Anda di halaman 1dari 23

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugrahkan nikmat kepada kami sehingga

kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Quran Hadist dengan judul Keikhlasan
dalam beribadah.

Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas
makalah ini, semoga makalah ini dapat diterima dengan baik dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Kami menyadari dalam penulisan maupun penyajian makalah ini masih banyak
kekurangan, untuk itu kami memohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

Bandar Lampung, 23 Maret 2015

Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A.

Latar Belakang............................................................................. 1

B.

Rumusan Masalah....................................................................... 2

C.

Tujuan Penulisan......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3
A.

Ayat Pokok Tentang Keikhlasan Beribadah............................. 3

B.

Makna Mufradat......................................................................... 4

C.

Asbabun Nuzul Ayat................................................................... 5

D.

Tafsir Global................................................................................. 6

E.

Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah...................................... 9

F.

Makna Mufradat....................................................................... 10

G.

Maksud Hadist........................................................................... 10

H.

Cara Mencapai Keikhlasan Beribadah.................................... 11

I.

Analisis Keikhlasan Beribadah................................................. 13

BAB III PENUTUP............................................................................... 14


A.

Kesimpulan................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Tugas utama manusia hidup di dunia ini adalah beribadah kepada Allah SWT. Ibadah
kepada-Nya merupakan bukti pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya. Dari
berbagai ayat dan hadis dijelaskan bahwa pada hakekatnya manusia yang beribadah
kepada Allah ialah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh
kepada wahyu Allah dan hadis Nabi SAW. Pengertian ibadah tidak hanya terbatas kepada
apa yang disebut ibadah mahdhah atau rukun Islam saja, tetapi sangat luas seluas aspek
kehidupan yang ada. Yang penting aktivitas yang kita lakukan harus diniatkan untuk
ibadah kepada-Nya dan yang menjadi pedoman dalam mengontrol aktivitas ini adalah
wahyu Allah dan sabda Rasul-Nya.

Namun ada satu aspek yang seringkali dilupakan dalam pelaksanaan ibadah kepada-Nya,
yakni keikhlasan dalam menjalankannya. Keikhlasan dalam beribadah merupakan aspek
yang sangat fundamental yang akan mempengaruhi diterima atau tidaknya ibadah kita.
Ibadah yang dilakukan tanpa keikhlasan adalah ibadah yang sia-sia.

B.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas maka kami merumuskan beberapa masalah yaitu :
1.

Ayat Pokok Tentang Keikhlasan Beribadah ?

2.

Makna Mufradat dan ayat Tentang Keikhlasan Beribadah ?

3.

Asbabun Nuzul Ayat Tentang Keikhlasan Beribadah ?

4.

Tafsir Global Tentang Keikhlasan Beribadah ?

5.

Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah ?

6.

Makna Mufradat Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah ?

7.

Maksud Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah ?

8.

Cara Memcapai Keikhlasan Beribadah ?

9.

Analisis Keikhlasan Beribadah ?

C.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :


1.

Ayat Pokok Tentang Keikhlasan Beribadah.

2.

Makna Mufradat dan Ayat Tentang Keikhlasan Beribadah.

3.

Asbabun Nuzul Ayat Tentang Keikhlasan Beribadah.

4.

Tafsir Global Tentang Keikhlasan Beribadah.

5.

Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah.

6.

Makna Mufradat Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah.

7.

Maksud Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah.

8.

Cara Memcapai Keikhlasan Beribadah.

9.

Analisis Keikhlasan Beribadah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Ayat Pokok Tentang Keikhlasan Beribadah.

Keikhlasan dalam beribadah ialah beribadah semata-mata hanya kepada Allah SWT.
Menyembah kepada Allah SWT dan menjahui kemusyrikan adalah agama yang benar dan

lurus. Menjalankan ibadah yang telah di tetapkan oleh Allah SWT dengan penuh
keikhlasan, seperti dalam menjalankan perintah shalat yang tepat pada waktunya dengan
khusyuk serta lengkap dengan rukun dan syaratnya. Kata ikhlas secara harfiah berarti
murni, suci, atau bersih. Konteks ikhlas ini berkaitan dengan niat. Niat adalah dorongan
dalam hati manusia untuk melaksanakan amal perbuatan tertentu. Dalam mengamalkan
ajaran agama Islam hendaknya dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah swt., artinya
dengan kesadaran semata-mata hanya menaati perintah-Nya dan untuk memperoleh
ridho-Nya.

1.

QS. Al Anam : 162 163

( )

()
Artinya : Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
kepada Allah.[1] (QS.Al-Anam: 162-163).

2.

QS. Al Bayyinah : 5




Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurusdan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.[2] (QS. Al Bayyinah : 5).

B.

Makna Mufradat

1.

QS. Al Anam : 162 -163

Artinya

Lafadz

Sesungguhnya shalatku

Ibadahku

Hidup dan matiku

Tuhan semesta alam

Tiada sekutu bagi - Nya

Aku diperintahkan

Orang yang pertama-tama


berserah diri

2.

QS. Al Bayyinah : 5

Artinya

Lafadz

Dan mereka tidak disuruh

Melainkan

supaya

menyembah Allah
Dan yang demikian inilah
agama yang lurus

C.

Asbabun Nuzul

1.

QS. Al Anam : 162 -163

Tidak ada Asbabun nuzul yang pasti tentang ayat ini akan tetapi dalam suatu riwayat
dijelaskan bahwa ayat ini turun karena adanya tuduhan dari kaum kafir quraisy tentang
dakwah Nabi yang mereka menganggap Nabi mempunyai maksud dibalik menyuruh
mereka meninggalkan kesesatan, mereka menganggap Muhammad ingin mencari
Jabatan, dan Kekayaan oleh karena itu turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa dakwah
Nabi murni dan hanya untuk Allah semata.

2.

OS. Al Bayyinah : 5

Karena adanya perpecahan dikalangan mereka maka pada ayat ini dengan nada mencerca
Allah menegaskan bahwa mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah.
Perintah yang ditujukan kepada meraka adalah untuk kebaikan dunia dan agama mereka,
untuk memcapai kebahagian dunia dan akhirat, yang berupa ikhlas lahir dan batin dalam
berbakti kepada Allah dan membersikan amal perbuatan dari syirik serta mematuhi
agama Nabi Ibrahim yang menjauhkan dirinya dari kekafiran kaumnya kepada agama
tauhid dengan mengikhlasan ibadat kepada Allah SWT.

D.

Tafsir Global

1.

QS. Al Anam : 162 -163

Secara bahasa ikhlas terambil dari akar kata kholasha, khulushon, khalashon yang
berkonotasi murni dan terbebas dari kotoran. Kata ikhlas menunjukkan makna murni,
bersih, terbebas dari segala sesuatu yang mencampuri dan mengotorinya. Sedangkan
secara istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa
menyekutukan-Nya dengan yang lain. Dalam ayat diatas merupakan ayat yang
menjelaskan tentang ikhlas beribadah ayat diatas menjelaskan tentang kebenaran agama
yang dibawa oleh nabi ibrahim dan sekaligus gambaran tentang sikap nabi Muhammad
yang mengajak kaumya untuk beriman ayat ini memerintakan: katakanlah wahai nabi
Muhammad, bahwa sesungguhnya shlataku, dan semua ibadahku termasuk korban dan
penyembelihan binatang yang kulakukan dan hidupku bersama yang terkait denganya,
baik tempat waktu, maupun aktifitas dan matiku, yakni iman dan amal saleh yang akan
aku bawa mati, kulakukan secara ikhlas dan murni hanyalah semata-mata untuk Allah.
Tuhan pemelihara semesta alam, tiada sekutu baginya dalam zat, sifat, dan perbuatanya.
[3]

Kata nusuk biasa juga diartikan sembelihan, namun yang dimaksud dengan ya adalah
ibadah, termasuk shalat dan sembelihan itu, pada mulanya kata ini digunakan untuk
melukiskan sepotong perak yang sedanga dibakar, agar kotoran dan bahan-bahan lain
tidak menyertai potongan perak itu tidak terlepas darinya, shingga yang tersisa adalah
perak murni, ibadah dinamai nusuk untuk menggambarkan bahwa ia seharusnya suci,

murni dilaksanakan dengan pernuh keikhlasan demi karena Allah, tidak tercampur
sedikitpun oleh selain keikhlasan kepada Allah.

Penyebutan kata shalat sebelum penyebutan kata ibadah kendati shalat adalah salah satu
bagian dari ibadah dimaksudkan untuk menunjukan rukun islam yang kedua itu. Ini
karena shalat adalah satu-satunya kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan sebanyak lima
kali sehari apapun alasanya berbeda dengan kewajiban yang lainya.

Ayat ini menjadi sebuh bukti ajakan beliau kepada umat agar meninggalkan kesesatan
dan memeluk islam, tidak beliau maksudkan untuk meraih keuntungan pribadi dari
mereka karena seluruh aktifitas beliau hanya demi karena Allah semata, Oleh karena itu,
bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan,
perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahalaNya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau
kemunduran.
Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa kita dituntut ikhlas dalam menjalankan semua
ibadah kepada Allah baik yang sifatnyal vertical maupun horizontal, ketika kita hendak
melasksanakanya niat kita haruslah lurus semata-mata karena Allah bukan karena dilhat
oleh orang atau lainya yang nantinya akan dapat merusak pahala dari ibadah kita, ketika
hendak melaksanakan shalat, ketika telah bertakbir maka seluruh aktifitas badan, pikiran,
dan perasaan haruslah tertuju kepada Allah, bukan kepada yang lain begitu juga dengan

ibadah yang lain seperti menolong sesama, puasa, dan ibadah yang lain hendaknya
hanyalah tertuju kepada Allah.[4]

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari kerikil-kerikil
dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan.
Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil.
Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah,
dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya
akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu
kecewa.Tetapi banyak dari kita yang beribadah tidak berlandaskan rasa ikhlas kepada
Allah SWT, melainkan dengan sikap riya atau sombong supaya mendapat pujian dari
orang lain. Hal inilah yang dapat menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah
SWT.

Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali jika
(dilakukan) dengan penuh keikhlasan serta ditujukan untuk mendapatkan ridha-Nya.(Al
Hadis). Karena itu Imam Ali ra mengungkapkan bahwa orang yang ikhlas adalah orang
yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah.[5]

2.

OS. Al Bayyinah : 5

Perintah untuk menyembah hanya kepada Allah SWT dengan niat ikhlas semata-mata
karena Allah SWT. Perintah untuk memurnikan agama Allah dari ajaran-ajaran
kemusyrikan. Perintah untuk mendirikan shalat dan zakat. Menyembah kepada Allah dan
menjauhi kemusyrikan adalah agama yang benar dan lurus.

Surat ini turun sebagai bentuk penegasan kembali atas tindakan Ahl al-kitab (Yahudi dan
Nasrani) yang melampaui batas. Misalnya, umat Nasrani telah menjadikan Nabi Isa
sebagai Tuhan, sementara itu kaum Yahudi menghinakannya. Melalui ayat ini Allah
mengingatkan kembali kepada mereka agar kembali kepada agama yang lurus (din alqayimah). Agama yang lurus ini bercirikan tiga hal, yaitu adanya ketundukan dan
kepatuhan hanya kepada Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat.

Ketundukan dan kepatuhan secara murni menjadi kunci terbentuknya sikap lurus dan
senantiasa condong kepada kebajikan. Sebaliknya, ketundukan dan kepatuhan yang tidak
murni (syirik) menjadi akar penyimpangan dan kecondongan kuat untuk berbuat yang
berlawanan dengan nilai-nilai kebajikan.
Kata ( )mukhlishin adalah

berbentuk

isim

fail

berasal

dari

kata ))khalushayang artinya murni setelah sebelumnya diliputi kekeruhan. Dari sini
ikhlas merupakan usaha memurnikan dan menyucikan hati sehingga benar-benar tertuju
kepada Allah semata, sedang sebelum keberhasilan itu hati masih biasanya diliputi atau
dihinggapi oleh hal-hal selain Allah, seperti pamrih dan yang semacamnya.

Kata ()hunafa adalah berbentuk jamak dari kata mufrod ( )hanif yang biasa
diartikan lurus atau cenderung kepada sesuatu(kebajikan). Agama Islam disebut juga
sebagai agama hanif karena posisinya yang lurus (berada di tengah-tengah). Artinya,
tidak cenderung pada materialisme dan mengabaikan yang spiritual atau sebaliknya.

Penyebutan shalat dan zakat secara khusus mempunyai arti akan pentingnya menjalin
hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia.[6]

E.

Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah

1.

HR. Muslim

:



:

Artinya : DariAbu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah
tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi ia melihat/memperhatikan niat dan
keikhlasan dalam hatimu.

2.

Dari Amirul Mukminin, Umar Bin Khathab

Segala amal itu tergantung niatnya dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya.
Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul Nya, maka hijrah itu kepada
Allah dan Rasul Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau
karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang
ditujukan.

F.

Makna Mufradat

1.

HR. Muslim

Artinya

Lafadz

Tidak melihat

Bentuk badan

Rupamu

Dan tetapi

Hatimu

G.

Maksud Hadist

1)

HR. Muslim

Allah SWT tidak melihat fisik umatnya khususnya dalam konteks ibadah melainkan
tergantung pada seberapa ikhlas ia melakukan ibadah tersebut. Seperti telah dinyatakan
pada hadist lain yang artinya :
Segala sesuatu tergantung pada niatnya

2)

Dari Amirul Mukminin, Umar Bin Khatab

Hadist diatas menjelaskan tentang dalam setiap kita melakukan suatu amal ibadah
haruslah karena Allah semata. Hadist ini diucapkan beliau karena ada seseorang laiki
laki yang hijrah dari Mekkah ke Madinah, kita ketahui bahwa hijrah ketika itu karena
perintah dari Allah pastilah itu begitu besar pahala yang akan didapat akan tetapi laki
laki itu ikut hijrah dikarenakan dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang
cantik jelita yang membuat terpesona setiap siapa saja yang melihatnya. Konon wanita itu
bernama : Ummu Qais bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu

kemudian dikenal dengan sebutan Muhajir Ummi Qais (orang hijrah karena Ummu
Qais).

Pada hadist ini, segala amal hanya menurut niatnya yang dimaksud dengan amal disini
adalah semua amal yang dibenarkan syariat, sehingga setiap amal yang dibenarkan
syariat tanpa niat yang ikhlas mengharap ridho Allah maka tidak berarti apa apa
menurut agama islam. Tentang sabda Rasullah, semua amal itu tergantung pada niatnya
ada perbedaan pendapat para ulama tentang maksud kalimat tersebut. Sebagaimana
memahami niat sebagai syarat sehingga amal tidak sah tanpa niat, sebagian yang lain
memahami niat sebagai penyempurna sehingga amal itu akan sempurna apabila ada niat.
Maka ketahuilah bahwa syarat utama diterimnya ibadah itu ada 2 yaitu : Niat Yng ikhlas
dan Pelaksanaannya sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi SAW.

H.

Cara Mencapai Keikhlasan Beribadah

Cara agar kita dapat mancapai rasa ikhlas adalah dengan mengosongkan pikiran dissat
kita sedang beribadah kepada Allah SWT. Kita hanya memikirkan Allah, shalat untuk
Allah, zikir untuk Allah, semua amal yang kita lakukan hanya untuk Allah. Lupakan
semua urusan duniawi, kita hanya tertuju pada Allah. Jangan munculkan ras riya atau
sombong di dalam diri kita karena kita tidak berdaya di hadapan Allah SWT.

Rasakanlah Allah berada di hadapan kita dan sedang menyaksikan kita. Insya Allah
dengan cara di atas anda dapat mencapai ikhlas. Dan jangan lupa untuk berdoa memohon
kepada Allah SWT agar kita dapat beribadah secara ikhlas untuk-Nya, sebagaimana do a
Nabi Ibrahim a.s, Sesungguhnya jika Rabb-ku tidak memberi hidayah kepadaku,
pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.

Sebagai upaya membina terwujudnya keikhlasan yang mantap dalam hati setiap mukmin,
sudah selayaknya kita memperhatikan beberapa hal yang dapat mencapai dan memelihara
ikhlas dari penyakit-penyakit hati yang selalu mengintai kita, di antaranya:

1)

Dengan meyakini bahwa setiap amal yang kita perbuat, baik lahir maupun batin,

sekecil apapun, selalu dilihat dan didengar Allah SWT dan kelak Dia memperlihatkan
seluruh gerakan dan bisikan hati tanpa ada yang terlewatkan. Kemudian kita menerima
balasan atas perbuatan-perbuatan tadi.

2)

Memahami makna dan hakikat ikhlas serta meluruskan niat dalam beribadah hanya

kepada Allah dan mencari keridlaan-Nya semata, setelah yakin perbuatan kita sejalan
dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Maka ketika niat kita menyimpang dari
keikhlasan.

3)

Berusaha membersihkan hati dari sifat yang mengotorinya seperti riya, nifaq atau

bentuk syirik lainnya sekecil apapun. Fudhail Bin`Iyadh men gatakan:Meninggalkan


amal karena manusia adalah riya, sedang beramal karena manusia adalah syirik. Dan
ikhlas adalah menyelamatkanmu dari kedua penyakit tersebut.

4)

Memohon petunjuk kepada Allah agar menetapkan hati kita dalam ikhlas. Karena

hanya Dia-lah yang berkuasa menurunkan hidayah dan menyelamat kan kita dari godaan
syetan.
I.

Analisis Keikhlasan Beribadah

materi ini yaitu ayat tentang keikhlasan beribadah jika kita analisis maka :

1)

Faktanya adalah pada waktu itu nabi kita Muhammad menerima wahyu atau ayat

yang menjadi bukti kepada kaum quraisy bahwa dakwah nabi bukan karena ingin
mendapat kedudukan atau keuntungan akan tetapi hanya karena Allah yang mana ayat itu
kita bahas diatas, kemudian berkenaan dengan.

2)

Prinsipnya yaitu surah al-anam ayat 162-163

3)

Nilai yang terkandung diidalam ayat diatas yaitu tentang bagai mana seharusnya

yang menjadi tujuan kita atau niat kita dalam setiap kali melakukan ibadah yaitu
beribadah dengan ikhlas dan hanya mengharap ridho Dari Allah. Menjauhkan hati dari
sikap riya sombong dan lain sebagainya.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Inilah sekelumit hal mengenai keikhlasan, yang patut dihadirkan dan dijaga dalam diri
tiap insan. Keikhlasan bukan hanya monopoli mereka-mereka yang pakar dalam ilmu
keagamaan, atau mereka-mereka yang berkecimpung dalam keilmuan syariyah. Namun
keikhlasan adalah potensi setiap insan dalam melakukan amalan ibadah kepada Allah.
Bahkan tidak sedikit mereka-mereka yang dianggap biasa-biasa saja, ternyata memiliki
keluarbiasaan dalam keimanannya kepada Allah.

Jika demikian halnya, marilah memulai dari diri pribadi masing-masing, untuk

menghadirkan keikhlasan, meningkatkan kualitasnya dan menjaganya hingga ajal kelak


menjemput kita. Wallahu Alam bis Shawab.

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin Al Mahali dan Jalalddin Al Suyuthi. 2002. Tafsir Jalalain. Asbabun Nuzul
Ayat. Bandung : Sinar Baru Al Qesindo.

Syamury. 2006. Pendidikan Untuk Kelas X. Jakarta : Erlangga Matsna. 1997. Quran
Hadist. Semarang : PT Karya Toha Putra

http://hafidht.blogspot.com/2009/10/ikhlas.html

http://andrey.web.id/content/faidah-faidah-ikhlas

[1] Al Quran surah Al Anam ayat 162 -163


[2] Al Quran Surah Al Bayyinah ayat 5
[3] Syamsury . 2006, hal : 18
[4] Jalaluddin Al Mahali dan Jalaluddin Al Suyuthi. 2002, hal : 2763
[5] Quraish Shihab. 2002, hal : 256
[6] Himpunan Fadhilah Aman. 2007, hal : 395

Anda mungkin juga menyukai