Anda di halaman 1dari 235

KEWIRAUSAHAAN

BAHAN AJAR
Pada Program Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Suryakancana Cianjur

Disusun Oleh :

Drs. DJUNAEDI SAJIDIMAN, MM, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJUR
-2016-

KATA PENGANTAR
Sesuai dengan tugas untuk mengampu mata kuliah Kewirausahaan pada Program
Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan dalam lingkungan Universitas Suryakancana Cianjur, atas petunjuk dan
persetujuan Ketua Prodi, Bapak Prof. Dr. H. Endang Danial Ar., M.Pd., M.Si., penulis
mencoba membuat ikhtisar berupa butir-butir bahan diskusi untuk memudahkan para
mahasiswa strata satu dalam proses perkuliahan/pembelajaran.
Mata kuliah Kewirausahaan yang baru diterapkan pada Prodi PPKn FKIP UNSUR
sejak tahun 2015 merupakan suatu konsep pembelajaran terpadu yang dirancang
untuk mempelajari konsep, dan dasar-dasar pengetahuan tentang wirausaha serta
mengubah pola pikir dan paradigma kewirausahaan.

Materinya diharapkan akan

membentuk sifat, ciri, dan watak seseorang termasuk mahasiswa calon guru PPKn yang
berkemauan kuat untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara
kreatif melalui bidang usaha.

Mata kuliah ini pun sangat bermanfaat bagi para

mahasiswa yang berniat mencari tantangan pasca lulus S1, karena tugas kehidupan
terbuka bukan hanya dengan jalan mencari kerja akan tetapi juga menciptakan
lapangan kerja.
Sebagai ikhtisar, tentu saja tidak seluruh materi kewirausahaan yang ada, penulis
masukkan dalam diktat ini, namun yang dianggap sangat penting diketahui dan
difahami oleh para mahasiswa dalam kesempatan perkuliahan yang hanya satu semester. Adapun untuk pendalaman materi, penulis anjurkan kepada para mahasiswa
untuk mempelajari lebih lanjut materi kewirausahaan dengan membaca/mempelajari
referensi kewirausahaan dari berbagai sumber termasuk buku-buku yang penulis
cantumkan pula dalam daftar kepustakaan.
Semoga kiranya bermanfaat.

Cianjur, Ultimo Juni 2016.


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .

DAFTAR ISI ..

ii

BAB

BAB

I. PENDAHULUAN .
A. PENGERTIAN
B. MENGAPA BERWIRAUSAHA
C. FUNGSI WIRAUSAHA
D. PROSES KEWIRAUSAHAAN .
E. PENTINGNYA BERWIRAUSAHA ..
F. JENIS-JENIS BISNIS/WIRAUSAHA .
G. TIPS PRAKTIS BERWIRAUSAHA .
H. UNSUR-UNSUR KEWIRAUSAHAAN

1
5
7
9
15
16
19
22

II. BERPIKIR PERUBAHAN, KREATIF, DAN INOVATIF .

23

A.
B.
C.
D.
E.
F.

PENGERTIAN PERUBAHAN
TANDA-TANDA TERJADINYA PERUBAHAN POLA PIKIR ..
POLA PIKIR ENTREPRENEUR ..
KREATIVITAS DAN INOVASI DALAM BERWIRAUSAHA .
HAMBATAN KREATIVITAS .
TIPS PRAKTIS MEMPERBAIKI KREATIVITAS ..

BAB III. KEWIRAUSAHAAN BIROKRASI, INTELEKTUAL, DAN SOSIAL ..

23
24
25
28
31
33

38

A. KEWIRAUSAHAAN BIROKRASI
B. KEWIRAUSAHAAN INTELEKTUAL .
C. KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

38
48
52

BAB IV. BENTUK KEPEMILIKAN BISNIS .

66

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

BENTUK DAN SISTEM PEREKONOMIAN ..


SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
HUBUNGAN BISNIS DAN PEMERINTAH ..
GABUNGAN ATAU KERJASAMA ANTARPERUSAHAAN ..
KONSUMERISME .
BENTUK BADAN USAHA .
METODE MEMILIKI BISNIS YANG TELAH ADA .

BAB V. ORIENTASI PADA TINDAKAN

66
68
69
70
75
77
98

100

A. KARAKTER YANG BERORIENTASI PADA TINDAKAN ..


B. SIKAP DAN TINDAKAN YANG PERLU DIMILIKI OLEH WIRAUSAHAWAN .
C. PENGAMBILAN RESIKO

100
101
108

BAB VI. ASPEK-ASPEK PENTING KEWIRAUSAHAAN

118

A. ASPEK KEUANGAN ..
B. ASPEK ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA .
ii

118
125

C. ASPEK PEMASARAN

BAB VII. PERENCANAAN BISNIS ..


A. KONSEP RENCANA BISNIS (BUSINESS PLAN)
B. ARAH, SASARAN, DAN STRATEGI BISNIS .
C. PENGENDALIAN RENCANA BISNIS ..

135

149
149
168
175

BAB VIII. KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA (BISNIS) ...


178
A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN ..
178
B. PERILAKU KEPEMIMPINAN ..
181
C. KARAKTERISTIK PEMIMPIN
190
D. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN .. 191
E. PENENTUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN .
192
F. MEMUPUK JIWA KEPEMIMPINAN ..
195
BAB IX. ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB BISNIS .
A. PENGERTIAN ETIKA
B. ETIKA BISNIS
C. TANGGUNG JAWAB BISNIS ..

197
197
198
202

BAB X. LINGKUNGAN BISNIS .


A. LINGKUNGAN EKONOMI
B. LINGKUNGAN INDUSTRI .
C. LINGKUNGAN GLOBAL .

207
207
209
110

BAB XI. BISNIS MODERN 216


A. KEWIRAUSAHAAN DALAM KONTEKS GLOBAL ..
216
B. CIRI-CIRI BISNIS MODERN .
219
C. E-BUSINESS .. 223
DAFTAR KEPUSTAKAAN ..

-djuns-

iii

230

BAB I
KEWIRAUSAHAAN

A. PENGERTIAN
Pengertian kewirausahaan sama dengan kewiraswastaan. Secara etimologis berasal
dari bahasa sanskerta, dan jika diuraikan :
Wira

= gagah, utama, luhur, berani, pejuang, pahlawan.

Usaha

= upaya yang dilakukan manusia untuk mencapai maksud atau tujuan


yang diinginkan.

Swa

= sendiri, mandiri.

Sta

= berdiri.

Swasta

= berdikari, berdiri di atas kemampuan sendiri.

Jadi, wirausaha = wiraswasta, yaitu pejuang, pahlawan yang gagah berani dan
pantas menjadi tauladan di bidang usaha manusia untuk mencapai keinginannya
yang :
1. Berani mengambil resiko;
2. Memiliki keutamaan;
3. Kreatif;
4. Berpijak pada kemampuan diri sendiri.
Timmons (1994) dalam Sukmadi (2014:30) mendefinisikan kewirausahaan
sebagai kegiatan untuk menciptakan dan membangun sesuatu yang bernilai dari
sesuatu yang sebelumnya sama sekali tidak ada nilainya. Definisi ini merupakan
proses penciptaan atau pengukuran suatu peluang untuk kemudian memburunya
tanpa mempedulikan sumber daya yang telah terkendali.

Jadi, wirausahawan

memang harus berani menghadapi berbagai tantangan, ketidakpastian, mengambil


resiko yang susah diperhitungkan, dan meminimalisasi resiko dimaksud.
Sementara itu menurut Irham Fahmi (2014:1), kewirausahaan adalah suatu ilmu
yang mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan semangat kreativitas
serta berani menanggung resiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi mewujudkan hasil karya tersebut. Keberanian mengambil resiko memang harus sudah
1

menjadi milik seorang wirausahawan karena ia dituntut berani dan siap jika usaha
yang dilakukannya belum memiliki nilai perhatian di pasar. Ini harus dilihat sebagai
proses menuju wirausahawan sejati.
Dalam pada itu menurut Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarbrough
(2005:4), wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan
dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang
diperlukan untuk mendirikannya.

Sedangkan menurut Peter F. Drucker dalam

Buchari Alma (2008:24), bahwa wirausaha tidak mencari resiko, tetapi mencari
peluang.
Pada umumnya usaha itu dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu ekonomi atau disebut juga bisnis. Adapun orang-orang yang
terlibat langsung dalam kegiatan usaha ini ada yang disebut :
1. Pekerja bebas, yaitu orang yang melakukan usaha secara mandiri, tidak mempunyai majikan atau bergantung kepada orang/pihak lain. Orientasinya tidak untuk
memperoleh keuntungan, namun sekedar untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Tergolong pada kategori ini misalnya tukang cukur, guru, petani, dokter, notaris,
dll. yang mengandalkan balas jasa atau honorarium dari yang dilayaninya.
2. Karyawan atau buruh, yaitu orang yang bekerja pada orang/pihak lain dan
mendapatkan gaji/upah. Jika berhasil, dapat mencapai karier sebagai profesional
eksekutif dengan peran sebagai pengambil keputusan.
3. Pengusaha, yaitu orang yang bekerja keras untuk mendapatkan keuntungan atau
minimal kembali modal (break event point). Contoh, orang yang mengkoordinasikan tukang-tukang cukur dalam suatu tempat dengan mengeluarkan modal
atau investasi. Dengan usahanyanya ini maka berarti sudah berlangsung proses
perusahaan, yaitu :
a. Investasi bangunan/ruangan, alat-alat cukur, listrik, dll.
b. Ada uang jasa;
c. Ada prosentase tertentu bagi tukang cukur.
Demikian juga halnya jika ada tempat praktek dokter bersama, sudah layak dise-

but perusahaan.
4. Wirausaha atau wirausahawan, yaitu pengusaha yang sudah maju dalam berbagai aspek sehingga sudah menggunakan manajemen. Wirausahawan demikian
disebut dalam istilah Perancis, entrepreneur. Kewirausahaan = Entrepreneurship.
Wirausahawan yang sukses adalah pengusaha unggul atau hebat, yaitu jika
berhasil mengembangkan usahanya, antara lain ditandai oleh semakin menumpuknya kekayaan materi yang diperoleh dari hasil usahanya itu.
Dua hal yang mendorong lahirnya para wirausahawan adalah :
1. Internal

kesadaran pribadi untuk mengelola usaha secara mandiri baik dalam

sumber daya manusia dan produksi maupun waktu yang dimiliki tanpa intervensi
pihak lain.
2. Eksternal

semangat berwirausaha yang tercipta karena situasi dan kondisi

perekonomian bangsa :
a. Lapangan kerja makin sempit;
b. Desakan kebutuhan meningkat;
c. Secara sosial semakin banyak jumlah pengangguran, dll.
Wirausahawan (entrepreneur) adalah orang-orang yang memiliki kemampuan
melihat peluang/kesempatan dan segera mamanfaatkannya menjadi sesuatu yang
bernilai dan berdayaguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negaranya. Yang
demikian inilah yang menjadi motor penggerak perekonomian suatu negara.
Semangat wirausaha harus dibudayakan sehingga lahir para wirausahawan
yang :
1. Berkemauan kuat untuk terus berkarya di bidang ekonomi.
2. Mandiri.
3. Mampu mengambil keputusan yang tepat karena naluri (intuisinya) yang tajam.
4. Berani mengambil resiko.
5. Kreatif dan inovatif.
6. Tekun, ulet.
7. Teliti, cermat.
8. Produktif.

9. Memiliki semangat kebersamaan, dll.


Hal tersebut di atas sesuai dengan Asas Pokok Kewirausahaan dalam Lampiran
Inpres No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, yaitu :
1. Kemampuan yang kuat untuk berkarya dengan semangat kemandirian.
2. Kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara sistematis
termasuk keberanian mengambil resiko usaha.
3. Kemampuan berpikir dan bertindak secara kreatif dan inovatif.
4. Kemampuan bekerja secara teliti, tekun, dan produkstif.
5. Kemampuan dan kemauan untuk berkarya dalam kebersamaan berlandaskan
etika bisnis yang sehat.
Adapun kualifikasi wirausaha yang unggul, handal, dan sejati adalah :
1. Memiliki rasa percaya diri dan sikap mandiri dalam berusaha mencari penghasilan dan keuntungan melalui usahanya.
2. Mau dan mampu menangkap peluang/kesempatan usaha yang menguntungkan.
3. Mampu menggabungkan berbagai unsur : Kreativitas, tantangan, kerja keras dan
cerdas.

Inilah yang disebut membuat nilai tambah (value added) terhadap

barang, jasa, dan pelayanan.


Dalam bangunan perekonomian Indonesia ada jutaan orang yang menggeluti
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Meskipun kontribusi ekonominya
masih terbatas, tetapi justru merekalah andalan perekonomian Indonesia. Usahausaha itu belum memiliki karyawan dalam jumlah besar, dipimpin oleh seseorang
atau beberapa orang wirausahawan. Mereka mandiri, tahan banting, fleksibel
dalam bergerak, efisien karena dilakukan dengan seluruh anggota keluarga, tidak
bergantung pada utang, dan berbasiskan sumber daya lokal. Sebagian besar usaha
UMKM saat itu belum dikelola secara modern, tetapi mereka bebas dari krisis
karena ciri-ciri seperti digambarkan di atas.

Mereka pun belum menerapkan

manajemen modern (misalnya pemisahan harta dan pengaturan manajemen yang


terpisah), belum membangun brand (merk), belum memiliki pencatatan keuangan/
pembukuan yang tertata baik (accounting), belum memiliki pembagian kerja ter-

tulis, belum ada SOP (Standard Operating Procedure), belum menggunakan management knowledge (pengetahuan manajemen), dsb.
Entrepreneur jangan diartikan hanya pengusaha swasta, karena terkesan
membedakan seseorang yang makan gaji dengan seseorang yang dapat menggaji
dirinya sendiri. Entrepreneur adalah orang yang :
1. Mengerti dan membedakan antara tantangan dan peluang.
2. Mampu memanfaatkan sesuatu untuk keuntungan hidupnya dengan cara yang
baik.
3. Sikapnya bukan sekedar keahlian dan keterampilan.
4. Memiliki kualifikasi kepribadian yang tahan banting.

B. MENGAPA BERWIRAUSAHA?
Alasan rasional mengapa berwirausaha adalah :
1. Mengatasi masalah penghidupan, terutama pemenuhan kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan).
2. Menghilangkan atau mempersempit kesenjangan yang sangat lebar antara
jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan.
3. Mengatasi pengangguran.
Untuk itu maka seorang wirausahawan harus membangkitkan semangat untuk
terus berusaha, bermental baja, dan harus yakin bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
Sementara itu permasalahan yang dialami karyawan/buruh adalah ketidakpuasan dari pekerjaannya, antara lain :
1. Merasa seperti sapi perah

kerja keras tetapi tidak mendapatkan kompensasi

yang layak.
2. Merasa menjadi budak

bekerja dengan pengawasan yang sangat ketat dan

sanksi berat misalnya didenda, diskor, di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja atau
dipecat).
3. Kerja melebih jam kerja atau lembur tanpa balas jasa
tidak layak.
5

kalaupun ada, sangat

4. Tidak ada jaminan sustainable (kesinambungan)

untuk mendapatkan

jaminan hari tua (pesanggon, pensiun).


5. Kurangnya perhatian pada aspek keamanan dan keselamatan saat melaksanakan tugas pekerjaan.
6. Tidak jelas jenjang karier

ada yang tetap tidak berubah, dari mulai kerja

sampai berhenti.
Nah dengan alasan-alasan itu maka manusia sabar ada batasnya, pada akhirnya
berhenti bekerja pada orang/pihak lain sebagai karyawan/buruh. Terpikirlah ingin
menjadi manajer bagi dirinya sendiri, tidak lagi diperintah orang/pihak lain. Salah
satu upaya ke arah itu adalah berwirausaha atau berbisnis. Ternyata berbisnis
adalah sesuai dengan ajaran agama Islam yang dicontohkan Nabi Besar Muhammad
Saw. yang sejak usia belia (lk. 12 tahun) dengan diajak oleh paman beliau, Abi
Tholib, berniaga. Bahkan hadits Nabi menyebutkan, sembilan dari sepuluh pintu
rezeki dibuka melalui bisnis, yang redaksi haditsnya adalah, Hendaklah kamu
berdagang karena di dalamnya terdapat sembilan puluh prosen pintu rezeki. (H.R.
Ahmad). Juga hadits Nabi, Sesungguhnya sebaik-baik mata pencaharian adalah
seorang pedagang. (H.R. Baihaki). Ada lagi ayat-ayat bisnis lainnya, misalnya :
QS Al-Jumuah, 10 :
Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Alloh, dan ingatlah Alloh banyak-banyak, supaya kamu beruntung.
QS Al-Mulk, 11 :
Dialah (Alloh) yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu. Maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezekinya.
QS At-Taubah, 105 :
Bekerjalah kamu. Maka Alloh dan Rasul-Nya, serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu.
QS Asy-Syarh, 5 dan 6 :
Sungguh, beserta kesulitan itu ada kemudahan.
Sejarah pun mencatat bahwa sebagian besar para nabi berlatar belakang
pebisnis (wirausahawan). Nabi Daud AS, dikenal sebagai pengrajin daun kurma
6

untuk dibuat keranjang dan pengrajin baju besi untuk keperluan perang. Nabi Idris
AS, dikenal sebagai penjahit, dan selalu menyedekahkan kelebihan hasil usahanya
setelah sebagian digunakan untuk keperluan hidupnya. Nabi Zakaria AS, dikenal
sebagai pebisnis kayu. Nabi Musa AS, dikenal sebagai peternak.

Dan Nabi

Muhammad SAW dikenal sebagai seorang pebisnis sukses lebih-lebih setelah


menikah dengan Siti Khadijah. Bahkan di antara para sahabat Nabi dan ulamaulama besar pun sebagian besar adalah pebisnis.

Misalnya Utsman bin Affan

menjadi pebisnis sukses bahan pakaian yang sebagian keuntungannya dimanfaatkan


untuk kepentingan masyarakat Islam di Madinah. Abdurrahman bin Auf yang
dengan kecerdasannya dalam melihat peluang bisnis berhasil menyingkirkan peran
para pebisnis Yahudi sebagai pelaku ekonomi utama di Madinah, dan pada masa
perjuangan bahkan seluruh hartanya disumbangkan untuk perjuangan Islam. Abu
Hanifah pebisnis bahan pakaian yang jujur di samping kesibukannya mengurus umat
dan menjaga syariat.
Demikianlah, jika memilih bisnis sebagai pekerjaan dan menjalankannya
dengan jujur dan berpegang pada rambu-rambu Al-Quran dan As-Sunnah, Alloh
SWT telah menjanjikan kebersamaan dengan orang-orang mulia, sebagaimana
hadits Nabi, Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya (amanah) adalah bersama
para Nabi, orang-orang yang membenarkan risalah Nabi SAW. (H.R. At-Tirmidzi).
(Siti Najma, 2008:11-12).

C. FUNGSI WIRAUSAHA
Wirausahawan/pebisnis perlu melakukan upaya mencari dan menciptakan cara
atau terobosan baru yang cerdas, dengan :
1. Mengelola sumber daya (resource) yang ada : 6 M (Man, Money, Materials,
Machines, Method, Market).
2. Menghasilkan barang dan jasa sehingga menguntungkan (profit).
3. Memuaskan pelanggan (customers satisfaction).
Demikianlah, maka wirausahawan yang baik adalah yang pandai :

1. Berjuang (to fight)

)
) Sehingga memberi manfaat (to give benefit).
2. Beribadah (to pray) )
Hal tersebut di atas adalah fungsi pokok atau primer berwirausaha, sedangkan
fungsi sekundernya mengenali lingkungan dalam rangka mencari dan menciptakan
peluang usaha, serta kemampuan untuk mengendalikan lingkungan ke arah yang
menguntungkan bagi perusahaan.
Menurut Zimmerer (1996:51) dalam Suryana 2013:61), fungsi wirausahawan
adalah menciptakan nilai barang dan jasa di pasar melalui proses pengombinasian
sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda untuk dapat melakukan persaingan. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui :
1. Pengembangan teknologi baru.
2. Penemuan pengetahuan baru.
3. Perbaikan produk barang dan jasa yang ada.
4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan jasa dalam
jumlah lebih banyak dengan menggunakan sumber daya lebih sedikit.
Dalam pada itu menurut Marzuki Usman (1977) dalam Suryana (2013:60-61)
secara umum wirausahawan memiliki dua peran, yaitu :
1. Sebagai penemu, yaitu produk baru, teknologi baru, ide-ide baru, dan organisasi
usaha baru.
2. Sebagai perencana, yaitu perencanaan perusahaan, strategi perusahaan, ide-ide
dalam perusahaan, dan organisasi perusahaan.
Sementara itu menurut Irham Fahmi (2014:3), peran dan fungsi keberadaan
atau pengaruh ilmu kewirausahaan dalam mendukung arah pengembangan wirausaha adalah :
1. Mampu memberi pengaruh semangat atau motivasi pada diri seseorang untuk
bisa melakukan sesuatu yang selama ini sulit diwujudkan namun menjadi
kenyataan.
2. Mengarahkan seseorang bekerja secara lebih teratur serta sistematis juga
terfokus dalam mewujudkan mimpi-mimpinya.
3. Mampu memberi inspirasi pada banyak orang bahwa setiap menemukan masa8

lah, akan ditemukan peluang bisnis untuk dikembangkan. Artinya, setiap orang
diajarkan untuk membentuk semangat problem solving (memecahkan
masalah).
4. Nilai positif tertinggi pada saat ilmu kewirausahaan dipraktekkan oleh banyak
orang, maka angka pengangguran akan menurun, yang berarti memperingan
beban negara dalam usaha menciptakan lapangan kerja.
Jiwa kewirausahaan sebenarnya merupakan salah satu budaya nenek moyang
bangsa Indonesia, bahkan berhasil mengembangkan usaha sampai ke Madagaskar.
Jiwa bisnis ini sempat dimatikan oleh penjajah Belanda yang menguasai bangsa
Indonesia dan diganti dengan jiwa ambtenar, yaitu jiwa pegawai/karyawan/buruh
yang mengabdi kepada penguasa dan bisa meningkat hingga menjadi kaum ningrat,
priyayi, atau feodal, sehingga selalu ingin dilayani bukan melayani, dan terpatri pada
jalur birokrasi. Pada umumnya orang mengenal istilah kewirausahaan sebagai
pengusaha swasta. Hal ini untuk membedakan seseorang yang yang biasa makan
gaji (birokrasi pemerintahan) dengan orang yang dapat menggaji dirinya sendiri.
Ditinjau dari kepentingan masyarakat, para wirausahawan dipandang sebagai
pionir-pionir (perintis) yang mampu menciptakan berbagai lapangan pekerjaan,
terutama di sektor informal. Nabi Besar Muhammad Saw. bahkan dalam salah satu
haditsnya mengatakan orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang
mendapatkan penghasilan dari keringatnya sendiri. Hal ini dalam Al-Quran pun (AtTaubah : 105) Alloh SWT berfirman, Bekerjalah kamu. Maka Alloh dan Rasul-Nya,
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.

D. PROSES KEWIRAUSAHAAN
Proses kewirausahaan dikatakan oleh Peter F. Drucker (1986) sebagai usaha untuk
menciptakan perubahan yang bertujuan dan terfokus pada potensi sosial-ekonomi
suatu perusahaan. (Sukmadi, 2014:24). Seorang wirausahawan juga akan menerapkan strategi kewirausahaan yang berbeda dan mananajemen yang baik. Curran
dan Burrow (1986:269) menambah penjelasan dengan memberi penggambaran
bahwa proses wirausaha merupakan proses inovatif yang terlibat aktif dalam
9

penciptaan usaha ekonomis. Usaha itu dilakukan berdasarkan produk atau jasa
baru yang secara jelas, sangat berbeda dari produk atau jasa yang sudah ada, baik
dalam pengelolaan produksi maupun pemasarannya.
Di bawah ini adalah matriks pendekatan proses kewirausahaan dan ciri-cirinya.
Proses Kewirausahaan Pendekatan Definisi dan Ciri
No.

PENDEKATAN

CIRI-CIRI
Inisiatif pribadi wirausahawan.

1.

2.

Fungsi
Ekonomi
Struktur
Kepemilikan

Fungsi menanggung resiko.


Mengendalikan faktor-faktor produksi.
Penciptaan usaha dengan sang wirausaha.
Hewan sebagai pemilik.
Ukuran perusahaan.

3.

Derajat
Kewirausahaan

Resiko keuangan pribadi.


Kreativitas dan motivasi baru.
Realisasi pertumbuhan.

4.

Dasar Sumber Daya

Proses produksi primordial sampai dengan potensial.

5.

Ukuran dan Siklus Berhubungan dengan perusahaan yang baru didirikan.


Hidup Perusahaan
Kondisi-kondisi ketidakpastian dan persaingan.
Manajemen dan strategi kewirausahaan.

6.

Pendekatan
Konsolidasi

Adanya inisiatif untuk suatu perubahan.


Proses inovasi (penemuan hal-hal baru)
Kepemilikan, struktur dan ukuran besarnya perusahaan
tidak relevan.
Inisiatif pribadi melalui semangat perusahaan.

Sumber : Sukmadi (2014:26).

1. Fungsi Ekonomi.
Para ahli ekonomi melihat kewirausahaan sebagai alat untuk menggiatkan ekonomi melalui pengendalian inisiatif pribadi dalam upaya menciptakan perusahaan atau pekerjaan. Jadi, kewirausahaan merupakan salah satu fungsi pengembangan ekonomi. Dalam kaitan ini Cantiilon (1755) dalam Sukmadi, (2014:
27) menyatakan bahwa kewirausahaan dapat memikul resiko dari membeli
sesuatu barang dengan harga yang sudah pasti, dan menjualnya kembali dengan
10

harga yang belum pasti. Dengan demikian dalam aktivitas berwirausaha terdapat
fungi memikul resiko.

Say (1800) bahkan memperluas perspektif ekonomi

dengan memasukkan konsep tentang pengendalian faktor-faktor produksi yang


merupakan hal pokok bagi wirausahawan. Pendekatan ini menganggap bahwa
seorang wirausahawan yang menanggapi desakan dari luar akan sangat
mempengaruhi sistem pasar yang terbentuk. Stock-on Trent merupakan ilustrasi
yang sangat menarik tentang cara wirausahawan mengkoordinasikan berbagai
faktor produksi sehingga berhasil membentuk kewirausahaan yang handal.
2. Struktur Kepemilikan.
Kewirausahaan dapat juga didefinisikan berdasarkan struktur kepemilikan yang
ditampilkan. Sebagai penciptaan perusahaan baru, pendiri perusahaan otomatis
menjadi atau disebut sebagai seorang wirausahawan. Tentu tidak memasukkan
perusahaan-perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan berbeda seperti kelompok pemegang saham, yayasan sosial atau organisasi sektor publik.
3. Derajat Kewirausahaan.
Diukur dari perilaku inovasi dan kreativitas sang wirausahawan sehingga usahanya berhasil maju yang dijadikan penggolongan derajat kewirausahaan. Ada tiga
kategori tentang keberhasilan sebuah pengembangan perusahaan, yaitu perusahaan kecil, penghasilan tetap, dan diwariskan. Dale (1991) mengatakan bahwa
pusat pengukuran kewirausahaan seharusnya terletak pada derajat keberhasilan
yang dicapai melalui perubahan yang dilakukan oleh pendiri perusahaan dan
penerusnya. Pengukurannya dikaitkan dengan faktor-faktor pertumbuhan
seperti ukuran pasar, pengembangan investasi pribadi, jumlah karyawan, dan peningkatan keragaman produk atau jasa.
4. Dasar Sumber Daya.
Kewirausahaan merupakan faktor yang dapat mengawali gagasan proses produksi yang potensial sambil menunggu implementasi yang memungkinkan
terjadi. Dasar asumsinya bahwa dalam sistem sosial dan ekonomi terdapat persediaan sumber daya kewirausahaan yang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
Kurzner (1980) menggambarkan kewirausahaan sebagai sumber daya yang tidak

11

memiliki harga dan biaya yang dapat memberikan manfaat terhadap model
pengembangan ekonomi.
5. Tipologi dan Konteks Kewirausahaan.
Proses kewirausahaan dapat dipandang sebagai suatu yang memiliki banyak
kemungkinan untuk diterapkan secara umum di semua ranah usaha tanpa
mempedulikan ukuran dan struktur kepemilikannya. Pendekatan yang paling
bermanfaat adalah dengan melakukan segmentasi dengan dua pembagian
seperti digambarkan dalam matriks di bawah ini.
Kewirausahaan dengan Dua Segmentasi
TIPOLOGI
KEWIRAUSAHAAN
KEWIRAUSAHAAN
KEWIRAUSAHAAN
PERUSAHAAN
KEWIRAUSAHAAN
KELOMPOK

KONTEKS KEWIRAUSAHAAN

Usaha Korporasi
Usaha Kewirausahaan
Minoritas Etnis
Keluarga
Waralaba
Gender
Usaha Berbasis Rumah dan Kriya
Usaha Patungan
Gaya Hidup
Usaha Kecil
Tidak Tetap atau Paruh Waktu

Sumber : Sukmadi (2014:30).

Pertama, pembagian yang telah dikenal, yaitu tiga jenis kewirausahaan yang
berbeda. Kedua, segmentasi yang ada di sebelah kanan merupakan jenis khusus
yang menggambarkan proses kewirausahaan yang terjadi. Setiap jenis kewirausahaan dapat dipraktekkan dalam konteks yang telah dikenali itu. Sesungguhnya dalam pengenalan dinamika proses kewirausahaan terdapat situasi-situasi
tipologi digunakan secara timbal balik dalam menanggapi tantangan berbagai situasi dan kebutuhan yang berbeda.
Kewirausahaan kelompok adalah salah satu tipologi yang tidak memandang
proses kewirausahaan sebagai perlindungan terhadap seseorang. Tipologi ini
lebih dipandang sebagai perlindungan dan sikap yang di dalamnya mengandung
keterampilan seseorang yang dipadukan ke dalam suatu kelompok yang menjadi
mitra dalam evolusi usaha pada masa yang akan datang. Kapasitas kolektif untuk

12

melakukan pembaruan menjadi sesuatu yang lebih besar, karena pasti memberi
pengaruh sinergis yang sehat.
Menurut Reich (1994) kewirausahaan kelompok harus lebih dihargai dibandingkan kewirausahaan perseorangan. Mengapa? Karena kewirausahaan kelompok dapat menghapus mitos kepahlawanan dari wirausaha sendirian, dan menghargai potensi dari kelompok kreatif.
Selain tipologi kewirausahaan dalam bentuk kelompok, ada juga kewirausahaan yang berkaitan dengan dengan konteks. Beberapa bentuk kewirausahaan kontekstual dimaksud adalah :
a. Usaha Korporasi (Intrapreneurship). Penekanan kepemilikannya ada pada
kualitas, tidak terbatas pada kemampuan seseorang. Ketika embrio perusahaan berkembang, kepemilikan tampaknya menjadi lebih mengemuka. Bisa
jadi awalnya perusahaan keluarga, kemudian berkembang menjadi bentuk
korporasi dengan kepemilikan dan struktur manajemen yang sangat berbeda
dibanding pada awal perusahaan itu berdiri.
b. Usaha yang Bersifat Kewirausahaan. Ini dianggap sebagai wirausaha sejati.
Perusahaan-perusahaan ini berhasil memaksimalkan peluang yang ada untuk
dikembangkan lebih jauh dari usaha semula yang telah dibentuk. Ciri khasnya
pengembangan praktek dan strategi yang inovatif.
c. Minoritas Etnis. Wirausaha ini telah dikenal sebagai sarana yang dengannya
para anggota kelompok minoritas etnis dapat membaurkan diri untuk mencapai keberhasilan. Contoh anggota kelompok ini di Inggris adalah orangorang Afrika, Karibia, India, Pakistan, Bangladesh, Yunani.
d. Keluarga. Di beberapa perusahaan, keluarga dapat juga berperan dan terlibat
aktif di dalamnya. Dalam konteks ini hal terpenting adalah sistem sosial yang
ada dan adanya pertarungan di antara para pewaris. Keluarga juga memainkan peran yang sangat penting sebagai pemasok sumber daya seperti
keuangan dan karyawan. Pada umumnya kepemilikan terbagi atas beberapa
anggota keluarga, sedangkan pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh para
anggota pendiri yang lebih senior.

13

e. Waralaba (Franchise). Dengan format usaha ini, para pemegang hak waralaba
(franchisor) memberi lisensi kepada pengelola setempat (franchisee) untuk
menggunakan merknya dalam hal produk, pelayanan, dan kebijakan terkait
lainnya selama jangka waktu tententu. Para franchisee dipasok dan dilengkapi oleh konsep usaha yang lengkap dan telah teruji bersama pengetahuan
teknis praktis lainnya yang sangat unik dan khas. Dengan begitu franchisee
mampu menghilangkan ketidakpastian dalam membangun usahanya. Contoh
industri waralaba : Kentucky Fried Chiken (KFC), McDonald, Pizza Express,
dsb.
f. Gender.
Menurut statistik, jumlah perempuan yang bekerja sendiri (berwirausaha)
meningkat tajam. Semula hanya ada 20% perempuan dari seluruh wirausahawan pada tahun 1991 menjadi 26% pada tahun 1994 (DFEE, 1996). Kegiatan
perempuan dalam berwirausaha ini dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi
dan sosial yang sangat kompleks dan bervariasi. Misalnya, perusahaan katering, penjahit, body shop, dll.
g. Usaha Berbasis Rumah dan Kriya.
Dalam industri jasa, kepariwisataan, dan hiburan, kelompok kreatif ini
menunjukkan segmen yang kecil, tetapi memiliki kekhasan yang sangat tinggi.
Jumlah yang sangat terbatas ini karena sifat usaha harus terpusat di rumah
penyedia pelayanan, bukan di lokasi pelanggan. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, ragam usaha baru berbasis rumah bermunculan, yaitu
pemasaran dan jual beli dengan dukungan internet (daring/online).
h. Usaha Patungan.
Usaha ini menunjukkan pengaturan usaha secara gabungan yang dilakukan
oleh perusahaan induk. Mereka memusatkan dan memfokuskan diri pada
usaha atau proyek atau kegiatan tertentu. Misalnya, perusahaan-perusahaan
konsorsium seperti Best Western, Consort, Virgin Collection, dan Pride of
Britain.
i. Gaya Hidup.

14

Para pemilik usaha ini tampaknya lebih menaruh perhatian pada upaya
mempertahankan hidup (survival of the existence), dan mengusahakan pemasukan yang cukup untuk menjamin bahwa usaha mereka mampu memberikan
tingkat penghasilan yang memuaskan bagi keluarganya. Contohnya, olah raga
dengan menawarkan bimbingan secara perorangan, paket kegiatan wisata
yang berhubungan dengan gaya hidup, rumah spa, dsb.
j. Usaha Kecil yang Mempekerjakan Diri Sendiri.
Usaha ini seringkali sangat bergantung pada bakat dan energi para pemiliknya.
Kurangnya keterampilan manajemen menyebabkan mereka cenderung mengabaikan peluang-peluang pasar, dan sebagai gantinya bahkan lebih memilih
untuk berdagang di jaringan pelanggan yang sudah stabil. Mereka berasumsi
bahwa pelanggan itu memberikan penghasilan yang pasti, rutin, dan memuaskan, dan tidak termotivasi untuk mendapatkan keuntungan dan teori perhitungan ekonomi. Dalam menjalankan usaha, mereka banyak menggunakan
pekerja dari lingkungan keluarga terdekat dengan asumsi tidak ada bayaran
yang mutlak. Contoh usaha ini, pemandu wisata, pemasok kerajinan, dsb.
k. Temporer atau Paruh Waktu.
Wirausahawan atau perusahaan memberlakukan praktek manajemen yang
mapan permanen dan berskala kecil. Kegiatan usaha ini sering tersembunyi
atau pasar gelap. Hal ini berkaitan erat dengan kemiskinan secara ekonomi,
bukan dengan kemakmuran. Misalnya muncul pada masa-masa puncak permintaan seperti musim wisata, tetapi melupakan ketika menyusutnya permintaan.

E. PENTINGNYA BERWIRAUSAHA
Berwirausaha itu penting :
1. Kebutuhan manusia bersifat tidak terbatas sementara kepemilikan barang dan
uang terbatas, sehingga tidak dapat memuaskan kehidupan dengan barang dan
uang yang dimilikinya.
2. Kehidupan manusia tidak berpangkal dan tidak berujung (tidak tahu kapan dila15

hirkan dan kapan mati), maka mulai mencari uang yang banyak kemudian
menghabiskannya.
Karena itu berwirausaha/bisnis bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan (needs & want).
Adapun usaha bisnis atau wirausaha itu adalah :
1. Memproduksi barang dan jasa.
2. Memproses bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi untuk digunakan
oleh perusahaan lain.
Usaha jasa bisa berbentuk : Bank, asuransi, biro perjalanan, usaha profesional
seperti konsultan, pengacara, notaris, hotel, rumah sakit, dsb.
Dengan perkembangan masyarakat maka akan terjadi persaingan bisnis.
Persaingan bisnis akan menimbulkan beberapa keuntungan seperti :
1. Harga bagi konsumen dapat lebih rendah karena produsen bekerja efisien sehingga dapat menekan atau menurunkan harga.
2. Berusaha meningkatkan pelayanan bagi konsumen/pelanggan.
3. Berusaha menciptakan barang baru dengan kualitas baik.
4. Menghilangkan pemborosan sumber daya.

F. JENIS-JENIS BISNIS/WIRAUSAHA
1. Pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan.
2. Pertambangan, penggalian

mas, perak, tembaga, bauksit, timah, bijih besi,

dll.
3. Industri pengolahan :
a. Migas : Kilang minyak

bensin, solar, karosin, dll.

b. Nonmigas : Pabrik ban, mobil, meubel, dll.


4. Industri penyedia : Listrik, gas, air bersih/minum, dll.
5. Konstruksi : Bangunan gedung, jalan, jembatan, dll.
6. Perdagangan : Pasar, hotel, restoran, dll.

Ramayana, Yogya, Hypermart, dll.

7. Pengangkutan dan komunikasi : Taksi, angkot, telkom, dll.


8. Bank dan lembaga keuangan lainnya : Bank, Leasing, LPK, dll.
16

9. Sewa rumah, gedung/kantor, dll.


10. Jasa : Konsultan (akuntan, dll.), manajemen, biro perjalanan, dll.
Beberapa istilah :
1. Intrapreneur

statusnya karyawan, tetapi memiliki kemerdekaan dan akses

terhadap sumber

memiliki jiwa kewirausahaan. Dalam pada itu Morris dan

Kuratko (2002) dalam Wawan Dhewanto (2013:20) mendefinisikan intrapreneurship sebagai istilah yang digunakan untuk perusahaan berukuran sedang dan
besar yang memiliki sifat entrepreneurial. Sedangkan menurut Dess, Lumpkin &
McGee (1999) intrapreneurship dapat diartikan sebagai proses di mana seorang
individu atau grup menciptakan bisnis baru di dalam suatu perusahaan, revitalisasi dan memperbarui perusahaan, atau menciptakan sesuatu. Sedangkan Wawan Dhewanto sendiri menyebut istilah intrapreneurship sebagai kewirausahaan
korporasi.
Menurut Thornberry (2001) dalam Wawan Dhewanto (2013:22), tipe dari
kewirausahaan korporasi (corporate entrepreneurship) memiliki empat tipe, yaitu :
a. Corporate Venturing : Proses untuk memulai usaha baru yang berhubungan
dengan bisnis inti (core business) perusahaan;
b. Organizational Transformation : Fokus terdapat pada sifat entreprenial yang
melakukan penghematan dan peningkatan efisiensi operasional;
c. Intrapreneuring : Merupakan pengidentifikasian karyawan di dalam perusahaan yang memiliki bakat entreprenial;
d. Industry Rule Bending : Usaha yang dilakukan perusahaan untuk mengubah
paradigma dalam industri.
2. Entrepreneur : Tidak bekerja pada orang/pihak lain, tetapi pada usaha yang didirikan dan dikembangkan sendiri

pemilik usaha yang punya kemerdekaan

mengatur hidup, arah usaha, dan mengambil keputusan-keputusan strategis :


a. Dijalankan sendiri;
b. Bisa menggunakan para profesional;
c. Menanggung resiko, tetapi menikmati keuntungan setelah membayar karya-

17

wan dan kewajiban-kewajiban lain.


Entrepreneur adalah seseorang yang berusaha dengan keberanian dan kegigihan sehingga usahanya mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan adalah kata
kuncinya. Dengan demikian, orang yang memilih tidak bekerja pada orang/pihak
lain belum layak disebut entrepreneur jika hanya sekedar membuka warung,
berusaha seadanya, atau sekedar untuk menumpang hidup/bisa makan, yang
stagnan tidak ada perubahan.

Seorang entrepreneur adalah yang moving

forward maju terus ke depan (tumbuh). Entrepreneur sejati berusaha dengan


kesungguhan bukan spekulatif.
Coba lihat perbedaan di bawah ini :
Perbedaan Usaha Spekulatif dengan Usaha Ril (Nyata).
USAHA SPEKULATIF
Wealth = Money (Kekayaan).

USAHA RIL (NYATA)


Wealth = Well Being (Kesejahteraan).

Illusionary wealth, magic. (Kehidupan Instrinsic wealth (Kehidupan yang artistik,


yang bisa didapat melalui spekulasi).

spiritual, intelligence, intellectual).

Tingkat pengembalian (rate of return),


kinerja ekonomi (economic performance),
peringkat (rating and scoring).
Aset yang terus meningkat nilainya, penampilan yang berlebih (over valued
asset, handsome performance).
Yang kaya semakin kaya, uang bisa
memperbesar uang.
Jangan bekerja untuk uang, buatlah
uang bekerja untuk Anda. Bekerja hari
ini untuk hari ini.

Kontribusi ekonomi dalam jangka panjang


terhadap manusia dan alam/habitatnya.

Inilah Tradisi Wall Street.

Saling memelihara/menjaga (mengurangi


ketergantungan pada uang). Mengutamakan tata nilai.
Kekayaan yang diperoleh dari kerja keras,
inovasi, persaingan.
Jangan berilusi, bekerja keraslah, hidup
yang hemat, nikmati pada masanya.
Bekerja sekarang, nikmati hari tua, dan
sisakan untuk generasi yang akan datang.
Inilah Tradisi Market Street.

Sumber : Rhenald Kasali (2010:17).

3. Social Entrepreneur : Pelaku kegiatan sosial yang berwatak entrepreneur, misalnya yang bergerak di bidang :
a. Lembaga Sosial Masyarakat (LSM);
b. Pendidikan;
c. Kesehatan;
d. Lingkungan hidup;
e. Hukum;
18

f. Demokrasi;
g. Pemberdayaan masyarakat;
h. Kesenian;
i. Advokasi masyarakat, dll.

G. TIP PRAKTIS BERWIRAUSAHA


Rhenald Kasali (2010:21) memberikan tip praktis berwirausaha sebagai berikut :
1. Modal utama berwirausaha bukan pada uang, melainkan keyakinan untuk menang. Konsentrasikan pada perubahan pola pikir (mindset)

harus punya jiwa

pemenang.
2. Bersahabat dengan ketidakpastian

ketidakpastian bukan untuk dihindari,

tetapi hadapi dengan riset data dan intuisi wirausaha. Beradaptasilah dengan ketidakpastian.
3. Buka pikiran, pelajari hal-hal baru. Terjun menjadi wirausaha akan berada di
tikungan baru yang serba asing.

Lingkungan akan membuat sukses, juga bisa

menjegal.
4. Persiapkan diri dengan baik

Perkaya dengan riset-riset kecil tentang pasar

yang akan digarap.


5. Tampilkan wajah yang enak dilihat, bangun network (jaringan)

selalu me-

merlukan bantuan orang lain (orang tua, teman, pemasok, relasi bisnis lain) :
Senyum, ramah, enak dilihat dan antusias.
6. Kurangi resiko dengan dukungan data, informasi, dan kemampuan-kemampuan
teknis

data akurat akan menjadi sahabat dan meng-counter resiko yang

mungkin muncul.
Sementara itu Sukmadi (2014:38-44), memberikan tip langkah memulai berwirausaha sebagai berikut :
1. Belajar Langsung secara Otodidak.
Dalam praktek, proses pembelajaran itu sangat bervariasi. Cara yang paling
mudah adalah dengan melihat proses pelaksanaan wirausaha :
a. Berbelanja di tempat usaha (warung, toko) yang menjajakan barang jualan;
19

b. Informasi dari orang-orang dekat;


c. Terus menggali pengetahuan dengan belajar seperti di sekolah;
d. Belajar dari buku, koran, majalah, bahan pustaka, internet, dll.
2. Orientasi Eksternal dan Internal.
Dengan mencari dan melihat peluang yang tersembunyi dengan gagasan baru
yang cerdas dan keras. Ada dua jenis kesadaran yang memaksa seseorang untuk
melakukan penelusuran peluang usaha baru.

Kesadaran ini tercermin dari

orientasi eksternal, yaitu :


a. Wirausahawan harus selalu memperhatikan apa yang menjadi keinginan
konsumen;
b. Wirausahawan harus selalu memperhatikan dan mengevaluasi produk atau
jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang sudah ada;
c. Saluran distribusi merupakan sumber gagasan baru yang sangat baik karena
kedekatannya dengan kebutuhan pasar;
d. Pemerintah juga merupakan sumber pengembangan gagasan baru;
e. Melalui dokumen hak paten yang membuka peluang untuk mengembangkan
sejumlah produk baru;
f. Melalui pengaturan pemerintah kepada dunia bisnis yang membuka peluang
munculnya gagasan produk baru;
g. Penelitian dan pengembangan sering juga menghasilkan gagasan produk baru
atau perbaikan produk yang sudah ada.
Selanjutnya orientasi internal merangsang penggunaan sumber daya pribadi untuk mengidentifikasi peluang usaha baru. Ada tiga tahap penggunaan
sumber daya internal, yaitu :
a. Analisis konsep hingga terdefinisikan dengan jelas termasuk uraian masalah
yang harus dipecahkan;
b. Penggunaan daya ingat untuk menemukan kesamaan dan unsur-unsur yang
berhubungan dengan konsep dan masalahnya;
c. Rekombinasi unsur-unsur itu dengan cara baru yang bermanfaat untuk
memecahkan masalah dan membuat konsep dasar.

20

3. Mengembangkan Semangat Berinovasi.


Inovasi adalah penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang
sudah dikenal sebelumnya, baik berupa gagasan, metode, atau alat. Proses
inovasi berwirausaha dapat dilakukan dengan cara-cara :
a. Melihat adanya kebutuhan;
b. Mengumpulkan data dan informasi serta mendefinisikan konsep-konsep;
c. Menguraikan permasalahan;
d. Menggunakan daya ingat untuk mencari kesamaan-kesamaan;
e. Menemukan kesamaan dan gagasan yang berhubungan;
f. Melihat bagaimana menggabungkan kesamaan dengan gagasan yang berhubungan;
g. Mencari pemecahan sementara;
h. Meneliti pemecahan dengan hati-hati;
i. Bergerak terus jika kesemuanya baik;
j. Mencapai keberhasilan.
4. Produk yang Sesuai.
a. Menyesuaikan produk dan proses pembuatannya dengan sumber daya uang,
tenaga kerja, dan fasilitas yang terbatas. Hal ini agar usaha yang baru didirikan bertahan menghadapi fase permulaan dan pertumbuhan awal.
b. Memilih segmen pasar yang memberi kemungkinan baginya untuk menggunakan ukuran perusahaan kecil, untuk menghindari dari persaingan yang
tidak semestinya;
c. Karakteristik dari produk atau proses yang dicari adalah tingginya nilai tambah. Untuk meningkatkan keuntungan penjualan harus lebih besar daripada
biaya operasionalnya;
d. Nilai yang disumbangkan digunakan untuk mengukur perbedaan antara pendapatan kotor yang diterima oleh perusahaan bagi penjualan produk jasa dan
apa yang dikeluarkan untuk bahan mentah ditambah jasa-jasa yang harus
dibayar;
e. Memperhitungkan semua biaya usaha dan balas jasa kotor yang diterimanya.

21

Semakin kecil biaya bahan baku dan semakin tinggi biaya keterampilan yang
diterapkan untuk menambah nilai bahan mentah, semakin besar kemungkinan diperoleh laba atau keuntungan;
f. Penyelesaian produk atau proses. Perusahaan kecil hendaknya mencari produk atau proyek yang dapat ditangani dengan baik sesuai dengan kapasitas
finansial. Bahaya yang harus dihindari adalah mengeringnya aliran masuknya
uang (cashflow) jangan sampai kas mengering.

H. UNSUR-UNSUR KEWIRAUSAHAAN
Unsur-unsur kewirausahaan dapat digambarkan dalam matriks di bawah ini.
Unsur-unsur Kewirausahaan
No.

UNSUR

1.

Prakarsa
perubahan.

2.

Komitmen pada
karyawan.

3.

Pencarian sumber
daya kreatif.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

DESKRIPSI
Kemampuan mengidentifikasi peluang untuk suatu kreasi
atau inovasi, serta kemampuan untuk mewujdukannya.
Penerapan praktek manajemen yang tepat dan sistem
penghargaan yang dirancang untuk memastikan loyalitas
karyawan, mempertahankan karyawan, dan efisiensi.
Mengatur sumber daya secara cermat baik dalam bentuk
keuangan dan manajerial dari seperangkat sumber daya
yang kompleks agar mampu menggerakkan dan mewujudkan peluang.

Pembelajaran halhal yang bersifat Inovasi (penemuan hal baru) dan kreativitas.
kewirausahaan.
Inovasi dan krea- Pembaruan produk dan jasa dengan menambahkan nilai
tivitas.
melalui penerapan keahlian dan imajinasi.
Pengembangan sumber daya masnajemen informasi agar
Kepemimpinan
memiliki kemampuan menjadi penggerak pertama dan
dan pengetahuan.
formulasi serta penerapan strategi yang efektif.
Kewaspadaan ter- Perhatian yang terus-menerus terhadap kecenderungan
hadap peluang.
dan peluang yang muncul untuk ditarik dan diwujudkan.
Manajemen hu- Pemeliharaan tim-tim yang efektif, jaringan dan struktur
bungan.
manajemen yang fleksibel.
Manajemen resi- Evaluasi terhadap unsur-unsur resiko pribadi dan keko dan ketidak- uangan, keyakinan diri, dan faktor-faktor penentu keberpastian.
hasilan.
Penentuan waktu Bertindak dalam kerangka yang terbatas sehingga suatu
untuk bertindak.
peluang dapat dioptimalisasi.
Visi dan orientasi Formulasi ambisi-ambisi dan strategi untuk mewujudkanstrategis.
nya.

Sumber : Sukmadi (2014:36).

22

BAB II
BERPIKIR PERUBAHAN, KREATIF, DAN INOVATIF

A. PENGERTIAN PERUBAHAN
Setiap hari kita menyaksikan perubahan di dunia ini, misalnya :
1. Pohon menjadi besar, tetapi ada juga yang semakin kering kemudian mati.
2. Sungai yang airnya mengalir kecil kemudian membesar, banjir meluap, atau bisa
juga menjadi kering.
3. Manusia hidup, dari mulai dilahirkan bertambah umur menjadi anak, remaja,
dewasa, lansia, kemudian mati, dsb.
Dalam dunia usaha pun kita saksikan perubahan, misalnya :
1. Kamera yang asalnya menggunakan rol film yang terpisah dari kameranya,
sekarang pakai digital.
2. Hand Phone (Ponsel), yang asalnya hanya bisa dipakai komunikasi telepon
sekarang pakai kamera, bisa internetan, dan fiturnya kemudian dibuat untuk
bermacam keperluan.
3. Jalan-jalan raya yang asalnya lengang sekarang banyak dipenuhi warung, toko,
pedagang kaki lima (K-5), bahkan hotel dan restoran, dll.
Demikianlah, maka sudah menjadi hukum, di dunia ini tidak ada kepastian
kecuali perubahan. Itulah sebabnya di dunia usaha jangan sampai mati jika pengusaha tidak mengantisipasi perubahan :
1. Jangan sampai duduk enak-enak tanpa memperhatikan perubahan situasi ekonomi.
2. Terjadi perubahan tetapi tidak mampu melihatnya.
3. Punya mata tetapi tidak melihat, punya telinga tetapi tidak mendengar.
4. Orang berharta tetapi tidak berderma, dsb.
Maka perubahan pola pikir (mindset) perlu dilakukan untuk bisa mengikuti
perkembangan zaman dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Mindset adalah keseluruhan dari keyakinan yang kita miliki, nilai-nilai yang kita
anut, kriteria, harapan, sikap, kebiasaan, keputusan dan pendapat yang kita keluar23

kan dalam memandang diri kita sendiri, orang lain, dan kehidupan ini. Dengan
demikian mindset adalah semacam filter yang kita bangun untuk menafsirkan apa
saja yang kita lihat dan alami. (Rhenal Kasali, 2010:24).
Pola pikir memberi tahu bagaimana hidup harus dimainkan yang akhirnya akan
menentukan dalam kehidupan kita akan berhasil atau tidak. Contoh :
1. Kehidupan ini sangat keras, dan aku harus berjuang untuk sekedar hidup paspasan.
2. Aku punya kemampuan yang hebat, banyak orang yang ingin kerjasama
denganku.
3. Aku sudah cukup sukses. Harta warisan orang tua pun banyak dan takkan habis
sampai tujuh turunan.
4. Kita harus menghasilkan produk dan setiap saat harus ada inovasi, dll.
Demikianlah, maka kita harus memahami pola pikir masing-masing. Setelah itu
coba :
1. Keluar ke tingkat sadar apakah ada yang negatif yang harus kita buang? Jika
tidak, keyakinan negatif akan mengendalikan kita.
2. Jika Anda tidak mengetahui pola pikir Anda, Anda tidak dapat melakukan apa
pun terhadapnya.
3. Jika Anda tidak menyukai hasil-hasil yang Anda dapatkan selama ini, Anda harus
mengubah pola pikir Anda.
Apakah pola pikir bisa diubah? Bisa, sebab pola pikir merupakan hasil dari
sebuah proses pembelajaran (learning) yang karenanya bisa juga diubah (unlearning) dan dibentuk ulang (relearning). Memang ada yang mudah dan ada yang sulit
diubah, ada yang cepat dan ada yang memerlukan waktu lama. Ada yang bisa
diubah dengan kesadaran sendiri dan ada yang baru berubah setelah mengalami
peristiwa tertentu. Atau ada yang bisa diubah dengan bantuan para ahli misalnya
psikolog, ahli mindset transformasi, atau terapis NLP (Neuro Linguistik Program).

B. TANDA-TANDA TERJADINYA PERUBAHAN POLA PIKIR


Kita bisa mengetahui tanda-tanda terjadinya perubahan pola pikir dengan mende24

teksi hal-hal berikut ini :


1. Mungkin apa yang semula kita benci ternyata menyadarkan kita seharusnya
kita kasihi.
4. Mungkin ada hal yang tadinya kita yakini benar ternyata keliru, dan yang kita
anggap salah ternyata benar.
5. Kita bisa melihat diri dan pekerjaan kita dengan cara yang berbeda dari yang
sebelumnya.
6. Kita bisa melihat dunia yang sama tetapi dengan kacamata yang benar-benar
baru, dsb.
Namun pola pikir yang berubah tidak mengubah situasi dan lingkungan di mana
kita hidup, tetapi hanya mengubah pikiran diri kita sendiri dalam memahami situasi
dan lingkungan dimaksud. Perubahan pola pikir berarti juga berubah dari satu pola
pikir ke pola pikir yang lain. Dari pola pikir negatif ke pola pikir positif, dari
pecundang menjadi pemenang, dari statis menjadi dinamis kreatif, dari konsumtif
menjadi produktif, dan dari pekerja menjadi entrepreneur. Ingatlah, pola pikir akan
menggerakkan perilaku!

C. POLA PIKIR ENTREPRENEUR


Seorang entrepreneur menonjol dalam banyak hal, disebabkan oleh jumlah total
pola pikir positif, kreatif, inovatif, dan produktif yang dimilikinya, misalnya :
1. Dalam masalah konsumsi ia berkarakter produktf, artinya berubah dari konsumtif ke produktif.
2. Selalu berusaha mencari cara baru untuk meningkatkan daya guna sumber daya
secara efisien.
3. Selalu mencari alternatif jika sumber daya terbatas.
4. Cenderung menjadi job creator daripada job seeker.
Pola pikir produktif bisa ditumbuhkan jika kita menghargai dan memahami
keberlimpahan maupun keterbatasan yang ada. Contoh :
1. Masyarakat yang hidup di daerah yang melimpah airnya (subur) secara alamiah
akan lebih boros menggunakan air dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal
25

di daerah tandus.
2. Seorang yang berjiwa technopreneur yang dibesarkan di daerah tandus akan
tertantang untuk menciptakan sistem pengairan yang dapat meminimalisasi
sifat tandus tersebut dalam memaksimalkan penggunaan air.
3. Sebaliknya seorang technopreneur yang tinggal di daerah melimpah air akan
lebih mampu meningkatkan potensi airnya untuk dikembangkan menjadi
komersil.
Dengan demikian semua hambatan dapat ditanggulangi dengan pola pikir
produktif, yaitu : Semua hambatan bagi daerah tandus akan diubah menjadi
peluang untuk meminimalisasi ancaman, dan semua kekuatan di daerah subur akan
menjadi peluang untuk dikembangkan kesempatannya antara lain dikomersialisasikan.
McGraith & Mac Millan (Rhenald Kasali, 2010:18) mengemukakan tujuh karakter
dasar yang perlu dimiliki setiap calon wirausahawan sebagai berikut :
1. Action oriented, bukan wait and see. Jangan membiarkan sesuatu kesempatan
berlalu begitu saja.
2. Berpikir simpel, tidak ribet. Sekalipun dunia berubah menjadi sangat kompleks
wirausahawan harus mampu membuatnya sederhana.
3. Selalu mencari peluang-peluang baru. Mau belajar yang baru, serta membentuk
jaringan dari bawah dan menambah landscape atau scope usahanya.
4. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi. Bukan hanya awas memiliki mata yang
tajam dalam melihat peluang atau memiliki penciuman yang kuat terhadap
keberadaan peluang, tetapi bergerak ke arah itu. Peluang bukan hanya dicari
tetapi harus diciptakan, dibuka dan diperjelas. Investasi yang dilakukan pasti
menanggung resiko, maka wirausahawan harus disiplin yang tinggi.
5. Hanya mengambil peluang yang terbaik. Wirausahawan yang terlatih akan cepat
membaca peluang, tetapi wirausahawan sejati hanya akan mengambil peluang
yang terbaik. Ukuran terbaik adalah nilai ekonomis yang terkandung di dalamnya, masa depan yang lebih cerah, kemampuan menunjukkan prestasi, dan
perubahan yang dihasilkan. Semuanya dikaitkan dengan rasa suka terhadap ob-

26

yek usaha dan merasa mampu merealisasikannya.


6. Fokus pada eksekusi. Wirausahawan bukan hanya bergelut dengan pikiran atau
merenung menguji hipotesis, melainkan fokus pada eksekusi. Dia tidak mau berhenti pada eksploitasi pikiran atau berputar-putar dalam keraguan.
7. Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti. Dia mengupayakan
tidak bekerja sendirian tetapi menggunakan tangan dan pikiran banyak orang,
baik dari dalam maupun luar perusahaannya. Membangun jaringan (network)
daripada melakukan semua impiannya sendiri.
Tip praktis berwirausaha :
1. Modal utama berwirausaha bukan pada uang, melainkan keyakinan untuk
menang. Jangan terbelenggu oleh batasan-batasan materi (uang, tempat usaha,
produk) untuk memulai suatu usaha. Konsentrasikan pada perubahan pola pikir,
saya harus menang!
2. Bersahabat dengan ketidakpastian. Siap akan hal-hal yang tidak pasti, tidak terencana dan mungkin tidak terukur. Ketidakpastian tidak untuk dihindari, tetapi
beradaptasilah dan hadapi dengan riset (research), data, dan naluri (intuisi) wirausaha.
3. Buka pikiran dan pelajari hal-hal baru. Terjun menjadi wirausahawan akan
menjadikan orang berada di lingkungan baru yang serba asing. Lingkungan akan
membentuk wirausahawan sukses, tetapi juga bisa menjegal untuk maju.
Milikilah kemampuan fast leaner untuk tetap bertahan.
4. Persiapkan diri dengan baik. Persiapan merupakan faktor penting dalam keberhasilan. Siapkan dan pupuk keahlian sebelum terjun dalam lini bisnis yang akan
digeluti. Perkaya dengan riset-riset kecil mengenai pasar yang akan digarap.
5. Tampilkan wajah yang enak dilihat dan bangun network. Wirausahawan bukanlah orang yang sukses dengan usahanya sendiri. Dia selalu memerlukan bantuan
orang lain (orang tua, teman, pemasok, relasi bisnis, dll.). Perbaiki penampilan
dengan senyum, ramah, enak dilihat orang, dan antusias. Gunakan itu untuk
memperluas jaringan.
6. Kurangi resiko dengan dukungan data, informasi, dan kemampuan-kemampuan

27

teknis. Jangan lupa data dan informasi yang akurat akan menjadi sahabat dalam
mengcounter resiko yang mungkin muncul. Gali dan cermati data dan informasi
yang berhubungan dengan bidangnya.

D. KREATIVITAS DAN INOVASI DALAM BERWIRAUSAHA


Kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru dan berbeda (thinking new things and
different) dan keinovasian adalah melakukan sesuatu yang baru dan berbeda.
(Suryana, 2013:66). Oleh sebab itu hakekat kewirausahaan adalah kemampuan
berpikir sesuatu yang baru dan berbeda, dan melakukan tindakan inovasi untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda.
Disadari atau tidak, sejak lahir manusia oleh Alloh SWT sudah dikaruniai modal
yang jauh lebih penting dari sekedar uang, yaitu otak. Dengan modal otak ini
manusia dapat berpikir, bertindak, dan menyelesaikan masalah jauh lebih baik
daripada mesin atau makhluk hidup lainnya. Dengan otak yang sehat manusia juga
dapat berpikir kreatif sehingga timbul ide (gagasan-gagasan) dan terobosanterobosan usaha yang inovatif.
Kreatif adalah juga daya cipta, sementara Bruner (Rhenald Kasali, 2010 : 38)
mendefinisikan kreativitas sebagai kejutan yang efektif. Bisa diduga hasil dari
proses kreativitas adalah sesuatu (bisa produk atau gagasan) yang mengejutkan.
Misalnya karena belum pernah ada, belum terpikirkan, unik, dsb. Karena terkejut
itulah pasar bisa sangat menaruh perhatian, berpikir, atau pun menolak karena
belum terbiasa.
Bagi seorang wirausahawan, kreativitas adalah modal yang sangat penting.
Mengapa? Karena medan yang dihadapi penuh persaingan yang sangat ketat.
Tanpa kreativitas seorang wirausahawan akan terpaku pada constraint (ketidakleluasaan).

Dengan kreativitas akan mampu keluar, melihat, dan menangkap

peluang. Tanpa kekuatan membongkar belenggu-belenggu itu wirausahawan tak


akan bisa survive, tidak bisa beradaptasi mengarungi dunia yang selalu berubah.
Dalam situasi dunia yang selalu berubah, maka seorang wirausahawan dituntut
cerdik menghadapi berbagai tekanan dan serangan. Itulah sebabnya kreativitas
28

menjadi sangat penting karena :


1. Dapat meluncurkan produk yang belum pernah dibuat di pasar.

Seorang

wirausahawan dapat memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan


memperkenalkan produk barang atau jasa baru yang terus-menerus diperbarui.
Memang tidak harus menjadi inventor (penemu) tetapi paling tidak menjembatani penemu dengan pasar. Wirausahawan bisa memberi arahan kepada para
penemu dan mengemasnya sebagai produk komersial yang digemari masyarakat
dan harganya terjangkau.
2. Dengan menjadi manusia kreatif bukan berarti peniru, melainkan pemimpin. Pemimpin pasar adalah orang yang disegani dan selalu menjadi benchmark. Brand
kita bisa menjadi sangat kuat dan menjadi legend. Bisa ditiru orang lain tetapi
peniru tidak bisa membuat sesuatu yang lebih bagus dari sang pelopor.
3. First mover advantage (penggerak pertama yang menguntungkan). Manusia
kreatif akan memiliki keunggulan sebagai first mover. Dia akan yang merintis
menjadi market leader dan selalu siap dengan gagasan-gagasan baru.
4. Persaingan akan membuat jalan yang dilewati seorang wirausahawan semakin
sempit dan banyak jalan yang semula lebar, kelak ditutup oleh pesaing-pesaing
baru. Karenanya dibutuhkan kreativitas, yang mencari cara atau jalan keluar
baru dengan membuka terobosan-terobosan, dan perbedaan-perbedaan yang
menonjol dan disukai pasar.
5. Resiko adalah bagian dari kehidupan seorang wirausahawan sehari-hari. Resiko
itu berujung pada aspek finansial yang dapat mematikan usaha yang tidak bisa
diatasi bahkan dapat merusak reputasi dan kepercayaan terhadapnya. Hanya
manusia kreatif yang dapat lolos dari bencana dan kerugian. Kreativitas akan
mampu menembus pintu-pintu baja kesulitan.
6. Kreativitas menghubungkan titik-titik yang terpisah dan terisolasi. Orang kreatif
akan mampu menyatukan mozaik yang menjadi sebuah kode rahasia yang
mengandung arti untuk membuka pintu rahasia kesulitan.
Demikianlah, kreativitas itu selalu beranjak dari sebuah gagasan yang muncul
dari pengamatan terhadap keadaan sehari-hari di sekeliling kita. Contohnya, pada

29

awal tahun 1980-an ada seorang mantan pegawai PT. Pertamina, yaitu Tirto Utomo,
melihat banyak orang asing yang tidak berani minum dari air keran (PDAM) di hotelhotel Indonesia, padahal di luar negeri yang namanya air minum keran bisa langsung diminum. Timbullah gagasan dan segera membangun usaha air layak minum
dalam kemasan, dan sasaran awalnya adalah orang-orang asing yang datang di
Indonesia. Kelak air mineral dalam kemasan itu dikenal sebagai Aqua. Kini berbagai
merk air minum dalam kemasan sangat banyak.
Newel, Shaw, dan Simon dalam penelitian ilmiah berjudul The Process of Creative Thinking (Rhenald Kasali, 2010 : 38), membagi kreativitas ke dalam tiga unsur,
yaitu melihat dengan sudut pandang (perspektif) yang baru, menemukan hubungan
baru, dan membentuk kombinasi daru dari obyek, konsep, atau fenomena.
Gagasan yang ideal dan bermanfaat adalah pikiran yang terarah pada invensi
(pengembangan gagasan), inovasi (mengubah gagasan menjadi produk), dan paten
(proteksi produk). Dengan paten, seorang wirausahawan dapat mencegah masuknya pendatang-pendatang baru secara ilegal dalam kurun waktu tertentu.
Pada tahapan penumbuhan ide, otak kanan yang paling berperan. Ingatkah
bahwa kadang kita mendapat ide tatkala sedang melamun atau saat melakukan
ritual privasi tertentu. Secara teoretis, timbulnya ide pada saat bersantai karena
telah melepaskan pengendalian otak kiri dan mengalihkannya pada otak kanan
sebagaimana penemuan berat jenis suatu benda oleh Archimides saat dia berendam di bak mandinya seorang diri, yang hasilnya kemudian dikenal sebagai hukum
Archimides.
Pemunculan ide sebagai jiwa dari kreativitas membutuhkan fokus pemikiran
konsentrasi. Dengan konsentrasi ini maka orang dapat cepat memilah dan memilih
mana informasi dan aktivitas yang mendukung ide kita dan mana yang tidak.
Rhenald Kasali memberikan contoh : Jika kita sedang merintis bisnis rumah makan
ikan bakar, maka hal-hal yang mendukung dan tidak mendukung misi kita, dapat
digambarkan sebagai berikut :

30

Gosip artis
Apa rencana perbaikan
hari ini
Money politik
PILKADA
Bagaimana Anda belajar
Resep memasak ikan yang
sedap dan sehat

Tidak mendukung
Ide/Misi Anda

Krisis politik di
Filipina

Mendukung
Ide/Misi Anda
Bagaimana belajar
Strategi meraih pelanggan
Potensial

Peringkat korupsi
Indonesia di dunia naik
tujuh poin

Sumber : Rhenald Kasali (2010:39).

E. HAMBATAN KREATIVITAS
Banyak orang merasa tidak kreatif dan menyalahkan pekerjaannya tidak sesuai
dengan bakatnya. Ada juga yang menyalahkan keadaan yang tidak mendukung
untuk melakukan kreativitas. Atau mungkin juga menyalahkan Si Boss (pimpinan)
yang tidak memberikan ruang gerak bagi dirinya, dsb. Apa pun lasannya, orang yang
tidak kreatif selalu melakukan hal yang sama berulang-ulang dan cenderung menghindari resiko.
James L. Adams dalam bukunya Conceptual Blockbusting (1986) mengidentifikasi
hambatan kreativitas dalam bentuk klasifikasi sebagaimana matrik di bawah ini.
Hambatan Kreativitas

JENIS HAMBATAN

CONTOH

Hambatan Persepsi

Pola pikir stereotip;


Mambatasi masalah secara berlebihan;
Terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi.

Hambatan Emosi

Takut mengambil resiko;


Tidak menyukai ketidakpastian;
Lebih suka menilai daripada menghasilkan gagasan;
Menganggap remeh suatu masalah;
Kurang tantangan;
Tergesa-gesa dalam menyelesaikan masalah.
31

Hambatan Kultural

Kultur menghambat pengakumulasian gagasan.


Kurangnya dukungan sarana dan prasarana kerja.
Tidak ada kerjasama dan rasa saling percaya di antara
tim kerja;
Atasan bersikap otoriter, tidak menghargai pendapat
orang lain;
Gangguan rutin misalnya : Telepon, banyaknya tamu,
ruang kerja gaduh;
Kurang dukungan untuk mematangkan gagasan;
Budaya kebersamaan (solidaritas) atau antu persaingan.
Terlalu mengandalkan logika;
Enggan menggunakan intuisi;
Menggunakan pengalaman atau cara lama yang terbukti
efektif hasilnya.

Hambatan Lingkungan

Hambatan Intelektual

Sumber : Rhenald Kasali (2010:40).

Fogler dan LeBlanc (2000) menambahkan satu faktor hambatan lagi berupa
hambatan ekspresif, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengkomunikasikan
gagasan, baik secara lisan maupun tertulis. Padahal gagasan ini penting dikemukakan. Kalaulah tidak pandai secara lisan, bisa juga dengan tulisan baik secara narator
maupun ilustrasi, bagan, atau dengan memanfaatkan bahasa tubuh untuk lebih
ekspresif.
Carol Kinsey Goman dalam bukunya Creativity in Business (2001) mengidentifikasi hambatan kreatifitas beserta pendorong untuk keluar dari hambatan tersebut
sebagai berikut :
Hambatan Kreativitas dan Pendorongnya
PENGHAMBAT KREATIVITAS

PENDORONG KREATIVITAS

Sikap negatif

Sikap positif

Taat pada aturan

Melanggar aturan

Membuat asumsi
Stres yang berlebihan

Lakukan Perubahan
dengan

Memeriksa asumsi
Mampu menyalurkan stras

Takut gagal

Teknik mengambil resiko

Berkeyakinan bahwa diri


sendiri tidak kreatif

Yakinlah bahwa diri ini kreatif

Terlalu mengandalkan logika

Menggunakan imajinasi dan


intuisi

Sumber : Rhenald Kasali (2010:44).

32

F. TIPS PRAKTIS MEMPERBAIKI KREATIVITAS


Suasana atau cara berpikir yang tidak kreatif akan berbahaya bagi kesejahteraan
dan kedamaian hidup. Rhenand Kasali (2010:49) memberikan beberapa tips untuk
memperbaiki kreatifitas Anda di bawah ini :
1. Jangan batasi diri (no limit to self). Janganlah batasi diri anda atau anak-anak
anda, kecuali masalah moral dan integritas. Jangan batasi hidup dengan rutinitas, mengambil langkah yang mudah, atau takut berlebihan.
2. Cobalah menjalani dan menjelajahi jalan-jalan baru saat mengendarai kendaraan
anda. Kendarailah seorang diri dan jangan khawatir akan tersesat. Kalau ada
anggota keluarga yang selalu mengganggu dan membatasi anda, turunkanlah ia
di tempat yang aman, atau mintalah orang itu menghargai keputusan anda.
3. Eksposlah diri anda dengan orang yang berbeda-beda, datangilah mereka,
ajaklah berbicara dan kawani orang-orang yang hidupnya tidak rutin. Ubah pergaulan mereka.
4. Tempa diri dalam hidup yang berwarna ketidakpastian. Beranilah menghadapi
tantangan-tantangan baru. Keluarlah dari selimut rasa aman anda. Merantaulah. Hiduplah dalam lingkungan baru yang jauh dari aturan-aturan dan proteksi
keluarga besar.
5. Buatlah selalu suasana-suasana baru. Ubah letak susunan meja kursi, letak
lukisan atau hiasan, dan tempat tidur beberapa bulan sekali. Latihlah berpikir
dari hal-hal kecil.
6. Gunakan cara berpikir paradoks. Ingatlah dunia ini serba paradoks, carilah selalu
pasangan paradoks pada setiap informasi yang anda terima.
7. Kembangkan cara berpikir besar. Jangan berpikir yang kecil kerdil seperti rumah
kecil, hidup seadanya, karier sekedar untuk hidup, warung bakso, dst. Mulailah
berpikir bahwa anda bisa membuat hal yang besar-besar. Bangunan tertinggi
dan terbesar di dunia, bisnis termaju, restoran paling ramai, istri terbaik dan
tercantik, dst.
8. Jangan turuti mitos-mitos. Ingatlah tak semua guru anda scientist sejati, mereka
juga bisa terbelenggu oleh mitos-mitos. Demikian juga orang tua, teman, atasan,
33

ulama, konsultan, dsb.


9. Berpikirlah kritis, tetapi selalu terbuka dan positif. Jangan menggunakan hujatan,
kritik atau pendekatan kontra produktif yang menimbulkan konflik. Tinggalkan
saja mitos-mitos itu sambil tersenyum dan berpikir bebas.
10. Lakukan perjalanan-perjalanan baru. Perluaslah wawasan anda dan kunjungilah
daerah baru. Jangan bepergian di saat liburan sehingga anda tidak bisa berpikir
bebas. Jangan bepergian ke tempat-tempat biasa yang selalu dikunjungi banyak
orang. Lihatlah daerah-daerah baru dan datangilah kehidupan yang belum anda
kenal.
11. Bacalah bacaan-bacaan yang beragam. Perluas wawasan anda dan tutuplah
buku-buku yang datar dan tidak menantang. Perkaya diri anda dengan bukubuku self help dan teori.
12. Ambillah kesempatan-kesempatan untuk mengembangkan hal-hal yang baru.
Ambillah resiko itu dan telusuri terus apa yang terjadi. Pelajarilah dan selalu
bertindak proaktif dan memperbaiki segala hal yang muncul.
Untuk memotivasi para karyawan agar memiliki kreativitas, Zimmerer (1996:76)
dalam Suryana (2013:71) mengemukakan delapan cara yang terdiri atas hal-hal
sebagai berikut :
1. Expecting creativity. Wirausahawan mengharapkan kreativitas, salah satu cara
terbaik untuk mendorongnya dengan memberikan kewenangan untuk berkreasi.
2. Expecting and tolerating failure, yaitu memperkirakan dan mentoleransi kegagalan. Ide-ide kratif akan menghasilkan keberhasilan atau kegagalan. Orang
yang tidak pernah mengalami kegagalan bukanlah orang yang kreatif.
3. Encouraging curiosity. Berbesar hati jika menemukan kegagalan, artinya kegagalan jangan dipandang sebagai sesuatu yang aneh.
4. Viewing problems as challenges, yaitu memandang kegagalan sebagai tantangan.
Setiap kegagalan memberikan peluang untuk berinovasi.
5. Providing creativity training, yaitu menyediakan pelatihan berkreativitas. Setiap
orang memiliki kapasitas kreatif, oleh karena itu untuk mengembangkannya
diperlukan adanya pelatihan melalui buku, seminar, lokakarya, dan pertemuan

34

profesional yang dapat mendorong karyawan untuk meningkatkan kapasitas


kreativitasnya.
6. Providing support, yaitu memberikan dorongan dan bantuan berupa alat dan
sumber daya yang diperlukan untuk berkreasi, terutama waktu yang cukup.
7. Rewarding creativity, yaitu menghargai orang yang kreatif. Penghargaan bisa
dalam bentuk uang, promosi, dan hadiah lainnya.
8. Modeling creativity, yaitu memberi contoh kreatif. Untuk mendorong karyawan
lebih kreatif, harus diciptakan lingkungan yang mendorong kretivitas.
Ciri-ciri orang kreatif dapat dilihat dari matrik berikut ini.
Ciri-ciri Orang Kreatif
No.
1.

2.
3.
4.

5.

6.
7.
8.

CIRI-CIRI ORANG KREATIF

INDIKATOR

Tertantang atas keadaan yang Tidak merasa puas dengan keadaan yang ada/
sudah ada (Challenges status- prestasi yang dicapai, selalu membuat perubahquo).
an, perbaikan, dan pengembangan.
Selalu ingin tahu dan mengeksploitasi lingkungan
Selalu ingin tahu
dan menginvestigasi kemungkinan-kemungkinan
baru.
Memiliki motivasi diri yang Tanggap terhadap kebutuhan dari dalam, selalu
tinggi (Self motivated).
proaktif dan menghargai setiap usaha.
Memiliki visi ke depan (Visio- Memiliki imajinasi yang tinggi dan pandangan
nary).
jauh ke depan.
Memunculkan ide-ide gila, memandang sesuatu
Penghibur menyenangkan
yang tidak mungkin menjadi mungkin,
orang lain (Entertains the
memimpikan dan mengkhayalkan sesuatu yang
fantastic).
besar.
Berani menghadapi resiko Berani mencoba dan menanggung kegagalan.
(Takes risk).
Selalu mengubah lingkungandan melakukan
Suka berkeliling/berkelana
perjalanan untuk memperoleh inspirasi yang
(Perifatetic).
segar.
Orang yang suka humor Memiliki ketertarikankepada yang
(Playful/humorous).
mengagumkan.

Sumber : Suryana (2013:73).

Sementara itu keinovasian adalah kemampuan menerapkan pemecahanpemecahan masalah secara kreatif dan menciptakan peluang untuk meningkatkan
atau memperkaya kehidupan manusia.

Berinovasi bagi seorang wirausahawan

merupakan kunci sukses, dan merupakan tindakan kewirausahaan untuk meraih


sukses dalam persaingan. Melalui penelitian dan pengembangan para wirausaha-

35

wan menemukan kebaruan, kegunaan, dan kemudahan sebagai nilai tambah


(value added) dan daya saing.
Inovasi memiliki tiga makna penting, yaitu inovasi sebagai pembaruan (innovation as novelty), inovasi sebagai perubahan (innovation as change), dan inovasi
sebagai keunggulan (innovation as advantage).
1. Inovasi sebagai Pembaruan. Pada hakekatnya inovasi adalah pembaruan atau
kebaruan yang menghasilkan nilai tambah baru bagi penggunanya. Sasaran
inovasi adalah nilai tambah suatu produk, proses, atau jasa.

Inovasi selau

dinyatakan dalam bentuk solusi teknologi yang lebih baik diterima oleh masyarakat. Kebaruan merupakan konsekuensi dari implementasi atau praktek inovasi.
Jadi, parameter atau kunci dari inovasi adalah nilai tambah bagi pengguna.
2. Inovasi sebagai Perubahan. Dalam hal ini perubahan bisa dalam bentuk transformasi atau difusi yang berujung pada perubahan. Ditinjau dari dimensi waktu,
inovasi lebih menekankan pada obyek baru yang baru, namun sebenarnya lebih
menekankan pada proses baru yang dapat mengakibatkan obyek baru. Maksudnya, inovasi diawali dengan proses baru untuk menghasilkan obyek baru. Jadi,
inovasi mengacu pada transformasi untuk difusi dan akhirnya untuk mengubah
sesuatu.
3. Inovasi sebagai Keunggulan. Dengan inovasi berarti kita menciptakan keunggulan-keunggulan dalam bentuk yang baru. Bentuk inovasi itu bermacam-macam
seperti inovasi produk, proses, metode, teknologi, dan manajemen. Dalam konteks manajemen, inovasi mengacu pada penciptaan bentuk-bentuk keunggulan
baru, misalnya penggunaan tanda-tanda baru atau yang lebih menarik agar
keluar dari kejenuhan, atau merupakan realisasi menciptakan keunggulan.
Untuk menghasilkan nilai tambah, menurut Kotler dan Keller (2006) dalam
Suryana (2013:75-76), ada empat jenis cara berinovasi yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Dengan cara penemuan, yaitu mengkreasi suatu produk, jasa, atau proses yang
belum pernah dilakukan sebelumnya. Cara ini disebut revolusioner, misalnya
penemuan pesawat terbang oleh Wright bersaudara, telepon oleh Alexander
Graham Bell.

36

2. Dengan cara pengembangan, yaitu pengembangan produk, jasa, atau proses


yang sudah ada. Cara ini menjadikan aplikasi ide yang telah ada berbeda, misalnya pengembangan McD oleh Ray Krock.
3. Dengan cara duplikasi, yaitu peniruan produk, jasa, atau proses yang sudah ada.
Duplikasi bukan semata-mata meniru, melainkan menambah seutuhnya secara
kreatif guna memperbaiki konsep yang ada agar lebih mampu memenangkan
persaingan, misalnya duplikasi perawatan gigi oleh Dentaland.
4. Dengan cara sintesis, yaitu perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah ada
menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi pengambilan sejumlah gagasan atau
produk yang sudah ditemukan atau sudah dibentuk sehingga menjadi produk
yang dapat diaplikasikan dengan cara baru.
Hasil berpikir kreatif adalah dalam bentuk sesuatu yang bersifat imajinasi,
abstrak, dan obsesi seperti gagasan/ide, khayalan, dan mimpi-mimpi. Proses berpikir kreatif disebut kreativitas. Kreativitas merupakan tindakan yang menghasilkan
sesuatu, dan merupakan kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya :
1. Baru (new), cirinya inovatif yang belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh,
dan mengejutkan.
2. Berguna (useful), cirinya lebih enak, lebih praktis, lebih mudah, mendorong,
memperlancar, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi
hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang lebih baik atau lebih
banyak, menguntungkan.
3. Dapat dimengerti (understable), cirinya hasil yang sama dapat difahami dan
dibuat di lain waktu.
Sementara itu hasil berinovasi adalah produk barang dan jasa, metode, proses,
dan cara-cara memecahkan masalah yang sifatnya baru, berguna, dan dapat
dimengerti.

37

BAB III
KEWIRAUSAHAAN BIROKRASI, INTELEKTUAL, DAN SOSIAL

A. KEWIRAUSAHAAN BIROKRASI
Kita bicarakan istilah birokrasi dulu. Secara etimologis istilah birokrasi berasal dari
bahasa Yunani bureau yang artinya meja tulis atau tempat bekerjanya para
pejabat publik. Birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi untuk mencapai tugastugas administratif yang besar dengan cara mengkoordinasikan secara sistematis
pekerjaan dari orang banyak. (Wahyudi Kumorotomo, 1992:74). Kata birokrasi juga
bermakna suatu metode organisasi yang rasional dan efisien. (David Osborne & Ted
Gaebler, 1999:14).
Menurut S. Prajudi Atmosudirdjo (1996), birokrasi itu mempunyai tiga arti,
yaitu :
1. Birokrasi sebagai suatu tipe organisasi. Dalam hal ini birokrasi sangat cocok
untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang terikat pada peraturan-peraturan
rutin, artinya volume pekerjaan besar tetapi sejenis dan bersifat berulang-ulang,
serta pekerjaan yang memerlukan keadilan dan stabil.
2. Birokrasi sebagai sistem. Dalam hal ini birokrasi dipandang sebagai suatu sistem
kerja yang berdasar atas tata hubungan kerjasama antara jabatan-jabatan secara
formal dan berjiwa tanpa pilih kasih atau tanpa pandang bulu.
3. Birokrasi sebagai jiwa kerja. Dalam hal ini birokrasi merupakan jiwa kerja yang
kaku, sebab cara kerjanya seolah-olah seperti mesin, ditambah lagi dengan
disiplin kerja yang keras/ketat, dan sedikit pun tidak boleh menyimpang dari apa
yang diperintahkan atasan atau yang telah ditetapkan oleh aturan.
Birokrasi dalam praktek dijabarkan sebagai pejabat publik dan Pengawai Negeri
Sipil (PNS) atau sekarang Aparatur Sipil Negara (ASN). Dalam birokrasi publik,
kegiatan-kegiatan pemerintah selalu terikat pada ketentuan-ketentuan, peraturanperaturan, kendati jiwa yang terkandung di dalamnya sudah tidak sesuai lagi
dengan situasi dan kondisi sekarang yang sudah berubah. Birokrasi pun ternyata
lebih mengutamakan formalitas daripada kreativitas. Itulah sebabnya birokrasi
38

tidak berjalan secara efisien, lambat, dan tidak efektif. Faktor-faktor pekerjaan
yang lemah antara lain banyaknya meja yang harus dilalui dalam pelayanan publik,
prosedur yang bertele-tele, dsb. tersohor dengan istilah birokratis.
Demikianlah, maka para birokrat Indonesia hendaknya berani mengambil sikap
menjadi wirausahawan (entrepreneur), artinya harus mulai berpikir dan mempunai
visi seperti seorang pengusaha, atau menjadi birokrat entrepreneur. Birokrat
entrepreneur atau wirausaha birokrasi adalah birokrasi yang memberi ruang untuk
mengambil langkah-langkah cerdas dan strategis guna mempercepat pertumbuhan
dan sekaligus memperkokoh institusinya. Kata kunci dari semangat birokrasi yang
entrepreneur adalah bagaimana para pejabat negara/pegawai negeri dapat
menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan, dan membina
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan efektif dan efisien.
Efektif berarti berhasil guna, sedangkan efisien berarti tepat dalam mengerjakan
sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.

Dengan

semangat kewirausahaan birokrasi diharapkan berusaha lebih inovatif dalam


memberikan layanan publik sehingga dapat menjawab perkembangan masyarakat
yang semaik cepat di era globalisasi.
Konsep mewirausahakan birokrasi atau karakter birokrasi yang mempunyai jiwa
entrepreneur ini secara lebih nyata dapat kita temukan dalam buku Reinventing
Government (Mewirausahakan Birokrasi : Mentransformasi Semangat Wirausaha
ke Dalam Sektor Publik) yang ditulis oleh David Osborne dan Ted Gaebler tahun
1992, serta Banishing Bureaucracy (Memangkas Birokrasi : Lima Strategi Menuju
Pemerintahan Wirausaha) oleh Davis Osborne dan Peter Plastrik tahun 1997.
Menurut mereka mewirausahakan birokrasi berarti mentransformasikan semangat
wirausaha ke dalam sektor publik.
Konsep yang ditawarkan David Osborne, dkk. tersebut sebenarnya ditujukan
kepada pemerintahan di AS, akan tetapi bermanfaat juga jika diterapkan di negaranegara lainnya termasuk Indonesia. Mereka mengemukakan 10 (sepuluh) prinsip
wirausaha birokrasi sebagai berikut :
1. Pemerintahan Katalis : Mengarahkan tinimbang mengayuh.

39

Pemerintahan katalis memisahkan fungsi pemerintah sebagai pengarah (membuat kebijakan, aturan-aturan, dsb.) dengan fungsi sebagai pelaksana (penyampai jasa dan penegakkan). Juga menggunakan berbagai metode (kontrak, voucher, hadiah, insentif, pajak, dsb.) guna membantu organisasi publik mencapai
tujuannya, memilih metode yang paling sesuai demi efektivitas, efisiensi, persamaan, fleksibilitas, dan pertanggungjawaban.
Intinya :
a. Dominasi pemerintah dalam pelayanan publik harus diakhiri atau dikurangi;
b. Apa yang bisa dilakukan masyarakat, jangan dilakukan pemerintah;
c. Penyerahan sebagian wewenag pemerintah kepada masyarakat/sektor
swasta.
2. Pemerintahan Milik Masyarakat : Memberi wewenang tinimbang melayani.
Mengalihkan wewenang kontrol yang dimiliki pemerintah ke tangan masyarakat.
Dalam hal ini masyarakat diberdayakan sehingga mampu mengontrol pelayanan
yang diberikan oleh birokrasi. Dengan adanya kontrol masyarakat ini aparatur
negara/pemerintah (pejabat eksekutif, legislatif, maupun yudikatif) akan memiliki komitmen yang lebih baik dan peduli, serta lebih kreatif dalam memecahkan
masalah.
Intinya :
a. Berikan sepenuhnya kepada masyarakat otoritas serta kepercayaan agar mau
melayani dan mendorong dirinya sendiri (to help for self help);
b. Birokrasi harus menempatkan masyarakat di tengah-tengah (bersama-sama),
bukan diisolasikan dari dunia birokrasi;
c. Birokrasi harus memposisikan masyarakat bukan sebagai obyek, tetapi
sebagai subyek, sekaligus sebagai sumber informasi, tempat gagasan-gagasan
pembangunan.
3. Pemerintahan Kompetitif : Menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan.
Hal semacam ini mensyaratkan persaingan di antara para penyampai jasa atau
pelayanan (publik-swasta, swasta-swasta, publik-publik) untuk bersaing ber-

40

dasarkan kinerja dan harga. Kompetisi adalah kekuatan fundamental untuk


memaksa lembaga publik melakukan perbaikan-perbaikan.

Keuntungan dari

komptetisi adalah efisiensi, respon terhadap kebutuhan pelanggan lebih besar,


menghargai inovasi, dan membangkitkan semangat juang dan harga diri.
Intinya :
a. Praktek monopoli harus dibersihkan dari birokrasi, kecuali untuk kepentingan
rakyat banyak;
b. Birokrasi harus bebas kepentingan (pribadi, kelompok, bakhan kepentingan
politik) kecuai kepentingan publik.
4. Pemerintahan yang Digerakkan oleh Misi : Mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan.
Pemerintahan yang berorientasi misi akan melakukan deregulasi internal,
menghapus banyak aturan yang menghambat, menyederhanakan sistem administrasi, seperti anggaran, pengadaan, kepegawaian, dsb. atau debirokratisasi.
Pemerintahan demikian mensyaratkan setiap lembaga pemerintahan harus
mempunyai visi dan misi yang jelas, kemudian memberikan kebebasan kepada
para manajer untuk menemukan cara terbaik dalam batas-batas legal.
Keunggulannya adalah lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan mempunyai
semangat lebih tinggi.
Intinya :
a. Misi atau tujuan harus dijadikan penggerak organisasi, bukan digerakkan oleh
aturan;
b. Aturan atau prosedur lahir dalam rangka pencapaian misi, bukan mempersulit.
5. Pemerintahan Berorientasi pada Hasil : Membiayai bukan masukan.
Menunjuk pada pemerintahan yang result oriented dengan mengubah fokus dari
input (kepatuhan pada aturan dan membelanjakan anggaran sesuai dengan
ketetapan) menjadi akuntabilitas pada keluaran dan hasil.

Caranya dengan

mengukur kinerja lembaga-lembaga publik, menetapkan target, memberi imbalan (kompensasi) yang mencapai atau melebihi target, dan menggunakan anggar-

41

an untuk mengungkapkan tingkat kinerja yang diharapkan dalam bentuk besarnya anggaran.
Intinya :
a. Jadikan kinerja (bukan input atau semata proses) sebagai tolok ukur keberhasilan;
b. Membangun akuntabilitas pemerintahan;
c. Pemerintahan yang menekankan arti pentingnya efisiensi dan efektivitas.
6. Pemerintahan Berorientasi Pelanggan : Memenuhi kebutuhan pelanggan bukan
birokrasi.
Pemerintahan ini memperlakukan masyarakat yang dilayani sebagai pelanggan
(customers). Pemerintah melakukan survey pelanggan, menetapkan standar
pelayanan atau paling tidak SPM (Standar Pelayanan Minimal), memberi jaminan, dsb. Dengan hasil survey pemerintah meredesain organisasinya untuk
menyampaikan nilai maksimum kepada pelanggan. Keunggulan pemerintahan
ini adalah meningkatkan pertanggungjawaban kepada pelanggan, mendepolitisasi keputusan terhadap pilihan pemberi jasa, merangsang lebih banyak inovasi,
memberi lebih banyak pilihan kepada pelanggan, menekan pemborosan, dan
mendorong pelanggan membuat pilihan dan berkomitmen, serta menciptakan
lebih besar bagi keadilan.
Intinya :
a. Selalu mendengarkan suara/aspirasi masyarakat;
b. Misi pemerintahan harus menyuarakan kepentingan masyarakat;
c. Ke mana rakyat menunjuk, ke sanalah arah pemerintahan harus ditujukan.
7. Pemerintahan Wirausaha : Menghasilkan tinimbang membelanjakan.
Pemerintah berusaha memfokuskan energinya bukan sekedar untuk menghabiskan anggaran, tetapi lebih pada menghasilkan penerimaan. Pemerintah
meminta masyarakat yang dilayani untuk membayar (semacam retribusi),
menuntut return on investment. Pemerintah memanfaatkan insentif seperti
dana usaha, dana inovasi untuk mendorong para pimpinan lembaga pemerintah
berpikir mendapatkan dana operasional.

42

Intinya :
a. Pemerintahan sadar pendapatan/investasi;
b. Birokrasi harus dijalankan dalam perspektif investasi, bukan semata investasi
uang, tetapi juga investasi jangka panjang, yaitu pembangunan SDM.
8. Pemerintahan Antisipatif : Mencegah daripada mengobati.
Menunjuk pada pemerintah yang berpikir ke depan, dengan mencegah timbulnya masalah daripada menghilangkan masalah.

Hal ini ditempuh melalui

penggunaan perencanaan strategis, pemberian visi masa depan dengan berbagai


metode.
Intinya :
a. Pemerintah harus menghindari pemborosan;
b. Lebih baik mendanai ratusan juta rupiah untuk program keluarga berencana
tinimbang milyaran rupiah untuk program pengangguran atau kemiskinan;
c. Lebih baik mendanai jutaan rupiah untuk program reboisasi tinimbang ratusan
juta rupiah untuk penanggulangan bencana alam;
d. Pemerintahan yang pandai menghindari masalah bukan semata-mata memecahkan masalah.
9. Pemerintahan Desentralisasi : Dari hierarki menuju partisipasi dan tim kerja.
Yang mendorong wewenang dari pusat pemerintahan melalui organisasi atau
sistem. Mendorong kepada mereka yang langsung melakukan pelayanan, atau
pelaksana untuk lebih berani membuat keputusan. Keunggulan sistem desentralisasi ini lebih responsif dan fleksibel, lebih efektif, lebih inovatif, dan menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi sehingga lebih banyak komitmen dan
akhirnya lebih produktif.
Intinya :
a. Delegasi wewenang pada tingkat terdepan (pemberi layanan) bukan menumpuk/terkonsentrasi pada pucuk pimpinan;
b. Jauhkan budaya Bapak Tahu yang Paling Baik;
c. Jauhkan budaya Minta petunjuk.
10 Pemerintahan Berorientasi Pasar : Mendongkrak perubahan melalui pasar.

43

Pemerintahan demikian sering memanfaatkan struktur pasar swasta untuk memecahkan masalah daripada menggunakan mekanisme administratif, seperti
menyampaikan pelayanan atau perintah dan kontrol dengan memanfaatkan
peraturan.

Pemerintahan ini juga menciptakan insentif keuangan (insentif

pajak), yang dengan cara itu organisasi swasta atau anggota masyarakat akan
berperilaku yang mengarah pada pemecahan masalah sosial.
Intinya :
a. Ubah cara kerja birokrasi dari pendekatan program menuju pendekatan pasar,
dari pendekatan instruktif menuju pendekatan insentif;
b. Program : Cenderung berjalan kaku karena sifatnya hanya menjalankan
sesuatu yang telah ditetapkan dan monopolistik;
c. Mekanisme Pasar : Menciptakan insentif yang menggerakkan orang membuat
keputusan sendiri secara tepat dan kompetitif, cenderung responsif terhadap
perubahan.
David Osborne bersama Peter Plastrik dalam buku mereka Banishing
Bureaucracy (1997) melanjutkan implementasi wirausaha birokrasi tersebut di atas
dengan lima strategi untuk menjalankan Reinventing Government, yaitu :
1. Strategi Inti :
Merumuskan kembali kejelasan tujuan sebuah organisasi birokrasi, yang intinya :
a. Singkirkan fungsi-fungsi birokrasi dari fungsi yang tidak relevan dengan fungsi
pokok pemerintah;
b. Fungsi pokok pemerintah adalah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
mendorong masyarakat menjalankan sendiri urusannya. (Steering rather than
rowing; empowering rather than serving);
c. Lakukan pemilihan untuk memisahkan fungsi yang secara fundamental
memiliki tujuan ke dalam organisasi yang berbeda.
1) Pisahkan organisasi yang memiliki fungsi membuat kebijakan atau aturan
dengan organisasi yang memiliki fungsi melayani;
2) Bedakan organisasi perencana dengan organisasi pelaksana.
2. Strategi Konsekuensi :

44

Memberlakukan konsekuensi atau kinerja sebagai ukuran keberhasilan, yang intinya :


a. Ciptakan suasana kondusif yang memungkinkan munculnya perilaku kompetitif (bersaing dalam mencapai tujuan organisasi);
b. Kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi akan mendatangkan konsekuensi (akibat) hilangnya pendapatan organisasi;
c. Strategi untuk membangun pemerintahan yang kompetitif adalah penghematan.
3. Strategi Pelanggan :
Menempatkan pelanggan (masyarakat) sebagai pengarah, mendefinisikan keberhasilan sebuah organisasi sebagai kemampuan memuaskan pelanggan atau
masyarakat, yang intinya :
a. Berikan masyarakat banyak pilihan pelayanan;
b. Tentukan standar pelayanan yang dikehendaki masyarakat;
c. Berikan sanksi/konsekuensi bagi yang tidak memenuhi standar;
d. Sediakan kompensasi bagi masyarakat yang merasa dirugikan;
e. Birokrasi harus terbuka menerima kritik untuk perbaikan/kepuasan pelanggan.
4. Strategi Pengendalian :
Menempatkan misi/tujuan organisasi sebagai alat pengendalian organisasi, yang
intinya :
a. Memberikan kepercayaan yang penuh kepada pegawai;
b. Hindari terlalu banyak intervensi teknis dari atasan;
c. Hindari terlalu banyak petunjuk teknis;
d. Libatkan masyarakat mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi;
e. Berikan kesempatan staf/masyarakat agar mau mengendalikan dirinya sendiri, bukan melulu dikendalikan.
5. Strategi Budaya :
Melepaskan kebiasaan lama yang birokratis/kaku dan menggantikannya dengan
budaya baru dengan karakteristik wirausaha, yang intinya merubah paradigma

45

lama dengan paradigma baru birokrasi melalui berbagai cara :


a. Mengubah simbol-simbol baru dengan merangsang/mendorong perubahan
sikap;
b. Membangun visi baru atau governing idea organisasi, dsb.
Lima strategi pembaruan birokrasi ini merupakan rangkaian yang saling terkait
dan satu sama lain saling memperkuat.
Dalam pada itu teori kewirausahaan sektor publik menurut Mierlo (1995)
dalam Sukmadi (2014:68) intinya memuat hal penting :
1. Dari sisi permintaan : Mengeksplorasikan dan menganalisis permasalahan (tampak ataupun tidak) dan permintaan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan organisasi publik.
2. Dari sisi penawaran :

Mengeksplorasi dan menganalisis permasalahan dan

permintaan-permintaan pada penawaran pelayanan publik yang telah ada di


bagian organisasi yang beroperasi dan di bagian lain organisasi.
Kesesuaian antara permintaan dan penawaran dengan menyesuaikan penawaran organisasi dalam keadaan sekarang maupun potensi dari suatu kebijakan
pasar.
Hal-hal yang terkait dengan wirausaha birokrasi adalah :
1. Konseptualisasi proses manajerial dengan mempertimbangkan dimensi-dimensi
inovasi, kemampuan pengambilan resiko, dan proaktif.
2. Birokrasi berusaha menyediakan layanan di tengah-tengah masyarakat yang
semakin kompetitif. Karena persaingan pasar, pemerintah menemukan pasar
baru dengan pelayanan yang baru pula. Kewirausahaan birokrasi merupakan
salah satu inovasi dalam memecahkan masalah.
3. Konsep kewirausahaan birokrasi menjanjikan kemampuan reformasi radikal
birokrasi pemerintahan, khusunya dengan menyertakan mekanisme kontrol,
kompetisi, dan demokratisasi pada organisasi publik.
4. Kewirausahaan birokrasi menyediakan jalan keluar dari dilema antara pasar dan
birokrasi.
5. Analisis kewirausahaan birokrasi terbagi dalam dua level, yaitu level organisasi

46

dan level public official. Pada level pertama organisasi birokrasi pemerintahan
harus berubah ke dalam bentuk yang lebih mandiri (entrepreneurial), sedangkan
pada level kedua pegawai birokrasi dan departemen/kementerian harus berubah
menjadi lebih mandiri.
Kewirausahaan sebagai karakteristik dari organisasi masyarakat dan pegawai
birokrasi dapat dihubungkan dengan peran sosiologis. Fungsi-fungsi kewirausahaan
birokrasi tersebut merupakan kerangka kerja bagi para birokrat. Pada pelayanan
publik skala mikro, hasilnya adalah dalam peningkatan pelayanan yang lebih
berorientasi pada klien, profesionalitas, dan peningkatan produktivitas organisasi
publik. Pemerintahan wirausaha adalah pemerintah yang mampu menghadirkan
kebijakan berorientasi pada warga negara dengan penekanan utama pada bagaimana berpikir strategis, tidak sekedar menghasilkan ide-ide cemerlang, tetapi juga
kemampuan untuk mewujudkan ide-ide tersebut. Untuk menjadikan entrepreneurship sebagai budaya, cara berpikir dan sistem pemerintahan daerah membutuhkan
suatu upaya yang sitematis, strategis, namun jaringan birokrasi sulit dilakukan
karena potensi sumber daya manusia dan potensi daerah juga perlu waktu untuk
menjadikan birokrat berjiwa entrepreneurship.
Dalam rangka membentuk kemandirian pemerintah pada seluruh aspek yang
sekaligus dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka pemerintah perlu memiliki semangat atau jiwa kewirausahaan. Kendati organisasi publik
(pemerintah) bersifat nirlaba yang berbeda dengan organisasi sektor privat yang
mencari laba, tetapi penerapan cara kerja atau manajemen wirausaha peru juga
diterapkan. Maka karakteristik kewirausahaan dalam birokrasi pun perlu mengikuti
karakteristik entrepreneur seperti dikemukakan oleh Burch (1986:28-29) :
1. Dorongan berprestasi, artinya bawa semua entrepreneur yang berhasil memiliki
keinginan besar untuk mencapai suatu prestasi.
2. Bekerja keras, artinya bahwa sebagian besar entrepreneur mabuk kerja demi
sararan yang ingin dicapai.
3. Memperhatikan kualitas, artinya bahwa entrepreneur harus menangani dan
mengawasi sendiri kerjanya sampai mandiri, sebelum memulai usaha lainnya.

47

4. Bertanggung jawab, artinya secara legal, moral maupun mental, entrepreneur


harus bertanggung jawab atas hasil kerja/usahanya.
5. Berorientasi pada imbalan, artinya bahwa entrepreneur mau menunjukkan
prestasi kerja kerasnya dan bertanggung jawab, serta mengharapkan imbalan
yang sepandan dengan usahanya. Imbalan tidak hanya dalam bentuk uang,
tetapi juga pengakuan dan penghargaan/penghormatan.
6. Optimis, artinya bahwa entrepreneur hidup dengan doktrin semua waktu baik
untuk berusaha, dan segala sesuatu adalah mungkin.
Jadi, karakteristik birokrat hendaknya seperti entrepreneur, yang tidak hanya
dibutuhkan oleh organisasi-organisasi bisnis, tetapi juga oleh organisasi pemerintahan atau lembaga-lembaga pelayanan masyarakat.

Hal ini sesuai dengan

pendapat Peter F. Drucker (1988:192), bahwa lembaga pelayanan masyarakat


seperti kantor pemerintahan, serikat buruh, universitas, sekolah, masjid, gereja,
begitu juga rumah sakit, organisasi masyarakat dan sosial, asosiasi profesi dan
perdagangan atau sejenisnya, perlu menjadi wiraswasta dan inovatif, sebagaimana
halnya lembaga bisnis.

B. KEWIRAUSAHAAN INTELEKTUAL
Perubahan kelembagaan tidak hanya dari proposisi yang berkelanjutan, melainkan
membutuhkan lebih dari ide-ide yang baik dan program yang inovatif. Kewirausahaan intelektual menyediakan landasan filosofis intelektual otentik yang mampu
mempertahankan pendidikan kewirausahaan secara lintas kampus. Kewirausahaan
intelektual bertujuan mendidik dan memelihara warga kampus seluruh perguruan
tinggi, dengan memanfaatkan aset pengetahuan yang terkandung di dalam tembok
universitas, untuk memberdayakan civitas akademika dan mahasiswa untuk menjadi agen perubahan (agent of changes). (Cherwitz dan Hartelius, 2007) dalam Sukmadi (2014:77).
Kewirausahaan intelektual adalah filosofi dan visi pendidikan yang memandang
akademisi sebagai inovator dan agen perubahan. Hal ini berfokus pada penciptaan
lintas disiplin ilmu dan kolaborasi multi kelembagaan yang dirancang untuk meng48

hasilkan kemajuan intelektual yang dapat memberi solusi nyata untuk kebutuhan
masyarakat. Kewirausahaan intelektual adalah keterlibatan akademis untuk mengubah tujuan hidup. Inilah yang menjadi salah satu alasan perguruan-perguruan
tinggi di Singapura, Malaysia, Australia, Amerika Serikat, dan Inggris memiliki kecenderungan yang cukup signifikan untuk menuju era baru, yaitu menjadikan entrepreneuship sebagai mata kuliah wajib. Hal ini pula yang menyebabkan pertumbuhan sektor UMKM di negara-negara tersebut tinggi, bisa mencapai 10 20 % dari
para lulusannya. Kenyataan ini tentu saja sangat membantu program pemerintah
dalam rangka menciptakan lapangan kerja yang tinggi di sektor swasta. (Hendro,
2011:12).
Sebenarnyalah kewirausahaan di perguruan tinggi bukan sekedar tren, melainkan sudah menjadi kebutuhan. Sudah saatnya kewirausahaan dikembangkan secara
lebih terstruktur di dalam sistem akademik di perguruan tinggi agar lulusannya tidak
hanya mencari pekerjaan, tetapi menciptakan lapangan pekerjaan.

Di dalam

Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan pun menurut Togar Simatupang, pengajar Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Bandung (Hendro, 2011:13) disebutkan
universitas harus mendorong kewirausahaan.
Dengan demikian kewirausahaan intelektual memperlebar misi perguruan tinggi
dari memajukan batas pengetahuan dan mempersiapkan pemimpin masa depan,
juga sebagai mesin pembangunan ekonomi dan sosial. Dalam proses ini peranan
dosen dan mahasiswa berkembang dari provokator intelektual menjadi pengusaha intelektual. Di sini tercakup kesiapan untuk mencari peluang, melakukan
tanggung jawab kehidupan masing-masing, dan mentoleransi ketidakpastian yang
datang dengan memulai inovasi.
Kewirausahaan intelektual didasarkan pada keyakinan bahwa kecerdasan tidak
terbatas pada akademi, atau identik dengan bisnis, melainkan suatu proses budaya
inovasi. Sementara penciptaan kekayaan materi adalah salah satu ekspresi kewirausahaan, yang pada tingkat yang lebih mendalam adalah sikap untuk melibatkan
dunia. Demikianlah, intelektual pengusaha (wirausaha) perguruan tinggi mampu
mengambil resiko dan menangkap peluang, menemukan dan membuat pengetahu-

49

an, berinovasi, berkolaborasi, serta memecahkan masalah dalam sejumlah bidang


sosial, perusahaan, nirlaba, pemerintah, dan pendidikan.
Pengusaha intelektual memahami bahwa kolaborasi yang asli antara perguruan
tinggi dengan masyarakat adalah sama dengan peningkatan akses ke dalam aset
intelektual akademi. Artinya, lebih dari menstransfer pengetahuan atau mengekspor solusi, dibungkus rapi meluncur dari sabuk konveyor kampus.

Kolaborasi

menuntut kerendahan hati dan saling menghormati, kepemilikan bersama belajar,


dan penciptaan ulang sebuah potensi yang tak terbayangkan untuk kualitas inovasi
yang bergerak di perguruan tinggi di luar pengertian elitis khas pengetahuan
layanan, yang melibatkan integrasi teori, praktek, dan produksi.
Intelektual kewirausahaan adalah mengartikulasikan etos (semangat) kerja.
Penemuan merupakan suatu kehormatan bersama oleh komunitas perguruan
tinggi. Dosen dan mahasiswa mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan
sesuatu yang baru dalam obyek studi mereka. Seiring dengan peningkatan
pengetahuan, mereka menemukan cara-cara inovatif untuk menerapkan dan membuat suatu hubungan yang baru untuk suatu perubahan pada tingkat mikro dan
makro. Kewirausahaan intelektual merupakan tantangan belajar masyarakat untuk
menjadi bertanggung jawab dalam hal penemuan-penemuan. Karenanya inovasi,
kreativitas, dan perubahan tidak terjadi dalam keadaan vacum, namun juga
kolaborasi sangat penting untuk etos kewirausahaan intelektual. Inkubator atau
kelompok sinergi terbentuk pada saat dimulainya usaha dan dapat menjadi mesin
kreatif yang menggerakkan inisiatif inovasi lintas kampus.
Kewirausahaan intelektual merupakan proses penemuan individual secara
berkesinambungan dan secara tetap terus belajar tentang mereka sendiri dan area
di mana mereka menguasainya. Selain itu juga merupakan proses untuk menemukan ulang keahlian mereka melalui sebuah penelitian.

Karenanya diperlukan

sebuah tim untuk mempermudah pekerjaan mereka serta memerlukan pendidikan


dan pelatihan. Selanjutnya juga kewirausahaan intelektual memerlukan pemikiranpemikiran yang terpadu dan sebuah tindakan. Seorang wirausahawan inteletual
tahu batasan-batasan dan dapat bekerja pada saat kekosongan, dan kata sinergi

50

lebih dari hanya sekedar tanda peringatan sesuatu dapat menjadi lebih besar jika
dapat dikerjakan secara terintegrasi melalui berbagai macam kontribusi pemikiran
yang dapat menciptakan sesuatu yang lebih baik.
Kewirausahaan intelektual memahami bahwa gagasan dan kreativitas dapat
dibangkitkan melalui orang-orang dan jaringan yang dilihat sebagai sumber utama
dalam melakukan pekerjaan. Gagasan dimaksud merupakan komoditas utama
dalam institusi pendidikan sehingga orang-orang yang berada dalam lingkungan
tersebut dapat berkolaborasi dan menghasilkan pemikiran yang terpadu sehingga
memungkinkan terjadinya sinergitas.
Seorang pengusaha intelektual biasanya pendatang baru di dunia bisnis atau
setidaknya memiliki pengalaman yang luas di luar komunitas bisnis. Dengan kata
lain kewirausahaan intelektual tidak bisa menjadi produk dari internal pengembangan bisnis. Menjadi pendatang baru berarti setidaknya ada dua hal. Pertama,
tidak begitu banyak dibatasi dengan tradisi yang ada dan dalam prakteknya lebih
mudah untuk melanggar aturan yang ditetapkan jauh sebelum gabung di bisnis dan
dalam banyak kasus yang tidak diketahui. Kedua, pengusaha intelektual membawa
serta kekayaan dan seluruh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikembangkan di luar dunia bisnis. Dalam bisnis intelektual terdapat perbedaan dengan bisnis
yang tradisional. Perbandingan sifat masalah bisnis tradisional dan intelektual dapat
dilihat dalam matrik berikut ini.
Perbandingan Sifat Masalah Bisnis Tradisional dan Intelektual
dalam Kewirausahaan
KARAKTERISTIK UTAMA
KEWIRAUSAHAAN
KEWIRAUSAHAAN
DALAM BISNIS
TRADISIONAL
INTELEKTUAL
Jenis Manajemen
Reaktif
Proaktif
Jenis Masalah

Khas, mengulangi

Unik

Motivator Utama

Laba

Realisasi dari ambisi yang


kreatif

Jenis Pilihan

Berdasarkan kriteria dan ahli


dalam prakiraan
Baik, diketahui sebelumnya

Struktur Masalah
Sumber : Sukmadi (2014:83).

51

Holistik
Tidak diketahui, rumit

Hubungan antara sebuah karakteristik dengan kewirausahaan intelektual sangat


memungkinkan, yang dapat dilihat dari :
1. Sebagai seseorang yang dapat membuat sebuah kemungkinan dari tahapantahapan yang berbeda dalam model pembuatan keputusan.
2. Setelah dikompilasikan dan mempertunjukkan seberapa dekat hubungan dengan
pertanyaan-pertanyaan dalam tabel di bawah ini.
Fitur Kewirausahaan Intelektual sebagai Seseorang yang
Dapat Membuat sebuah Kemungkinan (Enabler).
TAHAPAN DARI PEMBUATAN
KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN INTELEKTUAL
KEPUTUSAN
SEBAGAI PEMBUAT KEMUNGKINAN
Persiapan (Preparation)
Mempunyai pengetahuan yang luas dan beragam.
Mempunyai kemampuan yang tinggi untuk membuat
Definisi (Definition)
suatu konseptualisasi yang abstrak, kombinasi penyaringan informasi dan kapasitas penyerapan yang tinggi.
Kemampuan untuk mencari gambar-gambar alternatif
Diagnostik (Diagnostic)
tertentu dari sebuah fenomena.
Desain (Design)
Intelektual dengan pemecahan masalah.
Inkubasi (Incubation)
Penggabungan dari kehidupan profesional dan pribadi.
Penerangan (Illumination)
Mempunyai potensi kreativitas yang tinggi.
Mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengidenPembuatan (Enactment)
tifikasi sebuah tindakan.
Kapabilitas sebagai seorang pengusaha yang dibutuhKeputusan (Decision)
kan untuk membuat suatu tindakan yang pasti.
Verifikasi (Verification)
Perilaku yang tidak terikat.
Seleksi (Selection)
Pemikiran kritis.
Kemampuan yang tinggi untuk membuat konseptuaIngatan (Retention)
lisasi yang abstrak, dan menciptakan dalam membuat
teori yang dapat digunakan.
Sumber : Sukmadi (2014:84).

C. KEWIRAUSAHAAN SOSIAL
1. Pengertian Kewirausahaan Sosial.
Kewirausahaan sosial (Social Entrepreneur) adalah seseorang yang mengerti
permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurshipnya untuk
melakukan perubahan sosial (social changes), yang meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan dari kinerja keuangannya (keuntungan atau
pendapatan), maka social entrepreneurs keberhasilannya diukur dari manfaat
yang dirasakan oleh masyarakat. Jadi, kewirausahaan sosial adalah seseorang
52

yang mampu memahami suatu permasalahan sosial, kemudian menggunakan


prinsip-prinsip kewirausahaan untuk mengorganisasi, menciptakan, serta mengelola suatu usaha untuk menggerakkan perubahan sosial. Atau kewirausahaan
sosial adalah seseorang yang mampu melihat peluang dari berbagai masalah
sosial yang ada, kemudian memanfaatkan peluang dimaksud untuk perubahan
sosial.
Sementara itu Paul C. Light (Sukmadi, 2014:90) memberikan definisi wirausaha sosial lebih luas, yaitu individu, kelompok, jaringan, organisasi, atau aliansi
yang berupaya secara berkelanjutan melalui ide-ide yang berbeda untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang signifikan.
Dilihat dari tujuannya, wirausaha sosial adalah untuk melayani kebutuhan
dasar masyarakat, sementara wirausaha tradisional atau wirausaha bisnis adalah
untuk meraih pasar dan memperoleh keuntungan.
Sukses atau gagalnya seorang wirausaha sosial ini dilihat dari dampak yang ia
ciptakan di masyarakat. Wirausahawan biasa dikatakan sukses jika berhasil mencetak profit yang tinggi, akan tetapi wirausahawan sosial baru dapat dikatakan
sukses jika usaha yang dilakukannya mampu meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara luas sebagai dampak dari perubahan sosial.
Istilah wirausaha sosial (social entrepreneur) dan kewirausahaan sosial
(social entrepreneurship) muncul sekitar tahun 1960-1970an, kemudian tahun
1980-an dipopulerkan oleh Bill Drayton dan Charles Leadbeater (Sukmadi, 2014:
88). Akan tetapi sebenarnya sebelum abad ke 18 praktek kewirausahaan sosial
ini telah dilakukan oleh Florence Nightingale dengan mendirikan sekolah keperawatan yang pertama dan mengembangkan praktek keperawatan modern, dan
Robert Owen dengan mendirikan badan usaha yang berbentuk koperasi. Ingat
saja koperasi didirikan bukan semata mencari untung namun juga bersifat sosial,
demi kesejahteraan para anggotanya. Salah satu contoh kewirausahaan sosial di
masa kini adalah Grameen Bank di Bangladesh yang didirikan oleh Muhammad
Yunus. Bank ini berhasil memberdayakan kaum perempuan dan pengemis
menjadi manusia produktif secara ekonomi. Di Indonesia mungkin salah satunya

53

adalah usaha pemerintah melalui perbankan dalam penyediaan kredit-kredit


usaha untuk pengembangan UMKM.
2. Peluang Besar Kewirausahaan Sosial.
Berbeda dengan kewirausahaan bisnis (business entrepreneur) yang memanfaatkan keuntungan yang diperoleh untuk ekspansi usaha, maka bagi kewirausahaan
sosial (social entrepreneur), keuntungan yang didapat itu (sebagian atau seluruhnya) diinvestasikan kembali untuk pemberdayaan masyarakat beresiko. Namun
sekarang ini dikotomi semacam itu kian kabur karena keduanya berbicara dalam
bahasa yang sama, yaitu inovasi, manajemen, efektivitas, mutu, dan kompetensi.
Tantangan paling krusial adalah mencetak entrepreneur itu sendiri. Menurut
sosiolog David McClelland (Sukmadi, 2014:89), jika negara ingin maju, maka dua
prosen (2%) warganya harus menjadi entrepreneur, dengan rumus satu orang
wirausahawan memberi pekerjaan kepada delapan orang lainnya. Dalam kaitan
ini potensi Indonesia sangat besar, misalnya dengan memanfaatkan kalangan
korporasi. Kapital (finansial, intelektual) juga sangat mungkin jika diarahkan
untuk mencetak wirausahawan. Misalnya BUMN memiliki program kemitraan
dan bina lingkungan, yang jika dilakukan serius akan bisa menciptakan social
enterprise, juga long tail of entrepreneur. Serius artinya dilakukan pendampingan, juga investasi waktu dan keahlian, bukan sekedar menyumbang uang asal
kewajiban terpenuhi.
Kewirausahaan sosial semestinya bisa mengatasi berbagai masalah seperti
kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Ketidakberdayaan masyarakat
merupakan masalah yang multi dimensi dan sulit dihapuskan dari muka bumi.
Namun dengan tersedianya banyak informasi (media cetak, elektronik, internet,
dsb.) masyarakat dapat dengan mudah mengembangkan sektor-sektor usaha
yang prospektif. Dengan kejelian dan kreativitas yang dilandasi tekad yang kuat,
maka sebenarnya upaya untuk menjadi kewirausahaan sosial dengan dicapai
dengan mudah.
3. Karakteristik Kewirausahaan Sosial.
54

Beberapa karakteristik kewirausahaan sosial dikemukakan oleh para ahli, di antaranya (Sukmadi 2014:90-91) :
a. Lynn Barendsen dan Howard Gardeber : Para pemimpin (wirausahawan sosial)
sadar akan kewajibannya, dan memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal
yang sifatnya positif.
b. Gillian : Hanya keterampilan saja tidak membuat wirausahawan dapat dikatakan sebagai wirausahawan sosial. Wirausahawan sosial memerlukan persimpangan virtuousness, kesempatan sosial, pengakuan, dapat menghakimi,
bersifat toleransi, dan inovasi.
c. Thomson : Orang-orang dengan sikap pengusaha bisnis tetapi beroperasi di
masyarakat dan bertindak sebagai pengasuh masyarakat, bukan sebagai
pengusaha yang dengan mudah menghasilkan uang.
Dalam prakteknya sangat bergantung pada bagaimana isi dari gagasan yang
ditawarkan oleh para wirausaha sosial dimaksud, apakah dapat diterima oleh
masyarakat atau tidak. Intinya harus memiliki misi sosial di dalamnya untuk
membuat masyarakat terbebas dari permasalahan yang terjadi. Implementasi
gagasan dimaksud pasti akan menghadapi banyak permasalahan, karenanya
wirausahawan sosial harus mampu mengelola resiko (risk management) agar
dapat menuntaskan apa yang menjadi gagasannya itu. Kemampuan mengelola
resiko ini sangat penting agar dapat memastikan bahwa program yang ditawarkan berjalan secara mulus dan berkelanjutan.
4. Manfaat Kewirausahaan Sosial.
Manfaat utama dari kewirausahaan sosial adalah mengurangi jumlah pengangguran yang semakin meningkat. Makin banyak wirausahawan sosial maka akan
makin banyak pula lapangan kerja yang tersedia. Biasanya usaha-usaha baru
muncul dari tingkat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), kemudian
tumbuh dan berkembang menjadi usaha dalam skala yang lebih besar. UMKM
ini akan menyerap tenaga kerja tak terdidik di kalangan masyarakat menengah
ke bawah, sehingga mengurangi tingkat pengangguran. Dengan berkurangnya
pengangguran, sekaligus akan meningkatkan daya beli masyarakat. Daya beli
55

masyarakat yang terdorong naik juga akan turut meningkatkan konsumsi dalam
negeri dan pada akhirnya akan memajukan industri dalam negeri yang jeli
melihat peluang pasar. Hal ini akan mendorong pula perekonomian Indonesia ke
arah yang lebih baik.
5. Pengembangan Kompetensi Kewirausahaan Sosial.
Cabang kewirausahaan sosial berinduk pada bidang yang lebih luas, yaitu kewirausahaan. Kewirausahaan dikembangkan dengan menggunakan data empiris dari
dunia bisnis. Sejumlah upaya pengembangan wirausaha bisnis dapat menjadi
acuan untuk pengembangan wirausaha sosial. Di bawah ini digambarkan model
yang dapat dipertimbangkan untuk pengembangan kompetensi kewirausahaan.
Sumber Pembelajaran Wirausaha
Aktif
Mencoba
(Pengalaman)

Belajar dari
Sumber
Formal

Belajar dari
Pihak Lain
(Jejaring)

Kompetensi
Sumber : Sukmadi (2014:92).

Para ahli pengembangan kewirausahaan mengatakan bahwa untuk terciptanya wirausahawan profesional, akan lebih cepat dan baik jika ketiga sumber
pembelajaran dimanfaatkan, yaitu aktif mencoba, belajar dari pihak lain (jejaring
sosial), dan belajar dari sumber formal. Jadi tidak cukup hanya mengandalkan
pada bakat saja.
Adanya partisipasi perusahaan melalui program tanggung jawab sosial (CSR =
Corporate Social Responsibility) akan mempercepat pemecahan masalah sosial
yang mengalami kemandegan. Contohnya pengembangan kewirausahaan sosial
Kelompok Tani Wanita Menur di Desa Wareng Gunungkidul DIY yang telah dire56

kam dalam film dokumenter kiranya dapat menjadi inspirasi.


Inspirasi untuk pengembangan kompetensi kewirausahaan sosial dapat juga
melalui pengalaman cara perusahaan dan perguruan tinggi berpartisipasi dalam
pemecahan masalah sosial. C.K. Prahalad, seorang akademisi The University of
Michigan Business School dalam bukunya The Fortune at The Bottom of The
Pyramid (Sukmadi, 2014:93) menulis, jika kita berhenti berpikir bahwa kaum
miskin adalah korban atau beban, dan mulai menganggap mereka sebagai wirausaha yang ulet dan kreatif, peluang besar baru akan terbuka.
Sekarang ini perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan di bidang
kewirausahaan sosial adalah Asian Institute of Management (AIM), Manila,
Filipina dalam program Master in Development Management. AIM unggul dalam
menghasilkan kasus untuk pendidikan dan pelatihan di samping model pengembangan suatu masyarakat atau daerah. Di Indonesia pun sebenarnya sudah ada
di antaranya sekolah-sekolah bisnis dan manajemen yang diselenggarakan oleh
perguruan-perguruan tinggi negeri seperti ITB, IPB, UGM, dll.
6. Kendala Tumbuhnya Kewirausahaan Sosial di Indonesia.
Yang paling terasa adalah kurangnya sumber daya manusia yang kreatif, selalu
berinovasi, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Umumnya para wirausahawan
yang mempunyai jiwa sosial tinggi ketika usahanya sukses, mulai melupakan
tujuan awal menjadi wirausahawan sosial. Kebanyakan kepentingan sosial kalah
dengan kepentingan bisnis.
Yang diperlukan adalah komitmen yang kuat dari para wirausahawan sosial
dalam menjalankan usaha mereka plus perubahan sosial yang menjadi tujuan
utama. Jangan dilupakan pula upaya pemerintah dengan cara menerapkan kebijakan makro yang mendukung berjalan dan berkembangnya usaha mereka.
7. Kewirausahaan Sosial untuk Indonesia.
Sebagai negara yang sedang berkembang (developing country), Indonesia belum
memiliki perekonomian sekuat negara-negara maju, dan kerenanya membutuhkan kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) untuk dapat terus memba57

ngun perekonomian bangsa. Seorang wirausahawan sosial haruslah mementingkan kemakmuran masyarakat tinimbang mementingkan laba, walaupun mengejar profit juga penting. Hal ini sah-sah saja asal tujuan utama dari kewirausahaan
sosial tidak menjadi kabur.
Di Tahun 2009, para ekonom memperkirakan akan terjadi peningkatan
pengangguran secara besar-besaran sebagai akibat dari krisis finansial di tahun
sebelumnya. Di AS saja jumlah pengangguran meningkat sebesar tujuh prosen,
dan sektor yang menghasilkan banyak pengangguran adalah sektor industri
tekstil. Sementara di Indonesia kayaknya di segala sektor. Fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran dan tuntutan buruh untuk peningkatan
upah termasuk Upah Minimum Regional (UMR), kiranya harus dijadikan momen
untuk memulai menggerakkan kewirausahaan sosial ini.

Para wirausahawan

sosial diharapkan mampu melihat peluang dalam krisis yang terjadi yang diyakini
akan dapat mengurangi jumlah pengangguran.
8. Kewirausahaan Bisnis dan Kewirausahaan Sosial.
Jika anda seorang karyawan (bekerja pada suatu perusahaan), mungkin kendati
sudah kerja ekstra keras tetapi perusahaan tempat kerja dirasakan tidak memberikan balasan (kompensasi) yang memadai. Atau jika anda seorang wirausahawan, kemungkinan juga sudah bekerja maksimal tetapi keuntungan yang didapat
dirasakan tidak cukup. Kondisi demikian sangat mungkin dialami jika tempat
kerja atau perusahaan anda termasuk perusahaan yang tujuannya memaksimalkan keuntungan, atau dalam bahasa Inggris disebut Profit Maxi-mizing Business
(PMBs). Keuntungan yang menjadi dambaan karyawan dan perusahaan dirasa
tidak pernah cukup.
PMBs menjadikan pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth)
sebagai justifikasi untuk menaikkan target setiap tahunnya. Mencari keuntungan
lebih dengan meningkatkan target memang tidak salah, jika tidak mengorbankan
kepentingan yang lebih luas dan abadi, yaitu kesempatan beramal baik yang
diridloi Alloh Swt. Bacalah QS, 46:15 : Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
58

bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridloi;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku .
Keuntungan yang sifatnya duniawi yang kita kejar tidak akan ada habisnya,
dan tidak akan pernah merasa cukup. Baca juga hadits Nabi Barang siapa yang
akhirat menjadi harapannya, Alloh akan menjadikan rasa cukup di dalam hatinya
serta mempersatukan (mempermudah) urusannya, dan dunia akan datang
kepadanya dalam keadaan patuh. Tetapi barang siapa yang dunia menjadi
harapannya, Alloh akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya serta
menceraiberaikan urusannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali
sekedar apa yang telah ditetapkan baginya. (H.R. At-Tirmidzi).
Ironisnya, justru di negara-negara Barat yang sudah maju dan tidak mengenal
Hadits maupun Quran, tumbuh menjamur bisnis-bisnis yang tidak mengejar
keuntungan materi duniawi semata. Bisnis semacam ini dikenal dengan Social
Business atau Social Entrepreneuship. Sederhananya, sosial bisnis adalah usahausaha menciptakan produk barang dan jasa untuk memaksimalkan manfaat
sosial. Produk barang dan jasa yang dihasilkan sosial bisnis dimaksud dijual
kepada masyarakat sebagaimana umumnya, namun penjualan ini bukan untuk
mengejar keuntungan melainkan untuk cost recovery agar produk tersebut dapat
dicreate ulang untuk dapat memberi manfaat secara maksimal kepada anggota
masyarakat lainnya. Sebaliknya jika usaha-usaha itu tidak dapat menghasilkan
cost recovery yang memadai dan berkelanjutan sehingga bergantung pada
subsidi atau donasi dari orang/pihak lain, maka usaha ini tidak bisa disebut
sebagai sosial bisnis, melainkan hanyalah lembaga sosial (charity) biasa.
Untuk dapat menghasilkan sosial bisnis yang sukses dibutuhkan kewirausahaan sosial dari para pelakunya. Kewirausahaan sosial ini adalah kemampuan
untuk mengenal potensi masalah-masalah sosial, kemudian mengorganisasikannya, menciptakan, dan mengelola sosial bisnis yang secara berkelanjutan dapat
mengatasi masalah-masalah sosial dimaksud.
Contoh masalah-masalah sosial yang membutuhkan kewirausahaan sosial :
a. Penduduk miskin perkotaan seperti Jakarta, justru membayar kebutuhan po-

59

koknya seperti air bersih dengan harga yang lebih mahal dari orang-orang
kaya;
b. Orang-orang kaya hidup di rumah-rumah yang luas dan memiliki sumber
arinya sendiri, dengan menyedot langsung air dari perut bumi gratis.
Kalaupun harus berlangganan air PAM, harganya relatif rendah karena
distribution costnya murah;
c. Masyarakat miskin hidup berhimpitan di rumah-rumah sempit di daerah
rawan air dan kena gusur. Instalasi atau jaringan air PAM kalaupun ada lebih
sering tidak mencukupi. Akibatnya mereka harus membeli air untuk kebutuhan sehari-hari, dan berarti distribution costnya mahal karena harus
didatangkan truck tangki ataupun dengan gerobak air yang didorong manusia.
Kewirausahaan sosial tersusun atas tiga aspek, yaitu voluntary sector yang
bersifat sukarela, public sector yang menyangkut kepentingan masyarakat, dan
private sector adalah unsur pribadi atau individual yang bersangkutan, dapat
termasuk unsur kepentingan profit.
Tiga Aspek Kewirausahaan Sosial

Public
Sector

Private
Sector

Voluntary
Sector

Contoh kewirausahaan sosial yang sukses di Indonesia misalnya Badan Amil


Zakat Nasional (BAZNAS) dan Dompet Dhuafa. Pada awalnya kedua lembaga itu
merupakan inisiatif beberapa orang untuk donasi dan voluntary untuk mengurusi
masalah zakat, infak, dan shodakoh, kemudian perkembangannya sangat pesat
dan bisa menyerap ribuan tenaga kerja. Di antara garapannya adalah rumah
bersalin gratis, mobli jenazah keliling, dan berobat gratis di berbagai pos kesehatan di kota-kota besar. Kemanfaatannya tentu saja bukan hanya untuk kemaslahatan umat tetapi juga keuntungan secara finansial.
60

9. Sebuah Solusi dan Mengubah Paradigma.


Di Indonesia tidak bisa dipungkiri angka pengangguran masih sangat tinggi.
Susahnya mencari lapangan kerja dan kecenderungan angka PHK meningkat,
banyaknya gelandangan pengemis, banyaknya preman di kota-kota, serta
banyaknya tindak kriminalitas, adalah salah satu indikasi sekaligus merupakan
akibatnya.
Fenomena tersebut di atas termasuk dalam kategori fakir miskin. Karena itu
menjadi kewajiban setiap orang yang mampu untuk membantu mereka. Hal ini
pun tersurat dalam QS, 30:38 : Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat,
demikian (pula) kepada fakir miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan.
Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridloan Alloh, dan itulah
orang-orang yang beruntung.
Sebagai solusi nyata untuk membantu meringankan beban orang-orang
kurang mampu itu, salah satunya dengan mempraktekkan kewirausahaan sosial.
Ini tidak berarti harus mengandalkan pemerintah cq. Kemensos, masyarakat
secara pribadi maupun kelompok, termasuk lembaga sosial pun bisa bergerak.
Lembaga-lembaga sosial yang sementara ini dipandang sebagai ajang aktualisasi
diri untuk saling membantu sesama, dengan aktivitas kewirausahaan sosial juga
akan mendatangkan profit secara finansial.
Demikian halnya aktivitas di dunia kampus perguruan tinggi dengan diterapkannya program Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai wujud dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi, paradigma social entrepreneurship (kewirausahaan sosial) bisa
diaplikasikan. Demikian juga mata kuliah kewirausahaan didesain agar mahasiswa dapat mengaplikasikannya.
Ada kata-kata mutiara yang indah, Jangan menunggu kaya finansial baru
bersosial, tetapi bersosiallah maka akan kaya finansial dan spiritual. Hal ini
ternyata diterapkan oleh William Bill Gates yang dinobatkan oleh Majalah
Forbes sebagai orang paling kaya di dunia. Ia menjadi ikon penggerak creative
capitalism yang menganjurkan kepada seluruh pemimpin dunia terutama di
bidang bisnis untuk menjadikan paradigma sosial membingkai tujuan per-

61

usahaan. Tujuan perusahaan yang selama ini mengejar keuntungan sebesarbesarnya dengan modal sekecil-kecilnya, agar lebih peduli terhadap tanggung
jawab sosial, bukan semata sebagai social marketing tetapi lebih dari itu, sebagai
pemberdayaan komunitas. Semenjak lengser dari Microsoft Corp. dia fokus
dalam bidang sosial dengan mendirikan Bill & Melinda Foundation, yang kerjanya
mendarmabaktikan pada kehidupan buat kaum miskin di seantero dunia.
Jika menurut Abraham Maslow puncak dari hierarki hidup manusia adalah
aktualisasi diri, maka Bill Gates saat ini sedang mencapai puncaknya, dan peran
di bidang sosial kemasyarakatan menjadi landasannya. Demikian juga yang
terjadi dengan Muhammad Yunus di Bangladesh dengan mendirikan Grameen
Bank untuk kaum miskin.
Kebanyakan wirausahawan yang sukses adalah mereka yang memiliki
ketertarikan dan menikmati bidang tersebut sebagai hobi (avocation). Ketika
mengerjakannya dengan serius sebagai pekerjaan pokoknya (vocation), maka
lengkaplah menjadikan mereka wirausahawan yang berhasil.

Pepatah yang

pernah diungkapkan oleh filosof Cina Kong Fu Tse (Kong Hu Cu) yaitu, Jika Anda
ingin bahagia seumur hidup, cintailah pekerjaan Anda atau dengan perkataan
lain, Temukanlah pekerjaan yang anda cintai, maka anda tidak perlu bekerja
sehari pun dalam hidup anda. Tidaklah berlebihan kiranya di mata wirausahawan sosial, bahwa pekerjaan (vocation) adalah kegemaran atau hobi (avocation).
10. Tinjauan Khusus Kewirausahaan Sosial.
a. Kewirausahaan Sosial sebagai Solusi.
David Bornstein dalam bukunya How to Change the World : Social Entrepreneur and the Power of New Ideas (2004), menyebutkan bahwa para
wirausahawan sosial senantiasa mampu menangkap peluang dan sumber
daya pada saat orang lain mungkin hanya mampu melihat eksisnya sebuah
permasalahan. Ibarat seekor burung yang terbang tinggi di angkasa, melihat
permasalahan itu dari ketinggian hanyalah sebagai titik hitam kecil, sehingga
untuk meyakinkannya harus menukik turun melihat solusi dari setiap permasalahan. Kewirausahaan sosial menjadikan masyarakat sebagai bagian terpen62

ting dari pemecahan masalah, bukan semata-mata sebagai penerima bantuan


yang pasif. Kewirausahaan sosial harus mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan sosial dalam skala yang lebih luas. Pada saat para
pebisnis mampu menciptakan dan mentransformasikan dunia industri yang
dibangunnya, maka para wirausahawan sosial bertindak sebagai agent of
social changes bagi masyarakat, memanfaatkan peluang untuk mewujudkan
sebuah perbaikan, menemukan dan menyebarkan pendekatan baru serta
mengedepankan solusi yang berkelanjutan bagi sebuah tatanan sosial yang
lebih baik.
b. Prinsip Kegemaran untuk Sukses.
Kegemaran bisa menjadi motivasi, dan motivasi ini diperlukan untuk mengembangkan potensi. Potensi tanpa motivasi ibarat senter tanpa batu batere.
Senter yang baik harus diisi kekuatan batu batere guna dapat menerangi di
kegelapan malam. Sekecil apapun motivasi haruslah diukur dengan pendekatan cinta. Cinta ibarat roh batu batere yang selalu dapat mencharging senter
untuk terus menerangi permasalahan sehingga menjadi jelas solusinya,
dengan :
1) Awakening (Membangkitkan). Awakening diartikan sebagai seorang wirausahawan sosial untuk membangkitkan potensi raksasa di dalam dirinya
agar berguna di masyarakat. Prosesnya dimulai dengan mengidentifikasi
potensi masa lalu dan masa sekarang untuk melihat dan memprediksi masa
depan. Dengan potensi ini para pelaku kewirausahaan sosial diharapkan
dapat mengembangkan stugas mulia di masyarakat.
2) Voice Your Heart (Dengarkan suara Hatimu). Setiap peluang yang ada
dalam setiap kesempatan dan kesempitan hendaknya mengacu pada bisikan hati nurani yang bersih dari niat kotor. Nurani yang bersih seperti cahaya mentari yang menyinari bumi, tanpa keluhan dan paksaan terus menyinari buat menebar kebaikan.
3) Obsession (Obsesi). Setiap wirausahawan sosial memiliki keinginan yang
kuat dan bertanggung jawab (desire for responsibility) terlebih pada pro-

63

gram yang dirintisnya. Obsesi ini akan mengantarkan seorang wirausahawan sosial memiliki kekuatan untuk terus bertahan dari banyaknya tantangan dan hambatan dalam program-program yang dibuatnya.
4) Care (Peduli). Wirausahawan sosial sejati lebih banyak membuang waktunya di masyarakat dengan melihat langsung realitas sosial dan berempati,
aksi konkrit dengan mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat. Kepedulian adalah bagian dari kepribadian dan karakter seorang wirausahawan
sosial.
5) Audience (Masyarakat). Masyarakat yang baik adalah yang menghargai
proses perubahan yang terjadi. Lahan pekerjaan yang ada di masyarakat
tidak lain adalah sarana untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan
diri. Seorang wirausahawan sosial dituntut untuk membuat program yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6) Totality (Totalitas).

Ketika membuat program di masyarakat, seorang

wirausahawan sosial ingin total dalam setiap pekerjaannya.

Sebagai

seorang yang terus belajar, ia ingin mengetahui tanggapan masyarakat dan


sangat senang jika mendapat masukan dari masyarakat.
7) Invest (Menanam). Menanam bukan hanya modal tetapi segala sesuatu
benih yang baik. Corak dari menanam benih di masyarakat tidak usah
dipersoalkan benih apa yang ditanam dan sekecil apapun karena akan
dicatat di Bank Semesta yang sewaktu-waktu dapat diambil tabungannya dengan syarat ada dananya sehingga akan dipermudah hidupnya di
lingkungan masyarakat. Seorang wirausahawan sosial bukanlah seorang
yang serampangan mengabil resiko, namun lebih sebagai yang sangat
memperhitungkan resiko.
8) Oxygene (Udara). Seorang wirausahawan sosial terkesan memiliki energi
yang lebih besar dibandingkan dengan orang kebanyakan. Kekuatannya
terletak pada simbol udara (O2). Energi ini menjadi faktor yang sangat
krusial terlebih ketika suatu program baru dijalankan. Jam kerjanya tak
mengenal waktu dan kerja keras telah menjadi aturan yang harus dijalan-

64

kan, seperti oksigen yang tidak mengenal kata habis.


9) Noble (Kemuliaan).

Kekuatan utama wirausahaan sosial adalah pada

kebahagiaan yang diperoleh dari komunitas di mana ia berkiprah, bukan


diukur dari kekuatan perubahannya. Prinsipnya ketika melakukan vocation
(kerja) maka akan hadir avocation (kegemaran). Dengan memiliki kekayaan
sosial yang dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan tulus maka akan
memberikan kekayaan di bidang finansial dan spiritual.
c. Peranan Kewirausahaan Sosial dalam Pembangunan.
Dari berbagai pengertian kewirausahaan (entrepreneurship), maka kewirausahaan sosial sesunggunya adalah agen perubahan (agent of changes) yang
berperan dalam pembangunan yang mampu untuk :
1) Melaksanakan cita-cita mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial;
2) Menemukenali berbagai peluang untuk melakukan perbaikan;
3) Selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, dan pembelajaran
yang terus-menerus;
4) Bertindak tanpa menghiraukan barbagai hambatan atau keterbatasan yang
dihadapi;
5) Memiliki akuntabilitas dalam mempertanggungjawabkan hasil yang
dicapainya kepada masyarakat;
d. Peranan Kewirausahaan Sosial dalam Pembangunan Ekonomi.
Peran kewirausahaan Sosial dalam pembangunan ekonomi karena mampu
memberikan daya cipta nilai-nilai sosial maupun ekonomi, yaitu :
1) Kesempatan kerja.
2) Inovasi dan kreasi.
3) Modal sosial.
4) Peningkatan kesetaraan.

65

BAB IV
BENTUK KEPEMILIKAN BISNIS

A. BENTUK DAN SISTEM PEREKONOMIAN


Dalam menentukan pilihan apa yang akan diproduksi, dan untuk siapa hasil produksi, maka negara-negara yang ada di dunia mencari sistem perekonomian menurut selera negara tersebut. Bisa bentuknya ekonomi pasar, ekonomi komando, atau
ekonomi campuran. Seluruh sistem produksi dan distribusi akan diarahkan guna
mendukung dan menyukseskan pilihan tersebut. Wujud pilihan sistem ekonomi ini
akan tergambar dalam struktur perekonomian, dan kehidupan masyarakat seharihari negara bersangkutan.
Sistem ekonomi pasar dikaitkan dengan ajaran kebebasan individu dari Adam
Smith, yang ciri-cirinya menentang campur tangan pemerintah dalam mengatur
perekonomian. Adapun sistem ekonomi komando didasarkan pada ajaran Karl
Marx yang melekatkan dasar-dasar ekonomi yang bersifat sosial. Ciri-cirinya adalah
campur tangan pemerintah dalam mengatur perekonomian melalui perencanaan
ekonomi secara keseluruhan, dan sejauh mungkin dihindarkan kepemilikan modal
oleh swasta.
Kedua sistem ekonomi tersebut di atas mempunyai kekuatan dan kelemahan
masing-masing, sehingga tidak pernah dilaksanakan secara murni. Hal itu disebabkan baik dari kebebasan individu secara total maupun ketidakbebasan individu
sangat bertentangan dengan harkat manusia secara mandasar. Demikianlah, maka
tiap negara selalu mencari sistem ekonomi yang paling sesuai dengan kebutuhan
masyarakat berdasarkan struktur politik yang berlaku di negara bersangkutan serta
yang dirasakan akan menguntungkan bagi perkembangan ekonomi masyarakat
secara keseluruhan.
Kekuatan sistem ekonomi pasar jika terjadi persaingan akan menguntungkan
masyarakat karena harga yang sampai ke tangan mereka (konsumen) merupakan
harga yang paling efisien. Jika produsen tidak menginginkan persaingan di antara
mereka, maka akan dilakukan kerjasama untuk koordinasi keputusan penentuan
66

tingkat output dan harga, sehingga kerjasama di antara produsen sama-sama


menghasilkan keuntungan yang bersifat monopoli.

Kelemahan sistem ekonomi

pasar adalah kebebasan individu dalam melakukan tindakan ekonomi cenderung


akan menciptakan monopoli dan oligopoli.
Adanya kerjasama produsen dalam sistem ekonomi pasar ada segi negatifnya,
yaitu :
1. Keuntungan monopoli dapat dinikmati produsen dalam jangka panjang, yang
akan menciptakan distribusi pendapatan yang tidak merata di antara golongan
dalam masyarakat, sehingga menyebabkan ketidakadilan.
2. Tingkat volume produksi (yang diatur produsen) lebih kecil daripada volume optimum atau normal, karena anggota kerjasama tidak sepenuhnya memanfaatkan
skala ekonomi (economic of scale) yang dimiliki perusahaan. Hal ini merupakan
tindakan pemborosan sumber daya.
3. Eksploitasi dilakukan produsen terhadap konsumen, karena harga output lebih
tinggi dari panambahan biaya setiap penambahan produksi (biaya marginal).
Juga eksploitasi terhadap pemilik faktor produksi (tenaga kerja) karena mereka
dibayar (biaya marginal) lebih rendah dari output.
Kekuatan sistem ekonomi komando adalah adanya perlindungan (proteksi)
terhadap produksi, namun kelemahannya karena segala sesuatu diatur dan ditentukan oleh negara, termasuk apa, berapa, dan untuk siapa barang-barang diproduksi.
Hal ini akan membunuh kreativitas masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya.
Ekonomi komando pun tidak sesuai dengan harkat manusia, dan ini telah dibuktikan
dengan runtuhnya ekonomi komando komunis Uni Soviet dan Eropa Timur.
Kelemahan sistem ekonomi pasar dan sistem ekonomi komando tersebut di
atas dapat ditutupi dengan sistem ekonomi campuran, dan hampir seluruh negara
di dunia sekarang ini menerapkannya dalam sistem perekonomian mereka. Kebebasan individu dalam sistem ekonomi campuran ini dijamin sepenuhnya, tetapi
praktek monopoli harus dibatasi atau dihapuskan untuk melindungi konsumen.
Contoh, di AS yang dikenal dengan sistem ekonomi liberal, tetapi masih melarang
timbulnya monopoli berdasarkan Undang-Undang Anti Trust.

67

Campur tangan

pemerintah dalam mengatur perekonomian jangan sampai merusak sistem


produksi, distribusi, dan harga pasar. Jadi dalam hal ini pemerintah hanya sebagai
pengawas sehingga tidak terjadi praktek yang merugikan masyarakat (konsumen).

B. SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA


Bentuk dan sistem perekonomian negara-negara yang ada di dunia memiliki ciri
khas masing-masing, baik karena kepemilikan sumber daya yang berbeda, sejarah
sosial budaya yang berbeda, dan yang lainnya. Perwujudan sistem perekonomian
masing-masing pada umumnya bersumber pada dua corak, yaitu individualistis dan
kolektivitas. Tampilan setiap sistem perekonomian yang ada di negara-negara
dunia ini adalah perpaduan kedua sistem, di satu pihak mungkin sifat individualistisnya lebih menonjol, dan di pihak lain sifat kolektivitasnya yang lebih menonjol.
Indonesia dalam menata dan mengatur perekonomiannya menganut perpaduan
dari sedua sistem perekonomian tersebut di atas, atau sistem ekonomi campuran.
Landasan perekonomian Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD)
Tahun 1945 sebagai berikut :
Pasal 27 Ayat (2)

: Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan


yang layak bagi kemanusiaan.

Pasal 33 Ayat (1)

: Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan


atas asas kekeluargaan.

Pasal 33 Ayat (2)

: Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasi oleh negara.

Pasal 33 Ayat (3)

: Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya


dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pasal 33 Ayat (4)

: Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional. (Amandemen ke 4).
68

Pasal 33 Ayat (5)

: Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur


dalam undang-undang. (Amendemen ke 4).

Ketentuan lebih lanjut diatur dengan Undang-Undang atau oleh kebijakan


pemerintah, baik dengan paket-paket kebijakan Presiden, peraturan/keputusan
Menteri yang membidangi perekonomian.
Dengan mencermati perekonomian Indonesia menurut Pasal 33 UUD 1945 ini
jelaslah yang dianut adalah demokrasi ekonomi. Karena itu harus dihindarkan
ciri-ciri negatif dari demokrasi ekonomi sebagai berikut :
1. Adanya sistem free fight liberalisme, yang menumbuhkan eksploitasi terhadap
manusia dan bangsa lain.
2. Adanya sistem etatisme, yaitu penguasaan ekonomi oleh negara secara dominan
dan mendesak yang mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar
sektor negara.
3. Adanya monopoli, yaitu pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok
tertentu yang dapat merugikan masyarakat. (Pandji Anoraga, 2004:11)

C. HUBUNGAN BISNIS DAN PEMERINTAH


Bagi beberapa pengusaha, pemerintah mungkin dianggap sebagai saingan, tetapi
mereka senang karena bersaing dengan pemerintah di bidang bisnis cukup baik.
Mereka malah menganggap pemerintah lemah dan tidak begitu terbiasa mengelola
bisnis.
Pemerintah mempunyai empat peranan dalam dunia bisnis, yaitu sebagai
pengatur dan pemaksa, sebagai konsumen, sebagai pesaing, dan sebagai pemberi
subsidi. Namun lebih jauh Sawaldjo Puspopranoto (2006:48) menjelaskan peranan
pemerintah yang berpengaruh terhadap bisnis sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah :
a. Perlindungan atas persaingan, a.l. UU Anti Trust;
b. Perlindungan atas lingkungan, a.l. UU Keselamatan Kerja;
c. Perlindungan atas konsumen, a.l. label produk makanan;
d. Regulasi dan deregulasi, a.l. di bidang perbankan.
69

2. Pemerintah sebagai Pesaing :


Perusahaan milik pemerintah (BUMN) sebagai pesaing bagi swasta.
3. Pemerintah sebagai Stabilisator Ekonomi :
Kebijakan pemerintah melalui APBN untuk mempengaruhi kestabilan dan
pertumbuhan perekonomian.
4. Pemerintah sebagai Pendukung :
Program untuk menunjang golongan ekonomi lemah, misalnya subsidi pupuk
untuk petani, bantuan untuk UMKM.
5. Pemerintah sebagai Pelanggan :
Pemerintah sebagai konsumen bagi produk dan jasa dalam perekon onian seperti
tercermin dalam APBN.
6. Pemerintah sebagai Pengurus Rumah Tangga :
Pemerintah banyak memberikan pelayanan kepada dunia usaha, misalnya
perizinan, sanitasi, pembuangan kotoran, dsb.
7. Pemerintah sebagai Penarik Pajak :
Pajak adalah biaya untuk menjalankan bisnis. Pajak dapat pula dipergunakan
sebagai insentif ekonomi agar pelaku bisnis bergerak ke arah yang dikehendaki
pemerintah.

D. GABUNGAN ATAU KERJASAMA ANTARPERUSAHAAN


Penggabungan atau kerjasama antarperusahaan dilakukan dengan alasan membatasi persaingan. Kerjasama itu dapat dijumpai dalam :
1. Kartel, yaitu suatu kerjasama antarbeberapa perusahaan sejenis yang masingmasing tetap berdiri sendiri untuk waktu tertentu dengan tujuan menguasai
pasar. Contoh macam-macam kartel :
a. Kartel Rayon (wilayah) yang wilayah penjualannya dibagi-bagi di antara
anggota kartel;
b. Kartel Syarat, yaitu syarat-syarat tertentu yang harus ditaati oleh anggota
kartel, misalnya syarat penjualan, pengiriman, pembayaran, kualitas, dsb.
c. Kartel Harga, dengan penetapan harga minimum. Kartel ini dapat dibuat men
70

cakup daerah regional ataupun

internasional, misalnya penetapan harga

sewa kamar untuk hotel-hotel, penetapan harga minyak mentah bagi negaranegara yang bergabung dalam OPEC, dsb.
d. Kartel Kalkulasi, yang menetapkan harga-harga pokok;
e. Kartel/Sindikat Pembelian, yang menetapkan aturan-aturan tentang pembelian;
f. Kartel/Sindikat Penjualan, menetapkan segala penjualan hasil produksi yang
harus dilaksanakan oleh sindikat;
g. Kartel Produksi, yang menetapkan jatah produksi untu para anggota. Jika
produksi berlebih dikenakan denda, tetapi jika kurang diberi subsidi.
Tujuannya untuk membatasi kemungkinan over produksi (produksi berlebih).
Keuntungan dari kartel adalah :
a. Harga dapat dikuasai dan stabil;
b. Keuntungan dapat terjamin;
c. Perusahaan masih bebar berdiri sendiri.
Kelemahannya adalah jika tidak diatur dalam perundang-undangan, bentuk
kartel ini bisa menjurus ke monopoli yang akan merugikan masyarakat.
Kelemahan lainnya perusahaan itu terikat, tidak bebas lagi menaikkan atau
menurunkan harga.
2. Pool, biasanya pada perusahaan angkutan untuk menentukan tarif-tarif trayek,
dikenal ada traffic pool dan money pool. Traffic pool adalah pemberian jumlah
muatan kepada anggota dalam setahun. Anggota yang lebih banyak memperoleh penumpang dari yang telah ditetapkan, harus menyerahkan pendapatannya kepada anggota yang kurang. Sedangkan pada money pool semua anggota harus menyerahkan seluruh pendapatannya kepada pool, kemudian dibagibagi menurut perbandingan tertentu.
3. Trust, yaitu penggabungan perusahaan yang tadinya berdiri sendiri menjadi satu
fusi, baik dipandang dari sudut ekonomi maupun hukum. Pengabungannya
dapat dengan cara :
a. Datar (horizontal), misalnya industri sejenis digabungkan menjadi satu industri

71

besar;
b. Tegak (vertikal), perusahaan dalam kolom-kolom perusahaan digabung
menjadi satu;
c. Sejajar, misalnya usaha perdagangan beberapa jenis barang digabungkan.
Tujuan didirikannya trust adalah agar kerja lebih efisien dan meningkatkan
posisi perusahaan dalam dunia persaingan. Keuntungan dari trust misalnya :
a. Perusahaan yang berjalan kurang efisien dapat ditutup;
b. Daerah operasinya lebih luas;
c. Dapat mengangkat pimpinan yang lebih cakap dan manajer profesional yang
mampu menerapkan teknologi mutakhir;
d. Perusahaan akan betul-betul berjalan efisien tinggi dan rasional.
4. Holding Company, yaitu perusahaan sentral (induk) yang memiliki sebagian besar
saham-saham dari perusahaan lain sehingga memiliki suara mayoritas. Namun
perusahaan-perusahaan lain itu secara yuridis tetap berdiri sendiri, hanya secara
ekonomis dikuasai oleh perusahaan induk tadi. Alasan pembentukan holding
company adalah untuk pembagian resiko dan mempererat kerjasama antar
perusahaan yang dikuasai dan menyamakan deviden.
Sekarang ini bentuk holding company banyak disukai para pengusaha besar
atau konglomerat. Satu perusahaan induk holding company bisa mempunyai
puluhan bahkan ratusan perusahaan di bawah kekuasaannya. Ini dapat terjadi
karena perusahaan induk mendirikan perusahaan baru atau mengakuisisi
perusahaan lain.

Struktur perusahaan mereka itu bak pohon rindang yang

mempunyai banyak cabang dan ranting. Holding diperlukan untuk mengawasi


dan mengendalikan perilaku anak-anak perusahaan agar arah usahanya menjadi
sinkron, tidak saling tindih dan sesuai dengan visi besar perusahaan induk.
Pembentukan holding company merupakan jawaban terhadap tantangan
dunia usaha yang semakin kompetitif, sehingga masing-masing perusahaan
dapat bekerjasama menghadapi saingan perusahaan sejenis.

Tugas holding

dalam hal ini tidak kaku dan disiplin tinggi, tetapi tetap memberi kebebasan dan
keluwesan kepada anak-anak perusahaan. Holding hanya memberi arah kebijak-

72

an, mencari dan memberi sumber dana guna mengembangkan Strategic Business
Unit (SBU). Wewenang holding tidak mencampuri operasional SBU, agar tidak
menciptakan sistem birokrasi usaha.
Holding company dapat dibentuk dengan berbagai cara, seperti :
a. Akuisisi, yaitu satu perusahaan mengambil alih dengan membeli perusahaan
lain yang sudah lama berdiri. Akuisisi ini akan lebih memperlancar jalannya
usaha karena perusahaan lama sudah jalan, memiliki sumber bahan baku,
pasar, dsb.
b. Menyerahkan kepemilikan perusahaan kepada satu perusahaan;
c. Melepaskan unit usaha menjadi perusahaan baru yang berdiri sendiri;
d. Mendirikan perusahaan baru. Hal ini dimungkinkan karena demikian besarnya modal yang ada perusahaan holding, maka holding tersebut bisa mendirikan perusahaan baru.
5. Corner & Ring. Corner jika seorang, dan Ring jika beberapa orang membeli dan
menahan sebagian besar dari persediaan barang tertentu, kemudian mengurangkan penawaran sehingga harga naik dan memperoleh laba besar.

Jelaslah

tujuannya spekulasi.
6. Concern, yaitu penggabungan beberapa perusahaan yang menurut hukum tetap
merdeka menjadi satu kesatuan dipandang dari aspek taknis tata usaha
perdagangan atau keuntungan. Contohnya, sebuah bank atau seorang kaya
membeli sebagian besar saham-saham dari beberapa buah perusahaan untuk
menguasainya.
7. Joint Venture, artinya berusaha bersama-sama. Menurut ekonomi perusahaan
joint venture adalah suatu bentuk gabungan antara dua pihak atau lebih dengan
mengumpulkan modal untuk mendirikan badan usaha dengan perjanjian
tertentu.

Joint venture ini adalah cikal bakal tumbuhnya multy national

corporation. Di era globalisasi abad ke-21 ini, suasana ekonomi global melanda
seluruh dunia, seakan-akan tidak ada lagi batas-batas negara.

Perusahaan

dengan mudah mengalihkan investasinya ke negara lain yang memberi kemudahan dari segi pajak, optimisme dalam hal pemasaran, bahan baku, tenaga

73

kerja, dsb. Salah satu pihak bisa berasal dari pemerintah dan lainnya dari swasta,
atau mungkin juga semuanya swasta, yaitu dari dalam dan luar negeri.
Tujuan dari penggabungan joint venture ini adalah :
a. Bagi perusahaan sejenis, mereka berusaha untuk mengatur persaingan agar
dapat lebih menyesuaikan penawaran dengan permintaan konsumen;
b. Berusaha menghemat biaya produksi dan pelunasan agar dapat memperoleh
harga pokok rendah;
c. Jika gabungan ini telah menguasai pasar dan tidak ada persaingan lagi, tujuan
akhirnya adalah monopoli.
Adapun motivasi suatu negara atau perusahaan untuk joint venture dengan
negara atau perusahaan lain adalah untuk :
a. Meningkatkan modal dengan cara penambahan mesin-mesin peralatan dalam
proses produksi;
b. Memperoleh teknologi dalam proses produksi dengan tenaga ahli yang
terdidik dan terampil;
c. Pengembngan pusat untuk meningkatkan hasil produksi.
8. Production Sharing, yaitu suatu bentuk kerjasama atau gabungan badan usaha
yang mengatur pembagian hasil. Perbedaannya dengan joint venture adalah :
Dalam joint venture tujuan penggabungan untuk mendirikan badan usaha (BU),
sedangkan dalam production sharing adalah gabungan badan-badan usaha yang
sudah ada untuk kerjasama dengan bagi hasil. Misalnya, usaha bagi hasil antara
Pertamina dengan Caltex dan Shell dalam pertambangan minyak di Pekanbaru
dan Plaju.
9. Kontrak Karya, yaitu gabungan antara dua pihak dalam melakukan suatu
perusahaan, tetapi salah satu pihak tidak secara langsung bekerjasama dengan
pihak lain, dalam menangani dan menjalankan sesuatu badan usaha dan
perusahaan. Biasanya pihak pertama adalah pemerintah suatu negara yang
memberikan konsesi kepada pihak swasta untuk melakukan usaha dengan
perjanjian tertentu. Dalam hal ini pemerintah tidak ikutserta dalam permodalan
perusahaan. Perjanjian ini memuat antara lain :

74

a. Daerah operasi perusahaan;


b. Jangka waktu;
c. Jenis perusahaan;
d. Besar uang imbalan yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
Contohnya tentang pengusahaan hutan di Kalimantan. Karena pemerintah
merasa belum mampu menangani sendiri, maka memberikan konsesi kepada
pengusaha asing HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Dalam hal kontrak karya penebangan hutan ini timbul ekses yang merugikan negara, misalnya penggundulan
hutan atau illegal logging.
10. Merger, yaitu salah satu bentuk kerjasama atau penggabungan (kombinasi/
konsolidasi) antara dua atau lebih perusahaan sejenis karena adanya kesamaan
kepentingan dan bertujuan untuk memperkuat kedudukan dan stabilitas
perusahaan. Setelah merger, maka hanya ada satu nama perusahaan yang terus
berdiri, sementara yang lain lebur dan hilang namanya atau menjadi cabangnya.
Aktiva-aktiva dan mungkin hutang-hutangnya digabungkan dengan aktiva dan
hutang perusahaan yang tetap berdiri tadi. Contohnya, merger yang dilakukan
dalam dunia perbankan, baik swasta maupun milik pemerintah sehingga dapat
bekerja lebih efisien. Akhir-akhir ini terjadi juga merger beberapa perusahaan
perhotelan di Bali.

E. KONSUMERISME
Istilah konsumerisme berbeda dengan konsumtifisme. Konsumerisme adalah suatu
paham yang berubah menjadi suatu gerakan karena adanya perlakuan produsen
yang merugikan konsumen.

Konsumerisme adalah gerakan yang menyangkut

individu, perusahaan, pemerintah, dan organisasi-organisasi independen yang berhubungan dengan hak-hak konsumen di pasar.

Terdapat perbedaan antara

produsen dengan konsumen tentang barang dan jasa apa yang harus ditawarkan,
serta jumlah dan mutu yang disenangi. Lima belas tahun yang lalu sudah muncul
gerakan protes dari konsumen yang dikenal dengan konsumerisme, yang oleh
Presiden Nixon di AS sebagai adopsi dari konsep hak-hak pembeli (buyers right).
75

Pada tahun 1962 di AS gerakan konsumerisme ini sangat meyakinkan Presiden


John F. Kennedy (Wangsanegara :15) yang merumuskan suatu pesan khusus bagi
Kongres, yang menyatakan ada empat hak konsumen, yaitu :
1. Hak untuk selamat.
2. Hak atas informasi.
3. Hak untuk memilih.
4. Hak untuk didengar (dalam hal keluhan-keluhan).
Oleh General Motors ditambah satu lagi hak, yaitu hak untuk dilindungi. Di
Indonesia oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), doktrin hak-hak konsumen di atas dijadikan landasan kerjanya yang dinamakan Panca Hak Konsumen,
yaitu :
1. Hak atas keamanan dan keselamatan.
2. Hak atas informasi.
3. Hak untuk memilih.
4. Hak untuk didengar.
5. Hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik.
YLKI mengajak para konsumen untuk mengadukan keluhan-keluhan apa saja
yang dialami dalam membeli/menggunakan barang-barang dan jasa. YLKI akan
membantu memecahkan persoalan tersebut dengan menghubungi para produsen
atau pihak-pihak yang menyebabkan kerugian pada konsumen.
Alasan terjadinya gerakan konsumen yang tampaknya semakin lama semakin
kuat adalah :
1. Adanya ketidakpuasan secara menyeluruh di masyarakat.
2. Barang-barang yang dijual tidak terjamin mutunya, tidak murni dan cacat.
3. Adanya penipuan melalui cara-cara promosi.
4. Jaminan palsu, garansi tidak ditepati.
5. Penipuan dalam penetapan harga.
6. Biaya reparasi mahal dan pekerjaan tidak rapi.
7. Tidak ada tempat untuk mengadukan keluhan-keluhan.
8. Berita terlalu dibesar-besarkan.

76

(S.L. Wangsanegara : 16).


Keluhan-keluhan menyebabkan munculnya serangan dari individu ataupun
organisasi terhadap dunia bisnis yang menuntut adanya pertanggungjawaban
terhadap konsumen. Tentu reaksi dari bisnis sudah dapat dibayangkan, karena itu
bisnis mencoba meminimalisasi permasalahannya. Mereka antara lain mengurangi
iklan di televisi dan mencela bisnis yang kurang/tidak bertanggung jawab.
Di AS banyak yang percaya bahwa konsumerisme itu bersifat murni dan konsisten, sehingga mendorong Presiden J.F. Kennedy menegakkan hak-hak konsumen
yang diikuti dengan jawaban positif dari berbagai pengusaha seperti perusahaan
susu dengan mencantumkan masa berlaku layak minum, perusahaan perhiasan
yang menerjemahkan istilah-istilah teknik dalam surat jaminan sehingga bisa
dimengerti masyarakat. Ada juga perusahaan yang khusus menampung keluhankeluhan konsumen dari seluruh daerah melalui telepon. Bahkan ada perusahaan
yang menyediakan pengacara untuk membantu konsumen, sehingga perusahaan
dengan cepat mengetahui keluhan konsumen terhadap produksinya. Dari tahun
1966-1973 di AS lebih dari 70 peraturan perlindungan (proteksi) konsumen menjadi
undang-undang, antara lain menyangkut kredit, daging, pemeriksaan peternakan,
keselamatan mobil, reklame rokok, penelitian bahaya kebakaran, pakaian dan
mainan anak-anak, pabrik yang mudah meledak, alat-alat insektisida yang
berbahaya terhadap kesehatan, peralatan istrik, pembungkus dan label barang, dll.

F. BENTUK BADAN USAHA


Bentuk usaha atau bentuk kepemilikan bisnis itu ada yang berbentuk badan hukum
dan ada yang tidak berbadan hukum. Yang dimaksud usaha dengan bentuk badan
hukum adalah badan usaha yang mempunyai kekayaan tersendiri, terpisah dari
harta kekayaan para pendirinya atau para pengurusnya. Para anggota tidak
bertanggung jawab atas harta kekayaan di luar yang tersebut dalam saham yang
dimilikinya. Contohnya Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, dan Yayasan. Sementara
usaha yang tidak berbadan hukum adalah badan usaha perseorangan, persekutuan
firma dan persekutuan komanditer.
77

Dari bentuk-bentuk usaha itu mana yang akan dipilih, sangat bergantung pada
faktor pertimbangan bentuk kepemimpinan, struktur permodalan, tanggung jawab
terhadap utang-piutang perusahaan, kontinuitas perusahaan, dsb.
Berikut ini adalah macam-macam bentuk perusahaan.
1. Perusahaan Perseorangan.
Perusahaan ini modalnya kecil, pimpinan berada pada pemilik dan mempunyai
tanggung jawab yang tidak terbatas. Pendirian perusahaan perseorangan sangat
mudah karena tidak ada aturan khusus. Namun untuk usaha-usaha tertentu di
daerah-daerah tertentu mungkin perlu ada izin. Misalnya untuk tempat usaha
yang sekiranya berbahaya perlu ada izin HO (Hinder Ordonantie atau UndangUndang Gangguan).
Jika perusahaan ini seperti warung, toko, percetakan, dsb. memerlukan tambahan modal dengan pinjaman perbankan atau lembaga keuangan lainnya, maka
tentu diperlukan berbagai surat/dokumen untuk melengkapi persyaratannya,
misalnya Sertipikat Tanah, Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB), Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), HO, dll.
Karakteristik perusahaan perseorangan yang berhasil, pengusahanya harus
mau menerima tanggung jawab penuh atas kinerja perusahaan, bekerja tak kenal
waktu, harus selalu memonitor operasional bisnisnya secara terus-menerus,
menunjukkan kepemimpinan yang kuat, teliti, rapi mengorganisasi dan berkomunikasi dengan baik kepada pekerjanya.
Keuntungan perusahaan perseorangan adalah semua laba hanya untuk
pemiliknya, organisasinya sederhana, pengendalian mudah, dan pajaknya pun
rendah. Akan tetapi kerugiannya, pengusaha bertanggung jawab sendiri dan
tidak terbatas, sementara dana terbatas, keterampilan pun terbatas.
Keuntungan perusahaan perseorangan dapat dikemukakan :
a. Semua laba yang diperoleh milik pengusaha sendiri;
b. Organisasinya sederhana;
c. Pengendalian seutuhnya;
d. Pajaknya rendah.
78

Adapun kelemahan/kerugiannya :
a. Bertanggung jawab atas semua kerugiannya sendiri;
b. Tanggung jawabnya tidak terbatas;
c. Dana terbatas;
d. Keterampilannya pun terbatas.
2. Firma.
Sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, firma didefinisikan sebagai
usaha untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan tujuan untuk
membagi-bagi hasil yang didapatkan dari persekutuan itu. Yang bersekutu bisa
dua orang atau lebih di bawah satu nama untuk menjalankan perusahaan. Firma
didirikan dengan Akte Notaris dan didaftarkan pada Panitera Pengadilan
setempat dan diumumkan dalan Berita Negara. Kepemimpinan firma dilaksanakan oleh para pemilik dan mereka bertanggung jawab penuh dengan seluruh
harta bendanya dan terhadap hutang-hutang perusahaan.
Permodalan berasal dari pemilik dengan suatu jumlah yang diatur bersama
dan kemungkinan ada juga yang hanya memasukkan keahliannya. Pembagian
laba jika tidak ditetapkan dalam akte, dibagi menurut pembagian modal yang
dimasukkan. Untuk anggota yang hanya memasukkan keahlian, bagian labanya
sama dengan anggota yang menyetor modal paling kecil.
3. Commanditer Vennootschap (CV).
Ini adalah bentuk persekutuan yang didirikan oleh seorang atau lebih yang bertanggung jawab penuh, dengan seorang atau lebih sekutu yang merupakan
pemberi modal dan bertanggung jawab terbatas sebesar modal penyertaannya.
CV didirikan dengan Akte Notaris. Bentuk usaha ini mempunyai dua jenis
keanggotaan, yaitu Anggota Pengurus yang bertanggung jawab penuh dengan
seluruh harta bendanya, dan Anggota Komanditer yang bertanggung jawab
terbatas sebesar modal yang disetorkannya. Peserta atau anggota komanditer
tidak boleh menjalankan pekerjaan kepengurusan. Jika turut dalam kegiatan
kepengurusan maka ia akan bertanggung jawab dengan seluruh hartanya.
79

Bisnis yang dimiliki oleh dua orang atau lebih secara bersama disebut juga
perusahaan kemitraan (partnership). Para pemilik bersama suatu bisnis disebut
mitra pengusaha (partner). Mitra pengusaha harus mendaftarkan perusahaan
kemitraannya kepada negara dan perlu meminta izin usaha.
Terdapat perusahaan kemitraan umum (general partnership) yang semua
mitra usahanya mempunyai tanggung jawab tidak terbatas, yaitu secara pribadi
bertanggung jawab atas kewajiban perusahaan. Ada juga perusahaan kemitraan
terbatas (limited partnership), yaitu perusahaan yang mempunyai beberapa
mitra pengusaha terbatas, atau mitra pengusaha yang tanggung jawabnya
terbatas pada modal atau properti yang dikontribusikan pada perusahaan
kemitraan dimaksud. Mitra pengusaha terbatas hanyalah investor dalam perusahaan kemitraan dan tidak berpartisipasi dalam manajemen. Namun demikian
karena mereka menanamkan modalnya dalam bisnis, mereka membagi rugi atau
laba bisnisnya. Suatu perusahaan kemitraan terbatas mempunyai satu atau lebih
mitra pengusaha umum (general partner), atau mitra pengusaha yang mengelola
bisnis, menerima gaji, membagi rugi atau laba bisnis, dan mempunyai tanggung
jawab yang tidak terbatas. Penghasilan didistribusikan kepada setiap mitra pengusaha sebagai penghasilan perseorangan dan kena pajak yang diwajibkan oleh
pemerintah.
Bentuk perusahaan ini mempunyai tiga keuntungan pokok, yaitu dana
tambahan, kerugian ditanggung bersama, dan ada spesialisasi.

Bersamaan

dengan keuntungan ada juga kerugiannya, yaitu berbagi pengendalian, tanggung


jawab tak terbatas, dan berbagi laba.
Perusahaan yang mempunyai 75 pemilik atau kurang, boleh memiliki bentuk
yang disebut S-corporation. Laba S-corporation dibagi di antara para pemilik dan
dikenakan pajak dengan tarif masing-masing pajak penghasilan pribadi. Jadi,
para pemilik bertanggung jawab terbatas seperti pemilik sebuah korporasi
(perusahaan terbatas), tetapi mereka dikenakan pajak seperti layaknya sebuah
perseroan terbatas.
Terdapat satu jenis perusahaan kemitraan umum yang disebut Limited Liabi-

80

lity Company (LLC). LLC adalah perusahaan yang memiliki ciri-ciri dan tipe seperti
perusahaan kemitraan umum, tetapi juga menawarkan mitra pengusaha yang
tanggung jawabnya terbatas.

Hal ini untuk melindungi aset pribadi milik

pengusaha mitra dari keteledoran pengusaha mitra lain dalam perusahaan.


Proteksi ini diperlukan karena seringnya terjadi gugatan atas tanggung jawab
tersebut. Sementara aset perusahaan seperti properti, atau mesin-mesin tidak
dilindungi.
4. Perseroan Terbatas (PT).
Perseroan terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang serta
peraturan pelaksanaannya. Badan hukum ini membayar pajak dan secara hukum
terpisah dari para pemiliknya.
Masyarakat bisa menjadi pemilik korporasi ini dengan membeli beberapa
sahamnya. Banyak korporasi kecil dengan kepemilikan terbatas, maksudnya
kepemilikan hanya diperuntukkan kepada sejumlah kecil kelompok investor.
Kebanyakan korporasi besar adalah perusahaan dengan kepemilikan umum,
artinya, saham-sahamnya dapat dengan mudah dibeli dan dijual oleh para
investor. Pemegang saham dari korporasi besar umum dapat menjual saham
mereka jika perlu uang atau kecewa dengan kinerja perusahaan, atau juga jika
diperkirakan sahamnya tidak akan naik harganya di kemudian hari.
Penjualan saham-saham itu dengan pertolongan pedagang perantara saham
atau broker di bursa efek kepada investor lain yang ingin menanamkan modalnya
ke dalam korporasi tersebut. Kendati sesungguhnya banyak perusahaan merupakan perusahaan kepemilikan terbatas ketika didirikan, tetapi beberapa
perusahaan menjadi kepemilikan umum (terbuka) ketika mereka memerlukan
dana untuk mendukung ekspansi. Kegiatan menerbitkan saham untuk pertama
kali disebut go public (terbuka). Korporasi terbuka dapat mencari tambahan
dana dengan menerbitkan saham baru. Ini berarti bahwa pemegang saham yang
ada dapat membeli saham lagi, atau investor lain dapat menjadi pemegang
81

saham dengan membeli saham korporasi dimaksud.

Korporasi yang ingin

menerbitkan saham baru harus dapat meyakinkan investor bahwa dananya akan
digunakan dengan baik, sehingga akan mengalihkan imbalan bagi investor.
Bentuk kepemilikan korporasi memberikan keuntungan seperti tanggung jawab terbatas, akses terhadap dana, dan transfer kepemilikan. Tetapi kerugiannya juga ada seperti biaya keorganisasian yang tinggi, pemberitaan mengenai
keuangan, masalah keagenan, dan pajak yang tinggi.
PT didirikan dengan Akte Notaris dan mendapatkan pengesahan Menteri
Hukum dan HAM, kemudian didaftarkan pada Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Berita Negara. Permodalan PT terdiri dari saham-saham, dan para
pemegang saham ini adalah pemilik PT. Pemegang kekuasaan tertinggi ada pada
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Beberapa hal berkaitan dengan PT berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, pasal-pasal pentingnya dapat dikemukakan (ditulis intinya, tidak persis bunyi dan ayat-ayatnya), antara lain :
a. Pasal 1 : Ketentuan Umum :
1) PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham,
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU ini serta peraturan
pelaksanaannya.
2) Organ perseroan adalah RUPS, Direksi, dan Komisaris.
3) RUPS adalah organ persroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada
Direksi dan Komisaris.
4) Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
5) Komisaris adalah organ persroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan memberikan nasihat kepada Direksi.
6) Perseroan Terbuka adalah perseroan yang modal dan jumlah pemegang

82

sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan


penawaran umum di pasar modal.
b. Pasal 3 :
1) Pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan
yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas
kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya.
2) Ketentuan dalam ayat 1) di atas tidak berlaku apabila :
a) Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
b) Pemegang saham yang bersngkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk
kepentingan pribadi;
c) Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh perseroan;
d) Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung melawan secara hukum menggunakan kekayaan perseroan yang
mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang persroan.
c. Pasal 7 : Pendirian PT.
1) Perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akte notaris yang
dibuat dalam bahasa Indonesia.
2) Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan.
3) Dalam hal setelah perseroan disahkan pemagang saham menjadi kurang
dari dua orang, maka dalam waktu paling lama enam bulan terhitung sejak
keadaan tersebut, pemagang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan
sebagian sahamnya kepada orang lain.
4) Ketentuan dua orang atau lebih ini, tidak berlaku pada perseroan BUMN.
5) Perseroan memperoleh status badan hukum setelah akte pendirian disahkan oleh Menkumham.

83

d. Pasal 24, 25, 26 : Modal dan Saham :


1) Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.
2) Saham dimaksud dapat dikeluarkan atas nama dan/atau atas tunjuk.
3) Modal dasar persroan paling sedikit sebesar Rp 20.000.000,00 (dua puluh
juta rupiah).
4) Pada saat perndirian perseroan paling kurang 25% dari modal dasar harus
telah ditempatkan.
5) Setiap penempatan modal harus telah disetor paling sedikit 50% dari nilai
nominal setiap saham yang dikeluarkan.
e. Pasal 42, 46 : Saham.
1) Nilai nominal saham harus dicantumkan dalam mata uang resmi RI.
2) Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan.
3) Klasifikasi saham dapat ditetapkan satu klasifikasi atau lebih :
a) Saham dengan hak suara khusus, bersyarat terbatas, atau tanpa hak
suara;
b) Setelah jangka waktu tertentu dapat ditukar dengan klasifikasi saham
lain;
c) Saham yang memberikan hak deviden kumulatif atau nonkumulatif;
d) Saham yang memberi hak untuk menerima labih dahulu pembagian
deviden dan sisa kekayaan perserroan dalam likuidasi.
f. Pasal 56 : Laporan Tahunan.
Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku perseroan dititup, Direksi menyusun laporan tahunan untuk diajukan kepada RUPS, yang memuat
sekurang-kurangnya :
1) Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru
lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan serta
penjelasan atas dokumen tersebut.
2) Neraca gabungan dari perseroan yang tergabung dalam satu grup di
samping neraca dari masing-masing perseroan tersebut.
3) Laporan mengenai keadaan dan jalannya perseroan serta hasil yang telah

84

dicapai.
4) Kegiatan utama perseroan dan perubahan selama tahun buku.
5) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan perseroan.
6) Nama-nama Direksi dan Komisaris.
7) Gaji dan tunjangan lain anggota Direksi dan Komisaris.
g. Pasal 65, 70 : Rapat Umum Pemagang Saham.
1) RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya.
2) RUPS tahunan diadakan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah
tahun buku.
3) Dalam RUPS tahunan harus diajukan semua dokumen perseroan sebagaimana dimaksud pasal 56.
4) RUPS lainnya dapat diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.
5) Bagi Perseroan Terbuka, sebelum pemanggilan RUPS dilakukan, wajib
didahului dengan pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan
RUPS dalam 2 (dua) surat kabar harian.
6) Pengumuman dimaksud dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari
sebelum pemanggilan RUPS.
h. Pasal 79, 82, 84, 85, 86, 91, 92 : Direksi.
1) Kepengurusan perseroan dilakukan oleh Direksi.
2) Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan uang atau Perseroan Terbuka
wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi.
3) Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan
yang mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan
pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, atau orang yang
pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.
4) Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepen-

85

tingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
5) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila :
a) Terjadi perkara di depan pengadilan antara persroan dengan anggota
Direksi yang bersangkutan;
b) Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang
bertentangan dengan dengan kepentingan perseroan.
6) Dalam Anggaran Dasar (AD) ditetapkan yang berhak mewakili perseroan
apabila terdapat keadaan seperti pada angka 5).
7) Dalam hal AD tidak menetapkan ketentuan pada angka 6), RUPS mengangkat seorang atau lebih pemegang saham untuk mewakili perseroan.
8) Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.
9) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila
yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
10) Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10
(satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara
yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap
anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan
kerugian pada perseroan.
11) Direksi wajib :
a. Membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham (DPS), risalah
RUPS, dan
risalah rapat Direksi;
b. Menyelenggarakan pembukuan perseroan.
12) DPS, risalah dan pembukuan disimpan di tempat kedudukan perseroan.
13) Atas permohonan tertulis dari pemagang saham, Direksi memberi izin
kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan salinan
DPS, risalah dan pembukuan perseroan.
14) Anggota Direksi dapat sewaktu-waktu diberhentikan berdasarkan kepu-

86

tusan RUPS dengan menyebutkan alasannya.


15) Keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi hanya dapat diambil
setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam
RUPS.
16) Dengan keputusan pemberhentian, maka kedudukannya sebagai anggota
Direksi berakhir.
17) Anggota Direkasi dapat diberhentikan untuk sementara oleh RUPS atau
Komisaris dengan menyebutkan alasannya.
18) Pemberhentian sementara dimaksud diberitahukan secara tertulis kepada
Direksi yang bersangkutan.
19) Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tidak berwenang melakukan tugasnya.
20) Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pemberhentian
sementara harus diadakan RUPS.
21) Dalam RUPS dimaksud anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.
22) RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara tersebut
atau memberhentikan (tetap) anggota Direksi yang bersangkutan.
23) Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara anggota Direksi tersebut batal.
i. Pasal 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101 : Komisaris.
1) Perseroan memiliki Komisaris yang wewenang dan kewajibannya ditetapkan dalam AD.
2) Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit dua orang Komisaris.
3) Dalam hal terdapat lebih dari satu orang Komisaris, mereka merupakan
sebuah majelis.
4) Komisaris diangkat oleh RUPS.
5) Untuk pertama kali pengangkatan Komisaris dilakukan dengan mencan-

87

tumkan susunan dan nama Komisaris dalam Akta Pendirian.


6) Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat kembali.
7) AD mengatur tata cara pencalonan, pengangkatan, dan pemberhentian
Komisaris tanpa mengurangi hak pemegang saham dalam pencalonan.
8) Yang dapat diangkat menjadi Komisaris adalah orang perseorangan yang
mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan
pailit atau menjadi anggota Direkasi atau Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit atau orang yang
pernah dihukum kaqrena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.
9) Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan
perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi.
10) Komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.
11) Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10
(satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara
yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap
Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.
12) Komisaris wajib melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan
sahamnya dan atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan
lain.
13) Dalam AD dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada Komisaris
untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu.
14) Berdasarkan AD atau keputusan RUPS, Komisaris dapat melakukan
tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka
waktu tertentu.
15) Bagi Komisaris yang yalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu

88

melakukan tindakan pengurusan tersebut berlaku semua ketentuan


mengenai hak, wewenang dan kewajiban Direksi terhadap perseroan dan
pihak ketiga.
16) Anggota Komisaris dapat diberhentikan atau diberhentikan sementara
oleh RUPS.
17) Ketentuan mengenai pemberhentian dan pemberhentian sementara
Direksi berlaku pula terhadap Komisaris.
Adapun macam-macam bentuk Perseroan Terbatas adalah :
a. PT Tertutup didirikan oleh beberapa orang. Sahamnya tidak dijual-belikan
kepada orang lain tapi hanya terbatas pada beberapa orang pada lingkungan
tertentu saja.
b. PT Terbuka, sahamnya terbuka bagi semua orang, siapa saja yang ingin membeli, misalnya PT yang sudah go public, sahamnya diperjual-belikan di pasar
bursa efek. Penawaran perdana saham disebut IPO (Initial Public Offering).
c. PT Kosong, adalah PT yang sudah tidak jalan lagi, akan tetapi kenyataannya
masih ada, dalam arti belum bubar. PT ini dapat dibeli oleh seseorang dengan
keuntungan tidak perlu lagi mengurus pembukaan PT baru, yang mungkin saja
masih memiliki nama baik di masyarakat.
Keuntungan dari perusahaan kemitraan (partnersip) seperti Firma, CV, PT
adalah :
1) Adanya dana tambahan.
2) Kerugian ditanggung bersama.
3) Ada spesialisasi atau keterampilan tertentu.
Adapun kelemahan/kerugiannya :
1) Berbagi pengendalian.
2) Tanggung jawab tidak terbatas.
3) Berbagi laba.
5. Koperasi.
Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun Tahun 1967, koperasi adalah organisasi
ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang atau
89

badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Sementara menurut UU No. 25
Tahun 1992 sebagai penggantinya, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Jelaslah kini motif koperasi mulai bergeser dari usaha-usaha yang mementingkan sosial belaka, ke koperasi sebagai unit ekonomi yang harus memperhitungkan laba rugi. Koperasi sebagai salah satu bentuk usaha harus dapat
mencari laba jika koperasinya ingin maju, karena tanpa ada laba koperasi tidak
akan ada gairah anggota jika selalu menderita kerugian. Sisa hasil usaha yang
diharapkan diperoleh anggota akan besar jika koperasinya maju.
Tips agar koperasi maju, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu para
pengurusnya yang jujur dan amanah, manajemen yang baik, dan anggota yang
disiplin. Tanpa ketiga hal dimaksud maka koperasi tidak akan maju bahkan bisa
hancur walaupun modalnya cukup besar.
Sumber permodalan koperasi adalah dari simpanan-simpanan para anggotanya. Ada beberapa jenis simpanan, yaitu :
a. Simpanan Pokok, dibayar pada waktu seseorang masuk menjadi anggota,
boleh sekaligus atau dicicil. Simpanan ini boleh diambil kembali jika keluar
dari keanggotaan;
b. Simpanan Wajib, dibayar terus-menerus secara teratur baik jumlah maupun
masa pembayarannya (biasanya tiap bulan). Simpanan ini pun boleh diambil
kembali jika keluar dari keanggotaan;
c. Simpanan Sukarela/Manasuka, besar dan masa pembayarannya tidak ditentukan, dan boleh diambil sewaktu-waktu atau boleh juga diatur dalam bentukbentuk lain;
d. Simpanan Hari Koperasi 12 Juli, dan simpanan-simpanan khusus lainnya.
Bidang usaha koperasi pun bermacam-macam, bisa simpan pinjam saja, bisa
konsumsi, produksi, atau serba usaha, termasuk yang bergerak di bidang per-

90

dagangan ataupun jasa konstruksi. Jika bergerak di bidang yang terakhir, tentu
saja persyaratannya harus juga dipenuhi sebagaimana halnya yang berlaku bagi
bidang usaha dimaksud. Misalnya memiliki SIUP, TDP, HO, Izin Usaha Konstruksi,
dll. Sementara untuk meningkatkan permodalannya koperasi pun dadapat pula mengambil pinjaman dari pihak ketiga ataupun pinjaman bank.
Dalam organisasi koperasi, ada yang disebut koperasi primer, dan ada
koperasi sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang beranggotakan orangorang (individu). Koperasi model ini biasa kita jumpai di kantor-kantor pemerintahan maupun swasta, di lingkungan RT, RW, bahkan juga di lingkungan keluarga
atau komunitas tertentu, dll. Sedangkan koperasi sekunder adalah koperasi yang
beranggotakan koperasi-koperasi yang sudah berbadan hukum.

Contoh ko-

perasi-koperasi yang sudah berbadan hukum adalah di lingkungan pegawai negeri, sekarang pegawai RI, yaitu :
a. Pusat Koperasi Pegawai RI (PKPRI) sebelumnya bernama Pusat Koperasi Pegawai Negeri (PKPN).

PKPRI beranggotakan koperasi-koperasi primer PNS/

Pegawai RI di lingkungan kantor-kantor pemerintahan, BUMN, BUMD. PKPRI


berkedudukan di daerah kabupaten/kota;
b. Gabungan Koperasi Pegawai RI (GKPRI) sebelumnya GKPN yang beranggotakan PKPRI-PKPRI, dan berkedudukan di daerah provinsi;
c. Induk Koperasi Pegawai RI (IKPRI) sebelumnya IKPN, beranggotakan GKPRIGKPRI, dan berkedudukan di Jakarta (ibukota negara).
Dengan kata lain, tingkatan koperasi (organisasi ekstern koperasi) di Indonesia adalah :
a. Induk koperasi di tingkat nasional;
b. Gabungan koperasi di tingkat provinsi;
c. Pusat koperasi di tingkat kabupaten/kora;
d. Primer-primer koperasi di tingkat satuan kerja/kantor atau kecamatan dan
desa/kelurahan.
Contoh koperasi lainnya di lingkungan militer atau kepolisian, misalnya :
PRIMKOPAD (Primer Koperasi Angkatan Darat);

91

PUSKOPAD (Pusat Koperasi Angkatan Darat);


INKOPAD (Induk Koperasi Angkatan Daarat);
PRIMKOPAU (Primer Koperasi Angkatan Udara);
PUSKOPAU (Pusat Koperasi Angkatan Udara);
INKOPAU (Induk Koperasi Angkatan Udara);
PRIMKOPAL (Primer Koperasi Angkatan Laut);
PUSKOPAL (Pusat Koperasi Angkatan Laut);
INKOPAL (Induk Koperasi Angktan Laut);
PRIMKOPAK (Primer Koperasi Angkatan Kepolisian);
PUSKOPAK (Pusat Koperasi Angkatan Kepolisian);
INKOPAK (Induk Koperasi Angkatan Keplolisian).
Koperasi di lingkungan militer dan kepolisian ini (setelah Polisi terpisah dari
ABRI, mungkin sekarang namanya juga berubah), disebut koperasi-koperasi
fungsional yang anggotanya tertutup atau terbatas hanya pada golongan anggotanya saja. Untuk jenis koperasi ini tak perlu mengikuti semua tingkatan
secara keseluruhan, misalnya tidak ada gabungan koperasi. Tingkatan mana
yang harus dipakai, bergantung pada kebijaksanaan dan kebutuhan masingmasing.
Koperasi pada tingkat internasional dikenal dengan nama ICA (International
Cooperative Alliance). ICA adalah persekutuan gerakan koperasi sedunia yang
didirikan pada tahun 1895 dan markas besarnya di London, Inggris. Jumlah
anggotanya 59 negara, termasuk Indonesia yang diwakili oleh Dekopin (Dewan
Koperasi Indonesia). Dalam ICA tercakup lebih dari 553 ribu koperasi primer dan
225 juta anggota perorangan. Dengan demikian ICA merupakan organisasi nonpemerintah yang tersebar luas di dunia.
Tujuan ICA adalah :
a. Menjadi perwakilan dari seluruh gerakan koperasi se-dunia;
b. Mempropagandakan metode dan prinsip-prinsip koperasi ke seluruh dunia;
c. Melindungi minat terhadap gerakan koperasi dalam semua bentuk;
d. Menjaga hubungan baik di antara para anggotanya;

92

e. Menjaga pershabatan dan hubungan ekonomi di antara angota-anggotanya.


Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, ICA berusaha :
a. Mengadakan pertemuan-pertemuan (kongres) internasional;
b. Mengirim utusan ke tiap-tiap negara dan mempelajari problema koperasi di
negara tersebut;
c. Menerbitkan berita-berita penting untuk koperasi;
d. Mempromosikan pengajaran di setiap negara;
e. Mengadakan riset dan mengumpulkan data statistik mengenai gerakan
koperasi;
f. Menciptakan koperasi-koperasi yang bergerak di bidang perdagangan, produksi, pertanian, industri, bank/kredit;
g. Mengadakan kerjasama dengan PBB guna membantu gerakan koperasi khususnya di Asia, dan didirikan kantor perwakilan ICA di New Delhi, India.
Waktu didirikan kantor perwakilan ICA di New Delhi ini bertepatan dengan
ulang tahun ke-71 Yawaharlal Nehru tanggal 14 November 1960. Nehru adalah
Perdana Menteri India dan seorang pendukung gerakan koperasi yang gigih di
India, seperti halnya Mohamad Hatta di Indonesia. Kantor perwakilan ICA ini
mencakup negara-negara Iran, Pakistan, Nepal, India, Ceylon, Thailand, Malaysia,
Singapore, Indonesia, Filipina, Korea Selatan, Jepang, dan Australia. (Wangsanegara : 31).
6. Yayasan.
Berdasarkan Pasal 1 UU No. 16 Tahun 2001 jo. UU No. 28 Tahun 2008 tentang
Yayasan, yang dimaksud dengan Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
Menurut peradilan dan hu-kum, yayasan adalah suatu badan hukum yang bisa
bertindak atas nama sendiri.

Badan hukum artinya suatu organisasi yang

memiliki harta terpisah dari harta pemilik. Jika terjadi kepailitan maka harta
pemilik tidak turut menanggung resiko. Berbeda dengan organisasi yang tidak
berbadan hukum, harta pemilik dan harta organisasi tidak terpisah secara jelas
93

seperti halnya pada usaha perseorangan.


Pada umumnya yayasan bergerak dengan tujuan sosial seperti misalnya
Rumah Sakit Islam, Yayasan Yatim Piatu, dsb.

Untuk mencapai tujuannya,

yayasan berusaha mengumpulkan uang atau barang-barang lainnya dari


sumbangan-sumbangan, wakaf, dsb. Dalam mengumpulkan dana ini kadang juga
yayasan mendirikan usaha-usaha tertentu, termasuk badan usaha di bawah
koordinasi yayasan.
Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan
Pengawas. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau
ikutserta dalam suatu badan usaha. Namun yayasan tidak boleh membagikan
hasil kegiatan usahanya kepada Pembina, Pengurus, maupun Pengawas.
Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas dilarang merangkap sebagai anggota
Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris dari badan usaha yang
dibentuknya.
Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian
harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.

Pendirian ini dilakukan

dengan Akta Notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia. Yayasan dapat juga
didirikan berdasarkan surat wasiat. Dalam hal yayasan didirikan oleh orang asing
atau bersama-sama orang asing, syarat dan tata caranya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Yayasan memperoleh status badan hukum setelah Akta
Pendirian memperoleh pengesahan Menteri Hukum dan HAM. Kewenangan
Menteri hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM atas nama Menteri yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan
yayasan. Hal-hal berkaitan dengan yayasan ini lebih lanjut dapat dilihat di UU
No. 16 Tahun 2001 jo. UU No. 28 Tahun 2004.
7. Perusahaan yang Dikendalikan Pemerintah.
Selain bentuk usaha yang telah dikemukakan sebelumnya, dikenal pula perusahaan-perusahaan yang dikuasai sebagian atau sepenuhnya oleh negara yang
disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN adalah badan usaha ber94

bentuk badan hukum, memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan
negara, walaupun asalnya dari pemerintah juga. Jadi, negara merupakan pemilik
tunggal saham atau juga pemilik sebagian besar saham.
BUMN dibentuk berdasarkan UU dan PP. Kebijaksanaan perusahaan diatur
pula oleh pemerintah cq. Menteri Kementerian bersangkutan. Demikian pula
Direksi dan Komisaris ditunjuk/diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah.
Berbagai bentuk perusahaan yang dikuasai oleh pemerintah adalah :
a. Perusahaan Daerah (PD) adalah milik Pemerintah Daerah (Pemda), pengelolaan dan pengawasannya dilakukan oleh Pemda bersangkutan cq. Inspektorat
Daerah. PD ini merupakan sumber penghasilan daerah, misalnya PDAM;
b. Perusahaan Jawatan (Perjan), merupakan perusahaan milik jawatan/kementerian, pegawainya adalah pegawai negeri. Perusahaan ini kebanyakan masih
mendapat subsidi dari pemerintah karena biaya pengelolaannya cukup besar.
Kecenderungannya berangsur-angsur diubah menjadi persero, guna mengurangi beban subsidi yang cukup memberatkan keuangan pemerintah;
c. Perusahaan Umum (Perum), perusahaan ini memiliki modal yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan dan diharapkan dapat membiayai diri
sendiri serta mendatangkan keuntungan bagi negara. Status pegawainya
adalah pegawai perusahaan negara, contohnya Perum Astek (Asuransi Tenaga
Kerja);
d. PT Persero (Perusahaan Negara Persero), perusahaan ini sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki negara. Perusahaan ini diharapkan memperoleh keuntungan dan dapat membelanjai kegiatan operasionalnya. Banyak perusahaan
seperti ini didirikan oleh pemerintah yang berada di bawah naungan departemen/kementerian tertentu, misalnya :
1) Di bawah Kementerian Perindustrian :
PN Pabrik Kertas, PT Timah, PT Pabrik Pupuk, Pertamina, PT Semen, dan PT
Pertambangan Batu Bara;
2) Di bawah Kementerian Perhubungan yang bergerak di bidang usaha jasa :
PT Garuda Indonesia, PT Pelni, PT Telkom, PT Posindo, PT Indosat, dll.

95

3) Di bawah Kementerian Keuangan :


PT Bank BNI, PT Asuransi Jiwasraya, dll.
4) Di bawah Kementerian PU :
PT Jasa Marga, PT Hutama Karya, dll. Dan masih banyak bentuk perusahaan
lainnya.
Negara menguasai beberapa cabang perekonomian sesuai dengan Pasal 33
UUD 1945, yaitu untuk mengambil manfaat yang sebesar-besarnya terhadap
semua potensi alam dan tenaga yang ada. Negara/pemerintah menguasai atau
turut mendirikan perusahaan karena masih kurang mampunya pihak swasta
menanam modal dalam bidang tertentu, dan perusahaan yang dikuasai negara
sangat penting bagi kehidupan rakyat. Juga bertujuan untuk mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi nasional dengan cara menanam sebagian modal pemerintah di dalam perusahaan dimaksud dengan menyerahkan manajemennya
kepada satu tim direksi dalam bentuk usaha PT Persero, contohnya PT PAL
(Pabrik/Galangan Kapal) di Surabaya. Upaya yang harus dicapai oleh PT PAL
antara lain :
a. Harus dapat menyerap dan mengembangkan teknologi;
b. Harus bekerja aktif dan dinamis sehingga berkembang pesat;
c. Memberikan kekuatan teknologi kepada TNI AL;
d. Memberi bekal pengetahuan kepada putra putri Indonesia;
e. Membuka lapangan kerja di bidang teknologi dan rekayasa perkapalan.
Hal yang sama juga dengan keberadaan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang
dahulunya bernama PT Nurtanio di Bandung. Semua upaya pemerintah tersebut
dilakukan mengingat oleh pihak swasta mungkin akan dirasakan sangat berat.
8. Contoh Bentuk Kepemilikan Bisnis di Amerika Serikat.
Sekedar contoh dan sebagai perbandingan, ada beberapa bentuk perusahaan di
AS, yaitu :
a. Sole Proprietorship. Bentuk bisnis yang diusahakan oleh perorangan.
b. Partnership. Bisnis asosiasi atau persekutuan atas dua orang atau lebih yang
menjalankan suatu usaha untuk mencari keuntungan. Ada dua bentuk part96

nership, yaitu general partnership dan limited partnership. Yang pertama,


semua anggota ikut secara aktif mengoperasikan bisnis, sama-sama bertanggung jawab, termasuk tanggung jawab yang tidak terbatas terhadap utangutang bisnis. Yang kedua, memiliki anggota sekurang-kurangnya satu orang
yang bertanggung jawab tidak terbatas dan anggota lainnya bertanggung
jawab terbatas.
c. Corporation. Bentuk bisnis korporasi ini disebut juga perseroan yang menjadi
tulang punggung dan ciri khas ekonomi kapitalis Amerika.
d. Joint-Stock Company. Asosiasi bisnis ini untuk mengumpulkan modal yang
lebih besar lagi yang bersifat sukarela dengan membagi kapital atas sahamsaham. Pemilik saham tidak ikut berpartisipasi dalam manajemen, tetapi
mereka memilih Direksi yang bertugas dan bertanggung jawab menjalankan
usaha sehari-hari.
e. Business Trust. Bentuk ini kurang populer, tetapi memiliki keuntungan dan
mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam bentuk korporasi.
Para pemilik menerima keuntungan dari saham yang mereka miliki tetapi
tidak bertanggung jawab terhadap utang-utang trust.
f. Joint Venture dan Underwriting Syndicate. Bentuk bisnis ini adalah yang
tertua dari tipe partnership, yang berasal dari Eropa tahun 1960 - 1970an.
Orang-orang Eropa berdagang dengan orang-orang Cina, India, dan negaranegara asing lainnya. Setelah usaha selesai, laba dibagikan di antara partner
lalu bubar.
g. Cooperative.
Bentuk usaha ini berbeda dari yang telah dibicarakan di atas. Para anggota
koperasi di AS membeli saham seperti perseroan. Satu anggota memiliki satu
suara dengan tidak memandang berapa sahamnya dalam koperasi. Pembagian laba didasarkan pada jumlah saham yang dimiliki. Motif utama pendirian
koperasi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan anggota dengan harga yang
lebih murah. Koperasi kecil menunjuk pengurus yang menjalankan usaha dan
koperasi besar menunjuk direktur sebagai pelaksana usaha sehari-hari.

97

G. METODE MEMILIKI BISNIS YANG TELAH ADA


1. Mengambil Kepemilikan dari Bisnis Keluarga. Ini adalah cara ideal karena kinerjanya dapat diprediksikan selama para karyawan utama masih terus bekerja di
bisnis keluarga dimaksud.

Keputusan besar sudah ditentukan sebelumnya,

seperti proses produksi dan operasi lainnya. Jika bisnis memiliki sejarah keberhasilan, fungsi pemilik baru hanya memastikan bahwa operasional yang ada
masih berlanjut secara efisien. Sebaliknya jika bisnis mengalami kinerja buruk,
pemilik baru harus merevisi manajemen, pemasaran, dan kebijakan keuangannya.
2. Membeli Bisnis yang Telah Ada. Dalam hal ini harus dipikirkan bahwa mereka
yang akan membeli bisnis yang sudah ada, harus menentukan apakah memiliki
keahlian menjalankan bisnis tersebut, atau paling tidak mampu memantau dan
mengevaluasi secara seksama para manajernya. Selanjutnya harus membandingkan keuntungan yang diharapkan dari bisnis ini dengan modal yang diperlukan untuk membeli pada awalnya.
3. Franchise (Waralaba) : Izin Bisnis di daerah tertentu. Waralaba ini adalah suatu
pengaturan perjanjian di mana seorang pemilik bisnis (franchisor) memperbolehkan pemilik bisnis lain (franchisee) memakai merk dagangannya, nama dagangnya, atau hak ciptanya dalam kondiri tertentu. Setiap waralaba menjalankan
operasi bisnisnya secara mandiri dan biasanya dimiliki oleh pengusaha perseorangan.
Jenis waralaba dapat diklasifikasikan sebagai distributor bisnis gaya rantai
atau pengaturan manufaktur sebagai berikut :
a. Distributor (Distributorship), yaitu seorang dealer boleh menjual produk yang
dihasilkan oleh sebuah manufaktur. Contohnya Ford dan Chrysler.
b. Bisnis Gaya Rantai (Chain-Style Business), yaitu sebuah perusahaan diperbolehkan menggunakan nama dagang dari satu perusahaan lain dengan
mengikuti petunjuk yang berhubungan dengan harga dan penjualan produk
tersebut. Contohnya McDonald.
c. Pengaturan Manufaktur (Manufacturing Arrangement), yaitu sebuah perusa98

haan diperbolehkan menghasilkan produk pemakai formula yang diberikan


oleh perusahaan lain. Contohnya Microshoft.
Keuntungan waralaba :
a. Gaya pengelolaan yang telah terbukti;
b. Nama yang telah dikenal;
c. Dukungan dana.
Adapun kelemahan/kerugiannya :
a. Berbagi keuntungan;
b. Pengendalian keuntungan.

99

BAB V
ORIENTASI PADA TINDAKAN DAN
PENGAMBILAN RESIKO

A. KARAKTER YANG BERORIENTASI PADA TINDAKAN


Salah satu ciri seorang pengusaha (wirausahawan) adalah pikirannya yang lebih
berorientasi pada tindakan (action) daripada sekedar mimpi, berpikir-pikir, atau
berwacana. Seorang wirausahawan selalu menghadapi resiko, ketidakpastian, dan
keterbatasan dalam setiap masalah yang dihadapi. Kalau ia hanya berkata-kata,
berpikir, dan tidak bertindak, maka setiap kesempatan akan berlalu bahkan bisa
berubah menjadi bencana atau kerugian.
Seorang wirausahawan harus memiliki orientasi PDCA (Plan, Do, Check, and
Action). Artinya ia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi dan taktik,
tetapi juga melaksanakannya. Secara spesifik seorang wirausahawan harus meng
hindari NATO (No Action Talk Only), NADO (No Action Dream Only), dan NACO (No
Action Concept Only). NATO hanya menghasilkan gosip, NADO hanya menghasilkan
visi tanpa tindakan, dan NACO hanya menghasilkan teori dan falsafah. Umumnya
yang berpikiran NACO adalah akademisi yang menggunakan logika formal. Cara
berpikirnya adalah :

ASUMSI

TUJUAN

HIPOTESIS/
TESTING

KUMPULAN DATA

TES DAN
KUMPULAN DATA

KEPUTUSAN

Sumber : Rhenald Kasali (2010:54).

100

Seorang konseptor atau teoritikus, bekerja dengan data dan jarang sekali
berada di lapangan. Sebaliknya seorang wirausahawan 90% dari waktunya berada
di lapangan bersama dengan karyawan, pemasok, relasi, dan pelanggannya. Karena
bekerja dengan data, maka supaya valid dan ilmiah, seorang konseptor terbiasa
menguji datanya, membangun model, dan melakukan validasi. Masalahnya jika
tidak menguasai keadaan dan informasi di lapangan, dia akan ragu tentang
keputusannya sehingga cenderung mengulangi lagi siklus tersebut pada bagan di
atas.

Akibatnya dia akan berputar-putar dan lebih berorientasi pada pikiran

daripada tindakan. Adapun seorang yang berorientasi pada tindakan akan memiliki
tingkat efektivitas yang tinggi.

B. SIKAP DAN TINDAKAN YANG PERLU DIMILIKI OLEH WIRAUSAHAWAN


Terdapat hubungan yang kuat antara resiko dengan wirausaha, artinya tidak ada
wirausahawan yang tidak menghadapi resiko. Karena itu usaha wajib dilakukan,
dan setelah berusaha maksimal, namun hasilnya adalah urusan Alloh SWT.
FirmanNya dalam Al-Quran, Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika
kaum itu sendiri tidak mengubahnya. Usaha yang kita lakukan terus-menerus serta
menghadapi berbagai resiko akan membawa kita pada pelajaran untuk mengerti
bagaimana cara mengubah hidup lebih baik. Jadi, masalah dan resiko bukan untuk
dijauhi atau dilupakan, namun keduanya harus jadi bahan kajian terus-menerus
sehingga akan membawa kita pada pembentukan diri yang mendekat pada
pengembangan karakter sebagai pemecah masalah dan pengendali resiko. Maka
tepat sekali pepatah ulama, man jadda wajada, siapa yang berusaha pasti akan
berhasil. Kalaupun belum atau tidak berhasil, tidak akan membuat putus asa, tetapi
bisa menggemleng kita untuk menjadi lebih kuat, dan pada akhirnya menemui
keberhasilan.
Stephen Covey (2004) mengemukakan bahwa manusia efektif adalah manusia
yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai adil (fairness), mengedepankan persamaan
(equity), memiliki integritas (integrity), jujur (honesty), martabat dan keseimbangan, mau melayani, sabar, tekun, peduli, keteguhan hati, dan senantiasa berpikir po101

sitif. Nilai-nilai tersebut di atas angat penting karena akan membuat manusia percaya diri, lebih ringan dalam bertindak. Orang yang tidak memiliki integritas, kurang
adil, dan tidak jujur cenderung tidak stabil emosinya sehingga hidupnya tidak
merasa damai. Ia bisa memiliki usaha tetapi sulit berkembang menjadi besar.
Covey pun mengemukakan bahwa karakter seseorang itu dibentuk oleh
kebiasaan (habit). Oleh karena itu kebiasaan yang harus dikembangkan oleh wirausahawan adalah kebiasaan-kebiasaan yang produktif. Secara spesifik terdapat
delapan kebiasaan :
1. Proaktif.
Seseorang yang efektif mengambil inisiatif untuk bertindak, bukan menunggu
atau berwacana. Orang-orang efektif ini proaktif, tidak membatasi diri pada
keterbatasan yang ada, tetapi menyadari bahwa mereka memiliki kebebasan
untuk menentukan karakter yang mereka miliki. Mereka umumnya tahu persis
bahwa mereka tidak sepenuhnya mampu mengendalikan situasi yang berkembang tetapi mampu menentukan pilihan yang terbaik dengan mantap. Sedangkan mereka yang menunggu adalah orang-orang yang tidak efektif, tidak berpepengetahuan cukup, peragu, dan sesungguhnya pengecut. Bertindak proaktif
artinya mengambil tindakan sebelum suatu kejadian yang tidak dikehendaki
muncul. Dengan kata lain orang-orang yang proaktif selalu mengantisipasi halhal yang akan terjadi dan cepat mengambil tindakan penyelamatan. Mengapa
mereka bisa bertindak cepat? Karena mereka sehari-hari berada di lapangan.
Mereka melatih intuisi dengan menangkap segala signal (sinyal) yang tampak di
alam semesta dan kenal betul dengan karakter dari masingf-masing sinyal
dimaksud.
Sebagai contoh, menjelang lebaran Idul Fitri, para pedagang tekstil sudah
melakukan stock barang lebih banyak dari biasanya untuk mengantisipasi
lonjakan permintaan. Demikian juga petani cabe sudah mempersiapkan tanam
cabe yang akan dipanen pada waktu menjelang lebaran, dst.
Perbedaan pengusaha yang proaktif dan yang hanya wacana dapat digambarkan sebagai berikut :
102

PROAKTIF

HANYA WACANA

Mengandalkan intuisi, berorientasi pada


tindakan.
Bergerak cepat.
Memperhatikan setiap signal perubahanperubahan kecil.
Tidak terpaku pada comport zone (zona
nyaman).

Terlalu terpaku pada resiko daripada


keuntungan.
Bergerak lambat.
Tidak memperhatikan perubahan-perubahan kecil.
Terpaku pada pemikiran daripada tindakan.

2. Bermula dari Ujung Pemikiran (Goal Oriented).


Wirausahawan yang berorientasi pada tindakan tidak hanya mengejar pencapaian tujuan, tetapi juga berburu tujuan yang benar. Rhenald Kasali (2010:58)
memberikan saran : Bayangkan, roh kita sedang menatap jasad kita yang dimasukkan liang kubur pada saat proses pemakaman. Bayangkan apa yang dikatakan para pelayat dengan jujur tentang kita. Apakah kita senang dengan apa yang
kita dengar? Apakah itu yang ingin kita ingat tentang kita?
Jika tidak, jelas kita harus mengubah semua tindakan kita saat ini. Kita harus
mengendalikan hidup kita. Ini dapat dilakukan dengan menuliskan kembali misi
pribadi hidup kita yang menggambarkan tujuan dan citra diri yang kita inginkan.
Menemukan misi pribadi jelas tidak mudah. Terkadang harus menemukannya
dari kejadian-kejadian memilukan yang membentuk kebajikan dan mendapatkan
filosofi hidup. Secara bertahap kebajikan dapat diperoleh melalui tahap-tahap
sebagai berikut :
Sumber : Rhenald Kasali (2010:58).

4) Kebajikan

Filosofi
3) Keilmuan (Validity/reality)

Pembelajaran
2) Pengalamanhidup

Sejarah
1) Penginderaan fisik

Anugerah

103

Berbicara goal oriented, artinya berbicara tujuan. Karena itu hidup harus
dengan kejelasan tujuan. Dan untuk dapat menjadi seseorang yang berorientasi
pada tujuan, menurut eHow (2009) dalam Rhenald Kasali (2010:62) yang perlu
dilakukan adalah :
a. Tetapkan tujuan akhir (misalnya hidup bahagia, sehat, terjamin secara ekonomi, dan sejahtera);
b. Tentukan langkah-langkah kecil untuk mencapai tujuan tersebut (misalnya,
menyelesaikan studi, bekerja selama lima tahun, lalu membuka usaha);
c. Perhatikan setiap kemajuan yang sudah dicapai (misalnya, melakukan
evaluasi, lalu berevolusi, pindah usaha, merekrut manajer, dan memperbaiki
proses produksi);
d. Ketika mencapai goal, rayakanlah bersama karyawan dan keluarga;
e.

Pikirkan tujuan-tujuan baru yang lebih menantang.

3. Mendahulukan Hal yang Utama.


Kebiasaan ini berkaitan dengan sikap yang mengedepankan prioritas. Seringkali
orang menghabiskan waktu untuk reaktif pada situasi darurat, bukan menginvestasikan waktu untuk mengembangkan kemampuan dan mencegah siatuasi
darurat itu. Mestinya orang bisa memahami perbedaan makna antara urgent
(mendesak) dengan important (penting). Urgent adalah situasi yang mendesak
sedangkan penting membutuhkan perhatian yang besar.
Untuk mengatasinya diperlukan waktu yang lebih banyak untuk bekerja
dengan perencanaan, mengembangkan hubungan, memanfaatkan peluangpeluang yang muncul dan me-recharge pengetahuan. Jangan lupa bahwa perencanaan merupakan bagian penting dari kewirausahaan dan suatu tindakan.
Seorang wirausahawan harus fokus pada hal-hal yang urgent dengan membuat
prioritas.

Yang perlu disadari, bahwa tidak semua hal dapat dikategorikan

urgent, demikian juga tidak semua masalah dapat diatasi. Maka seselaikan dulu
masalah tertentu yang bisa diselesaikan, dan yang lainnya mengikuti. Karena itu
kita wajib memilih mana masalah yang bisa diselesaikan lebih dahulu, dst.
Contoh dalam menentukan mana yang urgent dan mana yang penting de104

ngan time matrix berikut ini (WhiteDoveBooks, 2009).


Urgent

Penting

Tidak Begitu Urgent

* Deadline dari klien


* Menghadapi bencana-bencana
Seperti kebakaran

1
Tidak Begitu
Penting

* Aktivitas preventif
* Menjaring network
* Perencanaan
* Pengetahuan profesional

* Interupsi

* Aktivitas tidak produktif

* Cek e-mail
3
* Meeting yang tidak direncanakan

* Membaca buku tak berguna 4

Sumber : Rhenald Kasali (2010:63).

4. Berpikir dan Bertindak Menang/Menang (Win/Win).


Berwirausaha atau bisnis pada dasarnya sebagai upaya untuk memenangkan kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari orang akan berhadapan dengan persaingan, karena itu perlu kerjasama dengan para pendukung. Siapakah mereka?
Bisa keluarga, karyawan, investor, pemasok, bank, penyalur produk/jasa, para
pembeli/franchise, konsumen, nasabah/klien, atau para pelanggan.
Dalam berhubungan dengan rekan-rekan bisnis itu akan terjadi beberapa
alternatif solusi, yaitu win-win, win-lose, lose-win, lose-lose. Yang baik tentu
yang win-win (menang-menang), artinya semua pihak mencapai kondisi akhir
yang baik. Menang sendiri dapat bersifat destruktif karena hanya menghasilkan
pihak yang kalah dan akhirnya akan memunculkan perasaan bermusuhan dan
buruk lainnya, seperti merasa dikalahkan, dirugikan, diperlakukan kurang/tidak
adil, dsb. Pola berpikir win-win akan membantu menciptakan kerjasama dan
kesuksesan bersama. Simak ilustrasi dari John Maxwell berikut ini :
Jika saya :
Menang (untung), kamu kalah (rugi), maka saya hanya menang sekali;
Kalah (rugi), kamu menang (untung), maka kamu hanya bisa menang sekali;
Kalah dan kamu juga kalah, maka buat apa kita teruskan kerja sama ini;
Menang dan kamu juga menang, maka kita akan berjalan beriringan, saling
memperbaiki, kekal abadi.
105

5. Cari Tahu Dulu untuk Memahami, Baru Dipahami.


Untuk dapat mengembangkan hubungan win-win, seseorang harus dapat mengetahui keinginan pihak lain (rekan usaha) dan apa makna menang bagi mereka. Kita harus memahami yang menjadi kebutuan dan kainginan orang lain
sebelum mengutarakan tujuan pribadi kita. Jadi seorang wirausahawan harus
memiliki keterbukaan (open mind) untuk mendengarkan dan tidak menolak,
berargumentasi, atau melawan atas apa yang mereka dengar dari pihak lain.
Perlu dikembangkan kebiasaan mendengarkan dengan saksama dan memikirkannya. Ada usaha untuk menempatkan diri kita pada posisi orang lain.
Contoh : Anda seorang wirausahawan katering, suatu ketika mendapat
masalah karena sesuatu hal tidak dapat memasok makanan pada waktu yang
disepakati. Di lain pihak klien (pemesan) sangat membutuhkannya. Anda perlu
mendengarkan keluhan klien anda, dan setelah itu carilah jalan untuk menyelesaikannya, misalnya mencari rekan usaha katering lain yang bisa membantu
memasok makanan kendati anda harus menombok. Anda merugi sesaat, tetapi
anda akan tetap menjadi mitra usaha yang baik dalam jangka panjang karena
tidak kehilangan kepercayaan dari pelanggan rutin.

Dengan memberikan

prioritas pertama pada klien yang terdesak tersebut, masalah dapat diselesaikan.
Klien anda merasa dipahami dan dihargai sehingga mereka akan membalas
dengan hubungan yang lebih baik.
6. Sinergi.
Sinergi adalah suatu total yang lebih besar dari penjumlahan elemen-elemen
tunggalnya. Misalnya ada dua pihak A dan B. Jika masing-masing bekerja
sendiri-sendiri, masing-masing hanya akan menghasilkan dua buah, dan kalau
dijumlahkan A + B = 4. Dengan sinergi antara A dan B, maka 2 + 2 > 4. Inilah
yang disebut sinergi. Lawan sinergi adalah disergi, artinya A + B < 4.
Sinergi yang efektif sangat bergantung pada komunikasi. Seringkali seseorang tidak mau dan tidak mampu mendengarkan lawan-lawannya (to listen) dan
merespons. Seringkali yang terjadi sekedar mendengar (to hear) dan bereaksi
secara refleks. Reaksi yang ditunjukkannya reaksi defensif, mutung, atau pasif.
106

Juga bertindak melawan atau menghindari. Mestinya bersikap kooperatif (kerjasama), karena kooperatif dan komuniksasi adalah dua kaki dari hubungan yang
bersinergi.
Seringkali pemula dalam memulai usahanya terlalu memikirkan resiko.
Karenanya banyak pemula yang tidak berani berusaha sendirian, melainkan
mencari mitra usaha. Dalam memilih mitra ini perlu dipikirkan sinergi apa yang
akan tercipta dari hubunag kemitraan (partnership) tersebut. Banyak yang ingin
memiliki usaha tetapi lebih senang menjadi mitra pasif, tidak mau mengerti
betapa bisnis memerlukan kesabaran, ketekunan, serta kerja keras dan cerdas
karena menghadapi resiko rugi. Yang mereka bayangkan hanyalah keuntungan
belaka, sedangkan resiko rugi tak terbayangkannya karena tak pernah berada di
lapangan. Itulah disergi, bukan sinergi.
Demikianlah, maka dalam mencari mitra atau rekan usaha harus yang bisa
saling melengkapi, yang bisa bersinergi dan berorientasi pada tindakan.
7. Menajamkan Ketahanan, Fleksibilitas, dan Kekuatan.
Kebiasaan ini berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
melatih ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatannya. Upaya yang dapat dilakukan
adalah memberi konsumsi pada jiwa melalui kegiatan-kegiatan spiritual, hidup
yang seimbang, kontemplasi (perenungan) atau meditasi, dan bisa juga dengan
membaca buku-buku self help (menolong diri sendiri/motivasi) yang membangkitkan semangat atau mendengarkan musik dengan kata-kata yang menggairahkan.
Keseimbangan mental dapat mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti
kebiasaan menonton televisi berlebihan atau bermalas-malasan. Hal ini berkaitan dengan latihan mengembangkan hati, koneksi emosi, dan keterkaitan
dengan orang lain.
Jangan pernah takut salah selama kesalahan-kesalahan itu masih kesalahan
kecil. Kesalahan itu adalah kesalahan cerdas yang mengantarkan pada pembelajaran. Ingatlah ketika orang menciptakan pensil, dibuat juga penghapusnya. Its
okay to make a mistake. Jika orang tidak pernah melakukan kesalahan, maka tak
107

pernah belajar dan tidak pernah melakukan action apa pun sehingga tidak akan
bisa menajamkan ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatannya.
Contoh kasus : Bo Peabudy (2002), seorang wirausahawan bidang internet
yang membangun tripod.com, menerapkan latihan blind faith dalam usahanya.
Blind faith adalah memberikan pengabdian tak terhingga baik waktu maupun
energi, karena dia seorang believer. Kendati mendapat serangkaian penolakan,
Bo tetap percaya bahwa usahanya kelak akan berhasil dan diterima. Dia belajar
menerima kata-kata penolakan dan menghadapinya dengan kapala dingin
sehingga penolakan berubah jadi penerimaan. Dengan tetap konsisten memberikan penawaran yang menarik bagi calon investor atau sponsor, dia tekun
meyakinkan bahwa investasi mereka dapat membuahkan hasil.

8. Menemukan Keunikan Pribadi dan Membantu Orang Lain Menemukannya.


Kebiasaan ke delapan berhubungan dengan perubahan perilaku efektif menjadi
luar biasa. Untuk itu seseorang harus memulai dengan menemukan keunikan
dirinya. Menemukan keunikan berarti mengenal potensi yang dimiliki yang
tersebar pada empat elemen utama, yaitu pikiran (mind), tubuh (body), hati
(hart), dan jiwa (psyche). Jika pikiran terus dikembangkan dan visi yang hebat
dapat dirumuskan, maka dapat memampukan seseorang untuk mengembangkan
potensi terbesar seseorang, lembaga, atau perusahaan. Itulah lentera jiwa.
Bo Peabudy memanfaatkan orang-orang sociopath, yaitu orang-orang yang
mengakui keunikannya dan berbeda dari rata-rata orang biasa. Orang-orang
biasa tidak menginginkan pekerjaan yang belum jelas, hanya ingin pekerjaan
biasa saja. Bo mendekati mereka dan menyadarkan mereka bahwa mereka
sebenarnya mempunyai kapasitas yang diinginkan olehnya dan dibutuhkannya
sebagai karyawan.

C. PENGAMBILAN RESIKO
Biasanya kalau orang sudah melihat potensi keuntungan, konon sulit membayangkan resikonya, bahkan konsep resiko tidak dikenalnya. Padahal resiko paling tidak
108

perlu diminimalisasi untuk menghindari kerugian besar.


Dalam dunia bisnis konsep resiko selalu dikaitkan dengan suatu ketidakpastian
pada masa yang akan datang. Karenanya resiko dapat didefinisikan adanya konsekuensi sebagai dampak dari adanya ketidakpastian yang memunculkan suatu
kerugian bagi pelaku usaha. Sebaliknya konsekuensi yang menguntungkan tidak
dianggap sebagai resiko bahkan merupakan hal yang diharapkan.
Resiko selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Intensitas resiko pun akan
semakin meningkat dalam kegiatan bisnis. Dengan demikian wajar jika ingin mendapat keuntungan yang besar maka akan berhadapan dengan resiko yang besar
pula (high risk, high return).
Di bawah ini dikemukakan motivasi mengambil resiko dan jenis-jenis resiko
dalam bisnis.
1. Motivasi Mengambil Resiko.
Seseorang mengambil resiko bisa jadi didasari oleh keinginan mendapat keuntungan atau tingkat pengembalian sepadan dengan pengorbanan yang telah dikeluarkannya.

Ketika seseorang melakukan kegiatan yang beresiko karena

menghendaki keuntungan, biasanya ia mampu mengkalkulasi besarnya resiko.


Atas dasar kalkulasi tersebut ia akan menetapkan target keuntungan yang
diinginkannya. Contohnya, seseorang memiliki uang yang akan diinvestasikan. Ia
dapat memilih menyimpanannya (menabung, deposito) di bank yang hanya
memberi bunga 5% dan pasti akan didapatkannya setiap bulan, atau digolangkan
dalam bisnis kuliner dengan potensi keuntungan 300%. Namun dengan potensi
keuntungan yang besar itu, juga memiliki resiko ketidakpastian, yaitu rugi besar
pula.
Ada lagi seseorang mengambil resiko itu karena kepepet. Ia terpaksa mengambil resiko karena kondisi yang menyertainya. Dalam hal ini biasanya seseorang tidak lagi terlalu menghiraukan resiko-resiko yang dihadapi, dan kalau pun
memahami ia tidak punya cukup waktu untuk mengkalkulasi besarnya resikoresiko tersebut.

109

2. Jenis-jenis Resiko dalam Bisnis.


Sebagai pemula dalam bisnis (berwirausaha), seseorang perlu mengenal beberapa resiko yang sering dijumpai, khususnya sart-up business, yaitu :
a. Resiko Murni, yaitu yang muncul sebagai akibat dari suatu situasi atau keputusan yang konsekuensinya kerugian, di antaranya :
1) Hilang/rusaknya aset yang dimiliki yang diakibatkan misalnya kebakaran,
pencurian, penggelapan, dsb.
2) Kecelakaan kerja pada proses produksi;
3) Akibat adanya tuntutan hukum pihak lain, misalnya keracunan dari makanan yang dijual, tuntuan konsumen akibat kelalaian penulan, dsb.
4) Akibat operasional lainnya;
5) Force majeure karena bencana alam : Banjir, longsor, gempa, angin topan,
kekeringan, dsb.
b. Resiko Spekulatif, yaitu yang muncul akibat situasi atau keputusan yang
konsekuensinya bisa keuntungan atau kerugian. Contohnya :
1) Perubahan Harga : Harga pasar suatu produk, jasa atau komoditas dapat
berubah-ubah. Ini bisa naik atau turun (fluktuatif atau ups and down).
Terkait dengan perubahan harga input, jika harga input naik, maka perusahaan dapat mengalami kerugian penurunan margin keuntungan.
Sebaliknya jika harga input turun, maka perusahaan dapat mengalami
keuntungan yaitu berupa kenaikan margin keuntungan.

Terkait harga

output, jika harga output naik, maka perusahaan dapat mengalami keuntungan karena naiknya margin keuntungan, dan sebaliknya jika harga
output turun, maka perusahaan akan mengalami kerugian berupa penurunan margin keuntungan.
2) Resiko Kredit, yaitu resiko yang muncul dari transaksi kredit, seperti utang
dagang. Jika pihak yang kita berikan kredit mengalami gagal bayar, maka
kita akan mengalami kerugian.
Dalam pada itu bentuk-bentuk kerugian akibat adanya resiko dalam bisnis
ada dua jenis, yaitu :

110

1) Kerugian langsung, yaitu jumlah nominal yang harus ditanggung akibat


dampak langsung dari resiko yang dapat terjadi.

Contohnya, terjadi

korsleting listrik pada toko yang digunakan untuk usaha sehingga terjadi
kebakaran. Dari resiko kebakaran tersebut terindentifikasi jumlah kerugian
langsung adalah nilai barang dagangan yang rusak/hangus dan nilai
bangunan tokonya.
2) Kerugian tidak langsung, yaitu nominal yang harus ditanggung akibat
dampak tidak langsung dari suatu kejadian. Contohnya, kemungkinan atau
penjualan keuntungan yang gagal diterima akibat terjadinya resiko
munculnya biaya operasional tambahan, kesempatan investasi yang hilang,
dan macam-macam kerugian lainnya.
3. Pengelolaan (Manajemen) Resiko.
Manajemen resiko terdiri dari dua suku kata, yaitu manajemen dan resiko. Manajemen asal katanya to manage, yang berati mengatur atau menata, sedangkan
resiko (risk) adalah konsekuensi, yaitu akibat dari suatu sebab. Menurut Sukmadi
(2014:177), manajemen resiko di sini merupakan suatu manajemen fungsional
melalui POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling) dan bersifat umum
bertugas mengidentifikasi, menilai, dan menunjukkan penyebab serta dampak
yang timbul dari ketidakpastian dan resiko dalam suatu organisasi.
Aktivitas manajemen resiko biasanya dipimpin oleh seorang manajer resiko,
akan tetapi sebenarnya semua pihak dalam organisasi termasuk karyawan dan
dunia usaha mempunyai tanggung jawab dan kepentingan yang sama terhadap
pengelolaan resiko. Terdapat enam aktivitas manajemen resiko, yaitu :
a. Membantu organisasi dalam identifikasi rsiko;
b. Mengimplementasikan program-program pengendalian dan pencegahan
kerugian;
c. Menyelenggarakan diklat penanganan resiko;
d. Menjamin pemenuhan standar-standar keamanan;
e. Mengatur kerjasama penjaminan resiko dan klaim;
f. Merancang dan mengkoordinasikan program kesejahteraan karyawan.
111

Manajer resiko harus mampu membuat dan menjalankan program-program


manajemen resiko agar resiko yang timbul tidak menghalangi/menghambat
aktivitas perusahaan. Penaksiran terhadap resiko atau ketidakpastian meliputi
identifikasi resiko, analisis resiko, pengukuran resiko, pengendalian resiko,
penilaian resiko terhadap biaya dan administrasi pelaksanaan program.
Program-program ini akan dapat melindungi keefektifan operasional perusahaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh manajer resiko antara lain :
a. Resiko apa saja yang mungkin akan dihadapi?
b. Bagaimana dampak resiko terhadap kehidupan bisnisnya?
c. Resiko mana saja yang mampu ditangani sendiri dan resiko yang dapat
diupindahtangankan (take over) oleh pihak asuransi?
d. Metode apa yang cocok dan efisien untuk melakukan tindakan?
Daerah tanggung jawab manajer resiko (full time) yang dikemukakan oleh
William dan Heins (Sukmadi, 2014:170) dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Daerah Tanggung Jawab Manajer Resiko
Menentukan resiko dan evaluasi (mengidentifikasi exposure potensi kerugian dan
ukuran kerugian).
Pembelajaran resiko (menentukan tingkat asuransi yang dapat dikurangi atau
deductible dan batas polis, apakah untuk mengasuransikan atau menanggungnya
dan menampatkan perlindungan asuransi).
Rekayasa atau engineering pencegahan kerugian (merancang sistem mekanik dan
prosedur-prosedur untuk mencegah atau meminimalkan kerugian atas kekayaan
dari musibah seperti api, badai, peledakan, dsb.).
Keamanan (administrasi keamanan personalia dan penyekatan prosedur security
untuk mencegah dan meminimalkan kerugian harta yang disebabkan oleh perilaku
yang berasal dari manusia seperti kejahatan, pencurian, perusakan, huru-hara,
dsb.).
Administrasi keselamatan (merancang dan mengadministrasikan sistem dan
prosedur untuk mencegah atau meminimalkan kerugian yang disebabkan cidera dan
penyakit termasuk kelangkapan alat keselamatan yang memenuhi aturan
pemerintah).
Administrasi penanganan klaim (mengurus klaim dengan pihak asuransi atau
administrasi klaim asuransi sendiri).
Rancangan jaminan hari tua dan administrasinya.
Administrasi unit program manajemen resiko.
Akuntansi asuransi (lokasi premi, statistik kerugian, fungsi pembukuan lainnya).
Unit anggaran.
Unit manajemen personalia (jika lebih dari dua unit).
Sumber : Sukmadi (2014:179-180).

112

Lebih rinci untuk pengelolaan resiko, dapat dilakukan dengan menggunakan


prinsip pareto dari berbagai potensi resiko yang berhasil diidentifikasi. Caranya
dengan membuat urutan resiko-resiko yang potensial terjadi berdasarkan
prediksi kerugian yang didapat, dari yang paling tinggi sampai yang paling
rendah. Selanjutnya dilakukan prioritas dalam pengelolaan resiko yang memiliki
kerugian paling besar dari bisnis yang dilakukan. Dari setiap tipe resiko yang
masuk dalam prioritas dimaksud, selanjutnya dapat digunakan empat strategi
pengelolaan resiko (Rhenald Kasali, 2010:79), yaitu :
a. Dikontrol (Risk Control) : Upaya-upaya yang dilakukan agar probabilitas terjadinya resiko yang kita identifikasi menjadi kurang. Hal ini juga dimaksudkan
untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi.

Yang mesti dilakukan

adalah membuat dan mengimplementasikan SOP yang baik, melakukan


kontrol terus-menerus terhadap kualitas produk dan proses, melengkapi area
produksi dengan alat-alat keselamatan kerja, termasuk mengintroduksi budaya sadar resiko kepada semua karyawan;
b. Ditransfer kepada Pihak Lain (Risk Transfer) : Upaya-upaya yang dilakukan dengan memindahkan resiko yang dihadapi terhadap pihak lain.

Ini dapat

dilakukan misalnya dengan memindahkan resiko terjadinya kebakaran toko


kepada perusahaan asuransi. Sedangkan untuk memindahkan resiko meningkatnya beban biaya tetap karyawan, dapat dilakukan dengan kontrak
outsourcing. Demikian juga untuk memindahkan resiko tingginya modal kerja
kepada konsumen dapat dilakukan dengan meminta pembayaran di awal,
atau memindahkan resiko tingginya biaya persediaan ke tangan supplier;
c. Dibiayai Sendiri (Risk Retention) : Upaya-upaya mendanai dampak yang
ditimbulkan oleh resiko. Dalam hal ini terdapat dua cara, pertama, dengan
menyiapkan dana cadangan (allowance) khusus untuk mendanai resiko, dan
kedua, tanpa menyiapkan dana cadangan. Penyiapan dana cadangan tentu
akan membuat modal kerja meningkat, tetapi jika tanpa dana cadangan akan
menimbulkan resiko baru, yaitu terganggunya kegiatan bisnis yang telah
direncanakan sebelumnya. Contoh, ada resiko kebakaran dari toko yang

113

digunakan. Jika kebijakan pengelolaan resiko tanpa ada dana cadangan, bisa
jadi dana yang seharusnya untuk ekspansi usaha, akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko, sehingga ekspansi gagal dilakukan;
d. Dihindari (Risk Avoidance) : Tindakan secara sadar untuk menghindari resiko
yang dihadapi. Contohnya, jika selama satu minggu ke depan diprediksi bakal
hujan lebat, maka jika usaha yang dilakukan adalah bisnis restoran, disarankan
untuk menghindari penjualan bermacam-macam minuman dingin/aneka es.
Hal ini dilakukan karena kemungkinan prosuk-produk itu tidak akan laku.
Namun yang perlu diingat, jika terlalu sering menghindari resiko, maka bisa
berdampak lambatnya pengembangan usaha karena bisa jadi ada banyak
kesempatan/peluang yang terlewatkan.
4. Tips Praktis Mengelola Resiko.
Rhenald Kasali (2010:80) memberikan tips praktis yang dapat dilakukan oleh wirausahawan dalam mengelola resiko yang mungkin terjadi.
a. Pahamilah bahwa resiko yang dihadapi bukanlah penghambat bagi seseorang
pengusaha untuk maju. Resiko justru harus diambil sebagai konsekuensi karena menginginkan sesuatu yang lebih baik (keberhasilan). Merupakan hukum
alam, semakin tinggi hasil yang kita inginkan, maka semakin besar resiko yang
harus dihadapi dan dikelola;
b. Jangan panik. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi
resiko apa yang berpotensi muncul. Mulailah mengidentifikasi resiko di lingkungan sekitar kita. Identifikasi pula hubungan dengan para pemasok, pelanggan, maupun dengan pesaing (competitor). Jangan lupa, harus saling mengidentifikasi resiko yang muncul dari proses internal bisnis kita;
c. Dari resiko-resiko yang telah teridentifikasi, catat seberapa sering resiko itu
muncul;
d. Tentukan seberapa besar potensi dampak yang mungkin terjadi dari resiko
yang telah teridentifikasi;
e. Siapkan langkah-langkah mitigation resiko hanya pada resiko yang dominan/
prioritas. Hal ini dilakukan mengingat banyak hal harus dilakukan dalam
114

bisnis. Terlalu fokus pada resiko-resiko yang kurang prioritas akan menghabiskan waktu atau bahkan membuat kita ragu-ragu dan takut melanjutkan binis.
f. Untuk melakukan mitigation resiko, pastikan menggunakan pendekatan manfaat biaya. Hitung dengan benar biaya yang harus dikeluarkan untuk mengelola resiko, dan pastikan manfaat yang kita peroleh dari pengelolaan resiko
tersebut lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
5. Hubungan Manajemen Resiko dengan Beberapa Fungsi Lain dalam Perusahaan.
Manajemen resiko mempunyai keterkaitan yang erat dengan berbagai fungsi
perusahaan lainnya, yaitu fungsi-fungsi marketing (pemasaran), keuangan,
produksi, personalia, enggineering, dan maintenance. Bahkan dengan keluarga
dan masyarakat.
a. Hubungan dengan Fungsi Pemasaran ( Marketing Function).
Resiko yang bisa timbul dari kegiatan pemasaran adalah resiko tanggung gugat, misalnya tuntutan dari pihak luar atas ketidaksesuaian penggunaan
packaging sebagaimana yang telah disepakati. Ini terjadi akibat kelalaian
perusahaan dengan tidak memberi tahu konsumen sehingga produk tidak
sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Untuk menghindari masalah ini maka
manajer pemasaran perlu berkoordinasi dengan manajer resiko sebelum
menyepakati suatu perjanjian.
b. Hubungan dengan Fungsi Keuangan (Financial Function).
Secara organisatoris biasanya manajer resiko berada di bawah manajer atau
bagian keuangan yang banyak memberikan pengaruh terhadap manajemen
resiko. Hubungan yang erat antara manajer/bagian keuangan dengan manajer
resiko dimaksud terutama dalam kegiatan menganalisis pengaruh hubungan
aliran kas/uang (cah flow), pergantian peralatan, (replacement) dari beberapa
keputusan investasi.
c. Hubungan dengan Fungsi Produksi (Production Function).
Resiko seringkali muncul dalam proses produksi terutama dalam aktivitas
mendesain dan membuat produk ataupun memberikan service/pelayanan
115

yang sering sekali para karyawan diekspose sehingga mengalami kelelahan


kerja.

Demikian juga dengan produk atau jasa yang dijual kemungkinan

menimbulkan kerusakan atau kecelakaan. Oleh sebab itu perusahaan harus


selalu siap menghadapi tuntutan hukum dari pihak ketiga.

Pada proses

produksi pun kemungkinan timbul berbagai bahaya, sehingga diperlukan


pengawasan dan evaluasi dari mulai desain, operasional, pengujian mutu
bahan, dan hasil akhir produk.
d. Hubungan dengan Bagian Personalia (SDM).
Bagian personalia atau SDM adalah unit yang bertanggung jawab pada
masalah ketenagakerjaan (karyawan). Dalam banyak hal bagian personalia
mempunyai tanggung jawab terutama yang menyangkut keselamatan (safety)
dan kesehatan (hygiene) industri.
e. Hubungan dengan Bagian Engineering dan Maintenance.
Bagian teknik (engineering) dan pemeliharaan (maintenance) bertanggung jawab melaksanakan fungsi perawatan gedung, pabrik, dan peralatan, ataupun
pekerjaan desain pabrik, atau yang berhubungan dengan sesuatu yang sangat
vital untuk dapat mencegah, mengurangi frekuensi, dan keparahan kerugian.
f. Hubungan Manajemen Resiko Terhadap Perusahaan, Keluarga, dan Masyarakat.
Hubungan manajemen resiko terhadap perusahaan antara lain :
1) Dapat mencegah kegagalan usaha perusahaan.
2) Dapat menunjang peningkatan laba secara langsung dengan jalan mengurangi pengeluaran untuk mencegah atau mengurangi resiko kerugian.
3) Secara tidak langsung manajemen resiko terpercaya seperti :
a) Memberikan keterangan dan sikap percaya diri para manajer perusahaan;
b) Meningkatkan kualitas keputusan yang diambil;
c) Penanganan resiko spekulatif lebih efisien;
d) Mengurangi fluktuasi laba tahunan dan aliran kas;
e) Dapat mendukung kontinyuitas perusahaan.

116

4) Dapat berkontribusi terhadap perlindungan resiko murni yang merupakan


harta nonmaterial bagi perusahaan.
5) Dapat membantu meningkatkan public image.
Hubungan manajemen resiko terhadap keluarga antara lain :
1) Keluarga dapat terhindar dari musibah.
2) Keluarga dapat melakukan efisiensi yaitu dengan menekan pengeluaran
yang kurang bermanfaat.
3) Keluarga mendapat perlindungan dari kematian atau sakit.
Sedangkan hubungan manajemen resiko terhadap masyarakat adalah memberikan suatu faedah dalam hal semakin efisiennya menangani perusahaan
serta keluarga sehingga mengurangi beban masyarakat (social cost).
6. Manfaat Manajemen Resiko.
Dengan diterapkannya manajemen resiko di suatu perusahaan, ada beberapa
manfaat yang akan diperoleh. Manurut Irham Fahmi (2014:220) manfaat dimaksud adalah :
a. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam pengambilan setiap
keputusan, sehingga para manajer lebih berhati-hati (prudent) dan selalu
menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan;
b. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruhpengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek maupun jangka
panjang;
c. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari resiko dan pengaruh terjadinya kerugian khususnya dari segi finansial;
d. Memungkinkan perusahaan memperoleh resiko kerugian yang minimum;
e. Dengan adanya konsep manajemen resiko (risk management concept) yang
dirancang secara detail, berarti perusahaan telah membangun arah dan
mekanisme secara sustainable (berkelanjutan).

117

BAB VI
ASPEK-ASPEK PENTING KEWIRAUSAHAAN

A. ASPEK KEUANGAN
1. Masalah dalam Pencarian Dana
Yang utama dihadapi wirausahawan adalah dana atau modal, karena betapa
sulitnya memperoleh pasokan modal sebagai dukungan dalam memulai usaha.
Hal ini karena sebagian besar pemodal profesional hanya mau nenanamkan
dananya sekitar 1% - 2% dari usulan yang diajukan. Masalah-masalah ini tidak
terlepas kaitannya dengan kinerja atau konsep perusahaan yang meragukan,
kegagalan perusahaan untuk tindak lanjut usaha, kurangnya pengalaman dan
ketajaman bisnis preferensi dan pemodal, serta kurangnya hubungan dengan
sumber-sumber modal.
a. Kinerja atau Konsep Perusahaan yang Meragukan.
Dua unsur yang tidak menarik perhatian pemodal adalah resiko bisnis yang
terlalu tinggi serta rendahnya tingkat keuntungan dan pengembalian modal
yang ditanam, yaitu :
1) Resiko bagi penanam modal adalah kehilangan dana tanpa mendapatkan
tingkat pengembalian yang diharapkan. Faktor-faktornya bisa :
- Kurangnya produk yang layak dan kompetitif;
- Kesulitan memonitor investasi;
- Perusahaan baru berdiri sehingga kurang pengalaman;
- Manajemen yang belum teruji baik individual maupun tim;
- Kemampuan produksi dan tingkat pengeluaran yang tidak diketahui.
2) Laba dan tingkat pengembailan investasi yang rendah. Laba dalam jumlah
pasti (absolut) ini penting bahkan wajib. Suatu perusahaan yang mempunyai margin keuntungan rendah biasanya akan kesulitan menarik
investor. Misalnya perusahaan dengan volume penjualan rendah sesudah
periode operasi yang panjang memiliki potensi pertumbuhan rendah, atau
proyeksi yang tidak realistis akan mendapat kesulitan dalam mengembali118

kan investasi.
b. Kegagalan Perusahaan dalam Tindak Lanjut Usaha.
Kegagalan dalam menindaklanjuti usaha adalah alasan untuk mendapatkan
modal. Hal ini pada umumnya karena perusahaan pada kontak awal dengan
pemodal tanpa mempersiapkan memorandum penempatan pribadi. Perusahaan melakukan pendekatan secara mendadak, sehingga menimbulkan kesan
negatif bagi manajemen perusahaan, dan justru memperlihatkan manajemen
kurang mampu menggunakan modal atau melakukan ekspansi modal secara
efisien.
c. Kurangnya Pengalaman dan Ketajaman Bisnis.
Pemodal selalu berpendapat bahwa investasi itu dilakukan pada manusia
bukan perusahaan atau konsep. Karena itu faktor kepercayaan pribadi sangat
penting. Manajemen yang lemah menjadi faktor utama berikutnya dalam
perhitungan laba yang rendah dan resiko yang tinggi. Kinerja perolehan laba
dapat ditelaah sedangkan kualitas manajemen hanya dapat diperkirakan/
diduga yang kadang bersifat subyektif. Seorang investor hanya ingin berhubungan dengan keberhasilan individu dari tim manajemen. Kurangnya
kepercayaan investor bisa jadi karena keterampilan manajemen yang tidak
gigih dalam pengembangan usaha, tidak mampu bergulat, tidak jujur, akuntabilitas lemah, serta usaha yang tidak reaslistis.
d. Preferensi dari Pemodal.
Tidak semua kesulitan dan kegagalan berasal dari proyek atau manajemen
pengelola, termasuk kelemahan usulan bisnis, akan tetapi bisa juga dari pihak
pemodal sehingga menyebabkan gagalnya tercapainya kesepakatan. Menurut
Sukmadi (2014:113), masalah dimaksud antara lain :
1) Kesepakatan yang disetujui terlalu kecil. Padahal investasi besar dan kecil
membutuhkan penelitian usulan yang sama besarnya. Terbatasnya hasil
investasi kecil menyebabkan investasi tersebut dianggap terlalu kecil untuk
dipertimbangkan lebih lanjut.
2) Penggunaan dana investasi dipertanyakan oleh investor. Misalnya, sejum-

119

lah besar dana investasi digunakan untuk membuat iklan yang belum teruji.
3) Kelompok pemodal tidak menyukai bidang investasi. Perusahaan mungkin
beroperasi pada industri yang berfluktuasi, atau perusahaan bergantung
pada tawaran kompetitif.
4) Terlalu banyak masalah yang perlu dipecahkan seseorang sebelum investasi yang tidak sebanding dengan usaha yang disepakati.
5) Kurangnya hubungan dengan sumber pemodal.
Di samping itu banyak pemodal yang menempati kantor yang tidak berpapan nama, nomor telepon, dan tertutup dari publisitas, sehingga mempersulit wirausahawan menemukannya untuk mengajak kerjasama bagi usaha
barunya. Biasanya wirausahawan pun akan mendekati bankir, notaris, atau
akuntan yang membantu mendapatkan orang/pihak yang berkenan memberi
modal untuk usaha barunya itu.
2. Sumber Dana.
Dalam mencari sumber dana untuk modal kerja/usaha, banyak cara yang dapat
dilakukan. Modal ini harus dipergunakan sebagai investasi awal untuk membuka
usaha, dengan syarat penggunaannya efektif dan efisien. Sumber dana dimaksud bisa :
a. Bank.
Sebagai lembaga keuangan, bank bertugas menghimpun dana masyarakat
(funding) untuk kemudian menyalurkannya (lending) dalam bentuk pemberian
pinjaman bagi dunia usaha. Karena itu setiap warga masyarakat yang ingin
mendapat pinjaman bank harus memiliki usaha yang prospektif, baik, dan
menguntungkan.

Langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat/

mengajukan proposal yang meyakinkan pihak bank bahwa usaha yang akan
dilakukannya itu benar-benar bagus dan prospektif.
Tentu bagi wirausahawan pemula hal ini akan menyulitkan terutama
karena pihak bank tidak bisa begitu saja mempercayainya.

Lain halnya

dengan wirausahawan yang sudah berjalan lama dan memiliki prestasi yang
baik. Bagi wirausahawan lama ini untuk memperbesar dan mengembangkan
120

usahanya dengan mengajukan lagi pinjaman bank, prosenya akan mudah,


karena pihak bank sudah tahu sejarah usahanya, dan sudah bisa menghitung
kemampuan serta keuntungan nasabah dalam membayar pinjamannya. Pihak
bank pun tidak mau coba-coba (gambling) dalam pemberian modal usaha.
Bank konvensional akan menetapkan bunga umum sesuai dengan situasi
kondisi ekonomi yang berlaku.

Saat ini kondisi keberuntungan berpihak

kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), karena UMKM sedang
menjadi primadona usaha bisnis yang dimanjakan oleh pemerintah. Hal ini
dimungkinkan karena pemerintah menganggap :
1) UMKM disinyalir menjadi fondasi yang kuat bagi berjalannya sektor usaha
riil di Indonesia.
2) Berdasarkan hasil penelitian, pada waktu krisis UMKM merupakan salah
satu sektor yang mampu tetap bertahan.
b. Patungan (Sharing).
Kurangnya dana sebagai modal usaha dapat diatasi dengan cara patungan,
baik dengan orang tua, saudara, atau teman. Dengan patungan, maka kebutuhan atau tambahan dana untuk modal kerja/usaha terpenuhi sehingga
usaha bisnis bisa berjalan normal.
Patungan ini hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu yang jelas
dan dituangkan dalam bentuk surat perjanjian yang menyangkut hak dan
kewajiban di antara penyerta modal, sehingga jika terjadi masalah dapat
diselesaikan sesuai dengan komitmen awal. Hal yang sering muncul jadi
masalah biasanya jika kemudian usaha semakin maju dan besar, karena kalau
sudah menyangkut uang adalah hal sensitif, sehingga potensi konfliknya
sangat mungkin terjadi. Di sini perlu dibangun kejujuran dan saling kepercayaan dan hilangkan rasa kecurigaan dan ketidakpercayaan kepada teman
usaha.
c. Pegadaian.
Perolehan dana dari pegadaian relatif cepat, tidak bertele-tele. Namun tentu
saja sesuai dengan namanya, harus dengan jaminan secara gadai. Barang

121

yang dijaminkan harus diserahkan dan ditahan di pegadaian hingga ditebus


kembali. Karena itu jenis dan jumlah barangnya pun harus nyata sehingga
bisa dinilai berapa besar pinjaman yang dapat diberikan pihak pegadaian.
d. Rentenir.
Rentenir adalah lembaga keuangan swasta yang bersifat perorangan. Lembaga keuangan ini sangat unik, karena :
1) Rentenir bisa memberi pinjaman dengan atau tanpa jaminan.
2) Dasarnya kepercayaan kepada peminjam atau tidak.
3) Kepercayaan itu bisa juga karena ada rekomendasi dari seseorang yang
dipercaya oleh rentenir, sehingga pemberi rekomendasi menjadi jaminan
bagi peminjam.
Umumnya bunga yang diberikan relatif sangat tinggi. Karena itu rencana
meminjam uang kepada rentenir harus benar-benar diperhitungkan dengan
prospek usaha yang akan dijalankan, karena dikhawatirkan malah nantinya
akan menimbulkan hutang menumpuk karena bunga berbunga yang akan
menggerogoti modal usaha. Konsekuensinya jika terpaksa harus meminjam
kepada rentenir, maka keberhasilan dan cucuran keringat akibat banting
tulang usaha harus diserahkan kepada rentenir/penyandang dana. Itu pun
hanya untuk membayar bunga yang melilit leher bukan mencicil pokok
hutangnya.
e. Leasing dan Koperasi.
Leasing adalah lembaga keuangan nonbank yang bisa juga memberikan
pinjaman modal. Demikian juga koperasi simpan pinjam.
f. Modal Sendiri.
Modal sendiri pada awal usaha atau seterusnya bisa dilakukan oleh wirausahawan. Bisa juga juga seterusnya dalam rangka pengembangan usaha
dengan cara meminjam seperti diuraikan terdahulu.

Tokoh yang sukses

dengan usaha modal sendiri adalah Jaya Suprana yang berhasil mengelola
usaha Jamu Jago sehingga tersohor di Indonesia. Prinsip usahanya adalah
ojo dumeh dengan pengertian jangan mumpung bisa pinjam, dan sebaiknya

122

tidak berhutang.
g. Sistem Bagi Hasil.
Dalam konsep Islam, bagi hasil ini dikenal dengan beberapa bentuk, yaitu
mudharobah, musyarakah, murabahah, atau qardhul hasan. Tentu saja sistem ini bergantung pada kesepakatan antara pemilik modal (shahibul maal)
dengan pengelola usaha (mudharib). Sistem bagi hasil itu tidak berdasarkan
prosentase bunga, melainkan keuntungan maupun kerugian dibagi di antara
penyerta modal dengan ketentuan yang disepakati bersama sebelumnya.
Sistem bagi hasil kini banyak pula dilakukan oleh perbankan dalam
pemberian pinjaman atau pun simpanan, dengan mendirikan unit tersendiri
yaitu bank syariah. Ini dilakukan oleh perbankan milik negara maupun swasta.
Cara bisnis model ini pun sekarang banyak diterapkan oleh Rumah Makan
Padang.

Caranya adalah seseorang yang mempunyai keahlian memasak

bertindak sebagai pengelola usaha, sementara partner bisnis bertindak


sebagai pemilik modal/penyandang dana. Mereka melakukan kesepakatan,
baik dalam pembagian keuntungan maupun kerugian. Kesepakatan sistem ini
sangat ditentukan oleh sikap amanah (dapat dipercaya) oleh kedua belah
pihak (pengelola dengan penyandang dana), akad disepakati, dan kejujuran.
Hal yang perlu dicatat, sistem bagi hasil dan diterapkan oleh perbankan
ternyata lebih tahan banting ketika dunia mengalami resesi. Konsep syariah
yang berasal dari ajaran Islam ini diakui oleh dunia kehandalannya, sehingga
di negara-negara nonmuslim pun sudah banyak yang menerapkannya, misalnya di Inggris, Jerman, Australia, Amerika Serikat, dll. Bukti bahwa Islam itu
Rahmatan lil alamin.
Umumnya pebisnis menganggap salah satu cara untuk menambah modal
usaha adalah dengan mencari sumber dari luar (eksternal), yang meliputi :
1) Pinjaman dari perbankan.
2) Penerbitan obligasi.
3) Pinjaman dari leasing.
4) Pinjaman dari para mitra bisnis.

123

5) Dari sumber-sumber lainnya.


Namun tentu saja setiap sumber pinjaman tersebut dianggap memiliki
konsekuensinya masing-masing atau biasa disebut resiko.

Bentuk resiko

dimaksud dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. (Irham Fahmi, 2014:29) :
Sumber-sumber Dana Eksternal dan Resiko yang Diterima
No.
1.

2.

3.

4.

SUMBER DANA
EKSTERNAL

RESIKO YANG DITERIMA

Jika pinjaman tidak mampu dilunasi pada


waktunya atau timbulnya kondisi risk default
(gagal bayar), maka agunan akan disita oleh bank.
Jika suku bunga obligasi tidak sanggup dibayar
secara tepat waktu dan itu semakin sering terjadi,
Penerbitan obligasi.
maka kemungkinan dilakukan pengalihan dari
pemegang obligasi menjadi pemegang saham
atau disebut dengan konversi.
Kebanyakan pinjaman ke leasing suku bunganya
lebih tinggi dari bank. Dan jika membeli mobil/
sepedamotor melalui leasing hingga berakibat
Pinjaman dari leasing.
tidak sanggup membayar cicilan kreditnya, maka
memungkinkan mobil/sepedamotornya disita
oleh leasing.
Pinjaman dari para mit- Jika cicilan pinjaman dibayar secara tidak tepat
ra bisnis.
waktu dan itu sring terjadi, maka memungkinkan
kredibilitas perusahaan akan turun di mata para
mitra bisnis, karena dianggap tidak mampu
menepati janji yang diucapkan.
Pinjaman dari perbankan.

Sumber : Irham Fahmi (2014:29).

3. Perencanaan Keuangan dan Penggunaan Dana.


Menurut Suryana (2013:197), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan
dalam merancang penggunaan dana, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Biaya awal;
b. Proyeksi/rancangan keuangan yang mencakup :
1) Pembukaan neraca harian.
2) Proyeksi/rancangan neraca pendapatan (income statements).
3) Proyeksi/rancangan neraca aliran kas (cash flow statements).
c. Analisis pulang pokok (break-event analysis). Biaya awal (start-up cost) adalah
biaya yang diperlukan ketika perusahaan akan berdiri. Biaya awal perusahaan
yang baru berdiri pada umumnya meliputi :

124

1) Biaya awal yang tidak terduga (unik).


2) Biaya administrasi (gaji karyawan dan peralatan kantor).
3) Biaya sewa bangunan (kalau sewa).
4) Biaya asuransi.
5) Biaya tambahan atau biaya secara umum.

B. ASPEK ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA


1. Organisasi Bisnis.
Organisasi adalah sistem saling pengaruh antarorang dalam kelompok yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. (Sutarto, 2006:40). Dari definisi
sederhana tersebut ditemukan adanya berbagai faktor yang dapat menimbulkan
organisasi, yaitu orang-orang, kerjasama, dan tujuan. Lebih lanjut jika dipelajari
dengan seksama, dapat disimpulkan bahwa organisasi itu dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai kumpulan orang, sebagai proses pembagian
kerja, dan sebagai sistem kerja. Demikianlah, organisasi harus meliputi unsurunsur himpunan orang-orang, kerjasama, dan pencapaian tujuan bersama.
Pengorganisasian adalah proses pembentukan kemanfaatan yang teratur untuk semua sumber daya dalam sistem manajemen. Kemanfaatan atau kegunaan
yang teratur itu menekankan pada pencapaian tujuan dalam sistem manajemen.
Jadi pengorganisasian ini sangat membantu wirausahawan dalam membuat dan
menetapkan tujuan, serta dalam menegaskan sumber daya yang akan digunakan
dalam mencapai tujuan dimaksud.
Organisasi itu dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai alat manajemen
dan sebagai fungsi. Sebagai alat manajemen, organisasi adalah wadah atau
tempat di mana manajemen berproses, karena itu bersifat statis, atau tetap tidak
bergerak, bergantung pada wadahnya. Sementara sebagai fungsi, organisasi
lebih dinamis, karena memberi keleluasaan kepada manajemen untuk bergerak
dalam batas-batas tertentu, misalnya keputusan pendelegasian kerja (decision of
work delegation).
Pada hakekatnya setiap sumber daya organisasional mewakili investasi. Da125

lam hal ini sistem manajemen mesti mendapatkan pengembaliannya (return).


Pengorganisasian yang sesuai dengan sumber daya itu akan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penggunaan.

Henri Fayol berhasil mengembangkan

enam belas garis pedoman umum yang dapat digunakan untuk mengorganisasikan sumber daya, dan ada beberapa di antaranya yang layak menjadi acuan bagi
para wirausahawan, yaitu (Sukmadi, 2014:130) :
a. Menyiapkan dan melaksanakan rencana operasional secara bijaksana;
b. Mengorganisasikan SDM (Sumber Daya Manusia) dan material fisik sehingga
konsisten dengan tujuan-tujuan sumber daya dan kebutuhan SDM dimaksud;
c. Menetapkan wewenang dan kompetensi, dan menuntun suatu struktur manajemen formal;
d. Mengkoordinasikan semua aktivitas dan usaha;
e. Merumuskan keputusan yang jelas dan tepat;
f. Menyusun seleksi yang efisien sehingga tiap-tiap bagian (departemen)
dipimpin oleh seorang manajer yang kompeten, energik, dan tiap-tiap karyawan ditempatkan pada tempat di mana ia dapat menyumbangkan tenaganya
secara maksimal (the right man on the right place);
g. Mendefinisikan tugas-tugas;
h. Mendorong inisiatif dan tanggung jawab;
i. Memberikan balas jasa yang adil dan sesuai bagi jasa yang diberikan;
j. Memfungsikan sanksi terhadap kesalahan dan keleiruan;
k. Mempertahankan disiplin;
l. Menjamin bahwa kepentingan individu konsisten dengan kepentingan umum
dari organisasi;
m. Mengakui adanya satu komando;
n. Mempromosikan koordinasi (SDM maupun materi fisik);
o. Melembagakan dan memberlakukan pengawasan;
p. Menghindari adanya pengaturan dari birokrasi yang berlebihan.
Fungsi pengorganisasian sangat penting bagi sistem manajemen. Bagi wirausahawan, pengorganisasian merupakan mekanisme utama untuk mengaktifkan

126

rencana-rencana, menciptakan dan mempertahankan hubungan antarsemua


sumber daya organisasional dengan menunjukkan sumber daya mana yang akan
digunakan untuk aktivitas tertentu, kapan, di mana, dan bagaimana menggunakannya. Pengorganisasian juga ini akan membantu wirausahawan dalam
meminimalisasi kelemahan seperti peniruan usaha dan sumber daya yang
menganggur.
Pengorganisasian antara lain menghasilkan departementasi dalam sistem
manajemen. Bidang dan tanggung jawab departemen itu meliputi :
a. Pengembangan rencana reorganisasi agar sistem manajemen yang dilaksanakan lebih efektif dan efisien;
b. Pengembangan rencana perbaikan dan peningkatan keterampilan manajerial
yang sesuai dengan kebutuhan sistem manajemen modern;
c. Pengembangan iklim organisasional yang menguntungkan sistem manajemen.
Adapun tanggung jawab dilaksanakan dalam lima langkah utama proses
pengorganisasian yang tercermin dalam rencana dan tujuan, yaitu :
a. Menetapkan tugas pokok;
b. Membagi tugas pokok dalam fungsi atau tugas-tugas departemen;
c. Pengalokasian sumber daya;
d. Pengarahan dan pelaksanaan bagi pelaksana tugas departemen;
e. Evaluasi hasil dari implementasi strategi pengorganisasian.
Wirausahawan hendaknya melakukan pengulangan secara terus-menerus
terhadap langkah-langkah tersebut di atas, sehingga akan menjadi alat pembuka
untuk mendapatkan umpan balik (feedback) dalam memperbaiki organisasi
kewiraushaan yang digagasnya.
Selain memahami pengorganisasian usaha dan bentuk badan usaha yang
didirikan, seorang wirausahawan harus juga memahami struktur organisasi perusahaan untuk mempermudah pengelolaan usaha.

Pemahaman terhadap

struktur ini akan menjadi pendukung pembuatan tugas dan wewenang setiap
departemen dan staf. Maka ketidakpahaman akan struktur organisasi akan
menjadi pintu awal bagi kegagalan dalam berusaha.

127

Terdapat tiga bentuk struktur organisasi perusahaan yang dapat dikembangkan, yaitu :
a. Struktur Perintis, terjadi ketika wirausahawan menjadi pusat/sumber kegiatan
dan kepuasan, sedangkan semua keputusan berasal dari akarnya.

b. Struktur yang Tak Terencana, terjadi jika struktur organisasi cenderung


berkembang tidak teratur dengan rencana yang tidak tepat.

c. Struktur Formal, terjadi karena terdapat rantai hubungan


komando yang lebih spesifik.

perintah/

Struktur inilah yang biasa digunakan oleh

perusahaan besar seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan usaha


dan dunia bisnis.

Seorang wirausahawan yang baik tidak hanya harus pandai merancang


struktur organisasi, tetapi juga harus mampu merancang gugus tugas bagi
sumber daya manusia. Penyusunan struktur organisasi dan penyiapan SDM
adalah hal yang sangat penting, apalagi saat ini sedang terjadi keterbatasan SDM
yang berkualitas yang dimiliki perusahaan.
Demikianlah, maka seorang wirausahawan harus memiliki keterampilan dan

128

keahlian usaha, sebab tanpa itu jalannya usaha akan tertatih-tatih, lebih-lebih
ketika menghadapi derasnya persaingan saat ini. Lalu keterampilan dan keahlian
apa yang dibutuhkan serta bagaimana cara meningkatkannya? Siropolis (1986)
dalam Sukmadi (2014:137-138) menggambarkannya dalam tabel berikut ini.
Keterampilan dan Keahlian yang Dibutuhkan
LANGKAH
1.
2.
3.
4.

5.

PENJELASAN
LANGKAH
Memutuskan un1
tuk terjun ke du.
nia usaha.
2
Menganalisis diri.
.
3 Memilih produk
. atau pelayanan.

KETERAMPILAN
YANG DIBUTUHKAN
Meningkatkan keuangan.

Pengenalan diri.
Pengetahuan tentang
sektor industri

Pengetahuan penelitian
pemasaran keuangan

Peneliti pasar/
Akuntan.
Bagian penjualan/agen estat.
Ahli teknik, ahli
teknologi informasi, ahli perlengkapan, konsultan.
Konsultan/pemasaran, agen
humas/penasihat usaha.

7.

Pengembangan
rencana
pelaksanaan.

Pengetahuan tentang
pelaksanaan industri jasa,
pariwisata dan hiburan.

8.

Mengembangkan
rencana pemasaran.

Pengetahuan tentang
pemasaran.

12.

Agen penasihat
usaha.
Peneliti pasar/
pelaksana lainnya.

Memprakirakan
5
untung penjual.
an.

Pengetahuan tentang
properti pasar.

11.

Bankir/Akuntan.

Pemasaran industri/jasa,
pariwisata atau hiburan

Memilih lokasi.

10.

NONWIRAUSAHA
WAN

4
Meneliti pasar.
.

6.

9.

ORANG YANG DIBUTUHKAN


WIRAUSAHAWAN

Mengembangkan
rencana pengorganisasian.
Mengembangkan
rencana pengorganisasian .
Mengembangkan
rencana akunting
dan keuangan.
Mempekarjakan
dan melatih staf.

Pengetahuan tentang
keterampilan yang
dibtuhkan SDM.

Konsultan SDM.

Pengetahuan tentang
hukum.

Akuntan/pengacara.

Pengetahuan akunting
dan keuangan.

Akuntan.

Pengetahuan tentang
SDM dan topik yang
relevan.

Pengacara/peru
sahaan penyelenggara.

Sumber : Sukmadi (2014:137-139).

Selain pengorganisasian, langkah penting lainnya yang harus menjadi pertimbangan utama wirausahawan adalah bentuk badan usaha yang didirikannya.
Tentu saja badan usaha tersebut harus sesuai dengan jenis dan kondisi usahanya.
129

Badan usaha dimaksud bisa berbentuk perusahaan perseorangan, firma, perusahaan komanditer, perseroan terbatas, koperasi, dll. sebagaimana telah
dijelaskan terdahulu.
2. Sumber Daya Manusia Bisnis.
Dalam suatu organisasi termasuk organisasi bisnis, keberadaan SDM menjadi
salah satu faktor penentu bagi keberlangsungan dan keberhasilan bisnis. Tentu
saja yang diperlukan adalah SDM yang berkualitas dalam arti kompeten dan
tepat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Maka penempatan SDM yang pas
sesuai dengan keahliannya akan menjadi daya dukung paling utama. Karena itu
tugas dalam penyediaan SDM semestinya menjadi perhatian utama pula bagi
wirausahawan.
SDM yang berkualitas adalah individu yang mampu memberikan kontribusi
berharga dan bermanfaat bagi perusahaan guna mewujudkan pencapaian tujuan
organisasi serta sistem organisasi perusahaan. Kontribusi dimaksud adalah
produktivitas kerja pada posisi yang dipegangnya. Karenanya wirausahawan
harus mengetahui cara pengembangan SDM agar dapat berinteraksi dan berkontribusi secara optimal untuk kemajuan usahanya. Faktor-faktor latar belakang
umur, pengalaman, dan pendidikan formal semestinya berhubungan dengan
penentuan posisi atau jabatan individu dalam organisasi perusahaan. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah kejujuran dan moralitasnya.
Untuk menyediakan SDM yang tepat bagi organisasi kewirausahaan, manajer
personalia hendaknya mengikuti empat langkah berurutan, yaitu :
PEREKRUTAN

SELEKSI

PELATIHAN

PENILAIAN
HASIL
KERJA

a. Perekrutan (Recruitment), atau penarikan adalah langkah pertama yang


harus dirancang secara apik. Pola perekrutan yang tepat akan sangat berpengaruh dalam pengembangan organisasi perusahaan ke depan. Perekrutan akan berjalan efektif jika wirausahawan mengetahui :
1) Jabatan apa yang kosong atau diperlukan diisi calon karyawan.
130

2) Dari mana SDM yang diharapkan diperoleh.


3) Pola dan hukum kerjasama yang mempengaruhi usaha perekrutan.
b. Seleksi (Selection), adalah upaya memilih individu yang turutserta dalam
proses rekrutmen. Dua alat uji yang sering untuk membantu proses seleksi
adalah ujian (testing), baik akademis maupun keterampilan tertentu, dan
pusat penilaian (assesment centers).
c. Pelatihan (Training), dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan SDM yang
tepat dengan kualitas yang memadai, yang diharapkan kerjanya produktif,
dinamis, cekatan, jujur, dan berkualitas sesuai dengan standar perusahaan
yang ditetapkan.
d. Penilaian Hasil Kerja atau Kinerja (Performance Appraisal), adalah proses
menelaah aktivitas produktif individu di masa lalu dan menilai kontribusi
yang dibuatnya untuk mencapai tujuan organisasi dalam sistem manajemen.
Pelatihan sifatnya harus kontinyu, dengan sasaran pada SDM yang baru
direkrut maupun karyawan lain untuk meningkatkan kinerjanya. Salah satu
tujuan utamanya adalah untuk memberi umpan balik kepada para anggota
organisasi/perusahaan tentang seberapa baik karyawan dalam bekerja,
produktif atau tidak. Kelemahan potensial pelatihan adalah setiap individu
yang terlibat dalam penilaian hasil kerja dapat memandangnya sebagai
situasi balas jasa atau hukuman (reward and funishment situation).
Teknik pengembangan keterampilan melalui program pelatihan bagi
SDM dilakukan dalam dua kategori, yaitu :
1) On the job technicques for developing skills atau on the job training (teknik posisi jabatan untuk mengembangkan keterampilan).

Teknik ini

merupakan campuran dari pengetahuan (basic knowledge) dengan pengalaman yang berhubungan dengan jabatan. Penggunaan basis pengetahuan itu termasuk atau menjadi bagian dari coaching, perputaran posisi
(rolling of duty), dan komite proyek khusus. Coaching merupakan kritik
secara langsung tentang seberapa baik individu karyawan dalam melakukan pekerjaannya, sementara perputaran posisi adalah perpindahan

131

individu dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, agar setiap karyawan


bisa memperoleh pengertian organisasi usaha secara keseluruhan. Adapun komite proyek khusus melibatkan pemberian tugas tertentu kepada
individu untuk memperoleh pengalaman di bidang yang telah dirancang
sebelumnya.
2) Classroom techniques for developing skills (teknik ruang kelas untuk
mengembangkan keterampilan). Misalnya permainan manajemen (management game) dan semacam aktivitas permainan peranan (role play
activities). Format paling umum dalam permainan manajemen biasanya
membutuhkan kelompok kecil para peserta pelatihan untuk membuat
dan menilai berbagai keputusan manajemen.
3. Pembuatan Keputusan.
Keputusan adalah pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif yang ada,
dengan pertimbangan yang paling menguntungkan dan paling sedikit tingkat
kelemahan/kerugiannya. Seorang wirausahawan pasti harus membuat keputusan setiap hari, dan mungkin saja tidak semua keputusan yang diambilnya itu
mempunyai arti penting yang sama bagi organisasi/perusahaan. Beberapa keputusan akan sangat mempengaruhi sejumlah anggota organisasi, bahkan mungkin
membutuhkan biaya banyak untuk dijalankan. Keputusan ada yang mempunyai
pengaruh jangka panjang bagi perkembangan organisasi, ada juga yang tidak
begitu penting artinya dan hanya mempengaruhi sejumlah kecil anggota organisasi serta pengaruh jangka pendek.
Wirausahawan seharusnya membuat keputusan yang mempunyai arti
penting dengan ekstra hati-hati. Hal ini karena keputusan yang penting akan
berdampak besar tidak hanya bagi sistem manajemen, tetapi juga bagi masa depan perkembangan usahanya.
Di bawah ini dijelaskan ketegori dalam membuat keputusan serta proses
pembuatan keputusan.
a. Kategori dalam Membuat Keputusan.
Dalam prakteknya, ada dua bagian besar yang harus menjadi pertimbangan
132

seorang wirausahawan dalam membuat keputusan.


1) Keputusan yang dibuat merupakan kelanjutan dari rencana yang teratur,
dan keputusan yang tidak terencana.
2) Keputusan yang di dalamnya mencerminkan karakter wirausahawan. Karakter ini terefleksi dalam pendekatan yang tidak jelas dan tidak terkoordinasi
dan cenderung mengundang reaksi. Corson, dkk. (1995) pernah mengembangkan matriks yang berhasil mengidentifikasi empat ketegori dalam pembuatan keputusan.
Matriks Jenis Manajemen Keputusan Perusahaan
Tinggi

Rendah

Komitmen Terhadap Rencana


Bersama

Konsultatif

Laissez faire

Wirausahawan

Kewirausahawanan : Tingkat Kekacauan

Tinggi

Sumber : Sukmadi (2014:143).

1) Keputusan Bersama : Keputusan rutin yang fokus kegiatannya sangat kuat.


Kepentingan, kesulitan, dan resiko dalam membuat keputusan ini termasuk
sangat rendah. Secara umum keputusan ini berhubungan erat dengan
perbaikan tugas-tugas rutin, misalnya membuat jadwal kelas fitness yang
berbeda-beda untuk mengakomodasi kemungkinan kelas tambahan.
2) Keputusan Konsultatif : Keputusan yang sangat penting dan berpengaruh
besar pada prospek usaha di masa datang. Tingkat resiko atas keputusan
ini sangat tinggi dan permasalahan yang dihadapinya jauh lebih kompleks.
Karenanya perlu dibuat perancangan strategis. Dalam hal ini kemampuan
untuk memperbarui data dan informasi sangat penting, dan waktu yang
tepat diperlukan oleh pembuat keputusan untuk mengkonsultasikannya
dengan kolega sebelum keputusan akhir. Misalnya saat wirausahawan
hendak membedakan produk dan layanan perusahaan.
3) Keputusan Laissez faire : Keputusan atas pekerjaan yang sederhana dan
mudah di lingkungan yang memerlukan sedikit keterampilan dan pengawasan. Pekerjaannya bersifat rutin, tidak terlalu penting, dan sangat kecil
pengaruhnya untuk dibuat keputusan. Misalnya, pelaksanaan menghitung
133

jumlah barang tertentu yang dikembalikan di sebuah toko dalam sehari.


Setiap karyawan yunior pun dapat melakukan tugas ini tanpa perlu banyak
diawasi oleh witausahawan.
4) Keputusan Wirausahawan : Biasanya dibuat secara pribadi. Itulah sebabnya keputusan ini sangat akurat. Jika wirausahawan membuat keputusan
yang kritis dengan informasi sedikit dan berada di tengah-tengah lingkungan yang bergejolak, keputusan itu cenderung menjadi ad hoc dan
dibuat berdasarkan perasaan dan intuisi semata. Wirausahawan seringkali
mengambil resiko dan mengembangkan tantangan baru dalam membuat
keputusannya.
b. Proses Pembuatan Keputusan.
Keputusan adalah pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif yang ada.
Proses pembuatan keputusan merupakan langkah-langkah praktis dan sistematis yang diambil oleh pembuat keputusan untuk memilih alternatif yang ada
itu. Dalam prakteknya dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1) Identifikasi masalah : Untuk menemukan kendala/penghalang bagi pencapaian tujuan (organisasi), kemudian melenyapkannya.
2) Membuat daftar alternatif pemecahan masalah : Manajer, pemimpin, atau
perorangan secara kreatif dan inovatif hendaknya dapat mengembangkan
kerangka berpikir sehingga mempengaruhi pola kerjanya untuk menemukan banyak cara pemilihan alternatif.
3) Pemilihan alternatif yang paling bermanfaat, dalam arti banyak keuntungannya dan sedikit kerugiannya : Dalam hal ini terdapat tiga langkah :
a) Mencantumkan pengaruh potensial seakurat mungkin;
b) Menetapkan faktor probabilitas di setiap pengaruh alternatif yang
menunjukkan seberapa besar terjadinya pengaruh dimaksud;
c) Menetapkan tujuan organisasi sebagai pedoman.
Demikianlah, pembuat keputusan hendaknya membandingkan pengaruh
nyata dari alternatif-alternatif itu dan probabilitasnya. Yang dipilih adalah
alternatif yang paling menguntungkan.

134

4) Implementasi alternatif yang dipilih : Alternatif yang terpilih harus diimplementasikan dalam tindakan yang tepat sehingga keberhasilannya tercapai.
5) Pengumpulan umpan balik (feedback) : Jika permasalahan yang teridentifikasi belum dapat terpecahkan, pengambil keputusan harus terus mencari
dan mengimplementasikan beberapa alternatif lainnya. Dia tidak boleh
menyerah pada keadaan. Kreativitasnya dituntut untuk dapat mengurangi
dampak dari masalah yang ada. Setelah masalah berhasil dipecahkan dan
menjadi laternatif yang akan diimplementasikan, pengambil keputusan
atau wirausahawan dapat mengalihkan perhatiannya pada masalah lainnya.
Proses pembuatan keputusan tersebut di atas didasarkan pada beberapa
asumsi. Pertama, adanya anggapan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi (homo economicus) dan memerlukan cara untuk dapat memaksimalkan
kepuasan atas kebutuhannya. Kedua, situasi pembuatan keputusan, bahwa
pemecahan alternatif dan konsekuensi yang mungkin terjadi dari tiap alternatif diketahui oleh wirausahawan. Ketiga, pembuat keputusan mempunyai
beberapa sistem prioritas. Demikianlah, maka dengan sistem tersebut di atas
pembuat keputusan memungkinkan dapat membuat peringkat (merangking)
alternatif yang nyata yang jadi pilihan menurut peluang yang paling diinginkan.

C. ASPEK PEMASARAN
Pasar adalah tempat terjadinya transaksi dari setiap pihak yang saling memiliki
kepentingan. (Irham Fahmi, 2014:183). Posisi pasar bagi masyarakat, investor, dan
pemerintah menjadi begitu penting untuk dipahami jika dilihat dari segi aktivitasnya
yang semakin hari semakin berubah. Selain pasar tradisional, pasar modern, kini
perubahan pasar mengikuti behavior para pengguna pasar, sehingga pembentukan
pasar digital dengan pendekatan dunia maya atau internet telah menyebabkan
terbentuknya pasar baru yang memiliki dimensi lebih luas dan simpel.
Sementara itu menurut Philip Kotler (1997:8), pemasaran adalah suatu proses
135

sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Definisi pemasaran ini
bersandar pada konsep inti : Kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands); produk (barang, jasa, dan gagasan); nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran dan transaksi; hubungan dan jaringan; pasar, pemasar, dan prospek.
Adapun manajemen pemasaran (Philip Kotler, ibid:13), adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiram, penetapan harga, promosi, serta penyaluran
gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuantujuan individu dan organisasi. Sementara konsep pemasaran menyatakan bahwa
kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para
pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.
Manajemen pemasaran merupakan aspek penting dalam memahami sistem
pemasaran usaha.

Sistem pemasaran berusaha mengidentifikasi komponen

yang saling berinteraksi, baik internal maupun eksternal. Lingkungan (internal dan
eksternal) sangat penting dalam pengembangan rencana pemasaran, sedangkan
analisis lingkungan memberi wawasan dan pandangan awal terhadap pembuatan
rencana pemasaran.
Berkaitan dengan pemasaran, di bawah ini dijelaskan tentang rencana pemasaran, bauran perencanaan, serta pesaing dan persaingan.
1. Rencana Pemasaran.
Pembuatan rencana pasar yang menjadi bagian penting manajemen pemasaran
merupakan aspek terpenting dalam memahami sistem pemasaran.

Sistem

pemasaran berusaha mengidentifikasi komponen yang saling berin-teraksi, baik


secara internal maupun eksternal. Lingkungan (internal dan eksternal) sangat
penting dalam rangka pengembangan rencana pemasaran, sedangkan analisis
lingkungan memberikan wawasan dan pandangan awal terhadap pembuatan
rencana pemasaran.
Rencana pemasaran adalah proses menentukan dengan tepat apa yang akan
136

dilakukan organisasi untuk mencapai tujuannya. Atau juga boleh dikatakan


sebagai perkembangan sistematis dari program tindakan yang ditujukan pada
pencapaian tujuan bisnis yang telah disepakati dengan bantuan proses analisis,
evaluasi, dan seleksi di antara kesempatan-kesempatan yang sudah berhasil
diprediksi terlebih dulu. (Sukmadi, 2014:155).
a. Tujuan Perencanaan.
Perencanaan organisasi mempunyai dua tujuan, yaitu perlindungan (protective) dan kesepakatan (affirmative). Protektif adalah meminimalisasi resiko
dengan cara mengurangi ketidakpastian di sekitar kondisi bisnis dan menjelaskan konsekuensi tidakan manajerial yang berhubungan. Sedangkan afirmatif
adalah upaya meningkatkan tingkat keberhasilan organisasional. Dengan
demikian tujuan perencanaan bisnis adalah membentuk usaha yang terkoordinasi dalam organisasi, untuk melancarkan pencapaian usaha dan tujuan.
b. Analisis Lingkungan.
Terdapat lingkungan internal dan eksternal. Yang termasuk lingkungan internal adalah :
1) Sumber daya finansial (keuangan/modal). Rencana finansial hendaknya
memerinci kebutuhan dari usaha dimaksud.
2) Manajemen. Sangat penting bagi suatu organisasi untuk memberikan tanggung jawab implementasi perencanaan. Karena itu wirausahawan harus
membangun tim manajemen efektif.
3) Pemasok. Umumnya didasarkan pada sejumlah faktor seperti harga, waktu
penyerahan, kualitas, dan bantuan manajemen.
4) Sasaran dan tujuan. Setiap usaha baru hendaknya menetapkan sasaran
dan tujuan yang akan menuntun perusahaan melalui pembuatan keputusan jangka panjang. Sasaran dan tujuan berisi pernyataan yang melibatkan
manajemen dan program pemasaran pada arah yang terbatas, yang berarti
merupakan garis pedoman jangka panjang.
Sedangkan yang termasuk lingkungan eksternal adalah :
1) Perekonomian. Dalam hal ini wirausahawan harus mempertimbangkan

137

perubahan dalam Gross Nastional Product (GNP) atau pendapatan nasional


bruto dan pengangguran menurut daerah geografis, pendapatan siap
konsumsi.
2) Kebudayaan. Maksudnya evaluasi perubahan kebudayaan mungkin mempertimbangkan pergeseran pada populasi menurut geografi (contoh
dampak ledakan penduduk atau pertumbuhan pada manula dalam
komposisi penduduk), perubahan sikap (seperti cintailah produk buatan
dalam negeri), kecenderungan dalam kecelakaan kerja, tuntutan upah
minimum, kesehatan, nutrisi. Semua itu berpeluang mempunyai dampak
panjang dalam perencanaan pasar yang digagas oleh wirausahawan.
3) Teknologi yang sulit diprediksi. Wirausahawan harus mempertimbangkan
pesatnya perkembangan teknologi potensial yang ditentukan dari sumber
daya yang terlibat dalam industri besar atau pemerintah. Ia juga harus
bersiap dengan rencana kontingensi bagi perubahan teknologi tertentu
yang akan mempengaruhi produk dan jasa.
4) Permintaan. Sebagian besar produk mengikuti daur hidup. Selama berbagai tahap dari daur hidup pertumbuhan permintaan, penurunan, atau
stabilisasi mungkin dapat terjadi. Perencanaan pasar mesti mempersiapkan wirausahawan dari perubahan itu sehingga memerlukan tindakan tertentu pada produk dan jasa, saluran distribusi, harga dan promosi. Informasi ini akan membantu keputusan pasar dan keputusan pengembangan
produk.
5) Persoalan hukum. Wirausahawan hendaknya bersiap-siap terhadap perubahan peraturan hukum dari pemerintah yang mungkin akan mempengaruhi produk atau jasa, saluran distribusi, strategi promosi atau harga,
hambatan pada periklanan media (contohnya larangan miras, iklan rokok,
dll.) dan peraturan keamanan produk yang mempengaruhi produk, termasuk kemasan merupakan contoh yang dapat mempengaruhi program
pemasaran.
6) Persaingan. Sebagian besar wirausahawan umumnya menghadapi ancam-

138

an potensial dan perusahaan yang lebih besar. Dalam hal ini mereka harus
bersiap dengan ancaman tersebut. Perlu dibuat strategi paling efektif di
lingkungan persaingan.
7) Bahan mentah yang sulit diramalkan. Dalam hal ini wirausahawan harus
membentuk komunikasi yang kuat dengan pemasok dan peka terhadap
kurangnya bahan mentah. Jika itu terjadi, wirausahawan harus membuat
perencanaan sumber alternatif dari bahan mentah itu.
c. Karakteristik Rencana Pemasaran.
Rencana pemasaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga kriteria
tertentu terpenuhi.

Beberapa karakteristik yang penting dalam rencana

pemasaran adalah :
1) Memberikan strategi untuk mencapai tujuan atau misi perusahaan.
2) Didasarkan pada fakta dan asumsi yang valid.
3) Memungkinkan penggunaan sumber daya yang ada, alokasi semua peralatan, sumber daya finansial dan SDM yang siap.
4) Organisasi yang tepat harus membuat uraian tugas untuk mengimplementasikan rencana pemasaran.
5) Ada kesinambungan sehingga setiap rencana pemasaran tahunan yang
dibuat dapat memenuhi tujuan dan sasaran dalam jangka panjang.
6) Singkat simpel, karena keberhasilan rencana bergantung pada fleksibilitas. Jadi, perubahan rencana dapat dilakukan dengan melihat perubahan
lingkungan.
7) Adanya kriteria kinerja yang akan dipantau, dievaluasi, dan dikendali-kan.
d. Langkah Pelaksanaan Rencana Pemasaran.
Sebelum rencana pemesaran dilaksanakan, kita harus mendefinisikan situasi
bisnisnya terlebih dahulu. Hal ini berkaitan dengan langkah telaah tentang
kondisi dan keadaan perusahaan saat ini. Jika perusahaan itu masih baru,
latar belakang lebih bersifat pribadi, yang perlu diuraikan berkaitan dengan
upaya pengembangan produk jasa dan mengapa dikembangkan.

Jika

melibatkan produk yang sudah ada, maka tahap rencana pemasarannya harus

139

berisi informasi tentang kondisi pasar sekarang, kinerja perusahaan, dan


industri. Peluang dan prospek masa depan pun harus dimasukkan ke
dalamnya.
1) Mendefinisikan peluang dan ancaman segmen pasar. Segmentasi pasar
adalah lengkah membagi pasar ke dalam kelompok homogen yang lebih
kecil. Hal ini akan membantu wirausahawan mendefinisikan peluang dan
memberikan pendekatan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang
dapat diatasi.

Sekali pasar teridentifikasi dan terbagi dalam segmen-

segmen, wirausahawan dapat memutuskan apakah akan masuk pada


sebagian atau seluruh segmen dimaksud. Jangan lupa ancaman pun perlu
diperhtiungkan dalam segmen pasar tersebut.
2) Analisis kekuatan dan kelemahan.

Penting bagi wirausahawan untuk

mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan produk pada pasar yang


dituju. Kelemahan berhubungan dengan kapasitas produk yang dibatasi
oleh uang dan peralatan, antara lain untuk mendukung usaha promosi
besar-besaran. Dalam hal ini perusahaan harus memiliki sistem distribusi
produk atau jasa yang tidak memadai dan harus bergantung pada
perwakilan perusahaan.
3) Penetapan tujuan dan sasaran. Sebelum memutuskan strategi pemasaran, wirausahawan harus menetapkan tujuan dan sasaran secara realistis.
Harus jelas ke mana perusahaan akan diarahkan dan spesifikasi pun harus
diterapkan seperti pangsa pasar, laba, penjualan (menurut wilayah/
daerah), penetrasi pasar, jumlah distributor, tingkat kesadaran, peluncuran
produk baru, kebijakan penentuan harga promosi penjualan dan periklanan.
4) Mendefinisikan strategi pemasaran dan usaha yang dilakukan. Setelah
tujuan dan sasaran ditetapkan, maka wirausahawan harus dapat mengembangkan strategi pemasarannya. Ada strategi baik dan buruk :
a) Strategi baik : Meningkatkan penjualan produk antara 6 8 prosen
dengan menurunkan harga 10 prosen; menghadiri pameran perdagang-

140

an; pengiriman kepada 5.000 pelanggan potensial, dsb.


b) Strategi buruk : Meningkatkan penjualan produk dengan menurunkan
harga.
5) Perancangan tanggung jawab implementasi. Rencana pemasaran hanya
awal dari proses pemasaran. Rencana harus diimplementasikan dengan
efektif untuk memenuhi semua tujuan yang dikehendaki. Wirausahawan
harus bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan setiap strategi dan
tindakan yang diambil.
6) Penganggaran strategi pemasaran. Wirausahawan harus mengikuti prosedur rincian strategi dan program untuk memenuhi tujuan dan sasaran yang
diinginkan dan biaya-biayanya harus jelas. Jika asumsi diperlukan, itu pun
harus jelas sehingga siapa pun yang menelaah rencana pemasaran dapat
memahami implikasinya.
7) Memantau dan mengevaluasi kemajuan usaha pemasaran. Monev rencana pemasaran melibatkan penjajakan hasil-hasil tertentu dari usaha pemasaran, data/informasi penjualan produk, wilayah/daerah, perwakilan penjualan.
2. Bauran Pemasaran.
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan interaksi empat variabel utama
dalam sistem pemasaran, yaitu produk atau jasa, penentuan harga, distribusi,
dan promosi. Arti penting dari setiap variabel itu berbeda-beda bergantung
pada industri, misi perusahaan, sifat pasar dan ukuran perusahaan, serta
sejumlah faktor lingkungan. Contohnya, wirausahawan yang bergerak di pasar
yang lebih teknis akan mendapati bahwa saluran distribusi di pemakai akhir (end
user) lebih langsung dibandingkan dengan wirausahawan di pasar konsumen.
Saluran distribusi jasa lebih bersifat langsung.

Suatu perusahaan akan

mendapati bahwa misi mereka menyediakan nilai terbaik dengan harga


terjangkau yang mungkin akan mempengaruhi keempat unsur bauran pemasaran, sebaliknya perusahaan lainnya memilih menyediakan jaminan kualitas
dengan harga tinggi. Dalam hal perusahaan yang memusatkan perhatian pada
141

kualitas produk (bahan yang lebih bermutu), saluran unik, harga lebih tinggi,
alternatif promosinya pun berbeda.
a. Produk atau Jasa.
Menguraikan sifat produksi jasa yang harus dipertimbangkan dalam rencana
pemasaran seperti kemasan, cap, pengembangan produk baru dan desain
produk, termasuk bentuk dan warnanya. Setiap unsur harus membedakan
bentuk produk atau jasa dan persaingannya. Ventura jasa baru berbeda dari
usaha karena jasa bukan benda fisik yang dapat disentuh atau dirasakan. Kita
pun sulit memisahkan antara jasa dengan penyedia jasa.
b. Penentuan Harga.
Keputusan yang sulit untuk suatu usaha baru adalah memutuskan harga yang
tepat untuk produk atau jasa yang ditawarkan.

Untuk mempertahankan

brand atau citra (brand image), atas produk atau jasa yang berkualitas
mungkin ditetapkan dengan harga tinggi. Dalam menetapkan harga itu faktor
lain pun harus dipertimbangkan misalnya diskon, pengangkutan, dan laba.
Penentuan biaya pun bergantung pada permintaan produk karena kemampuan untuk membeli bahan dalam jumlah besar akan mengurangi biaya.
Perubahan harga mencerminkan citra produk atau jasa yang berbeda.
c. Distribusi.
Variabel distribusi memberi kegunaan tempat bagi pelanggan, yaitu tempat
yang nyaman untuk membeli ketika barang dibutuhkan. Saluran distribusi
atau perantara merupakan faktor terpenting karena dapat mencerminkan
harga, promosi, dan citra produk. Saluran distribusi juga dapat membantu
wirausahawan dalam peramalan, perencanaan strategi pasar, dan pengembangan produk.
d. Promosi.
Agar citra usaha terus dikenal, ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam
promosi sebagai berikut :
1) Iklan, bisa dilakukan melalui media (televisi, internet, radio, koran, majalah,
dll.) yang dapat dilihat dan dibaca sehingga masyarakat mengetahui produk

142

yang diiklankan. Bagi pengusaha besar iklan kiranya tidak menjadi masalah
karena berapa pun biaya yang akan dikeluarkan sudah menjadi bagian dari
harga jual. Namun bagi pengusaha kecil harus disesuaikan dengan pasar
yang dituju, termasuk media yang akan digunakan.
2) Penyebaran brosur/pamplet, dilakukan untuk memberitahukan kepada
masyarakat tentang sesuatu hal yang baru, seperti produk baru yang akan
diluncurkan, diskon yang akan diberikan, penarikan undian, dll. Akan lebih
menarik jika dicetak dengan teknik dan kreativitas yang bagus sehingga
meningkatkan daya tarik dan penasaran masyarakat.
3) Promosi dari mulut ke mulut, yang pengaruhnya akan langsung muncul
lebih-lebih jika disertai praktek pembuktian. Promosi model ini muncul
dari pemberian layanan yang istimewa, pemberian potongan harga yang
menarik kepada teman dan kerabat, mengajak kolega untuk terlibat dalam
pertimbangan mencari pemecahan masalah, bersikap rendah hati, menghargai teman, memberi rasa humor, serta melakukan hal-hal simpatik lainnya.
4) Menjaring konsumen melalui lokasi strategis, misalnya di tempat-tempat
yang mudah dijangkau, dikenal, atau diketahui oleh pelanggan/pembeli.
5) Internet, misalnya membuat website atau blog sendiri atau memasukkan
data usaha ke beberapa provider.
6) Pameran, di dalam maupun di luar kota, atau bisa juga di tingkat nasional
bahkan internasional seperti ekspo, dll.
7) Billboard, baligo, atau spanduk yang dipasang di tempat-tempat strategis
seperti di persimpangan jalan atau yang biasa dikunjungi dan dilihat orang.
8) Kiriman pos langsung (direct mail), dengan menjual barang dikirim langsung kepada calon pelanggan. Teknik ini digunakan ketika terdapat produk
dan segmen pasar yang jelas.
9) Katalog penjualan (catalog sales), yang harus dibuat dengan tampilan
desain grafis yang menarik dan merangsang minat pelanggan.
10) Multi Level Marketing (MLM), yaitu sistem pemasaran melalui jaringan.

143

MLM adalah salah satu cara perusahaan untuk menembus pasar dengan
cepat yang mengandalkan penjualan langsung (direct selling) melalui
jaringan distributornya yang terbentuk secara berantai, di mana setiap
distributor (up line) yang merekrut dan direkrut (down line) selalu memiliki
kaitan perhitungan komisi dan bonus.
Tujuan dan sistem MLM ini adalah menyebarkan produk yang dapat
menyejahterakan distributor sekaligus konsumennya.

Sukses tidaknya

kegiatan pemasaran ini sangat bergantung pada jumlah dan kemampuan


distributor dalam mengajak gabung pada masyarakat dan menjual produk.
Juga ditentukan oleh kualitas produk dan layanannya, yaitu produk yang
memenuhi keinginan konsumen, akrab dengan kesehatan dan lingkungan,
dan tentu saja yang distributor mengikuti aturan main bisnis perusahaan
MLM secara jujur, dan siap membina anggotanya.
Berbeda dengan sistem pemasaran konvensional, di mana barang dari
produsen/pabrik harus melalui jalur agen tunggal, agen besar, agen wilayah/daerah, agen kota, grosir, toko dan warung pengecer serta sampai ke
konsumen akhir (end user). Setiap unit/jalur yang terlibat itu mengeluarkan biaya dan mendapatkan keuntungan yang berbeda-beda, yang
pada akhirnya keuntungan bagi setiap jalur itu menjadi beban konsumen
sebagai biaya distribusi. Beberapa contoh perusahaan yang dianggap sebagai pelopor MLM di Indonesia adalah PT. Centra Nusa Insan Cemerlang
(CNI) yang sebelumnya bernama PT. Nusantara Sunchlorella Tama. Kemudian MLM yang telah beroperasi di Indonesia adalah PT. Aloe Vera Foreverliving Product, PT. Fortune Prima Nusantara, PT. Orindo Alam Ayu, PT.
Multilevelipdo Internusa, P. Foreverindo Abadi, PT. Amindo Way (Amway),
LAmore, Avon, Sara Lee, dll.
Kelemahan MLM ini kadang harga-harga yang ditawarkan untuk
produk yang samacam di luaran lebih tinggi, ada kebiasaan pihak owner
atau manajemen yang selalu mengubah sistem yang sudah mapan untuk
lebih besar lagi meraup keuntungan, dan pihak up line yang tidak mau

144

membina down line, dan tentu saja ketidakjujuran. Akhirnya MLM semacam ini tidak kuat bertahan lama, dan hancur.
e. Intuisi.
Dalam berwirausaha kecerdasan intuisi (naluri) sangat penting. Untuk kegiatan itu, setiap wirausahawan harus mampu memainkan intuisinya, suatu keterampilan nonkognitif. Homer (1997) menyimpulkan hasil survainya terhadap
pemandu wisata bahwa perkembangan produk barunya berdasarkan intuisi,
bukan berdasarkan penelitian pasar yang resmi.
3. Pesaing dan Persaingan.
Saat ini pengusaha di bidang jasa, pariwisata, dan hiburan, menjalani persaingan
(kompetisi) yang sangat berat. Porter (1997) dalam Sukmadi (2014:166) mengidentifikasikan tekanan kompetisi di dunia industri seperti ditunjukkan dalam
bagan di bawah ini.
Kekuatan Mengatur Kompetisi dalam Industri
Ancaman dari Perusahaan baru

Industri
yang sedang mengendalikan posisi bisnis di antara
Pesaing yang ada

Kekuatan dari
Pemasok

Kekuatan dari
Konsumen

Ancaman dari produk/pelayanan pengganti


Sumber : Sukmadi (2014:166).

Terdapat ribuan organisasi industri baik kepemilikan umum maupun


pribadi, mereka semua berusaha dapat mengendalikan posisinya agar dapat
menarik konsumen dan meraih sukses.

Secara teratur dan terus-menerus

mereka berhadapan dengan ancaman dari pesaing baru yang masuk ke pasar
mereka. Kekuatan tawar konsumen dalam situasi kompetitif ini tentu sangat
tinggi sehingga mereka berada pada posisi yang kuat pula. Pemasok industri
melakukan operasional yang sangat kompetitif, namun kekuatan pemasok
seringkali rendah karena keberadaan penyalur alternatif dapat menghentikan
145

kegiatannya jika terjadi ketidakpuasan. Demikianlah, maka yang harus diperhatikan oleh pihak industri dalam menghadapi situasi kompetisi ini perlu
memperhatian orientasi pasar serta posisi dan strategi.
a. Orientasi Pasar.
Konsep pemasaran intinya adalah untuk memuaskan kebutuhan konsumen
dengan cara baru atau yang lebih baik.

Untuk itu perlu intuisi untuk

mengetahui apa yang diinginkan pasar. Dalam hal ini diperlukan kombinasi
antara dedikasi, intuisi, dan keberuntungan yang baik dengan memberikan
apa yang diinginkan oleh pasar dengan cara yang berbeda dari pesaing lain.
b. Posisi dan Segmentasi.
Teori posisi dan segmentasi pasar sangat penting difahami oleh wirausahawan. Pelanggan biasanya mencari kenyamanan, rasa, dan nilai uang. Dalam
mengembangkan atau memodifikasi sebuah konsep, teori pemasaran memberi tahu klien bahwa beberapa atribut dapat menjadi sangat penting bagi
kelompok tertentu dari kelompok lainnya. Karena itu fokus pemasaran
ditujukan pada kelompok konsumen atau segmen tertentu. Dan dalam
upaya memperoleh pengetahuan berharga, wirausahawan perlu mencapai
batasan produk pasar.
Secara tradisional kelompok konsumen telah diklasifikasi berdasarkan
status sosial ekonomi, yaitu : A, B, C1, C2, D, atau E. sebagaimana disajikan
dalam tabel di bawah ini.
Kelompok Konsumen Tradisional
(Pengelompokkan Sosial Ekonomi dan Pekerjaan)
PENGELOMPOKKAN

PEKERJAAN

Cukup Jarang.

Profesional dan Wirausahawan


biasanya dengan Titel atau Kualifikasi Profesional.

C1

Pekerja Kantor.

146

Pengacara, Pendeta, Pilot, PNS, TNI,


PM, Dokter, Konsultaan, Komandan
Penerbagngan, RAF.
Pengacara, Akuntan, Manajer Bank,
Dosen, Pendeta, Pialang, Manajer
Pemasaran, Direksi Perusahaan, Farmasi, Praktisi Umum.
Sekretaris, Jurutulis, Administrasi, Guru, Insinyur, Perawat, Pekerja Sosial,
Polisi, Pemadam Kebakaran, Pelayan
Ambulance, Agen Perumahan, Prog-

C2

Pabrik/Manual Orang yang Memiliki Keterampilan.

Orang yang Tidak Berketerampilan.

Orang yang Tidak Berpenghasilan.

ramer Komputer, Pedagang, Agen Wisata, Pelajar.


Pelukis dan Dekorator, Tukang Listrik,
Tukang Ledeng, Tukang Kayu, Tukang
Bangunan, Tukang Las, Penghubung,
Tukang Mesin, Tukang Plester, Supir,
Penjahit, Mandor, Tukang Cetak, Tukang Besi, Insinyur Telkom, Service
Mesin, Pengasuh, Pewawancara Peneliti Pasar, Asisten Retail, Chef, Koki Roti
dan Kue.
Supir, Pembersih Jendela, Tukang Pos,
Pengantar Susu, Staf Bar, Penjaga,
Tukang Angkut Barang, Penjaga Rumah, Penjaga Gudang, Pelayan Toko,
Pembersih, Petani, Pembawa Pesan,
Tukang Pengemasan (Packing), Tukang
Label.
Ibu Rumah Tangga, Pengangguran,
Pensiunan.

Sumber : Sukmadi (2014:169).

c. Tantangan Konsumen Postmodernist.


Esensi dari tantangan ini adalah bahwa konsumen masa kini telah sangat
heterogen, terbuka terhadap pengalaman baru, serta sikapnya yang mudah
berubah. Namun bagi wirausahawan yang berpengalaman konsumen model
ini tidak dianggap aneh, pintar, dan cerdas dalam pendekatan kepada
mereka untuk menjual barang-barang dan pelayanannya. Memang konsumen post modern lebih individual dan secara meningkat dirangsang dengan
menerima keindahan daripada fungsi barang. Kenyataannya lebih pada
menjual promosi daripada produk. Promosi, meskipun tidak jelas, harus
dipertimbangkan dengan konteks estetisnya.
Cava dan Svanfeldt (1993) mengklaim bahwa peranan keindahan dalam
kehidupan sehari-hari dan konsumsi merupakan karakteristik yang kuat pada
lingkungan post modern Eropa. Manusia post modern bebas untuk menentukan pilihan yang dapat berubah setiap hari menjadi pekerjaan yang
menghasilkan gaya campuraduk yang umum dan permainan campuran kode.
Sebagaimana industri yang berkaitan dengan gaya hidup dan hubungan

147

keindahan, sektor jasa, pariwisata, dan hiburan, dapat menampilkan hal


yang lebih penting dalam sikap konsumsi masyarakat post modern.

148

BAB VII
PERENCANAAN BISNIS
A. KONSEP RENCANA BISNIS (BUSINESS PLAN)
Di era globalisasi dengan kecanggihan komunikasi sekarang ini yang penuh dengan
perubahan cepat, sangat berpengaruh terhadap bisnis. Para wirausahawan harus
mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan dimaksud, terutama kejelian
membaca situasi menyangkut selera pasar dan produk inovasi serta pelayan prima,
karena bermuara pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Karenanya
perencanaan bisnis mutlak diperlukan dalam bidang usaha apa pun termasuk di
sektor industri dan pariwisata.
Perencanaan bisnis harus dibuat secara khusus dan spesifik, karenanya
diperlukan data dan informasi yang up to date agar mudah dipahami oleh pihakpihak yang berkepentingan seperti para wirausahawan, investor, pemilik, perbankan/lembaga keuangan nonbank, dan pelaku bisnis lainnya. Konsep rencana
bisnis harus menggambarkan kondisi bisnis yang sebenarnya tanpa rekayasa.
Hal-hal yang berkaitan dengan konsep rencana bisnis adalah menyangkut
pengertian rencana bisnis, ruang lingkup dan manfaat rencana bisnis, tujuan
rencana bisnis, serta cakupan rencana bisnis.
1. Pengertian Rencana Bisnis.
Rencana bisnis adalah dokumen tertulis yang menggambarkan awal berdirinya
perusahaan secara keseluruhan yang lengkap terorganisasi dan relevan dengan
aspek-aspek internal dan eksternal strategis untuk memulai usaha baru. (Sukmadi, 2014:186). Dengan demikian rencana bisnis merupakan pedoman tertulis
bagi wirausahawan dalam memulai dan melanjutkan usaha, sekaligus berfungsi
sebagai alat untuk memperoleh modal dan sumber keuangan yang dibutuhkan.
Rencana bisnis inipun seringkali merupakan perpaduan dari rencana-rencana
fungsional sebuah perusahaan, yaitu keuangan, produksi, sumber daya manusia,
dan pemasaran. Dengan kata lain rencana bisnis (business plan) adalah peta
jalan (road map) bagi seorang pengendara (wirausahawan) sehingga dapat
149

menjawab pertanyaan-pertanyaan : Di mana saya sekarang? (where am I now?),


mau ke mana saya? (where am I going?), bagaimana saya akan berada di tempat
itu? (how will I get there?).
2. Ruang Lingkup dan Manfaat Rencana Bisnis.
Ruang lingkup rencana bisnis bergantung pada jenis dan ukuran usaha. Jenis
usaha misalnya bidang jasa, pabrik, barang konsumsi atau barang industri.
Ukurannya kecil, sedang, besar, bahkan ukuran pasar persaingan dan potensi
pertumbuhannya pun mempengaruhi lingkup rencana bisnis.
Rencana bisnis dapat memberi manfaat bagi wirausahawan dan para
investor potensial, atau untuk meninjau ulang personil baru.

Hal ini untuk

membantu kelangsungan hidup usaha di dalam sebuah pasar tertentu, serta


memberikan pedoman kepada wirausahawan dalam mengorganisasikan rencana
kegiatannya, di samping tentu saja sebagai alat dalam membantu memperoleh
pendanaan.
3. Tujuan Rencana Bisnis.
Secara garis besar terdapat tiga tujuan penting rencana bisnis :
a. Sebagai Panduan, agar aktivitas bisnis yang akan dan sedang dilaksanakan
berada pada jalur yang benar sesuai dengan perencanaan awal serta dapat
mempertajam rencana yang diharapkan. Fungsi panduan adalah untuk memberikan informasi yang lebih rinci bagi operasional perusahaan baik di masa
lalu, sekarang, dan proyeksi di masa depan, yang meliputi posisi saat ini, arah
tujuan, cara mencapai sasaran, serta tahapan yang harus dilakukan untuk
mengoptimalkan peluang keberhasilan perusahaan.
b. Sebagai Dokumentasi Pendanaan, yaitu bagaimana upaya perusahaan melakukan strategi pendanaan yang dilakukan secara rinci untuk kepentingan para
investor dan pemberi pinjaman. Kepentingan investor adalah terhadap peningkatan kekayaan bersih (net worth) dan tingkat pengembalian investasi
yang diharapkan. Sedangkan kepentingan pemberi pinjaman umumnya
melihat kemampuan membayar bunga dan pokok pinjaman yang alat ukurnya
150

laporan arus kas perusahaan.


c. Sebagai Acuan di Pasar Luar Negeri, yaitu jika dimungkinkan perusahaan
berskala internasional akan memerlukan standar evaluasi bisnis karena
pengaruh teknologi dan arus informasi global yang begitu pesat serta sistem
transportasi modern.
4. Cakupan Rencana Bisnis.
Model sederhana rencana bisnis mencakup : Lembar sampul, daftar isi, ringkasan
eksekutif, rencana organisasi, rencana pemasaran, dokumen keuangan, dan jika
diperlukan ditambah dokumen pendukung. Model yang lebih lengkap meliputi :
Lembar judul (sampul luar), ringkasan eksekutif, daftar isi, latar belakang masalah dan perusahaan, produk dan jasa perusahaan, kondisi pasar dan strategi
pemasaran, kondisi manajemen dan strategi manajemen, kondisi keuangan dan
strategi keuangan, kondisi operasional dan strategi operasional, strategi membangun di masa yang akan datang, serta ringkasan informasi keuangan dan
lampiran-lampiran. Secara rinci cakupan rencana bisnis itu dapat dijelaskan :
a. Lembar Judul.
Harus mencerminkan isi yang akan dibahas dalam laporan rencana bisnis.
Judul yang singkat, padat, dan jelas (tidak bertele-tele) akan membuat ketertarikan pembaca dan mungkin pihak-pihak yang berkepentingan (yang diajak
kerjasama, investor, perbankan, dll.). Di sini dimuat data tentang nama perusahaan, logo, alamat perusahaan, nomor telepon/faksimile, e-mail, website,
dll. Agar terlihat bonafide bisa juga dicantumkan nama dan gelar nama para
pemilik atau direksi, dan principal dan pemasok yang dianggap penting seperti
bank pendukung.
b. Daftar Isi.
Harus diatur dengan baik untuk memudahkan pembaca dalam mencari
informasi yang diperlukan dalam rencana bisnis bersangkutan.

Daftar isi

dibuat setelah setelah keseluruhan rencana bisnis selesai dibuat.

Pada

umumnya memuat isi, daftar tabel, daftar diagram/grafik, daftar gambar/


bagan, serta istilah-istilah yang dianggap perlu.
151

c. Ringkasan Eksekutif.
Ini merupakan ringkasan isi dan tujuan rencana bisnis yang telah selesai
dibuat. Ringkasan eksekutif digunakan untuk memberikan ikhtisar atau gambaran tentang tujuan perusahaan serta cara perusahaan memenuhi proyeksinya, yang biasanya dibuat dalam satu, dua, atau tiga halaman saja. Dalam hal
mencari dana maka ringkasan eksekutif menunjukkan kebutuhan dana serta
membenarkan kelayakan finansialnya, sehingga calon investor atau pemberi
pinjaman dana dengan mudah melihat nama, usia, badan hukum, lokasi, sifat
dan keunikan bisnis, gambaran singkat kinerja bisnis dan tujuan pinjaman,
waktu yang dibutuhkan, kelayakan pendanaan, pernyataan pembayaran,
pernyataan potensi laba, dsb.

Investor atau pemberi pinjaman biasanya

berkonsentrasi pada kemampuan perusahaan dalam membayar pokok pinjaman dan bunganya, kapan dana dibutuhkan serta agunannya.

Itulah

sebabnya ringkasan eksekutif harus menarik perhatian sehingga investor atau


penyandang dana tertarik untuk terlibat dalam bisnis atau proyek perusahaan.
d. Latar Belakang Masalah dan Perusahaan.
Pada latar belakang harus memuat rencana bisnis secara detail (rinci) yang
berisi antara lain :
1) Sejarah perusahaan termasuk, visi, misi, sasaran, dan tujuannya.
2) Personil yang terlibat dalam perusahaan dan penanggung jawabnya.
Secara rinci dikemukakan latar belakang pendidikan dan pengalamannya.
3) Kondisi keuangan perusahaan.
4) Rencana pengembangan perusahaan.
e. Produk dan Jasa Perusahaan.
Bisnis dapat bergerak di bidang produk ataupun jasa. Di sini perlu dijelaskan
tentang produk atau jasa yang telah dihasilkan atau akan dihasilkan. Diperlukan pendefinisian atas produk atau jasa secara jelas sehingga pembaca
merasa gamblang dan yakin atas rencana bisnis dimaksud. Secara singkat
bagian ini dibagi menjadi :
1) Penjelasan tentang bisnis yang dijalankan : Aspek legal, jenis bisnis, produk

152

atau jasa yang dihasilkan, perolehan bisnis (baru, akuisisi, franchise, atau
lainnya), peluangnya, hubungan dengan pamasok, perbankan, distributor,
dsb.
2) Penjelasan tentang produk dan jasa : Apa yang dihasilkan atau dijual,
definisi produk atau jasa yang dihasilkan atau jual, keuntungan bagi konsumen, keunggulan, dsb. Sebaiknya dijelaskan juga prosesnya dari bahan
baku sampai produk jadi, dan dapat disajikan dalam flowchart (timeline)
sehingga dapat membantu mengidentifikasi berbagai tahap litbang sampai
dengan produksi komersial.
3) Penjelasan data bahan baku, kapan harus dipesan, harga pemasok, pemasok alternatif (kalau ada), alamat pemasok, dll. yang berkaitan dengan
bahan baku.
4) Penjelasan tentang mesin dan peralatan baik yang telah dimiliki maupun
rencana pembelian, yang akan digunakan dalam proses produksi.
5) Jika berkaitan dengan rencana ekspansi ke luar negeri, baik bahan maupun
penjualan produknya dijelaskan dalam rencana ekspor-impor.
6) Penjelasan tentang perlindungan hukum atas HAKI (Hak Kekayaan Intelektual Indonesia) menyangkut merk, paten, hak cipta, desain industri, tata
letak sirkuit terpadu, rahasia dagang, dll.
7) Penjelasan tentang lokasi bisnis atau tempat usaha, nyaman tidak, mudah
dijangkau oleh konsumen tidak, strategis tidak, dsb. termasuk faktor pendukung lokasi seperti luas tanah dan bangunan, statusnya, fasilitas yang
dimiliki lokasi dimaksud (pembuangan limbah, telepon, listrik, air, transportasi, dsb.
f. Kondisi Pasar dan Strategi Pemasaran.
Secara obyektif kondisi pasar atas produk dan jasa harus dikenali, sampai
sejauh mana pasar dapat menanggapinya. Untuk selanjutnya dari sini dapat
ditentukan strategi apa yang cocok untuk pemasaran produk dan jasa yang
dihasilkan. Pada bagian ini yang harus dibahas adalah :
1) Profil konsumen yang akan dituju meliputi siapa dan dalam jumlah berapa

153

besar (marketshare).
2) Potensi pasar dan prospek pertumbuhannya.
3) Analisis konsumen secara mendalam meliputi karakteristik, perilaku, dan
motif pembeliannya.
4) Persaingan yang ada, yaitu jumlah pesaing, tingkat persaingan, strategi
pesaing, persaingan harga, dsb.
5) Keunggulan produk atau jasa (keunggulan bersaing) yang dimiliki dengan
unsur-unsurnya yakni keunggulan bersaing, posisi keuanggulan berdaing
(cost leader atau diferensiasi) dan kinerja yang dihasilkan dari strategi
(misalnya konsumen puas, loyalitas tinggi, marketshare meningkat, profitabilitas tinggi). Untuk analisis keunggulan dapat juga digunakan salah satu
model, yaitu market commitment model yang dikembangkan berdasarkan
customer value, yakni nilai apa yang dibutuhkan pelanggan.
6) Strategi dan rencana pemasaran yang akan dilaksanakan (produk, distribusi, harga, promosi, pemasaran, penjualan, citra perusahaan, dll.).
Perusahaan pun dapat menerapkan strategi STP (Segmenting, Targeting,
Positioning), yaitu :
1) Segmenting dapat dilakukan atas dasar karakteristik pelanggan (geografis,
jenis usaha, ukuran usaha, jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan),
atau berdasarkan psikografi (gaya hidup), berdasarkan perilaku (status
pemakai, pertimbangan tertentu, sensitivitas harga, kesiapan, tingkat
pemakaian, loyalitas).
2) Targeting, yakni menentukan segmen pasar mana yang dipilih atau dibidik
dengan cara undifferentiated marketing (produk masal, produksi besarbesaran, skala ekonomis tercapai, biaya rendah), cara differentiated
marketing (pasar berbeda-beda, sangat spesifik), dan concentrated marketing (pasar relatif sempit tetapi potensinya sangat luas).
3) Positioning, yaitu suatu cara untuk menempatkan produk sehingga tertanam dalam benak pelanggan, dimulai dari persepsi pelanggan terhadap
suatu produk sampai dengan menentukan strategi positioning atau reposi-

154

tioning yang tepat.


Pada bagian pemasaran mencakup :
1) Analisis pasar : Meliputi target pasar (pasarasaran, target pelanggan),
persaingan (siapa saja pesaingnya, kondisi persaingan, variabel-variabel
persaingan harga, lokasi, keahlian sumber daya, reputasi, kualitas produk,
dll.), lingkungan (eksternal seperti ekonomi, inflasi, daya beli perpajakan,
peraturan perundang-undangan dan kebijakan lingkungan).
2) Analisis produk atau jasa : Definisi produk sendiri, perbandingan dengan
produk atau jasa sendiri dengan pesaing (keunggulan dan kelemahannya),
pertimbangan-pertimbangan lain (kemudahan bahan baku, bahan penolong, kemudahan tenaga kerja, dsb.).
3) Strategi pemasaran dan bauran pemasaran : Image (kesan) atas produk
atau jasa sendiri (harga, kualitas, kenyamanan penggunaan, kecepatan perolehan, kelezatan, kepraktisan, dsb.) kesan yang menonjol; penampilan
(keunggulan penampilan produk atau jasa sendiri); harga (strategi harga,
kesan terhadap harga sesuai dengan biaya); pelayanan kepada konsumen
(bentuk pelayanan, sistem pembayaran, dan bandingkan dengan pesaing);
promosi atau iklan (slogan atau kesan yang ingin disampaikan, alokasi dana
untuk masing-masing sarana promosi); tahap pemasaran (apa yang
dibutuhkan pelanggan, siapa sasaran yang dituju, termasuk target pesaing,
cara pengelolaan sumber daya, keuangan, bahan, produksi, teknologi,
sistem dan prosedur; positioning (follower, leader, innovator/duplikasi,
orientasi produk atau pelanggan, pasar domestik atau internasional,
pemerintah atau swasta; penjualan (tahapan strategi penjualan, keuntungan yang diperoleh pelanggan atas strategi dimaksud).
a) Kondisi persaingan : Hidup itu selalu penuh dengan persaingan, karena
itu melalui persaingan harus memacu untuk lebih maju. Maka mengetahui secara rinci dan tajam kondisi persaingan sangat diperlukan dan
merupakan kunci untuk mencapai kesuksesan termasuk dalam bisnis.
Cara untuk mendeteksi persaingan adalah dengan : Menyebutkan tiga

155

pesaing langsung yang terdekat, menyebutkan pesaing tidak langsung


yang terdekat, memahami kondisi bisnis para pesaing, dan menganalisis
kegiatan pesaing termasuk mempelajari kekuatan dan kelemahannya,
serta membandingkan perbedaan dengan produk dan jasa perusahaan
sendiri.
b) Kondisi harga : Merupakan variabel yang mudah dimainkan oleh pelaku
bisnis sekaligus merupakan variabel pusat penghasilan. Dengan harga
akan memperoleh laba, akan tetapi jika salah perhitungan bisa menimbulkan kerugian. Karenanya harga merupakan salah satu strategi pemasaran yang sangat jitu jika dapat menerapkannya dengan tepat. Di
sinilah perlunya memantau secara terus-menerus harga yang ditetapkan
pesaing yang dihitung termasuk harga atas biaya, biaya plus, dan
pelayanan.
c) Kondisi promosi dan iklan : Tujuannya untuk memperkenalkan produk
dan jasa agar diketahui masyarakat sehingga menjadi konsumen/
pelanggan. Karena itu promosi harus tepat sasaran dengan jitu. Dalam
promosi harus dijelaskan secara rinci produk, manfaat dan keunggulannya, harga, di mana dapat diperoleh masyarakat. Jika bisnis berbentuk franchise (waralaba), promosi sudah ditentukan oleh franchisornya, tinggal diikuti saja oleh franchisee.
Setelah strategi dan rencana pemasaran dibuat dengan baik,
langkah selanjutnya menentukan estimasi atau forecasting besarnya
permintaan (demand). Terdapat dua metode yang digunakan dalam
membuat forecasting, yaitu pertama, metode kuantitatif, dengan perhitungan matematik atas data yang bersifat historis dan kausal, di
antaranya metode dekomposisi, moving average, exponential smoothing, exponential smoothing dengan trend adjustment, trend projection, linier regression causal model. Kedua, metode kualitatif, dengan
pendekatan yang bersifat subyektif yang berhubungan dengan pengambilan keputusan, emosi pribadi, pengalaman pribadi, sistem nilai yang

156

dianut, misalnya jury of executive opinion, sales force composite, delphi


method, customer market survey.
g. Kondisi dan Strategi Manajemen.
Bagian ini secara singkat menyajikan antara lain :
1) Ringkasan organisasi termasuk struktur organisasi dan uraian tugas, serta
badan hukumnya (jika sudah berbadan hukum).
2) Sistem akuntansi yang didesain serta pengendaliannya.
3) Data dari masing-masing pengelola perusahaan (top, middle, lower)
rencana penggajian, serta kelemahan-kelemahan yang mungkin mucul dan
cara mengatasinya.
4) Penjelasan jumlah karyawan dengan masing-masing keahlian/keterampilan
serta sistem penggajian dan kesejahteraannya.
5) Strategi-strategi yang akan dilaksanakan dan sasaran-sasaran (anggaran
perusahaan) serta penjelasan tentang kekuatan dan keunggulan yang
dimiliki perusahaan dalam merebut peluang pasar.
6) Cara-cara pencapaian tujuan perusahaan termasuk sistem insentif kepada
karyawan dalam pencapaian tujuan perusahaan.
7) Asuransi dan keamanannya.
8) Jika franchise (waralaba) dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
kewajiban-kewajiban maupun bantuan yang akan diterima.
Agar tidak tumpang tindih, perencana bisnis harus membuat SOP (Standard Operation Procedure) yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan
bisnis, dan jika dianggap perlu dibuatkan juga manualnya. Pada bagian ini pun
perlu ditampilkan hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya yang merupakan
nilai tambah (added value), dan usaha-usaha yang akan ditempuh di masa
mendatang dalam rangka pencapaian tujuan bisnis.
h. Kondisi Keuangan dan Strategi Keuangan.
Masalah keuangan dalam bisnis perlu diperhatian, karena jika kondisinya tidak
memadai dapat mengakibatkan resiko. Terdapat dua macam resiko keuangan, yaitu :

157

1) Resiko jangka pendek atau resiko likuiditas, yaitu ketidakmampuan menyelesaikan kewajiban tepat pada waktunya.
2) Resiko jangka panjang atau solvabilitas, yaitu ketidakmampuan menyelesaikan kewajiban-kewajiban jika jatuh tempo. Resiko jangka panjang ini
jika sudah jatuh tempo berubah menjadi resiko jangka pendek. Oleh sebab
itu dalam rencana bisnis, kondisi keuangan dan strateginya harus dikelola
dengan baik, sehingga diharapkan akan diperoleh profitabilitas yang
memadai.
Untuk mengelola keuangan dengan baik, perusahaan harus membuat/
menyusun anggaran yang berkaitan dengan keuangan, yang garis besarnya :
1) Kebutuhan keuangan untuk memulai usaha (star-up cost) yang meliputi
biaya untuk tempat usaha (beli atau sewa), biaya perizinan, biaya organisasi (pembuatan akte, penyusunan sistem dan prosedur operasional,
biaya akuntansi); biaya untuk pembelian mesin dan peralatan; biaya
perekrutan karyawan; biaya asuransi; biaya bahan baku dan penolong
tenaga kerja baik untuk percobaan maupun persediaan operasional; biaya
utilitas; biaya iklan dan promosi awal.
2) Kebutuhan biaya operasional untuk memulai operasional bisnis yang terdiri
atas biaya tenaga kerja (gaji/upah) biaya penyusunan, biaya asuransi, biaya
bungan pinjaman, biaya utilitas, biaya perawatan, biaya pajak, biaya
promosi dan administrasi. Hal ini biasanya harus disiapkan untuk selama
tiga sampai 6 bulan). Dalam hal ini harus disusun anggaran pinjaman dan
pelunasan, anggaran neraca, anggaran rugi laba, anggaran arus kas, analisis
titik impas, dan anggaran lain-lainnya. Analisis titik impas adalah suatu
model analisis untuk menentukan kapan perusahaan tidak memperoleh
laba tetapi juga tidak menderita kerugian, atau juga disebut laba = nol.
Dengan mengetahui titik impas, maka perusahaan dapat menentukan
jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar tidak menderita rugi.
Dalam analisis ini melibatkan tiga variabel, yaitu biaya variabel, biaya tetap,
dan harga jual.

158

Bagian ini menyangkut segala sesuatu tentang keuangan, maka menyangkut masalah keputusan investasi dan masalah alokasi modal yang jumlahnya
cukup besar untuk jangka waktu panjang, maka resikonya pun besar di
samping sumber perolehan dananya juga tidak mudah.
Kegiatan tersebut di atas lazim disebut pengambilan keputusan investasi,
keputusan investasi, atau capital budgeting yang mencakup beberapa aktivitas antara lain ekspansi, akuisisi, divestasi, rekapitalisasi aset, dsb. yang
kesemuanya perlu analisis dan evaluasi terhadap rencana perubahan investasi. Untuk melakukan evaluasi terhadap investasi, diperlukan tahapan :
1) Estimasi arus kas (cash flows).
2) Estimasi rencana pendapatan yang ingin diperoleh.
3) Evaluasi rencana investasi berdasarkan ukuran yang jelas.
Ukuran-ukuran yang biasanya dipergunakan dalam mengevaluasi suatu
rencana investasi ada dua kriteria, pertama, nondiscounted cash flow, yang
tidak memperhatikan nilai waktu dan uang yang terdiri dari payback period
dan accounting rate of return. Kedua, discounted cash flow yang memasukkan nilai waktu dan uang yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), dan Profitability Index (PI).
Hal-hal yang biasanya sering ditanyakan oleh para calon pemberi
pinjaman dana atau investor antara lain menyangkut masalah sejarah kredit
yang pernah dialami (lancar atau macet), jenis agunan yang dimiliki, kemampuan memenuhi tujuan pemberi pinjaman/investor, permintaan produk atau
jasa perusahaan, proteksi kepemilikan yang mantap (merk, paten, perjanjianperjanian lain), apakah proyeksinya realistis dan memiliki rencana pemasaran
yang kuat?
i. Kondisi dan Strategi Operasional.
Manajemen operasional mengatur semua kegiatan yang langsung berhubungan dengan pembuatan produk atau penyedaiaan jasa layanan. Kegiatannya
mentransformasi input (bahan mentah, energi, tenaga kerja, uang, informasi)
menjadi barang atau jasa. Berkaitan dengan operasi, terdapat dua kegiatan

159

utama yaitu sistem perancangan dan sistem operasi. Sistem perancangan


berkaitan dengan kapasitas, lokasi, susunan produk dan proses desain,
sedangkan sistem operasi lebih menekankan pada sumber daya manusia,
penjadwalan, manajemen proyek, manajemen kualitas dan semua biaya yang
timbul dari kegiatan operasional.
j. Strategi Membangun Masa Depan.
Disebut juga strategi exit, artinya strategi untuk sukses, bukan untuk gagal.
Strategi ini perlu dikembangkan sejak awal sehingga dalam mengambil
keputusan merupakan keputusan terbaik. Jika pengambil keputusan kurang
atau tidak menguasai masalah, ada baiknya meminta bantuan konsultan
untuk memecahkan strategi membangun masa depan.
Suatu bisnis dibangun dengan beberapa alasan, yaitu :
1) Membangun bisnis untuk diri sendiri (mandiri) daripada bekerja.
2) Mengejar keinginan, misalnya memiliki agen perjalanan.
3) Menjadi boss atas waktu sendiri.
4) Mendapatkan uang dari usaha yang disukai (misalnya tukang kayu, bengkel, menjahit, fotografi, tour leader, dsb.).
5) Memanfaatkan suatu penemuan.
6) Memperoleh pendapatan pengganti karena berhenti bekerja.
7) Menciptakan kekayaan bersih, dsb.
Demikianlah, sebagai wirausahawan seharusnya sudah melekat pada
dirinya untuk berpikir lebih awal tentang ekspansi, dan produk atau jasa apa
yang dapat ditambahkan, dapatkah pasar baru dicapai, dapatkah karyawan
ditambah, atau membuka cabang/kantor, dsb. Maka perlu dirumuskan
strategi, dan ternyata tidak ada strategi yang pas dalam arti benar atau salah
untuk semua urusan karena berbeda tujuannya. Strategi yang tepat harus
disesuaikan dengan tujuan dari bisnis dimaksud.
Menurut Sukmadi (2014:201-202), beberapa bentuk strategi dapat dikemukakan antara lain :
1) Menjual seluruh atau satu porsi bisnis. Jika dijual seluruhnya, maka tidak

160

ada harta yang terikat dalam bisnis.


2) Mengalihkan bisnis kepada anggota keluarga atau diturunkan ke ahli waris,
namun harus dipikirkan siapa yang akan mengurusnya kelak.
3) Rencana menjual saham kepada karyawan (employee stock ownership
plan/ESOP), namun harus dapat memperkuat posisi perusahaan karena
karyawan merasa memiliki.
4) Membawa perusahaan ke publik (go public) dengan menjual saham ke
umum, namun hal ini tidak mudah karena ada persyaratan-persyaratan
yang harus dipenuhi. Jika berhasil, maka akan memudahkan mendapat
likuiditas.
5) Likuidasi, dengan cara menjual seluruhnya, berhenti memimpin bisnis,
sehingga dapat membayar hutang, namun kadang tidak memberikan
keuntungan yang maksimal.
Berkaitan dengan strategi bisnis, di bawah ini dijelaskan pengertian dan
klasifikasi strategi. Menurut Stephani K. Marrus dalam Sukristono (1995),
strategi adalah suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang
berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu
cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Sedangkan
menurut Hamel dan Prahalad dalam Husein Umar (1995), strategi merupakan
tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terusmenerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat
terjadi dan bukan dimulai dari dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan
inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi ini di
dalam bisnis yang dilakukannya.
Terdapat dua klasifikasi strategi bisnis, yaitu pertama berdasarkan jenis
perusahaan, besar atau kecil yang hanya memiliki satu SBU (Strategic Basic
Unit), dan kedua berdasarkan tingkatan tugas yang meliputi strategi generik

161

(generic strategy), strategi utama/induk (grand strategy), dan strategi fungsional (functional strategy).
Strategi generik merupakan suatu pendekatan perusahaan dalam rangka
mengungguli pesaing dalam industri sejenis. Setelah mengetahui strategi
generiknya kemudian ditindaklanjuti dengan penentuan strategi yang lebih
operasional untuk implementasinya. Terdapat tiga model strategi generik :
1) Model Strategi Generik Wheelen dan Hunger atau Konsep General Electric
(GE) yang meliputi :
a) Strategi stabilitas (stability strategy) yang menekankan pada tidak
bertambahnya produk, pasar, dan fungsi-fungsi perusahaan lain, karena
perusahaan berusaha meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam
rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi ini resikonya
rendah dan biasanya dilakukan untuk produk yang tengah berada pada
posisi kedewasaan (matur);
b) Strategi ekspansi (expansion strategy) yang menekankan pada penambahan/perluasan produk, pasar, dan fungsi-fungsi perusahaan lainnya,
sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Strategi ini selain keuntungan
yang ingin diraih lebih besar, tetapi mengandung resiko kegagalan yang
tidak kecil;
c) Strategi penciutan (retrenchment strategy) untuk melakukan pengurangan atas produk yang dihasilkan atau pengurangan atas pasar
maupun fungsi-fungsi lain dalam perusahaan, khususnya yang mempunyai cash flow negatif. Biasanya strategi ini diterapkan pada bisnis
yang berada pada tahap menurun (decline). Penciutan ini dapat terjadi
karena sumber daya yang perlu diciutkan itu lebih baik, demi usaha lain
yang sedang berkembang.
2) Model Strategi Generik Michael P. Porter :
Untuk meningkatkan usaha dalam persaingan yang semakin ketat,
perusahaan harus memilih prinsip berbisnis dengan produk harga tinggi
atau produk dengan harga rendah. Jika digambarkan melalui dua sumbu (X

162

dan Y), strategi model ini sebagai berikut :


Y
Strategi
Diferensiasi

Strategi Kepemimpinan
Biaya Menyeluruh

Competitive
Scope
Strategi
Fokus
Diferensiasi

Strategi
Fokus
Biaya
X

Competitive Advantage
Sumber : S.L. Wangsanegara (51).

Catatan : Sumbu mendatar (X) digunakan untuk dimensi-dimensi dalam


keunggulan persaingan perusahaan, sedangkan sumbu vertikal (Y) digunakan untuk dimensi-dimensi dalam tingkatan persaingan perusahaan.
a) Strategi diferensiasi (differentiation strategy), cirinya bahwa perusahaan
mengambil keputusan untuk membangun persepsi pasar potensial terhadap suatu produk/jasa yang unggul agar tampak berbeda dengan
produk yang lain;
b) Strategi kepemimpinan biaya menyeluruh (overall cost leadership), cirinya bahwa perusahaan lebih memperhitungkan pesaing daripada
pelanggan dengan cara memfokuskan harga jual produk yang murah,
sehingga biaya produksi, promosi, maupun riset dapat ditekan, jika perlu
produk yang dihasilkan hanya sekedar meniru produk dari perusahaan
lain;
c) Strategi fokus (focus strategy), cirinya bahwa perusahaan mengkonsentrasikan pada pangsa pasar yang kecil untuk menghindar dari persaingan
dengan menggunakan strategi kepemimpinan biaya menyeluruh atau
diferensiasi.
3) Model Strategi Generik Fred R. David :
Pada prinsipnya strategi generik model ini dikelompokkan atas empat stra163

tegis :
a) Strategi integrasi vertikal (vertical integration strategy), yang menghendaki perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok, dan/atau para pesaingnya, misalnya melalui merger,
akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri;
b) Strategi insentif (insentive strategy), yang memerlukan berbagai usaha
yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui
produk yang ada;
c) Strategi diversifikasi (diversification strategy), untuk menambah produk
baru. Strategi ini kurang populer, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya
tingkat kesulitan manajemen dalam mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda-beda;
d) Strategi bertahan (defensive strategy), dengan maksud agar perusahaan
melakukan berbagai tindakan penyelamatan sehingga terlepas dari
kerugian yang lebih besar, yang pada akhirnya berujung kebangkrutan.
Sementara itu strategi utama (grand strategy) yang merupakan tindak
lanjut dari strategi generik, adalah strategi yang lebih operasional.
1) Model Strategi Utama Wheelen dan Hunger :
a) Macam-macam strategi utama : Jabaran strategi utama dan strategi
utama Wheelen dan Hunger menggunakan konsep dari GE, dapat dilihat
dari tabel di bawah ini.
Konsep Strategi General Electric (GE)
STRATEGI GENERIK
Strategi Pertumbuhan
(Growth Strategy)

Strategi Stabilitas
(Stability Strategy)

STRATEGI UTAMA
a. Strategi Pertumbuhan Konsentrasi :
- Horizontal
- Vertikal
b. Strategi Pertumbuhan Diversifikasi
- Terpusat
- Konglomerasi
a. Strategi Istirahat (Pause Strategy)/Strategi
Terus dengan Hati-hati (Proceed with Caution
Strategy)
b. Strategi Tanpa Perubahan (No Change Strategy)
c. Strategi Laba (Profit Strategy)
164

a. Strategi Perubahan Haluan (Turnaround


Strategy)
b. Strategi Memikat Perusahaan Lain (Captive
Company Strategy)
c. Strategi Jual/Ditutup (Sell Out/Divestment
Strategy)
d. Strategi Pelepasan (Bankkruptcy Strategy)/
Strategi Likuidasi (Liquidation Strategy)

Strategi Penciutan
(Retrenchment Strategy)

Sumber : S.L. Wangsanegara (53).

b) Cara memilih strategi utama : Berdasarkan pendekatan Wheelen dan


Hunger dapat digunakan matriks yang diciptakan oleh GE sebagai berikut :
Kekuatan Bisnis Posisi Persaingan
Kuat
Tinggi

Kemenarikan
Industri

Sedang

Rendah

1. Pertumbuhan
- Konsentrasi
via integrasi
vertikal
4.Stabilitas
- Istirahat
- Hati-hati

7.Pertumbuhan
- Diversifikasi
konsentrasi

Biasa
2.Pertumbuhan
- Konsentrasi
via integrasi
horizontal
5.Pertumbuhan
- Konsentrasi
via integrasi
horizontal
Stabilitas
- Tidak berubah
- Profit
8.Pertumbuhan
- Diversifikasi
konglomerasi

Lemah
3.Pengurangan
-Turnaround

6.Pengurangan
- Captive
company
- Selling out

9.Pengurangan
- Bankrupcy
- Liquidation

Sumber : S.L. Wangsanegara (53).

2) Model Strategi Utama Fred R. David :


a) Macam-macam strategi utama : Jabaran strategi utama dari strategi
generik versi Fred R. David sebagai berikut :
Konsep Strategi General Elektrik
STRATEGI GENERIK

Strategi Integrasi Vertikal


(Vertical Integration Strategy)
Strategi Intensif (Intensive
Strategy)

STRATEGI UTAMA
a. Strategi Integrasi ke Depan (Forward Integration Strategy)
b. Strategi Integrasi ke Belakang (Backward
Integration Strategy)
c. Strategi Integrasi Horizontal (Horizontal
Integration Strategy)
a. Strategi Pengembangan Pasar (Market
Development Strategy)
165

b. Strategi Pdengembangan Produk (Product


Develompent Strategy)
c. Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy)
a. Strategi Diversifikasi Konsentrik (Concentric Diversification Strategy)
b. Strategi Diversifikasi Konglomerat (Conglomerate Diversification Strategy)
c. Strategi Diversifikasi Horizontal (Horizontal
Diversification Strategy)
a. Strategi Usaha Patungan (Joint Venture
Strategy)
b. Strategi Penciutan Biaya (Retrenchment
Strategy)
c. Strategi Penciutan Uasaha (Divestiture
Strategy)
d. Strategi Likuidasi (Liquidation Strategy)

Strategi Diversifikasi
(Diversification Strategy)

Strategi Bertahan
(Devensive Strategy)

Sumber : S.L. Wangsanegara (54).

b) Cara menentukan Strategi Utama : Menurut Fred R. David, ada tiga


tahapan kerangka kerja dengan matriks sebagai model analisisnya.
Tahap 1 : The Input Stage
External
Evaluation (EFE)
Matrix

Factor Internal Factor


Evaluation (IPE)
Matrix

Competetive
Profile (CP)
Matrix

Tahap 2 : The Matching Stage


Threat
Opportunity
Weaknesses
Strength
(TOWS) Matrix

Strategic Position
and Action Evaluation (SPACE)

Boston
Internal
Consulting
External
Group (BCG) IE Matrix

Grand
Strategy
Matrix

Tahap 3 : The Decision Stage


Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Sumber : S.L. Wangsanegara (55).

3) Strategi Utama Michael R. Porter :


a) Dimensi Strategi :
Porter mengajukan tiga belas macam dimensi yang pada umumnya
dipilih perusahaan dalam bersaing, yaitu :
(1) Spesialisasi.
166

(2) Identifikasi merk.


(3) Dorong versus tarik.
(4) Seleksi saluran.
(5) Mutu produk.
(6) Kepeloporan teknologis.
(7) Integrasi vertikal.
(8) Posisi biaya.
(9) Layanan.
(10) Kebijakan harga.
(11) Leverage.
(12) Hubungan dengan perusahaan induk.
(13) Hubungan dengan pemerintah.
b) Cara Menentukan Strategi Utama :
Peneliti memilih dimensi-dimensi mana saja yang paling mungkin untuk
analisisnya yang disesuaikan dengan industri. Setelah dipilih, petakan
dimensi-dimensi tersebut pada sumbu X dan Y.
Y
Seluruh
Industri
Strategi
Diferensiasi

Strategi Kepemimpinan Biaya


Menyeluruh

Strategi Fokus
Diferensiasi

Strategi Fokus
Biaya

Competitive
Scope
Hanya
Segmen
Tertentu

x
Kekhasan yang dirasakan
Posisi Biaya Rendah
Konsumen
Competitive Advantage
Sumber : S.L. Wangsanegara (56).

c) Penentuan Strategi Berdasarkan Product Life Cycle (PLC) :


(1) Strategi pada Bisnis yang Tumbuh :
167

- Lingkungan struktural;
- Kendala perkembangan industri;
- Pilihan-pilihan strategi.
(2) Strategi Pindah ke Bisnis yang Dewasa :
- Perubahan industri selama transisi;
- Implikasi organisasi;
(3) Strategi pada Bisnis yang Menurun :
- Penentu struktural persaingan dalam masa penurunan;
- Alternatif strategi dalam masa penurunan.

B. ARAH, SASARAN, DAN STRATEGI BISNIS


1. Arah dan Sasaran.
Dalam hubungannya dengan penetapan arah dan sasaran bisnis, Salim Siagian
(1997:33) menyarankan pengkajian atas pertanyaan : Kita berada pada bidang
usaha apa? Berapa laba yang diinginkan? Seberapa cepat kita ingin tumbuh?
Untuk melakukan pengkajian dimaksud sehingga menjadi pertimbangan tentang
posisi perusahaan saat ini dan kaitannya dengan situasi lingkungan serta persaingan, maka dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Kita berada pada bidang usaha apa? Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan pemahaman bukan saja mengenai perubahan kebutuhan konsumen yang
harus dipenuhi, tetapi juga tentang perkembangan pasar secara keseluruhan;
b. Berapa laba yang ingin dihasilkan? Tujuan utama perusahaan pada dasarnya
memperoleh laba, menjaga kelangsungan usaha, dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang atau dalam waktu yang lebih
terbatas. Dengan demikian perlu menghasilkan laba yang cukup untuk
membiyai hidup perusahaan, sehingga dapat merencanakan perluasan dan
memberikan balas jasa terhadap modal yang diberikan oleh pemegang saham,
bank, karyawan, maupun pihak lainnya. Masalah praktisnya adalah menetapkan atau memutuskan seberapa jauh di atas batas minimum sasaran laba
harus ditetapkan untuk memenuhi keamanan, pertumbuhan, dan hasil. Hal
168

ini sebagian akan bergantung pada jenis bidang usaha yang diterjuni perusahaan serta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Namun jangan menetapkan sasaran laba yang bertujuan untuk pencapaian tingkat maksimum
jangka pendek, sebab dapat merusak sasaran masa depan. Oleh karena itu,
menetapkan sasaran laba yang realistis akan lebih baik daripada perusahaan
yang sekedar mencoba menghasilkan uang sebanyak-banyaknya.
c. Seberapa cepat perusahaan ingin tumbuh? Hal ini didasarkan pada pemikiran
jika perusahaan tidak tumbuh, maka akan tertinggal dan terhenti. Hal ini
dapat dibenarkan, dalam arti, pasar sedang berkembang dalam situasi yang
cenderung posisi pasar menurun, ekspansi tidak dapat dilaksanakan, karena
biaya-biaya cenderung akan lebih cepat meningkat yang akibatnya akan
mengurangi kemampuan perusahaan memperoleh laba.

Oleh sebab itu

dalam menetapkan seberapa cepat perusahaan ingin tumbuh, harus diusahakan serealistis mungkin dengan mempertimbangkan situasi-situasi tertentu
yang akan mengundang resiko yang lebih besar dan menurunkan prestasi.
2. Menetapkan Strategi Bisnis.
Menetapkan strategi atau siasat bisnis berarti menetapkan cara organisasi/
perusahaan mencapai tujuan. Lazimnya strategi didasarkan atau sesuai dengan
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dan hasil usaha yang telah diproyeksikan
oleh organisasi/perusahaan. Secara garis besar strategi bisnis meliputi : Strategi
operasional, strategi pembiayaan/investasi, strategi manajemen/organisasi/pendayagunaan SDM. (Salim Siagian, 1997:36).
a. Strategi Operasional.
Meliputi strategi dalam hal kegiatan usaha, pengadaan, maupun pemasaran.
1) Kegiatan usaha : Pertimbangkan posisi yang telah dicapai perusahaan, hal
ini berarti harus mempertahankan serta memantapkan kegiatan usaha
yang telah dicapai dilandaskan pada penanganan komoditas/produk yang
telah terjamin pemasaran dan keuntungannya.
2) Pengadaan : Harus diarahkan pada terciptanya ikatan partnership yang
kuat antara perusahaan pembekal (supplier), dan hubungan yang baik
169

dengan para distributor, sehingga pengembangan komoditas/produk dapat


berjalan mantap dan terjamin kontinuitasnya. Perlu juga dipertimbangkan
peluang-peluang yang mungkin diperoleh karena adanya kebijakan pemerintah.
3) Pemasaran : Erat hubungannya dengan penetapan sasaran perusahaan.
Yang perlu diperhatikan antara lain :
a) Sasaran pasar yang dituju;
b) Lingkungan pemasaran;
c) Kekuatan dan kelemahan pemasaran perusahaan;
d) Kesempatan pemasaran, ancaman yang dihadapi pemasaran perusahaan;
e) Strategi pemasaran terpadu yang meputi :
(1) Rencana tingkat dan potongan harga serta syarat-syarat pembayaran.
(2) Rencana pengembangan produk dan produk baru.
(3) Rencana pengembangan armada penjualan.
(4) Rencana penyaluran fisik.
(5) Rencana pengembangan dan pembiayaan saluran distribusi.
b. Strategi Pembiayaan dan Investasi.
1) Pembiayaan : Selalu diarahkan pada tersedianya dana dari sumber-sumber
pembiayaan yang murah yang diperlukan untuk menunjang kegiatan usaha
perusahaan dan penggunaan dana yang tersedia secara efektif dan efisien.
Biasanya sumber dana itu dari :
a) Modal sendiri;
b) Kredit-kredit dagang (perusahaan pemasok);
c) Kredit bank;
d) Lembaga pembiayaan lain nonbank.
2) Investasi : Biasanya diarahkan pada :
a) Penyediaan sarana-sarana penunjang kegiatan usaha yang bisa berupa
mesin-mesin, alat angkutan, gudang kantor, investasi kantor, dsb.

170

b) Penyertaan-penyertaan pada perusahaan lain.


Barang tentu pelaksanaannya harus mempertimbangkan kegunaannya,
serta likuiditas dan kemampulabaan (problibilitas) perusahaan. Oleh karenanya perusahaan harus juga mempertimbangkan sumber-sumber pembiayaan atas dasar pilihan seperti : Modal sendiri, laba ditahan, penjualan
aktiva tetap yang tidak berguna lagi, dan sumber-sumber pembiayaan
jangka panjang dari pihak ketiga.
c. Strategi Manajemen, Organisasi, dan Pendayagunaan SDM.
1) Manajemen : Pokok-pokok kebijakan manajemen dalam mengelola berbagai kegiatan perusahaan :
a) Mengikutsertakan seluruh tenaga dan sumber daya untuk mencapai
tujuan dan sasaran perusahaan;
b) Koordinasi selalu dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan guna memenuhi kepentingan seluruh pihak berkepentingan
deengan perusahaan : Pemegang saham, kredit pemerintah, karyawan,
dan masyarakat;
2) Organisasi : Prinspi-prinsip organisasi yang sehat dilaksanakan untuk menunjang pelaksanaan berbagai kegiatan usaha dalam rangka mencapai
sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.
3) Pendayagunaan SDM : Antara lain melalui :
a) Diklat bidang manajerial bagi karyawan yang menduduki jabatan tertentu;
b) Magang bagi karyawan teknis;
c) Pelaksanaan sistem promosi dan pemberian insentif;
d) Peningkatan kesejahteraan kafryawan sesuai dengan kemampuan
perusahaan.
d. Menjabarkan Sasaran-sararan dan Strategi menjadi Rencana-rencana Perusahaan.
Perusahaan perlu memerinci waktu dan biaya tindakan-tindakan yang akan
dilakukan, yaitu anggaran (budget) sebagai dasar pegangan pengoperasian

171

rencana perusahaan dan juga sebagai alat pengendalian.


1) Anggaran perusahaan : Adalah suatu rencana yang disusun secara sistematik meliputi seluruh kegiatan perusahaan, dan dinyatakan dalam unit
(kesatuan) moneter, dan berlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan
datang. Jadi, anggaran perusahaan mempunyai empat unsur :
a) Rencana;
b) Meliputi seluruh kegiatan perusahaan;
c) Dinyatakan dalam unit moneter;
d) Jangka waktu tertentu yang akan datang.
2) Tujuan penggunaan anggaran perusahaan :
a) Memotivasi terciptanya kerjasama di antara masing-masing bagian
dalam perusahaan;
b) Sebagai alat pengendalian karena dpat digunakan untuk menilai sampai
sejauh mana tugas yang dibebankan telah dilaksanakan;
c) Memotivasi setiap orang dalam organisasi untuk berpikir ke dapan.
3) Jenis-jenis anggaran : Ditinjau dari segi metode penyusunannya, anggaran
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a) Anggaran parsial, yang disusun sebagian demi sebagian, misalnya hanya
anggaran penjualan, dsb.
b) Anggaran komprehensif, yang disusun secara menyeluruh atas kegiatan
operasional perusahaan. Anggaran komprehensif jika ditinjau dari
fleksibilitasnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu anggaran tetap
(fixed budget) dan anggaran kontinyu (continueris budget). Anggaran
tetap adalah yang disusun untuk periode waktu tertentu dan volumenya
sudah tetap berdasarkan volume tersebut. Sedangkan anggaran kontinyu disusun menurut periode tertentu misalnya semester atau kuartal.
Jadi, secara periodik dilakukan penilaian kembali (review), sehingga jika
terjadi keadaan yang tidak sesuai perlu dibuat anggaran baru untuk
semester/kuartal berikutnya. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
anggaran kontinyu bisa disusun, adalah :

172

(1) Memerlukan personalia dan sistem akuntansi yang baik yang mampu dengan cepat merekam, menganalisis, dan melaporkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam realisasai.
(2) Pengamatan yang sungguh-sungguh terhadap lingkungan luar perusahaan (ekstern).
Anggaran yang baik tentu yang disusun secara komprehensif agar seluruh kegiatan olperasional perusahaan terpadu. Namun ada beberapa alasan atau kondisi yang menyebabkan anggaran disusun parsial, yaitu :
a) Tidak tersedianya data yang lengkap tentang seluruh bagian dari perusahaan;
b) Tidak ada biaya dan keterampilan penyusunnya sehingga hanya dibuat
anggaran yang diperlukan saja;
c) Kehendak pimpinan perusahaan.
4) Jangka waktu anggaran : Jika rencana atau program kerja dibagi dalam
perencanaan jangka panjang (umumnya 20 tahunan), perencanaan jangka
menengah (lima tahunan), dan perencanaan jangka pendek (tahunan),
maka anggaran umumnya dikenal tahunan. Anggaran tahunan atau jangka
pendek dapat dibagi menjadi anggaran operasional dan anggaran keuangan.
a) Anggaran operasional, untuk seluruh kegiatan perusahaan, misalnya
anggaran untuk :
(1) Anggaran proyeksi rugi/laba.
(2) Anggaran pembantu laporan rugi/laba yang mencakup : Anggaran
produksi, anggaran distribusi, anggaran pemasaran dan promosi,
anggaran penjualan, anggaran administrasi dan umum, dsb.
b) Anggaran keuangan, sebagai akibat dari perubahan-perubahan kekayaan, hutang-piutang perusahaan antara lain meliputi : Proyeksi neraca
dan anggaran pembantu proyeksi neraca yang terdiri atas anggaran kas,
anggaran hutang, anggaran piutang, anggaran perubahan modal, anggaran penyusutan.

173

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anggaran.


Anggaran dapat berfungsi dengan baik jika taksiran-taksiran (forcast) yang
termuat di dalamnya cukup akurat sehingga tidak jauh berbeda dengan
realisasinya nanti. Untuk dapat melakukan penaksiran secara lebih akurat,
diperlukan berbagai fakta, data, dan informasi, serta pengalaman yang
merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menyusun
anggaran. Faktor-faktor dimaksud secara garis besar dibedakan menjadi dua
kelompok :
1) Faktor-faktor intern, yaitu data, informasi, dan pengalaman di dalam
perusahaan sendiri, yaitu :
a) Penjualan tahun yang lalu;
b) Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga
jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi,
dsb.
c) Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan;
d) Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlah (kuantitas) maupun
keterampilan dan keahlian (kualitas);
e) Modal kerja yang dimiliki perusahaan;
f) Fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan;
g) Kebijakan-kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi perusahaan baik di bidang produksi, pemasaran, pembelanjaan, administrasi, dan personalia.
Sampai batas-batas tertentu, perusahaan masih dapat mengatur dan
menyesuaikan faktor-faktor intern mengenai apa yang diinginkan untuk
masa yang akan datang. Misalnya, modal kerja dirasakan kurang untuk
periode budget yang akan datang, maka perusahaan masih bisa menambahnya, dengan meminta kredit bank, dsb. atau peralatan, mesin-mesin,
tenaga kerja, fasilitas-fasilitas lain bisa disesuaikan baik ditambah atau
dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Karenanya faktor-faktor intern ini
sering disebut sebagai faktor yang controllable (dapat diatur).

174

2) Faktor-faktor Ekstern, yaitu data, infoirmasi, dan pengalaman yang dapat


mempengaruhi kehidupan perusahaan, yaitu :
a) Keadaan persaingan;
b) Tingkat pertumbuhan penduduk;
c) Tingkat penyebaran penduduk;
d) Tingkat penghasilan masyarakat;
e) Tingkat pendidikan masyarakat;
f) Berbagai kebijakan pemerintah baik di bidang politik, ekonomi, sosialbudaya, maupun pertahanan dan keamanan;
g) Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), dsb.
Atas faktor-faktor ekstern ini perusahaan tidak mampu mengaturnya
sesuai yang diinginkan dalam periode budget yang akan datang atau
disebut uncontrollable. Maka perusahaanlah yang harus menyesuaikan
kebijakan-kebijakannya dengan faktor-faktor ekstern tersebut.
f. Syarat-syarat Anggaran yang Baik.
Anggaran dapat dikategorikan atau dikualifikasikan baik jika :
1) Sistematis, artinya disusun secara berurutan dan berdasarkan logika.
2) Realistis, artinya sesuai dengan keadaan sebenarnya yang dihadapi, baik
intern maupun ekstern, dan jangan terlalu optimis maupun pesimis.
3) Fleksibel, artinya luwes, tidak terlalu kaku, dan mempunyai kemungkinan
penyesuaian dengan keadaan yang bisa berubah-ubah.
4) Kontinyu, artinya membutuhkan perhatian yang terus-menerus dan tidak
merupakan usaha yang sifatnya insidental (kadang-kadang).
Adapun strategi-strategi lainnya telah diungkapkan dalam cakupan rencana
bisnis sebelumnya (lihat halaman 151 dst.).

C. PENGENDALIAN RENCANA BISNIS


Setelah sasaran ditetapkan, strategi dirumuskan, rencana dijabarkan dalam bentuk
program dan anggaran perusahaan, serta penerapan/pelaksanaannya dimulai,
175

maka kegiatan berikutnya adalah pengendalian agar dapat memonitor kemajuan


atau prestasi, serta mengenali bidang-bidang yang memerlukan tindakan koreksi
atau perbaikan. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pengendalian sekaligus menilai
prestasi perusahaan dimaksud, barang tentu terlebih dulu harus ditetapkan standar
yang akan digunakan sebagai tolok ukur yang berpedoman pada sasaran dan
rencana salah satu dari alat-alat yang paling banyak dipakai untuk melaksanakan
pengendalian.
1. Pengendalian Usaha dengan Cara Membandingkan Realisasi dengan Anggaran.
Cara yang sederhana dalam rangka melaksanakan pengendalian usaha adalah
dengan membandingkan antara realisasi (prestasi) dengan rencana yang dilakukan setiap periodik, minimal sebulan sekali. Untuk itu harus tersedia data dan
informasi pelaksanaan anggaran seperti realisasi penjualan, realisasi anggaran
biaya administrasi dan umum, dsb. termasuk laporan rugi laba secara periodik.
Dalam melaksanakan pengendalian usaha, pimpinan perusahaan harus memusatkan perhatiannya pada penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dengan
berpedoman pada tingkat toleransi penyimpangan yang diizinkan.

Setelah

diketahui, selanjutnya dilakukan penelitian apa yang menjadi penyebabnya


sekaligus bagaimana cara memperbaikinya.
Pada umumnya, ada tiga golongan penyebab terjadinya penyimpangan, yaitu :
a. Perubahan pasar, seperti konsumen, distribusi, dsb.
b. Perubahan pesaing, seperti pada produk, harga, dan promosi;
c. Perubahan sistem, seperti pada produk, harga promosi, atau prestasi karyawan.
2. Melakukan Tindakan Koreksi.
Maksud utama pengendalian adalah memonitor prestasi berdasarkan rencana
dan mengambil tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
umumnya ada tiga golongan yaitu perubahan pasar, perubahan pesaing, dan
perubahan sistem di intern perusahaan.
176

Dengan asumsi akan selalu terjadi perubahan, sementara rencana yang dijabarkan dalam anggaran seringkali menjangkau periode yang panjang (setahun),
maka tindakan koreksi dapat dilakukan melalui mekanisme peninjauan/evaluasi
yang teratur sepanjang tahun, dengan kemungkinan peramalan dan penganggaran kembali agar lebih baik dan menggambarkan perubahan yang realistis.
Dalam hal ini kriteria penilaian pun perlu diubah dengan melihat kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada (analisis SWOT). Namun juga perlu
hati-hati, sebab kalau terlalu sering dilakukan perubahan kriteria penilaian, bisa
mengurangi komitmen (keterikatan) dan motivasi manajemen terhadap proses
perencanaan.
Dalam kondisi sekarang, ketika dunia dunia makin cepat berubah, maka
mengubah rencana dan standar penilaian disesuaikan dengan perubahan tersebut merupakan sesuatu yang wajar.

177

BAB VIII
KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA (BISNIS)

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Pemimpin adalah seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai
predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir), dan merupakan kebutuhan dari satu
situasi/zaman, sehingga ia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan. (Kartini Kartono, 1998:33). Dengan kekuasaan
dan kewibawaannya ia mampu mempengaruhi orang lain dalam melaksanakan
keinginannya.
Demikianlah, kepemimpinan (leadership) merupakan kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain dalam melaksanakan keinginannya. Kepemimpinan memiliki beberapa tipe, yaitu behavioral leadership, situasional atau transactional leadership, dan transformational leadership.
1. Behavioral Leadership : Ada dua tipe, yang pertama adalah task oriented di
mana pemimpin lebih fokus pada pencapaian tujuan, pemberian tugas/instruksi,
rencana kerja, dan ketaatan pada peraturan. Jadi lebih menitikberatkan bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan. Yang kedua adalah people oriented yang
intinya sama dengan tipe pertama tetapi lebih menekankan pada orang atau
penciptaan human relations, good relations, dan interpersonal warmth.
2. Situasional/Transactional Leadership : Pemimpin bisa menerapkan task oriented, people oriented, atau kombinasi dari keduanya bergantung pada situasi
tertentu. Pemimpin situasional merupakan pemimpin feksibel, karenanya disebut transaksional yang menekankan ada hubungan interpersonal yang terjadi
antara atasan dan bawahan, dan memungkinkan untuk berinteraksi tiap hari.
3. Transformational Leadership : Pemimpin ini memiliki orientasi perubahan yang
signifikan bagi organisasi dan menginspirasi, serta memotivasi karyawan dengan
pemberian instruksi atau kebijakan-kebijakan baru. Karakteristik dari pemimpin
demikian tidak fleksibel, single minded, dan keras kepala, karena organisasi harus
berjalan sesuai dengan keinginannya.
178

Di dalam suatu perusahaan, tipe kepemimpinan berhubungan dengan level


manajemen. Di level pertama (lower), pemimpin yang dibutuhkan adalah yang
memiliki pengetahuan teknikal, di level kedua (middle), yang dibutuhkan adalah
pemimpin situasional/transaksional, sedangkan di level ketiga atau atas (top),
yang dibutuhkan adalah pemimpin yang visioner dan bisa membuat perubahan
di dalam organisasi (transformational). Jika digambarkan sebagai berikut :

Transformational

Transactional

Technical
Sumber : Wawan Dhewanto (2013:141).

Sementara itu menurut Rhenald Kasali (2010:95-96), terdapat tiga jenis kepemimpinan, yaitu kepemimpinan transformational-transaksional, kepemimpinan
karismatik-visioner, dan kepemimpinan tim.
1. Kepemimpinan Transformational-Transaksional : Pemimpin yang membimbing
dan memotivasi pengikutnya menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas peran dan persyaratan tugas. Kepemimpinan transformasional dibangun di
atas kepemimpinan transaksional.

Ia menghasilkan usaha dan kinerja jauh

melampaui apa yang dihasilkan oleh pendekatan transaksional. Kepemimpinan


transformasional memimpin lebih dari sekedar kharisma, ia menanamkan
kemampuan bertanya kepada para pengikutnya, termasuk mempertanyakan halhal yang sudah mapan dan rutin untuk diperbarui.
2. Kepemimpinan Karismatik-Visioner : Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang
basisnya adalah antusiasme, dan memiliki rasa percaya diri yang kuat, serta
tindakannya dapat mempengaruhi banyak orang untuk berperilaku dengan cara
tertentu. Ada lima karakteristik pemimpin karismatik :
a. Mempunyai visi;
b. Mampu menyampaikan visi tersebut dengan jelas dan mudah dipahami;
c. Berani mengambil resiko untuk mencapai visi itu;
179

d. Sensitif terhadap kendala lingkungan dan kebutuhan pengikutnya;


e. Menunjukkan perilaku di luar kebiasaan.
Pemimpin karismatik kemungkinan muncul dalam bidang politik dan agama,
atau muncul pada waktu yang sulit, misalnya perang, ketika bisnis baru dimulai,
atau saat menghadapi krisis yang mengancam kehidupannya, dsb. Kemudian
istilah visi dikaitkan dengan kepemimpinan karismatik. Akan tetapi kepemimpinan visioner melampaui karisma karena kemampuannya menciptakan dan
menyatakan visi yang realistis, layak dipercaya, dan menarik mengenai masa
depan organisasi yang tumbuh dan memperbaiki situasi sekarang. Pemimpin
visioner memiliki tiga sifat yang berkaitan dengan efektivitas peran visionernya,
yaitu :
a. Kemampuan dalam menjelaskan visinya kepada orang lain melalui pidatopidato yang memukau dan memancing orang untuk bergabung (komunikator
yang kuat);
b. Kemampuan mengungkapkan visi bukan hanya secara verbal melainkan juga
melalui perilaku;
c. Kemampuan untuk memperluas dan menerapkan visi dalam berbagai konteks
yang berbeda-beda.
3. Kepemimpinan Tim : Terbagi dalam empat peran :
a. Peran penghubung (liaison officer) dengan pihak luar, mencakup manajemen
yang lebih atas, tim internal lain, pelanggan, atau pemasok;
b. Peran penyelesai masalah, jika ada yang membutuhkan bantuan selalu bersedia dan siap membantu memecahkan masalah itu;
c. Peran sebagai manajer konflik, yang siap membantu jika terjadi pertikaian;
d. Peran pembina, yang memperjelas harapan dan peran, mengajarkan, menawarkan dukungan, memberi semangat, dan melakukan apa saja yang perlu
untuk membantu para anggota tim mempertahankan tingkat kinerja yang
tinggi.
Bagi seorang wirausahawan, kepemimpinan adalah modal yang sama pentingnya dengan kepercayaan dan kreativitas. Dengan kreativitas yang tinggi akan

180

inovatif dan adaptif, kaya dengan pembaruan dan tidak mudah dihambat oleh
kejadian-kejadian dari luar. Namun tanpa kepercayaan, kreativitas yang hebat tidak
akan mempunyai nilai pasar, tidak dapat diterima di mana-mana. Maka kepemimpinan hendaknya menggabungkan kreativitas dan kepercayaan menjadi sebuah
usaha yang efektif, yang berpengaruh luas dan hidup.
Sebuah usaha yang dibangun tanpa kepemimpinan yang kuat hanya akan menjadi usaha kecil yang stagnant (diam, tidak berkembang). Maka dengan kepemimpinan yang hebat, usaha akan menjadi besar dan banyak orang mau berkerjasama
dengannya. Kepemimpinan dibentuk bertahap, sejalan dengan tumbuhnya usaha.
Perlu kombinasi antara pengetahuan, pengalaman, keterampilan, cara mengarahkan dan penerimaan.

B. PERILAKU KEPEMIMPINAN
1. Orientasi Perilaku Kepemimpinan.
a. Orientasi Perilaku Pemimpin yang Task Oriented : Cenderung menunjukkan
pola-pola perilaku sebagai berikut :
1) Merumuskan secara jelas peranannya sendiri meupun stafnya.
2) Menetapkan tujuan-tujuan yang sukar tetapi dapat dicapai, dan memberitahukan kepada karyawan apa yang diharapkan dari mereka.
3) Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan
dan pencapaian tujuan, yaitu dengan merumuskan tujuan-tujuan dimaksud
dengan jelas dan khas.
4) Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,
mengarahkan, membimbing, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada tujuan.
5) Berminat mencapai peningkatan produktivitas.
Pemimpin yang kadar orientasi tugasnya rendah, cenderung menjadi
tidak aktif dalam mengarahkan perilaku yang berorientasi pada tujuan, seperti
perencanaan dan penjadwalan. Ia cenderung bekerja seperti para karyawan

181

lain dan tidak membedakan peranannya sebagai pemimpin organisasi secara


jelas.
b. Orientasi Perilaku Pemimpin yang People Oriented : Cenderung menunjukkan
pola-pola perilaku sebagai berikut :
1) Menunjukkan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan menghilangkan ketegangan jika timbul.
2) Menunjukkan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan sebagai
alat produksi saja.
3) Menunjukkan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, keinginan-keinginan, perasaan dan gagasan-gagasan karyawan.
4) Membangun komunikasi timbal balik yang baik dengan karyawan.
5) Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi karyawan. Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku yang diberi imbalan
(kompensasi) akan bertambah frekuensinya, sebaliknya yang tidak diberi
imbalan akan berkuarng frekuensinya.
6) Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif
karyawan.
7) Menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi.
Pemimpin yang orientasi orang (people oriented) rendah, cenderung
bersikap dingin dalam hubungan dengan karyawan, memusatkan perhatian
pada prestasi individu dan persaingan tinimbang kerjasama, serta tidak
mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab kepada orang lain. Namun
demikian, pemimpin dan orang-orang yang people orientednya tinggi belum
tentu juga merupakan orang-orang yang ramah dan sosial, melainkan mereka
dapat menangani pelbagai macam orang dengan efektif. Mereka menunjukkan keterampilan yang tinggi dalam bidang hubungan antarmanusia.
Hubungan pemimpin dengan karyawan cenderung memberi nasihat, mengkoordinasi, mengarahkan, dan mengambil inisiatif daripada mengkritik, melarang, dan menghakimi.

Bersifat membujuk tinimbang menghukum.

182

Ia

memberikan pengaruh kuat dan pengarahan dengan cara yang tidak menimbulkan dendam.
Teori perilaku menjelaskan efektivitas perilaku yang membedakan
seorang pemimpin yang efektif dengan orang-orang lain yang tidak efektif.
Ada empat studi perilaku utama yang perlu diketahui. (Rhenald Kasali,
2010:88-89) sebagaimana tabel di bawah ini.
Teori Kepemimpinan Perilaku

Studi Leadership dari Universitas Iowa


AS.

Studi Leadership dari Ohio


State AS.

Studi Leadership dari Universitas Michigan AS.

Kisi-kisi Manajerial.

DIMENSI PERILAKU

KESIMPULAN

Gaya Demokratis : Melibatkan


bawahan, mendelegasikan wewenang, dan mendorong partisipasi.
Gaya Otokratis : Mendiktekan
metode kerja, memusatkan pengambilalihan keputusan, dan
membatasi partisipasi.
Gaya Laissezfaire : Memberikan
kebebasan pada kelompok untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan pekerjaan.
Pertimbangan : Mempertimbangkan ide dan perasaan para
pengikutnya.
Mengadakan Struktur : Menyusun tugas dan hubungan kerja
untuk memenuhi tujuan pekerjaan.
Berorientasi Karyawan : Menekankan hubungan antar pribadi
dan memperhatikan kebutuhan
karyawan.
Berorientasi Produksi : Menekankan aspek teknis atau tugas
dari pekerjaan.
Memperhatikan Manusia :
Mengukur perhatian pemimpin
terhadap bawahan pada skala
1:9 (rendah sampai tinggi).
Perhatian Akan Produksi : Mengukur perhatian pemimpin untuk menyelesaikan pekerjaan
pada skala 1:9 (rendah sampai
tinggi).

Kepemimpinan yang paling


efektif adalah kepemimpinan
dengan cara yang demokratis.

Sumber : Rhenald Kasali (2010:88-89).

183

Pemimpin tinggi-tinggi (tinggi


dalam pertimbangan dan tinggi dalam pengadaan struktur)
mencapai kinerja dan kepuasan bawahan yang tinggi, tetapi
tidak dalam semua situasi.
Pemimpin yang berorientasi
karyawan terkait dengan produktivitas yang tinggi dan kepuasan kerja yang lebih tinggi.

Pemimpin berkinerja sangat


baik jika gayanya 9,9 (perhatian yang tinggi atas produksi
dan perhatian yang tinggi atas
manusia/bawahan).

2. Memimpin Orang Lain.


Memimpin tidak sama dengan mengelola (to manage). Kepemimpinan bagian
dari manajemen, dan pengelolaan adalah bidang yang lebih luas dibanding
dengan memimpin yang dipusatkan pada masalah perilaku maupun nonperilaku.
Jadi, kepemimpinan ditekankan pada isu perilaku.
Perbedaan pemimpin dengan manajer menurut Rhenald Kasali (2010:90)
dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini.
Pemimpin vs. Manajer
PEMIMPIN

MANAJER

Memelihara sistem yang ada, bekerja


dengan sistem.
Bebas, merdeka, kreatif, berani melaku- Patuh, disiplin, tidak memberi ruang bagi
kan kesalahan tetapi tetap disiplin.
kesalahan.
Berani menghadapi tantangan.
Menghindari resiko.
Orientasi ke masa depan di suatu tempat Orientasi di sini, hari ini (here & now),
yang berbeda, imajinatif (be somewhere learning from the past.
one day, learning from the future).
Dasarnya adalah kreativitas dan karakter. Menciptakan pengikut dan bawahan.
Tak terlalu memikirkan posisi, lebih pada Dasarnya adalah kompetensi dan
manfaat, nilai, dan tanggung jawab.
profesionalisme.
Memperbarui/menciptakan sistem baru.

Sumber : Rhendald Kasali (2010:90).

Sementara itu pemimpin pun mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan


pengikut (followers) seperti dapat dilihat dalam tabel berikut :
Follower vs. Leader
FOLLOWERS

LEADERS

Bereaksi (reaktif).

Berinisiatif.

Listen; Tunggu telepon masuk.

Lead; Angkat telepon.

Membuang-buang waktu; Reaching to


problems.
Spend time with people.
Kalender diisi dengan jadwal yang sudah
diperintahkan.

Gunakan waktu dengan perencanaan dan


antisipasi masalah.
Invest time with people.
Mengisi kalender dengan prioritasprioritas ke depan; action.

Rhenald Kasali (2010:89).

Aktivitas dari kepemimpinan bisnis/wirausaha yang efektif adalah sebagai


berikut :
a. Dari Segi Sikap kepada Bawahan/Karyawan :
1) Mempunyai kepercayaan kepada bawahan, dan harus disampaikan.
184

2) Mudah didekati dan bersahabat.


3) Suka membantu bawahan agar lebih efektif dan berusaha menghilangkan
hambatan bagi pencapaian tujuan dan prestasi.
4) Secara emosional suka mendukung bawahan dan menghindari perilaku
yang mengancam ego.
5) Mencoba meminimalisasi tekanan-tekanan dalam hubungan dengan
bawahan untuk menghindari penurunan kemampuan intelektual dari
bawahan.
6) Membiarkan bawahan mempunyai ruang gerak dalam pemecahan masalah
kerja, sehingga kecerdasan bawahan dapat menghasilkan suatu keuntungan.
7) Mengetahui kebutuhan lingkungan kerja.
8) Mendorong partisipasi bawahan dengan tetap menilai kemungkinan
penerapan saran-saran yang konstruktif dari mereka.
b. Dari Segi Teknologi, Perencanaan, dan Seleksi :
1) Menggunakan dan mendorong bawahan untuk memanfaatkan teknologi
tetap guna dalam mencapai tujuan organisasi. Contohnya, penyederhanaan kerja, peralatan yang sesuai, tata ruang yang tepat, dsb.
2) Perencanaan yang tepat dan efektif dari segi tujuan dan kontingensi jangka
panjang maupun jangka pendek.
3) Menarik dan memilih bawahan dengan kualifikasi yang tepat, jujur, dan
benar.
c. Dari Segi Standar dan Penilaian Kinerja :
1) Bekerja dengan bawahan dalam menetapkan standar kinerja yang tinggi
dan tujuan yang tinggi tetapi bisa dicapai, serta konsisten dengan tujuan
perusahaan.
2) Menghargai kinerja yang bisa diukur dari bawahan seobyektif mungkin,
tetapi membuat penilaian kompensasi dan promosi dengan dasar kinerja
total.
d. Dari Segi Fungsi Penghubung :

185

Dalam rangka melancarkan pelaksanaan tugas, seorang pemimpin melakukan


komunikasi efektif termasuk dengan manajemen yang lebih tinggi serta
kelompok lain di dalam perusahaan.
e. Dari Segi Memberi Balas Jasa dan Hukuman :
1) Memberikan pengakuan terhadap kerja yang baik.
2) Menggunakan kesalahan bawahan sebagai peluang mendidik dan bukannya sebagai alasan untuk menghukumnya.
Aspek penting dari seorang pemimpin adalah kemampuan mencapai hasil
melalui kerjasama dengan orang lain. Itulah sebabnya seorang pemimpin
harus mampu melihat situasi melalui sudut pandang orang-orang di bawah
pimpinannya. Hal ini juga berkaitan dengan sifat manusiawi mengingat dalam
hubungan antar manusia berurusan dengan perasaan dan sikap orang lain
tinimbang dimotivasi hanya oleh alasan-alasan pribadi. Kemampuan memimpin dinilai dari tindakan tindakan sang pemimpin. Jika pemimpin menghormati karyawan dan memperlakukan mereka sebagai bagian penting dari
organisasi/perusahaan, maka mereka pun akan memperlakukan pemimpin
demikian.
Tindakan-tindakan pemimpin harus mencerminkan sikap kreatif dan
inovatif terhadap upaya efisiensi dalam hal apa pun yang dikerjakan. Maka
tetapkanlah standar prestasi yang tinggi bagi dirinya, dan pasti akan diikuti
oleh karyawan, karena kebanyakan dari mereka akan mengikuti pola kelakuan
atasannya, sehingga setiap karyawan akan berupaya menunjukkan prestasi
tinggi pula. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi, semakin
penting pula peranan dan tanggung jawabnya atas tindakan-tindakan pribadi
dan bawahannya. Pemimpin harus bekerja dengan antusiasme yang sama
seperti yang diinginkannya, dan pastinya karyawan pun akan menjalankan
kebiasaan-kebiasaan seperti atasannya, karena itu harus memberikan contoh
teladan yang baik.
3. Mengembangkan Sifat Kepemimpinan.
Sifat-sifat kepemimpinan harus dikembangkan sendiri karena berbeda-beda pada
186

setiap orang. Kesadaran seorang pemimpin bahwa dia sendiri yang menentukan
kadar kemampuan kepemimpinannya, akan membantu dalam upaya melakukan
perbaikan-perbaikan. Tidak ada cara terbaik untuk menjadi pemimpin. Para
wirausahawan adalah individu-individu yang mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri. Kepribadian masing-masing akan mempengaruhi perilaku
kepemimpinannya. Pekerjaan sekarang harus dapat memberikan peluang untuk
mempraktekkan kepemimpinannya.
Semakin berkualitas seorang pemimpin, akan semakin besar ketergantungan
pada staf untuk mendukung dan memikul tanggung jawabnya. Mendelegasikan
tanggung jawab akan mengembangkan rasa percaya dan keyakinan yang diperlukan staf untuk mencapai potensi karyawan sepenuhnya. Jika potensi karyawan
terwujud, maka potensi seseorang sebagai pemimpin pun tercapai.
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah perlakukan orang lain
sebagaimana anda ingin diperlakukan. Berusaha memandang suatu keadaan
dari sudut pandang orang lain akan ikut mengembangkan sikap tepo seliro.
Untuk menentukan kualitas kepemimpinan sebagai seorang wirausahawan,
hendaklah anda dapat menjawab ya atas rangkaian pertanyaan di bawah ini.
(S.L. Wangsanegara : 66-67).
a. Apakah anda seorang pemimpin dan bukan pengekor?
b. Apakah orang mencari anda minta dipimpin dan diberi nasihat?
c. Apakah anda dapat mengembangkan dan menerapkan ide-ide baru?
d. Apakah anda memainkan peranan aktif dalam kehidupan bermasyarakat?
e. Apakah anda selalu berusaha meningkatkan kekuatan-kekuatan anda dan juga
menghilangkan kelemahan-kelemahan anda secara efisien?
f. Apakah anda mengatur waktu dan kegiatan-kegiatan anda secara efisien?
g. Apakah anda mempunyai program atau rencana tertentu untuk meningkatkan
kadar kepemimpinan anda?
h. Apakah anda belajar dari kesalahan-kesalahan anda?
i. Apakah anda berorientasi pada hasil dan apakah anda menyelesaikan sesuatu
yang anda mulai?

187

j. Apakah anda menggunakan kekuatan anda sebagai pemimpin untuk membantu orang lain?
k. Apakah orang-orang lain menaruh keyakinan pada kemampuan-kemampuan
anda?
l. Apakah pendapat-pendapat orang lain membantu anda dalam mengambil
keputusan?
m. Apakah anda dapat menangani orang secara efektif?
n. Apakah anda melakukan perubahan atas apa yang sedang anda lakukan agar
organisasi anda baik?
o. Apakah anda mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab kepada staf
anda?
p. Apakah anda membagi keberhasilan anda dengan staf anda?
4. Memimpin dan Memotivasi Orang Lain.
Wirausahawan adalah motivator bagi karyawan yang berhasil. Wirausahawan
dapat memotivasi karyawan dengan kerja keras, namun motivator yang berhasil
adalah wirausahawan yang orientasi orangnya (people oriented) tinggi.
Beberapa metode kepemimpinan yang berorientasi orangnya tinggi untuk
memberi motivasi kepada staf/karyawan dapat menggunakan teknik-teknik di
bawah ini. (S.L. Wangsanegara : 67-69).
a. Bangun harga diri karyawan. Umumnya semakin tinggi harga diri karyawan,
akan semakin baik prestasi mereka dalam menyelesaikan tugas;
b. Beritahu (informasikan) kepada karyawan apa yang ingin anda capai. Lakukan
komunikasi efektif dalam organisasi/perusahaan;
c. Delegasikan kekuasaan dan tanggung jawab kepada bawahan. Kepercayaan
perlu dibangun antara lain memberi kebebasan untuk mengambil keputusan,
menerapkan tindakan, berbuat salah, mengambil tindakan korektif sehingga
mencapai sasaran tanpa harus diarahkan terus-menerus;
d. Bina kontak pribadi, untuk memanfaatkan bakat-bakat karyawan;
e. Analisis masalahnya bukan orangnya. Jangan menyindir seolah-olah rendahnya prestasi karyawan merupakan petunjuk dari sikap yang tidak baik atau ti188

dak ada perhatian dalam pekerjaan;


f. Terapkan prinsip pengukuhan, antara lain dengan memberi imbalan pada
perilaku karyawan yang dianggap baik, karena kecenderungannya mereka
akan mengulangi perilaku yang diberi imbalan;
g. Jadilah pendengar yang baik. Mendengar secara aktif berarti memberikan
umpan balik kepada lawan bicara secara eksplisit. Pembicaraan dari hati ke
hati sangat penting bukan saja mengenai isi pembicaraan tetapi juga tentang
perasaan atau sikap yang terungkap;
h. Tetapkan tujuan-tujuan khusus dan tinjau secara teratur. Pastikan karyawan
dan pihak-pihak yang terlibat memahami dengan jelas akan tujuan dimaksud;
i. Lakukan tindakan korektif, dan upayakan bicara empat mata dengan karyawan yang dipandang prestasinya negatif.
5. Tindakan Kepemimpinan.
Berusahalah mengambil tindakan untuk mencapai tujuan. Saran-saran di bawah
ini akan membantu dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan.
a. Sekali keputusan telah diambil, maka ambil tindakan secepat mungkin;
b. Lipat gandakan kemampuan staf/karyawan melalui bakat-bakatnya;
c. Tanamkan kepercayaan pada kemampuan kepemimpinan dengan memusatkan perhatian pada kekuatan-kekuatan, dan jauhi memperlihatkan kelemahan-kelamahan;
d. Bersedia mengakui kesalahan dan mengubah rencana-rencana jika dipandang
tidak sesuai dengan situasi yang berubah.
6. Meningkatkan Moral Kerja Karyawan.
Pilihlah orang-orang yang sesuai (kompeten) untuk bekerja di bisnis kita. Tes
kepemimpinan sesungguhnya adalah kemampuan menarik orang-orang dengan
bakat dan kepribadian yang berbeda-beda untuk kerjasama menuju tujuan
bersama. Umumnya sikap positif terhadap pekerjaan bergantung pada kemampuan individu untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kompetensinya.
Tanggung jawab pemimpinlah kemudian untuk mengembangkan sikap positif
189

bawahan/karyawan.

Beberapa pertanyaan untuk meningkatkan moral kerja

karyawan dapat disimak dan mendapat perhatian sekiranya anda sebagai


pemimpin, yaitu :
a. Apakah para karyawan puas dengan kondisi pekerjaan mereka?
b. Apakah semua karyawan mengetahui peranan individual mereka di dalam
organisasi, dan bagaimana peranan-peranan itu memberi sumbangan terhadap operasi total dari organisasi?
c. Apakah anda sudah memperbaiki kondisi kerja yang tidak aman yang dapat
menimbulkan sikap negatif karyawan?
d. Bagaimana anda menunjukkan perhatian atas kesehatan dan kesejahteraan
karyawan?
e. Bagaimana anda mengukur moral kerja para karyawan anda? Dengan cara
khusus apa anda mencoba meningkatkan moral kerja karyawan?
f. Apakah anda mengambil ancangan positif dalam memelihara organisasi yang
bersatu padu?
g. Apakah program pelatihan anda memenuhi kebutuhan-kebutuhan individual
karyawan?
h. Bagaimana anda menilai prestasi tiap karyawan?
i. Apakah staf anda mampu menerapkan ide-ide mereka?
j. Apakah anda mengakui dan menghargai sumbangan-sumbangan staf anda
terhadap tujuan menyeluruh dari organisasi?
k. Apakah anda mengizinkan orang memecahkan permasalahan yang menyangkut pekerjaan mereka?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas akan membantu mengenali bidangbidang sehingga anda dapat menggunakan kemampuan kepemimpinan untuk
meningkatkan kondisi dan moral kerja karyawan anda.

C. KARAKTERISTIK PEMIMPIN
Riset kepemimpinan awalnya berfokus pada ciri-ciri atau karakter pemimpin yang
digunakan untuk membedakan pemimpin dan nonpemimpin. Menurut Rhenald
190

Kasali (2010:87-88), setidaknya ada enam karakter yang terkait dengan kepemimpinan yang efektif, yaitu :
1. Dorongan : Pemimpin adalah orang yang memiliki tingkat usaha (dorongan) yang
tinggi.

Mereka mempunyai kehendak yang kuat untuk mencapai prestasi.

Memiliki ambisi positif, energi yang berlimpah, tak kenal lelah dalam bekerja,
dan menunjukkan inisiatif dalam banyak hal;
2. Kehendak untuk Memimpin : Pemimpin adalah orang yang mempunyai kehendak yang kuat untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain. Ia menunjukkan
kemauan dalam mengemban tanggung jawab meskipun tugas pekerjaannya
berbahaya atau beresiko;
3. Kejujuran dan Integritas : Pemimpin mempunyai keinginan untuk membangun
hubungan saling mempercayai dan dengan memberi keteladanan serta menunjukkan konsistensi yang tinggi antara perkataan dengan perbuatannya;
4. Kepercayaan Diri : Pemimpin perlu menunjukkan kepercayaan diri dan meyakinkan para pengikutnya tentang kebenaran sasaran dan keputusannya. Dengan demikian para karyawan akan mengikuti dan tidak ragu-ragu dalam bertindak;
5. Kecerdasan : Pemimpin adalah orang yang cerdas dan berpengetahuan untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan informasi. Ia mampu menciptakan visi, misi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang tepat;
6. Pengetahuan yang Terkait dengan Pekerjaan : Pemimpin yang efektif mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang banyak hal, mulai dari perusahaan,
industri, dan hal-hal teknis. Pengetahuan yang luas membuat pemimpin mampu
membuat keputusan yang cermat.

D. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
1. Pendekatan Sifat (Trait).
Pendekatan ini menganggap bahwa pemimpin yang baik adalah dilahirkan, bukan diciptakan. Pemimpin yang berhasil cenderung memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a. Kecerdasan, termasuk kemampuan menilai dan verbal;
191

b. Prestasi di masa lalu dalam bidang pendidikan dan olah raga;


c. Kematangan dan stabilitas emosional;
d. Ketergantungan, ketekunan, dan dorongan untuk mencapai prestasi yang
berkesinambungan;
e. Keterampilan untuk berpartisipasi secara sosial dan beradaptasi dengan
berbagai kelompok;
f. Keinginan untuk menggapai status dan posisi sosial ekonomi.
2. Pendekatan Situasi.
Pendekatan situasi lebih modern didasarkan pada asumsi bahwa semua contoh
kepemimpinan yang berhasil membutuhkan kombinasi yang unik dari pemimpin,
pengikut, dan situasi kepemimpinan. Interaksi ini umumnya diungkap dalam
rumus : SL = f (L, F, S). Situasi kepemimpinan (SL) adalah fungsi dari (L = Leader,
F = Followers, S = Situation). Arti dari rumusan ini bahwa kepemimpinan yang
berhasil adalah fungsi dari pemimpin, pengikut, dan situasi. Jadi, pemimpin,
pengikut, dan situasi harus sesuai satu sama lain. Jika situasi berubah maka gaya
kepemimpinan harus berubah pula. Namun sayang, pendekatan perilaku tidak
mengenal perubahan situasi.

E. PENENTUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN


Tiga faktor utama yang mempengaruhi pemimpin dalam membuat keputusan
adalah :
1. Kekuatan dalam Diri.
Wirausahawan hendaknya mengetahui empat kekuatan dalam diri yang akan
mempengaruihi ketetapan hati dalam membuat keputusan, yaitu :
a. Nilai-nilai wirausahawan, seperti arti penting efisiensi organisasional, pertumbuhan pribadi, pertumbuhan bawahan, laba perusahaan, dsb.
b. Derajat kepercayaan kepada bawahan. Semakin percaya kepada bawahan
semakin besar kemungkinan corak pembuatan keputusannya demokratis, dan
sebaliknya akan otokratis;
192

c. Kekuatan kepemimpinannya sendiri, dan harus mampu mempergunakannya;


d. Tolerasi terhadap kemenduaan (ambiguity). Ketika seorang pemimpin perusahaan bergerak dari corak pembuatan keputusan yang dipusatkan pada
atasan ke corak pembuatan keputusan pada bawahan, mungkin akan
kehilangan beberapa kepastian tentang suatu masalah harus dipecahkan. Jika
penurunan kepastian ini mengganggu, akan sulit bagi seorang wirausahawan
untuk berhasil dalam kepemimpinannya.
2. Kekuatan pada Bawahan.
Seorang wirausahawan hendaknya mengetahui kekuatan-kekuatan pada bawahan yang bisa mempengaruhi pembuatan keputusan sebagai pemimpin. Harus
diingat bahwa bawahan bisa sama dan juga berbeda. Dalam hal ini wirausahawan mungkin dapat meningkatkan keberhasilannya dengan memberikan kebebasan dalam pembuatan keputusan kepada bawahan, dengan saran sebagai
berikut :
a. Jika para bawahan mempunyai kebutuhan saling ketergantungan yang relatif
tinggi. Hal ini karena tiap orang berbeda tujuan yang diinginkannya);
b. Jika para bawahan mempunyai kesiapan untuk menerima tanggung jawab
dalam pembuatan keputusan.

Beberapa orang melihat tanggung jawab

sebagai penghargaan bagi kemampuannya, tetapi beberapa orang yang


lainnya bisa jadi menganggap sebagai pengalihan beban;
c. Jika para bawahan mempunyai toleransi yang relatif tinggi terhadap kemenduaan. Beberapa karyawan memilih mendapat pengarahan langsung dan
jelas dulu, tetap beberapa orang menghendaki kebebasan yang lebih luas;
d. Jika para bawahan tertarik pada masalah dan merasa penting;
e. Jika para bawahan mengerti dan dapat mengidentifikasi tujuan-tujuan dari
organisasi/perusahaan;
f. Jika para bawahan memiliki pengetahuan dan pengalaman yan g dibutuhkan
untuk berhubungan dengan masalah;
g. Jika para bawahan telah belajar untuk saling berbagi dalam pembuatan keputusan. Ada bawahan yang mengharapkan jadi pemimpin yang kuat tetapi me193

ngeluh ketika dihadapkan pada pengalaman baru, sebaliknya ada bawahan


yang telah menikmati sejumlah kebebasan yang besar, mulai kecewa ketika
pada akhirnya atasan membuat keputusannya sendiri.
Jika semua karakteristik bawahan tidak terdapat dalam suatu situasi
tertentu, seorang pemimpin perusahaan harus bergerak pada corak pendekatan yang lebih otokratis, atau membuat keputusan pada sendiri.
3. Kekuatan pada Situasi Kepemimpinan.
Kekuatan situasi pertama melibatkan tipe organisasi di mana seorang pemimpin
bekerja. Faktor-faktor organisasional seperti ukuran kelompok kerja dan distribusi geografis penting dalam membuat keputusan. Kelompok kerja yang sangat
besar atau pemisahan geografis yang luas dari kelompok kerja tersebut bisa
membuat corak kepemimpinan yang dipusatkan pada bawahan menjadi tidak
praktis.
Kekuatan situasi kedua adalah efektifitas para anggota kelompok kerjasama.
Untuk ini seorang wirausahawan harus mengevaluasi isu-isu seperti pengalaman
kelompok dalam kerjasama, dan derajat kepercayaan atas kemampuan yang
dimiliki oleh anggota-anggota kelompok dalam memecahkan masalah. Pemimpin semestinya hanya memberikan tanggung jawab pembuatan keputus-an
kepada kelompok kerja yang efektif.
Kekuatan situasi ketiga yang mempengaruhi adalah masalah yang harus
dipecahkan. Sebelum bertindak untuk menyerahkan sesuatu keputusan kepada
bawahan, seorang wirausahawan harus yakin bahwa suatu kelompok memiliki
keahlian yang diperlukan untuk membuat keputusan tentang masalah yang
dihadapi. Jika kelompok dimaksud kehilangan keahlian yang diperlukan untuk
memecahkan masalah, maka sebaiknya keputusan diambil alih oleh atasan.
Kekuatan situasi keempat melibatkan waktu yang tersedia dalam membuat
suatu keputusan. Semakin sedikit waktu yang tersedia bagi pembuatan suatu
keputusan, semakin tidak praktis untuk menyerahkan keputusan pada kelompok
Bawahan.

194

F. MEMUPUK JIWA KEPEMIMPINAN


1. Upaya yang Harus Dilakukan oleh Wirausahawan yang Ingin Memiliki
Kepemimpinan yang Efektif.
a. Ciptakan tatanan nilai dan keyakinan untuk para karyawan dan buatlah agar
mereka bergairah mengejarnya;
b. Hargai dan dukung hal-hal positif yang dicapai para karyawan;
c. Berikan contoh dengan tindakan sesuai dengan yang dikatakan (memiliki
integritas);
d. Fokuskan upaya karyawan terhadap tujuan yang menantang dan terus
arahkan mereka pada tujuan dimaksud;
e. Sediakan sumber daya yang dibutuhkan karyawan untuk mencapai tujuan
bukan saja yang bersifat fisik, tetepi juga yang nonfisik seperti pendidikan,
pelatihan, dan nasihat-nasihat;
f. Berkomunikasilah dengan para karyawan sehingga mendapat umpan balik;
g. Hargai keragaman para karyawan, sehingga mengenali dan memanfaatkan
perbedaan-perbedaan, seperti dalam hal perilaku, keterampilan, latar belakang, minat, dsb.
h. Rayakan setiap keberhasilan bersama para karyawan sekaligus dengan
memberikan penghargaan bagi mereka yang berprestasi. Penghargaan tidak
harus selalu dalam bentk uang, tetapi bisa saja dalam bentuk pujian dan
ucapan terima kasih, piagam, dll.
i. Doronglah kreativitas di antara para karyawan. Pemimpin yang efektif mau
menerima kegagalan sebagai bagian dari inovasi dan kreativitas karyawan;
j. Pertahankan selera humor, agar para karyawan bekerja dengan senang hati,
tidak membosankan;
k. Tataplah terus masa depan. Pemimpin yang efektif tidak pernah merasa puas
dengan apa yang telah terjadi, tetapi selalu berusaha untuk lebih baik lagi.
2. Tips untuk Memupuk Jiwa Kepemimpinan.
Rhenal Kasali (2010:98-99) memberikan tips sebagai berikut :

195

a. Bangunlah pengetahuan, rajinlah membaca. Ada pepatah yang mengatakan


to lead tomorrow, learn today. Kenalilah cara belajar anda yang efektif.
Jangan musuhi sekolah dan membenci teori atau terburu-buru mengatakan
sesuatu itu terlalu teoritis, dsb.
b. Bukalah jendela sel-selmu. Kahlil Gibran mengatakan, Kita semua terpenjara.
Yang membedakan kita adalah sebagian tinggal dalam sel-sel berjendela dan
yang lainnya tak berjendela. Pemimpin adalah orang yang mendiami sel-sel
berjendela dan membuat pintu agar bisa mengunjungi sel-sel lainnya;
c. Disiplin diri. Pemimpin bekerja dengan disiplin yang dimulai dari dirinya
sendiri;
d. Bekerjalah dengan prioritas. Pemimpin harus tahu apa dan bagaimana mendahulukan hal-hal yang utama, walaupun semuanya penting;
e. Kerjakan atau delegasikan. Jika bisa dikerjakan, segeralah selesaikan. Terapkan 3D : Do it, Delegate it, atau Dump it, jangan ditunda-tunda;
f. Bangunlah Kepercayaan dan Respek. Kepercayaan dan hormat didapat karena
sebagai pemimpin memang layak dihormati, berpengetahuan, dan tidak berperilaku sesuka hati. Jagalah komitmen, dan dan peduli terhadap orang lain;
g. Jaga Kestabilan Emosi. Kenali betul emosi dan kendalikan. Gunakan emosi
untuk menunjukkan komitmen. Salah satu caranya dengan hidup yang seimbang, vertikal, maupun horizontal, tidur teratur dan jauhi pemakaian obatobatan perangsang (doping);
h. Latihlah Diri Berkomunikasi dan Mumpuni. Berisiniatiflah terlibat dalam
kegiatan-kegiatan kampus selagi muda. Belajarlah memimpin, menghadapi
konflik, mengenal perbedaan pandangan, dan mengatur orang. Tanpa kejelasan komunikasi tak akan ada orang yang akan mengikuti;
i. Belajarlah menulis. Pemimpin harus bisa menulis dengan logika yang jelas;
j. Gunakan Manajemen. Manajemen adalah ilmu yang mengajarkan untuk
mencapai tujuan melalui orang lain. Belajarlah merumuskan strategi dan
menggerakkan operasional usaha dalam satu kesatuan.

196

BAB IX
ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB BISNIS

A. PENGERTIAN ETIKA
Etika itu berangkat dari moral. Menurut Purwadarminta (1950:957), moral adalah
ajaran tentang benar-salah, baik-buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak,
kewajiban, dsb. Demikianlah, maka etika merupakan pemikiran kritis dan mandasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral. Etika membicarakan masalah yang
berkaitan dengan nilai dan predikat benar dan salah, susila dan tidak susila
serta baik dan buruk. Kalau moral berlaku umum, sedangkan etika berlaku
khusus pada komunitas tertentu, karena itu ada yang disebut kode etik, seperti
kode etik guru, kode etik dokter, kode etik hakim, kode etik polisi, dsb. Maka di
kalangan wirausaha/bisnis pun tentu ada kode etik wirausaha/bisnis.
Beberapa sumber menyebut etika sebagai suatu pedoman untuk mendapatkan
hidup yang bernilai (baik, positif) atau bermartabat. Untuk itulah etika memberikan
petunjuk tindakan-tindakan apa yang benar dan apa yang salah, atau apa yang baik
dan apa yang buruk. Oleh sebab itu selalu ada alasan mengapa kita harus memegang teguh etika. Perhatikan pernyataan-pernyataan dalam matriks di bawah ini
dan lihatlah apa yang akan didapat jika kita konsisten atau tidak menjalankannya.
Ucapan dan Tindakan
APA YANG SAYA
KATAKAN
Saya berkata kepada karyawan, Datanglah ke kantor
tepat waktu.
Saya berkata kepada karyawan, Bersikaplah positif.
Saya berkata kepada karyawan, Utamakan pelanggan.

APA YANG SAYA


LAKUKAN
Saya datang tepat waktu.

APA YANG MEREKA


KERJAKAN
Mereka datang tepat waktu.

Saya menunjukkan sikap positif.


Saya mendahulukan konsumen.

Mereka akan berperilaku


positif.
Mereka
mengutamakan
konsumen.

Sumber : Rhenald Kasali (2010:107).

Sekarang, apa jadinya jika hal yang saya lakukan berbeda dengan yang saya
ucapkan.

197

APA YANG SAYA


KATAKAN
Saya berkata kepada karyawan, Datanglah ke kantor
tepat waktu.
Saya berkata kepada karyawan, Bersikaplah positif.

Ucapan dan Tindakan


APA YANG SAYA
LAKUKAN
Saya selalu terlambat.

APA YANG MEREKA


KERJAKAN
Beberapa karyawan ada
yang tepat waktu dan yang
lainnya tidak.
Saya menjalankan perilaku Hanya beberapa orang
negatif.
yang positif, selebihnya
berperilaku negatif.
Saya berkata kepada karya- Saya mengutamakan diri Hanya beberapa orang
wan, Utamakan pelang- saya sendiri.
yang mendahulukan pegan.
langgan, yang lainnya tidak.
Sumber : Rhenald Kasali (2010:107).

Beberapa ahli pikir (filosof) mengatakan bahwa perbuatan merupakan etika jika
perbuatan dimaksud mengikuti keinginan Tuhan. Jadi sebenarnya perilaku yang etis
itu adalah perilaku yang mengikuti perintah Alloh SWT. (S.L. Wangsanegara : 41).
Jadi, kalau wirausahawan atau pebisnis bahkan semua orang mengikuti aturan Alloh
SWT, maka semuanya akan baik, beres, tidak akan ada yang berbuat curang, tidak
jujur, dsb. Sebagian orang memilih bekerja keras dan membangun usaha dengan
memeras keringat dan air mata, namun sebagian orang mengambil jalan pintas,
agar enak, kerja biasa saja atau malah malas, tetapi hasilnya bagus. Misalnya membuka usaha money games, pinjaman berantai, investasi palsu, termasuk MLM atau
segala sesuatu yang menggiurkan tetapi merugikan banyak orang. Mereka membuat armada penerbangan dengan tarif murah tetapi mengorbankan keselamatan
penumpang. Menjual saham dengan harga tinggi tetapi laporan keuangannya tidak
jujur. Banyak mahasiswa tampil menggebu-gebu dengan semangat yang berlebihan
dan rasa percaya diri yang tinggi, bahwa mereka bisa merubah isi dunia dalam
tempo sekejap. Mereka berjanji dan berbuat. Mereka membuat pengumuman
lewat internet, sms atau facebook, twitter agar teman-temannya mengirim uang ke
nomor rekening bank tertentu, lalu janji kauntungan ditebar, dan uang pun masuk.
Untung besar diraih, tetapi bisnisnya tidak jelas, cenderung spekulatif.

B. ETIKA BISNIS
Apa pun yang dilakukan, kewirausahaan tidak dapat dibangun dalam tempo seke198

jap. Jika kita merasa telah berhasil dalam waktu singkat, periksa kembali apakah
fondasi usaha sudah cukup kuat? Periksa kembali apakah sukses yang diperoleh itu
diraih dengan baik, jujur, dan halal? Apakah bisnis kita itu riil atau fiktif-spekulatif
atau ada pihak-pihak yang dirugikan? Apakah kita sudah memenuhi syarat dan
kewajiban? Segala tindakan yang melawan hukum alam biasanya sarat dengan
pelanggaran etika.

Ketika proses dipotong, cara instan ditempuh, persoalan-

persoalan etika layak dipertanyakan. Sudah etiskah usaha kita?


Sebenarnyalah setiap orang berhak untuk menjadi sukses atau kaya. Yang
patut dipertanyakan menurut Rhenald Kasali (2010:102) adalah :
1. Apakah benar ada cara instan yang halal untuk menjadi kaya?
2. Apa yang dilakukan orang agar menjadi kaya?
3. Apakah dengan kaya otomatis menjadi wirausahawan?
4. Apakah kita sudah pantas (sudah saatnya) hidup bergelimang harta?
Hal tersebut di atas patut direnungkan karena seseorang berusaha bukan
hanya untuk sehari dua hari, sebulan dua bulan, setahun atau dua tahun, dst.
Kewirausahaan adalah sebuah pilihan hidup yang melekat di sepanjang hidup
seseorang. Jika terlalu emosi, serakah, ingin serba instan, bisa jadi bukan keberhasilan atau kesejahteraan yang diraih, melainkan kebencian, cacian, peristiwa
hukum, dan penjara yang menanti kita.
Selain berpotensi memberi kebahagiaan dan kemandirian, kewirausahaan yang
tidak dilandasi dengan etika yang kuat, juga berpotensi negatif, beresiko, dan bisa
membuat masa depan tamat dalam sekejap. Oleh sebab itu berusahalah berpegang
teguh nilai-nilai etika sedari kita muda dan jangan berkompromi dengan apa pun.
Bangunlah karakter dan milikilah reputasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar bisnis dapat dilakukan dengan etis, Rhenald Kasali (2010:102) memberikan tips
sebagai berikut :
1. Berperilaku jujur dalam menjalankan kegiatan bisnis. Tentu dalam segala aspek
usaha. Misalnya dalam aspek produksi, berperilaku jujur berarti menghasilkan
produk sesuai standar kualitas, aman dikonsumsi orang lain, dan memenuhi
ketentuan yang dipersyaratkan oleh hukum (agama, darigama) maupun pembeli.

199

Jujur juga berarti terbuka, menyebutkan segala kekurangan dan bahaya yang
timbul dari produk kita. Jadi jujurlah dalam semua aspek bisnis, berproduksi,
pemasaran, bayar pajak, dll.
2. Menaati tata nilai. Dalam aktivitas bisnis ada tata nilai yang tidak tertulis yang
berlaku universal dan harus dijalankan. Misalnya nilai sama-sama untung (winwin), saling menghormati, memberi tahu, mencegah kerugian pihak lain, keterbukaan, adil, santun, melayani dengan baik, dsb.
3. Konsisten antara apa yang dilakukan dengan apa yang diucapkan (walk the talk).
Seseorang perlu bekerja keras (dan cerdas) untuk menjadi contoh dan menjalankan hal-hal positif sebagai seorang wirausahawan sesuai yang dengan diucapkannya. Dalam menjalankan aktivitas usaha, hal ini akan menjadi patokan dalam
tindakan keseharian maupun keputusan-keputusan yang dibuatnya.
Selanjutnya Rhenald Kasali (2010:108-109) memberikan tips untuk menjalankan bisnis yang beretika, sebagai berikut :
1. Jangan masuk ke dalam bisnis yang tidak nyata, apalagi yang menjanjikan
kekayaan dalam waktu cepat. Hindari membaca buku-buku yang menjanjikan
cara-cara cepat, instan, dan memotong kompas.
2. Yakinkan dan ucapkan terus dalam diri bahwa kita mampu bekerja keras (dan
cerdas), dan kerja keras itu selalu berakhir baik.
3. Berbisnislah dengan nilai-nilai kejujuran, keadilan, persamaan, keterbukaan, winwin, melayani, dan tanamkan nilai-nilai itu dalam usaha yang kita bangun.
4. Jangan tergoda untuk cepat berhasil. Ingatlah semua ada waktunya. Waktu
yang terlalu cepat dipacu bisa beresiko negatif.
5. Rekutlah karyawan yang baik dan jujur, dan jalankan sesuai dengan komitmen.
Ada baiknya juga dikemukakan beberapa contoh dalam praktek sehari-hari
bisnis yang tidak beretika, sebagai berikut :
1. Hubungan antara pebisnis dengan konsumen suka digunakan promosi yang
menyesatkan atau bahkan menipu konsumen. Dalam ukuran seringkali digunakan ukuran (berat) yang sudah tidak valid (misalnya timbangan sudah lama tidak
ditera oleh Metrologi Kemenperindag), sehingga berat suatu barang tidak sesuai

200

dengan yang sebenarnya.


2. Promosi untuk barang yang membahayakan kesehatan masyarakat seperti
alkohol dan rokok. Masalah rokok memang dilematis, di satu sisi membahayakan
kesehatan akan tetapi pada pihak lain ada petani tembako yang sumber
kehidupannya dari situ, sementara negara pun memperoleh pendapatan misalnya bea cukai.
3. Ada perusahaan besar mencoba menekan perusahaan kecil, atau menekan pihak
pemasok agar mau menekan harga atau memberi potongan lebih besar. Jika
tidak, perusahaan tidak akan membeli dari pemasok. Atau pihak pemasok besar
mencoba menakan perusahaan kecil agar membeli barangnya dengan harga
semau pemasok, jika tidak, barang tidak akan dikirim.
4. Promosi atau sponsor yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, dokter, distributor
obat-obatan, sampai saat ini memang masih belum terlibat, dan hal ini merupakan masalah etika dalam bidang kesehatan.
5. Kadang juga perusahaan memainkan trik-trik kotor dengan menyebarkan berita
buruk tentang perusahaan saingannya dengan tujuan menjatuhkan, sehingga
perusahaannya yang semakin maju. Selain berpotensi memberi kebahagiaan dan
kemandirian, kewirausahaan yang tidak dilandasi dengan etika yang kuat juga
berpotensi negatif, beresiko, dan bisa membuat masa depan tamat dalam
sekejap. Karenanya berusahalah memegang teguh nilai-nilai etika sedari muda,
dan jangan berkompromi sekecil apa pun. Perlu dibangun karakter dan milikilah
reputasi.
Rhenald Kasali (2010:102) memberikan gambaran reputasi dan karak-ter
sebagai berikut :
1. Reputasi adalah nama baik, apa yang diucapkan para pelayat saat jasad seseorang disemayamkan di tempat peristirahatan terakhir.
2. Karakter adalah akar dari reputasi. Ini adalah apa yang diucapkan malaikat kepada Tuhan tentang kita.
Demikianlah, dalam berbisnis lebih baik tumbuh bertahap tetapi langgeng, daripada terang benderang dalam sekejap lalu mati dan meninggalkan aroma busuk.

201

Harus bersabar beberapa saat sebelum bisnis kita benar-benar bersinar, namun
terus tumbuh. Adanya cobaan yang dihadapi tidak membuat bisnis mati, melainkan
bangun dan membuat lebih tangguh menghadapi hari esok yang lebih berat lagi.

C. TANGGUNG JAWAB BISNIS


Banyak terjadi perbedaan pendapat tentang tanggung jawab bisnis. Ada yang
mengatakan tanggung jawab bisnis terbatas hanya sampai menghasilkan barang
dan jasa bagi konsumen dengan harga yang murah.

Ada yang mengatakan

tanggung jawab bisnis adalah jangan mengambil keuntungan besar tetapi wajarwajar saja. Ada juga pendapat yang mengatakan tanggung jawab bisnis harus turut
mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat, tanpa memperhatikan apakah bisnis
secara langsung atau tidak langsung yang menimbulkan masalah itu (tanggung
jawab sosial).
Demikianlah, tanggung jawab bisnis itu banyak macamnya dan di bawah ini diuraikan serba ringkas namun semoga menjadi perhatian bagi para wirausahawan.
1. Tanggung Jawab Kepada Pelanggan.
Ini jauh lebih luas daripada hanya menyediakan produk barang dan jasa. Produk
harus diproduksi dengan menjaga keselamatan pelanggan. Label peringatan
seyogianya ditempelkan pada produk untuk melindungi atas kemungkinan kecelakaan yang dapat ditimbulkan karena salah penggunaan. Perusahaan harus
memberi petunjuk agar karyawan tidak menggunakan strategi penjualan yang
terlalu agresif atau iklan yang menyesatkan. Survai kepuasan pelanggan harus
dilakukan untuk meyakinkan bahwa pelanggan diperlakukan sebagaimana
mestinya oleh karyawan petugas bagian penjualan. Perusahaan harus menjamin
tanggung jawab kepada pelanggan dengan beberapa tahapan :
a. Membuat kode etik;
b. Memantau semua keluhan;
c. Meminta umpan balik (feedback) dari pelanggan.
Dorongan tanggung jawab kepada pelanggan ini tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh sekelompok konsumen tertentu. Konsumerisme mewakili
202

permintaan kolektif pelanggan di mana bisnis memenuhi kebutuhan mereka.


Sebagai tambahan dari kode etik tanggung jawab perusahaan dan gelombang
konsumerisme, pemerintah cenderung menjamin tanggung jawab kepada
pelanggan dengan berbagai aturan hukum atas keamanan produk, iklan, dan
kompetisi industri.
2. Tanggung Jawab Kepada Karyawan.
Tanggung jawab perusahaan kepada karyawan adalah untuk meyakinkan atas
rasa aman, perlakuan yang wajar dari karyawan lain dan kesempatan yang sama.
a. Perusahaan harus meyakinkan bahwa tempat kerjanya aman, dengan selalu
memonitor proses produksi, dan menciptakan lingkungan kerja yang aman,
nyaman, dan melindungi dari kemungkinan kecelakaan, dan meningkatkan
moral mereka;
b. Perusahaan bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa karyawan diperlakukan layak oleh karyawan lain, mengingat adanya keanekaragaman etnis/
budaya dan perlindungan terhadap pelecehan seksual;
c. Karyawan memiliki kesempatan yang sama dan tidak ada diskriminasi karena
perbedaan ras, negara/daerah asal, jenis kelamin, agama, pandangan politik,
dll.
d. Perusahaan memiliki prosedur keluhan bagi para karyawan yang merasa tidak
diberi kesempatan sama atau semestinya. Metodenya kira-kira sama dengan
metode dalam menangani keluhan pelanggan, dengan menyadari adanya
keluhan, dan perusahaan berupaya memecahkan masalah dan memperbaiki
untuk menghindari kelauhan-keluhan selanjutnya.
3. Tanggung Jawab Kepada Pemegang Saham.
a. Perusahaan bertanggung jawab untuk memuaskan pemiliknya atau para
pemegang saham;
b. Manajer perusahaan memonitor keputusan perusahaan untuk meyakinkan
bahwa mereka berbuat untuk kepentingan pemilik/para pemegang saham.
Misalnya, soal gaji karyawan dapat langsung berhubungan dengan kinerja
203

perusahaan, sehingga karyawan tinggal fokus bekerja untuk meningkatkan


nilai perusahaan.
4. Tanggung Jawan Kepada Kreditor.
Perusahaan bertanggung jawab memenuhi obligasi (tanggung jawab) keuangan
mereka kepada para kreditor. Jika perusahaan mengalami masalah keuangan
dan tidak dapat memenuhi obligasi mereka, harus memberitahukannya kepada
mereka.
5. Tanggung Jawab Kepada Lingkungan.
Tanggung jawab kepada lingkungan ini berkaitan dengan produk yang dihasilkan
perusahaan yang bisa merusak lingkungan.
a. Polusi udara yang ditimbulkan oleh proses produksi karena asap, ampas, atau
zat kimia yang dihasilkan oleh pabrik dibuang ke alam terbuka. Bahaya polusi
ini sudah sangat menuntut kepedulian dunia, dan terbukti dengan
diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Brazil pada Juli 1992 yang
dihadiri para pemimpin dunia guna membicarakan polusi yang mengancam
kehidupan umat manusia, misalnya polusi udara akibat pabrik, pencemaran
udara di kota-kota besar karena knalpot oto, polusi air disebabkan pembuangan limbah pabrik yang mengakibatkan air tanah, sungai, dll. berubah
warna, bau tidak sedap, dan mengandung racun yang mematikan binatang,
ikan, dsb.
b. Polusi suara berupa suara bising, gemuruh sepanjang siang dan malam dari
mesin pabrik, pemecah batu, kendaraan, pesawat udara, dll. yang menyebabkan orang tidak dapat beristirahat;
c. Polusi tanah karena pembuangan zat-zat kimia yang mencemari lingkungan,
penebangan hutan yang mengakibatkan gundulnya hutan, erosi, banjir,
longsor, pengikisan humus, sehingga tanah berubah menjadi padang pasir,
kering kerontang yang menyulitkan tumbuhnya pepohonan;
d. Ternyata lingkungan sudah memasuki tahap krisis yang terus-menerus melaju.
Tahun 1970-an manusia dicemaskan oleh meluasnya gurun karena penggun204

dulan hutan dan berkurangnya tingkat kesuburan tanah. Tahun 1980-an


daftar kecemasan manusia bertambah panjang dengan limbah beracun, polusi
melewati ambang batas, hujan asam, lubang ozon, kecelakaan dan kebocoran
reaktor nuklir dan pembuangan ampas nuklir, serta pemanasan global. Hujan
asam sangat mematikan tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia sendiri,
juga mengeringkan tanah. Lubang ozon menyebabkan sinar ultra violet matahari langsung menembus permukaan bumi tanpa ada filter udara. Pemanasan
global menyebabkan bumi makin panas, gunung es di kutub mencair, permukaan laut makin tinggi, pantai-pantai terendam, serta mengancam kotakota yang terletak di pinggir pantai. Sekarang ini sedang dikembangkan
promosi langit biru yaitu langit yang bebas dari pengotoran zat-zat berbahaya terutama yang dikeluarkan oleh asap pabrik dan asap knalpot oto
(mobil).
6. Tanggung Jawab Kepada Komunitas.
Jika perusahaan membangun suatu basis komunitas, mereka menjadi bagian dari
komunitas dan mengandalkan padanya akan pelanggan maupun karyawannya.
Perusahaan harus menunjukkan kepeduliannya dengan menyeponsori event
lokal atau memberikan donasi kepada kelompok sosial loka.
Berdasarkan uraian tentang tanggung jawab bisnis tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan, bahwa struktur bisnis dengan tanggung jawab yang harus dipikulnya
cukup kompleks, mengingat banyak orang/pihak yang terlibat dalam kegiatannya
seperti para penanam modal, orang yang bekerja di bisnis, dan masyarakat pembeli
produk barang dan jasa yang dihasilkan. Secara sederhana sistem bisnis dapat
digambarkan sebagai berikut.
PEMERINTAH

PARA PEMILIK/MANAJER

KONSUMEN

PEKERJA

205

Jika digambarkan lebih kompleks, sistem bisnis itu sebagai berikut :

PEMERINTAH
PENANAM MODAL
KELOMPOK MASYARAKAT

KONSUMEN

BISNIS

ORGANISASI BURUH

PARA PENJUAL
DUNIA PENGETAHUAN ILMIAH

PARA PEKERJA

ORGANISASI BISNIS

Sumber : S.L. Wangsanegara (45).

Di dunia usaha maupun perbankan pun sekarang sudah biasa setiap tahun
mengeluarkan dana yang disebut CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai bukti
kepedulian kepada masyarakat, karena pada hakekatnya perusahaan bisa maju
karena ada masyarakat sebagai pelanggannya.

206

BAB X
LINGKUNGAN BISNIS

A. LINGKUNGAN EKONOMI
1. Faktor Ekonomi Makro.
a. Pertumbuhan ekonomi atau perubahan dalam tingkat umum dan aktivitas
ekonomi yang merupakan sinyal perubahan dalam permintaan barang atau
jasa. Dua hal untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu agregat pengeluaran dan PDB (Produk Domestik Bruto). Agregat pengeluaran adalah tingkat
total produksi dari barang dan jasa dalam ekonomi dan jumlah total
pengeluaran. Bisnis dapat memonitor tingkat total produksi dengan memonitor PDB, sebab pertumbuhan ekonomi biasa diinterpretasikan sebagai
prosentase dari PDB dari satu periode ke periode lain. Indikator alternatif lain
adalah tingkat pengangguran. Ada empat tipe pengangguran, yaitu pengangguran karena friksi (pengangguran natural), pengangguran musiman, pengangguran siklis, dan pengangguran struktural;
b. Inflasi, yaitu peningkatan harga umum dari barang dan jasa dalam periode
waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasi dengan mengukur prosentase
perubahan indeks harga konsumen yang memberikan indikasi harga bermacam produk konsumen. Inflasi dapat mempengaruhi biaya operasional
perusahaan dan gaji karyawan.

Adapun dua tipe inflasi, yaitu cost-push

inflation (inflasi mendorong biaya) di mana perusahaan menaikkan harga


karena naiknya biaya operasional, dan demand-pull inflation (inflasi menarik
permintaan) di mana harga barang dan jasa tertarik naik karena adanya
permintaan konsumen yang tinggi.
c. Suku bunga : Tingkat suku bunga mewakili biaya meminjam uang. Perubahan
dalam tingkat suku bunga di pasar dapat mempengaruhi pengeluaran biaya
bunga perusahaan, penerimaan perusahaan, dan juga biaya bunga.
2. Penentuan Harga Pasar.
Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh perubahan harga yang ditentukan untuk
207

produk dan harga yang harus dibayar untuk barang pasokan dan bahan baku.
Harga produk dan pasokan bergantung pada kondisi permintaan dan penawaran.
a. Jadwal permintaan untuk suatu produk adalah jadwal yang mengindikasikan
kuantitasnya yang diminta pada setiap kemungkinan harga jual;
b. Jadwal penawaran untuk suatu produk adalah jadwal yang mengindikasikan
kuatitasnya yang ditawarkan oleh perusahaan pada setiap kemungkinan
harga.
c. Interaksi permintaan dan penawaran, interaksi jadwal permintaan dan jadwal
penawaran ditentukan oleh harga. Surplus merupakan situasi di mana kuantitas penawaran oleh perusahaan melebihi kuantitas yang diminta oleh
konsumen/pelanggan. Sedangkan minus merupakan situasi di mana kuantitas
yang ditawarkan oleh perusahaan lebih sedikit daripada kuantitas permintaan
konsumen/pelanggan. Harga ekuilibrium merupakan harga di mana kuantitas
produk yang ditawarkan perusahaan sama/seimbang dengan kuantitas
produk yang diminta konsumen/pelanggan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Harga Pasar.
Permintaan konsumen/pelanggan atau penawaran oleh perusahaan dapat
berubah, menyebabkan harga pasar baru. Pergeseran jadwal permintaan dan
jadwal penawaran bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pendapatn
konsumen, preferensi konsumen, dan biaya produksi.
4. Pengaruh Pemerintah pada Kondisi Ekonomi.
Pemerintah dapat mempengaruhi bisnis dengan menerapkan aturan atau
kebijakan ekonomi, misalnya kebijakan moneter dan fiskal.
a. Kebijakan moneter adalah keputusan pada tingkat persediaan uang (money
supply) yang diartikan sebagai rekening koran, uang yang disimpan masyarakat dan cek (cheque) perjalanan;
b. Kebijakan fiskal adalah keputusan bagaimana pemerintah harus menentukan
tingkat pajak dan membelanjakan uang, seperti revisi tingkat pajak pendapatan pribadi, revisi atas pajak korporasi, revisi pajak cukai, revisi dalam defi208

sit anggaran belanja.

B. LINGKUNGAN INDUSTRI
Selain dipengaruhi oleh berbagai kondisi ekonomi makro, perusahaan juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi mikro yang berkaitan dengannya dan industri.
1. Karakteristik Industri.
Hasil perusahaan sangat bergantung pada karakteristik industri seperti
permintaan industri, persaingan industri, tenaga kerja dan peraturan-peraturan
di sektor industri.
2. Sumber-sumber Industri.
Perusahaan dapat mengandalkan berbagai sumber lain selain memantau
karakteristik industri yang ada.
3. Bersaing dalam Sebuah Industri.
Dengan adanya pengaruh persaingan industri terhadap hasil perusahaan, maka
perusahaan harus menilai pesaingnya dan mengembangkan keunggulan
kompetitif.
a. Mengenali pesaing : Setiap perusahaan hendaknya dapat mengenali pesaingnya dan mengukur derajat persaingan. Setiap industri memiliki segmen atau
bagian dari pasar yang mencerminkan jenis bisnis atau kualitasnya. Ingat,
bahwa para pesaing dalam suatu segmen industri berubah dari waktu ke
waktu, sehingga perlu mengantisipasi perubahan dalam persaingan;
b. Mengembangkan Keunggulan Kompettitf : Dalam mencari cara untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan pangsa pasar, perusahaan
mesti menilai segmen industri tertentu guna menentukan apakah perusahaan
memiliki keunggulan kompetitif atau tidak. Harga produksi yang rendah,
kualitas yang lebih baik dan diferensiasi produk, dapat menciptakan keunggulan kompetitif bagi sebuah perusahaan.

209

C. LINGKUNGAN GLOBAL
Banyak perusahaan menggunakan kesempatan berkecimpung dalam bisnis di
negara asing atau go internasional. Jumlah bisnis internasional berkembang akibat
dihapuskannya berbagai kebijakan yang menjadi penghalangnya, bahkan sekarang
perusahaan-perusahaan kecil juga memberi pasokan serta menjual barang dari dan
ke luar negeri.
1. Alasan Perusahaan Berkecimpung dalam Bisnis Internasional.
Motif yang menyebabkan perusahaan berkecimpung dalam bisnis internasional
antara lain untuk menarik permintaan asing, kapitalisasi pada teknologi, penggunaan sumber-sumber yang murah, dan diversifikasi internasional.
2. Cara Perusahaan Menjalankan Bisnis Internasional.
Berbagai bentuk bisnis internasional misalnya impor, ekspor, investasi asing
langsung (direct foreign investment), dan aliansi strategis (strategic alliances).
Impor merupakan pembelian barang atau jasa asing. Tarif dan kuota adalah
faktor yang mempengaruhi tingkat impor. Ekspor adalah penjualan barang atau
jasa kepada pembeli yang berdomisili di negara lain. Investasi asing langsung
merupakan salah satu cara mendapatkan atau mendirikan anak perusahaan di
negara asing. Aliansi strategis adalah kesepakatan bisnis untuk mencapai kepentingan terbaik dari perusahaan yang terlibat.
3. Karakteristik Asing Mempengaruhi Bisnis.
Sebuah perusahaan yang berkecimpung dalam bisnis internasional harus
mengetahui dan mempertimbangkan berbagai karakteristik dari negara asinbg
tersebut, seperti budayanya, sistem dan kondisi ekonominya, nilai tukar, dan
resiko politik.
4. Pergerakan Nilai Tukar yang Mempengaruhi Hasil.
Transaksi perdagangan internasional khususnya membutuhkan pertukaran suatu
mata uang terhadap lainnya. Secara umum, nilai tukar antarsetiap mata uang

210

termasuk dolar AS berfluktuasi setiap hari.

D. PENDAPAT LAIN TENTANG LINGKUNGAN BSNIS


Selain lingkungan bisnis yang diterangkan di atas, ada pendapat lain tentang lingkungan bisnis yang berbeda sudut pandangnya, yang untuk menambah wawasan di
bawah ini secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Lingkungan Umum.
Lingkungan umum (general environment) terdiri dari kondisi-kondisi latar
belakang dalam lingkungan eksternal yang berpengaruh besar terhadap kegiatan
operasional dari sebuah organisasi/perusahaan. Lingkungan umum ini meliputi
elemen-elemen ekonomi, sosial-budaya, hukum, politik, teknologi, dan lingkungan alamiah.
a. Kondisi ekonomi, yaitu kondisi umum dari perekonomian yang berkaitan
dengan suku bunga, inflasi, konvertibilitas mata uang, tingkat penghasilan
perkapita, PDB, kebijakan moneter dan fiskal, sistem perpajakan, penduduk,
pengangguran, tingkat upah, serta indikator ekonomi lainnya yang berkaitan;
b. Kondisi sosial-budaya, yaitu kondisi umum dari nilai-nilai sosial yang berlaku
mengenai HAM, adat-istiadat, nilai, norma, kepercayaan, bahasa, sikap, perilaku, agama, selera, etos kerja, aspirasi, tren pendidikan, dan lembaga sosial
terkait;
c. Kondisi politik-hukum, yaitu ideologi politik, partai politik dan ormas, bentuk
pemerintahan, hukum, undang-undang dan peraturan pemerintah yang mempengaruhi transaksi bisnis, perjanjian dengan negara lain, hak paten dan merk
dagang;
d. Kondisi teknologis, yaitu kondisi umum dari pengembangan dan tersedianya
teknologi di dalam lingkungan termasuk kemajuan ilmu pengetahuan.
e. Kondisi lingkungan alam, yaitu kondisi umum dari alam dan lingkungan fisik.
Kondisi dalam lingkungan umum tersebut di atas berbeda antara negara satu
dengan negara-negara lainnya. Perbedaan faktor-faktor yang berkaitan akan

211

sangat terasa bagi organisasi/perusahaan yang beroperasi secara internasional.


Perbedaan-perbedaan itu juga harus dicermati dan diantisipasi oleh organisasi/
perusahaan untuk penyesuaian-penyesuaian dalam membuat perencanaan dan
kegiatan operasionalnya.
2. Lingkungan Khusus.
Lingkungan khusus (specific environment) terdiri atas organisasi, kelompok, dan
perorangan yang nyata dengan siapa suatu organisasi harus berinteraksi agar
dapat beroperasi dan berkembang. Hal ini pun sering disebut sebagai lingkungan
tugas (task envoronment) karena akan merupakan wilayah opersional dari
organisasi/perusahaan. Lingkungan ini pun berbeda untuk setiap organisasi, bergantung pada situasi dan domain operasionalnya yang unik. Elemen-elemen
penting dalam lingkungan khusus ini meliputi :
a. Pelanggan, yaitu kelompok, individu, dan organisasi konsumen atau nasabah
tertentu yang membeli barang dari organisasi/perusahaan atau yang menggunakan jasanya;
b. Pemasok, yaitu pemberi SDM, informasi, dan keuangan serta bahan mentah
tertentu yang dibutuhkan oleh organisasi/perusahaan untuk beroperasi;
c. Pesaing, yaitu organisasi tertentu yang menawarkan barang dan jasa yang
sama atau serupa kepada kelompok konsumen atau nasabah yang sama;
d. Pembuat peraturan, yaitu badan-badan atau perwakilan-perwakilan pemerintah tertentu pada tingkat lokal (kabupaten/kota), daerah (provinsi), dan pusat
(nasional) sebagai penegak hukum dan peraturan yang berpengaruh terhadap
kegiatan operasional organisasi/perusahaan;
e. Serikat pekerja, yaitu organisasi yang menghimpun para pekerja/buruh untuk
memperjuangkan aspirasi para anggotanya.
Di bawah ini digambarkan lingkungan umum dan lingkungan khusus dari
sebuah organisasi.

212

Lingkungan Umum dan Lingkungan Khusus dari Sebuah Organisasi

LINGKUNGAN UMUM
KONDISI SOSIAL BUDAYA

LINGKUNGAN
KHUSUS

Pesaing

Pelanggan

Pemasok

KONDISI
EKONOMI

KONDISI
TEKNOLOGI
ORGANISASI
PT. X
Pembuat
Peraturan

Serikat
Pekerja
Pemagang Saham

KONDISI
SOSBUD

KONDISI
POLHUK

KONDISI
LINGK. ALAM

Sumber : Sawaldjo Puspopranoto (2006:47)

3. Lingkungan Internal.
Lingkungan internal dari sebuah organisasi/perusahaan, dan pengaruhnya terhadap aktivitas dan keberhasilan operasional organisasi/perusahaan secara singkat
dapat dikemukakan :
a. Visi-misi. Visi adalah gambaran kondisi atau potret di masa depan (berjangka
panjang) yang diinginkan/dituju oleh sebuah organisasi. Misi adalah pernyataan tentang maksud dan filosofi organisasi atau alasan mengapa sebuah
organisasi eksis. Atau bisa juga disebut sebagai tugas yang harus dijalankan
untuk mewujudkan visi. Setiap tingkatan manajemen harus memahami sepenuhnya apa yang menjadi visi dan misi organisasi. Setiap unit kerja (divisi,
departemen, bagian) dari suatu organisasi harus memiliki tujuan jelas selaras
dengan visi dan misi organisasi.
b. Budaya perusahaan. Budaya adalah sistem dari kebersamaan nilai, kepercayaan, dan kebiasaan di dalam sebuah organisasi yang berinteraksi dengan
213

struktur formal yang menghasilkan norma perilaku dalam organisasi bersangkutan.

Budaya dimaksud merupakan iklim sosial dan psikologis dari

sebuah perusahaan dan wujudnya bisa tertutup atau terbuka. Dalam budaya
tertutup, keputusan cenderung dibuat oleh tingkatan yang lebih tinggi dalam
manajemen.

Manajer kurang begitu percaya kepada bawahan, banyak

kerahasiaan di seluruh jajaran organisasi, dan karyawan tak terdorong untuk


kreatif atau terlibat dalam pemecahan masalah. Sebaliknya dalam budaya
terbuka, keputusan dibuat pada tingkatan manajemen yang lebih rendah,
kepercayaan terhadap bawahan/karyawan cukup besar, dan mereka didorong
agar kreatif serta diikutsertakan dalam pemecahan masalah dan mungkin
dalam pengambilan keputusan.
c. Gaya manajemen. Sikap dan preferensi atasan mempengaruhi bagaimana
sebuah tugas dilaksanakan. Masalah dapat timbul jika gaya manajerial dari
manajer yang lebih tinggi berbeda dengan manajer tingkat bawah. Secara
umum, manajer tingkat bawah harus menyesuaikan diri dengan gaya atasan.
d. Kebijakan. Kebijakan menetapkan batasan sebagai arahan dalam pembuatan
keputusan. Kebijakan yang dibuat oleh manajer tingkat bawah harus selaras
dengan kebijakan dari manajer yang lebih tinggi. Hal ini sering dimaksudkan
untuk menjamin konsistensi dalam praktek, misalnya tentang kapan dan
bagaimana kinerja dinilai.
e. Karyawan. Karyawan berbeda-beda satu sama lain dalam berbagai hal seperti
pengetahuan, keterampilan, sikap, tujuan pribadi, kepribadian, dsb. Akibatnya, perilaku seorang manajer yang efektif dengan seorang karyawan belum
tentu efektif dengan karyawan lainnya.

Pada kasus yang ekstrim, para

karyawan karena berbeda satu sama lain, sehingga hampir tak mungkin
dikelola sebagai sebuah kelompok/tim. Agar bisa efektif, manajer harus dapat
menyiasatinya, contoh : Kelompok dari karyawan yang berpengalaman tidak
perlu banyak diperhatikan detail teknis dari tugas, tetapi lebih mendorong
bagaimana membangun kerjasama kelompok, sedangkan untuk kelompok
dari karyawan yang tidak berpengalaman, harus memusatkan perhatian pada

214

aspek teknis dari tugas.


f. Organisasi informal. Anggota organisasi akan menjumpai dua jenis organisasi
di dalam perusahaan, yaitu formal dan informal. Organisasi formal ditunjukkan oleh struktur organisasi dan uraian jabatan. Manajer mengetahui hubungan/kaitan tugas maupun laporan resmi antarstruktur organisasi tersebut.
Sedangkan organisasi informal adalah hubungan yang berkembang dan pola
interaksi manusia di dalam organisasi yang tidak ditetapkan secara resmi.
g. Hubungan antar unit. Manajer harus memahami benar hubungan antardivisi
atau departemen/bagian yang ada dan harus memanfaatkan hubungan
dimaksud secara maksimal. Jika pekerjaan sebuah divisi bergantung pada
divisi-divisi lain dalam arus kerja, maka manajer harus menyadari bahwa
kerjasama dengan divisi-divisi lain sangat dibutuhkan jika pekerjaan harus
diselesaikan secara efisien atau produktivitas divisi ingin ditingkatkan.
Lingkungan Internal

VISI-MISI
ANTAR
DIVISI

BUDAYA
PERUSAHAAN

MANAJER

ORGANISASI
INFORMAL

GAYA
MANAJEMEN
ATASAN
KEBIJAKAN
ORGANISASI

KARYAWAN
Sumber : Sawaldjo Puspopranoto (2006:56).

215

BAB XI
BISNIS MODERN

A. KEWIRAUSAHAAN DALAM KONTEKS GLOBAL


Dahulu orang memulai bisnis dengan penuh tantangan, kerja keras, ulet, tekun, dan
mengarungi jatuh bangun, maju, bangkrut, bangkit lagi, hingga kemudian yang
benar-benar punya tekad kuat dan pantang menyerah meraih kesuksesan. Namun
hal itu menjadi bahan pemikiran mereka yang kurang kuat tekadnya, bahkan di
kalangan lulusan perguruan tinggi, takut mengalami kebangkrutan, karena punya
modal yang serba kepepet. Hal ini yang membuat orang enggan memilih jalan
hidupnya menjadi entrepreneur, bahkan banyak orang tua melarang anak-anak
mereka menjadi pengusaha. Kalau mau menjadi pengusaha (kata mereka : berdagang), mengapa sekolah tinggi-tinggi?
Namun saat ini berbisnis sudah menjadi gaya hidup, berkelas, pilihan karier
yang cepat untuk sukses dan kaya di usia muda. Bahkan dalam ajaran Islam pun ada
hadits Nabi Saw. yang menyatakan bahwa dari sepuluh pintu rezeki itu sembilan di
antaranya dibuka melalui bisnis. Demikianlah kewirausahaan telah berubah dan
mengalami kecenderungan (tren) yang mengarah pada technology based di era
globalisasi ini. Coba lihat, sekarang orang-orang muda yang bergelut di dunia digital
dan teknologi informasi mengalami fenomena yang luar biasa hingga mereka
mempunyai kekayaan jutaan bahkan milyaran dolar AS saat usianya masih muda
bahkan sebelum tiga puluh tahunan. Contohnya, Bill Gates (microsoft) mendapat
kontrak 1 juta USD di usia 24 tahun; Mark Elliot Zuckerberg di usia 30-an dengan
facebooknya yang membuat kaya raya karena penawaran Yahoo dengan harga 1
milyar USD di tahun 2006; di usia 20 -21 tahun, Chad Meredith (kelahiran 1977),
Steve Shih Chen (kelahiran 1978), dan Jawed Karim (kelahiran 1979), mereka
mendirikan YouTube dan dibeli oleh Google seharga 15,6 triliun USD.
Sebenarnya perdagangan internasional atau antarnegara di dunia telah berlangsung ratusan tahun yang lalu. Semenjak Perang Dunia II, sebagai akibat dari membaiknya fasilitas transport, volume kegiatan bisnis internasional telah meningkat
216

secara signifikan. Berbagai perusahaan dari Eropa dan AS dalam bentuk perusahaan
multinasional telah memainkan peranan yang penting dalam bisnis internasional.
Terlebih melalui kemajuan teknologi yang dikembangkan dan jaringan bisnis yang
dikuasainya sehingga dapat melanggengkan kedudukan yang dominan dalam era
globalisasi. (Sawaldjo Puspopranoto, 2006:35).
Yang harus diketahui untuk memahami dasar-dasar bisnis internasional, perlu
kiranya diuraikan secara sekilas, yaitu :
1. Neraca perdagangan, yaitu selisih antara ekspor dengan impor.

Dikatakan

perdagangan surplus atau neraca perdagangan yang menguntungkan, jika ekspor


nilainya lebih besar dibanding impor. Sebaliknya, perdagangan defisit atau
neraca perdagangan tidak menguntungkan jika nilai impor lebih besar dibanding
ekspor.
2. Neraca pembayaran sebuah negara, yaitu keseluruhan aliran uang yang masuk
dan keluar pada sebuah perekonomian negara. Di samping neraca perdagangan,
neraca pembayaran meliputi faktor-faktor lain seperti hutang luar negeri, bantuan luar negeri, keuntungan atau deviden yang diterima dari investasi internasional. Jika neraca pembayarannya defisit, sebuah negara biasanya berusaha
untuk mengurangi impor atau meningkatkan ekspor, atau juga menyesuaikan
investasi di luar negeri. Bisa juga mendevaluasi mata uangnya agar barangbarang yang dihasilkannya bisa lebih murah di luar negeri, dan sebaliknya
barang-barang luar negeri lebih mahal di pasar domestik.
3. Nilai tukar (kurs), yaitu nilai atau harga dari mata uang sebuah negara dalam
hubungannya dengan mata uang dari negara lain. Nilai tukar memiliki dampak
penting terhadap perdagangan internasional karena dapat menciptakan daya
saing dalam hal harga barang-barang di pasar internasional. Devaluasi adalah
pengurangan nilai mata uang sebuah negara dalam hubungannya dengan mata
uang negara lainnya. Sedangkan yang dimaksud nilai mata uang mengambang
adalah nilai tukar sebuah mata uang yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
permintaan dan penawaran di pasar uang internasional. (Sawaldjo Puspopranoto, 2006:37-38).

217

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di negara-negara maju


telah menyebabkan perubahan gaya hidup dan kecenderungannya. Perubahanperubahan itu merupakan tantangan yang harus dijawab secara kreatif dan inovatif
oleh wirausahawan. Karena zaman sekarang sudah memasuki era globalisasi, maka
bisnis pun disebut bisnis modern yang penuh persaingan, namun tetap harus menjunjung etika bisnis. Untuk menghadapi berbagai tantangan di zaman modern yang
ditandai dengan persaingan bebas ini, diperlukan sumber daya berkualitas yang
dapat menciptakan berbagai keunggulan, baik komparatif maupun kompetitif, yang
di antaranya melalui proses kreatif dan inovatif kewirausahaan. Kewirausahaan
kreatif dan inovatif dapat terjadi jika ada proses pendidikan kewirausahaan. Persyaratan penting dalam persaingan bebas harus dimulai dengan pendidikan kewirausahaan, sebagaimana dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.
Persyaratan Penting dalam Persaingan Bebas
PENDIDIKAN
KEWIRAUSAHAAN

SDM KREATIF
DAN
INOVATIF

BARANG/JASA
BARU, BERBEDA,
EFISIEN

PASAR BEBAS
DAN PERSAINGAN
GLOBAL

BARANG/JASA
UNGGULAN DAN
BERDAYA SAING

BARANG/JASA
BERNILAI
TAMBAH

Sumber : Suryana (2013:277).

Untuk dapat bersaing di pasar global diperlukan produk barang dan jasa yang
unggul, yaitu yang memiliki daya saing. Produk yang unggul bagi konsumen adalah
produk barang dan jasa yang memiliki nilai tambah, dengan ciri-ciri :
1. Mengandung kebaruan (berbeda dengan yang sudah ada).
2. Memiliki kegunaan tambahan.
3. Memiliki kemudahan untuk dipergunakan.
Produk barang dan jasa tersebut di atas hanya dapat dihasilkan oleh sumber
daya manusia yang kreatif dan inovatif (entrepreneur) yang memiliki pendidikan,
pengetahuan, dan pengalaman. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya
saing tinggi diperlukan tingkat efisiensi yang tinggi, dan tingkat efisiensi yang tinggi
218

ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi, yaitu yang profesional
dan terampil yang dapat menciptakan nilai tambah, dan mampu menjawab
tantangan-tantangan baru. Adapun tantangan global sumber daya kewirausahaan
dapat digambarkan sebagai berikut :
Tantangan Global Sumber Daya Kewirausahaan

PERSAINGAN
GLOBAL
PERTUMBUHAN
PENDUDUK

KEANEKARAGAMAN
ANGKATAN KERJA

PENGURANGAN
PENDUDUK
TANTANGAN
KEWIRAUSAHAAN

TANTANGAN
ETIKA

TANGGUNG JAWAB
SOSIAL

KEMAJUAN
TEKNOLOGI
GAYA HIDUP
DAN KECENDERUNGANNYA

Sumber : Suryana (2013:276).

B. CIRI-CIRI BISNIS MODERN


Ciri-ciri bisnis modern ialah adanya spesialisasi, saling ketergantungan (interdependensi) dan produksi massal.
1. Spesialisasi.
Bisnis yang hanya bergerak dalam memproduksi barang-barang tertentu, misalnya ada yang bergerak dalam bidang pembuatan barang (pabrik), ada yang
menjual barang saja (para pedagang), dsb. Demikian pula halnya dalam pembagian kerja dengan adanya spesialisasi jabatan.
2. Interdependensi.
Karena bisnis bergerak dalam bidang tertentu, maka suatu perusahaan kegiatannya bergantung pula pada perusahaan lain.
219

3. Produksi Massal.
Barang diproduksi dalam jumlah besar, terus-menerus dalam berbagai ukuran
sehingga mudah dipilih oleh konsumen. Dengan adanya produksi massal dan
barangnya laku dipasar, akan timbul keuntungan, baik bagi bisnis itu sendiri
maupun bagi masyarakat dan negara. Tenaga kerja akan lebih banyak tertampung, pendapatan para karyawan akan makin meningkat, demikian juga
pendapatan masyarakat bertambah dan standar hidup juga makin membaik.
Untuk menilai produk bermutu dalam bisnis modern di era globalisasi, maka
diterbitkan Sertifikat ISO (International Standard Organization) yang berkedudukan
di Jenewa Swiss. Latar belakangnya adalah sebagai akibat dari pola perdagangan
bebas yang akan dikembangkan di masa depan. Misalnya pabrik menghasilkan
produk demikian banyaknya, sehingga sulit menilai mana produk yang bermutu dan
mana yang tidak. Salah satu untuk membedakannya, ya dengan memberikan Sertifikat ISO. Jadi, hanya produk-produk bermutu yang dapat memasuki pasar bebas.
Mutu dan standar yang disyaratkan meliputi dua jenis kategori, yaitu pertama,
produk tersebut memenuhi standar tertentu, dan kedua, untuk beberapa komoditas industri tertentu perusahaannya harus memenuhi syarat sistem manajemen
mutu yang diterima secara internasional.
Pada tahun 1987, International Organization for Standarization (IOS) mengeluarkan lima standar sistem manajemen mutu. Edisi pertama dikenal dengan ISO
9000 (series). Ke lima standar dimaksud adalah :
1. ISO 9000 : Quality management and quality assurance standards guidline for
selection and use.
2. ISO 9001 : Quality systems-Model for quality assurance in design/development,
production, installation and servising.
3. ISO 9002 : Quality systems-Model for assurance in production and installation.
4.

ISO 9003 : Quality systems-Model for quality assurance in final inspection and
test.

5. ISO 9004 : Guidline-Quality management and quality systems elements.


Untuk Indonesia, ISO 9000 diberi nama Standar Nasional Indonesia 9000 (SNI

220

9000). Prinsip SNI 9000 adalah melibatkan seluruh bagian dalam perusahaan, yang
harus bekerja secara aktif sesuai dengan elemen-elemennya. Bagian satu dengan
lainnya harus saling terkait sehingga merupakan suatu rangkaian sistem mutu.
Untuk pencapaian mutu dalam SNI 9000 ini, ada tiga unsur pokok yang akan
melibatkan seluruh bagian dalam manajemen, yaitu :
1. Kepemimpinan Manajemen dalam Hal Mutu Perusahaan. Dalam hal ini termasuk komitmen pimpinan perusahaan dalam kebijakan mutu yang konsisten,
tertulis dalam kalimat tidak lebih dari 13 kata : Disahkan, didokumentasikan,
dimengerti, dan dipahami oleh seluruh karyawan perusahaan, dituangkan dalam
slogan-slogan, ditempatkan/ditempel di ruang rapat, kantin, ruang kerja, dsb.
Kemudian disediakan dana untuk pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaannya
secara rutin.
2. Dukungan Terhadap Proses Produksi. Perusahaan harus dapat memberikan
jaminan kepada pelanggan atas mutu produk, waktu dan jumlah yang akan
diserahkan, serta pelayanan purna jual. Hal ini harus dijaga secermat mungkin.
Proses yang menunjang terhadap proses produksi ini adalah :
a. Faktor pembelian bahan baku dan bahan pendukung;
b. Pemeriksaan/pengawasan peralatan produksi;
c. Pengawasan terhadap penyimpanan, pembungkusan, dan pengepakan;
d. Pengendalian proses.
3. Dokumentasi, Audit Mutu, Tindakan Koreksi, dan Pencegahan. Perusahaan harus
memiliki dokumentasi sistem mutu, terjamin keakuratannya. Kemudian mengambil tindakan koreksi terhadap kesalahan dalam pelaksanaan dan mengantisipasi tindakan pencegahan.
Indonesia kini sudah memiliki Dewan Standarisasi Nasional (DSN) dan membentuk Standarisasi Nasional Indonesia (SNI). ISO 9000 menjadi SNI 9000, ISO
14000 menjadi SNI 14000.

Pemerintah mendorong perusahaan mencapai ISO

14000, yaitu suatu standar internasional mengenai sistem manajemen lingkungan


atau ekolabel. Alasannya karena 74% ekspor Indonesia diarahkan ke negara-negara
yang telah menerapkan ekolabeling ini.

221

Dunia perusahaan harus selalu menjaga lingkungan seperti pembuangan


sampah, air dan limbah lainnya agar tidak mencemari lingkungan, selokan, sungai,
danau, dan laut. Juga pembuangan limbah ke atas tanah atau jurang jangan sampai
mengganggu ekosistem. Demikian halnya dengan perusahaan perkayuan, harus
menjaga kelestarian hutan dengan tebang pilih dan penanaman kembali bibit kayu
yang sudah ditebang.
Dalam perkembangan lebih lanjut guna kelancaran standarisasi nasional, dan
agar ada pengakuan dunia internasional, pemerintah sudah mengadakan langkahlangkah antara lain membentuk Badan Standarisasi Nasional (BSN) sebagai pengganti DSN.

BSN akan ditingkatkan menjadi badan yang operasional melalui

peningkatan dana dan kerjasama dengan luar negeri. Untuk masa depan, ISO akan
melakukan pendekatan yang disebut Global Approach to Testing and Sertification.
Melalui pendekatan ini kegiatan pengujian dan sertifikasi merupakan kegiatan
utama dalam mendukung mekanisme pasar internasional.
Adapun tujuan dan keuntungan memiliki Sertifikat ISO adalah :
1. Terdapat jaminan mutu antara produsen dan konsumen. Ada keseragaman
dalam produk sejenis yang diperdagangkan di pasar internasional.
2. Adanya komitmen dan tanggung jawab dari pimpinan dan karyawan perusahaan
untuk menjaga mutu produknya dan selalu konsisten dalam pelaksanaannya.
3. Menjaga kelestarian alam serta sumber daya alam yang sifatnya sudah sangat
langka.
4. Meningkatkan citra perusahaan terhadap pelanggan dan pesaing dari produk
sejenis.
5. Timbulnya perhatian terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dalam
perusahaan, dan mengadakan pelatihan-pelatihan dalam rangka meningkatkan
kemampuan SDM dimaksud.
6. Perusahaan menyediakan dana/anggaran untuk meningkatkan mutu produk dan
segala aspek penunjangnya.
7. Penjagaan mutu oleh sebuah perusahaan akan mempengaruhi pula perusahaan
lainnya, terutama perusahaan pemasok bahan baku, yang juga harus menjaga

222

mutu bahan baku yang dijualnya.

C. E-BUSINESS
1. Pengertian E-Business.
Istilah e-business pertama kali digunakan salah satunya oleh IBM pada tahun
1997 (SearchCIO.com). E-bisnis dapat diartikan sebagai penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi oleh organisasi, individu, atau pihak-pihak terkait
untuk menjalankan dan mengelola proses bisnis utama sehingga dapat
memberikan keuntungan berupa keamanan, fleksibilitas, integrasi, optimasi,
efisiensi, atau/dan peningkatan produktivitas dan profit. (Irham Fahmi, 2014:
206). Penerapan e-bisnis pada suatu unit usaha sebenarnya dapat menimbulkan
keuntungan atau kerugian bagi unit usaha dimaksud, namun dampak positifnya
dipandang lebih besar.
E-business adalah bisnis yang memanfaatkan perangkat elektronik via internet untuk setiap transaksi bisnis yang dilakukan atau secara on-line (daring).
Transaksi bisnis dimaksud mencakup banyak bidang dan bisa dilakukan seperti
transfer uang, pembelian dan penjualan barang, promosi, pertukaran data secara
elektronik (Electronic Data Interchange/EDI), pengiriman informasi kesepakatan
kerjasama bisnis, dsb.
2. Kondisi dan Situasi Pasar Bisnis Digital.
Pasar dunia maya saat ini dianggap sebagai salah satu pasar modern yang paling
banyak diminati oleh berbagai pihak tanpa memandang etnis, usia, negara, dan
berbagai latar belakang lainnya. Transaksi jual beli produk melalui dunia maya
dianggap termasuk salah satu yang tertinggi dibanding dengan transaksi di luar
dunia maya. Mereka yang terlibat transaksi ini kebanyakan yang memiliki aktivitas kehidupan yang super padat, sehingga sangat sulit memiliki waktu untuk
berbelanja dan memilih setiap barang keperluan, datang langsung ke suatu
tempat (toko, warung). Bagi mereka time is money.
Aktivitas online di media-media sosial (data tahun 2014) menurut Irham Fah223

mi (2014:207), seperti facebook di Indonesia telah mencapai 42,5 jiwa atau


keempat tertinggi di dunia. Sekitar 18% penduduk Indonesia telah memiliki
akun di media sosial terpopuler. Jumlah pengguna twitter sebesar 5,7 juta atau
ketiga di dunia. Yang tak kalah mengagumkan, jumlah pengguna konsep di
Indonesia sudah mencapai 266 juta nomor, atau melebihi jumlah penduduk
Indonesia itu sendiri. Tahun depan (2015) Indonesia diproyeksikan bisa menjadi
pasar teknologi mobile terbesar keempat di dunia.
Bagi seorang wirausahawan, hal tersebut di atas merupakan sebuah peluang
yang harus dimanfaatkan. Ini merupakan chellenge dari perubahan behavior
masyarakat modern. Sebagai contoh, menurut Irham Fahmi (ibid), Iim Fahima
Jachja mendirikan Virtual Consulting, dan telah memperoleh omzet keuntungan
dari bisnis ini sebanyak milyaran rupiah pertahun dengan menangani 30 merk
ternama baik lokal maupun mancanegara.
Virtual consulting adalah sebuah usaha jasa di bidang konsultasi bisnis digital
yang mempunyai rencana jangka panjang untuk masuk ke on-line. Seberapa
pentingnya virtual consulting bagi sebuah usaha, sesungguhnya bisa dilihat dari
potensi digital itu sendiri yang semakin hari semakin tumbuh besar di Indonesia.
Yang menjadi pembela digital business consulting (virtual) dengan konsultasi
bisnis biasa adalah mediumnya. Ketika muncul medium baru, maka akan memunculkan pula perilaku baru, dan ketika behavior itu baru, berarti akan timbul
approach business yang baru.
Penduduk Indonesia tahun 2014 mencapai lk. 245 juta orang, termasuk salah
satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, adalah pengguna
internet yang mencapai 55 juta. Jumlah ini menguasai Asia sebesar 22,4 persen
setelah Jepang. Maka pangsa pasar penjulalan berbagai jenis produk menjadi
sangat menarik untuk dimasuki. Bagi orang yang memiliki mentalitas entrepreneurship, tentu hal ini merupakan pasar yang menarik untuk digarap.
Di bawah ini data penerapan CFDS (Consumer Fading Digital Strategy) di
Indonesia dan Asian.

224

Penerapan CFDSdi Indonesia dan Asean


No.

MEDIA ONLINE/DIGITAL CHANNEL

INDONESIA

ASEAN

Website

90%

79%

Iklan Online

65%

63%

Media Sosial

53%

54%

Situs Komunitas

43%

41%

Mobile Flatform

42%

43%

Sumber : Irham Fahmi (2014:208).

Harus diingat bahwa kondisi dalam e-business bukan dalam bentuk persaingan antara perusahaan yang bermodal besar dengan yang bermodal kecil,
akan tetapi adalah persaingan siapa yang lebih cepat. Motto juangnya : Bagian
dari proses internet adalah mencobanya, belajar darinya, dan memperbaikinya.
Menunda adalah musuh terbesar anda. Apabila anda menunda, orang lain yang
akan melakukannya.
3. Tips Berbisnis Via Internet.
Dalam memasuki bisnis dunia maya khususnya dalam bidang konsultan bisnis
digital perlu memiliki tips agar terhindar dari masalah di kemudian hari. Tips
menjadi konsultan bisnis digital (Irham Fahmi, 2014:209) :
a. Harus tahu dan paham soal digital business secara makro, dalam artian the big
future of digital businessnya seperti apa;
b. Harus paham tentang teknologi, mengingat ke depan pasar kita akan dipimpin
oleh teknologi. Sebagai contoh, bukan tidak mungkin iPad akan menjadi
berjuta-juta jumlahnya dan semua orang akan memakainya;
c. Setelah paham big future-nya, dia harus paham juga marketing atau marketing communication-nya;
d. Pastikan memulai bisnis dengan hati, dalam arti, harus dimulai dari apa yang
kita suka.
Sebagai penguat dalam berbisnis via internet perlu dipertimbangkan pula
pendapat Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarbrough (ibid), yang mengatakan bahwa untuk meluncurkan perusahaan on-line atau mengubah bisnis di
225

dunia maya menjadi perusahaan dot.com perlu mengetahui dengan beberapa


pertanyaan untuk membantu menilai potensi on-line perusahaan kita, yaitu :
a. Apakah produk kita memiliki daya tarik luas bagi pelanggan di mana pun berada?
b. Apakah kita ingin menjual produk kita kepada pelanggan di luar wilayah
geografis langsung kita?
c. Apakah produk yang kita jual dapat diantarkan secara nyaman dan ekonomis?
d. Apakah perusahaan kita dapat merealisasikan keuntungan biaya yang cukup
besar seperti sewa, tenaga kerja, persediaan, dan biaya percetakan yang lebih
rendah, dengan melakukan bisnis secara on-line?
e. Dapatkah kita menarik pelanggan ke dalam situs web perusahaan kita dengan
investasi yang layak?
Bisnis dengan mempergunakan perangkat internet memang tidak bisa
dianggap sederhana. Pebisnis harus mengerti tentang IT (Information Technology) atau TI (Teknologi Informasi) dengan baik, seperti berlatar belakang pendidikan/pelatihan komputer dan paham bidang software maupun hardware. Kasus
hacker yang bisa menembus jaringan proteksi sebuah lembaga perbankan dan
perusahaan menunjukkan bagaimana riskannya bisnis ini dari terjadinya
kejahatan.
Bisnis dengan mempergunakan jaringan teknologi dunia maya ini berkembang atau digagas di Silicon Valley (Lembah Silikon), yaitu julukan atas daerah
selatan dari San Francisco Bay Area, California AS. Julukan ini diraih karena
daerah ini memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang komputer
dan semikonduktor, antara lain Adobe Systems, Apple Computer, Cisco Systems,
eBay, Google, Hewlett-Packard, Intel, dan Yahoo. (Irham Fahmi, 2014:210).
Kesuksesan yang terjadi di lembah silikon ini telah mengispirasi banyak
orang termasuk anak muda Indonesia yang begitu semangat masuk dalam bvisnis
digital. Dampak positifnya semakin banyak universitas atau sekolah tinggi sedrta
akademi yang membuka kelas bidang IT, serta memasukkan mata kuliah bidang
IT dalam setiap kurikulumnya. Kebanyakan kampus yang membuka bidang IT

226

pun cenderung mangalami peningkatan jumlah mahasiswa yang signifikan. Dan


tidak bisa dipungkiri jika dunia kerja saat ini pun menuntut tenaga kerja yang
mengerti tentang IT dengan baik.
Lebih jauh, ada beberapa kampus di dunia yang sudah menerapkan konsep
e-learning. Konsep e-learning artinya seorang mahasiswa dapat belajar dari jarak
jauh dan mengumpulkan tugas pun dari jarak jauh. Seorang pengajar dapat
membimbing seorang mahasiswa via e-mail dan berbagai situs lainnya. Kondisi
ini menyebabkan banyak mahasiswa yang bisa kuliah sambil bekerja. Artinya, di
tempat kerja bisa saja ada waktu kosong langsung konek dengan dosennya dan
selanjutnya ia juga dapat mengerjakan tugas kuliah di kantor. Konsep e-learning
dianggap memiliki nilai lebih efektif dan efisien. Mahasiswa bisa kuliah ke jnjang
tertinggi sambil tetap mengejar karier di dalam perusahaan.
Di bawah ini data mengenai lima aktivitas tinggi on-line di beberapa negara
Asean.
Top 5 Aktivitas Online di Beberapa Negara Asean
VIETNAM
Berita
90,0%

MALAYSIA
Email
92,0%

FILIPINA
eMail
90,0%

SINGAPURA

THAILAND

INDONESIA

eMail
96,0%

eMai85,0%

Pesan
Pesan pripriba-di
badi melalui
melalui
jejaring sojejaring so- sial
sial
83,0%
83,0%
Internet
Berita
Posting di
messanging 82,0%
wall/update
68,0%
status melalui jejaring
sosial
81,0%
Gaming on- Pencarian
Berita
line
79,0%
79,0%
52,0%

Berita
86,0%

Berita
79,0%

Pencarian
81,0%

Pesan
pribadi mela-lui
jejaring
sosial
74,0%

Browsing
profil jejaring sosial
59,0%

Streaming

Pesan

Membaca
komentar
ttg.
Merk/
produk
70,%
pri- Berbagi con-

Update
profil
di
jejaring sosial
56,0%
Email

Pencarian
81,0%

Instant

Instant
227

Instant
messanging
70,0%

Pesan pribadi melalui jejaring


sosial
71,0%
Komentar
publik melalui jejaring sosial
61,0%

audio
47,0%

mesanging
75,0%

messanging
78,0%

badi melalui tent


jejaring so- 69,0%
sial
67,0%

51,0%

Sumber : Irham Fahmi (2014:211).

4. Perusahaan yang Berbasis Digital dalam Perspektif Ilmu Manajemen.


Salah satu indikator organisasi yang sehat adalah jika di dalamnya terdapat
orang-orang yang bersemangat kerja tinggi. Untuk mewujudkan organisasi yang
menyenangkan salah satu ukurannya adalah kondisi tempat kerja yang mampu
memberi jaminan kehidupan hingga hari tua. Untuk mendukungnya diperlukan
juga perangkat canggih yang memudahkan dalam bekerja, yang salah satunya
digitalisasi manajemen.
Saat ini harus diakui jika perusahaan yang mengadopsi konsep manajemen
digital dalam mengelola organisasinya, maka perusahaan dimaksud cenderung
bisa bertahan lebih lama bahkan mampu berkompetisi dipasar. Sebaliknya perusahaan yang tidak mau menerapkan konsep digital cenderung sulit bisa
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di era globalisasi.
Sebenarnya teknologi digital telah diperkenalkan semenjak dua puluh tahun
lalu. Awalnya instansi militer yang lebih banyak mempergunakan teknologi
digital ini. Namun dalam perkembangannya kemudian terutama di luar negeri
perusahaan dan masyarakat umum juga sudah terlibat aktif dalam memanfaatkan sarana teknologi digital ini, termasuk sekarang di Indonesia. Contoh, di
Korea selatan, supermarket Tesco Plc. Sudah mengimplementasikan virtual
store, di mana orang bisa memesan barang secara digital dan tinggal menunggu
kiriman barangnya di rumah. Kemudian HardRock Caf di AS berupaya mempermudah pelanggannya memesan makanan dan minuman dengan menerapkan
mobile strategy dalam bentuk aplikasi mobile ordering, Ada pula rental mobil
Hertz yang menyediakan kios interaktif untuk pemasanan mobil sewaan.
Sekarang adalah era digital, sehingga wajar konsep digital dapat dianggap
sebagai salah satu media paling representatif untuk menerapkan dan memajukan/meningkatkan penjualan produk.
228

Lebih jauh, ilmu manajemen dalam

aplikasi teknologi digital di perusahaan-perusahaan bahkan di instansi-instansi


pemerintah pun merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.
5. Cyber Crime dan Hacker.
Perkembangan iptek (high technology) yang begitu pesat membawa dampak positif dalam dunia bisnis. Masyarakat saat ini dianggap memiliki kepedulian terhadap perkembangan teknologi.

Sebuah catatan menunjukkan penggunaan

facebook, twitter, instagram, pad, line, whats-Upp, blog, games, dsb. di lingkungan masyarakat Indonesia termasuk yang terbesar peminatnya.
Pemasaran dan penjualan produk secara online (daring) sangat berkembang,
dan ini merupakan salah satu peluang bisnis tersendiri yang harus dimanfaatkan
oleh para pebisnis. Namun di sisi lain, kejahatan dalam internet (dunia maya)
juga marak terjadi, yaitu cyber crime yang dilakukan oleh para hacker dianggap
sebagai bentuk kejahatan abad ini.
Cyber crime adalah salah satu kejahatan dengan memanfaatkan dunia maya
(internet) sebagai tempat untuk mengambil keuntungan (profit taking). Adapun
hacker adalah adalah orang/pihak (pelaku) yang mengambil keuntungan melalui
perilaku jahat dengan memanfaatkan dunia maya tersebut. Kejahatan ini sangat
sulit dibuktikan dalam artian mencari pelakunya, karena bisa berada di mana saja
kendati komputer dan perangkat elektronik dianggap sebagai barang buktinya.
Sebagai contoh, ada seorang berkewarganegaraan asing datang di salah satu
negara, kemudian membuka situs salah satu bank di Indonesia, dan mampu
membobol sejumlah rekening nasabah dan masuk ke rekening pribadinya. Yang
jadi masalah, untuk menyelesaikannya sangat sulit, dan harus dilakukan oleh
para ahli di bidang IT, praktisi perbankan, ahli hukum dan kepolisian khusus yang
menguasai cyber. Itulah sebabnya para wirausahawan terutama yang go public
mau tak mau harus mengetahui dan mengerti IT/dunia maya, sehingga dapat
mengantisipasi kemungkinan terjadinya cyber crime.

229

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alma, Buchari. 2008. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung :


Alfabeta.
Anoraga, Pandji. 2004. Manajemen Bisnis. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Atmosudirdjo, S. Prajudi. 1979. Dasar-dasar Ilmu Administrasi : Administrasi dan
Manajemen Umum. Jilid II. Cetakan Ketujuh. Jakarta.
Dhewanto, Wawan. 2013. Intrapreneurship : Kewirausahaan Korporasi. Cetakan
Pertama. Bandung : Rekayasa Sains.
Drucker, Peter F. 1991. Inovasi dan Kewiraswastaan : Praktik dan Dasar-dasar.
Diterjemahkan oleh Rusjdi Naib. Jakarta : Erlangga.
Fahmi, Irham. 2014. Kewirausahaan : Teori, Kasus, dan Solusi. Cetakan Kedua.
Bandung : Alfabeta.
Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan : Panduan bagi Mahasiswa untuk
Mengenal, Mamahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta : Erlangga.
Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Pemimpin Abnormal
Itu? Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi,
dan Kontrol. Jilid 1 Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Prenhallindo.
Meredith, Goffrey G. et.al. Kewirausahaan : Teori dan Praktik. Diterjemahkan oleh
Andre Asparsayogi. Jakarta.
Najma, Siti. 2008. Bisnis Syariah dari Nol : Langkah Jitu Menuju Kaya, Penuh Berkah,
dan Bermakna. Jakarta : Penerbit Hikmah (PT. Mizan Publika).
Osborne, David. dan Ted Gaebler. 1999. Mewirausahakan Birokrasi : Mentransformasi Semangat Wirausaha ke Dalam Sektor Publik. Penerjemah Abdul
Rosyid. Cetakan Kelima. Jakarta : LPPM dan PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Osborne, David. dan Plastrik, Peter. 2000. Memangkas Birokrasi : Lima Strategi
Menuju Pemerintahan Wirausaha. Penerjemah Abdul Rosyid dan Ramelan.
Cetakan Pertama. Jakarta : LPPM.
Puspopranoto, Sawaldjo. 2006. Manajemen Bisnis : Konsep, Teori, dan Aplikasi. (Seri
Manajemen Strategi No. 8). Jakarta : Penerbit PPM.
230

Rhenald Kasali. 2010. Modul Kewirausahaan untuk Program Strata 1. Cetakan I.


Jakarta : Penerbit Hikmah (PT. Mizan Publika).
Setyawan, J. 1996. Strategi Efektif Berwirausaha, Mencakup Studi Kelayakan Usaha.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Siagian, Salim. 1997. Kewirausahaan Indonesia dengan Semangat 17-8-45. Cetakan
ketiga. Jakarta : Kloang Klede Jaya kerjasama dengan Puslatkop Departemen
Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.
Sukmadi, et. al. 2014. Menjadi Wirausahawan Handal. Edisi Revisi. Cetakan Kedua.
Bandung : Humaniora.
, 2014. Pengantar Ekonomi Bisnis. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga. Bandung :
Humaniora Utama Press.
Suryana. 2013. Kewirausahaan : Kiat dan Proses Menuju Sukses. Edisi 4. Jakarta :
Salemba Empat.
Sutarto. 2006. Dasar-dasar Organisasi. Cetakan Keduapuluhsatu. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Wangsanegara, S.L. (Sonja Ismail). Tanpa Tahun. Kewirausahaan & Bisnis. Diktat.
Bandung : STPB.
Wiratmo. 1996. Pengantar Kewiraswastaan, Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis.
Yogyakarta : BPFE.

231

Anda mungkin juga menyukai