Anda di halaman 1dari 9

Adab-adab bepergian

Berpergian artinya pergi ke luar rumah, baik untuk tujuan jarak jauh
maupun jarak dekat.

Setiap orang pasti adakalnya meninggalkan

rumah, bahkan mungkin hamper setiap hari kita meninggalkan rumah,


baik untuk tujuan bekerja mencari nafkah maupun untuk tujuan belajar
mencari ilmu.

Dalam agama Islam, berpergian keluar rumah, itu harus menggunakan


adab atau tata cara, sehingga kepergian kita tidak meninggalkan halhal yang tidk diinginkan , dan dapat kemabli kerumah dengan senang
dan damai. Selain itu,berpergian meninggalkan rumahkita akan berada
di tengah perjalanan. Oleh karena itu, baik yang pergi maupun yang
ditinggalkan hendaknya saling mendoakan agar keduanya selamat dan
dalam lindungan Allah Swt.

Dengan demikian, setiap muslim yang beriman hendaknya memegang


teguh adab berpergian yang sesuai dengan ajaran islam.
Berikut ini adab-adab yang perlu diperhatikan pada saat shafar atau
bepergian :
1. Disunnahkan berpamitan lebih dulu bagi orang yang hendak
pergi.
Disunnahkan untuk berpamitan kepada keluarga, kerabat dan saudarasaudaranya. Berkata Ibnu Abdil Barr rahimahullah-: Jika salah seorang
dari kalian keluar bersafar maka hendaklah

ia berpamitan kepada

saudaranya, karena Allah swt menjadikan pada doa mereka barakah.

Berkata Asy-Sya`bi rahimahullah-: Sunnahnya jika seseorang datang


dari

safar

untuk

mengunjungi

saudaranya

dan

menyalaminya,

kemudian jika ia hendak bersafar adalah mendatangi mereka dan


berpamitan serta mengharapkan doa mereka.
Menurut penulis orang yang paling utama untuk kita berpamitan adalah
tetangga, berdasarkan pengalaman, tetangga adalah orang yang paling
dekat dengan

rumah kita sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan maka tetanggalah yang paling pertama tahu dan mungkin


saja mereka yang akan segera melakukan tindakan yang dibutuhkan
pada saat kejadian.
2. Dibencinya safar sendirian & dilarang bagi wanita safar
tanpa ada mahram
Ini tentang perjalanan jauh atau bepergian dimalam hari. Keharusan
wanita safar disertai mahram malah dianggap mengekang kebebasan
wanita. Padahal jika kita mau menyadari, aturan ini justru hendak
menjaga serta melindungi kehormatan wanita. Lebih-lebih di masa
sekarang.
Artinya : Dari Abu Hurairah ra.,ia berkata: Rasululloh SAW.,bersabda:
Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Alloh dan hari
akhir untuk bepergian yang memakan waktu sehari semalam kecuali
bersama mahramnya.(mutafaqunalaih).
Artinya : Dari Ibnu Abbas ra.,bahwasannya ia mendengar Rasulullah
SAW. bersabda : Janganlah sekali-kali seorang pria melepas seorang
wanita kecuali dengan mahramnya. Ada seorang pria bertanya:
Wahai Rasululloh, sesungguhnya istriku pergi untuk berhaji, aku telah
tercatat untuk mengikuti perang ini dan itu. Beliau bersabda :
Pergilah kamu dan berhajilah bersama istrimu. (mutafaqun alaih).

Jika menyimak hadits diatas

, hingga

berangkat jihadpun bisa

dibatalkan jika seorang suami harus menemani isterinya beprgian.


Maka hal ini hendaknya diperhatikan bagi setiap wanita muslimah
sehingga tidak gambapang untuk bepergian tanpa mahram, munculnya
kasus-kasus TKW, perkosaan dijalanan barangkali karena semakin
sedikitnya kita memperhatikan pentingya seorang mahram ketika
bepergian.
3. Berdoa ketika bersafar
Ibnu Umar ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw jika telah di atas
unta untuk pergi safar, beliau bertakbir sebanyak 3x. kemudian berdoa:
Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami
padahal

kami

sebelumnya

tidak

mampu

menguasainya.

Dan

sesungguhnyalah kepada Rabb kami, kami akan kembali, ( QS. AzZukhruf: 13-14).
Ya Allah, sungguh kami memohon kepada Engkau dalam safar ini
kebaikan dan ketaqwaan, dan amalan-amalan yang Engkau ridhai. Ya
Allah, berilah kemudahan bagi kami dalam safar kami ini, dekatkanlah
jaraknya bagi kami sesudahnya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari kesulitan dalam safarku dan pemandangan yang menyedihkan,
dan dari kembalian yang buruk pada harta dan keluargaku
Dan apabila beliau kembali dari safar beliau mengucapkan kembali doa
tersebut dan menambahkannya dengan ucapan:
Sebagai orang-orang yang kembali, bertaubat dan beribadah, lalu
kepada Rabb kami, kami memuji.

Itulah tiga adab yang bisa kami tuliskan ketika bepergian dan
sebagaimana kegiatan yang lain bersantai dan berlibur juga bisa
dimaksudkan untuk beberapa tujuan.

Dari Kaab bin Malik ra. bahwasannya Nabi saw. keluar untuk perang Tabuk pada
hari Kamis, dan beliau memang suka keluar [bepergian] pada hari Kamis. (HR
Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat yang lain dikatakan: Jarang sekali Rasulullah saw. keluar
[bepergian] kecuali pada hari Kamis.
Dari Shakhir bin Wadah al-Ghamidiy ash-Shahabiy ra. bahwasanya Rasulullah saw.
berdoa: AllaaHumma baariklanaa li-ummatii fii bukuuriHaa (Ya Allah berkahilah
umatku pada pagi harinya). Dan apabila beliau mengutus [melepas] pasukan, maka
beliau mengutus mereka pada pagi hari. Shakher adalah seorang pedagang, maka ia
mengirimkan barang dagangannya pada pagi hari, kemudian ia menjadi kaya dan
banyak hartanya. (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Seandainya manusia tahu
[bahayanya bepergian] seorang diri sebagaimana yang telah aku ketahui, niscaya
tidak akan ada seorangpun yang berjalan sendirian pada waktu malam. (HR
Bukhari)
Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya ra. ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda: Orang yang bepergian sendirian itu bagaikan satu setan, dua orang yang
bepergian itu bagaikan dua setan, tiga orang yang bepergian itu adalah rombongan.
(HR Abu Dawud, Turmudzi dan Nasa-i)
Dari Abu Said dan Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Apabila
ada tiga orang bepergian hendaklah mereka memilih salah seorang di antara mereka
untuk menjadi pemimpin rombongan. (HR Abu Dawud)
Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: Sebaik-baik kawan adalah
empat orang, sebaik-baik pasukan adalah empat ratus dan sebaik-baik tentara
adalah empat ribu orang, dan tidak akan dapat dikalahkan oleh dua belas ribu orang
karena dianggap sedikit. (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Apabila kamu sekalian
sedang bepergian dan melewati tanah subur, maka berilah kesempatan kepada unta
untuk memakan rumputnya. Dan apabila kamu sekalian sedang bepergian dan
melewati tanah yang tandus, maka percepatlah di dalam berjalan dan kejarlah
jangan sampai unta itu kehabisan tenaga. Apabila kamu sekalian berhenti pada
waktu malam, maka janganlah berhenti [mendirikan kemah] di tengah jalan karena

sesungguhnya itu adalah jalan binatang dan tempat yang sangat berbahaya pada
waktu malam. (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Qatadah ra. ia berkata: Apabila Rasulullah saw. berada dalam perjalanan
dan berhenti pada waktu malam, maka beliau tidur pada pinggang kanannya, dan
apabila berhenti sudah menjelang shubuh, maka beliau menegakkan lengannya dan
meletakkan kepala pada telapak kanannya. (HR Bukhari)
Para ulama berkata: Beliau menegakkan lengannya supaya beliau tidak lelap di
dalam tidur yang dapat menyebabkan terlambat shalat shubuhnya, atau tidak bisa
mengerjakan shalat shubuh pada awal waktunya.
Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Kamu sekalian hendaklah
bepergian pada waktu malam, karena seolah-olah bumi itu terlipat pada waktu
malam. (HR Abu Dawud)
Dari Abu Tsalabah al-Khusyanniy ra. ia berkata: Apabila seseorang berhenti di
dalam perjalanan, mereka bekelompok-kelompok dan berada pada lembah yang
berbeda-beda, kemudian Rasulullah bersabda: Sesungguhnya terpisah-pisahnya
kamu sekalian dalam kelompok dan lembah yang berbeda-beda adalah ajaran dari
setan. Maka sejak itu apabila mereka berhenti dalam perjalanan, kelompok yang
satu akan berkumpul dengan kelompok yang lain. (HR Abu Dawud)
Dari Sahal bin Amr, ada yang memanggilnya dengan Sahal bin Amr Rabi bin Amr alAnshariy yang terkenal dengan sebutan Ibnu Handzalah, ia termasuk shahabat yang
mengadakan Baiatur Ridwan ra. ia berkata: Suatu ketika Rasulullah saw. berjalan
dan melewati seekor unta yang punggungnya lengket dengan perut [kurus],
kemudian beliau bersabda: Takutlah kamu kepada Allah terhadap binatang yang
bisu ini. Kendarailah ia dengan cara yang baik, dan berilah ia makan dengan cara
yang baik pula. (HR Abu Dawud)
Dari Abu Jafar Abdullah bin Jafar ra. ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah saw.
mengajak saya membonceng di belakangnya dan menyampaikan rahasia kepada
saya, yang rahasia itu tidak akan saya sampaikan kepada siapapun. Dan jika
Rasulullah saw. menunaikan hajat beliau suka menutupinya dengan tonggak atau
bedinding dengan pohon kurma. (Hr Muslim)
Dalam riwayat lain terdapat tambahan: Beliau pernah ke kebun seorang shahabat
Anshar dan di situ terdapat seekor unta. Ketika unta itu melihat Nabi saw. terus
merintih dan mencucurkan air mata. Kemudian Nabi mendengar dan mengusap
punggung dan kedua telinganya, maka unta itu diam. Beliau lantas bertanya:
Siapakah pemilik unta ini? Siapakah yang mempunyai unta ini? Maka datanglah
seorang pemuda Anshar dan berkata: Ini unta saya wahai Rasulallah. Beliau
bersabda: Apakah kamu tidak takut kepada Allah terhadap binatang yang telah
diberikan Allah untuk kamu, sesungguhnya unta ini mengadu kepadaku bahwa
kamu melaparkan dan melelahkannya. (HR Abu Dawud, seperti yang diriwayatkan
oleh al-Barqaniy)

Dari Anas ra. ia berkata: Apabila kami berhenti dalam bepergian, kami tidak
melakukan shalat sunah terlebih dahulu sebelum melepaskan tali kekang binatang
yang kami kendarai. (HR Abu Dawud)
Dari Abu Said al-Khudriy ra. ia berkata: Pada suatu ketika kami sedang bepergian,
tiba-tiba ada seorang laki-laki datang dengan naik kendaraan dimana ia menoleh ke
kanan dan ke kiri, kemudian Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa yang memiliki
kelebihan kendaraan hendaklah ia memberikan kepada yang tidak mempunyainya.
Barangsiapa yang memiliki bekal lebih, maka hendaklah ia memberikan kepada
orang yang tidak mempunyainya. Beliau menyebutkan macam-macam harta
dengan nada seperti itu, sehingga kami sadar bahwa sesungguhnya tidaklah pantas
salah seorang di antara kami mempunyai kelebihan harta. (HR Muslim)
Dari Jabir ra. dari Rasulullah saw. bahwasannya apabila beliau hendak berangkat
perang, beliau bersabda: Wahai para shahabat Muhajirin dan Anshar sesungguhnya
ada sebagian orang di antara saudara-saudaramu yang tidak memiliki harta dan
keluarga, maka dari itu hendaklah salah seorang di antara kamu sekalian
menggabungkan dua atau tiga orang dengannya. Kemudian tidak ada salah seorang
di antara kami melainkan ia bergatian kendaraan dengan orang yang
digabungkannya. Jabir berkata: Saya menggabungkan dua atau tiga orang dengan
saya, dan kesempatan untuk mengendarai unta saya bagi sama rata antara saya dan
mereka. (HR Abu Dawud)
Dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. apabila berada dalam perjalanan, beliau
biasa di belakang; dimana beliau memberi pertolongan kepada orang yang lemah
serta membonceng dan mengajaknya. (HR Abu Dawud)
Allah berfirman: Dan Allah telah menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak
yang kamu tunggangi. Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu
ingat nikmat Tuhanmu, dan supaya kamu mengucapkan: Mahasuci Rabb yang telah
menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami. (azZukhruf: 12-14)
Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya apabila Rasulullah saw. menaiki untanya untuk
keluar bepergian, beliau mengucapkan takbir tiga kali dan berdoa: subhaanal ladzii
sakhkhara lanaa Haadzaa wamaa kunnaa laHuu muqriniin. Wa innaa ilaa rabbinaa
lamungqalibuun. allaaHumma innaa nas-aluka fii safaarinaa Haadzal birra wat
taqwaa wa minal amali maa tardlaa, allaaHumma Hawwin alainaa safaranaa
Haadzaa wathwi annaa budaHu, allaaHumma antash shaahibu fis safari wal
khaliifatu fil aHli. Allaahumma innii a-uudzubika min watsaa-is safari wa kaabatil
landhari wa suu-il mungqalabi fil maali wal aHli wal waladi (Maha suci Rabb yang
telah menundukkan semua ini bagi kami padahal sebelumnya tidak mampu
menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami. Ya Allah,
sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, takwa dan amal yang Engkau

ridlai dalam kepergian kami ini. Ya Allah, mudahkanlah segala urusan dalam
kepergian kami ini dan pendekkanlah jarak dari jauhnya kepergian dan pengganti
bagi keluarga yang kami tinggalkan. Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung diri
kepada-Mu dari kesukaran dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan
jeleknya kembali, baik bagi harta maupun keluarga kami). Dan apabila Rasulullah
saw. hendak pulang, beliau juga membaca doa tersebut dengan diberi tambahan:
aayibuuna taa-ibuuna aabiduuna lirabbinaa haamiduuna (Kami adalah orang yang
siap untuk pulang, kami adalah orang yang bertaubat, beribadah dan memuji kepada
Rabb kami.) (HR Muslim)

Adab Bepergian (2)


27MEI
Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; Hadits
Dari Abdullah bin Sarjis ra. ia berkata: Apabila Rasulullah saw. hendak bepergian,
beliau berlindung diri kepada Allah dari kesukaran dalam bepergian, pulang yang
menyedihkan, keraguan setelah adanya kemantapan, doa orang yang teraniaya, dan
jeleknya pemandangan pada keluarga dan harta. (HR Muslim)
Dari Ali bin Rabiah ia berkata: Saya telah menyaksikan Ali bin Abu Thalib ra. diberi
binatang untuk dikendarainya, dimana ketika meletakkan kakinya pada binatang itu
ia membaca: bismillaaH, dan ketika duduk di atas punggungnya ia membaca:
subhaanal ladzii sakhkhara lanaa Haadzaa wamaa kunnaa laHuu muqriniin Wa
innaa ilaa rabbinaa lamungqalibuun, kemudian membaca: alhamdulillaaH tiga kali,
allaaHu akbar tiga kali, dan membaca: subhaanaka inni dhalamtu nafsii faghfirlii
innaHuu laa yaghfiru dzunuuba illaa anta, kemudia ia tertawa. Ada orang bertanya:
Wahai Amirul Mukminin mengapa engkau tertawa? Ia menjawab: Saya melihat
Nabi saw. berbuat seperti apa yang saya perbuat ini kemudian beliau tertawa, ketika
saya bertanya: wahai Rasulallah, mengapa engkau tertawa? Beliau menjawab:
sesungguhnya Rabb yang Mahasuci itu merasa kagum terhadap hamba-Nya apabila
ia berdoa: igfirlii dhunuubi, karena ia menyadari bahwasannya tidak ada yang dapat
mengampuni dosa-dosa kecuali Aku [Allah]. (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Jabir ra. ia berkata: Apabila kami mendaki kami membaca takbir, dan apabila
kami turun kami membaca tasbih. (HR Bukhari)
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Apabila Nabi saw. beserta pasukannya mendaki bukit
mereka membaca takbir, dan apabila turun mereka membaca tasbih. (HR Abu
Dawud)
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Apabila Nabi saw. kembali dari ibadah haji atau
umrah, kemudian beliau mendaki bukit atau gundukan pasir maka beliau membaca
takbir tiga kali dan membaca: laa ilaaHa illallaaHu wahdaHu laa syariikalaHu laHul
mulku walaHul hamdu wa Huwa alaa kulli syai-ing qadiir, aayibunaa aabiduuna

saajinuuna lirabbinaa haamiduun. shadaqallaaHu wadaHu wa nashara abdaHu


waHazamal aHzaaba wahdaH (Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada
sekutu bagi-Nya, segala kekuasaan dan segala puji bagi-Nya. Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Kami adalah orang yang siap untuk pulang, kami adalah orang yang
bertobat, beribadah, bersujud dan memuji kepada Tuhan kami. Semua janji Allah
pasti benar, Ia selalu menolong hamba-Nya, dan mengalahkan musuh-Nya dengan
sendirian.) (HR Bukhari dan Muslim)
Dan dalam riwayat yang lain dikatakan: Apabila beliau kembali dengan bala tentara
dan pasukan, atau dari ibadah haji dan umrah.
Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya ada seseorang berkata: Wahai Rasulallah,
sesungguhnya saya akan bepergin, maka berilah saya pesan. Beliau bersabda:
Kamu hendaklah senantiasa bertakwa kepada Allah dan membaca takbir setiap kali
mendaki. Ketika orang itu pergi, beliau berdoa: AllaaHummathwi laHul buda
waHawwin alaiHis safar (Ya Allah perpendeklah baginya jarak yang jauh, dan
permudahlah segala urusannya di dalam bepergian.) (HR Tirmdzi)
Dari Abu Musa al-Asyariy ra. ia berkata: Kami berjalan bersama Rasulullah saw. dan
apabila kami mendaki maka kami membaca tahlil dan takbir dengan suara keras,
kemudian Nabi saw. bersabda: Wahai sekalian manusia, kasihilah dirimu sendiri
karena sesungguhnya kamu sekalian tidaklah berdoa kepada Dzat yang tuli dan tidak
pula kepada Dzat yang jauh, sesungguhnya Ia selalu bersamamu. Ia Maha
Mendengar sangat dekat. (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Ada tiga macam doa
yang tidak diragukan lagi keampuhannya, yaitu doanya orang yang teraniaya, yang
yang sedang bepergian dan doa orang tua terhadap anaknya. (HR Abu Dawud dan
Turmudzi)
Dari Khaulah binti Hakim ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa yang berhenti pada suatu tempat kemudian ia membaca: a-uudzu
bikalimatillaaHit taammaati min syarri maa khalaqa, lam yadluruHu syai-un hattaa
yartahila min manziliHi dzaalika (saya berlindung diri dengan kalimat Allah yang
sempurna dari kejahatan yang Ia ciptakan) niscaya ia tidak akan terganggu oleh
sesuatu apapun hingga ia pergi meninggalkan tempat tersebut. (HR Muslim)
Dari Abu Musa al-Asyari ra. sesungguhnya Rasulullah saw. jika takut pada suatu
kaum beliau berdoa: AllaaHumma innaa najaluka fii nuhuuriHim, wa
na-uudzubika min syuruuriHim (Ya Allah, kami jadikan Engkau pada leher mereka,
dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan-kejahatan mereka.) (HR Abu
Dawud dan Nasa-i dengan isnad shahih)
Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: Bepergian itu
merupakan bagian dari siksa, dimana seorang harus mengurangi makan, minum,
tidurnya. Oleh karena itu apabila salah seorang di antara kamu sekalian telah selesai

urusannya dalam bepergian, maka hendaklah ia segera kembali kepada


keluarganya. (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Jabir ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: Apabila salah seorang di
antara kamu sekalian bepergian dalam waktu yang cukup lama, maka janganlah ia
mengetuk pintu pada keluarga pada waktu malam.
Dan di dalam riwayat lain dikatakan: Bahwasannya Rasulullah saw. melarang
seseorang untuk mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. (HR
Bukhari dan Muslim)
Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. tidak pernah mengetuk pintu pada
keluarganya pada waktu malam. Beliau biasanya datang kepada mereka pada waktu
pagi dan sore. (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Anas ra. ia berkata: Kami kembali bersama Rasulullah saw. ketika kami telah
sampai melihat Madinah, beliau membaca: aayibuuna taa-ibuuna aabiduuna
lirabbinaa haamiduuna (kami adalah orang yang siap pulan, kami adalah orang yang
bertobat, beribadah dan memuji kepada Tuhan kami). Beliau senantiasa membaca
doa itu sehingga kami sampai di Madinah. (HR Muslim)
Dari Kaab bin Malik ra. bahwasannya Rasulullah saw. datang dari bepergian, beliau
langsung ke masjid dan shalat dua rakaat di dalamnya. (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak halal bagi
seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian yang
memakan waktu sehari semalam kecuali bersama muhrimnya. (HR Bukhari dan
Muslim)
Dari Ibnu Abbas ra. bahwasannya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Janganlah sekali-sekali seorang laki-laki melepas seorang perempuan kecuali
dengan muhrimnya. Ada seorang laki-laki bertanya: Wahai Rasulallah,
sesungguhnya istriku pergi untuk haji, saya telah tercatat untuk ikut peperangan ini
dan itu. Beliau bersabda: Pergilah kamu dan berhajilah bersama istrimu. (HR
Bukhari dan Muslim)

Anda mungkin juga menyukai