Adab Bepergian
Adab Bepergian
Berpergian artinya pergi ke luar rumah, baik untuk tujuan jarak jauh
maupun jarak dekat.
ia berpamitan kepada
safar
untuk
mengunjungi
saudaranya
dan
menyalaminya,
, hingga
kami
sebelumnya
tidak
mampu
menguasainya.
Dan
sesungguhnyalah kepada Rabb kami, kami akan kembali, ( QS. AzZukhruf: 13-14).
Ya Allah, sungguh kami memohon kepada Engkau dalam safar ini
kebaikan dan ketaqwaan, dan amalan-amalan yang Engkau ridhai. Ya
Allah, berilah kemudahan bagi kami dalam safar kami ini, dekatkanlah
jaraknya bagi kami sesudahnya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari kesulitan dalam safarku dan pemandangan yang menyedihkan,
dan dari kembalian yang buruk pada harta dan keluargaku
Dan apabila beliau kembali dari safar beliau mengucapkan kembali doa
tersebut dan menambahkannya dengan ucapan:
Sebagai orang-orang yang kembali, bertaubat dan beribadah, lalu
kepada Rabb kami, kami memuji.
Itulah tiga adab yang bisa kami tuliskan ketika bepergian dan
sebagaimana kegiatan yang lain bersantai dan berlibur juga bisa
dimaksudkan untuk beberapa tujuan.
Dari Kaab bin Malik ra. bahwasannya Nabi saw. keluar untuk perang Tabuk pada
hari Kamis, dan beliau memang suka keluar [bepergian] pada hari Kamis. (HR
Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat yang lain dikatakan: Jarang sekali Rasulullah saw. keluar
[bepergian] kecuali pada hari Kamis.
Dari Shakhir bin Wadah al-Ghamidiy ash-Shahabiy ra. bahwasanya Rasulullah saw.
berdoa: AllaaHumma baariklanaa li-ummatii fii bukuuriHaa (Ya Allah berkahilah
umatku pada pagi harinya). Dan apabila beliau mengutus [melepas] pasukan, maka
beliau mengutus mereka pada pagi hari. Shakher adalah seorang pedagang, maka ia
mengirimkan barang dagangannya pada pagi hari, kemudian ia menjadi kaya dan
banyak hartanya. (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Seandainya manusia tahu
[bahayanya bepergian] seorang diri sebagaimana yang telah aku ketahui, niscaya
tidak akan ada seorangpun yang berjalan sendirian pada waktu malam. (HR
Bukhari)
Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya ra. ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda: Orang yang bepergian sendirian itu bagaikan satu setan, dua orang yang
bepergian itu bagaikan dua setan, tiga orang yang bepergian itu adalah rombongan.
(HR Abu Dawud, Turmudzi dan Nasa-i)
Dari Abu Said dan Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Apabila
ada tiga orang bepergian hendaklah mereka memilih salah seorang di antara mereka
untuk menjadi pemimpin rombongan. (HR Abu Dawud)
Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: Sebaik-baik kawan adalah
empat orang, sebaik-baik pasukan adalah empat ratus dan sebaik-baik tentara
adalah empat ribu orang, dan tidak akan dapat dikalahkan oleh dua belas ribu orang
karena dianggap sedikit. (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Apabila kamu sekalian
sedang bepergian dan melewati tanah subur, maka berilah kesempatan kepada unta
untuk memakan rumputnya. Dan apabila kamu sekalian sedang bepergian dan
melewati tanah yang tandus, maka percepatlah di dalam berjalan dan kejarlah
jangan sampai unta itu kehabisan tenaga. Apabila kamu sekalian berhenti pada
waktu malam, maka janganlah berhenti [mendirikan kemah] di tengah jalan karena
sesungguhnya itu adalah jalan binatang dan tempat yang sangat berbahaya pada
waktu malam. (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Qatadah ra. ia berkata: Apabila Rasulullah saw. berada dalam perjalanan
dan berhenti pada waktu malam, maka beliau tidur pada pinggang kanannya, dan
apabila berhenti sudah menjelang shubuh, maka beliau menegakkan lengannya dan
meletakkan kepala pada telapak kanannya. (HR Bukhari)
Para ulama berkata: Beliau menegakkan lengannya supaya beliau tidak lelap di
dalam tidur yang dapat menyebabkan terlambat shalat shubuhnya, atau tidak bisa
mengerjakan shalat shubuh pada awal waktunya.
Dari Anas ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Kamu sekalian hendaklah
bepergian pada waktu malam, karena seolah-olah bumi itu terlipat pada waktu
malam. (HR Abu Dawud)
Dari Abu Tsalabah al-Khusyanniy ra. ia berkata: Apabila seseorang berhenti di
dalam perjalanan, mereka bekelompok-kelompok dan berada pada lembah yang
berbeda-beda, kemudian Rasulullah bersabda: Sesungguhnya terpisah-pisahnya
kamu sekalian dalam kelompok dan lembah yang berbeda-beda adalah ajaran dari
setan. Maka sejak itu apabila mereka berhenti dalam perjalanan, kelompok yang
satu akan berkumpul dengan kelompok yang lain. (HR Abu Dawud)
Dari Sahal bin Amr, ada yang memanggilnya dengan Sahal bin Amr Rabi bin Amr alAnshariy yang terkenal dengan sebutan Ibnu Handzalah, ia termasuk shahabat yang
mengadakan Baiatur Ridwan ra. ia berkata: Suatu ketika Rasulullah saw. berjalan
dan melewati seekor unta yang punggungnya lengket dengan perut [kurus],
kemudian beliau bersabda: Takutlah kamu kepada Allah terhadap binatang yang
bisu ini. Kendarailah ia dengan cara yang baik, dan berilah ia makan dengan cara
yang baik pula. (HR Abu Dawud)
Dari Abu Jafar Abdullah bin Jafar ra. ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah saw.
mengajak saya membonceng di belakangnya dan menyampaikan rahasia kepada
saya, yang rahasia itu tidak akan saya sampaikan kepada siapapun. Dan jika
Rasulullah saw. menunaikan hajat beliau suka menutupinya dengan tonggak atau
bedinding dengan pohon kurma. (Hr Muslim)
Dalam riwayat lain terdapat tambahan: Beliau pernah ke kebun seorang shahabat
Anshar dan di situ terdapat seekor unta. Ketika unta itu melihat Nabi saw. terus
merintih dan mencucurkan air mata. Kemudian Nabi mendengar dan mengusap
punggung dan kedua telinganya, maka unta itu diam. Beliau lantas bertanya:
Siapakah pemilik unta ini? Siapakah yang mempunyai unta ini? Maka datanglah
seorang pemuda Anshar dan berkata: Ini unta saya wahai Rasulallah. Beliau
bersabda: Apakah kamu tidak takut kepada Allah terhadap binatang yang telah
diberikan Allah untuk kamu, sesungguhnya unta ini mengadu kepadaku bahwa
kamu melaparkan dan melelahkannya. (HR Abu Dawud, seperti yang diriwayatkan
oleh al-Barqaniy)
Dari Anas ra. ia berkata: Apabila kami berhenti dalam bepergian, kami tidak
melakukan shalat sunah terlebih dahulu sebelum melepaskan tali kekang binatang
yang kami kendarai. (HR Abu Dawud)
Dari Abu Said al-Khudriy ra. ia berkata: Pada suatu ketika kami sedang bepergian,
tiba-tiba ada seorang laki-laki datang dengan naik kendaraan dimana ia menoleh ke
kanan dan ke kiri, kemudian Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa yang memiliki
kelebihan kendaraan hendaklah ia memberikan kepada yang tidak mempunyainya.
Barangsiapa yang memiliki bekal lebih, maka hendaklah ia memberikan kepada
orang yang tidak mempunyainya. Beliau menyebutkan macam-macam harta
dengan nada seperti itu, sehingga kami sadar bahwa sesungguhnya tidaklah pantas
salah seorang di antara kami mempunyai kelebihan harta. (HR Muslim)
Dari Jabir ra. dari Rasulullah saw. bahwasannya apabila beliau hendak berangkat
perang, beliau bersabda: Wahai para shahabat Muhajirin dan Anshar sesungguhnya
ada sebagian orang di antara saudara-saudaramu yang tidak memiliki harta dan
keluarga, maka dari itu hendaklah salah seorang di antara kamu sekalian
menggabungkan dua atau tiga orang dengannya. Kemudian tidak ada salah seorang
di antara kami melainkan ia bergatian kendaraan dengan orang yang
digabungkannya. Jabir berkata: Saya menggabungkan dua atau tiga orang dengan
saya, dan kesempatan untuk mengendarai unta saya bagi sama rata antara saya dan
mereka. (HR Abu Dawud)
Dari Jabir ra. ia berkata: Rasulullah saw. apabila berada dalam perjalanan, beliau
biasa di belakang; dimana beliau memberi pertolongan kepada orang yang lemah
serta membonceng dan mengajaknya. (HR Abu Dawud)
Allah berfirman: Dan Allah telah menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak
yang kamu tunggangi. Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu
ingat nikmat Tuhanmu, dan supaya kamu mengucapkan: Mahasuci Rabb yang telah
menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami. (azZukhruf: 12-14)
Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya apabila Rasulullah saw. menaiki untanya untuk
keluar bepergian, beliau mengucapkan takbir tiga kali dan berdoa: subhaanal ladzii
sakhkhara lanaa Haadzaa wamaa kunnaa laHuu muqriniin. Wa innaa ilaa rabbinaa
lamungqalibuun. allaaHumma innaa nas-aluka fii safaarinaa Haadzal birra wat
taqwaa wa minal amali maa tardlaa, allaaHumma Hawwin alainaa safaranaa
Haadzaa wathwi annaa budaHu, allaaHumma antash shaahibu fis safari wal
khaliifatu fil aHli. Allaahumma innii a-uudzubika min watsaa-is safari wa kaabatil
landhari wa suu-il mungqalabi fil maali wal aHli wal waladi (Maha suci Rabb yang
telah menundukkan semua ini bagi kami padahal sebelumnya tidak mampu
menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami. Ya Allah,
sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, takwa dan amal yang Engkau
ridlai dalam kepergian kami ini. Ya Allah, mudahkanlah segala urusan dalam
kepergian kami ini dan pendekkanlah jarak dari jauhnya kepergian dan pengganti
bagi keluarga yang kami tinggalkan. Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung diri
kepada-Mu dari kesukaran dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan
jeleknya kembali, baik bagi harta maupun keluarga kami). Dan apabila Rasulullah
saw. hendak pulang, beliau juga membaca doa tersebut dengan diberi tambahan:
aayibuuna taa-ibuuna aabiduuna lirabbinaa haamiduuna (Kami adalah orang yang
siap untuk pulang, kami adalah orang yang bertaubat, beribadah dan memuji kepada
Rabb kami.) (HR Muslim)