BAHAN AJAR
Pada Program Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Suryakancana Cianjur
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan tugas untuk mengampu mata kuliah Kewirausahaan pada Program
Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan dalam lingkungan Universitas Suryakancana Cianjur, atas petunjuk dan
persetujuan Ketua Prodi, Bapak Prof. Dr. H. Endang Danial Ar., M.Pd., M.Si., penulis
mencoba membuat ikhtisar berupa butir-butir bahan diskusi untuk memudahkan para
mahasiswa strata satu dalam proses perkuliahan/pembelajaran.
Mata kuliah Kewirausahaan yang baru diterapkan pada Prodi PPKn FKIP UNSUR
sejak tahun 2015 merupakan suatu konsep pembelajaran terpadu yang dirancang
untuk mempelajari konsep, dan dasar-dasar pengetahuan tentang wirausaha serta
mengubah pola pikir dan paradigma kewirausahaan.
membentuk sifat, ciri, dan watak seseorang termasuk mahasiswa calon guru PPKn yang
berkemauan kuat untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara
kreatif melalui bidang usaha.
mahasiswa yang berniat mencari tantangan pasca lulus S1, karena tugas kehidupan
terbuka bukan hanya dengan jalan mencari kerja akan tetapi juga menciptakan
lapangan kerja.
Sebagai ikhtisar, tentu saja tidak seluruh materi kewirausahaan yang ada, penulis
masukkan dalam diktat ini, namun yang dianggap sangat penting diketahui dan
difahami oleh para mahasiswa dalam kesempatan perkuliahan yang hanya satu semester. Adapun untuk pendalaman materi, penulis anjurkan kepada para mahasiswa
untuk mempelajari lebih lanjut materi kewirausahaan dengan membaca/mempelajari
referensi kewirausahaan dari berbagai sumber termasuk buku-buku yang penulis
cantumkan pula dalam daftar kepustakaan.
Semoga kiranya bermanfaat.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI ..
ii
BAB
BAB
I. PENDAHULUAN .
A. PENGERTIAN
B. MENGAPA BERWIRAUSAHA
C. FUNGSI WIRAUSAHA
D. PROSES KEWIRAUSAHAAN .
E. PENTINGNYA BERWIRAUSAHA ..
F. JENIS-JENIS BISNIS/WIRAUSAHA .
G. TIPS PRAKTIS BERWIRAUSAHA .
H. UNSUR-UNSUR KEWIRAUSAHAAN
1
5
7
9
15
16
19
22
23
A.
B.
C.
D.
E.
F.
PENGERTIAN PERUBAHAN
TANDA-TANDA TERJADINYA PERUBAHAN POLA PIKIR ..
POLA PIKIR ENTREPRENEUR ..
KREATIVITAS DAN INOVASI DALAM BERWIRAUSAHA .
HAMBATAN KREATIVITAS .
TIPS PRAKTIS MEMPERBAIKI KREATIVITAS ..
23
24
25
28
31
33
38
A. KEWIRAUSAHAAN BIROKRASI
B. KEWIRAUSAHAAN INTELEKTUAL .
C. KEWIRAUSAHAAN SOSIAL
38
48
52
66
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
66
68
69
70
75
77
98
100
100
101
108
118
A. ASPEK KEUANGAN ..
B. ASPEK ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA .
ii
118
125
C. ASPEK PEMASARAN
135
149
149
168
175
197
197
198
202
207
207
209
110
-djuns-
iii
230
BAB I
KEWIRAUSAHAAN
A. PENGERTIAN
Pengertian kewirausahaan sama dengan kewiraswastaan. Secara etimologis berasal
dari bahasa sanskerta, dan jika diuraikan :
Wira
Usaha
Swa
= sendiri, mandiri.
Sta
= berdiri.
Swasta
Jadi, wirausaha = wiraswasta, yaitu pejuang, pahlawan yang gagah berani dan
pantas menjadi tauladan di bidang usaha manusia untuk mencapai keinginannya
yang :
1. Berani mengambil resiko;
2. Memiliki keutamaan;
3. Kreatif;
4. Berpijak pada kemampuan diri sendiri.
Timmons (1994) dalam Sukmadi (2014:30) mendefinisikan kewirausahaan
sebagai kegiatan untuk menciptakan dan membangun sesuatu yang bernilai dari
sesuatu yang sebelumnya sama sekali tidak ada nilainya. Definisi ini merupakan
proses penciptaan atau pengukuran suatu peluang untuk kemudian memburunya
tanpa mempedulikan sumber daya yang telah terkendali.
Jadi, wirausahawan
menjadi milik seorang wirausahawan karena ia dituntut berani dan siap jika usaha
yang dilakukannya belum memiliki nilai perhatian di pasar. Ini harus dilihat sebagai
proses menuju wirausahawan sejati.
Dalam pada itu menurut Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarbrough
(2005:4), wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan
dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang
diperlukan untuk mendirikannya.
Buchari Alma (2008:24), bahwa wirausaha tidak mencari resiko, tetapi mencari
peluang.
Pada umumnya usaha itu dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu ekonomi atau disebut juga bisnis. Adapun orang-orang yang
terlibat langsung dalam kegiatan usaha ini ada yang disebut :
1. Pekerja bebas, yaitu orang yang melakukan usaha secara mandiri, tidak mempunyai majikan atau bergantung kepada orang/pihak lain. Orientasinya tidak untuk
memperoleh keuntungan, namun sekedar untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Tergolong pada kategori ini misalnya tukang cukur, guru, petani, dokter, notaris,
dll. yang mengandalkan balas jasa atau honorarium dari yang dilayaninya.
2. Karyawan atau buruh, yaitu orang yang bekerja pada orang/pihak lain dan
mendapatkan gaji/upah. Jika berhasil, dapat mencapai karier sebagai profesional
eksekutif dengan peran sebagai pengambil keputusan.
3. Pengusaha, yaitu orang yang bekerja keras untuk mendapatkan keuntungan atau
minimal kembali modal (break event point). Contoh, orang yang mengkoordinasikan tukang-tukang cukur dalam suatu tempat dengan mengeluarkan modal
atau investasi. Dengan usahanyanya ini maka berarti sudah berlangsung proses
perusahaan, yaitu :
a. Investasi bangunan/ruangan, alat-alat cukur, listrik, dll.
b. Ada uang jasa;
c. Ada prosentase tertentu bagi tukang cukur.
Demikian juga halnya jika ada tempat praktek dokter bersama, sudah layak dise-
but perusahaan.
4. Wirausaha atau wirausahawan, yaitu pengusaha yang sudah maju dalam berbagai aspek sehingga sudah menggunakan manajemen. Wirausahawan demikian
disebut dalam istilah Perancis, entrepreneur. Kewirausahaan = Entrepreneurship.
Wirausahawan yang sukses adalah pengusaha unggul atau hebat, yaitu jika
berhasil mengembangkan usahanya, antara lain ditandai oleh semakin menumpuknya kekayaan materi yang diperoleh dari hasil usahanya itu.
Dua hal yang mendorong lahirnya para wirausahawan adalah :
1. Internal
sumber daya manusia dan produksi maupun waktu yang dimiliki tanpa intervensi
pihak lain.
2. Eksternal
perekonomian bangsa :
a. Lapangan kerja makin sempit;
b. Desakan kebutuhan meningkat;
c. Secara sosial semakin banyak jumlah pengangguran, dll.
Wirausahawan (entrepreneur) adalah orang-orang yang memiliki kemampuan
melihat peluang/kesempatan dan segera mamanfaatkannya menjadi sesuatu yang
bernilai dan berdayaguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negaranya. Yang
demikian inilah yang menjadi motor penggerak perekonomian suatu negara.
Semangat wirausaha harus dibudayakan sehingga lahir para wirausahawan
yang :
1. Berkemauan kuat untuk terus berkarya di bidang ekonomi.
2. Mandiri.
3. Mampu mengambil keputusan yang tepat karena naluri (intuisinya) yang tajam.
4. Berani mengambil resiko.
5. Kreatif dan inovatif.
6. Tekun, ulet.
7. Teliti, cermat.
8. Produktif.
tulis, belum ada SOP (Standard Operating Procedure), belum menggunakan management knowledge (pengetahuan manajemen), dsb.
Entrepreneur jangan diartikan hanya pengusaha swasta, karena terkesan
membedakan seseorang yang makan gaji dengan seseorang yang dapat menggaji
dirinya sendiri. Entrepreneur adalah orang yang :
1. Mengerti dan membedakan antara tantangan dan peluang.
2. Mampu memanfaatkan sesuatu untuk keuntungan hidupnya dengan cara yang
baik.
3. Sikapnya bukan sekedar keahlian dan keterampilan.
4. Memiliki kualifikasi kepribadian yang tahan banting.
B. MENGAPA BERWIRAUSAHA?
Alasan rasional mengapa berwirausaha adalah :
1. Mengatasi masalah penghidupan, terutama pemenuhan kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan).
2. Menghilangkan atau mempersempit kesenjangan yang sangat lebar antara
jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan.
3. Mengatasi pengangguran.
Untuk itu maka seorang wirausahawan harus membangkitkan semangat untuk
terus berusaha, bermental baja, dan harus yakin bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
Sementara itu permasalahan yang dialami karyawan/buruh adalah ketidakpuasan dari pekerjaannya, antara lain :
1. Merasa seperti sapi perah
yang layak.
2. Merasa menjadi budak
sanksi berat misalnya didenda, diskor, di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja atau
dipecat).
3. Kerja melebih jam kerja atau lembur tanpa balas jasa
tidak layak.
5
untuk mendapatkan
sampai berhenti.
Nah dengan alasan-alasan itu maka manusia sabar ada batasnya, pada akhirnya
berhenti bekerja pada orang/pihak lain sebagai karyawan/buruh. Terpikirlah ingin
menjadi manajer bagi dirinya sendiri, tidak lagi diperintah orang/pihak lain. Salah
satu upaya ke arah itu adalah berwirausaha atau berbisnis. Ternyata berbisnis
adalah sesuai dengan ajaran agama Islam yang dicontohkan Nabi Besar Muhammad
Saw. yang sejak usia belia (lk. 12 tahun) dengan diajak oleh paman beliau, Abi
Tholib, berniaga. Bahkan hadits Nabi menyebutkan, sembilan dari sepuluh pintu
rezeki dibuka melalui bisnis, yang redaksi haditsnya adalah, Hendaklah kamu
berdagang karena di dalamnya terdapat sembilan puluh prosen pintu rezeki. (H.R.
Ahmad). Juga hadits Nabi, Sesungguhnya sebaik-baik mata pencaharian adalah
seorang pedagang. (H.R. Baihaki). Ada lagi ayat-ayat bisnis lainnya, misalnya :
QS Al-Jumuah, 10 :
Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Alloh, dan ingatlah Alloh banyak-banyak, supaya kamu beruntung.
QS Al-Mulk, 11 :
Dialah (Alloh) yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu. Maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezekinya.
QS At-Taubah, 105 :
Bekerjalah kamu. Maka Alloh dan Rasul-Nya, serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu.
QS Asy-Syarh, 5 dan 6 :
Sungguh, beserta kesulitan itu ada kemudahan.
Sejarah pun mencatat bahwa sebagian besar para nabi berlatar belakang
pebisnis (wirausahawan). Nabi Daud AS, dikenal sebagai pengrajin daun kurma
6
untuk dibuat keranjang dan pengrajin baju besi untuk keperluan perang. Nabi Idris
AS, dikenal sebagai penjahit, dan selalu menyedekahkan kelebihan hasil usahanya
setelah sebagian digunakan untuk keperluan hidupnya. Nabi Zakaria AS, dikenal
sebagai pebisnis kayu. Nabi Musa AS, dikenal sebagai peternak.
Dan Nabi
C. FUNGSI WIRAUSAHA
Wirausahawan/pebisnis perlu melakukan upaya mencari dan menciptakan cara
atau terobosan baru yang cerdas, dengan :
1. Mengelola sumber daya (resource) yang ada : 6 M (Man, Money, Materials,
Machines, Method, Market).
2. Menghasilkan barang dan jasa sehingga menguntungkan (profit).
3. Memuaskan pelanggan (customers satisfaction).
Demikianlah, maka wirausahawan yang baik adalah yang pandai :
)
) Sehingga memberi manfaat (to give benefit).
2. Beribadah (to pray) )
Hal tersebut di atas adalah fungsi pokok atau primer berwirausaha, sedangkan
fungsi sekundernya mengenali lingkungan dalam rangka mencari dan menciptakan
peluang usaha, serta kemampuan untuk mengendalikan lingkungan ke arah yang
menguntungkan bagi perusahaan.
Menurut Zimmerer (1996:51) dalam Suryana 2013:61), fungsi wirausahawan
adalah menciptakan nilai barang dan jasa di pasar melalui proses pengombinasian
sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda untuk dapat melakukan persaingan. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui :
1. Pengembangan teknologi baru.
2. Penemuan pengetahuan baru.
3. Perbaikan produk barang dan jasa yang ada.
4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan jasa dalam
jumlah lebih banyak dengan menggunakan sumber daya lebih sedikit.
Dalam pada itu menurut Marzuki Usman (1977) dalam Suryana (2013:60-61)
secara umum wirausahawan memiliki dua peran, yaitu :
1. Sebagai penemu, yaitu produk baru, teknologi baru, ide-ide baru, dan organisasi
usaha baru.
2. Sebagai perencana, yaitu perencanaan perusahaan, strategi perusahaan, ide-ide
dalam perusahaan, dan organisasi perusahaan.
Sementara itu menurut Irham Fahmi (2014:3), peran dan fungsi keberadaan
atau pengaruh ilmu kewirausahaan dalam mendukung arah pengembangan wirausaha adalah :
1. Mampu memberi pengaruh semangat atau motivasi pada diri seseorang untuk
bisa melakukan sesuatu yang selama ini sulit diwujudkan namun menjadi
kenyataan.
2. Mengarahkan seseorang bekerja secara lebih teratur serta sistematis juga
terfokus dalam mewujudkan mimpi-mimpinya.
3. Mampu memberi inspirasi pada banyak orang bahwa setiap menemukan masa8
lah, akan ditemukan peluang bisnis untuk dikembangkan. Artinya, setiap orang
diajarkan untuk membentuk semangat problem solving (memecahkan
masalah).
4. Nilai positif tertinggi pada saat ilmu kewirausahaan dipraktekkan oleh banyak
orang, maka angka pengangguran akan menurun, yang berarti memperingan
beban negara dalam usaha menciptakan lapangan kerja.
Jiwa kewirausahaan sebenarnya merupakan salah satu budaya nenek moyang
bangsa Indonesia, bahkan berhasil mengembangkan usaha sampai ke Madagaskar.
Jiwa bisnis ini sempat dimatikan oleh penjajah Belanda yang menguasai bangsa
Indonesia dan diganti dengan jiwa ambtenar, yaitu jiwa pegawai/karyawan/buruh
yang mengabdi kepada penguasa dan bisa meningkat hingga menjadi kaum ningrat,
priyayi, atau feodal, sehingga selalu ingin dilayani bukan melayani, dan terpatri pada
jalur birokrasi. Pada umumnya orang mengenal istilah kewirausahaan sebagai
pengusaha swasta. Hal ini untuk membedakan seseorang yang yang biasa makan
gaji (birokrasi pemerintahan) dengan orang yang dapat menggaji dirinya sendiri.
Ditinjau dari kepentingan masyarakat, para wirausahawan dipandang sebagai
pionir-pionir (perintis) yang mampu menciptakan berbagai lapangan pekerjaan,
terutama di sektor informal. Nabi Besar Muhammad Saw. bahkan dalam salah satu
haditsnya mengatakan orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang
mendapatkan penghasilan dari keringatnya sendiri. Hal ini dalam Al-Quran pun (AtTaubah : 105) Alloh SWT berfirman, Bekerjalah kamu. Maka Alloh dan Rasul-Nya,
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.
D. PROSES KEWIRAUSAHAAN
Proses kewirausahaan dikatakan oleh Peter F. Drucker (1986) sebagai usaha untuk
menciptakan perubahan yang bertujuan dan terfokus pada potensi sosial-ekonomi
suatu perusahaan. (Sukmadi, 2014:24). Seorang wirausahawan juga akan menerapkan strategi kewirausahaan yang berbeda dan mananajemen yang baik. Curran
dan Burrow (1986:269) menambah penjelasan dengan memberi penggambaran
bahwa proses wirausaha merupakan proses inovatif yang terlibat aktif dalam
9
penciptaan usaha ekonomis. Usaha itu dilakukan berdasarkan produk atau jasa
baru yang secara jelas, sangat berbeda dari produk atau jasa yang sudah ada, baik
dalam pengelolaan produksi maupun pemasarannya.
Di bawah ini adalah matriks pendekatan proses kewirausahaan dan ciri-cirinya.
Proses Kewirausahaan Pendekatan Definisi dan Ciri
No.
PENDEKATAN
CIRI-CIRI
Inisiatif pribadi wirausahawan.
1.
2.
Fungsi
Ekonomi
Struktur
Kepemilikan
3.
Derajat
Kewirausahaan
4.
5.
6.
Pendekatan
Konsolidasi
1. Fungsi Ekonomi.
Para ahli ekonomi melihat kewirausahaan sebagai alat untuk menggiatkan ekonomi melalui pengendalian inisiatif pribadi dalam upaya menciptakan perusahaan atau pekerjaan. Jadi, kewirausahaan merupakan salah satu fungsi pengembangan ekonomi. Dalam kaitan ini Cantiilon (1755) dalam Sukmadi, (2014:
27) menyatakan bahwa kewirausahaan dapat memikul resiko dari membeli
sesuatu barang dengan harga yang sudah pasti, dan menjualnya kembali dengan
10
harga yang belum pasti. Dengan demikian dalam aktivitas berwirausaha terdapat
fungi memikul resiko.
11
memiliki harga dan biaya yang dapat memberikan manfaat terhadap model
pengembangan ekonomi.
5. Tipologi dan Konteks Kewirausahaan.
Proses kewirausahaan dapat dipandang sebagai suatu yang memiliki banyak
kemungkinan untuk diterapkan secara umum di semua ranah usaha tanpa
mempedulikan ukuran dan struktur kepemilikannya. Pendekatan yang paling
bermanfaat adalah dengan melakukan segmentasi dengan dua pembagian
seperti digambarkan dalam matriks di bawah ini.
Kewirausahaan dengan Dua Segmentasi
TIPOLOGI
KEWIRAUSAHAAN
KEWIRAUSAHAAN
KEWIRAUSAHAAN
PERUSAHAAN
KEWIRAUSAHAAN
KELOMPOK
KONTEKS KEWIRAUSAHAAN
Usaha Korporasi
Usaha Kewirausahaan
Minoritas Etnis
Keluarga
Waralaba
Gender
Usaha Berbasis Rumah dan Kriya
Usaha Patungan
Gaya Hidup
Usaha Kecil
Tidak Tetap atau Paruh Waktu
Pertama, pembagian yang telah dikenal, yaitu tiga jenis kewirausahaan yang
berbeda. Kedua, segmentasi yang ada di sebelah kanan merupakan jenis khusus
yang menggambarkan proses kewirausahaan yang terjadi. Setiap jenis kewirausahaan dapat dipraktekkan dalam konteks yang telah dikenali itu. Sesungguhnya dalam pengenalan dinamika proses kewirausahaan terdapat situasi-situasi
tipologi digunakan secara timbal balik dalam menanggapi tantangan berbagai situasi dan kebutuhan yang berbeda.
Kewirausahaan kelompok adalah salah satu tipologi yang tidak memandang
proses kewirausahaan sebagai perlindungan terhadap seseorang. Tipologi ini
lebih dipandang sebagai perlindungan dan sikap yang di dalamnya mengandung
keterampilan seseorang yang dipadukan ke dalam suatu kelompok yang menjadi
mitra dalam evolusi usaha pada masa yang akan datang. Kapasitas kolektif untuk
12
melakukan pembaruan menjadi sesuatu yang lebih besar, karena pasti memberi
pengaruh sinergis yang sehat.
Menurut Reich (1994) kewirausahaan kelompok harus lebih dihargai dibandingkan kewirausahaan perseorangan. Mengapa? Karena kewirausahaan kelompok dapat menghapus mitos kepahlawanan dari wirausaha sendirian, dan menghargai potensi dari kelompok kreatif.
Selain tipologi kewirausahaan dalam bentuk kelompok, ada juga kewirausahaan yang berkaitan dengan dengan konteks. Beberapa bentuk kewirausahaan kontekstual dimaksud adalah :
a. Usaha Korporasi (Intrapreneurship). Penekanan kepemilikannya ada pada
kualitas, tidak terbatas pada kemampuan seseorang. Ketika embrio perusahaan berkembang, kepemilikan tampaknya menjadi lebih mengemuka. Bisa
jadi awalnya perusahaan keluarga, kemudian berkembang menjadi bentuk
korporasi dengan kepemilikan dan struktur manajemen yang sangat berbeda
dibanding pada awal perusahaan itu berdiri.
b. Usaha yang Bersifat Kewirausahaan. Ini dianggap sebagai wirausaha sejati.
Perusahaan-perusahaan ini berhasil memaksimalkan peluang yang ada untuk
dikembangkan lebih jauh dari usaha semula yang telah dibentuk. Ciri khasnya
pengembangan praktek dan strategi yang inovatif.
c. Minoritas Etnis. Wirausaha ini telah dikenal sebagai sarana yang dengannya
para anggota kelompok minoritas etnis dapat membaurkan diri untuk mencapai keberhasilan. Contoh anggota kelompok ini di Inggris adalah orangorang Afrika, Karibia, India, Pakistan, Bangladesh, Yunani.
d. Keluarga. Di beberapa perusahaan, keluarga dapat juga berperan dan terlibat
aktif di dalamnya. Dalam konteks ini hal terpenting adalah sistem sosial yang
ada dan adanya pertarungan di antara para pewaris. Keluarga juga memainkan peran yang sangat penting sebagai pemasok sumber daya seperti
keuangan dan karyawan. Pada umumnya kepemilikan terbagi atas beberapa
anggota keluarga, sedangkan pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh para
anggota pendiri yang lebih senior.
13
e. Waralaba (Franchise). Dengan format usaha ini, para pemegang hak waralaba
(franchisor) memberi lisensi kepada pengelola setempat (franchisee) untuk
menggunakan merknya dalam hal produk, pelayanan, dan kebijakan terkait
lainnya selama jangka waktu tententu. Para franchisee dipasok dan dilengkapi oleh konsep usaha yang lengkap dan telah teruji bersama pengetahuan
teknis praktis lainnya yang sangat unik dan khas. Dengan begitu franchisee
mampu menghilangkan ketidakpastian dalam membangun usahanya. Contoh
industri waralaba : Kentucky Fried Chiken (KFC), McDonald, Pizza Express,
dsb.
f. Gender.
Menurut statistik, jumlah perempuan yang bekerja sendiri (berwirausaha)
meningkat tajam. Semula hanya ada 20% perempuan dari seluruh wirausahawan pada tahun 1991 menjadi 26% pada tahun 1994 (DFEE, 1996). Kegiatan
perempuan dalam berwirausaha ini dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi
dan sosial yang sangat kompleks dan bervariasi. Misalnya, perusahaan katering, penjahit, body shop, dll.
g. Usaha Berbasis Rumah dan Kriya.
Dalam industri jasa, kepariwisataan, dan hiburan, kelompok kreatif ini
menunjukkan segmen yang kecil, tetapi memiliki kekhasan yang sangat tinggi.
Jumlah yang sangat terbatas ini karena sifat usaha harus terpusat di rumah
penyedia pelayanan, bukan di lokasi pelanggan. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, ragam usaha baru berbasis rumah bermunculan, yaitu
pemasaran dan jual beli dengan dukungan internet (daring/online).
h. Usaha Patungan.
Usaha ini menunjukkan pengaturan usaha secara gabungan yang dilakukan
oleh perusahaan induk. Mereka memusatkan dan memfokuskan diri pada
usaha atau proyek atau kegiatan tertentu. Misalnya, perusahaan-perusahaan
konsorsium seperti Best Western, Consort, Virgin Collection, dan Pride of
Britain.
i. Gaya Hidup.
14
Para pemilik usaha ini tampaknya lebih menaruh perhatian pada upaya
mempertahankan hidup (survival of the existence), dan mengusahakan pemasukan yang cukup untuk menjamin bahwa usaha mereka mampu memberikan
tingkat penghasilan yang memuaskan bagi keluarganya. Contohnya, olah raga
dengan menawarkan bimbingan secara perorangan, paket kegiatan wisata
yang berhubungan dengan gaya hidup, rumah spa, dsb.
j. Usaha Kecil yang Mempekerjakan Diri Sendiri.
Usaha ini seringkali sangat bergantung pada bakat dan energi para pemiliknya.
Kurangnya keterampilan manajemen menyebabkan mereka cenderung mengabaikan peluang-peluang pasar, dan sebagai gantinya bahkan lebih memilih
untuk berdagang di jaringan pelanggan yang sudah stabil. Mereka berasumsi
bahwa pelanggan itu memberikan penghasilan yang pasti, rutin, dan memuaskan, dan tidak termotivasi untuk mendapatkan keuntungan dan teori perhitungan ekonomi. Dalam menjalankan usaha, mereka banyak menggunakan
pekerja dari lingkungan keluarga terdekat dengan asumsi tidak ada bayaran
yang mutlak. Contoh usaha ini, pemandu wisata, pemasok kerajinan, dsb.
k. Temporer atau Paruh Waktu.
Wirausahawan atau perusahaan memberlakukan praktek manajemen yang
mapan permanen dan berskala kecil. Kegiatan usaha ini sering tersembunyi
atau pasar gelap. Hal ini berkaitan erat dengan kemiskinan secara ekonomi,
bukan dengan kemakmuran. Misalnya muncul pada masa-masa puncak permintaan seperti musim wisata, tetapi melupakan ketika menyusutnya permintaan.
E. PENTINGNYA BERWIRAUSAHA
Berwirausaha itu penting :
1. Kebutuhan manusia bersifat tidak terbatas sementara kepemilikan barang dan
uang terbatas, sehingga tidak dapat memuaskan kehidupan dengan barang dan
uang yang dimilikinya.
2. Kehidupan manusia tidak berpangkal dan tidak berujung (tidak tahu kapan dila15
hirkan dan kapan mati), maka mulai mencari uang yang banyak kemudian
menghabiskannya.
Karena itu berwirausaha/bisnis bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan (needs & want).
Adapun usaha bisnis atau wirausaha itu adalah :
1. Memproduksi barang dan jasa.
2. Memproses bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi untuk digunakan
oleh perusahaan lain.
Usaha jasa bisa berbentuk : Bank, asuransi, biro perjalanan, usaha profesional
seperti konsultan, pengacara, notaris, hotel, rumah sakit, dsb.
Dengan perkembangan masyarakat maka akan terjadi persaingan bisnis.
Persaingan bisnis akan menimbulkan beberapa keuntungan seperti :
1. Harga bagi konsumen dapat lebih rendah karena produsen bekerja efisien sehingga dapat menekan atau menurunkan harga.
2. Berusaha meningkatkan pelayanan bagi konsumen/pelanggan.
3. Berusaha menciptakan barang baru dengan kualitas baik.
4. Menghilangkan pemborosan sumber daya.
F. JENIS-JENIS BISNIS/WIRAUSAHA
1. Pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan.
2. Pertambangan, penggalian
dll.
3. Industri pengolahan :
a. Migas : Kilang minyak
terhadap sumber
Kuratko (2002) dalam Wawan Dhewanto (2013:20) mendefinisikan intrapreneurship sebagai istilah yang digunakan untuk perusahaan berukuran sedang dan
besar yang memiliki sifat entrepreneurial. Sedangkan menurut Dess, Lumpkin &
McGee (1999) intrapreneurship dapat diartikan sebagai proses di mana seorang
individu atau grup menciptakan bisnis baru di dalam suatu perusahaan, revitalisasi dan memperbarui perusahaan, atau menciptakan sesuatu. Sedangkan Wawan Dhewanto sendiri menyebut istilah intrapreneurship sebagai kewirausahaan
korporasi.
Menurut Thornberry (2001) dalam Wawan Dhewanto (2013:22), tipe dari
kewirausahaan korporasi (corporate entrepreneurship) memiliki empat tipe, yaitu :
a. Corporate Venturing : Proses untuk memulai usaha baru yang berhubungan
dengan bisnis inti (core business) perusahaan;
b. Organizational Transformation : Fokus terdapat pada sifat entreprenial yang
melakukan penghematan dan peningkatan efisiensi operasional;
c. Intrapreneuring : Merupakan pengidentifikasian karyawan di dalam perusahaan yang memiliki bakat entreprenial;
d. Industry Rule Bending : Usaha yang dilakukan perusahaan untuk mengubah
paradigma dalam industri.
2. Entrepreneur : Tidak bekerja pada orang/pihak lain, tetapi pada usaha yang didirikan dan dikembangkan sendiri
17
3. Social Entrepreneur : Pelaku kegiatan sosial yang berwatak entrepreneur, misalnya yang bergerak di bidang :
a. Lembaga Sosial Masyarakat (LSM);
b. Pendidikan;
c. Kesehatan;
d. Lingkungan hidup;
e. Hukum;
18
f. Demokrasi;
g. Pemberdayaan masyarakat;
h. Kesenian;
i. Advokasi masyarakat, dll.
pemenang.
2. Bersahabat dengan ketidakpastian
tetapi hadapi dengan riset data dan intuisi wirausaha. Beradaptasilah dengan ketidakpastian.
3. Buka pikiran, pelajari hal-hal baru. Terjun menjadi wirausaha akan berada di
tikungan baru yang serba asing.
menjegal.
4. Persiapkan diri dengan baik
selalu me-
merlukan bantuan orang lain (orang tua, teman, pemasok, relasi bisnis lain) :
Senyum, ramah, enak dilihat dan antusias.
6. Kurangi resiko dengan dukungan data, informasi, dan kemampuan-kemampuan
teknis
mungkin muncul.
Sementara itu Sukmadi (2014:38-44), memberikan tip langkah memulai berwirausaha sebagai berikut :
1. Belajar Langsung secara Otodidak.
Dalam praktek, proses pembelajaran itu sangat bervariasi. Cara yang paling
mudah adalah dengan melihat proses pelaksanaan wirausaha :
a. Berbelanja di tempat usaha (warung, toko) yang menjajakan barang jualan;
19
20
21
Semakin kecil biaya bahan baku dan semakin tinggi biaya keterampilan yang
diterapkan untuk menambah nilai bahan mentah, semakin besar kemungkinan diperoleh laba atau keuntungan;
f. Penyelesaian produk atau proses. Perusahaan kecil hendaknya mencari produk atau proyek yang dapat ditangani dengan baik sesuai dengan kapasitas
finansial. Bahaya yang harus dihindari adalah mengeringnya aliran masuknya
uang (cashflow) jangan sampai kas mengering.
H. UNSUR-UNSUR KEWIRAUSAHAAN
Unsur-unsur kewirausahaan dapat digambarkan dalam matriks di bawah ini.
Unsur-unsur Kewirausahaan
No.
UNSUR
1.
Prakarsa
perubahan.
2.
Komitmen pada
karyawan.
3.
Pencarian sumber
daya kreatif.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
DESKRIPSI
Kemampuan mengidentifikasi peluang untuk suatu kreasi
atau inovasi, serta kemampuan untuk mewujdukannya.
Penerapan praktek manajemen yang tepat dan sistem
penghargaan yang dirancang untuk memastikan loyalitas
karyawan, mempertahankan karyawan, dan efisiensi.
Mengatur sumber daya secara cermat baik dalam bentuk
keuangan dan manajerial dari seperangkat sumber daya
yang kompleks agar mampu menggerakkan dan mewujudkan peluang.
Pembelajaran halhal yang bersifat Inovasi (penemuan hal baru) dan kreativitas.
kewirausahaan.
Inovasi dan krea- Pembaruan produk dan jasa dengan menambahkan nilai
tivitas.
melalui penerapan keahlian dan imajinasi.
Pengembangan sumber daya masnajemen informasi agar
Kepemimpinan
memiliki kemampuan menjadi penggerak pertama dan
dan pengetahuan.
formulasi serta penerapan strategi yang efektif.
Kewaspadaan ter- Perhatian yang terus-menerus terhadap kecenderungan
hadap peluang.
dan peluang yang muncul untuk ditarik dan diwujudkan.
Manajemen hu- Pemeliharaan tim-tim yang efektif, jaringan dan struktur
bungan.
manajemen yang fleksibel.
Manajemen resi- Evaluasi terhadap unsur-unsur resiko pribadi dan keko dan ketidak- uangan, keyakinan diri, dan faktor-faktor penentu keberpastian.
hasilan.
Penentuan waktu Bertindak dalam kerangka yang terbatas sehingga suatu
untuk bertindak.
peluang dapat dioptimalisasi.
Visi dan orientasi Formulasi ambisi-ambisi dan strategi untuk mewujudkanstrategis.
nya.
22
BAB II
BERPIKIR PERUBAHAN, KREATIF, DAN INOVATIF
A. PENGERTIAN PERUBAHAN
Setiap hari kita menyaksikan perubahan di dunia ini, misalnya :
1. Pohon menjadi besar, tetapi ada juga yang semakin kering kemudian mati.
2. Sungai yang airnya mengalir kecil kemudian membesar, banjir meluap, atau bisa
juga menjadi kering.
3. Manusia hidup, dari mulai dilahirkan bertambah umur menjadi anak, remaja,
dewasa, lansia, kemudian mati, dsb.
Dalam dunia usaha pun kita saksikan perubahan, misalnya :
1. Kamera yang asalnya menggunakan rol film yang terpisah dari kameranya,
sekarang pakai digital.
2. Hand Phone (Ponsel), yang asalnya hanya bisa dipakai komunikasi telepon
sekarang pakai kamera, bisa internetan, dan fiturnya kemudian dibuat untuk
bermacam keperluan.
3. Jalan-jalan raya yang asalnya lengang sekarang banyak dipenuhi warung, toko,
pedagang kaki lima (K-5), bahkan hotel dan restoran, dll.
Demikianlah, maka sudah menjadi hukum, di dunia ini tidak ada kepastian
kecuali perubahan. Itulah sebabnya di dunia usaha jangan sampai mati jika pengusaha tidak mengantisipasi perubahan :
1. Jangan sampai duduk enak-enak tanpa memperhatikan perubahan situasi ekonomi.
2. Terjadi perubahan tetapi tidak mampu melihatnya.
3. Punya mata tetapi tidak melihat, punya telinga tetapi tidak mendengar.
4. Orang berharta tetapi tidak berderma, dsb.
Maka perubahan pola pikir (mindset) perlu dilakukan untuk bisa mengikuti
perkembangan zaman dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Mindset adalah keseluruhan dari keyakinan yang kita miliki, nilai-nilai yang kita
anut, kriteria, harapan, sikap, kebiasaan, keputusan dan pendapat yang kita keluar23
kan dalam memandang diri kita sendiri, orang lain, dan kehidupan ini. Dengan
demikian mindset adalah semacam filter yang kita bangun untuk menafsirkan apa
saja yang kita lihat dan alami. (Rhenal Kasali, 2010:24).
Pola pikir memberi tahu bagaimana hidup harus dimainkan yang akhirnya akan
menentukan dalam kehidupan kita akan berhasil atau tidak. Contoh :
1. Kehidupan ini sangat keras, dan aku harus berjuang untuk sekedar hidup paspasan.
2. Aku punya kemampuan yang hebat, banyak orang yang ingin kerjasama
denganku.
3. Aku sudah cukup sukses. Harta warisan orang tua pun banyak dan takkan habis
sampai tujuh turunan.
4. Kita harus menghasilkan produk dan setiap saat harus ada inovasi, dll.
Demikianlah, maka kita harus memahami pola pikir masing-masing. Setelah itu
coba :
1. Keluar ke tingkat sadar apakah ada yang negatif yang harus kita buang? Jika
tidak, keyakinan negatif akan mengendalikan kita.
2. Jika Anda tidak mengetahui pola pikir Anda, Anda tidak dapat melakukan apa
pun terhadapnya.
3. Jika Anda tidak menyukai hasil-hasil yang Anda dapatkan selama ini, Anda harus
mengubah pola pikir Anda.
Apakah pola pikir bisa diubah? Bisa, sebab pola pikir merupakan hasil dari
sebuah proses pembelajaran (learning) yang karenanya bisa juga diubah (unlearning) dan dibentuk ulang (relearning). Memang ada yang mudah dan ada yang sulit
diubah, ada yang cepat dan ada yang memerlukan waktu lama. Ada yang bisa
diubah dengan kesadaran sendiri dan ada yang baru berubah setelah mengalami
peristiwa tertentu. Atau ada yang bisa diubah dengan bantuan para ahli misalnya
psikolog, ahli mindset transformasi, atau terapis NLP (Neuro Linguistik Program).
di daerah tandus.
2. Seorang yang berjiwa technopreneur yang dibesarkan di daerah tandus akan
tertantang untuk menciptakan sistem pengairan yang dapat meminimalisasi
sifat tandus tersebut dalam memaksimalkan penggunaan air.
3. Sebaliknya seorang technopreneur yang tinggal di daerah melimpah air akan
lebih mampu meningkatkan potensi airnya untuk dikembangkan menjadi
komersil.
Dengan demikian semua hambatan dapat ditanggulangi dengan pola pikir
produktif, yaitu : Semua hambatan bagi daerah tandus akan diubah menjadi
peluang untuk meminimalisasi ancaman, dan semua kekuatan di daerah subur akan
menjadi peluang untuk dikembangkan kesempatannya antara lain dikomersialisasikan.
McGraith & Mac Millan (Rhenald Kasali, 2010:18) mengemukakan tujuh karakter
dasar yang perlu dimiliki setiap calon wirausahawan sebagai berikut :
1. Action oriented, bukan wait and see. Jangan membiarkan sesuatu kesempatan
berlalu begitu saja.
2. Berpikir simpel, tidak ribet. Sekalipun dunia berubah menjadi sangat kompleks
wirausahawan harus mampu membuatnya sederhana.
3. Selalu mencari peluang-peluang baru. Mau belajar yang baru, serta membentuk
jaringan dari bawah dan menambah landscape atau scope usahanya.
4. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi. Bukan hanya awas memiliki mata yang
tajam dalam melihat peluang atau memiliki penciuman yang kuat terhadap
keberadaan peluang, tetapi bergerak ke arah itu. Peluang bukan hanya dicari
tetapi harus diciptakan, dibuka dan diperjelas. Investasi yang dilakukan pasti
menanggung resiko, maka wirausahawan harus disiplin yang tinggi.
5. Hanya mengambil peluang yang terbaik. Wirausahawan yang terlatih akan cepat
membaca peluang, tetapi wirausahawan sejati hanya akan mengambil peluang
yang terbaik. Ukuran terbaik adalah nilai ekonomis yang terkandung di dalamnya, masa depan yang lebih cerah, kemampuan menunjukkan prestasi, dan
perubahan yang dihasilkan. Semuanya dikaitkan dengan rasa suka terhadap ob-
26
27
teknis. Jangan lupa data dan informasi yang akurat akan menjadi sahabat dalam
mengcounter resiko yang mungkin muncul. Gali dan cermati data dan informasi
yang berhubungan dengan bidangnya.
Seorang
29
awal tahun 1980-an ada seorang mantan pegawai PT. Pertamina, yaitu Tirto Utomo,
melihat banyak orang asing yang tidak berani minum dari air keran (PDAM) di hotelhotel Indonesia, padahal di luar negeri yang namanya air minum keran bisa langsung diminum. Timbullah gagasan dan segera membangun usaha air layak minum
dalam kemasan, dan sasaran awalnya adalah orang-orang asing yang datang di
Indonesia. Kelak air mineral dalam kemasan itu dikenal sebagai Aqua. Kini berbagai
merk air minum dalam kemasan sangat banyak.
Newel, Shaw, dan Simon dalam penelitian ilmiah berjudul The Process of Creative Thinking (Rhenald Kasali, 2010 : 38), membagi kreativitas ke dalam tiga unsur,
yaitu melihat dengan sudut pandang (perspektif) yang baru, menemukan hubungan
baru, dan membentuk kombinasi daru dari obyek, konsep, atau fenomena.
Gagasan yang ideal dan bermanfaat adalah pikiran yang terarah pada invensi
(pengembangan gagasan), inovasi (mengubah gagasan menjadi produk), dan paten
(proteksi produk). Dengan paten, seorang wirausahawan dapat mencegah masuknya pendatang-pendatang baru secara ilegal dalam kurun waktu tertentu.
Pada tahapan penumbuhan ide, otak kanan yang paling berperan. Ingatkah
bahwa kadang kita mendapat ide tatkala sedang melamun atau saat melakukan
ritual privasi tertentu. Secara teoretis, timbulnya ide pada saat bersantai karena
telah melepaskan pengendalian otak kiri dan mengalihkannya pada otak kanan
sebagaimana penemuan berat jenis suatu benda oleh Archimides saat dia berendam di bak mandinya seorang diri, yang hasilnya kemudian dikenal sebagai hukum
Archimides.
Pemunculan ide sebagai jiwa dari kreativitas membutuhkan fokus pemikiran
konsentrasi. Dengan konsentrasi ini maka orang dapat cepat memilah dan memilih
mana informasi dan aktivitas yang mendukung ide kita dan mana yang tidak.
Rhenald Kasali memberikan contoh : Jika kita sedang merintis bisnis rumah makan
ikan bakar, maka hal-hal yang mendukung dan tidak mendukung misi kita, dapat
digambarkan sebagai berikut :
30
Gosip artis
Apa rencana perbaikan
hari ini
Money politik
PILKADA
Bagaimana Anda belajar
Resep memasak ikan yang
sedap dan sehat
Tidak mendukung
Ide/Misi Anda
Krisis politik di
Filipina
Mendukung
Ide/Misi Anda
Bagaimana belajar
Strategi meraih pelanggan
Potensial
Peringkat korupsi
Indonesia di dunia naik
tujuh poin
E. HAMBATAN KREATIVITAS
Banyak orang merasa tidak kreatif dan menyalahkan pekerjaannya tidak sesuai
dengan bakatnya. Ada juga yang menyalahkan keadaan yang tidak mendukung
untuk melakukan kreativitas. Atau mungkin juga menyalahkan Si Boss (pimpinan)
yang tidak memberikan ruang gerak bagi dirinya, dsb. Apa pun lasannya, orang yang
tidak kreatif selalu melakukan hal yang sama berulang-ulang dan cenderung menghindari resiko.
James L. Adams dalam bukunya Conceptual Blockbusting (1986) mengidentifikasi
hambatan kreativitas dalam bentuk klasifikasi sebagaimana matrik di bawah ini.
Hambatan Kreativitas
JENIS HAMBATAN
CONTOH
Hambatan Persepsi
Hambatan Emosi
Hambatan Kultural
Hambatan Lingkungan
Hambatan Intelektual
Fogler dan LeBlanc (2000) menambahkan satu faktor hambatan lagi berupa
hambatan ekspresif, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengkomunikasikan
gagasan, baik secara lisan maupun tertulis. Padahal gagasan ini penting dikemukakan. Kalaulah tidak pandai secara lisan, bisa juga dengan tulisan baik secara narator
maupun ilustrasi, bagan, atau dengan memanfaatkan bahasa tubuh untuk lebih
ekspresif.
Carol Kinsey Goman dalam bukunya Creativity in Business (2001) mengidentifikasi hambatan kreatifitas beserta pendorong untuk keluar dari hambatan tersebut
sebagai berikut :
Hambatan Kreativitas dan Pendorongnya
PENGHAMBAT KREATIVITAS
PENDORONG KREATIVITAS
Sikap negatif
Sikap positif
Melanggar aturan
Membuat asumsi
Stres yang berlebihan
Lakukan Perubahan
dengan
Memeriksa asumsi
Mampu menyalurkan stras
Takut gagal
32
34
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
INDIKATOR
Tertantang atas keadaan yang Tidak merasa puas dengan keadaan yang ada/
sudah ada (Challenges status- prestasi yang dicapai, selalu membuat perubahquo).
an, perbaikan, dan pengembangan.
Selalu ingin tahu dan mengeksploitasi lingkungan
Selalu ingin tahu
dan menginvestigasi kemungkinan-kemungkinan
baru.
Memiliki motivasi diri yang Tanggap terhadap kebutuhan dari dalam, selalu
tinggi (Self motivated).
proaktif dan menghargai setiap usaha.
Memiliki visi ke depan (Visio- Memiliki imajinasi yang tinggi dan pandangan
nary).
jauh ke depan.
Memunculkan ide-ide gila, memandang sesuatu
Penghibur menyenangkan
yang tidak mungkin menjadi mungkin,
orang lain (Entertains the
memimpikan dan mengkhayalkan sesuatu yang
fantastic).
besar.
Berani menghadapi resiko Berani mencoba dan menanggung kegagalan.
(Takes risk).
Selalu mengubah lingkungandan melakukan
Suka berkeliling/berkelana
perjalanan untuk memperoleh inspirasi yang
(Perifatetic).
segar.
Orang yang suka humor Memiliki ketertarikankepada yang
(Playful/humorous).
mengagumkan.
Sementara itu keinovasian adalah kemampuan menerapkan pemecahanpemecahan masalah secara kreatif dan menciptakan peluang untuk meningkatkan
atau memperkaya kehidupan manusia.
35
Inovasi selau
dinyatakan dalam bentuk solusi teknologi yang lebih baik diterima oleh masyarakat. Kebaruan merupakan konsekuensi dari implementasi atau praktek inovasi.
Jadi, parameter atau kunci dari inovasi adalah nilai tambah bagi pengguna.
2. Inovasi sebagai Perubahan. Dalam hal ini perubahan bisa dalam bentuk transformasi atau difusi yang berujung pada perubahan. Ditinjau dari dimensi waktu,
inovasi lebih menekankan pada obyek baru yang baru, namun sebenarnya lebih
menekankan pada proses baru yang dapat mengakibatkan obyek baru. Maksudnya, inovasi diawali dengan proses baru untuk menghasilkan obyek baru. Jadi,
inovasi mengacu pada transformasi untuk difusi dan akhirnya untuk mengubah
sesuatu.
3. Inovasi sebagai Keunggulan. Dengan inovasi berarti kita menciptakan keunggulan-keunggulan dalam bentuk yang baru. Bentuk inovasi itu bermacam-macam
seperti inovasi produk, proses, metode, teknologi, dan manajemen. Dalam konteks manajemen, inovasi mengacu pada penciptaan bentuk-bentuk keunggulan
baru, misalnya penggunaan tanda-tanda baru atau yang lebih menarik agar
keluar dari kejenuhan, atau merupakan realisasi menciptakan keunggulan.
Untuk menghasilkan nilai tambah, menurut Kotler dan Keller (2006) dalam
Suryana (2013:75-76), ada empat jenis cara berinovasi yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Dengan cara penemuan, yaitu mengkreasi suatu produk, jasa, atau proses yang
belum pernah dilakukan sebelumnya. Cara ini disebut revolusioner, misalnya
penemuan pesawat terbang oleh Wright bersaudara, telepon oleh Alexander
Graham Bell.
36
37
BAB III
KEWIRAUSAHAAN BIROKRASI, INTELEKTUAL, DAN SOSIAL
A. KEWIRAUSAHAAN BIROKRASI
Kita bicarakan istilah birokrasi dulu. Secara etimologis istilah birokrasi berasal dari
bahasa Yunani bureau yang artinya meja tulis atau tempat bekerjanya para
pejabat publik. Birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi untuk mencapai tugastugas administratif yang besar dengan cara mengkoordinasikan secara sistematis
pekerjaan dari orang banyak. (Wahyudi Kumorotomo, 1992:74). Kata birokrasi juga
bermakna suatu metode organisasi yang rasional dan efisien. (David Osborne & Ted
Gaebler, 1999:14).
Menurut S. Prajudi Atmosudirdjo (1996), birokrasi itu mempunyai tiga arti,
yaitu :
1. Birokrasi sebagai suatu tipe organisasi. Dalam hal ini birokrasi sangat cocok
untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang terikat pada peraturan-peraturan
rutin, artinya volume pekerjaan besar tetapi sejenis dan bersifat berulang-ulang,
serta pekerjaan yang memerlukan keadilan dan stabil.
2. Birokrasi sebagai sistem. Dalam hal ini birokrasi dipandang sebagai suatu sistem
kerja yang berdasar atas tata hubungan kerjasama antara jabatan-jabatan secara
formal dan berjiwa tanpa pilih kasih atau tanpa pandang bulu.
3. Birokrasi sebagai jiwa kerja. Dalam hal ini birokrasi merupakan jiwa kerja yang
kaku, sebab cara kerjanya seolah-olah seperti mesin, ditambah lagi dengan
disiplin kerja yang keras/ketat, dan sedikit pun tidak boleh menyimpang dari apa
yang diperintahkan atasan atau yang telah ditetapkan oleh aturan.
Birokrasi dalam praktek dijabarkan sebagai pejabat publik dan Pengawai Negeri
Sipil (PNS) atau sekarang Aparatur Sipil Negara (ASN). Dalam birokrasi publik,
kegiatan-kegiatan pemerintah selalu terikat pada ketentuan-ketentuan, peraturanperaturan, kendati jiwa yang terkandung di dalamnya sudah tidak sesuai lagi
dengan situasi dan kondisi sekarang yang sudah berubah. Birokrasi pun ternyata
lebih mengutamakan formalitas daripada kreativitas. Itulah sebabnya birokrasi
38
tidak berjalan secara efisien, lambat, dan tidak efektif. Faktor-faktor pekerjaan
yang lemah antara lain banyaknya meja yang harus dilalui dalam pelayanan publik,
prosedur yang bertele-tele, dsb. tersohor dengan istilah birokratis.
Demikianlah, maka para birokrat Indonesia hendaknya berani mengambil sikap
menjadi wirausahawan (entrepreneur), artinya harus mulai berpikir dan mempunai
visi seperti seorang pengusaha, atau menjadi birokrat entrepreneur. Birokrat
entrepreneur atau wirausaha birokrasi adalah birokrasi yang memberi ruang untuk
mengambil langkah-langkah cerdas dan strategis guna mempercepat pertumbuhan
dan sekaligus memperkokoh institusinya. Kata kunci dari semangat birokrasi yang
entrepreneur adalah bagaimana para pejabat negara/pegawai negeri dapat
menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan, dan membina
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan efektif dan efisien.
Efektif berarti berhasil guna, sedangkan efisien berarti tepat dalam mengerjakan
sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.
Dengan
39
Pemerintahan katalis memisahkan fungsi pemerintah sebagai pengarah (membuat kebijakan, aturan-aturan, dsb.) dengan fungsi sebagai pelaksana (penyampai jasa dan penegakkan). Juga menggunakan berbagai metode (kontrak, voucher, hadiah, insentif, pajak, dsb.) guna membantu organisasi publik mencapai
tujuannya, memilih metode yang paling sesuai demi efektivitas, efisiensi, persamaan, fleksibilitas, dan pertanggungjawaban.
Intinya :
a. Dominasi pemerintah dalam pelayanan publik harus diakhiri atau dikurangi;
b. Apa yang bisa dilakukan masyarakat, jangan dilakukan pemerintah;
c. Penyerahan sebagian wewenag pemerintah kepada masyarakat/sektor
swasta.
2. Pemerintahan Milik Masyarakat : Memberi wewenang tinimbang melayani.
Mengalihkan wewenang kontrol yang dimiliki pemerintah ke tangan masyarakat.
Dalam hal ini masyarakat diberdayakan sehingga mampu mengontrol pelayanan
yang diberikan oleh birokrasi. Dengan adanya kontrol masyarakat ini aparatur
negara/pemerintah (pejabat eksekutif, legislatif, maupun yudikatif) akan memiliki komitmen yang lebih baik dan peduli, serta lebih kreatif dalam memecahkan
masalah.
Intinya :
a. Berikan sepenuhnya kepada masyarakat otoritas serta kepercayaan agar mau
melayani dan mendorong dirinya sendiri (to help for self help);
b. Birokrasi harus menempatkan masyarakat di tengah-tengah (bersama-sama),
bukan diisolasikan dari dunia birokrasi;
c. Birokrasi harus memposisikan masyarakat bukan sebagai obyek, tetapi
sebagai subyek, sekaligus sebagai sumber informasi, tempat gagasan-gagasan
pembangunan.
3. Pemerintahan Kompetitif : Menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan.
Hal semacam ini mensyaratkan persaingan di antara para penyampai jasa atau
pelayanan (publik-swasta, swasta-swasta, publik-publik) untuk bersaing ber-
40
Keuntungan dari
Caranya dengan
mengukur kinerja lembaga-lembaga publik, menetapkan target, memberi imbalan (kompensasi) yang mencapai atau melebihi target, dan menggunakan anggar-
41
an untuk mengungkapkan tingkat kinerja yang diharapkan dalam bentuk besarnya anggaran.
Intinya :
a. Jadikan kinerja (bukan input atau semata proses) sebagai tolok ukur keberhasilan;
b. Membangun akuntabilitas pemerintahan;
c. Pemerintahan yang menekankan arti pentingnya efisiensi dan efektivitas.
6. Pemerintahan Berorientasi Pelanggan : Memenuhi kebutuhan pelanggan bukan
birokrasi.
Pemerintahan ini memperlakukan masyarakat yang dilayani sebagai pelanggan
(customers). Pemerintah melakukan survey pelanggan, menetapkan standar
pelayanan atau paling tidak SPM (Standar Pelayanan Minimal), memberi jaminan, dsb. Dengan hasil survey pemerintah meredesain organisasinya untuk
menyampaikan nilai maksimum kepada pelanggan. Keunggulan pemerintahan
ini adalah meningkatkan pertanggungjawaban kepada pelanggan, mendepolitisasi keputusan terhadap pilihan pemberi jasa, merangsang lebih banyak inovasi,
memberi lebih banyak pilihan kepada pelanggan, menekan pemborosan, dan
mendorong pelanggan membuat pilihan dan berkomitmen, serta menciptakan
lebih besar bagi keadilan.
Intinya :
a. Selalu mendengarkan suara/aspirasi masyarakat;
b. Misi pemerintahan harus menyuarakan kepentingan masyarakat;
c. Ke mana rakyat menunjuk, ke sanalah arah pemerintahan harus ditujukan.
7. Pemerintahan Wirausaha : Menghasilkan tinimbang membelanjakan.
Pemerintah berusaha memfokuskan energinya bukan sekedar untuk menghabiskan anggaran, tetapi lebih pada menghasilkan penerimaan. Pemerintah
meminta masyarakat yang dilayani untuk membayar (semacam retribusi),
menuntut return on investment. Pemerintah memanfaatkan insentif seperti
dana usaha, dana inovasi untuk mendorong para pimpinan lembaga pemerintah
berpikir mendapatkan dana operasional.
42
Intinya :
a. Pemerintahan sadar pendapatan/investasi;
b. Birokrasi harus dijalankan dalam perspektif investasi, bukan semata investasi
uang, tetapi juga investasi jangka panjang, yaitu pembangunan SDM.
8. Pemerintahan Antisipatif : Mencegah daripada mengobati.
Menunjuk pada pemerintah yang berpikir ke depan, dengan mencegah timbulnya masalah daripada menghilangkan masalah.
43
Pemerintahan demikian sering memanfaatkan struktur pasar swasta untuk memecahkan masalah daripada menggunakan mekanisme administratif, seperti
menyampaikan pelayanan atau perintah dan kontrol dengan memanfaatkan
peraturan.
pajak), yang dengan cara itu organisasi swasta atau anggota masyarakat akan
berperilaku yang mengarah pada pemecahan masalah sosial.
Intinya :
a. Ubah cara kerja birokrasi dari pendekatan program menuju pendekatan pasar,
dari pendekatan instruktif menuju pendekatan insentif;
b. Program : Cenderung berjalan kaku karena sifatnya hanya menjalankan
sesuatu yang telah ditetapkan dan monopolistik;
c. Mekanisme Pasar : Menciptakan insentif yang menggerakkan orang membuat
keputusan sendiri secara tepat dan kompetitif, cenderung responsif terhadap
perubahan.
David Osborne bersama Peter Plastrik dalam buku mereka Banishing
Bureaucracy (1997) melanjutkan implementasi wirausaha birokrasi tersebut di atas
dengan lima strategi untuk menjalankan Reinventing Government, yaitu :
1. Strategi Inti :
Merumuskan kembali kejelasan tujuan sebuah organisasi birokrasi, yang intinya :
a. Singkirkan fungsi-fungsi birokrasi dari fungsi yang tidak relevan dengan fungsi
pokok pemerintah;
b. Fungsi pokok pemerintah adalah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
mendorong masyarakat menjalankan sendiri urusannya. (Steering rather than
rowing; empowering rather than serving);
c. Lakukan pemilihan untuk memisahkan fungsi yang secara fundamental
memiliki tujuan ke dalam organisasi yang berbeda.
1) Pisahkan organisasi yang memiliki fungsi membuat kebijakan atau aturan
dengan organisasi yang memiliki fungsi melayani;
2) Bedakan organisasi perencana dengan organisasi pelaksana.
2. Strategi Konsekuensi :
44
45
46
dan level public official. Pada level pertama organisasi birokrasi pemerintahan
harus berubah ke dalam bentuk yang lebih mandiri (entrepreneurial), sedangkan
pada level kedua pegawai birokrasi dan departemen/kementerian harus berubah
menjadi lebih mandiri.
Kewirausahaan sebagai karakteristik dari organisasi masyarakat dan pegawai
birokrasi dapat dihubungkan dengan peran sosiologis. Fungsi-fungsi kewirausahaan
birokrasi tersebut merupakan kerangka kerja bagi para birokrat. Pada pelayanan
publik skala mikro, hasilnya adalah dalam peningkatan pelayanan yang lebih
berorientasi pada klien, profesionalitas, dan peningkatan produktivitas organisasi
publik. Pemerintahan wirausaha adalah pemerintah yang mampu menghadirkan
kebijakan berorientasi pada warga negara dengan penekanan utama pada bagaimana berpikir strategis, tidak sekedar menghasilkan ide-ide cemerlang, tetapi juga
kemampuan untuk mewujudkan ide-ide tersebut. Untuk menjadikan entrepreneurship sebagai budaya, cara berpikir dan sistem pemerintahan daerah membutuhkan
suatu upaya yang sitematis, strategis, namun jaringan birokrasi sulit dilakukan
karena potensi sumber daya manusia dan potensi daerah juga perlu waktu untuk
menjadikan birokrat berjiwa entrepreneurship.
Dalam rangka membentuk kemandirian pemerintah pada seluruh aspek yang
sekaligus dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka pemerintah perlu memiliki semangat atau jiwa kewirausahaan. Kendati organisasi publik
(pemerintah) bersifat nirlaba yang berbeda dengan organisasi sektor privat yang
mencari laba, tetapi penerapan cara kerja atau manajemen wirausaha peru juga
diterapkan. Maka karakteristik kewirausahaan dalam birokrasi pun perlu mengikuti
karakteristik entrepreneur seperti dikemukakan oleh Burch (1986:28-29) :
1. Dorongan berprestasi, artinya bawa semua entrepreneur yang berhasil memiliki
keinginan besar untuk mencapai suatu prestasi.
2. Bekerja keras, artinya bahwa sebagian besar entrepreneur mabuk kerja demi
sararan yang ingin dicapai.
3. Memperhatikan kualitas, artinya bahwa entrepreneur harus menangani dan
mengawasi sendiri kerjanya sampai mandiri, sebelum memulai usaha lainnya.
47
B. KEWIRAUSAHAAN INTELEKTUAL
Perubahan kelembagaan tidak hanya dari proposisi yang berkelanjutan, melainkan
membutuhkan lebih dari ide-ide yang baik dan program yang inovatif. Kewirausahaan intelektual menyediakan landasan filosofis intelektual otentik yang mampu
mempertahankan pendidikan kewirausahaan secara lintas kampus. Kewirausahaan
intelektual bertujuan mendidik dan memelihara warga kampus seluruh perguruan
tinggi, dengan memanfaatkan aset pengetahuan yang terkandung di dalam tembok
universitas, untuk memberdayakan civitas akademika dan mahasiswa untuk menjadi agen perubahan (agent of changes). (Cherwitz dan Hartelius, 2007) dalam Sukmadi (2014:77).
Kewirausahaan intelektual adalah filosofi dan visi pendidikan yang memandang
akademisi sebagai inovator dan agen perubahan. Hal ini berfokus pada penciptaan
lintas disiplin ilmu dan kolaborasi multi kelembagaan yang dirancang untuk meng48
hasilkan kemajuan intelektual yang dapat memberi solusi nyata untuk kebutuhan
masyarakat. Kewirausahaan intelektual adalah keterlibatan akademis untuk mengubah tujuan hidup. Inilah yang menjadi salah satu alasan perguruan-perguruan
tinggi di Singapura, Malaysia, Australia, Amerika Serikat, dan Inggris memiliki kecenderungan yang cukup signifikan untuk menuju era baru, yaitu menjadikan entrepreneuship sebagai mata kuliah wajib. Hal ini pula yang menyebabkan pertumbuhan sektor UMKM di negara-negara tersebut tinggi, bisa mencapai 10 20 % dari
para lulusannya. Kenyataan ini tentu saja sangat membantu program pemerintah
dalam rangka menciptakan lapangan kerja yang tinggi di sektor swasta. (Hendro,
2011:12).
Sebenarnyalah kewirausahaan di perguruan tinggi bukan sekedar tren, melainkan sudah menjadi kebutuhan. Sudah saatnya kewirausahaan dikembangkan secara
lebih terstruktur di dalam sistem akademik di perguruan tinggi agar lulusannya tidak
hanya mencari pekerjaan, tetapi menciptakan lapangan pekerjaan.
Di dalam
Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan pun menurut Togar Simatupang, pengajar Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Bandung (Hendro, 2011:13) disebutkan
universitas harus mendorong kewirausahaan.
Dengan demikian kewirausahaan intelektual memperlebar misi perguruan tinggi
dari memajukan batas pengetahuan dan mempersiapkan pemimpin masa depan,
juga sebagai mesin pembangunan ekonomi dan sosial. Dalam proses ini peranan
dosen dan mahasiswa berkembang dari provokator intelektual menjadi pengusaha intelektual. Di sini tercakup kesiapan untuk mencari peluang, melakukan
tanggung jawab kehidupan masing-masing, dan mentoleransi ketidakpastian yang
datang dengan memulai inovasi.
Kewirausahaan intelektual didasarkan pada keyakinan bahwa kecerdasan tidak
terbatas pada akademi, atau identik dengan bisnis, melainkan suatu proses budaya
inovasi. Sementara penciptaan kekayaan materi adalah salah satu ekspresi kewirausahaan, yang pada tingkat yang lebih mendalam adalah sikap untuk melibatkan
dunia. Demikianlah, intelektual pengusaha (wirausaha) perguruan tinggi mampu
mengambil resiko dan menangkap peluang, menemukan dan membuat pengetahu-
49
Kolaborasi
Karenanya diperlukan
50
lebih dari hanya sekedar tanda peringatan sesuatu dapat menjadi lebih besar jika
dapat dikerjakan secara terintegrasi melalui berbagai macam kontribusi pemikiran
yang dapat menciptakan sesuatu yang lebih baik.
Kewirausahaan intelektual memahami bahwa gagasan dan kreativitas dapat
dibangkitkan melalui orang-orang dan jaringan yang dilihat sebagai sumber utama
dalam melakukan pekerjaan. Gagasan dimaksud merupakan komoditas utama
dalam institusi pendidikan sehingga orang-orang yang berada dalam lingkungan
tersebut dapat berkolaborasi dan menghasilkan pemikiran yang terpadu sehingga
memungkinkan terjadinya sinergitas.
Seorang pengusaha intelektual biasanya pendatang baru di dunia bisnis atau
setidaknya memiliki pengalaman yang luas di luar komunitas bisnis. Dengan kata
lain kewirausahaan intelektual tidak bisa menjadi produk dari internal pengembangan bisnis. Menjadi pendatang baru berarti setidaknya ada dua hal. Pertama,
tidak begitu banyak dibatasi dengan tradisi yang ada dan dalam prakteknya lebih
mudah untuk melanggar aturan yang ditetapkan jauh sebelum gabung di bisnis dan
dalam banyak kasus yang tidak diketahui. Kedua, pengusaha intelektual membawa
serta kekayaan dan seluruh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikembangkan di luar dunia bisnis. Dalam bisnis intelektual terdapat perbedaan dengan bisnis
yang tradisional. Perbandingan sifat masalah bisnis tradisional dan intelektual dapat
dilihat dalam matrik berikut ini.
Perbandingan Sifat Masalah Bisnis Tradisional dan Intelektual
dalam Kewirausahaan
KARAKTERISTIK UTAMA
KEWIRAUSAHAAN
KEWIRAUSAHAAN
DALAM BISNIS
TRADISIONAL
INTELEKTUAL
Jenis Manajemen
Reaktif
Proaktif
Jenis Masalah
Khas, mengulangi
Unik
Motivator Utama
Laba
Jenis Pilihan
Struktur Masalah
Sumber : Sukmadi (2014:83).
51
Holistik
Tidak diketahui, rumit
C. KEWIRAUSAHAAN SOSIAL
1. Pengertian Kewirausahaan Sosial.
Kewirausahaan sosial (Social Entrepreneur) adalah seseorang yang mengerti
permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurshipnya untuk
melakukan perubahan sosial (social changes), yang meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan dari kinerja keuangannya (keuntungan atau
pendapatan), maka social entrepreneurs keberhasilannya diukur dari manfaat
yang dirasakan oleh masyarakat. Jadi, kewirausahaan sosial adalah seseorang
52
53
Beberapa karakteristik kewirausahaan sosial dikemukakan oleh para ahli, di antaranya (Sukmadi 2014:90-91) :
a. Lynn Barendsen dan Howard Gardeber : Para pemimpin (wirausahawan sosial)
sadar akan kewajibannya, dan memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal
yang sifatnya positif.
b. Gillian : Hanya keterampilan saja tidak membuat wirausahawan dapat dikatakan sebagai wirausahawan sosial. Wirausahawan sosial memerlukan persimpangan virtuousness, kesempatan sosial, pengakuan, dapat menghakimi,
bersifat toleransi, dan inovasi.
c. Thomson : Orang-orang dengan sikap pengusaha bisnis tetapi beroperasi di
masyarakat dan bertindak sebagai pengasuh masyarakat, bukan sebagai
pengusaha yang dengan mudah menghasilkan uang.
Dalam prakteknya sangat bergantung pada bagaimana isi dari gagasan yang
ditawarkan oleh para wirausaha sosial dimaksud, apakah dapat diterima oleh
masyarakat atau tidak. Intinya harus memiliki misi sosial di dalamnya untuk
membuat masyarakat terbebas dari permasalahan yang terjadi. Implementasi
gagasan dimaksud pasti akan menghadapi banyak permasalahan, karenanya
wirausahawan sosial harus mampu mengelola resiko (risk management) agar
dapat menuntaskan apa yang menjadi gagasannya itu. Kemampuan mengelola
resiko ini sangat penting agar dapat memastikan bahwa program yang ditawarkan berjalan secara mulus dan berkelanjutan.
4. Manfaat Kewirausahaan Sosial.
Manfaat utama dari kewirausahaan sosial adalah mengurangi jumlah pengangguran yang semakin meningkat. Makin banyak wirausahawan sosial maka akan
makin banyak pula lapangan kerja yang tersedia. Biasanya usaha-usaha baru
muncul dari tingkat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), kemudian
tumbuh dan berkembang menjadi usaha dalam skala yang lebih besar. UMKM
ini akan menyerap tenaga kerja tak terdidik di kalangan masyarakat menengah
ke bawah, sehingga mengurangi tingkat pengangguran. Dengan berkurangnya
pengangguran, sekaligus akan meningkatkan daya beli masyarakat. Daya beli
55
masyarakat yang terdorong naik juga akan turut meningkatkan konsumsi dalam
negeri dan pada akhirnya akan memajukan industri dalam negeri yang jeli
melihat peluang pasar. Hal ini akan mendorong pula perekonomian Indonesia ke
arah yang lebih baik.
5. Pengembangan Kompetensi Kewirausahaan Sosial.
Cabang kewirausahaan sosial berinduk pada bidang yang lebih luas, yaitu kewirausahaan. Kewirausahaan dikembangkan dengan menggunakan data empiris dari
dunia bisnis. Sejumlah upaya pengembangan wirausaha bisnis dapat menjadi
acuan untuk pengembangan wirausaha sosial. Di bawah ini digambarkan model
yang dapat dipertimbangkan untuk pengembangan kompetensi kewirausahaan.
Sumber Pembelajaran Wirausaha
Aktif
Mencoba
(Pengalaman)
Belajar dari
Sumber
Formal
Belajar dari
Pihak Lain
(Jejaring)
Kompetensi
Sumber : Sukmadi (2014:92).
Para ahli pengembangan kewirausahaan mengatakan bahwa untuk terciptanya wirausahawan profesional, akan lebih cepat dan baik jika ketiga sumber
pembelajaran dimanfaatkan, yaitu aktif mencoba, belajar dari pihak lain (jejaring
sosial), dan belajar dari sumber formal. Jadi tidak cukup hanya mengandalkan
pada bakat saja.
Adanya partisipasi perusahaan melalui program tanggung jawab sosial (CSR =
Corporate Social Responsibility) akan mempercepat pemecahan masalah sosial
yang mengalami kemandegan. Contohnya pengembangan kewirausahaan sosial
Kelompok Tani Wanita Menur di Desa Wareng Gunungkidul DIY yang telah dire56
ngun perekonomian bangsa. Seorang wirausahawan sosial haruslah mementingkan kemakmuran masyarakat tinimbang mementingkan laba, walaupun mengejar profit juga penting. Hal ini sah-sah saja asal tujuan utama dari kewirausahaan
sosial tidak menjadi kabur.
Di Tahun 2009, para ekonom memperkirakan akan terjadi peningkatan
pengangguran secara besar-besaran sebagai akibat dari krisis finansial di tahun
sebelumnya. Di AS saja jumlah pengangguran meningkat sebesar tujuh prosen,
dan sektor yang menghasilkan banyak pengangguran adalah sektor industri
tekstil. Sementara di Indonesia kayaknya di segala sektor. Fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran dan tuntutan buruh untuk peningkatan
upah termasuk Upah Minimum Regional (UMR), kiranya harus dijadikan momen
untuk memulai menggerakkan kewirausahaan sosial ini.
Para wirausahawan
sosial diharapkan mampu melihat peluang dalam krisis yang terjadi yang diyakini
akan dapat mengurangi jumlah pengangguran.
8. Kewirausahaan Bisnis dan Kewirausahaan Sosial.
Jika anda seorang karyawan (bekerja pada suatu perusahaan), mungkin kendati
sudah kerja ekstra keras tetapi perusahaan tempat kerja dirasakan tidak memberikan balasan (kompensasi) yang memadai. Atau jika anda seorang wirausahawan, kemungkinan juga sudah bekerja maksimal tetapi keuntungan yang didapat
dirasakan tidak cukup. Kondisi demikian sangat mungkin dialami jika tempat
kerja atau perusahaan anda termasuk perusahaan yang tujuannya memaksimalkan keuntungan, atau dalam bahasa Inggris disebut Profit Maxi-mizing Business
(PMBs). Keuntungan yang menjadi dambaan karyawan dan perusahaan dirasa
tidak pernah cukup.
PMBs menjadikan pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth)
sebagai justifikasi untuk menaikkan target setiap tahunnya. Mencari keuntungan
lebih dengan meningkatkan target memang tidak salah, jika tidak mengorbankan
kepentingan yang lebih luas dan abadi, yaitu kesempatan beramal baik yang
diridloi Alloh Swt. Bacalah QS, 46:15 : Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
58
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridloi;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku .
Keuntungan yang sifatnya duniawi yang kita kejar tidak akan ada habisnya,
dan tidak akan pernah merasa cukup. Baca juga hadits Nabi Barang siapa yang
akhirat menjadi harapannya, Alloh akan menjadikan rasa cukup di dalam hatinya
serta mempersatukan (mempermudah) urusannya, dan dunia akan datang
kepadanya dalam keadaan patuh. Tetapi barang siapa yang dunia menjadi
harapannya, Alloh akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya serta
menceraiberaikan urusannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali
sekedar apa yang telah ditetapkan baginya. (H.R. At-Tirmidzi).
Ironisnya, justru di negara-negara Barat yang sudah maju dan tidak mengenal
Hadits maupun Quran, tumbuh menjamur bisnis-bisnis yang tidak mengejar
keuntungan materi duniawi semata. Bisnis semacam ini dikenal dengan Social
Business atau Social Entrepreneuship. Sederhananya, sosial bisnis adalah usahausaha menciptakan produk barang dan jasa untuk memaksimalkan manfaat
sosial. Produk barang dan jasa yang dihasilkan sosial bisnis dimaksud dijual
kepada masyarakat sebagaimana umumnya, namun penjualan ini bukan untuk
mengejar keuntungan melainkan untuk cost recovery agar produk tersebut dapat
dicreate ulang untuk dapat memberi manfaat secara maksimal kepada anggota
masyarakat lainnya. Sebaliknya jika usaha-usaha itu tidak dapat menghasilkan
cost recovery yang memadai dan berkelanjutan sehingga bergantung pada
subsidi atau donasi dari orang/pihak lain, maka usaha ini tidak bisa disebut
sebagai sosial bisnis, melainkan hanyalah lembaga sosial (charity) biasa.
Untuk dapat menghasilkan sosial bisnis yang sukses dibutuhkan kewirausahaan sosial dari para pelakunya. Kewirausahaan sosial ini adalah kemampuan
untuk mengenal potensi masalah-masalah sosial, kemudian mengorganisasikannya, menciptakan, dan mengelola sosial bisnis yang secara berkelanjutan dapat
mengatasi masalah-masalah sosial dimaksud.
Contoh masalah-masalah sosial yang membutuhkan kewirausahaan sosial :
a. Penduduk miskin perkotaan seperti Jakarta, justru membayar kebutuhan po-
59
koknya seperti air bersih dengan harga yang lebih mahal dari orang-orang
kaya;
b. Orang-orang kaya hidup di rumah-rumah yang luas dan memiliki sumber
arinya sendiri, dengan menyedot langsung air dari perut bumi gratis.
Kalaupun harus berlangganan air PAM, harganya relatif rendah karena
distribution costnya murah;
c. Masyarakat miskin hidup berhimpitan di rumah-rumah sempit di daerah
rawan air dan kena gusur. Instalasi atau jaringan air PAM kalaupun ada lebih
sering tidak mencukupi. Akibatnya mereka harus membeli air untuk kebutuhan sehari-hari, dan berarti distribution costnya mahal karena harus
didatangkan truck tangki ataupun dengan gerobak air yang didorong manusia.
Kewirausahaan sosial tersusun atas tiga aspek, yaitu voluntary sector yang
bersifat sukarela, public sector yang menyangkut kepentingan masyarakat, dan
private sector adalah unsur pribadi atau individual yang bersangkutan, dapat
termasuk unsur kepentingan profit.
Tiga Aspek Kewirausahaan Sosial
Public
Sector
Private
Sector
Voluntary
Sector
61
usahaan. Tujuan perusahaan yang selama ini mengejar keuntungan sebesarbesarnya dengan modal sekecil-kecilnya, agar lebih peduli terhadap tanggung
jawab sosial, bukan semata sebagai social marketing tetapi lebih dari itu, sebagai
pemberdayaan komunitas. Semenjak lengser dari Microsoft Corp. dia fokus
dalam bidang sosial dengan mendirikan Bill & Melinda Foundation, yang kerjanya
mendarmabaktikan pada kehidupan buat kaum miskin di seantero dunia.
Jika menurut Abraham Maslow puncak dari hierarki hidup manusia adalah
aktualisasi diri, maka Bill Gates saat ini sedang mencapai puncaknya, dan peran
di bidang sosial kemasyarakatan menjadi landasannya. Demikian juga yang
terjadi dengan Muhammad Yunus di Bangladesh dengan mendirikan Grameen
Bank untuk kaum miskin.
Kebanyakan wirausahawan yang sukses adalah mereka yang memiliki
ketertarikan dan menikmati bidang tersebut sebagai hobi (avocation). Ketika
mengerjakannya dengan serius sebagai pekerjaan pokoknya (vocation), maka
lengkaplah menjadikan mereka wirausahawan yang berhasil.
Pepatah yang
pernah diungkapkan oleh filosof Cina Kong Fu Tse (Kong Hu Cu) yaitu, Jika Anda
ingin bahagia seumur hidup, cintailah pekerjaan Anda atau dengan perkataan
lain, Temukanlah pekerjaan yang anda cintai, maka anda tidak perlu bekerja
sehari pun dalam hidup anda. Tidaklah berlebihan kiranya di mata wirausahawan sosial, bahwa pekerjaan (vocation) adalah kegemaran atau hobi (avocation).
10. Tinjauan Khusus Kewirausahaan Sosial.
a. Kewirausahaan Sosial sebagai Solusi.
David Bornstein dalam bukunya How to Change the World : Social Entrepreneur and the Power of New Ideas (2004), menyebutkan bahwa para
wirausahawan sosial senantiasa mampu menangkap peluang dan sumber
daya pada saat orang lain mungkin hanya mampu melihat eksisnya sebuah
permasalahan. Ibarat seekor burung yang terbang tinggi di angkasa, melihat
permasalahan itu dari ketinggian hanyalah sebagai titik hitam kecil, sehingga
untuk meyakinkannya harus menukik turun melihat solusi dari setiap permasalahan. Kewirausahaan sosial menjadikan masyarakat sebagai bagian terpen62
63
gram yang dirintisnya. Obsesi ini akan mengantarkan seorang wirausahawan sosial memiliki kekuatan untuk terus bertahan dari banyaknya tantangan dan hambatan dalam program-program yang dibuatnya.
4) Care (Peduli). Wirausahawan sosial sejati lebih banyak membuang waktunya di masyarakat dengan melihat langsung realitas sosial dan berempati,
aksi konkrit dengan mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat. Kepedulian adalah bagian dari kepribadian dan karakter seorang wirausahawan
sosial.
5) Audience (Masyarakat). Masyarakat yang baik adalah yang menghargai
proses perubahan yang terjadi. Lahan pekerjaan yang ada di masyarakat
tidak lain adalah sarana untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan
diri. Seorang wirausahawan sosial dituntut untuk membuat program yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6) Totality (Totalitas).
Sebagai
64
65
BAB IV
BENTUK KEPEMILIKAN BISNIS
67
Campur tangan
: Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasi oleh negara.
: Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional. (Amandemen ke 4).
68
sewa kamar untuk hotel-hotel, penetapan harga minyak mentah bagi negaranegara yang bergabung dalam OPEC, dsb.
d. Kartel Kalkulasi, yang menetapkan harga-harga pokok;
e. Kartel/Sindikat Pembelian, yang menetapkan aturan-aturan tentang pembelian;
f. Kartel/Sindikat Penjualan, menetapkan segala penjualan hasil produksi yang
harus dilaksanakan oleh sindikat;
g. Kartel Produksi, yang menetapkan jatah produksi untu para anggota. Jika
produksi berlebih dikenakan denda, tetapi jika kurang diberi subsidi.
Tujuannya untuk membatasi kemungkinan over produksi (produksi berlebih).
Keuntungan dari kartel adalah :
a. Harga dapat dikuasai dan stabil;
b. Keuntungan dapat terjamin;
c. Perusahaan masih bebar berdiri sendiri.
Kelemahannya adalah jika tidak diatur dalam perundang-undangan, bentuk
kartel ini bisa menjurus ke monopoli yang akan merugikan masyarakat.
Kelemahan lainnya perusahaan itu terikat, tidak bebas lagi menaikkan atau
menurunkan harga.
2. Pool, biasanya pada perusahaan angkutan untuk menentukan tarif-tarif trayek,
dikenal ada traffic pool dan money pool. Traffic pool adalah pemberian jumlah
muatan kepada anggota dalam setahun. Anggota yang lebih banyak memperoleh penumpang dari yang telah ditetapkan, harus menyerahkan pendapatannya kepada anggota yang kurang. Sedangkan pada money pool semua anggota harus menyerahkan seluruh pendapatannya kepada pool, kemudian dibagibagi menurut perbandingan tertentu.
3. Trust, yaitu penggabungan perusahaan yang tadinya berdiri sendiri menjadi satu
fusi, baik dipandang dari sudut ekonomi maupun hukum. Pengabungannya
dapat dengan cara :
a. Datar (horizontal), misalnya industri sejenis digabungkan menjadi satu industri
71
besar;
b. Tegak (vertikal), perusahaan dalam kolom-kolom perusahaan digabung
menjadi satu;
c. Sejajar, misalnya usaha perdagangan beberapa jenis barang digabungkan.
Tujuan didirikannya trust adalah agar kerja lebih efisien dan meningkatkan
posisi perusahaan dalam dunia persaingan. Keuntungan dari trust misalnya :
a. Perusahaan yang berjalan kurang efisien dapat ditutup;
b. Daerah operasinya lebih luas;
c. Dapat mengangkat pimpinan yang lebih cakap dan manajer profesional yang
mampu menerapkan teknologi mutakhir;
d. Perusahaan akan betul-betul berjalan efisien tinggi dan rasional.
4. Holding Company, yaitu perusahaan sentral (induk) yang memiliki sebagian besar
saham-saham dari perusahaan lain sehingga memiliki suara mayoritas. Namun
perusahaan-perusahaan lain itu secara yuridis tetap berdiri sendiri, hanya secara
ekonomis dikuasai oleh perusahaan induk tadi. Alasan pembentukan holding
company adalah untuk pembagian resiko dan mempererat kerjasama antar
perusahaan yang dikuasai dan menyamakan deviden.
Sekarang ini bentuk holding company banyak disukai para pengusaha besar
atau konglomerat. Satu perusahaan induk holding company bisa mempunyai
puluhan bahkan ratusan perusahaan di bawah kekuasaannya. Ini dapat terjadi
karena perusahaan induk mendirikan perusahaan baru atau mengakuisisi
perusahaan lain.
Tugas holding
dalam hal ini tidak kaku dan disiplin tinggi, tetapi tetap memberi kebebasan dan
keluwesan kepada anak-anak perusahaan. Holding hanya memberi arah kebijak-
72
an, mencari dan memberi sumber dana guna mengembangkan Strategic Business
Unit (SBU). Wewenang holding tidak mencampuri operasional SBU, agar tidak
menciptakan sistem birokrasi usaha.
Holding company dapat dibentuk dengan berbagai cara, seperti :
a. Akuisisi, yaitu satu perusahaan mengambil alih dengan membeli perusahaan
lain yang sudah lama berdiri. Akuisisi ini akan lebih memperlancar jalannya
usaha karena perusahaan lama sudah jalan, memiliki sumber bahan baku,
pasar, dsb.
b. Menyerahkan kepemilikan perusahaan kepada satu perusahaan;
c. Melepaskan unit usaha menjadi perusahaan baru yang berdiri sendiri;
d. Mendirikan perusahaan baru. Hal ini dimungkinkan karena demikian besarnya modal yang ada perusahaan holding, maka holding tersebut bisa mendirikan perusahaan baru.
5. Corner & Ring. Corner jika seorang, dan Ring jika beberapa orang membeli dan
menahan sebagian besar dari persediaan barang tertentu, kemudian mengurangkan penawaran sehingga harga naik dan memperoleh laba besar.
Jelaslah
tujuannya spekulasi.
6. Concern, yaitu penggabungan beberapa perusahaan yang menurut hukum tetap
merdeka menjadi satu kesatuan dipandang dari aspek taknis tata usaha
perdagangan atau keuntungan. Contohnya, sebuah bank atau seorang kaya
membeli sebagian besar saham-saham dari beberapa buah perusahaan untuk
menguasainya.
7. Joint Venture, artinya berusaha bersama-sama. Menurut ekonomi perusahaan
joint venture adalah suatu bentuk gabungan antara dua pihak atau lebih dengan
mengumpulkan modal untuk mendirikan badan usaha dengan perjanjian
tertentu.
corporation. Di era globalisasi abad ke-21 ini, suasana ekonomi global melanda
seluruh dunia, seakan-akan tidak ada lagi batas-batas negara.
Perusahaan
dengan mudah mengalihkan investasinya ke negara lain yang memberi kemudahan dari segi pajak, optimisme dalam hal pemasaran, bahan baku, tenaga
73
kerja, dsb. Salah satu pihak bisa berasal dari pemerintah dan lainnya dari swasta,
atau mungkin juga semuanya swasta, yaitu dari dalam dan luar negeri.
Tujuan dari penggabungan joint venture ini adalah :
a. Bagi perusahaan sejenis, mereka berusaha untuk mengatur persaingan agar
dapat lebih menyesuaikan penawaran dengan permintaan konsumen;
b. Berusaha menghemat biaya produksi dan pelunasan agar dapat memperoleh
harga pokok rendah;
c. Jika gabungan ini telah menguasai pasar dan tidak ada persaingan lagi, tujuan
akhirnya adalah monopoli.
Adapun motivasi suatu negara atau perusahaan untuk joint venture dengan
negara atau perusahaan lain adalah untuk :
a. Meningkatkan modal dengan cara penambahan mesin-mesin peralatan dalam
proses produksi;
b. Memperoleh teknologi dalam proses produksi dengan tenaga ahli yang
terdidik dan terampil;
c. Pengembngan pusat untuk meningkatkan hasil produksi.
8. Production Sharing, yaitu suatu bentuk kerjasama atau gabungan badan usaha
yang mengatur pembagian hasil. Perbedaannya dengan joint venture adalah :
Dalam joint venture tujuan penggabungan untuk mendirikan badan usaha (BU),
sedangkan dalam production sharing adalah gabungan badan-badan usaha yang
sudah ada untuk kerjasama dengan bagi hasil. Misalnya, usaha bagi hasil antara
Pertamina dengan Caltex dan Shell dalam pertambangan minyak di Pekanbaru
dan Plaju.
9. Kontrak Karya, yaitu gabungan antara dua pihak dalam melakukan suatu
perusahaan, tetapi salah satu pihak tidak secara langsung bekerjasama dengan
pihak lain, dalam menangani dan menjalankan sesuatu badan usaha dan
perusahaan. Biasanya pihak pertama adalah pemerintah suatu negara yang
memberikan konsesi kepada pihak swasta untuk melakukan usaha dengan
perjanjian tertentu. Dalam hal ini pemerintah tidak ikutserta dalam permodalan
perusahaan. Perjanjian ini memuat antara lain :
74
E. KONSUMERISME
Istilah konsumerisme berbeda dengan konsumtifisme. Konsumerisme adalah suatu
paham yang berubah menjadi suatu gerakan karena adanya perlakuan produsen
yang merugikan konsumen.
individu, perusahaan, pemerintah, dan organisasi-organisasi independen yang berhubungan dengan hak-hak konsumen di pasar.
produsen dengan konsumen tentang barang dan jasa apa yang harus ditawarkan,
serta jumlah dan mutu yang disenangi. Lima belas tahun yang lalu sudah muncul
gerakan protes dari konsumen yang dikenal dengan konsumerisme, yang oleh
Presiden Nixon di AS sebagai adopsi dari konsep hak-hak pembeli (buyers right).
75
76
Dari bentuk-bentuk usaha itu mana yang akan dipilih, sangat bergantung pada
faktor pertimbangan bentuk kepemimpinan, struktur permodalan, tanggung jawab
terhadap utang-piutang perusahaan, kontinuitas perusahaan, dsb.
Berikut ini adalah macam-macam bentuk perusahaan.
1. Perusahaan Perseorangan.
Perusahaan ini modalnya kecil, pimpinan berada pada pemilik dan mempunyai
tanggung jawab yang tidak terbatas. Pendirian perusahaan perseorangan sangat
mudah karena tidak ada aturan khusus. Namun untuk usaha-usaha tertentu di
daerah-daerah tertentu mungkin perlu ada izin. Misalnya untuk tempat usaha
yang sekiranya berbahaya perlu ada izin HO (Hinder Ordonantie atau UndangUndang Gangguan).
Jika perusahaan ini seperti warung, toko, percetakan, dsb. memerlukan tambahan modal dengan pinjaman perbankan atau lembaga keuangan lainnya, maka
tentu diperlukan berbagai surat/dokumen untuk melengkapi persyaratannya,
misalnya Sertipikat Tanah, Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB), Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), HO, dll.
Karakteristik perusahaan perseorangan yang berhasil, pengusahanya harus
mau menerima tanggung jawab penuh atas kinerja perusahaan, bekerja tak kenal
waktu, harus selalu memonitor operasional bisnisnya secara terus-menerus,
menunjukkan kepemimpinan yang kuat, teliti, rapi mengorganisasi dan berkomunikasi dengan baik kepada pekerjanya.
Keuntungan perusahaan perseorangan adalah semua laba hanya untuk
pemiliknya, organisasinya sederhana, pengendalian mudah, dan pajaknya pun
rendah. Akan tetapi kerugiannya, pengusaha bertanggung jawab sendiri dan
tidak terbatas, sementara dana terbatas, keterampilan pun terbatas.
Keuntungan perusahaan perseorangan dapat dikemukakan :
a. Semua laba yang diperoleh milik pengusaha sendiri;
b. Organisasinya sederhana;
c. Pengendalian seutuhnya;
d. Pajaknya rendah.
78
Adapun kelemahan/kerugiannya :
a. Bertanggung jawab atas semua kerugiannya sendiri;
b. Tanggung jawabnya tidak terbatas;
c. Dana terbatas;
d. Keterampilannya pun terbatas.
2. Firma.
Sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, firma didefinisikan sebagai
usaha untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan tujuan untuk
membagi-bagi hasil yang didapatkan dari persekutuan itu. Yang bersekutu bisa
dua orang atau lebih di bawah satu nama untuk menjalankan perusahaan. Firma
didirikan dengan Akte Notaris dan didaftarkan pada Panitera Pengadilan
setempat dan diumumkan dalan Berita Negara. Kepemimpinan firma dilaksanakan oleh para pemilik dan mereka bertanggung jawab penuh dengan seluruh
harta bendanya dan terhadap hutang-hutang perusahaan.
Permodalan berasal dari pemilik dengan suatu jumlah yang diatur bersama
dan kemungkinan ada juga yang hanya memasukkan keahliannya. Pembagian
laba jika tidak ditetapkan dalam akte, dibagi menurut pembagian modal yang
dimasukkan. Untuk anggota yang hanya memasukkan keahlian, bagian labanya
sama dengan anggota yang menyetor modal paling kecil.
3. Commanditer Vennootschap (CV).
Ini adalah bentuk persekutuan yang didirikan oleh seorang atau lebih yang bertanggung jawab penuh, dengan seorang atau lebih sekutu yang merupakan
pemberi modal dan bertanggung jawab terbatas sebesar modal penyertaannya.
CV didirikan dengan Akte Notaris. Bentuk usaha ini mempunyai dua jenis
keanggotaan, yaitu Anggota Pengurus yang bertanggung jawab penuh dengan
seluruh harta bendanya, dan Anggota Komanditer yang bertanggung jawab
terbatas sebesar modal yang disetorkannya. Peserta atau anggota komanditer
tidak boleh menjalankan pekerjaan kepengurusan. Jika turut dalam kegiatan
kepengurusan maka ia akan bertanggung jawab dengan seluruh hartanya.
79
Bisnis yang dimiliki oleh dua orang atau lebih secara bersama disebut juga
perusahaan kemitraan (partnership). Para pemilik bersama suatu bisnis disebut
mitra pengusaha (partner). Mitra pengusaha harus mendaftarkan perusahaan
kemitraannya kepada negara dan perlu meminta izin usaha.
Terdapat perusahaan kemitraan umum (general partnership) yang semua
mitra usahanya mempunyai tanggung jawab tidak terbatas, yaitu secara pribadi
bertanggung jawab atas kewajiban perusahaan. Ada juga perusahaan kemitraan
terbatas (limited partnership), yaitu perusahaan yang mempunyai beberapa
mitra pengusaha terbatas, atau mitra pengusaha yang tanggung jawabnya
terbatas pada modal atau properti yang dikontribusikan pada perusahaan
kemitraan dimaksud. Mitra pengusaha terbatas hanyalah investor dalam perusahaan kemitraan dan tidak berpartisipasi dalam manajemen. Namun demikian
karena mereka menanamkan modalnya dalam bisnis, mereka membagi rugi atau
laba bisnisnya. Suatu perusahaan kemitraan terbatas mempunyai satu atau lebih
mitra pengusaha umum (general partner), atau mitra pengusaha yang mengelola
bisnis, menerima gaji, membagi rugi atau laba bisnis, dan mempunyai tanggung
jawab yang tidak terbatas. Penghasilan didistribusikan kepada setiap mitra pengusaha sebagai penghasilan perseorangan dan kena pajak yang diwajibkan oleh
pemerintah.
Bentuk perusahaan ini mempunyai tiga keuntungan pokok, yaitu dana
tambahan, kerugian ditanggung bersama, dan ada spesialisasi.
Bersamaan
80
lity Company (LLC). LLC adalah perusahaan yang memiliki ciri-ciri dan tipe seperti
perusahaan kemitraan umum, tetapi juga menawarkan mitra pengusaha yang
tanggung jawabnya terbatas.
menerbitkan saham baru harus dapat meyakinkan investor bahwa dananya akan
digunakan dengan baik, sehingga akan mengalihkan imbalan bagi investor.
Bentuk kepemilikan korporasi memberikan keuntungan seperti tanggung jawab terbatas, akses terhadap dana, dan transfer kepemilikan. Tetapi kerugiannya juga ada seperti biaya keorganisasian yang tinggi, pemberitaan mengenai
keuangan, masalah keagenan, dan pajak yang tinggi.
PT didirikan dengan Akte Notaris dan mendapatkan pengesahan Menteri
Hukum dan HAM, kemudian didaftarkan pada Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Berita Negara. Permodalan PT terdiri dari saham-saham, dan para
pemegang saham ini adalah pemilik PT. Pemegang kekuasaan tertinggi ada pada
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Beberapa hal berkaitan dengan PT berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, pasal-pasal pentingnya dapat dikemukakan (ditulis intinya, tidak persis bunyi dan ayat-ayatnya), antara lain :
a. Pasal 1 : Ketentuan Umum :
1) PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham,
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU ini serta peraturan
pelaksanaannya.
2) Organ perseroan adalah RUPS, Direksi, dan Komisaris.
3) RUPS adalah organ persroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada
Direksi dan Komisaris.
4) Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
5) Komisaris adalah organ persroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan memberikan nasihat kepada Direksi.
6) Perseroan Terbuka adalah perseroan yang modal dan jumlah pemegang
82
83
84
dicapai.
4) Kegiatan utama perseroan dan perubahan selama tahun buku.
5) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan perseroan.
6) Nama-nama Direksi dan Komisaris.
7) Gaji dan tunjangan lain anggota Direksi dan Komisaris.
g. Pasal 65, 70 : Rapat Umum Pemagang Saham.
1) RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya.
2) RUPS tahunan diadakan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah
tahun buku.
3) Dalam RUPS tahunan harus diajukan semua dokumen perseroan sebagaimana dimaksud pasal 56.
4) RUPS lainnya dapat diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.
5) Bagi Perseroan Terbuka, sebelum pemanggilan RUPS dilakukan, wajib
didahului dengan pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan
RUPS dalam 2 (dua) surat kabar harian.
6) Pengumuman dimaksud dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari
sebelum pemanggilan RUPS.
h. Pasal 79, 82, 84, 85, 86, 91, 92 : Direksi.
1) Kepengurusan perseroan dilakukan oleh Direksi.
2) Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan uang atau Perseroan Terbuka
wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi.
3) Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan
yang mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan
pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, atau orang yang
pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.
4) Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepen-
85
tingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
5) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila :
a) Terjadi perkara di depan pengadilan antara persroan dengan anggota
Direksi yang bersangkutan;
b) Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang
bertentangan dengan dengan kepentingan perseroan.
6) Dalam Anggaran Dasar (AD) ditetapkan yang berhak mewakili perseroan
apabila terdapat keadaan seperti pada angka 5).
7) Dalam hal AD tidak menetapkan ketentuan pada angka 6), RUPS mengangkat seorang atau lebih pemegang saham untuk mewakili perseroan.
8) Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.
9) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila
yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
10) Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10
(satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara
yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap
anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan
kerugian pada perseroan.
11) Direksi wajib :
a. Membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham (DPS), risalah
RUPS, dan
risalah rapat Direksi;
b. Menyelenggarakan pembukuan perseroan.
12) DPS, risalah dan pembukuan disimpan di tempat kedudukan perseroan.
13) Atas permohonan tertulis dari pemagang saham, Direksi memberi izin
kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan salinan
DPS, risalah dan pembukuan perseroan.
14) Anggota Direksi dapat sewaktu-waktu diberhentikan berdasarkan kepu-
86
87
88
badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Sementara menurut UU No. 25
Tahun 1992 sebagai penggantinya, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Jelaslah kini motif koperasi mulai bergeser dari usaha-usaha yang mementingkan sosial belaka, ke koperasi sebagai unit ekonomi yang harus memperhitungkan laba rugi. Koperasi sebagai salah satu bentuk usaha harus dapat
mencari laba jika koperasinya ingin maju, karena tanpa ada laba koperasi tidak
akan ada gairah anggota jika selalu menderita kerugian. Sisa hasil usaha yang
diharapkan diperoleh anggota akan besar jika koperasinya maju.
Tips agar koperasi maju, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu para
pengurusnya yang jujur dan amanah, manajemen yang baik, dan anggota yang
disiplin. Tanpa ketiga hal dimaksud maka koperasi tidak akan maju bahkan bisa
hancur walaupun modalnya cukup besar.
Sumber permodalan koperasi adalah dari simpanan-simpanan para anggotanya. Ada beberapa jenis simpanan, yaitu :
a. Simpanan Pokok, dibayar pada waktu seseorang masuk menjadi anggota,
boleh sekaligus atau dicicil. Simpanan ini boleh diambil kembali jika keluar
dari keanggotaan;
b. Simpanan Wajib, dibayar terus-menerus secara teratur baik jumlah maupun
masa pembayarannya (biasanya tiap bulan). Simpanan ini pun boleh diambil
kembali jika keluar dari keanggotaan;
c. Simpanan Sukarela/Manasuka, besar dan masa pembayarannya tidak ditentukan, dan boleh diambil sewaktu-waktu atau boleh juga diatur dalam bentukbentuk lain;
d. Simpanan Hari Koperasi 12 Juli, dan simpanan-simpanan khusus lainnya.
Bidang usaha koperasi pun bermacam-macam, bisa simpan pinjam saja, bisa
konsumsi, produksi, atau serba usaha, termasuk yang bergerak di bidang per-
90
dagangan ataupun jasa konstruksi. Jika bergerak di bidang yang terakhir, tentu
saja persyaratannya harus juga dipenuhi sebagaimana halnya yang berlaku bagi
bidang usaha dimaksud. Misalnya memiliki SIUP, TDP, HO, Izin Usaha Konstruksi,
dll. Sementara untuk meningkatkan permodalannya koperasi pun dadapat pula mengambil pinjaman dari pihak ketiga ataupun pinjaman bank.
Dalam organisasi koperasi, ada yang disebut koperasi primer, dan ada
koperasi sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang beranggotakan orangorang (individu). Koperasi model ini biasa kita jumpai di kantor-kantor pemerintahan maupun swasta, di lingkungan RT, RW, bahkan juga di lingkungan keluarga
atau komunitas tertentu, dll. Sedangkan koperasi sekunder adalah koperasi yang
beranggotakan koperasi-koperasi yang sudah berbadan hukum.
Contoh ko-
perasi-koperasi yang sudah berbadan hukum adalah di lingkungan pegawai negeri, sekarang pegawai RI, yaitu :
a. Pusat Koperasi Pegawai RI (PKPRI) sebelumnya bernama Pusat Koperasi Pegawai Negeri (PKPN).
91
92
memiliki harta terpisah dari harta pemilik. Jika terjadi kepailitan maka harta
pemilik tidak turut menanggung resiko. Berbeda dengan organisasi yang tidak
berbadan hukum, harta pemilik dan harta organisasi tidak terpisah secara jelas
93
dengan Akta Notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia. Yayasan dapat juga
didirikan berdasarkan surat wasiat. Dalam hal yayasan didirikan oleh orang asing
atau bersama-sama orang asing, syarat dan tata caranya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Yayasan memperoleh status badan hukum setelah Akta
Pendirian memperoleh pengesahan Menteri Hukum dan HAM. Kewenangan
Menteri hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM atas nama Menteri yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan
yayasan. Hal-hal berkaitan dengan yayasan ini lebih lanjut dapat dilihat di UU
No. 16 Tahun 2001 jo. UU No. 28 Tahun 2004.
7. Perusahaan yang Dikendalikan Pemerintah.
Selain bentuk usaha yang telah dikemukakan sebelumnya, dikenal pula perusahaan-perusahaan yang dikuasai sebagian atau sepenuhnya oleh negara yang
disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN adalah badan usaha ber94
bentuk badan hukum, memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan
negara, walaupun asalnya dari pemerintah juga. Jadi, negara merupakan pemilik
tunggal saham atau juga pemilik sebagian besar saham.
BUMN dibentuk berdasarkan UU dan PP. Kebijaksanaan perusahaan diatur
pula oleh pemerintah cq. Menteri Kementerian bersangkutan. Demikian pula
Direksi dan Komisaris ditunjuk/diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah.
Berbagai bentuk perusahaan yang dikuasai oleh pemerintah adalah :
a. Perusahaan Daerah (PD) adalah milik Pemerintah Daerah (Pemda), pengelolaan dan pengawasannya dilakukan oleh Pemda bersangkutan cq. Inspektorat
Daerah. PD ini merupakan sumber penghasilan daerah, misalnya PDAM;
b. Perusahaan Jawatan (Perjan), merupakan perusahaan milik jawatan/kementerian, pegawainya adalah pegawai negeri. Perusahaan ini kebanyakan masih
mendapat subsidi dari pemerintah karena biaya pengelolaannya cukup besar.
Kecenderungannya berangsur-angsur diubah menjadi persero, guna mengurangi beban subsidi yang cukup memberatkan keuangan pemerintah;
c. Perusahaan Umum (Perum), perusahaan ini memiliki modal yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan dan diharapkan dapat membiayai diri
sendiri serta mendatangkan keuntungan bagi negara. Status pegawainya
adalah pegawai perusahaan negara, contohnya Perum Astek (Asuransi Tenaga
Kerja);
d. PT Persero (Perusahaan Negara Persero), perusahaan ini sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki negara. Perusahaan ini diharapkan memperoleh keuntungan dan dapat membelanjai kegiatan operasionalnya. Banyak perusahaan
seperti ini didirikan oleh pemerintah yang berada di bawah naungan departemen/kementerian tertentu, misalnya :
1) Di bawah Kementerian Perindustrian :
PN Pabrik Kertas, PT Timah, PT Pabrik Pupuk, Pertamina, PT Semen, dan PT
Pertambangan Batu Bara;
2) Di bawah Kementerian Perhubungan yang bergerak di bidang usaha jasa :
PT Garuda Indonesia, PT Pelni, PT Telkom, PT Posindo, PT Indosat, dll.
95
97
seperti proses produksi dan operasi lainnya. Jika bisnis memiliki sejarah keberhasilan, fungsi pemilik baru hanya memastikan bahwa operasional yang ada
masih berlanjut secara efisien. Sebaliknya jika bisnis mengalami kinerja buruk,
pemilik baru harus merevisi manajemen, pemasaran, dan kebijakan keuangannya.
2. Membeli Bisnis yang Telah Ada. Dalam hal ini harus dipikirkan bahwa mereka
yang akan membeli bisnis yang sudah ada, harus menentukan apakah memiliki
keahlian menjalankan bisnis tersebut, atau paling tidak mampu memantau dan
mengevaluasi secara seksama para manajernya. Selanjutnya harus membandingkan keuntungan yang diharapkan dari bisnis ini dengan modal yang diperlukan untuk membeli pada awalnya.
3. Franchise (Waralaba) : Izin Bisnis di daerah tertentu. Waralaba ini adalah suatu
pengaturan perjanjian di mana seorang pemilik bisnis (franchisor) memperbolehkan pemilik bisnis lain (franchisee) memakai merk dagangannya, nama dagangnya, atau hak ciptanya dalam kondiri tertentu. Setiap waralaba menjalankan
operasi bisnisnya secara mandiri dan biasanya dimiliki oleh pengusaha perseorangan.
Jenis waralaba dapat diklasifikasikan sebagai distributor bisnis gaya rantai
atau pengaturan manufaktur sebagai berikut :
a. Distributor (Distributorship), yaitu seorang dealer boleh menjual produk yang
dihasilkan oleh sebuah manufaktur. Contohnya Ford dan Chrysler.
b. Bisnis Gaya Rantai (Chain-Style Business), yaitu sebuah perusahaan diperbolehkan menggunakan nama dagang dari satu perusahaan lain dengan
mengikuti petunjuk yang berhubungan dengan harga dan penjualan produk
tersebut. Contohnya McDonald.
c. Pengaturan Manufaktur (Manufacturing Arrangement), yaitu sebuah perusa98
99
BAB V
ORIENTASI PADA TINDAKAN DAN
PENGAMBILAN RESIKO
ASUMSI
TUJUAN
HIPOTESIS/
TESTING
KUMPULAN DATA
TES DAN
KUMPULAN DATA
KEPUTUSAN
100
Seorang konseptor atau teoritikus, bekerja dengan data dan jarang sekali
berada di lapangan. Sebaliknya seorang wirausahawan 90% dari waktunya berada
di lapangan bersama dengan karyawan, pemasok, relasi, dan pelanggannya. Karena
bekerja dengan data, maka supaya valid dan ilmiah, seorang konseptor terbiasa
menguji datanya, membangun model, dan melakukan validasi. Masalahnya jika
tidak menguasai keadaan dan informasi di lapangan, dia akan ragu tentang
keputusannya sehingga cenderung mengulangi lagi siklus tersebut pada bagan di
atas.
daripada tindakan. Adapun seorang yang berorientasi pada tindakan akan memiliki
tingkat efektivitas yang tinggi.
sitif. Nilai-nilai tersebut di atas angat penting karena akan membuat manusia percaya diri, lebih ringan dalam bertindak. Orang yang tidak memiliki integritas, kurang
adil, dan tidak jujur cenderung tidak stabil emosinya sehingga hidupnya tidak
merasa damai. Ia bisa memiliki usaha tetapi sulit berkembang menjadi besar.
Covey pun mengemukakan bahwa karakter seseorang itu dibentuk oleh
kebiasaan (habit). Oleh karena itu kebiasaan yang harus dikembangkan oleh wirausahawan adalah kebiasaan-kebiasaan yang produktif. Secara spesifik terdapat
delapan kebiasaan :
1. Proaktif.
Seseorang yang efektif mengambil inisiatif untuk bertindak, bukan menunggu
atau berwacana. Orang-orang efektif ini proaktif, tidak membatasi diri pada
keterbatasan yang ada, tetapi menyadari bahwa mereka memiliki kebebasan
untuk menentukan karakter yang mereka miliki. Mereka umumnya tahu persis
bahwa mereka tidak sepenuhnya mampu mengendalikan situasi yang berkembang tetapi mampu menentukan pilihan yang terbaik dengan mantap. Sedangkan mereka yang menunggu adalah orang-orang yang tidak efektif, tidak berpepengetahuan cukup, peragu, dan sesungguhnya pengecut. Bertindak proaktif
artinya mengambil tindakan sebelum suatu kejadian yang tidak dikehendaki
muncul. Dengan kata lain orang-orang yang proaktif selalu mengantisipasi halhal yang akan terjadi dan cepat mengambil tindakan penyelamatan. Mengapa
mereka bisa bertindak cepat? Karena mereka sehari-hari berada di lapangan.
Mereka melatih intuisi dengan menangkap segala signal (sinyal) yang tampak di
alam semesta dan kenal betul dengan karakter dari masingf-masing sinyal
dimaksud.
Sebagai contoh, menjelang lebaran Idul Fitri, para pedagang tekstil sudah
melakukan stock barang lebih banyak dari biasanya untuk mengantisipasi
lonjakan permintaan. Demikian juga petani cabe sudah mempersiapkan tanam
cabe yang akan dipanen pada waktu menjelang lebaran, dst.
Perbedaan pengusaha yang proaktif dan yang hanya wacana dapat digambarkan sebagai berikut :
102
PROAKTIF
HANYA WACANA
4) Kebajikan
Filosofi
3) Keilmuan (Validity/reality)
Pembelajaran
2) Pengalamanhidup
Sejarah
1) Penginderaan fisik
Anugerah
103
Berbicara goal oriented, artinya berbicara tujuan. Karena itu hidup harus
dengan kejelasan tujuan. Dan untuk dapat menjadi seseorang yang berorientasi
pada tujuan, menurut eHow (2009) dalam Rhenald Kasali (2010:62) yang perlu
dilakukan adalah :
a. Tetapkan tujuan akhir (misalnya hidup bahagia, sehat, terjamin secara ekonomi, dan sejahtera);
b. Tentukan langkah-langkah kecil untuk mencapai tujuan tersebut (misalnya,
menyelesaikan studi, bekerja selama lima tahun, lalu membuka usaha);
c. Perhatikan setiap kemajuan yang sudah dicapai (misalnya, melakukan
evaluasi, lalu berevolusi, pindah usaha, merekrut manajer, dan memperbaiki
proses produksi);
d. Ketika mencapai goal, rayakanlah bersama karyawan dan keluarga;
e.
urgent, demikian juga tidak semua masalah dapat diatasi. Maka seselaikan dulu
masalah tertentu yang bisa diselesaikan, dan yang lainnya mengikuti. Karena itu
kita wajib memilih mana masalah yang bisa diselesaikan lebih dahulu, dst.
Contoh dalam menentukan mana yang urgent dan mana yang penting de104
Penting
1
Tidak Begitu
Penting
* Aktivitas preventif
* Menjaring network
* Perencanaan
* Pengetahuan profesional
* Interupsi
* Cek e-mail
3
* Meeting yang tidak direncanakan
Dengan memberikan
prioritas pertama pada klien yang terdesak tersebut, masalah dapat diselesaikan.
Klien anda merasa dipahami dan dihargai sehingga mereka akan membalas
dengan hubungan yang lebih baik.
6. Sinergi.
Sinergi adalah suatu total yang lebih besar dari penjumlahan elemen-elemen
tunggalnya. Misalnya ada dua pihak A dan B. Jika masing-masing bekerja
sendiri-sendiri, masing-masing hanya akan menghasilkan dua buah, dan kalau
dijumlahkan A + B = 4. Dengan sinergi antara A dan B, maka 2 + 2 > 4. Inilah
yang disebut sinergi. Lawan sinergi adalah disergi, artinya A + B < 4.
Sinergi yang efektif sangat bergantung pada komunikasi. Seringkali seseorang tidak mau dan tidak mampu mendengarkan lawan-lawannya (to listen) dan
merespons. Seringkali yang terjadi sekedar mendengar (to hear) dan bereaksi
secara refleks. Reaksi yang ditunjukkannya reaksi defensif, mutung, atau pasif.
106
Juga bertindak melawan atau menghindari. Mestinya bersikap kooperatif (kerjasama), karena kooperatif dan komuniksasi adalah dua kaki dari hubungan yang
bersinergi.
Seringkali pemula dalam memulai usahanya terlalu memikirkan resiko.
Karenanya banyak pemula yang tidak berani berusaha sendirian, melainkan
mencari mitra usaha. Dalam memilih mitra ini perlu dipikirkan sinergi apa yang
akan tercipta dari hubunag kemitraan (partnership) tersebut. Banyak yang ingin
memiliki usaha tetapi lebih senang menjadi mitra pasif, tidak mau mengerti
betapa bisnis memerlukan kesabaran, ketekunan, serta kerja keras dan cerdas
karena menghadapi resiko rugi. Yang mereka bayangkan hanyalah keuntungan
belaka, sedangkan resiko rugi tak terbayangkannya karena tak pernah berada di
lapangan. Itulah disergi, bukan sinergi.
Demikianlah, maka dalam mencari mitra atau rekan usaha harus yang bisa
saling melengkapi, yang bisa bersinergi dan berorientasi pada tindakan.
7. Menajamkan Ketahanan, Fleksibilitas, dan Kekuatan.
Kebiasaan ini berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
melatih ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatannya. Upaya yang dapat dilakukan
adalah memberi konsumsi pada jiwa melalui kegiatan-kegiatan spiritual, hidup
yang seimbang, kontemplasi (perenungan) atau meditasi, dan bisa juga dengan
membaca buku-buku self help (menolong diri sendiri/motivasi) yang membangkitkan semangat atau mendengarkan musik dengan kata-kata yang menggairahkan.
Keseimbangan mental dapat mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti
kebiasaan menonton televisi berlebihan atau bermalas-malasan. Hal ini berkaitan dengan latihan mengembangkan hati, koneksi emosi, dan keterkaitan
dengan orang lain.
Jangan pernah takut salah selama kesalahan-kesalahan itu masih kesalahan
kecil. Kesalahan itu adalah kesalahan cerdas yang mengantarkan pada pembelajaran. Ingatlah ketika orang menciptakan pensil, dibuat juga penghapusnya. Its
okay to make a mistake. Jika orang tidak pernah melakukan kesalahan, maka tak
107
pernah belajar dan tidak pernah melakukan action apa pun sehingga tidak akan
bisa menajamkan ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatannya.
Contoh kasus : Bo Peabudy (2002), seorang wirausahawan bidang internet
yang membangun tripod.com, menerapkan latihan blind faith dalam usahanya.
Blind faith adalah memberikan pengabdian tak terhingga baik waktu maupun
energi, karena dia seorang believer. Kendati mendapat serangkaian penolakan,
Bo tetap percaya bahwa usahanya kelak akan berhasil dan diterima. Dia belajar
menerima kata-kata penolakan dan menghadapinya dengan kapala dingin
sehingga penolakan berubah jadi penerimaan. Dengan tetap konsisten memberikan penawaran yang menarik bagi calon investor atau sponsor, dia tekun
meyakinkan bahwa investasi mereka dapat membuahkan hasil.
C. PENGAMBILAN RESIKO
Biasanya kalau orang sudah melihat potensi keuntungan, konon sulit membayangkan resikonya, bahkan konsep resiko tidak dikenalnya. Padahal resiko paling tidak
108
109
Terkait harga
output, jika harga output naik, maka perusahaan dapat mengalami keuntungan karena naiknya margin keuntungan, dan sebaliknya jika harga
output turun, maka perusahaan akan mengalami kerugian berupa penurunan margin keuntungan.
2) Resiko Kredit, yaitu resiko yang muncul dari transaksi kredit, seperti utang
dagang. Jika pihak yang kita berikan kredit mengalami gagal bayar, maka
kita akan mengalami kerugian.
Dalam pada itu bentuk-bentuk kerugian akibat adanya resiko dalam bisnis
ada dua jenis, yaitu :
110
Contohnya, terjadi
korsleting listrik pada toko yang digunakan untuk usaha sehingga terjadi
kebakaran. Dari resiko kebakaran tersebut terindentifikasi jumlah kerugian
langsung adalah nilai barang dagangan yang rusak/hangus dan nilai
bangunan tokonya.
2) Kerugian tidak langsung, yaitu nominal yang harus ditanggung akibat
dampak tidak langsung dari suatu kejadian. Contohnya, kemungkinan atau
penjualan keuntungan yang gagal diterima akibat terjadinya resiko
munculnya biaya operasional tambahan, kesempatan investasi yang hilang,
dan macam-macam kerugian lainnya.
3. Pengelolaan (Manajemen) Resiko.
Manajemen resiko terdiri dari dua suku kata, yaitu manajemen dan resiko. Manajemen asal katanya to manage, yang berati mengatur atau menata, sedangkan
resiko (risk) adalah konsekuensi, yaitu akibat dari suatu sebab. Menurut Sukmadi
(2014:177), manajemen resiko di sini merupakan suatu manajemen fungsional
melalui POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling) dan bersifat umum
bertugas mengidentifikasi, menilai, dan menunjukkan penyebab serta dampak
yang timbul dari ketidakpastian dan resiko dalam suatu organisasi.
Aktivitas manajemen resiko biasanya dipimpin oleh seorang manajer resiko,
akan tetapi sebenarnya semua pihak dalam organisasi termasuk karyawan dan
dunia usaha mempunyai tanggung jawab dan kepentingan yang sama terhadap
pengelolaan resiko. Terdapat enam aktivitas manajemen resiko, yaitu :
a. Membantu organisasi dalam identifikasi rsiko;
b. Mengimplementasikan program-program pengendalian dan pencegahan
kerugian;
c. Menyelenggarakan diklat penanganan resiko;
d. Menjamin pemenuhan standar-standar keamanan;
e. Mengatur kerjasama penjaminan resiko dan klaim;
f. Merancang dan mengkoordinasikan program kesejahteraan karyawan.
111
112
Ini dapat
113
digunakan. Jika kebijakan pengelolaan resiko tanpa ada dana cadangan, bisa
jadi dana yang seharusnya untuk ekspansi usaha, akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko, sehingga ekspansi gagal dilakukan;
d. Dihindari (Risk Avoidance) : Tindakan secara sadar untuk menghindari resiko
yang dihadapi. Contohnya, jika selama satu minggu ke depan diprediksi bakal
hujan lebat, maka jika usaha yang dilakukan adalah bisnis restoran, disarankan
untuk menghindari penjualan bermacam-macam minuman dingin/aneka es.
Hal ini dilakukan karena kemungkinan prosuk-produk itu tidak akan laku.
Namun yang perlu diingat, jika terlalu sering menghindari resiko, maka bisa
berdampak lambatnya pengembangan usaha karena bisa jadi ada banyak
kesempatan/peluang yang terlewatkan.
4. Tips Praktis Mengelola Resiko.
Rhenald Kasali (2010:80) memberikan tips praktis yang dapat dilakukan oleh wirausahawan dalam mengelola resiko yang mungkin terjadi.
a. Pahamilah bahwa resiko yang dihadapi bukanlah penghambat bagi seseorang
pengusaha untuk maju. Resiko justru harus diambil sebagai konsekuensi karena menginginkan sesuatu yang lebih baik (keberhasilan). Merupakan hukum
alam, semakin tinggi hasil yang kita inginkan, maka semakin besar resiko yang
harus dihadapi dan dikelola;
b. Jangan panik. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi
resiko apa yang berpotensi muncul. Mulailah mengidentifikasi resiko di lingkungan sekitar kita. Identifikasi pula hubungan dengan para pemasok, pelanggan, maupun dengan pesaing (competitor). Jangan lupa, harus saling mengidentifikasi resiko yang muncul dari proses internal bisnis kita;
c. Dari resiko-resiko yang telah teridentifikasi, catat seberapa sering resiko itu
muncul;
d. Tentukan seberapa besar potensi dampak yang mungkin terjadi dari resiko
yang telah teridentifikasi;
e. Siapkan langkah-langkah mitigation resiko hanya pada resiko yang dominan/
prioritas. Hal ini dilakukan mengingat banyak hal harus dilakukan dalam
114
bisnis. Terlalu fokus pada resiko-resiko yang kurang prioritas akan menghabiskan waktu atau bahkan membuat kita ragu-ragu dan takut melanjutkan binis.
f. Untuk melakukan mitigation resiko, pastikan menggunakan pendekatan manfaat biaya. Hitung dengan benar biaya yang harus dikeluarkan untuk mengelola resiko, dan pastikan manfaat yang kita peroleh dari pengelolaan resiko
tersebut lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
5. Hubungan Manajemen Resiko dengan Beberapa Fungsi Lain dalam Perusahaan.
Manajemen resiko mempunyai keterkaitan yang erat dengan berbagai fungsi
perusahaan lainnya, yaitu fungsi-fungsi marketing (pemasaran), keuangan,
produksi, personalia, enggineering, dan maintenance. Bahkan dengan keluarga
dan masyarakat.
a. Hubungan dengan Fungsi Pemasaran ( Marketing Function).
Resiko yang bisa timbul dari kegiatan pemasaran adalah resiko tanggung gugat, misalnya tuntutan dari pihak luar atas ketidaksesuaian penggunaan
packaging sebagaimana yang telah disepakati. Ini terjadi akibat kelalaian
perusahaan dengan tidak memberi tahu konsumen sehingga produk tidak
sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Untuk menghindari masalah ini maka
manajer pemasaran perlu berkoordinasi dengan manajer resiko sebelum
menyepakati suatu perjanjian.
b. Hubungan dengan Fungsi Keuangan (Financial Function).
Secara organisatoris biasanya manajer resiko berada di bawah manajer atau
bagian keuangan yang banyak memberikan pengaruh terhadap manajemen
resiko. Hubungan yang erat antara manajer/bagian keuangan dengan manajer
resiko dimaksud terutama dalam kegiatan menganalisis pengaruh hubungan
aliran kas/uang (cah flow), pergantian peralatan, (replacement) dari beberapa
keputusan investasi.
c. Hubungan dengan Fungsi Produksi (Production Function).
Resiko seringkali muncul dalam proses produksi terutama dalam aktivitas
mendesain dan membuat produk ataupun memberikan service/pelayanan
115
Pada proses
116
117
BAB VI
ASPEK-ASPEK PENTING KEWIRAUSAHAAN
A. ASPEK KEUANGAN
1. Masalah dalam Pencarian Dana
Yang utama dihadapi wirausahawan adalah dana atau modal, karena betapa
sulitnya memperoleh pasokan modal sebagai dukungan dalam memulai usaha.
Hal ini karena sebagian besar pemodal profesional hanya mau nenanamkan
dananya sekitar 1% - 2% dari usulan yang diajukan. Masalah-masalah ini tidak
terlepas kaitannya dengan kinerja atau konsep perusahaan yang meragukan,
kegagalan perusahaan untuk tindak lanjut usaha, kurangnya pengalaman dan
ketajaman bisnis preferensi dan pemodal, serta kurangnya hubungan dengan
sumber-sumber modal.
a. Kinerja atau Konsep Perusahaan yang Meragukan.
Dua unsur yang tidak menarik perhatian pemodal adalah resiko bisnis yang
terlalu tinggi serta rendahnya tingkat keuntungan dan pengembalian modal
yang ditanam, yaitu :
1) Resiko bagi penanam modal adalah kehilangan dana tanpa mendapatkan
tingkat pengembalian yang diharapkan. Faktor-faktornya bisa :
- Kurangnya produk yang layak dan kompetitif;
- Kesulitan memonitor investasi;
- Perusahaan baru berdiri sehingga kurang pengalaman;
- Manajemen yang belum teruji baik individual maupun tim;
- Kemampuan produksi dan tingkat pengeluaran yang tidak diketahui.
2) Laba dan tingkat pengembailan investasi yang rendah. Laba dalam jumlah
pasti (absolut) ini penting bahkan wajib. Suatu perusahaan yang mempunyai margin keuntungan rendah biasanya akan kesulitan menarik
investor. Misalnya perusahaan dengan volume penjualan rendah sesudah
periode operasi yang panjang memiliki potensi pertumbuhan rendah, atau
proyeksi yang tidak realistis akan mendapat kesulitan dalam mengembali118
kan investasi.
b. Kegagalan Perusahaan dalam Tindak Lanjut Usaha.
Kegagalan dalam menindaklanjuti usaha adalah alasan untuk mendapatkan
modal. Hal ini pada umumnya karena perusahaan pada kontak awal dengan
pemodal tanpa mempersiapkan memorandum penempatan pribadi. Perusahaan melakukan pendekatan secara mendadak, sehingga menimbulkan kesan
negatif bagi manajemen perusahaan, dan justru memperlihatkan manajemen
kurang mampu menggunakan modal atau melakukan ekspansi modal secara
efisien.
c. Kurangnya Pengalaman dan Ketajaman Bisnis.
Pemodal selalu berpendapat bahwa investasi itu dilakukan pada manusia
bukan perusahaan atau konsep. Karena itu faktor kepercayaan pribadi sangat
penting. Manajemen yang lemah menjadi faktor utama berikutnya dalam
perhitungan laba yang rendah dan resiko yang tinggi. Kinerja perolehan laba
dapat ditelaah sedangkan kualitas manajemen hanya dapat diperkirakan/
diduga yang kadang bersifat subyektif. Seorang investor hanya ingin berhubungan dengan keberhasilan individu dari tim manajemen. Kurangnya
kepercayaan investor bisa jadi karena keterampilan manajemen yang tidak
gigih dalam pengembangan usaha, tidak mampu bergulat, tidak jujur, akuntabilitas lemah, serta usaha yang tidak reaslistis.
d. Preferensi dari Pemodal.
Tidak semua kesulitan dan kegagalan berasal dari proyek atau manajemen
pengelola, termasuk kelemahan usulan bisnis, akan tetapi bisa juga dari pihak
pemodal sehingga menyebabkan gagalnya tercapainya kesepakatan. Menurut
Sukmadi (2014:113), masalah dimaksud antara lain :
1) Kesepakatan yang disetujui terlalu kecil. Padahal investasi besar dan kecil
membutuhkan penelitian usulan yang sama besarnya. Terbatasnya hasil
investasi kecil menyebabkan investasi tersebut dianggap terlalu kecil untuk
dipertimbangkan lebih lanjut.
2) Penggunaan dana investasi dipertanyakan oleh investor. Misalnya, sejum-
119
lah besar dana investasi digunakan untuk membuat iklan yang belum teruji.
3) Kelompok pemodal tidak menyukai bidang investasi. Perusahaan mungkin
beroperasi pada industri yang berfluktuasi, atau perusahaan bergantung
pada tawaran kompetitif.
4) Terlalu banyak masalah yang perlu dipecahkan seseorang sebelum investasi yang tidak sebanding dengan usaha yang disepakati.
5) Kurangnya hubungan dengan sumber pemodal.
Di samping itu banyak pemodal yang menempati kantor yang tidak berpapan nama, nomor telepon, dan tertutup dari publisitas, sehingga mempersulit wirausahawan menemukannya untuk mengajak kerjasama bagi usaha
barunya. Biasanya wirausahawan pun akan mendekati bankir, notaris, atau
akuntan yang membantu mendapatkan orang/pihak yang berkenan memberi
modal untuk usaha barunya itu.
2. Sumber Dana.
Dalam mencari sumber dana untuk modal kerja/usaha, banyak cara yang dapat
dilakukan. Modal ini harus dipergunakan sebagai investasi awal untuk membuka
usaha, dengan syarat penggunaannya efektif dan efisien. Sumber dana dimaksud bisa :
a. Bank.
Sebagai lembaga keuangan, bank bertugas menghimpun dana masyarakat
(funding) untuk kemudian menyalurkannya (lending) dalam bentuk pemberian
pinjaman bagi dunia usaha. Karena itu setiap warga masyarakat yang ingin
mendapat pinjaman bank harus memiliki usaha yang prospektif, baik, dan
menguntungkan.
mengajukan proposal yang meyakinkan pihak bank bahwa usaha yang akan
dilakukannya itu benar-benar bagus dan prospektif.
Tentu bagi wirausahawan pemula hal ini akan menyulitkan terutama
karena pihak bank tidak bisa begitu saja mempercayainya.
Lain halnya
dengan wirausahawan yang sudah berjalan lama dan memiliki prestasi yang
baik. Bagi wirausahawan lama ini untuk memperbesar dan mengembangkan
120
kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), karena UMKM sedang
menjadi primadona usaha bisnis yang dimanjakan oleh pemerintah. Hal ini
dimungkinkan karena pemerintah menganggap :
1) UMKM disinyalir menjadi fondasi yang kuat bagi berjalannya sektor usaha
riil di Indonesia.
2) Berdasarkan hasil penelitian, pada waktu krisis UMKM merupakan salah
satu sektor yang mampu tetap bertahan.
b. Patungan (Sharing).
Kurangnya dana sebagai modal usaha dapat diatasi dengan cara patungan,
baik dengan orang tua, saudara, atau teman. Dengan patungan, maka kebutuhan atau tambahan dana untuk modal kerja/usaha terpenuhi sehingga
usaha bisnis bisa berjalan normal.
Patungan ini hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu yang jelas
dan dituangkan dalam bentuk surat perjanjian yang menyangkut hak dan
kewajiban di antara penyerta modal, sehingga jika terjadi masalah dapat
diselesaikan sesuai dengan komitmen awal. Hal yang sering muncul jadi
masalah biasanya jika kemudian usaha semakin maju dan besar, karena kalau
sudah menyangkut uang adalah hal sensitif, sehingga potensi konfliknya
sangat mungkin terjadi. Di sini perlu dibangun kejujuran dan saling kepercayaan dan hilangkan rasa kecurigaan dan ketidakpercayaan kepada teman
usaha.
c. Pegadaian.
Perolehan dana dari pegadaian relatif cepat, tidak bertele-tele. Namun tentu
saja sesuai dengan namanya, harus dengan jaminan secara gadai. Barang
121
dengan usaha modal sendiri adalah Jaya Suprana yang berhasil mengelola
usaha Jamu Jago sehingga tersohor di Indonesia. Prinsip usahanya adalah
ojo dumeh dengan pengertian jangan mumpung bisa pinjam, dan sebaiknya
122
tidak berhutang.
g. Sistem Bagi Hasil.
Dalam konsep Islam, bagi hasil ini dikenal dengan beberapa bentuk, yaitu
mudharobah, musyarakah, murabahah, atau qardhul hasan. Tentu saja sistem ini bergantung pada kesepakatan antara pemilik modal (shahibul maal)
dengan pengelola usaha (mudharib). Sistem bagi hasil itu tidak berdasarkan
prosentase bunga, melainkan keuntungan maupun kerugian dibagi di antara
penyerta modal dengan ketentuan yang disepakati bersama sebelumnya.
Sistem bagi hasil kini banyak pula dilakukan oleh perbankan dalam
pemberian pinjaman atau pun simpanan, dengan mendirikan unit tersendiri
yaitu bank syariah. Ini dilakukan oleh perbankan milik negara maupun swasta.
Cara bisnis model ini pun sekarang banyak diterapkan oleh Rumah Makan
Padang.
123
Bentuk resiko
dimaksud dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. (Irham Fahmi, 2014:29) :
Sumber-sumber Dana Eksternal dan Resiko yang Diterima
No.
1.
2.
3.
4.
SUMBER DANA
EKSTERNAL
124
enam belas garis pedoman umum yang dapat digunakan untuk mengorganisasikan sumber daya, dan ada beberapa di antaranya yang layak menjadi acuan bagi
para wirausahawan, yaitu (Sukmadi, 2014:130) :
a. Menyiapkan dan melaksanakan rencana operasional secara bijaksana;
b. Mengorganisasikan SDM (Sumber Daya Manusia) dan material fisik sehingga
konsisten dengan tujuan-tujuan sumber daya dan kebutuhan SDM dimaksud;
c. Menetapkan wewenang dan kompetensi, dan menuntun suatu struktur manajemen formal;
d. Mengkoordinasikan semua aktivitas dan usaha;
e. Merumuskan keputusan yang jelas dan tepat;
f. Menyusun seleksi yang efisien sehingga tiap-tiap bagian (departemen)
dipimpin oleh seorang manajer yang kompeten, energik, dan tiap-tiap karyawan ditempatkan pada tempat di mana ia dapat menyumbangkan tenaganya
secara maksimal (the right man on the right place);
g. Mendefinisikan tugas-tugas;
h. Mendorong inisiatif dan tanggung jawab;
i. Memberikan balas jasa yang adil dan sesuai bagi jasa yang diberikan;
j. Memfungsikan sanksi terhadap kesalahan dan keleiruan;
k. Mempertahankan disiplin;
l. Menjamin bahwa kepentingan individu konsisten dengan kepentingan umum
dari organisasi;
m. Mengakui adanya satu komando;
n. Mempromosikan koordinasi (SDM maupun materi fisik);
o. Melembagakan dan memberlakukan pengawasan;
p. Menghindari adanya pengaturan dari birokrasi yang berlebihan.
Fungsi pengorganisasian sangat penting bagi sistem manajemen. Bagi wirausahawan, pengorganisasian merupakan mekanisme utama untuk mengaktifkan
126
Pemahaman terhadap
struktur ini akan menjadi pendukung pembuatan tugas dan wewenang setiap
departemen dan staf. Maka ketidakpahaman akan struktur organisasi akan
menjadi pintu awal bagi kegagalan dalam berusaha.
127
Terdapat tiga bentuk struktur organisasi perusahaan yang dapat dikembangkan, yaitu :
a. Struktur Perintis, terjadi ketika wirausahawan menjadi pusat/sumber kegiatan
dan kepuasan, sedangkan semua keputusan berasal dari akarnya.
perintah/
128
keahlian usaha, sebab tanpa itu jalannya usaha akan tertatih-tatih, lebih-lebih
ketika menghadapi derasnya persaingan saat ini. Lalu keterampilan dan keahlian
apa yang dibutuhkan serta bagaimana cara meningkatkannya? Siropolis (1986)
dalam Sukmadi (2014:137-138) menggambarkannya dalam tabel berikut ini.
Keterampilan dan Keahlian yang Dibutuhkan
LANGKAH
1.
2.
3.
4.
5.
PENJELASAN
LANGKAH
Memutuskan un1
tuk terjun ke du.
nia usaha.
2
Menganalisis diri.
.
3 Memilih produk
. atau pelayanan.
KETERAMPILAN
YANG DIBUTUHKAN
Meningkatkan keuangan.
Pengenalan diri.
Pengetahuan tentang
sektor industri
Pengetahuan penelitian
pemasaran keuangan
Peneliti pasar/
Akuntan.
Bagian penjualan/agen estat.
Ahli teknik, ahli
teknologi informasi, ahli perlengkapan, konsultan.
Konsultan/pemasaran, agen
humas/penasihat usaha.
7.
Pengembangan
rencana
pelaksanaan.
Pengetahuan tentang
pelaksanaan industri jasa,
pariwisata dan hiburan.
8.
Mengembangkan
rencana pemasaran.
Pengetahuan tentang
pemasaran.
12.
Agen penasihat
usaha.
Peneliti pasar/
pelaksana lainnya.
Memprakirakan
5
untung penjual.
an.
Pengetahuan tentang
properti pasar.
11.
Bankir/Akuntan.
Pemasaran industri/jasa,
pariwisata atau hiburan
Memilih lokasi.
10.
NONWIRAUSAHA
WAN
4
Meneliti pasar.
.
6.
9.
Mengembangkan
rencana pengorganisasian.
Mengembangkan
rencana pengorganisasian .
Mengembangkan
rencana akunting
dan keuangan.
Mempekarjakan
dan melatih staf.
Pengetahuan tentang
keterampilan yang
dibtuhkan SDM.
Konsultan SDM.
Pengetahuan tentang
hukum.
Akuntan/pengacara.
Pengetahuan akunting
dan keuangan.
Akuntan.
Pengetahuan tentang
SDM dan topik yang
relevan.
Pengacara/peru
sahaan penyelenggara.
Selain pengorganisasian, langkah penting lainnya yang harus menjadi pertimbangan utama wirausahawan adalah bentuk badan usaha yang didirikannya.
Tentu saja badan usaha tersebut harus sesuai dengan jenis dan kondisi usahanya.
129
Badan usaha dimaksud bisa berbentuk perusahaan perseorangan, firma, perusahaan komanditer, perseroan terbatas, koperasi, dll. sebagaimana telah
dijelaskan terdahulu.
2. Sumber Daya Manusia Bisnis.
Dalam suatu organisasi termasuk organisasi bisnis, keberadaan SDM menjadi
salah satu faktor penentu bagi keberlangsungan dan keberhasilan bisnis. Tentu
saja yang diperlukan adalah SDM yang berkualitas dalam arti kompeten dan
tepat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Maka penempatan SDM yang pas
sesuai dengan keahliannya akan menjadi daya dukung paling utama. Karena itu
tugas dalam penyediaan SDM semestinya menjadi perhatian utama pula bagi
wirausahawan.
SDM yang berkualitas adalah individu yang mampu memberikan kontribusi
berharga dan bermanfaat bagi perusahaan guna mewujudkan pencapaian tujuan
organisasi serta sistem organisasi perusahaan. Kontribusi dimaksud adalah
produktivitas kerja pada posisi yang dipegangnya. Karenanya wirausahawan
harus mengetahui cara pengembangan SDM agar dapat berinteraksi dan berkontribusi secara optimal untuk kemajuan usahanya. Faktor-faktor latar belakang
umur, pengalaman, dan pendidikan formal semestinya berhubungan dengan
penentuan posisi atau jabatan individu dalam organisasi perusahaan. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah kejujuran dan moralitasnya.
Untuk menyediakan SDM yang tepat bagi organisasi kewirausahaan, manajer
personalia hendaknya mengikuti empat langkah berurutan, yaitu :
PEREKRUTAN
SELEKSI
PELATIHAN
PENILAIAN
HASIL
KERJA
Teknik ini
merupakan campuran dari pengetahuan (basic knowledge) dengan pengalaman yang berhubungan dengan jabatan. Penggunaan basis pengetahuan itu termasuk atau menjadi bagian dari coaching, perputaran posisi
(rolling of duty), dan komite proyek khusus. Coaching merupakan kritik
secara langsung tentang seberapa baik individu karyawan dalam melakukan pekerjaannya, sementara perputaran posisi adalah perpindahan
131
Rendah
Konsultatif
Laissez faire
Wirausahawan
Tinggi
134
4) Implementasi alternatif yang dipilih : Alternatif yang terpilih harus diimplementasikan dalam tindakan yang tepat sehingga keberhasilannya tercapai.
5) Pengumpulan umpan balik (feedback) : Jika permasalahan yang teridentifikasi belum dapat terpecahkan, pengambil keputusan harus terus mencari
dan mengimplementasikan beberapa alternatif lainnya. Dia tidak boleh
menyerah pada keadaan. Kreativitasnya dituntut untuk dapat mengurangi
dampak dari masalah yang ada. Setelah masalah berhasil dipecahkan dan
menjadi laternatif yang akan diimplementasikan, pengambil keputusan
atau wirausahawan dapat mengalihkan perhatiannya pada masalah lainnya.
Proses pembuatan keputusan tersebut di atas didasarkan pada beberapa
asumsi. Pertama, adanya anggapan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi (homo economicus) dan memerlukan cara untuk dapat memaksimalkan
kepuasan atas kebutuhannya. Kedua, situasi pembuatan keputusan, bahwa
pemecahan alternatif dan konsekuensi yang mungkin terjadi dari tiap alternatif diketahui oleh wirausahawan. Ketiga, pembuat keputusan mempunyai
beberapa sistem prioritas. Demikianlah, maka dengan sistem tersebut di atas
pembuat keputusan memungkinkan dapat membuat peringkat (merangking)
alternatif yang nyata yang jadi pilihan menurut peluang yang paling diinginkan.
C. ASPEK PEMASARAN
Pasar adalah tempat terjadinya transaksi dari setiap pihak yang saling memiliki
kepentingan. (Irham Fahmi, 2014:183). Posisi pasar bagi masyarakat, investor, dan
pemerintah menjadi begitu penting untuk dipahami jika dilihat dari segi aktivitasnya
yang semakin hari semakin berubah. Selain pasar tradisional, pasar modern, kini
perubahan pasar mengikuti behavior para pengguna pasar, sehingga pembentukan
pasar digital dengan pendekatan dunia maya atau internet telah menyebabkan
terbentuknya pasar baru yang memiliki dimensi lebih luas dan simpel.
Sementara itu menurut Philip Kotler (1997:8), pemasaran adalah suatu proses
135
sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Definisi pemasaran ini
bersandar pada konsep inti : Kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands); produk (barang, jasa, dan gagasan); nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran dan transaksi; hubungan dan jaringan; pasar, pemasar, dan prospek.
Adapun manajemen pemasaran (Philip Kotler, ibid:13), adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiram, penetapan harga, promosi, serta penyaluran
gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuantujuan individu dan organisasi. Sementara konsep pemasaran menyatakan bahwa
kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para
pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.
Manajemen pemasaran merupakan aspek penting dalam memahami sistem
pemasaran usaha.
yang saling berinteraksi, baik internal maupun eksternal. Lingkungan (internal dan
eksternal) sangat penting dalam pengembangan rencana pemasaran, sedangkan
analisis lingkungan memberi wawasan dan pandangan awal terhadap pembuatan
rencana pemasaran.
Berkaitan dengan pemasaran, di bawah ini dijelaskan tentang rencana pemasaran, bauran perencanaan, serta pesaing dan persaingan.
1. Rencana Pemasaran.
Pembuatan rencana pasar yang menjadi bagian penting manajemen pemasaran
merupakan aspek terpenting dalam memahami sistem pemasaran.
Sistem
137
138
an potensial dan perusahaan yang lebih besar. Dalam hal ini mereka harus
bersiap dengan ancaman tersebut. Perlu dibuat strategi paling efektif di
lingkungan persaingan.
7) Bahan mentah yang sulit diramalkan. Dalam hal ini wirausahawan harus
membentuk komunikasi yang kuat dengan pemasok dan peka terhadap
kurangnya bahan mentah. Jika itu terjadi, wirausahawan harus membuat
perencanaan sumber alternatif dari bahan mentah itu.
c. Karakteristik Rencana Pemasaran.
Rencana pemasaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga kriteria
tertentu terpenuhi.
pemasaran adalah :
1) Memberikan strategi untuk mencapai tujuan atau misi perusahaan.
2) Didasarkan pada fakta dan asumsi yang valid.
3) Memungkinkan penggunaan sumber daya yang ada, alokasi semua peralatan, sumber daya finansial dan SDM yang siap.
4) Organisasi yang tepat harus membuat uraian tugas untuk mengimplementasikan rencana pemasaran.
5) Ada kesinambungan sehingga setiap rencana pemasaran tahunan yang
dibuat dapat memenuhi tujuan dan sasaran dalam jangka panjang.
6) Singkat simpel, karena keberhasilan rencana bergantung pada fleksibilitas. Jadi, perubahan rencana dapat dilakukan dengan melihat perubahan
lingkungan.
7) Adanya kriteria kinerja yang akan dipantau, dievaluasi, dan dikendali-kan.
d. Langkah Pelaksanaan Rencana Pemasaran.
Sebelum rencana pemesaran dilaksanakan, kita harus mendefinisikan situasi
bisnisnya terlebih dahulu. Hal ini berkaitan dengan langkah telaah tentang
kondisi dan keadaan perusahaan saat ini. Jika perusahaan itu masih baru,
latar belakang lebih bersifat pribadi, yang perlu diuraikan berkaitan dengan
upaya pengembangan produk jasa dan mengapa dikembangkan.
Jika
melibatkan produk yang sudah ada, maka tahap rencana pemasarannya harus
139
140
kualitas produk (bahan yang lebih bermutu), saluran unik, harga lebih tinggi,
alternatif promosinya pun berbeda.
a. Produk atau Jasa.
Menguraikan sifat produksi jasa yang harus dipertimbangkan dalam rencana
pemasaran seperti kemasan, cap, pengembangan produk baru dan desain
produk, termasuk bentuk dan warnanya. Setiap unsur harus membedakan
bentuk produk atau jasa dan persaingannya. Ventura jasa baru berbeda dari
usaha karena jasa bukan benda fisik yang dapat disentuh atau dirasakan. Kita
pun sulit memisahkan antara jasa dengan penyedia jasa.
b. Penentuan Harga.
Keputusan yang sulit untuk suatu usaha baru adalah memutuskan harga yang
tepat untuk produk atau jasa yang ditawarkan.
Untuk mempertahankan
brand atau citra (brand image), atas produk atau jasa yang berkualitas
mungkin ditetapkan dengan harga tinggi. Dalam menetapkan harga itu faktor
lain pun harus dipertimbangkan misalnya diskon, pengangkutan, dan laba.
Penentuan biaya pun bergantung pada permintaan produk karena kemampuan untuk membeli bahan dalam jumlah besar akan mengurangi biaya.
Perubahan harga mencerminkan citra produk atau jasa yang berbeda.
c. Distribusi.
Variabel distribusi memberi kegunaan tempat bagi pelanggan, yaitu tempat
yang nyaman untuk membeli ketika barang dibutuhkan. Saluran distribusi
atau perantara merupakan faktor terpenting karena dapat mencerminkan
harga, promosi, dan citra produk. Saluran distribusi juga dapat membantu
wirausahawan dalam peramalan, perencanaan strategi pasar, dan pengembangan produk.
d. Promosi.
Agar citra usaha terus dikenal, ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam
promosi sebagai berikut :
1) Iklan, bisa dilakukan melalui media (televisi, internet, radio, koran, majalah,
dll.) yang dapat dilihat dan dibaca sehingga masyarakat mengetahui produk
142
yang diiklankan. Bagi pengusaha besar iklan kiranya tidak menjadi masalah
karena berapa pun biaya yang akan dikeluarkan sudah menjadi bagian dari
harga jual. Namun bagi pengusaha kecil harus disesuaikan dengan pasar
yang dituju, termasuk media yang akan digunakan.
2) Penyebaran brosur/pamplet, dilakukan untuk memberitahukan kepada
masyarakat tentang sesuatu hal yang baru, seperti produk baru yang akan
diluncurkan, diskon yang akan diberikan, penarikan undian, dll. Akan lebih
menarik jika dicetak dengan teknik dan kreativitas yang bagus sehingga
meningkatkan daya tarik dan penasaran masyarakat.
3) Promosi dari mulut ke mulut, yang pengaruhnya akan langsung muncul
lebih-lebih jika disertai praktek pembuktian. Promosi model ini muncul
dari pemberian layanan yang istimewa, pemberian potongan harga yang
menarik kepada teman dan kerabat, mengajak kolega untuk terlibat dalam
pertimbangan mencari pemecahan masalah, bersikap rendah hati, menghargai teman, memberi rasa humor, serta melakukan hal-hal simpatik lainnya.
4) Menjaring konsumen melalui lokasi strategis, misalnya di tempat-tempat
yang mudah dijangkau, dikenal, atau diketahui oleh pelanggan/pembeli.
5) Internet, misalnya membuat website atau blog sendiri atau memasukkan
data usaha ke beberapa provider.
6) Pameran, di dalam maupun di luar kota, atau bisa juga di tingkat nasional
bahkan internasional seperti ekspo, dll.
7) Billboard, baligo, atau spanduk yang dipasang di tempat-tempat strategis
seperti di persimpangan jalan atau yang biasa dikunjungi dan dilihat orang.
8) Kiriman pos langsung (direct mail), dengan menjual barang dikirim langsung kepada calon pelanggan. Teknik ini digunakan ketika terdapat produk
dan segmen pasar yang jelas.
9) Katalog penjualan (catalog sales), yang harus dibuat dengan tampilan
desain grafis yang menarik dan merangsang minat pelanggan.
10) Multi Level Marketing (MLM), yaitu sistem pemasaran melalui jaringan.
143
MLM adalah salah satu cara perusahaan untuk menembus pasar dengan
cepat yang mengandalkan penjualan langsung (direct selling) melalui
jaringan distributornya yang terbentuk secara berantai, di mana setiap
distributor (up line) yang merekrut dan direkrut (down line) selalu memiliki
kaitan perhitungan komisi dan bonus.
Tujuan dan sistem MLM ini adalah menyebarkan produk yang dapat
menyejahterakan distributor sekaligus konsumennya.
Sukses tidaknya
144
membina down line, dan tentu saja ketidakjujuran. Akhirnya MLM semacam ini tidak kuat bertahan lama, dan hancur.
e. Intuisi.
Dalam berwirausaha kecerdasan intuisi (naluri) sangat penting. Untuk kegiatan itu, setiap wirausahawan harus mampu memainkan intuisinya, suatu keterampilan nonkognitif. Homer (1997) menyimpulkan hasil survainya terhadap
pemandu wisata bahwa perkembangan produk barunya berdasarkan intuisi,
bukan berdasarkan penelitian pasar yang resmi.
3. Pesaing dan Persaingan.
Saat ini pengusaha di bidang jasa, pariwisata, dan hiburan, menjalani persaingan
(kompetisi) yang sangat berat. Porter (1997) dalam Sukmadi (2014:166) mengidentifikasikan tekanan kompetisi di dunia industri seperti ditunjukkan dalam
bagan di bawah ini.
Kekuatan Mengatur Kompetisi dalam Industri
Ancaman dari Perusahaan baru
Industri
yang sedang mengendalikan posisi bisnis di antara
Pesaing yang ada
Kekuatan dari
Pemasok
Kekuatan dari
Konsumen
mereka berhadapan dengan ancaman dari pesaing baru yang masuk ke pasar
mereka. Kekuatan tawar konsumen dalam situasi kompetitif ini tentu sangat
tinggi sehingga mereka berada pada posisi yang kuat pula. Pemasok industri
melakukan operasional yang sangat kompetitif, namun kekuatan pemasok
seringkali rendah karena keberadaan penyalur alternatif dapat menghentikan
145
kegiatannya jika terjadi ketidakpuasan. Demikianlah, maka yang harus diperhatikan oleh pihak industri dalam menghadapi situasi kompetisi ini perlu
memperhatian orientasi pasar serta posisi dan strategi.
a. Orientasi Pasar.
Konsep pemasaran intinya adalah untuk memuaskan kebutuhan konsumen
dengan cara baru atau yang lebih baik.
mengetahui apa yang diinginkan pasar. Dalam hal ini diperlukan kombinasi
antara dedikasi, intuisi, dan keberuntungan yang baik dengan memberikan
apa yang diinginkan oleh pasar dengan cara yang berbeda dari pesaing lain.
b. Posisi dan Segmentasi.
Teori posisi dan segmentasi pasar sangat penting difahami oleh wirausahawan. Pelanggan biasanya mencari kenyamanan, rasa, dan nilai uang. Dalam
mengembangkan atau memodifikasi sebuah konsep, teori pemasaran memberi tahu klien bahwa beberapa atribut dapat menjadi sangat penting bagi
kelompok tertentu dari kelompok lainnya. Karena itu fokus pemasaran
ditujukan pada kelompok konsumen atau segmen tertentu. Dan dalam
upaya memperoleh pengetahuan berharga, wirausahawan perlu mencapai
batasan produk pasar.
Secara tradisional kelompok konsumen telah diklasifikasi berdasarkan
status sosial ekonomi, yaitu : A, B, C1, C2, D, atau E. sebagaimana disajikan
dalam tabel di bawah ini.
Kelompok Konsumen Tradisional
(Pengelompokkan Sosial Ekonomi dan Pekerjaan)
PENGELOMPOKKAN
PEKERJAAN
Cukup Jarang.
C1
Pekerja Kantor.
146
C2
147
148
BAB VII
PERENCANAAN BISNIS
A. KONSEP RENCANA BISNIS (BUSINESS PLAN)
Di era globalisasi dengan kecanggihan komunikasi sekarang ini yang penuh dengan
perubahan cepat, sangat berpengaruh terhadap bisnis. Para wirausahawan harus
mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan dimaksud, terutama kejelian
membaca situasi menyangkut selera pasar dan produk inovasi serta pelayan prima,
karena bermuara pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Karenanya
perencanaan bisnis mutlak diperlukan dalam bidang usaha apa pun termasuk di
sektor industri dan pariwisata.
Perencanaan bisnis harus dibuat secara khusus dan spesifik, karenanya
diperlukan data dan informasi yang up to date agar mudah dipahami oleh pihakpihak yang berkepentingan seperti para wirausahawan, investor, pemilik, perbankan/lembaga keuangan nonbank, dan pelaku bisnis lainnya. Konsep rencana
bisnis harus menggambarkan kondisi bisnis yang sebenarnya tanpa rekayasa.
Hal-hal yang berkaitan dengan konsep rencana bisnis adalah menyangkut
pengertian rencana bisnis, ruang lingkup dan manfaat rencana bisnis, tujuan
rencana bisnis, serta cakupan rencana bisnis.
1. Pengertian Rencana Bisnis.
Rencana bisnis adalah dokumen tertulis yang menggambarkan awal berdirinya
perusahaan secara keseluruhan yang lengkap terorganisasi dan relevan dengan
aspek-aspek internal dan eksternal strategis untuk memulai usaha baru. (Sukmadi, 2014:186). Dengan demikian rencana bisnis merupakan pedoman tertulis
bagi wirausahawan dalam memulai dan melanjutkan usaha, sekaligus berfungsi
sebagai alat untuk memperoleh modal dan sumber keuangan yang dibutuhkan.
Rencana bisnis inipun seringkali merupakan perpaduan dari rencana-rencana
fungsional sebuah perusahaan, yaitu keuangan, produksi, sumber daya manusia,
dan pemasaran. Dengan kata lain rencana bisnis (business plan) adalah peta
jalan (road map) bagi seorang pengendara (wirausahawan) sehingga dapat
149
Daftar isi
Pada
c. Ringkasan Eksekutif.
Ini merupakan ringkasan isi dan tujuan rencana bisnis yang telah selesai
dibuat. Ringkasan eksekutif digunakan untuk memberikan ikhtisar atau gambaran tentang tujuan perusahaan serta cara perusahaan memenuhi proyeksinya, yang biasanya dibuat dalam satu, dua, atau tiga halaman saja. Dalam hal
mencari dana maka ringkasan eksekutif menunjukkan kebutuhan dana serta
membenarkan kelayakan finansialnya, sehingga calon investor atau pemberi
pinjaman dana dengan mudah melihat nama, usia, badan hukum, lokasi, sifat
dan keunikan bisnis, gambaran singkat kinerja bisnis dan tujuan pinjaman,
waktu yang dibutuhkan, kelayakan pendanaan, pernyataan pembayaran,
pernyataan potensi laba, dsb.
berkonsentrasi pada kemampuan perusahaan dalam membayar pokok pinjaman dan bunganya, kapan dana dibutuhkan serta agunannya.
Itulah
152
atau jasa yang dihasilkan, perolehan bisnis (baru, akuisisi, franchise, atau
lainnya), peluangnya, hubungan dengan pamasok, perbankan, distributor,
dsb.
2) Penjelasan tentang produk dan jasa : Apa yang dihasilkan atau dijual,
definisi produk atau jasa yang dihasilkan atau jual, keuntungan bagi konsumen, keunggulan, dsb. Sebaiknya dijelaskan juga prosesnya dari bahan
baku sampai produk jadi, dan dapat disajikan dalam flowchart (timeline)
sehingga dapat membantu mengidentifikasi berbagai tahap litbang sampai
dengan produksi komersial.
3) Penjelasan data bahan baku, kapan harus dipesan, harga pemasok, pemasok alternatif (kalau ada), alamat pemasok, dll. yang berkaitan dengan
bahan baku.
4) Penjelasan tentang mesin dan peralatan baik yang telah dimiliki maupun
rencana pembelian, yang akan digunakan dalam proses produksi.
5) Jika berkaitan dengan rencana ekspansi ke luar negeri, baik bahan maupun
penjualan produknya dijelaskan dalam rencana ekspor-impor.
6) Penjelasan tentang perlindungan hukum atas HAKI (Hak Kekayaan Intelektual Indonesia) menyangkut merk, paten, hak cipta, desain industri, tata
letak sirkuit terpadu, rahasia dagang, dll.
7) Penjelasan tentang lokasi bisnis atau tempat usaha, nyaman tidak, mudah
dijangkau oleh konsumen tidak, strategis tidak, dsb. termasuk faktor pendukung lokasi seperti luas tanah dan bangunan, statusnya, fasilitas yang
dimiliki lokasi dimaksud (pembuangan limbah, telepon, listrik, air, transportasi, dsb.
f. Kondisi Pasar dan Strategi Pemasaran.
Secara obyektif kondisi pasar atas produk dan jasa harus dikenali, sampai
sejauh mana pasar dapat menanggapinya. Untuk selanjutnya dari sini dapat
ditentukan strategi apa yang cocok untuk pemasaran produk dan jasa yang
dihasilkan. Pada bagian ini yang harus dibahas adalah :
1) Profil konsumen yang akan dituju meliputi siapa dan dalam jumlah berapa
153
besar (marketshare).
2) Potensi pasar dan prospek pertumbuhannya.
3) Analisis konsumen secara mendalam meliputi karakteristik, perilaku, dan
motif pembeliannya.
4) Persaingan yang ada, yaitu jumlah pesaing, tingkat persaingan, strategi
pesaing, persaingan harga, dsb.
5) Keunggulan produk atau jasa (keunggulan bersaing) yang dimiliki dengan
unsur-unsurnya yakni keunggulan bersaing, posisi keuanggulan berdaing
(cost leader atau diferensiasi) dan kinerja yang dihasilkan dari strategi
(misalnya konsumen puas, loyalitas tinggi, marketshare meningkat, profitabilitas tinggi). Untuk analisis keunggulan dapat juga digunakan salah satu
model, yaitu market commitment model yang dikembangkan berdasarkan
customer value, yakni nilai apa yang dibutuhkan pelanggan.
6) Strategi dan rencana pemasaran yang akan dilaksanakan (produk, distribusi, harga, promosi, pemasaran, penjualan, citra perusahaan, dll.).
Perusahaan pun dapat menerapkan strategi STP (Segmenting, Targeting,
Positioning), yaitu :
1) Segmenting dapat dilakukan atas dasar karakteristik pelanggan (geografis,
jenis usaha, ukuran usaha, jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan),
atau berdasarkan psikografi (gaya hidup), berdasarkan perilaku (status
pemakai, pertimbangan tertentu, sensitivitas harga, kesiapan, tingkat
pemakaian, loyalitas).
2) Targeting, yakni menentukan segmen pasar mana yang dipilih atau dibidik
dengan cara undifferentiated marketing (produk masal, produksi besarbesaran, skala ekonomis tercapai, biaya rendah), cara differentiated
marketing (pasar berbeda-beda, sangat spesifik), dan concentrated marketing (pasar relatif sempit tetapi potensinya sangat luas).
3) Positioning, yaitu suatu cara untuk menempatkan produk sehingga tertanam dalam benak pelanggan, dimulai dari persepsi pelanggan terhadap
suatu produk sampai dengan menentukan strategi positioning atau reposi-
154
155
156
157
1) Resiko jangka pendek atau resiko likuiditas, yaitu ketidakmampuan menyelesaikan kewajiban tepat pada waktunya.
2) Resiko jangka panjang atau solvabilitas, yaitu ketidakmampuan menyelesaikan kewajiban-kewajiban jika jatuh tempo. Resiko jangka panjang ini
jika sudah jatuh tempo berubah menjadi resiko jangka pendek. Oleh sebab
itu dalam rencana bisnis, kondisi keuangan dan strateginya harus dikelola
dengan baik, sehingga diharapkan akan diperoleh profitabilitas yang
memadai.
Untuk mengelola keuangan dengan baik, perusahaan harus membuat/
menyusun anggaran yang berkaitan dengan keuangan, yang garis besarnya :
1) Kebutuhan keuangan untuk memulai usaha (star-up cost) yang meliputi
biaya untuk tempat usaha (beli atau sewa), biaya perizinan, biaya organisasi (pembuatan akte, penyusunan sistem dan prosedur operasional,
biaya akuntansi); biaya untuk pembelian mesin dan peralatan; biaya
perekrutan karyawan; biaya asuransi; biaya bahan baku dan penolong
tenaga kerja baik untuk percobaan maupun persediaan operasional; biaya
utilitas; biaya iklan dan promosi awal.
2) Kebutuhan biaya operasional untuk memulai operasional bisnis yang terdiri
atas biaya tenaga kerja (gaji/upah) biaya penyusunan, biaya asuransi, biaya
bungan pinjaman, biaya utilitas, biaya perawatan, biaya pajak, biaya
promosi dan administrasi. Hal ini biasanya harus disiapkan untuk selama
tiga sampai 6 bulan). Dalam hal ini harus disusun anggaran pinjaman dan
pelunasan, anggaran neraca, anggaran rugi laba, anggaran arus kas, analisis
titik impas, dan anggaran lain-lainnya. Analisis titik impas adalah suatu
model analisis untuk menentukan kapan perusahaan tidak memperoleh
laba tetapi juga tidak menderita kerugian, atau juga disebut laba = nol.
Dengan mengetahui titik impas, maka perusahaan dapat menentukan
jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar tidak menderita rugi.
Dalam analisis ini melibatkan tiga variabel, yaitu biaya variabel, biaya tetap,
dan harga jual.
158
Bagian ini menyangkut segala sesuatu tentang keuangan, maka menyangkut masalah keputusan investasi dan masalah alokasi modal yang jumlahnya
cukup besar untuk jangka waktu panjang, maka resikonya pun besar di
samping sumber perolehan dananya juga tidak mudah.
Kegiatan tersebut di atas lazim disebut pengambilan keputusan investasi,
keputusan investasi, atau capital budgeting yang mencakup beberapa aktivitas antara lain ekspansi, akuisisi, divestasi, rekapitalisasi aset, dsb. yang
kesemuanya perlu analisis dan evaluasi terhadap rencana perubahan investasi. Untuk melakukan evaluasi terhadap investasi, diperlukan tahapan :
1) Estimasi arus kas (cash flows).
2) Estimasi rencana pendapatan yang ingin diperoleh.
3) Evaluasi rencana investasi berdasarkan ukuran yang jelas.
Ukuran-ukuran yang biasanya dipergunakan dalam mengevaluasi suatu
rencana investasi ada dua kriteria, pertama, nondiscounted cash flow, yang
tidak memperhatikan nilai waktu dan uang yang terdiri dari payback period
dan accounting rate of return. Kedua, discounted cash flow yang memasukkan nilai waktu dan uang yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), dan Profitability Index (PI).
Hal-hal yang biasanya sering ditanyakan oleh para calon pemberi
pinjaman dana atau investor antara lain menyangkut masalah sejarah kredit
yang pernah dialami (lancar atau macet), jenis agunan yang dimiliki, kemampuan memenuhi tujuan pemberi pinjaman/investor, permintaan produk atau
jasa perusahaan, proteksi kepemilikan yang mantap (merk, paten, perjanjianperjanian lain), apakah proyeksinya realistis dan memiliki rencana pemasaran
yang kuat?
i. Kondisi dan Strategi Operasional.
Manajemen operasional mengatur semua kegiatan yang langsung berhubungan dengan pembuatan produk atau penyedaiaan jasa layanan. Kegiatannya
mentransformasi input (bahan mentah, energi, tenaga kerja, uang, informasi)
menjadi barang atau jasa. Berkaitan dengan operasi, terdapat dua kegiatan
159
160
161
(generic strategy), strategi utama/induk (grand strategy), dan strategi fungsional (functional strategy).
Strategi generik merupakan suatu pendekatan perusahaan dalam rangka
mengungguli pesaing dalam industri sejenis. Setelah mengetahui strategi
generiknya kemudian ditindaklanjuti dengan penentuan strategi yang lebih
operasional untuk implementasinya. Terdapat tiga model strategi generik :
1) Model Strategi Generik Wheelen dan Hunger atau Konsep General Electric
(GE) yang meliputi :
a) Strategi stabilitas (stability strategy) yang menekankan pada tidak
bertambahnya produk, pasar, dan fungsi-fungsi perusahaan lain, karena
perusahaan berusaha meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam
rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi ini resikonya
rendah dan biasanya dilakukan untuk produk yang tengah berada pada
posisi kedewasaan (matur);
b) Strategi ekspansi (expansion strategy) yang menekankan pada penambahan/perluasan produk, pasar, dan fungsi-fungsi perusahaan lainnya,
sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Strategi ini selain keuntungan
yang ingin diraih lebih besar, tetapi mengandung resiko kegagalan yang
tidak kecil;
c) Strategi penciutan (retrenchment strategy) untuk melakukan pengurangan atas produk yang dihasilkan atau pengurangan atas pasar
maupun fungsi-fungsi lain dalam perusahaan, khususnya yang mempunyai cash flow negatif. Biasanya strategi ini diterapkan pada bisnis
yang berada pada tahap menurun (decline). Penciutan ini dapat terjadi
karena sumber daya yang perlu diciutkan itu lebih baik, demi usaha lain
yang sedang berkembang.
2) Model Strategi Generik Michael P. Porter :
Untuk meningkatkan usaha dalam persaingan yang semakin ketat,
perusahaan harus memilih prinsip berbisnis dengan produk harga tinggi
atau produk dengan harga rendah. Jika digambarkan melalui dua sumbu (X
162
Strategi Kepemimpinan
Biaya Menyeluruh
Competitive
Scope
Strategi
Fokus
Diferensiasi
Strategi
Fokus
Biaya
X
Competitive Advantage
Sumber : S.L. Wangsanegara (51).
tegis :
a) Strategi integrasi vertikal (vertical integration strategy), yang menghendaki perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok, dan/atau para pesaingnya, misalnya melalui merger,
akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri;
b) Strategi insentif (insentive strategy), yang memerlukan berbagai usaha
yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui
produk yang ada;
c) Strategi diversifikasi (diversification strategy), untuk menambah produk
baru. Strategi ini kurang populer, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya
tingkat kesulitan manajemen dalam mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda-beda;
d) Strategi bertahan (defensive strategy), dengan maksud agar perusahaan
melakukan berbagai tindakan penyelamatan sehingga terlepas dari
kerugian yang lebih besar, yang pada akhirnya berujung kebangkrutan.
Sementara itu strategi utama (grand strategy) yang merupakan tindak
lanjut dari strategi generik, adalah strategi yang lebih operasional.
1) Model Strategi Utama Wheelen dan Hunger :
a) Macam-macam strategi utama : Jabaran strategi utama dan strategi
utama Wheelen dan Hunger menggunakan konsep dari GE, dapat dilihat
dari tabel di bawah ini.
Konsep Strategi General Electric (GE)
STRATEGI GENERIK
Strategi Pertumbuhan
(Growth Strategy)
Strategi Stabilitas
(Stability Strategy)
STRATEGI UTAMA
a. Strategi Pertumbuhan Konsentrasi :
- Horizontal
- Vertikal
b. Strategi Pertumbuhan Diversifikasi
- Terpusat
- Konglomerasi
a. Strategi Istirahat (Pause Strategy)/Strategi
Terus dengan Hati-hati (Proceed with Caution
Strategy)
b. Strategi Tanpa Perubahan (No Change Strategy)
c. Strategi Laba (Profit Strategy)
164
Strategi Penciutan
(Retrenchment Strategy)
Kemenarikan
Industri
Sedang
Rendah
1. Pertumbuhan
- Konsentrasi
via integrasi
vertikal
4.Stabilitas
- Istirahat
- Hati-hati
7.Pertumbuhan
- Diversifikasi
konsentrasi
Biasa
2.Pertumbuhan
- Konsentrasi
via integrasi
horizontal
5.Pertumbuhan
- Konsentrasi
via integrasi
horizontal
Stabilitas
- Tidak berubah
- Profit
8.Pertumbuhan
- Diversifikasi
konglomerasi
Lemah
3.Pengurangan
-Turnaround
6.Pengurangan
- Captive
company
- Selling out
9.Pengurangan
- Bankrupcy
- Liquidation
STRATEGI UTAMA
a. Strategi Integrasi ke Depan (Forward Integration Strategy)
b. Strategi Integrasi ke Belakang (Backward
Integration Strategy)
c. Strategi Integrasi Horizontal (Horizontal
Integration Strategy)
a. Strategi Pengembangan Pasar (Market
Development Strategy)
165
Strategi Diversifikasi
(Diversification Strategy)
Strategi Bertahan
(Devensive Strategy)
Competetive
Profile (CP)
Matrix
Strategic Position
and Action Evaluation (SPACE)
Boston
Internal
Consulting
External
Group (BCG) IE Matrix
Grand
Strategy
Matrix
Strategi Fokus
Diferensiasi
Strategi Fokus
Biaya
Competitive
Scope
Hanya
Segmen
Tertentu
x
Kekhasan yang dirasakan
Posisi Biaya Rendah
Konsumen
Competitive Advantage
Sumber : S.L. Wangsanegara (56).
- Lingkungan struktural;
- Kendala perkembangan industri;
- Pilihan-pilihan strategi.
(2) Strategi Pindah ke Bisnis yang Dewasa :
- Perubahan industri selama transisi;
- Implikasi organisasi;
(3) Strategi pada Bisnis yang Menurun :
- Penentu struktural persaingan dalam masa penurunan;
- Alternatif strategi dalam masa penurunan.
ini sebagian akan bergantung pada jenis bidang usaha yang diterjuni perusahaan serta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Namun jangan menetapkan sasaran laba yang bertujuan untuk pencapaian tingkat maksimum
jangka pendek, sebab dapat merusak sasaran masa depan. Oleh karena itu,
menetapkan sasaran laba yang realistis akan lebih baik daripada perusahaan
yang sekedar mencoba menghasilkan uang sebanyak-banyaknya.
c. Seberapa cepat perusahaan ingin tumbuh? Hal ini didasarkan pada pemikiran
jika perusahaan tidak tumbuh, maka akan tertinggal dan terhenti. Hal ini
dapat dibenarkan, dalam arti, pasar sedang berkembang dalam situasi yang
cenderung posisi pasar menurun, ekspansi tidak dapat dilaksanakan, karena
biaya-biaya cenderung akan lebih cepat meningkat yang akibatnya akan
mengurangi kemampuan perusahaan memperoleh laba.
dalam menetapkan seberapa cepat perusahaan ingin tumbuh, harus diusahakan serealistis mungkin dengan mempertimbangkan situasi-situasi tertentu
yang akan mengundang resiko yang lebih besar dan menurunkan prestasi.
2. Menetapkan Strategi Bisnis.
Menetapkan strategi atau siasat bisnis berarti menetapkan cara organisasi/
perusahaan mencapai tujuan. Lazimnya strategi didasarkan atau sesuai dengan
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dan hasil usaha yang telah diproyeksikan
oleh organisasi/perusahaan. Secara garis besar strategi bisnis meliputi : Strategi
operasional, strategi pembiayaan/investasi, strategi manajemen/organisasi/pendayagunaan SDM. (Salim Siagian, 1997:36).
a. Strategi Operasional.
Meliputi strategi dalam hal kegiatan usaha, pengadaan, maupun pemasaran.
1) Kegiatan usaha : Pertimbangkan posisi yang telah dicapai perusahaan, hal
ini berarti harus mempertahankan serta memantapkan kegiatan usaha
yang telah dicapai dilandaskan pada penanganan komoditas/produk yang
telah terjamin pemasaran dan keuntungannya.
2) Pengadaan : Harus diarahkan pada terciptanya ikatan partnership yang
kuat antara perusahaan pembekal (supplier), dan hubungan yang baik
169
170
171
172
(1) Memerlukan personalia dan sistem akuntansi yang baik yang mampu dengan cepat merekam, menganalisis, dan melaporkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam realisasai.
(2) Pengamatan yang sungguh-sungguh terhadap lingkungan luar perusahaan (ekstern).
Anggaran yang baik tentu yang disusun secara komprehensif agar seluruh kegiatan olperasional perusahaan terpadu. Namun ada beberapa alasan atau kondisi yang menyebabkan anggaran disusun parsial, yaitu :
a) Tidak tersedianya data yang lengkap tentang seluruh bagian dari perusahaan;
b) Tidak ada biaya dan keterampilan penyusunnya sehingga hanya dibuat
anggaran yang diperlukan saja;
c) Kehendak pimpinan perusahaan.
4) Jangka waktu anggaran : Jika rencana atau program kerja dibagi dalam
perencanaan jangka panjang (umumnya 20 tahunan), perencanaan jangka
menengah (lima tahunan), dan perencanaan jangka pendek (tahunan),
maka anggaran umumnya dikenal tahunan. Anggaran tahunan atau jangka
pendek dapat dibagi menjadi anggaran operasional dan anggaran keuangan.
a) Anggaran operasional, untuk seluruh kegiatan perusahaan, misalnya
anggaran untuk :
(1) Anggaran proyeksi rugi/laba.
(2) Anggaran pembantu laporan rugi/laba yang mencakup : Anggaran
produksi, anggaran distribusi, anggaran pemasaran dan promosi,
anggaran penjualan, anggaran administrasi dan umum, dsb.
b) Anggaran keuangan, sebagai akibat dari perubahan-perubahan kekayaan, hutang-piutang perusahaan antara lain meliputi : Proyeksi neraca
dan anggaran pembantu proyeksi neraca yang terdiri atas anggaran kas,
anggaran hutang, anggaran piutang, anggaran perubahan modal, anggaran penyusutan.
173
174
Setelah
Dengan asumsi akan selalu terjadi perubahan, sementara rencana yang dijabarkan dalam anggaran seringkali menjangkau periode yang panjang (setahun),
maka tindakan koreksi dapat dilakukan melalui mekanisme peninjauan/evaluasi
yang teratur sepanjang tahun, dengan kemungkinan peramalan dan penganggaran kembali agar lebih baik dan menggambarkan perubahan yang realistis.
Dalam hal ini kriteria penilaian pun perlu diubah dengan melihat kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada (analisis SWOT). Namun juga perlu
hati-hati, sebab kalau terlalu sering dilakukan perubahan kriteria penilaian, bisa
mengurangi komitmen (keterikatan) dan motivasi manajemen terhadap proses
perencanaan.
Dalam kondisi sekarang, ketika dunia dunia makin cepat berubah, maka
mengubah rencana dan standar penilaian disesuaikan dengan perubahan tersebut merupakan sesuatu yang wajar.
177
BAB VIII
KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA (BISNIS)
A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Pemimpin adalah seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai
predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir), dan merupakan kebutuhan dari satu
situasi/zaman, sehingga ia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan. (Kartini Kartono, 1998:33). Dengan kekuasaan
dan kewibawaannya ia mampu mempengaruhi orang lain dalam melaksanakan
keinginannya.
Demikianlah, kepemimpinan (leadership) merupakan kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain dalam melaksanakan keinginannya. Kepemimpinan memiliki beberapa tipe, yaitu behavioral leadership, situasional atau transactional leadership, dan transformational leadership.
1. Behavioral Leadership : Ada dua tipe, yang pertama adalah task oriented di
mana pemimpin lebih fokus pada pencapaian tujuan, pemberian tugas/instruksi,
rencana kerja, dan ketaatan pada peraturan. Jadi lebih menitikberatkan bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan. Yang kedua adalah people oriented yang
intinya sama dengan tipe pertama tetapi lebih menekankan pada orang atau
penciptaan human relations, good relations, dan interpersonal warmth.
2. Situasional/Transactional Leadership : Pemimpin bisa menerapkan task oriented, people oriented, atau kombinasi dari keduanya bergantung pada situasi
tertentu. Pemimpin situasional merupakan pemimpin feksibel, karenanya disebut transaksional yang menekankan ada hubungan interpersonal yang terjadi
antara atasan dan bawahan, dan memungkinkan untuk berinteraksi tiap hari.
3. Transformational Leadership : Pemimpin ini memiliki orientasi perubahan yang
signifikan bagi organisasi dan menginspirasi, serta memotivasi karyawan dengan
pemberian instruksi atau kebijakan-kebijakan baru. Karakteristik dari pemimpin
demikian tidak fleksibel, single minded, dan keras kepala, karena organisasi harus
berjalan sesuai dengan keinginannya.
178
Transformational
Transactional
Technical
Sumber : Wawan Dhewanto (2013:141).
Sementara itu menurut Rhenald Kasali (2010:95-96), terdapat tiga jenis kepemimpinan, yaitu kepemimpinan transformational-transaksional, kepemimpinan
karismatik-visioner, dan kepemimpinan tim.
1. Kepemimpinan Transformational-Transaksional : Pemimpin yang membimbing
dan memotivasi pengikutnya menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas peran dan persyaratan tugas. Kepemimpinan transformasional dibangun di
atas kepemimpinan transaksional.
180
inovatif dan adaptif, kaya dengan pembaruan dan tidak mudah dihambat oleh
kejadian-kejadian dari luar. Namun tanpa kepercayaan, kreativitas yang hebat tidak
akan mempunyai nilai pasar, tidak dapat diterima di mana-mana. Maka kepemimpinan hendaknya menggabungkan kreativitas dan kepercayaan menjadi sebuah
usaha yang efektif, yang berpengaruh luas dan hidup.
Sebuah usaha yang dibangun tanpa kepemimpinan yang kuat hanya akan menjadi usaha kecil yang stagnant (diam, tidak berkembang). Maka dengan kepemimpinan yang hebat, usaha akan menjadi besar dan banyak orang mau berkerjasama
dengannya. Kepemimpinan dibentuk bertahap, sejalan dengan tumbuhnya usaha.
Perlu kombinasi antara pengetahuan, pengalaman, keterampilan, cara mengarahkan dan penerimaan.
B. PERILAKU KEPEMIMPINAN
1. Orientasi Perilaku Kepemimpinan.
a. Orientasi Perilaku Pemimpin yang Task Oriented : Cenderung menunjukkan
pola-pola perilaku sebagai berikut :
1) Merumuskan secara jelas peranannya sendiri meupun stafnya.
2) Menetapkan tujuan-tujuan yang sukar tetapi dapat dicapai, dan memberitahukan kepada karyawan apa yang diharapkan dari mereka.
3) Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan
dan pencapaian tujuan, yaitu dengan merumuskan tujuan-tujuan dimaksud
dengan jelas dan khas.
4) Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,
mengarahkan, membimbing, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada tujuan.
5) Berminat mencapai peningkatan produktivitas.
Pemimpin yang kadar orientasi tugasnya rendah, cenderung menjadi
tidak aktif dalam mengarahkan perilaku yang berorientasi pada tujuan, seperti
perencanaan dan penjadwalan. Ia cenderung bekerja seperti para karyawan
181
182
Ia
memberikan pengaruh kuat dan pengarahan dengan cara yang tidak menimbulkan dendam.
Teori perilaku menjelaskan efektivitas perilaku yang membedakan
seorang pemimpin yang efektif dengan orang-orang lain yang tidak efektif.
Ada empat studi perilaku utama yang perlu diketahui. (Rhenald Kasali,
2010:88-89) sebagaimana tabel di bawah ini.
Teori Kepemimpinan Perilaku
Kisi-kisi Manajerial.
DIMENSI PERILAKU
KESIMPULAN
183
MANAJER
LEADERS
Bereaksi (reaktif).
Berinisiatif.
185
setiap orang. Kesadaran seorang pemimpin bahwa dia sendiri yang menentukan
kadar kemampuan kepemimpinannya, akan membantu dalam upaya melakukan
perbaikan-perbaikan. Tidak ada cara terbaik untuk menjadi pemimpin. Para
wirausahawan adalah individu-individu yang mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri. Kepribadian masing-masing akan mempengaruhi perilaku
kepemimpinannya. Pekerjaan sekarang harus dapat memberikan peluang untuk
mempraktekkan kepemimpinannya.
Semakin berkualitas seorang pemimpin, akan semakin besar ketergantungan
pada staf untuk mendukung dan memikul tanggung jawabnya. Mendelegasikan
tanggung jawab akan mengembangkan rasa percaya dan keyakinan yang diperlukan staf untuk mencapai potensi karyawan sepenuhnya. Jika potensi karyawan
terwujud, maka potensi seseorang sebagai pemimpin pun tercapai.
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah perlakukan orang lain
sebagaimana anda ingin diperlakukan. Berusaha memandang suatu keadaan
dari sudut pandang orang lain akan ikut mengembangkan sikap tepo seliro.
Untuk menentukan kualitas kepemimpinan sebagai seorang wirausahawan,
hendaklah anda dapat menjawab ya atas rangkaian pertanyaan di bawah ini.
(S.L. Wangsanegara : 66-67).
a. Apakah anda seorang pemimpin dan bukan pengekor?
b. Apakah orang mencari anda minta dipimpin dan diberi nasihat?
c. Apakah anda dapat mengembangkan dan menerapkan ide-ide baru?
d. Apakah anda memainkan peranan aktif dalam kehidupan bermasyarakat?
e. Apakah anda selalu berusaha meningkatkan kekuatan-kekuatan anda dan juga
menghilangkan kelemahan-kelemahan anda secara efisien?
f. Apakah anda mengatur waktu dan kegiatan-kegiatan anda secara efisien?
g. Apakah anda mempunyai program atau rencana tertentu untuk meningkatkan
kadar kepemimpinan anda?
h. Apakah anda belajar dari kesalahan-kesalahan anda?
i. Apakah anda berorientasi pada hasil dan apakah anda menyelesaikan sesuatu
yang anda mulai?
187
j. Apakah anda menggunakan kekuatan anda sebagai pemimpin untuk membantu orang lain?
k. Apakah orang-orang lain menaruh keyakinan pada kemampuan-kemampuan
anda?
l. Apakah pendapat-pendapat orang lain membantu anda dalam mengambil
keputusan?
m. Apakah anda dapat menangani orang secara efektif?
n. Apakah anda melakukan perubahan atas apa yang sedang anda lakukan agar
organisasi anda baik?
o. Apakah anda mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab kepada staf
anda?
p. Apakah anda membagi keberhasilan anda dengan staf anda?
4. Memimpin dan Memotivasi Orang Lain.
Wirausahawan adalah motivator bagi karyawan yang berhasil. Wirausahawan
dapat memotivasi karyawan dengan kerja keras, namun motivator yang berhasil
adalah wirausahawan yang orientasi orangnya (people oriented) tinggi.
Beberapa metode kepemimpinan yang berorientasi orangnya tinggi untuk
memberi motivasi kepada staf/karyawan dapat menggunakan teknik-teknik di
bawah ini. (S.L. Wangsanegara : 67-69).
a. Bangun harga diri karyawan. Umumnya semakin tinggi harga diri karyawan,
akan semakin baik prestasi mereka dalam menyelesaikan tugas;
b. Beritahu (informasikan) kepada karyawan apa yang ingin anda capai. Lakukan
komunikasi efektif dalam organisasi/perusahaan;
c. Delegasikan kekuasaan dan tanggung jawab kepada bawahan. Kepercayaan
perlu dibangun antara lain memberi kebebasan untuk mengambil keputusan,
menerapkan tindakan, berbuat salah, mengambil tindakan korektif sehingga
mencapai sasaran tanpa harus diarahkan terus-menerus;
d. Bina kontak pribadi, untuk memanfaatkan bakat-bakat karyawan;
e. Analisis masalahnya bukan orangnya. Jangan menyindir seolah-olah rendahnya prestasi karyawan merupakan petunjuk dari sikap yang tidak baik atau ti188
bawahan/karyawan.
C. KARAKTERISTIK PEMIMPIN
Riset kepemimpinan awalnya berfokus pada ciri-ciri atau karakter pemimpin yang
digunakan untuk membedakan pemimpin dan nonpemimpin. Menurut Rhenald
190
Kasali (2010:87-88), setidaknya ada enam karakter yang terkait dengan kepemimpinan yang efektif, yaitu :
1. Dorongan : Pemimpin adalah orang yang memiliki tingkat usaha (dorongan) yang
tinggi.
Memiliki ambisi positif, energi yang berlimpah, tak kenal lelah dalam bekerja,
dan menunjukkan inisiatif dalam banyak hal;
2. Kehendak untuk Memimpin : Pemimpin adalah orang yang mempunyai kehendak yang kuat untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain. Ia menunjukkan
kemauan dalam mengemban tanggung jawab meskipun tugas pekerjaannya
berbahaya atau beresiko;
3. Kejujuran dan Integritas : Pemimpin mempunyai keinginan untuk membangun
hubungan saling mempercayai dan dengan memberi keteladanan serta menunjukkan konsistensi yang tinggi antara perkataan dengan perbuatannya;
4. Kepercayaan Diri : Pemimpin perlu menunjukkan kepercayaan diri dan meyakinkan para pengikutnya tentang kebenaran sasaran dan keputusannya. Dengan demikian para karyawan akan mengikuti dan tidak ragu-ragu dalam bertindak;
5. Kecerdasan : Pemimpin adalah orang yang cerdas dan berpengetahuan untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan informasi. Ia mampu menciptakan visi, misi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang tepat;
6. Pengetahuan yang Terkait dengan Pekerjaan : Pemimpin yang efektif mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang banyak hal, mulai dari perusahaan,
industri, dan hal-hal teknis. Pengetahuan yang luas membuat pemimpin mampu
membuat keputusan yang cermat.
D. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
1. Pendekatan Sifat (Trait).
Pendekatan ini menganggap bahwa pemimpin yang baik adalah dilahirkan, bukan diciptakan. Pemimpin yang berhasil cenderung memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a. Kecerdasan, termasuk kemampuan menilai dan verbal;
191
194
195
196
BAB IX
ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB BISNIS
A. PENGERTIAN ETIKA
Etika itu berangkat dari moral. Menurut Purwadarminta (1950:957), moral adalah
ajaran tentang benar-salah, baik-buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak,
kewajiban, dsb. Demikianlah, maka etika merupakan pemikiran kritis dan mandasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral. Etika membicarakan masalah yang
berkaitan dengan nilai dan predikat benar dan salah, susila dan tidak susila
serta baik dan buruk. Kalau moral berlaku umum, sedangkan etika berlaku
khusus pada komunitas tertentu, karena itu ada yang disebut kode etik, seperti
kode etik guru, kode etik dokter, kode etik hakim, kode etik polisi, dsb. Maka di
kalangan wirausaha/bisnis pun tentu ada kode etik wirausaha/bisnis.
Beberapa sumber menyebut etika sebagai suatu pedoman untuk mendapatkan
hidup yang bernilai (baik, positif) atau bermartabat. Untuk itulah etika memberikan
petunjuk tindakan-tindakan apa yang benar dan apa yang salah, atau apa yang baik
dan apa yang buruk. Oleh sebab itu selalu ada alasan mengapa kita harus memegang teguh etika. Perhatikan pernyataan-pernyataan dalam matriks di bawah ini
dan lihatlah apa yang akan didapat jika kita konsisten atau tidak menjalankannya.
Ucapan dan Tindakan
APA YANG SAYA
KATAKAN
Saya berkata kepada karyawan, Datanglah ke kantor
tepat waktu.
Saya berkata kepada karyawan, Bersikaplah positif.
Saya berkata kepada karyawan, Utamakan pelanggan.
Sekarang, apa jadinya jika hal yang saya lakukan berbeda dengan yang saya
ucapkan.
197
Beberapa ahli pikir (filosof) mengatakan bahwa perbuatan merupakan etika jika
perbuatan dimaksud mengikuti keinginan Tuhan. Jadi sebenarnya perilaku yang etis
itu adalah perilaku yang mengikuti perintah Alloh SWT. (S.L. Wangsanegara : 41).
Jadi, kalau wirausahawan atau pebisnis bahkan semua orang mengikuti aturan Alloh
SWT, maka semuanya akan baik, beres, tidak akan ada yang berbuat curang, tidak
jujur, dsb. Sebagian orang memilih bekerja keras dan membangun usaha dengan
memeras keringat dan air mata, namun sebagian orang mengambil jalan pintas,
agar enak, kerja biasa saja atau malah malas, tetapi hasilnya bagus. Misalnya membuka usaha money games, pinjaman berantai, investasi palsu, termasuk MLM atau
segala sesuatu yang menggiurkan tetapi merugikan banyak orang. Mereka membuat armada penerbangan dengan tarif murah tetapi mengorbankan keselamatan
penumpang. Menjual saham dengan harga tinggi tetapi laporan keuangannya tidak
jujur. Banyak mahasiswa tampil menggebu-gebu dengan semangat yang berlebihan
dan rasa percaya diri yang tinggi, bahwa mereka bisa merubah isi dunia dalam
tempo sekejap. Mereka berjanji dan berbuat. Mereka membuat pengumuman
lewat internet, sms atau facebook, twitter agar teman-temannya mengirim uang ke
nomor rekening bank tertentu, lalu janji kauntungan ditebar, dan uang pun masuk.
Untung besar diraih, tetapi bisnisnya tidak jelas, cenderung spekulatif.
B. ETIKA BISNIS
Apa pun yang dilakukan, kewirausahaan tidak dapat dibangun dalam tempo seke198
jap. Jika kita merasa telah berhasil dalam waktu singkat, periksa kembali apakah
fondasi usaha sudah cukup kuat? Periksa kembali apakah sukses yang diperoleh itu
diraih dengan baik, jujur, dan halal? Apakah bisnis kita itu riil atau fiktif-spekulatif
atau ada pihak-pihak yang dirugikan? Apakah kita sudah memenuhi syarat dan
kewajiban? Segala tindakan yang melawan hukum alam biasanya sarat dengan
pelanggaran etika.
199
Jujur juga berarti terbuka, menyebutkan segala kekurangan dan bahaya yang
timbul dari produk kita. Jadi jujurlah dalam semua aspek bisnis, berproduksi,
pemasaran, bayar pajak, dll.
2. Menaati tata nilai. Dalam aktivitas bisnis ada tata nilai yang tidak tertulis yang
berlaku universal dan harus dijalankan. Misalnya nilai sama-sama untung (winwin), saling menghormati, memberi tahu, mencegah kerugian pihak lain, keterbukaan, adil, santun, melayani dengan baik, dsb.
3. Konsisten antara apa yang dilakukan dengan apa yang diucapkan (walk the talk).
Seseorang perlu bekerja keras (dan cerdas) untuk menjadi contoh dan menjalankan hal-hal positif sebagai seorang wirausahawan sesuai yang dengan diucapkannya. Dalam menjalankan aktivitas usaha, hal ini akan menjadi patokan dalam
tindakan keseharian maupun keputusan-keputusan yang dibuatnya.
Selanjutnya Rhenald Kasali (2010:108-109) memberikan tips untuk menjalankan bisnis yang beretika, sebagai berikut :
1. Jangan masuk ke dalam bisnis yang tidak nyata, apalagi yang menjanjikan
kekayaan dalam waktu cepat. Hindari membaca buku-buku yang menjanjikan
cara-cara cepat, instan, dan memotong kompas.
2. Yakinkan dan ucapkan terus dalam diri bahwa kita mampu bekerja keras (dan
cerdas), dan kerja keras itu selalu berakhir baik.
3. Berbisnislah dengan nilai-nilai kejujuran, keadilan, persamaan, keterbukaan, winwin, melayani, dan tanamkan nilai-nilai itu dalam usaha yang kita bangun.
4. Jangan tergoda untuk cepat berhasil. Ingatlah semua ada waktunya. Waktu
yang terlalu cepat dipacu bisa beresiko negatif.
5. Rekutlah karyawan yang baik dan jujur, dan jalankan sesuai dengan komitmen.
Ada baiknya juga dikemukakan beberapa contoh dalam praktek sehari-hari
bisnis yang tidak beretika, sebagai berikut :
1. Hubungan antara pebisnis dengan konsumen suka digunakan promosi yang
menyesatkan atau bahkan menipu konsumen. Dalam ukuran seringkali digunakan ukuran (berat) yang sudah tidak valid (misalnya timbangan sudah lama tidak
ditera oleh Metrologi Kemenperindag), sehingga berat suatu barang tidak sesuai
200
201
Harus bersabar beberapa saat sebelum bisnis kita benar-benar bersinar, namun
terus tumbuh. Adanya cobaan yang dihadapi tidak membuat bisnis mati, melainkan
bangun dan membuat lebih tangguh menghadapi hari esok yang lebih berat lagi.
tanggung jawab bisnis adalah jangan mengambil keuntungan besar tetapi wajarwajar saja. Ada juga pendapat yang mengatakan tanggung jawab bisnis harus turut
mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat, tanpa memperhatikan apakah bisnis
secara langsung atau tidak langsung yang menimbulkan masalah itu (tanggung
jawab sosial).
Demikianlah, tanggung jawab bisnis itu banyak macamnya dan di bawah ini diuraikan serba ringkas namun semoga menjadi perhatian bagi para wirausahawan.
1. Tanggung Jawab Kepada Pelanggan.
Ini jauh lebih luas daripada hanya menyediakan produk barang dan jasa. Produk
harus diproduksi dengan menjaga keselamatan pelanggan. Label peringatan
seyogianya ditempelkan pada produk untuk melindungi atas kemungkinan kecelakaan yang dapat ditimbulkan karena salah penggunaan. Perusahaan harus
memberi petunjuk agar karyawan tidak menggunakan strategi penjualan yang
terlalu agresif atau iklan yang menyesatkan. Survai kepuasan pelanggan harus
dilakukan untuk meyakinkan bahwa pelanggan diperlakukan sebagaimana
mestinya oleh karyawan petugas bagian penjualan. Perusahaan harus menjamin
tanggung jawab kepada pelanggan dengan beberapa tahapan :
a. Membuat kode etik;
b. Memantau semua keluhan;
c. Meminta umpan balik (feedback) dari pelanggan.
Dorongan tanggung jawab kepada pelanggan ini tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh sekelompok konsumen tertentu. Konsumerisme mewakili
202
PARA PEMILIK/MANAJER
KONSUMEN
PEKERJA
205
PEMERINTAH
PENANAM MODAL
KELOMPOK MASYARAKAT
KONSUMEN
BISNIS
ORGANISASI BURUH
PARA PENJUAL
DUNIA PENGETAHUAN ILMIAH
PARA PEKERJA
ORGANISASI BISNIS
Di dunia usaha maupun perbankan pun sekarang sudah biasa setiap tahun
mengeluarkan dana yang disebut CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai bukti
kepedulian kepada masyarakat, karena pada hakekatnya perusahaan bisa maju
karena ada masyarakat sebagai pelanggannya.
206
BAB X
LINGKUNGAN BISNIS
A. LINGKUNGAN EKONOMI
1. Faktor Ekonomi Makro.
a. Pertumbuhan ekonomi atau perubahan dalam tingkat umum dan aktivitas
ekonomi yang merupakan sinyal perubahan dalam permintaan barang atau
jasa. Dua hal untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu agregat pengeluaran dan PDB (Produk Domestik Bruto). Agregat pengeluaran adalah tingkat
total produksi dari barang dan jasa dalam ekonomi dan jumlah total
pengeluaran. Bisnis dapat memonitor tingkat total produksi dengan memonitor PDB, sebab pertumbuhan ekonomi biasa diinterpretasikan sebagai
prosentase dari PDB dari satu periode ke periode lain. Indikator alternatif lain
adalah tingkat pengangguran. Ada empat tipe pengangguran, yaitu pengangguran karena friksi (pengangguran natural), pengangguran musiman, pengangguran siklis, dan pengangguran struktural;
b. Inflasi, yaitu peningkatan harga umum dari barang dan jasa dalam periode
waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasi dengan mengukur prosentase
perubahan indeks harga konsumen yang memberikan indikasi harga bermacam produk konsumen. Inflasi dapat mempengaruhi biaya operasional
perusahaan dan gaji karyawan.
produk dan harga yang harus dibayar untuk barang pasokan dan bahan baku.
Harga produk dan pasokan bergantung pada kondisi permintaan dan penawaran.
a. Jadwal permintaan untuk suatu produk adalah jadwal yang mengindikasikan
kuantitasnya yang diminta pada setiap kemungkinan harga jual;
b. Jadwal penawaran untuk suatu produk adalah jadwal yang mengindikasikan
kuatitasnya yang ditawarkan oleh perusahaan pada setiap kemungkinan
harga.
c. Interaksi permintaan dan penawaran, interaksi jadwal permintaan dan jadwal
penawaran ditentukan oleh harga. Surplus merupakan situasi di mana kuantitas penawaran oleh perusahaan melebihi kuantitas yang diminta oleh
konsumen/pelanggan. Sedangkan minus merupakan situasi di mana kuantitas
yang ditawarkan oleh perusahaan lebih sedikit daripada kuantitas permintaan
konsumen/pelanggan. Harga ekuilibrium merupakan harga di mana kuantitas
produk yang ditawarkan perusahaan sama/seimbang dengan kuantitas
produk yang diminta konsumen/pelanggan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Harga Pasar.
Permintaan konsumen/pelanggan atau penawaran oleh perusahaan dapat
berubah, menyebabkan harga pasar baru. Pergeseran jadwal permintaan dan
jadwal penawaran bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pendapatn
konsumen, preferensi konsumen, dan biaya produksi.
4. Pengaruh Pemerintah pada Kondisi Ekonomi.
Pemerintah dapat mempengaruhi bisnis dengan menerapkan aturan atau
kebijakan ekonomi, misalnya kebijakan moneter dan fiskal.
a. Kebijakan moneter adalah keputusan pada tingkat persediaan uang (money
supply) yang diartikan sebagai rekening koran, uang yang disimpan masyarakat dan cek (cheque) perjalanan;
b. Kebijakan fiskal adalah keputusan bagaimana pemerintah harus menentukan
tingkat pajak dan membelanjakan uang, seperti revisi tingkat pajak pendapatan pribadi, revisi atas pajak korporasi, revisi pajak cukai, revisi dalam defi208
B. LINGKUNGAN INDUSTRI
Selain dipengaruhi oleh berbagai kondisi ekonomi makro, perusahaan juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi mikro yang berkaitan dengannya dan industri.
1. Karakteristik Industri.
Hasil perusahaan sangat bergantung pada karakteristik industri seperti
permintaan industri, persaingan industri, tenaga kerja dan peraturan-peraturan
di sektor industri.
2. Sumber-sumber Industri.
Perusahaan dapat mengandalkan berbagai sumber lain selain memantau
karakteristik industri yang ada.
3. Bersaing dalam Sebuah Industri.
Dengan adanya pengaruh persaingan industri terhadap hasil perusahaan, maka
perusahaan harus menilai pesaingnya dan mengembangkan keunggulan
kompetitif.
a. Mengenali pesaing : Setiap perusahaan hendaknya dapat mengenali pesaingnya dan mengukur derajat persaingan. Setiap industri memiliki segmen atau
bagian dari pasar yang mencerminkan jenis bisnis atau kualitasnya. Ingat,
bahwa para pesaing dalam suatu segmen industri berubah dari waktu ke
waktu, sehingga perlu mengantisipasi perubahan dalam persaingan;
b. Mengembangkan Keunggulan Kompettitf : Dalam mencari cara untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan pangsa pasar, perusahaan
mesti menilai segmen industri tertentu guna menentukan apakah perusahaan
memiliki keunggulan kompetitif atau tidak. Harga produksi yang rendah,
kualitas yang lebih baik dan diferensiasi produk, dapat menciptakan keunggulan kompetitif bagi sebuah perusahaan.
209
C. LINGKUNGAN GLOBAL
Banyak perusahaan menggunakan kesempatan berkecimpung dalam bisnis di
negara asing atau go internasional. Jumlah bisnis internasional berkembang akibat
dihapuskannya berbagai kebijakan yang menjadi penghalangnya, bahkan sekarang
perusahaan-perusahaan kecil juga memberi pasokan serta menjual barang dari dan
ke luar negeri.
1. Alasan Perusahaan Berkecimpung dalam Bisnis Internasional.
Motif yang menyebabkan perusahaan berkecimpung dalam bisnis internasional
antara lain untuk menarik permintaan asing, kapitalisasi pada teknologi, penggunaan sumber-sumber yang murah, dan diversifikasi internasional.
2. Cara Perusahaan Menjalankan Bisnis Internasional.
Berbagai bentuk bisnis internasional misalnya impor, ekspor, investasi asing
langsung (direct foreign investment), dan aliansi strategis (strategic alliances).
Impor merupakan pembelian barang atau jasa asing. Tarif dan kuota adalah
faktor yang mempengaruhi tingkat impor. Ekspor adalah penjualan barang atau
jasa kepada pembeli yang berdomisili di negara lain. Investasi asing langsung
merupakan salah satu cara mendapatkan atau mendirikan anak perusahaan di
negara asing. Aliansi strategis adalah kesepakatan bisnis untuk mencapai kepentingan terbaik dari perusahaan yang terlibat.
3. Karakteristik Asing Mempengaruhi Bisnis.
Sebuah perusahaan yang berkecimpung dalam bisnis internasional harus
mengetahui dan mempertimbangkan berbagai karakteristik dari negara asinbg
tersebut, seperti budayanya, sistem dan kondisi ekonominya, nilai tukar, dan
resiko politik.
4. Pergerakan Nilai Tukar yang Mempengaruhi Hasil.
Transaksi perdagangan internasional khususnya membutuhkan pertukaran suatu
mata uang terhadap lainnya. Secara umum, nilai tukar antarsetiap mata uang
210
211
212
LINGKUNGAN UMUM
KONDISI SOSIAL BUDAYA
LINGKUNGAN
KHUSUS
Pesaing
Pelanggan
Pemasok
KONDISI
EKONOMI
KONDISI
TEKNOLOGI
ORGANISASI
PT. X
Pembuat
Peraturan
Serikat
Pekerja
Pemagang Saham
KONDISI
SOSBUD
KONDISI
POLHUK
KONDISI
LINGK. ALAM
3. Lingkungan Internal.
Lingkungan internal dari sebuah organisasi/perusahaan, dan pengaruhnya terhadap aktivitas dan keberhasilan operasional organisasi/perusahaan secara singkat
dapat dikemukakan :
a. Visi-misi. Visi adalah gambaran kondisi atau potret di masa depan (berjangka
panjang) yang diinginkan/dituju oleh sebuah organisasi. Misi adalah pernyataan tentang maksud dan filosofi organisasi atau alasan mengapa sebuah
organisasi eksis. Atau bisa juga disebut sebagai tugas yang harus dijalankan
untuk mewujudkan visi. Setiap tingkatan manajemen harus memahami sepenuhnya apa yang menjadi visi dan misi organisasi. Setiap unit kerja (divisi,
departemen, bagian) dari suatu organisasi harus memiliki tujuan jelas selaras
dengan visi dan misi organisasi.
b. Budaya perusahaan. Budaya adalah sistem dari kebersamaan nilai, kepercayaan, dan kebiasaan di dalam sebuah organisasi yang berinteraksi dengan
213
sebuah perusahaan dan wujudnya bisa tertutup atau terbuka. Dalam budaya
tertutup, keputusan cenderung dibuat oleh tingkatan yang lebih tinggi dalam
manajemen.
karyawan karena berbeda satu sama lain, sehingga hampir tak mungkin
dikelola sebagai sebuah kelompok/tim. Agar bisa efektif, manajer harus dapat
menyiasatinya, contoh : Kelompok dari karyawan yang berpengalaman tidak
perlu banyak diperhatikan detail teknis dari tugas, tetapi lebih mendorong
bagaimana membangun kerjasama kelompok, sedangkan untuk kelompok
dari karyawan yang tidak berpengalaman, harus memusatkan perhatian pada
214
VISI-MISI
ANTAR
DIVISI
BUDAYA
PERUSAHAAN
MANAJER
ORGANISASI
INFORMAL
GAYA
MANAJEMEN
ATASAN
KEBIJAKAN
ORGANISASI
KARYAWAN
Sumber : Sawaldjo Puspopranoto (2006:56).
215
BAB XI
BISNIS MODERN
secara signifikan. Berbagai perusahaan dari Eropa dan AS dalam bentuk perusahaan
multinasional telah memainkan peranan yang penting dalam bisnis internasional.
Terlebih melalui kemajuan teknologi yang dikembangkan dan jaringan bisnis yang
dikuasainya sehingga dapat melanggengkan kedudukan yang dominan dalam era
globalisasi. (Sawaldjo Puspopranoto, 2006:35).
Yang harus diketahui untuk memahami dasar-dasar bisnis internasional, perlu
kiranya diuraikan secara sekilas, yaitu :
1. Neraca perdagangan, yaitu selisih antara ekspor dengan impor.
Dikatakan
217
SDM KREATIF
DAN
INOVATIF
BARANG/JASA
BARU, BERBEDA,
EFISIEN
PASAR BEBAS
DAN PERSAINGAN
GLOBAL
BARANG/JASA
UNGGULAN DAN
BERDAYA SAING
BARANG/JASA
BERNILAI
TAMBAH
Untuk dapat bersaing di pasar global diperlukan produk barang dan jasa yang
unggul, yaitu yang memiliki daya saing. Produk yang unggul bagi konsumen adalah
produk barang dan jasa yang memiliki nilai tambah, dengan ciri-ciri :
1. Mengandung kebaruan (berbeda dengan yang sudah ada).
2. Memiliki kegunaan tambahan.
3. Memiliki kemudahan untuk dipergunakan.
Produk barang dan jasa tersebut di atas hanya dapat dihasilkan oleh sumber
daya manusia yang kreatif dan inovatif (entrepreneur) yang memiliki pendidikan,
pengetahuan, dan pengalaman. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya
saing tinggi diperlukan tingkat efisiensi yang tinggi, dan tingkat efisiensi yang tinggi
218
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi, yaitu yang profesional
dan terampil yang dapat menciptakan nilai tambah, dan mampu menjawab
tantangan-tantangan baru. Adapun tantangan global sumber daya kewirausahaan
dapat digambarkan sebagai berikut :
Tantangan Global Sumber Daya Kewirausahaan
PERSAINGAN
GLOBAL
PERTUMBUHAN
PENDUDUK
KEANEKARAGAMAN
ANGKATAN KERJA
PENGURANGAN
PENDUDUK
TANTANGAN
KEWIRAUSAHAAN
TANTANGAN
ETIKA
TANGGUNG JAWAB
SOSIAL
KEMAJUAN
TEKNOLOGI
GAYA HIDUP
DAN KECENDERUNGANNYA
3. Produksi Massal.
Barang diproduksi dalam jumlah besar, terus-menerus dalam berbagai ukuran
sehingga mudah dipilih oleh konsumen. Dengan adanya produksi massal dan
barangnya laku dipasar, akan timbul keuntungan, baik bagi bisnis itu sendiri
maupun bagi masyarakat dan negara. Tenaga kerja akan lebih banyak tertampung, pendapatan para karyawan akan makin meningkat, demikian juga
pendapatan masyarakat bertambah dan standar hidup juga makin membaik.
Untuk menilai produk bermutu dalam bisnis modern di era globalisasi, maka
diterbitkan Sertifikat ISO (International Standard Organization) yang berkedudukan
di Jenewa Swiss. Latar belakangnya adalah sebagai akibat dari pola perdagangan
bebas yang akan dikembangkan di masa depan. Misalnya pabrik menghasilkan
produk demikian banyaknya, sehingga sulit menilai mana produk yang bermutu dan
mana yang tidak. Salah satu untuk membedakannya, ya dengan memberikan Sertifikat ISO. Jadi, hanya produk-produk bermutu yang dapat memasuki pasar bebas.
Mutu dan standar yang disyaratkan meliputi dua jenis kategori, yaitu pertama,
produk tersebut memenuhi standar tertentu, dan kedua, untuk beberapa komoditas industri tertentu perusahaannya harus memenuhi syarat sistem manajemen
mutu yang diterima secara internasional.
Pada tahun 1987, International Organization for Standarization (IOS) mengeluarkan lima standar sistem manajemen mutu. Edisi pertama dikenal dengan ISO
9000 (series). Ke lima standar dimaksud adalah :
1. ISO 9000 : Quality management and quality assurance standards guidline for
selection and use.
2. ISO 9001 : Quality systems-Model for quality assurance in design/development,
production, installation and servising.
3. ISO 9002 : Quality systems-Model for assurance in production and installation.
4.
ISO 9003 : Quality systems-Model for quality assurance in final inspection and
test.
220
9000). Prinsip SNI 9000 adalah melibatkan seluruh bagian dalam perusahaan, yang
harus bekerja secara aktif sesuai dengan elemen-elemennya. Bagian satu dengan
lainnya harus saling terkait sehingga merupakan suatu rangkaian sistem mutu.
Untuk pencapaian mutu dalam SNI 9000 ini, ada tiga unsur pokok yang akan
melibatkan seluruh bagian dalam manajemen, yaitu :
1. Kepemimpinan Manajemen dalam Hal Mutu Perusahaan. Dalam hal ini termasuk komitmen pimpinan perusahaan dalam kebijakan mutu yang konsisten,
tertulis dalam kalimat tidak lebih dari 13 kata : Disahkan, didokumentasikan,
dimengerti, dan dipahami oleh seluruh karyawan perusahaan, dituangkan dalam
slogan-slogan, ditempatkan/ditempel di ruang rapat, kantin, ruang kerja, dsb.
Kemudian disediakan dana untuk pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaannya
secara rutin.
2. Dukungan Terhadap Proses Produksi. Perusahaan harus dapat memberikan
jaminan kepada pelanggan atas mutu produk, waktu dan jumlah yang akan
diserahkan, serta pelayanan purna jual. Hal ini harus dijaga secermat mungkin.
Proses yang menunjang terhadap proses produksi ini adalah :
a. Faktor pembelian bahan baku dan bahan pendukung;
b. Pemeriksaan/pengawasan peralatan produksi;
c. Pengawasan terhadap penyimpanan, pembungkusan, dan pengepakan;
d. Pengendalian proses.
3. Dokumentasi, Audit Mutu, Tindakan Koreksi, dan Pencegahan. Perusahaan harus
memiliki dokumentasi sistem mutu, terjamin keakuratannya. Kemudian mengambil tindakan koreksi terhadap kesalahan dalam pelaksanaan dan mengantisipasi tindakan pencegahan.
Indonesia kini sudah memiliki Dewan Standarisasi Nasional (DSN) dan membentuk Standarisasi Nasional Indonesia (SNI). ISO 9000 menjadi SNI 9000, ISO
14000 menjadi SNI 14000.
221
peningkatan dana dan kerjasama dengan luar negeri. Untuk masa depan, ISO akan
melakukan pendekatan yang disebut Global Approach to Testing and Sertification.
Melalui pendekatan ini kegiatan pengujian dan sertifikasi merupakan kegiatan
utama dalam mendukung mekanisme pasar internasional.
Adapun tujuan dan keuntungan memiliki Sertifikat ISO adalah :
1. Terdapat jaminan mutu antara produsen dan konsumen. Ada keseragaman
dalam produk sejenis yang diperdagangkan di pasar internasional.
2. Adanya komitmen dan tanggung jawab dari pimpinan dan karyawan perusahaan
untuk menjaga mutu produknya dan selalu konsisten dalam pelaksanaannya.
3. Menjaga kelestarian alam serta sumber daya alam yang sifatnya sudah sangat
langka.
4. Meningkatkan citra perusahaan terhadap pelanggan dan pesaing dari produk
sejenis.
5. Timbulnya perhatian terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dalam
perusahaan, dan mengadakan pelatihan-pelatihan dalam rangka meningkatkan
kemampuan SDM dimaksud.
6. Perusahaan menyediakan dana/anggaran untuk meningkatkan mutu produk dan
segala aspek penunjangnya.
7. Penjagaan mutu oleh sebuah perusahaan akan mempengaruhi pula perusahaan
lainnya, terutama perusahaan pemasok bahan baku, yang juga harus menjaga
222
C. E-BUSINESS
1. Pengertian E-Business.
Istilah e-business pertama kali digunakan salah satunya oleh IBM pada tahun
1997 (SearchCIO.com). E-bisnis dapat diartikan sebagai penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi oleh organisasi, individu, atau pihak-pihak terkait
untuk menjalankan dan mengelola proses bisnis utama sehingga dapat
memberikan keuntungan berupa keamanan, fleksibilitas, integrasi, optimasi,
efisiensi, atau/dan peningkatan produktivitas dan profit. (Irham Fahmi, 2014:
206). Penerapan e-bisnis pada suatu unit usaha sebenarnya dapat menimbulkan
keuntungan atau kerugian bagi unit usaha dimaksud, namun dampak positifnya
dipandang lebih besar.
E-business adalah bisnis yang memanfaatkan perangkat elektronik via internet untuk setiap transaksi bisnis yang dilakukan atau secara on-line (daring).
Transaksi bisnis dimaksud mencakup banyak bidang dan bisa dilakukan seperti
transfer uang, pembelian dan penjualan barang, promosi, pertukaran data secara
elektronik (Electronic Data Interchange/EDI), pengiriman informasi kesepakatan
kerjasama bisnis, dsb.
2. Kondisi dan Situasi Pasar Bisnis Digital.
Pasar dunia maya saat ini dianggap sebagai salah satu pasar modern yang paling
banyak diminati oleh berbagai pihak tanpa memandang etnis, usia, negara, dan
berbagai latar belakang lainnya. Transaksi jual beli produk melalui dunia maya
dianggap termasuk salah satu yang tertinggi dibanding dengan transaksi di luar
dunia maya. Mereka yang terlibat transaksi ini kebanyakan yang memiliki aktivitas kehidupan yang super padat, sehingga sangat sulit memiliki waktu untuk
berbelanja dan memilih setiap barang keperluan, datang langsung ke suatu
tempat (toko, warung). Bagi mereka time is money.
Aktivitas online di media-media sosial (data tahun 2014) menurut Irham Fah223
224
INDONESIA
ASEAN
Website
90%
79%
Iklan Online
65%
63%
Media Sosial
53%
54%
Situs Komunitas
43%
41%
Mobile Flatform
42%
43%
Harus diingat bahwa kondisi dalam e-business bukan dalam bentuk persaingan antara perusahaan yang bermodal besar dengan yang bermodal kecil,
akan tetapi adalah persaingan siapa yang lebih cepat. Motto juangnya : Bagian
dari proses internet adalah mencobanya, belajar darinya, dan memperbaikinya.
Menunda adalah musuh terbesar anda. Apabila anda menunda, orang lain yang
akan melakukannya.
3. Tips Berbisnis Via Internet.
Dalam memasuki bisnis dunia maya khususnya dalam bidang konsultan bisnis
digital perlu memiliki tips agar terhindar dari masalah di kemudian hari. Tips
menjadi konsultan bisnis digital (Irham Fahmi, 2014:209) :
a. Harus tahu dan paham soal digital business secara makro, dalam artian the big
future of digital businessnya seperti apa;
b. Harus paham tentang teknologi, mengingat ke depan pasar kita akan dipimpin
oleh teknologi. Sebagai contoh, bukan tidak mungkin iPad akan menjadi
berjuta-juta jumlahnya dan semua orang akan memakainya;
c. Setelah paham big future-nya, dia harus paham juga marketing atau marketing communication-nya;
d. Pastikan memulai bisnis dengan hati, dalam arti, harus dimulai dari apa yang
kita suka.
Sebagai penguat dalam berbisnis via internet perlu dipertimbangkan pula
pendapat Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarbrough (ibid), yang mengatakan bahwa untuk meluncurkan perusahaan on-line atau mengubah bisnis di
225
226
MALAYSIA
Email
92,0%
FILIPINA
eMail
90,0%
SINGAPURA
THAILAND
INDONESIA
eMail
96,0%
eMai85,0%
Pesan
Pesan pripriba-di
badi melalui
melalui
jejaring sojejaring so- sial
sial
83,0%
83,0%
Internet
Berita
Posting di
messanging 82,0%
wall/update
68,0%
status melalui jejaring
sosial
81,0%
Gaming on- Pencarian
Berita
line
79,0%
79,0%
52,0%
Berita
86,0%
Berita
79,0%
Pencarian
81,0%
Pesan
pribadi mela-lui
jejaring
sosial
74,0%
Browsing
profil jejaring sosial
59,0%
Streaming
Pesan
Membaca
komentar
ttg.
Merk/
produk
70,%
pri- Berbagi con-
Update
profil
di
jejaring sosial
56,0%
Email
Pencarian
81,0%
Instant
Instant
227
Instant
messanging
70,0%
audio
47,0%
mesanging
75,0%
messanging
78,0%
51,0%
facebook, twitter, instagram, pad, line, whats-Upp, blog, games, dsb. di lingkungan masyarakat Indonesia termasuk yang terbesar peminatnya.
Pemasaran dan penjualan produk secara online (daring) sangat berkembang,
dan ini merupakan salah satu peluang bisnis tersendiri yang harus dimanfaatkan
oleh para pebisnis. Namun di sisi lain, kejahatan dalam internet (dunia maya)
juga marak terjadi, yaitu cyber crime yang dilakukan oleh para hacker dianggap
sebagai bentuk kejahatan abad ini.
Cyber crime adalah salah satu kejahatan dengan memanfaatkan dunia maya
(internet) sebagai tempat untuk mengambil keuntungan (profit taking). Adapun
hacker adalah adalah orang/pihak (pelaku) yang mengambil keuntungan melalui
perilaku jahat dengan memanfaatkan dunia maya tersebut. Kejahatan ini sangat
sulit dibuktikan dalam artian mencari pelakunya, karena bisa berada di mana saja
kendati komputer dan perangkat elektronik dianggap sebagai barang buktinya.
Sebagai contoh, ada seorang berkewarganegaraan asing datang di salah satu
negara, kemudian membuka situs salah satu bank di Indonesia, dan mampu
membobol sejumlah rekening nasabah dan masuk ke rekening pribadinya. Yang
jadi masalah, untuk menyelesaikannya sangat sulit, dan harus dilakukan oleh
para ahli di bidang IT, praktisi perbankan, ahli hukum dan kepolisian khusus yang
menguasai cyber. Itulah sebabnya para wirausahawan terutama yang go public
mau tak mau harus mengetahui dan mengerti IT/dunia maya, sehingga dapat
mengantisipasi kemungkinan terjadinya cyber crime.
229
DAFTAR KEPUSTAKAAN
231