ANSIETAS
MK : RESIKO
CIDERA
2.1.7. Komplikasi
1. Glaukoma
2. Ablasio retina
3. Astigmatisma
4. Uveitis
5. Endoflatmitis
6. Perdarahan
7. Butah
2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik
1. mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem
saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan penglihatan mungkin karena massa tumor,
karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
2.1.9. Penatalaksanaan Medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke
titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila
ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi
segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit
retina atau saraf optikus, seperti diabetes dan glaucoma.
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan
lensa buatan.
7
a. Pengangkatan lensa
b. Penggantian lensa
2.2. ASKEP KATARAK
2.2.1. Pengkajian
a. Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai
identitas pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah
terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak
juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi
pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada
usia > 40 tahun
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada
pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya
memicu resiko katarak
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya salah satu keluarga yang menderita penyakit katarak, atau penyakit
sistemik seperti DM, hipertensi, atau penyakit metabolic lainnya. Misal kakek
menderita DM.
e. Riwayat lingkungan
Lingkungan sekitar tempat tinggal seperti memiliki tetangga dan teman yang
perokok.
2.2.2. Diagnosa
1.
2.
3.
4.
2.2.3. Intervensi
No diagnosa
rasional
8
Ansietas
hasil
b.d NOC
NIC
1.Menggunakan
pendekatan
tindakan
1.Anxiety self-control
Anxietyreduction
pembedahan
2.Anxiety level
dengan
3.Coping
mengganti
Kriteria hasil :
1.Gunakan
lensa mata
1.Klien
2.Menjelaskan
pendekatan prosedur dan apa yang
mengidentifikasi
dan 2.
yang
Jelaskan
dirasakan
selama
semua prosedur
dirasakan
2.Mengidentifikasikan,
prosedur
mengungkapkan
menunjukkan
untuk
keamanan perhatian
cemas.
penuh
5.Membantu
Bantu
situasi
normal
menimbulkan
yang
dengan kecemasan
aktifitas 7.Identifikasi
tingkat
menunjukkan
kecemasan
berkurangnya
8.Bantu
kecemasan.
pasien
untuk
menimbulkan kecemasan
9.Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi
10.Berikan obat untuk
2
mengurangi kecemasan
NIC
b.d
Infection
1.Membersihkan
control lingkungan
pembedahan
dengan
contol
1.Bersihkan
mengganti
3.Risk control
setelah
setelah
lingkungan 2.Mempertahankan
dipakai
lensa mata
Kriteria hasil :
lain
3.Menintruksikan pada
isolasi
2.Mendeskripsikan
3.Instruksikan
proses
teknik pengunjung
penularan pengunjung
untuk setelah
tangan
3.Menunjukkan
4.Gunakan
infeksi
dan
sabun
anti sebelum
timbulnya sesudah
dan
dan
tindakan
sebelum 5.Memonitor
tindakan keperawatan
tangan
kerentanan
sebagai
6.Monitor
alat 6.Menginfeksi
dan
kerentanan mukosa
terhadap infeksi
7.Inspeksi
membrane
terhadap
terhadap
baju,sarung infeksi
sesudah
berkunjung
serta berkunjung
meninggalkan pasien
mencegah
dan
penatalaksanaanya
kemampuan
untuk
kulit
membrane
terhadap
kemerahan,
kulit
panas,
pasien
dan
cara
menghindari infeksi.
11.Lakukan
kolaborasi
lain.
NIC
1.Menyediakan
10
Environment
tahan
management
untuk pasien
silau cahaya
manajemen 2.
lingkungan )
2.Klien
Menghindari
lingkungan
mampu 1.Sediakan
yang
lingkungan berbahaya
3.
Menempatkan
mencegah cedera
saklar
lampu
3.Klien
2.Menghindari
mampu lingkungan
menjelaskan
yang mudah
factor berbahaya
di
yang
jangkau
pasien
3.Menyediakan
tempat 4.
Menganjurkan
hidup
untuk bersih
mencegah cidera
untuk
menemani pasien
4.Menempatkan
saklar 5.
Mengontrol
jangkau pasien
dari
kebisingan
perubahan
kesehatan.
yang
dapt
membahayakan pasien
9.Berikan
penjelasan
pengunjung
mengenai
status
4
perubahan
kesehatas
penyebab penyakit.
NIC
tubuh
Body
dan
1.Mengkaji
secara
kehilangan
2.Self esteem
enhancement
penglihatan
Kriteria hasil :
Memonitor
11
2.Mampu
terhadap tubuhnya
mengidentifikasikan
2.Monitor
kekuatan personal
mengkritik dirinya
3.Mendeskripsikan
3.Jelaskan
secara
actual
frekuensi
frekuensi dirinya
3.
kemajuan
4.Mempertahankan
penyakit
interaksi sosial.
4.Dorong
Menjelaskan
tentang tentang
fungsi pengobatan,perawatan,
tubuh
mengkritik
pengobatan,perawatan,
prognosis kemajuan
prognosis
penyakit
klien 4.Mengindetifikasi arti
mengungkapkan
pengurangan
perasaannya
5.Identifikasi
arti 5.
pengurangan
melalui kontak
melalui
Memfasilitasi
dengan
individu lain
dalam
individu
lain
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Adapun evaluasi dari tiap-tiap masalah di atas adalah
1. Ansietas yang b.d tindakkan pembedahan pada pasien tidak terlihat
2. Resiko infeksi b.d tindakkan pembedahan dengan mengganti lensa pada pasien
tidak ada
3. Resiko cedera b.d mata tidak tahan dengan silau cahaya pada pasien tidak ada
4. Gangguan citra tubuh b.d penglihatan pada pasien normal
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari tinjauan teori dan dan askep di atas dapat disimpulkan bahwa katarak
adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang
diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan
pandangan secara bertahap.
Katarak dapat disebabkan oleh penyakit metabolic seperti DM, Gen
(keturunan), pertambahan usia, dan trauma.
Diagnosa keperawatan yang sering didapat pada penyakit katarak adalah
ansietas, resiko infeksi, resiko cedera, dan gangguan citra tubuh.
3.2. SARAN
3.2.1. Saran Bagi Penulis
Sebagai penulis kami berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat bagi kami, dapat menambah wawasan dan meningkatkan ilmu bagi
kami dalam ilmu keperawatan umumnya dan keperawatan medical bedah
khususnya.
3.2.2. Saran Bagi Pembaca
Kami juga berharap semoga makalah yang kami buat ini juga bermanfaat bagi
para pembaca dan menambah wawasan pembaca terkhusus keperawatan medical
bedah. Kami juga berharap jika terdapat banyak kesalahan kami mohon untuk
kritikan dan masukannya agar karya karya ilmiah kami dan para pembaca
kedepannya menjadi lebih baik dan dapat mendekati sempurna.
14
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit Ilmu Penyakit
Dalam: Jakarta
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/268921213?
extension=pdf&ft=1447150369<=1447153979&user_id=136689525&uahk=SShROE
KSQS5iPoRicH065ZfAw7o, diakses tanggal 3 November 2015
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/54984881?
extension=pdf&ft=1447150126<=1447153736&user_id=136689525&uahk=XgTmw3
FPQ8UQT1QAIRRAMhtWO+4, diakses tanggal 3 November 2015
15