Disusun Oleh:
FAUZIA AURELIA
NISN: 3054225693
Disusun oleh :
FAUZIA AURELIA
NISN : 3054225693
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Disahkan oleh :
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala
penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Ikhlas menurut Islam” dapat
Ilmilah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka
pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang membantu proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sampai dengan
kepada pembaca apabila terdapat kesalahan yang ditemukan didalam Karya Tulis
Ilmiah ini.
Semoga dengan adanya karya tulis ini kita bisa menambah suatu pengetahuan
yang insya Allah bermanfaat bagi kita semua aamiin ya robbal alaamiin.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Metode Penulisan ................................................................................. 2
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................ 4
A. Pengertian Ikhlas.................................................................................. 4
B. Pengertian Islam................................................................................... 5
C. Keutaman Ikhlas .................................................................................. 6
D. Macam-macam Ikhlas........................................................................... 8
E. Hal-hal yang dapat merusak ikhlas....................................................... 9
F. Buah keikhlasan ................................................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN MASALAH.......................................................... 11
A. Ikhlas.....................................................................................................11
1. Pengertian Ikhlas......................................................................11
B. Keutamaan Ikhlas ...............................................................................
1. Faktor Yang Memengaruhi Hasil Belajar.................................
2. Penilaian Hasil Belajar.............................................................
3. Kriteria Hasil Belajar................................................................
4. Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Hasil Belajar.............
BAB IV SIMPULAN......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
manfaat kepada orang lain. Oleh karena itu, jangan pernah menunda
Ketika orang lain merasakan manfaat dari amal yang kita perbuat,
maka lebih baik kita tidak membanggakan diri karena merasa berjasa. Itu
Dengan demikian, diterima atau tidaknya suatu perbuatan yang telah kita
Qur’an sendiri sebagai sumber utama ajaran islam, terdapat banyak ayat
C. Tujuan Penulisan
menurut umum
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
penulisan.
2
Bab II berisi pengertian Ikhlas, pengertian Islam, keutamaan Ikhlas, macam-
macam Ikhlas, hal-hal yang dapat merusak merusak keikhlasan, dan buah
keikhlasan.
Bab III berisi pengertian Ikhlas, cara beramal dengan ikhlas dan manfaat beramal
dengan ikhlas.
A. Pengertian Ikhlas
Secara bahasa, kata ikhlas ( )ِإ ْخالَصberasal dari akar kata yang
terbentuk dari huruf khaa ( – )خlaam ( – )لdan shaad ()ص. Dan akar kata
َ َ)خَ ل-
Ikhlas merupakan bentuk masdar dari kata khalasha (ص
tulus, yang jujur, yang murni, yang bersih, dan yang jernih (shafa).3
hal yang menjadi tujuan. Dalam ajaran sufi keikhlasan adalah suatu yang
diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dari segi niat maupun
tindakan.4
َ ِتَن ِك َحهَا َخالSSهَا لِلنَّبِ ِّى ِإ ْن َأ َرا َد ٱلنَّبِ ُّى َأن يَ ْسSSت نَ ْف َس
َ َّص== ۭةً ل
ك ِمن دُو ِن ْ َةً ِإن َوهَبSSَ َرَأ ۭةً ُّمْؤ ِمنSSَوٱ ْم
1
Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus 5Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 322.
2
Mu’jam Maqayis Al-Lughah, 2/208
3
Sahabuddin dkk, Ensiklopedi al-Qur’an : kajian : kosakata, Cet. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h.
635.
4
Tamami HAG, Psikologi Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 201.
Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi
pekerjaan yang semata mata karena Allah bukan karena ingin memperoleh
keuntungan.
B. Pengertian Islam
agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Berpedoman pada kitab
Islam merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu salama
berarti selamat, damai dan sentosa. Asal kata itu dibentuk dari kata
5
QS. Al-Ahzab: 50
6
M. Shodiq, Kamus Istilah Agama, cet. II (Jakarta: C.V. SIENTTARAMA, 1988), hlm. 133.
7
(KBBI) Kamus versi online/daring (dalam jaringan)
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2008), h. 500
5
Secara istilah Islam merupakan ajaran-ajaran yang diwahyukan
tidak hanya dari satu segi, akan tetapi tentang segala segi dari kehidupan
manusia.9
sebagai makhluk yang patuh dan tunduk kepada Allah Swt dan
C. Keutaman Ikhlas
dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
ِ ص ُموا بِاهَّلل ِ َوَأ ْخلَصُوا ِدينَهُ ْم هَّلِل ِ فَُأو ٰلَِئكَ َم َع ْال ُمْؤ ِمنِينَ ۖ َو َسوْ فَ يُْؤ
ُ ت هَّللا َ َِإاَّل الَّ ِذينَ تَابُوا َوَأصْ لَحُوا َوا ْعت
9
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, cet. ke-2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.
92
10
QS. al-Bayyinah [98]:5
6
Artinya : “Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan
perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas
ُ َو َم ْن َأحْ َسنُ ِدينًا ِم َّم ْن َأ ْسلَ َم َوجْ هَهُ هَّلِل ِ َوهُ َو ُمحْ ِس ٌن َواتَّبَ َع ِملَّةَ ِإ ْب َرا ِهي َم َحنِيفًا ۗ َواتَّ َخ َذ هَّللا
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang
Umar ibn al-Khattab r.a. menulis surat kepada Abu Musa al-
1. Allah akan memberikan pahala orang yang memiliki sifat ikhlas dalam
melakukan ibadah.
11
Yahya ibn Hamzah al-Yamani al-Dzimari, Terjemahan Lengkap Tazkiyatun Nafs, Terj. Maman
Abdurrahman Assegaf, (Jakarta: Zaman, 2012), 488-490.
7
2. Allah akan mencukupkan kebutuhan orang yang ikhlas. Maka orang
yang ikhlas tidak perlu mengkhawatirkan akan harta benda yang sudah
3. Orang yang ikhlas akan memiliki hati yang tenang. Karena mereka
D. Macam-macam Ikhlas
pahala.
12
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Jakarta:AMZAH, 2012), 85-86
8
mencari ridhlo Allah. Keikhlasan hanya dilakukan oleh orang-
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat merusak keikhlasan yaitu :13
1. Riya’
Lawan dari sikap Ikhlas adalah riya’. Riya’ adalah melakukan amal
2. Sum’ah
pada dirinya.
3. Nifaq
banyak dengan tujuan untuk dipuji oleh orang lain. Maka manusia
13
Hasiah, Peranan Ikhlas dalam Perspektif Al-Qur’an, Darul ‘Ilmi Vol. 01, No. 02 (Juli, 2013),
31-35
9
mendapat kedudukan yang tinggi di masyarakat dengan tidak mencari
ridho allah.
F. Buah Keikhlasan
dan kemaksiatan.
14
Miss Rosidah Haji Daud, Ikhlas dalam Perspektif Al-Qur‘an, (Banda Aceh: Skripi, Universitas
Islam Negeri Ar-Ranirydarussalam, 2017), 38
10
BAB III
A. Ikhlas
1. Pengertian Ikhlas
Secara bahasa, kata ikhlas ( )ِإ ْخالَصberasal dari akar kata yang
terbentuk dari huruf khaa ( – )خlaam ( – )لdan shaad ()ص. Dan akar kata
َ َ)خَ ل-
Ikhlas merupakan bentuk masdar dari kata khalasha (ص
tulus, yang jujur, yang murni, yang bersih, dan yang jernih (shafa).17
hal yang menjadi tujuan. Dalam ajaran sufi keikhlasan adalah suatu yang
diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dari segi niat maupun
tindakan.18
Ikhlas juga disebut “ma’un khalish” yang artinya air putih, jernih,
15
Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus 5Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 322.
16
Mu’jam Maqayis Al-Lughah, 2/208
17
Sahabuddin dkk, Ensiklopedi al-Qur’an kosakata, Cet. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 635.
18
Tamami HAG, Psikologi Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 201.
19
Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2012), 79
Allah subhanahu wa ta’ala menggunakan kalimat ٌ“ خَ الِصkhalish”
َ ِت نَ ْف َسهَا لِلنَّبِ ِّى ِإ ْن َأ َرا َد ٱلنَّبِ ُّى َأن يَ ْستَن ِك َحهَا َخال
ِ ص ۭةً لَّكَ ِمن د
ُون ْ ََوٱ ْم َرَأ ۭةً ُّمْؤ ِمنَةً ِإن َوهَب
a. Imam Al-Ghazali
20
QS. Al-Ahzab: 50
21
M. Shodiq, Kamus Istilah Agama, cet. II (Jakarta: C.V. SIENTTARAMA, 1988), hlm. 133.
22
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin jilid IX, Terj. Zuhri Dkk (Semarang: Asy Syifa’, 1994), 66
12
Seperti ketika seseorang mengajar tidak hanya berniat
23
Imam AL Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumuddi, Terj. Fudhailurrahman dan Aida Humaira
(Jakarta: SAHARA, 2015), 509.
24
Lu’luatul Chizanah, Ikhlas Proposial Studi Komparasi Berdasar Caps, Psikologi Islam, 2 (2011),
146.
13
c. al-Qusyairi
Allah.
berharap dapat mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini murni tanpa
yang bersih karena Allah SWT dan tidak tercampur oleh niat lain.
orang yang umum atau orang ikhlas yang tidak mengharap imbalan
atas amal yang diperbuatnya dan ikhlasnya orang yang khusus atau
25
HAMKA, Tasawuf Modern (Jakarta: Republika, 2015), 147.
26
Ibid, 150.
14
Maksud dari konsep ikhlas ini yaitu Abu Usman al-Magribi
sudah dilakukannya.
f. Muhammad `Abduh
pelindung.27
bertempat di kalbu dan bersih dari penyakit hati yang memiliki tujuan
hanya untuk mengharap ridho dari Allah SWT tanpa ada campuran niat
apapun.
27
Muhammad Rasyid Ridla, Tafsir al-Qurann al-Hakiim, j. V, cet. 2 (Kairo: Majallah alManar,
1947), h. 475.
15