Anda di halaman 1dari 19

IKHLAS MENURUT ISLAM

KARYA TULIS ILMIAH


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Mu’allimin Pesantren Persatuan Islam 161 Cihampelas

Disusun Oleh:
FAUZIA AURELIA
NISN: 3054225693

MU’ALLIMIN / MADRASAH ALIYAH


PESANTREN PERSATUAN ISLAM 161 CIHAMPELAS
KAB. BANDUNG BARAT
2022 M / 1444 H
LEMBAR PENGESAHAN
IKHLAS MENURUT ISLAM

KARYA TULIS ILMIAH


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Mualimin Pesantren Persatuan Islam 161 Cihampelas

Disusun oleh :
FAUZIA AURELIA
NISN : 3054225693

Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II

Lilis Lenawati M.Pd Fariz Rizki Ramdhani

Disahkan oleh :

Mudir Muallimin PPI 161 Cihampelas

Yusuf Taufik, S.Pd

Mengetahui,

Mudir ‘Am PPI 161 Cihampelas

H. Heri Priatna, S.Ag

ii
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala

yang mana telah melimpahkan Rahmat, hidayah dan karunia-nya, sehingga

penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Ikhlas menurut Islam” dapat

terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa penyusun Karya Tulis

Ilmilah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka

pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh

pihak yang membantu proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sampai dengan

selesai. Penulis juga menyamapaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya

kepada pembaca apabila terdapat kesalahan yang ditemukan didalam Karya Tulis

Ilmiah ini.

Semoga dengan adanya karya tulis ini kita bisa menambah suatu pengetahuan

yang insya Allah bermanfaat bagi kita semua aamiin ya robbal alaamiin.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Metode Penulisan ................................................................................. 2
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................ 4
A. Pengertian Ikhlas.................................................................................. 4
B. Pengertian Islam................................................................................... 5
C. Keutaman Ikhlas .................................................................................. 6
D. Macam-macam Ikhlas........................................................................... 8
E. Hal-hal yang dapat merusak ikhlas....................................................... 9
F. Buah keikhlasan ................................................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN MASALAH.......................................................... 11
A. Ikhlas.....................................................................................................11
1. Pengertian Ikhlas......................................................................11
B. Keutamaan Ikhlas ...............................................................................
1. Faktor Yang Memengaruhi Hasil Belajar.................................
2. Penilaian Hasil Belajar.............................................................
3. Kriteria Hasil Belajar................................................................
4. Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Hasil Belajar.............
BAB IV SIMPULAN......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Manusia sebagai insan beragama yang diciptakan oleh Allah Swt

dengan segala kesempurnaannya. Allah memerintahkan kepada seluruh

manusia untuk beramal dengan ikhlas.

Salah satu karunia Allah yang harus disyukuri adalah adanya

kesempatan untuk beramal, menjadi jalan kebaikan dan memberikan

manfaat kepada orang lain. Oleh karena itu, jangan pernah menunda

kebaikan ketika kesempatan itu datang, lakukan kebaikan semaksimal

mungkin dan lupakan jasa yang sudah dilakukan. Serahkan segalanya

hanya kepada Allah.

Ketika orang lain merasakan manfaat dari amal yang kita perbuat,

maka lebih baik kita tidak membanggakan diri karena merasa berjasa. Itu

semua hanya menghapus pahala yang telah kita perbuat.

Bahwasannya Ikhlas merupakan syarat sahnya suatu ibadah.

Dengan demikian, diterima atau tidaknya suatu perbuatan yang telah kita

perbuat sangat tergantung pada niat yang melakukannya. Sungguh

pentingnya kedudukan Ikhlas dalam amal ibadah, sehingga dalam al-

Qur’an sendiri sebagai sumber utama ajaran islam, terdapat banyak ayat

yang membicarakakn tentang Ikhlas dalam berbagai aspeknya.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Ikhlas?

2. Apa keutamaan Ikhlas menurut islam dan menurut umum?

3. Apa manfaat beramal dengan Ikhlas?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam Karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian Ikhlas

2. Untuk mengetahui keutamaan Ikhlas menurut Islam dan

menurut umum

3. Untuk mengetahui manfaat beramal dengan Ikhlas

D. Metode Penulisan

Metode penelitian yang digunakan karya tulis ini adalah

menggunakan metode kepustakaan (Library research method). Metode ini

menggunakan buku-buku, jurnal, internet, dan hasil penelitian lainnya

sebagai sumber rujukannya.

E. Sistematika Penulisan

Bab I berisi pendahuluan, didalamnya meliputi Latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penilitian dan sistematika

penulisan.

2
Bab II berisi pengertian Ikhlas, pengertian Islam, keutamaan Ikhlas, macam-

macam Ikhlas, hal-hal yang dapat merusak merusak keikhlasan, dan buah

keikhlasan.

Bab III berisi pengertian Ikhlas, cara beramal dengan ikhlas dan manfaat beramal

dengan ikhlas.

Bab IV berisi simpulan.


BAB II

IKHLAS MENURUT ISLAM

A. Pengertian Ikhlas

Ikhlas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hati

yang bersih (kejujuran); tulus hati (ketulusan hati) dan kerelaan.1

Secara bahasa, kata ikhlas (‫ )ِإ ْخالَص‬berasal dari akar kata yang

terbentuk dari huruf khaa (‫ – )خ‬laam (‫ – )ل‬dan shaad (‫)ص‬. Dan akar kata

ini memiliki makna pemurnian dan pembersihan.2

َ َ‫)خَ ل‬-
Ikhlas merupakan bentuk masdar dari kata khalasha (‫ص‬

yakhlushu ( ُ‫)يَ ْخلُص‬, khulushan (‫ا‬S ‫ص‬


ً ْ‫ ) ُخلُو‬yang secara bahasa berarti yang

tulus, yang jujur, yang murni, yang bersih, dan yang jernih (shafa).3

Ikhlas menurut etimologi yaitu kemurnian yang tidak dicampuri

hal yang menjadi tujuan. Dalam ajaran sufi keikhlasan adalah suatu yang

diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dari segi niat maupun

tindakan.4

Allah subhanahu wa ta’ala menggunakan kalimat ٌ‫“ خَ الِص‬khalish”

yang menunjukkan kemurnian, sebagaimana dalam firman-Nya tentang

wanita yang menghadiahkan dirinya untuk Nabi ‫ﷺ‬:

َ ِ‫تَن ِك َحهَا َخال‬SS‫هَا لِلنَّبِ ِّى ِإ ْن َأ َرا َد ٱلنَّبِ ُّى َأن يَ ْس‬SS‫ت نَ ْف َس‬
َ َّ‫ص== ۭةً ل‬
‫ك ِمن دُو ِن‬ ْ َ‫ةً ِإن َوهَب‬SSَ‫ َرَأ ۭةً ُّمْؤ ِمن‬SS‫َوٱ ْم‬

َ‫ْٱل ُمْؤ ِمنِين‬

1
Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus 5Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 322.
2
Mu’jam Maqayis Al-Lughah, 2/208
3
Sahabuddin dkk, Ensiklopedi al-Qur’an : kajian : kosakata, Cet. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h.
635.
4
Tamami HAG, Psikologi Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 201.
Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi

kalau Nabi mau mengawininya, sbegai pengkhususan bagimu, bukan

untuk semua orang mukmin.5

Kata Ikhlas dalam Kamus Istilah Agama diartikan dengan

melakukan sesuatu pekerjaan semata-mata karena Allah, bukan kerena

ingin memperoleh keuntungan diri (lahiriah atau batiniah).6

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kata Ikhlas

menunjukan makna kesucian dan ketulusan hati dalam melakukan suatu

pekerjaan yang semata mata karena Allah bukan karena ingin memperoleh

keuntungan.

B. Pengertian Islam

Islam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Berpedoman pada kitab

suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.7

Islam merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu salama

berarti selamat, damai dan sentosa. Asal kata itu dibentuk dari kata

Aslama, Islaman, Yuslimu yang artinya memelihara dalam keadaan

sentosa, menyerahkan diri, patuh, tunduk dan taat.8

5
QS. Al-Ahzab: 50
6
M. Shodiq, Kamus Istilah Agama, cet. II (Jakarta: C.V. SIENTTARAMA, 1988), hlm. 133.
7
(KBBI) Kamus versi online/daring (dalam jaringan)
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2008), h. 500

5
Secara istilah Islam merupakan ajaran-ajaran yang diwahyukan

oleh Tuhan kepada seorang manusia melalui Nabi Muhammad Saw,

seorang Rasul. pada hakikatnya Islam mengajak kepada ajaran-ajaran yang

tidak hanya dari satu segi, akan tetapi tentang segala segi dari kehidupan

manusia.9

Jadi pada hakikatnya, Islam telah menggambarkan kodrat manusia

sebagai makhluk yang patuh dan tunduk kepada Allah Swt dan

berpedoman pada satu kitab yaitu kitab suci al-Qur’an.

C. Keutaman Ikhlas

Allah berfirman :10

َ ِ‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ ۚ َو ٰ َذل‬


‫ك ِدينُ ْٱلقَيِّ َم ِة‬ ۟ ُ‫صلَ ٰوةَ َويُْؤ ت‬ ۟ ‫صينَ لَهُ ٱل ِّدينَ ُحنَفَٓا َء َويُقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ ۟ ‫َومٓا ُأ ِمر ُٓو ۟ا اَّل لِيَ ْعبُد‬
ِ ِ‫ُوا ٱهَّلل َ ُم ْخل‬ ‫ِإ‬ َ

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya

menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam

(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat

dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Surat an-Nisa’ [4]:146

ِ ‫ص ُموا بِاهَّلل ِ َوَأ ْخلَصُوا ِدينَهُ ْم هَّلِل ِ فَُأو ٰلَِئكَ َم َع ْال ُمْؤ ِمنِينَ ۖ َو َسوْ فَ يُْؤ‬
ُ ‫ت هَّللا‬ َ َ‫ِإاَّل الَّ ِذينَ تَابُوا َوَأصْ لَحُوا َوا ْعت‬

‫ْال ُمْؤ ِمنِينَ َأجْ رًا َع ِظي ًما‬

9
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, cet. ke-2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.
92
10
QS. al-Bayyinah [98]:5

6
Artinya : “Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan

perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas

(mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah

bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan

kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.”

Surat an-Nisa’ [4]:125

ُ ‫َو َم ْن َأحْ َسنُ ِدينًا ِم َّم ْن َأ ْسلَ َم َوجْ هَهُ هَّلِل ِ َوهُ َو ُمحْ ِس ٌن َواتَّبَ َع ِملَّةَ ِإ ْب َرا ِهي َم َحنِيفًا ۗ َواتَّ َخ َذ هَّللا‬

‫ِإ ْب َرا ِهي َم خَ لِياًل‬

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang

ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan

kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah

mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

Umar ibn al-Khattab r.a. menulis surat kepada Abu Musa al-

Asy’ari, “Barangsiapa mengikhlaskan niatnya, Allah akan mencukupkan

baginya apa yang ada antara dia dan orang-orang”11

Berdasarkan ayat Al-Qur’an di atas, dapat disimpulkan bahwa

keutamaan ikhlas sebagai berikut:

1. Allah akan memberikan pahala orang yang memiliki sifat ikhlas dalam

melakukan ibadah.

11
Yahya ibn Hamzah al-Yamani al-Dzimari, Terjemahan Lengkap Tazkiyatun Nafs, Terj. Maman
Abdurrahman Assegaf, (Jakarta: Zaman, 2012), 488-490.

7
2. Allah akan mencukupkan kebutuhan orang yang ikhlas. Maka orang

yang ikhlas tidak perlu mengkhawatirkan akan harta benda yang sudah

di keluarkannya di jalan Allah, karena Allah akan menjamin akan

kebutuhan orang yang memiliki sifat ikhlas.

3. Orang yang ikhlas akan memiliki hati yang tenang. Karena mereka

tidak akan memikirkan kembali apa yang sudah dikerjakannya.

D. Macam-macam Ikhlas

Menurut ulama ikhlas dibagi mejadi dua yaitu :12

1. Keikhlasan dalam beramal

Keikhlasan beramal adalah pekerjaan yang dilakukan dengan niat

mendekatkan diri kepada Allah SWT, menggunakan ihwal-Nya dan

menyambut seruan-Nya. Keikhlasan ini ada ketika seseorang hanya

murni mempunyai niat untuk mencari ridho Allah.

2. Keikhlasan mencari pahala

Keikhlasan mencari pahala adalah keinginan memperoleh manfaat

akhirat dengan amal kebajikan. Sehingga seseorang yang melakukan

sesuatu berniat untuk mendapatkan pahala di sebut keikhlasan mencari

pahala.

Berdasarkan kedua macam ikhlas tersebut dapat di

simpulkan bahwa keikhlasan yang paling tinggi tingkatannya yakni

keikhlasan dalam beramal, karena keikhlasan tersebut dilakukan

ketika seseorang melakukakan pekerjaan berniat murni karena

12
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Jakarta:AMZAH, 2012), 85-86

8
mencari ridhlo Allah. Keikhlasan hanya dilakukan oleh orang-

orang yang sudah dekat dan mencintai Allah SWT.

E. Hal-hal yang dapat merusak keikhlasan

Berikut ini adalah hal-hal yang dapat merusak keikhlasan yaitu :13

1. Riya’

Lawan dari sikap Ikhlas adalah riya’. Riya’ adalah melakukan amal

dengan mengharapka imbalan seperti mengharapkan pujian, posisi atau

keduduka yang tinggi di masayarakat, tanpa mencari ridha Allah SWT.

2. Sum’ah

Sum’ah adalah menceritakan amal yang sudah dilakukan kepada

orang lain dengan tujuan memperoleh kedudukan di masyarakat,

sehingga banyak orang yang memberikan perhatian dan keistimewaan

pada dirinya.

3. Nifaq

Nifaq adalah melakukan amal atau perbuatan di depan orang

banyak dengan tujuan untuk dipuji oleh orang lain. Maka manusia

harus berhati-hati dalam melakukan amal atau perbuatan baik agar

ikhlas yang sudah tumbuh didalam hatinya tidak rusak.

Jadi terdapat 3 hal-hal yang dapat merusak keikhlasan yaitu riya,

sum’ah dan nifaq. Diantaranya menjelaskan melakukan kebaikan

didepan orang banyak dengan tujuan agar mendapat pujian dan

13
Hasiah, Peranan Ikhlas dalam Perspektif Al-Qur’an, Darul ‘Ilmi Vol. 01, No. 02 (Juli, 2013),
31-35

9
mendapat kedudukan yang tinggi di masyarakat dengan tidak mencari

ridho allah.

F. Buah Keikhlasan

Buah dari keikhlasan yang disebutkan oleh Audah al-Awasyiah

diantaranya sebagai berikut :14

1. Mendapat pertolongan dan dibela oleh Allah swt.

2. Selamat dari siksa neraka.

3. Mendapat kedudukan yang tinggi di akhirat.

4. Allah akan menyelamatkan dari kesesatan di dunia.

5. Sebab bertambahnya petunjuk.

6. Dicintai penduduk langit.

7. Diterima dengan baik di muka bumi.

8. Akan mendapatkan reputasi dikalangan manusia.

9. Dihindarkan dari kesulitan manusiawi.

10. Menjadikan hati tentram dan bahagia.

11. Menambahkan keimanan didalam hati sehikngga membenci kefasikan

dan kemaksiatan.

12. Allah akan memberikan taufik.

13. Meninggal dengan khusnul khotimah.

14. Doanya mudah dikabulkan.

15. Merasakan kenikmatan.

16. Mendapatkan kesenangan didalam kubur.

14
Miss Rosidah Haji Daud, Ikhlas dalam Perspektif Al-Qur‘an, (Banda Aceh: Skripi, Universitas
Islam Negeri Ar-Ranirydarussalam, 2017), 38

10
BAB III

Definisi dan Teori

A. Ikhlas

1. Pengertian Ikhlas

Ikhlas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hati

yang bersih (kejujuran); tulus hati (ketulusan hati) dan kerelaan.15

Secara bahasa, kata ikhlas (‫ )ِإ ْخالَص‬berasal dari akar kata yang

terbentuk dari huruf khaa (‫ – )خ‬laam (‫ – )ل‬dan shaad (‫)ص‬. Dan akar kata

ini memiliki makna pemurnian dan pembersihan.16

َ َ‫)خَ ل‬-
Ikhlas merupakan bentuk masdar dari kata khalasha (‫ص‬

yakhlushu ( ُ‫)يَ ْخلُص‬, khulushan (‫ا‬S ‫ص‬


ً ْ‫ ) ُخلُو‬yang secara bahasa berarti yang

tulus, yang jujur, yang murni, yang bersih, dan yang jernih (shafa).17

Ikhlas menurut etimologi yaitu kemurnian yang tidak dicampuri

hal yang menjadi tujuan. Dalam ajaran sufi keikhlasan adalah suatu yang

diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dari segi niat maupun

tindakan.18

Ikhlas juga disebut “ma’un khalish” yang artinya air putih, jernih,

tidak tercampur dengan apa-apa.19

15
Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus 5Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 322.
16
Mu’jam Maqayis Al-Lughah, 2/208
17
Sahabuddin dkk, Ensiklopedi al-Qur’an kosakata, Cet. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 635.
18
Tamami HAG, Psikologi Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 201.
19
Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2012), 79
Allah subhanahu wa ta’ala menggunakan kalimat ٌ‫“ خَ الِص‬khalish”

yang menunjukkan kemurnian, sebagaimana dalam firman-Nya tentang

wanita yang menghadiahkan dirinya untuk Nabi ‫ﷺ‬:

َ ِ‫ت نَ ْف َسهَا لِلنَّبِ ِّى ِإ ْن َأ َرا َد ٱلنَّبِ ُّى َأن يَ ْستَن ِك َحهَا َخال‬
ِ ‫ص ۭةً لَّكَ ِمن د‬
‫ُون‬ ْ َ‫َوٱ ْم َرَأ ۭةً ُّمْؤ ِمنَةً ِإن َوهَب‬

َ‫ْٱل ُمْؤ ِمنِين‬

Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi

kalau Nabi mau mengawininya, sbegai pengkhususan bagimu, bukan

untuk semua orang mukmin.20

Kata Ikhlas dalam Kamus Istilah Agama diartikan dengan

melakukan sesuatu pekerjaan semata-mata karena Allah, bukan kerena

ingin memperoleh keuntungan diri (lahiriah atau batiniah).21

Penegertian ikhlas menurut tokoh tasawuf, yaitu:

a. Imam Al-Ghazali

Al-Ghazali menegaskan bahwa ikhlas merupakan

perlawanan dengan Isyrak (persekutuan).22 Hal ini disebabkan

karena seseorang yang tidak ikhlas maka dia pasti akan

mengharapkan sesuatu dari makhluk, maka harapan kepada

makhluk ini merupakan Isyrak (persekutuan).

20
QS. Al-Ahzab: 50
21
M. Shodiq, Kamus Istilah Agama, cet. II (Jakarta: C.V. SIENTTARAMA, 1988), hlm. 133.
22
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin jilid IX, Terj. Zuhri Dkk (Semarang: Asy Syifa’, 1994), 66

12
Seperti ketika seseorang mengajar tidak hanya berniat

mengharapkan pahala dari Allah, tetapi juga berharap pujian dari

masyarakat, memiliki jabatan sehingga dihormati masyarakat dan

lain sebagainya, dengan niat seperti itu yang menjadikan rusaknya

ikhlas dalam mengajar.

Berdasarkan hal tersebut Al-Ghazali memberikan konsep

ikhlas yaitu perbuatan yang bertempat di kalbu, yang tidak

bercampur dengan apapun atau perbuatan yang bersih dari sifat

riya’ dan hanya sematamata karena Allah.23

b. Abu Thalib al-Makki

Konsep ikhlas menurut pendapat Abu Thalib al-Makki

ikhlas mempunyai arti pemurnian agama dari hawa nafsu dan

perilaku menyimpang, pemurnian amal dari bermacam-macam

penyakit dan noda yang tersembunyi, pemurnian ucapan dari kata-

kata yang tidak berguna, dan pemurnian budi pekerti dengan

mengikuti apa yang dikehenaki oleh Tuhan.24

Dari konsep ikhlas menurut Abu Thalib al-Makki dapat

disimpulkan bahwa ikhlas merupakan pemurnian agama sehingga

tidak mengikuti hawa nafsunya dan tidak berperilaku yang

menyimpang atau tercela. Memurnikan amal dari sifat-sifat tercela

atau penyakit hati. Dan memurnikan akhlak dengan cara

menjalankan apa yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT.

23
Imam AL Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumuddi, Terj. Fudhailurrahman dan Aida Humaira
(Jakarta: SAHARA, 2015), 509.
24
Lu’luatul Chizanah, Ikhlas Proposial Studi Komparasi Berdasar Caps, Psikologi Islam, 2 (2011),
146.

13
c. al-Qusyairi

Konsep ikhlas menurut al-Qusyairi ikhlas adalah

penunggalan al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi

ketaatan. Dia dengan ketaatannya dimaksudkan untuk

mendekatkan diri pada Allah semata tanpa yang lain, tanpa

dibuatbuat, tanpa ditujukan untuk makhluk, tidak untuk mencari

pujian manusia atau makna-makna lain selain pendekatan diri pada

Allah.

Dalam hal ini al-Quasyairi menjelaskan bahwa ikhlas

adalah perbuatan yang disandarkan kepada Allah SWT dan

berharap dapat mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini murni tanpa

ada rasa untuk mecari pujian dari orang lain.

d. HAMKA (Haji Abdul Malik Amrullah)

HAMKA (Haji Abdul Malik Amrullah), beliau juga

memberikan konsep ikhlas. Menurutnya ikhlas adalah bersih dan

tidak ada campuran suatu apapun.25

Dalam hal ini HAMKA menjelaskna tentang niat ikhlas

yang bersih karena Allah SWT dan tidak tercampur oleh niat lain.

e. Abu Usman al-Magribi

Konsep Ikhlas Abu Usman al-Magribi yaitu ikhlasnya

orang yang umum atau orang ikhlas yang tidak mengharap imbalan

atas amal yang diperbuatnya dan ikhlasnya orang yang khusus atau

orang ikhlas yang tidak menghitung amal yang sudah dilakukan.26

25
HAMKA, Tasawuf Modern (Jakarta: Republika, 2015), 147.
26
Ibid, 150.

14
Maksud dari konsep ikhlas ini yaitu Abu Usman al-Magribi

membagi tingkatan ikhlas menjadi 2 yaitu:

1. Ikhlasnya orang umum yaitu tidak mengharapkan

imbalan atas amal yang sudah diperbuatnya.

2. Ikhlasnya orang khusu yaitu tidak menghitung amal yang

sudah dilakukannya.

f. Muhammad `Abduh

Ikhlas adalah beragama untuk Allah Swt. dengan selalu

manghadap kepada-Nya, dan tidak mengakui kesamaan-Nya

dengan makhluk apapun dan bukan dengan tujuan khusus seperti

menghindarkan diri dari malapetaka atau untuk mendapatkan

keuntungan serta tidak mengangkat selain dari-Nya sebagai

pelindung.27

Jadi konsep ikhlas menurut Muhammad abduh adalah

Ikhlas adalah yang mencerminkan motivasi batin kearah beribadah

kepada Allah dan kearah membersihkan hati dari kecenderungan

untuk melakukan perbuatan yang tidak menuju kepada Allah.

Dari beberapa konsep ikhlas yang sudah dijelaskan oleh tokoh

tasawuf di atas dapat di simpulkan bahwa ikhlas adalah perbuatan yang

bertempat di kalbu dan bersih dari penyakit hati yang memiliki tujuan

hanya untuk mengharap ridho dari Allah SWT tanpa ada campuran niat

apapun.

27
Muhammad Rasyid Ridla, Tafsir al-Qurann al-Hakiim, j. V, cet. 2 (Kairo: Majallah alManar,
1947), h. 475.

15

Anda mungkin juga menyukai