Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KUALITAS UDARA DALAM RUANGAN


(INDOOR AIR QUALITY/IAQ)

Disusun Oleh :
Achmad Risa Harfit, ST.

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2008

DAFTAR ISI

Daftar isi ..................................................................................................... i


I.

Pendahuluan ...................................................................................... 1

II.

Ruang lingkup ................................................................................... 2

III.

Konsekuensi ...................................................................................... 2

IV. Penyebab Mekanikal


V.

....................................................................... 4

Metode Perbaikan IAQ ....................................................................... 5

VI. Penutup ............................................................................................... 7

i
2

KUALITAS UDARA DALAM RUANGAN


(INDOOR AIR QUALITY/IAQ)
I. Pendahuluan
Perhatian environmental researcher selain ditujukan kepada polusi
udara luar ruangan juga kepada polusi udara dalam ruangan.
Pemicu: kerapnya laporan adanya gejala atau penyakit spesifik yang
terjadi terutama dalam gedung yang berpengkondisi udara dan dilengkapi
dengan ventilasi mekanikal.
Sejumlah studi membuktikan bahwa tingkat kontaminan dalam udara
di ruangan dapat beberapa kali lipat dibandingkan kontaminan di udara luar
ruangan.
Kenyataan ini ditambah dengan fakta bahwa banyak orang
menghabiskan 90% waktunya dalam ruangan mengakibatkan peluang
terkontaminasi oleh polutan dalam ruangan sangat dominan.
Kualitas udara dalam ruangan yang buruk berakibat pada peningkatan
gejala gangguan kesehatan akan menyebabkan peningkatan frekuensi mangkir
kerja dan penurunan produktivitas. Gejala ini dapat dikategorikan sebagai
gejala "Sick Building Syndrome (Gejala Gedung Sakit).
Di rumah sakit, rumah jompo maupun tempat perawatan lainnya,
100% fresh air merupakan standar normatif dengan catatan bila udara yang
mengandung kuman, bakteri maupun virus diresirkulasikan, udara ruangan
akan berujung pada peningkatan keparahan penyakit yang merupakan
penghianatan terhadap usaha-usaha penyembuhan yang sedang diupayakan.
Persyaratan 100% udara segar di atas akan berimplikasi pada kenaikan
pertukaran udara per jam (air change per hour).
Solusi terhadap polusi ialah pengeceran sehingga polutan diusir atau
diturunkan konsentrasinya dengan pertolongan laju alir udara segar yang lebih
tinggi atau peningkatan ventiliasi.
ASHRAE Standard 62-1989 untuk IAQ (Indoor Air Quality) secara
umum menentukan dipenuhinya udara segar sebesar 20 cfm per orang di
tempat kerja.

II. Ruang Lingkup


Sick Building Syndrome (SBS) dicurigai terjadi bila sebagian besar penghuni
dalam suatu gedung mengeluh atau mengalami ketidaknyamanan yang tidak
terkait dengan temperatur dan kelembaban dalam ruangan (tingkat
kenyamanan dalam ruangan tercapai).
Building Related Illnesses (BRI) disebabkan oleh merebaknya penyakit yang
ditransmisikan ke sekeliling melalui udara utamanya terhadap orang yang
cukup lama berada dalam ruangan yang terkontaminasi. Jenis penyakitnya
spesifik seperti TBC, influenza, dll.

III. Konsekuensi
Keharusan atau kebutuhan untuk mensuplai udara segar (dari atmosfir
luar gedung) mulai dari beberapa persen hingga 100% sehingga berimplikasi
pada peningkatan konsumsi energi.
Hal ini ditambah dengan pendekatan normatif Pengenceran Polutan
dalam Ruangan sehingga semakin parah kualitas dan kuantitas polutan,
semakin besar jumlah udara segar yang diperlukan untuk pengenceran.
Hal ini diperparah oleh ketentuan ASHRAE 62-1989 yang
mengisyaratkan jumlah udara segar sebesar 20 cfm per orang dalam
ruangan. Hal ini akan menambah konsumsi energi yang dikarenakan oleh :
1.

Fan yang lebih besar

2.

Fan yang bekerja lebih berat

3.

Beban panas yang harus diserap Koil Pendingin lebih tinggi

4.

Kompresor yang bekerja lebih berat

5.

Panas dibuang di Kondensor yang lebih besar

6.

Fan/pompa pendingin Kondensor yang bekerja lebih berat

Polutan dan Efeknya dapat dilihat sebagai berikut


Polutan
Environmental

Sumber
Efek
Rokok dan asap yang Penyebab utama kanker paru-

Tobacco Smoke

disemburkan oleh

paru, pusing, iritasi mata, sesak

(ETS)

perokok

nafas, batuk, asma dan bronkitis

Bakteri, Fungi,

Dinding basah atau

pada anak-anak.
Reaksi alergis, penyakit infeksi

Jamur, Lumut

lembab, langit-langit, seperti influenza, demam dan


karpet dan furniture,

cacar ayam, iritasi mata hidung

AC yang tak terawat. dan tenggorokan, dll.


Karbon Monoksida Environmental tobacco Kelelahan, sakit dada pada
(CO)

smoke (ETS)

penderita jantung, pandangan


kabur, pusing, sakit kepala, mual

Formaldehid

dan iritasi pernafasan.


Kayu olahan pres yang Iritasi mata, hidung dan
menggunakan lem,

tenggorokan, bersin, batuk,

ETS, tirai atau gordijn, iritasi kulit dan sejumlah reaksi


Volatile Organic

tekstil dan zat perekat. alergis parah lainnya.


Cat, perontok cat dan Iritasi mata, hidung dan

Compounds (VOCs) pelarut, pengawet


kayu, karpet, vernis

tenggorokan, sakit kepala,


kehilangan keseimbangan, mual,

dan zat pembersih dan kerusakan pada hati, empedu dan


Asbes

disinfektan.
sistem syaraf sentral.
Bahan tahan api, lantai Efek jangka panjang ialah kanker
dan atap.

dada dan abdominal serta infeksi


paru-paru. Asbes penyebab
kanker paru-paru.

IV. Penyebab Mekanikal


Selain diakibatkan oleh kontaminan yang bersumber dari manusia dan
material dalam ruangan, buruknya Kualitas Udara Ruangan dapat karena
kontribusi mekanikal:

Pemeliharaan sistem HVAC yang buruk yang berubah fungsi

menjadi sumber kontaminan;

Kenaikan beban pendinginan (tingkat hunian dan kegiatan)


dibandingkan saat perancangan;

Kekurangan fasilitas ventilasi atau suplai udara segar;

Sirkulasi buruk atau saluran suplai yang tidak mencapai penghuni;

Penempatan ventilasi keluar yang menjadi tempat masuknya udara


terkontaminasi dari luar seperti gas buang kendaraan atau WC;

Ducting udara yang kotor tempat penimbunan debu debu dan


kontaminan lainnya.

Sebagai tolak ukur untuk diketahui :


- Standar kenyamanan menggunakan ASHRAE Guideline, SNI.
Dengan menggunakan standar ini maka pengukuran polutan dalam
ruangan menjadi mahal, kompleks, bergantung pada variabel yang
banyak dan juga merupakan fungsi waktu.
- Tersedia sistem monitoring untuk sejumlah gas seperti Radon,
Formaldehid,

Nitrogen Dioksida, Sulfur Dioksida dan Karbon

Monoksida.
- ASHRAE menyarankan penggunaan kadar gas Karbon Dioksida (CO2)
sebagai Surrogate Ventilation Index atau Variabel Terukur pada Level
CO2 merupakan indikator bagus dalam menentukan jumlah penghuni
maupun laju ventilasi dalam ruangan.
CO2 sendiri tidak digolongkan sebagai kontaminan udara dalam
ruangan. Manusia merupakan sumber penghasil utama.
Ketika manusia mengeluarkan CO2 saat bernafas, juga dikeluarkan
beragam bioeffluents. Bioeffluents antara lain adalah gas-gas, bau,
partikulat, bakteri dan virus.
Ketika terjadi penumpukan bioeffluent dalam ruangan karena
ventilasi yang buruk bagi penghuni akan mengeluh karena kelelahan,
sakit kepala dan sejumlah ketidaknyamanan lainnya.
Asumsi tindakan ialah bila diberikan fasilitas ventilasi yang cukup untuk
mengusir kontaminan yang dihasilkan manusia adalah ketidaknyamanan di
atas akan tereliminasi.
Kandungan CO2 di udara luar relatif konstan (350 to 600 ppm);
Kandungan CO2 dalam ruangan tidak akan pernah berada di bawah
tingkat kandungan di udara luar.
Jika kandungan CO2 dalam ruangan lebih tinggi dari 1000 ppm
indikasi terjadi ketidakcukupan udara segar untuk mengencerkan
kandungan CO2 ruangan; juga mengindikasikan tingkat polutan lain
yang tinggi dan harus diambil tindakan kuratif.

Rekomendasi laju ventilasi dapat dilihat sebagai berikut :


Aplikasi

Est. #
Org/m2

Kebutuhan Udara Segar


cfm/org
l/s/org
cfm/ft2

l/s/m2

Lantai
Rumah Sakit
Ruang Pasien
Adm. Kesehatan
Ruang Operasi
R. Recovery dan

10
20
20
20

25
15
30
15

ICU
Ruang Otopsi
Ruang Terapi fisik 20
15
Toko Ritel, Ruang Penjualan, Showroom
Basemen
30
Lantai Atas
20
Ruang Penyimpanan 15
Ruang Ganti
Pakaian
Mal dan arcades
Pengiriman dan

0,5

2,5

0,30
0,20
0,15
0,20

1,50
1,00
0,75
1,00

0,20
0,15

1,00
0,75

30

15

20
10

Penerimaan
Ruang Merokok
70
Auditorium
150
Hotel, Motel, Resort
Ruang tidur
Lobi
30
Ruang Konferensi 50
Kantor
7
Berdasarkan ASHRAE 62-1999
V.

13
8
15
8

60
15

30
8

15
20
20

8
10
10

Metode Perbaikan IAQ


Pada Prinsipnya ada 3 (tiga) Metoda:
1.

Filtrasi: Banyak macam filter dan pembersih udara di pasaran

adalah Ionizers dan ozone generators, mechanical filter air cleaners,


electronic air cleaners (electrostatic precipitators), hybrid air cleaners,
dll.
2.

Ventilasi

3.

Manajemen Penyaluran Udara

Perlu adanya pembatasan pergerakan udara dari satu penggunaan ke


penggunaan lain (misalnya di rumah sakit, mal, dll.)

Memenuhi

kebutuhan

spesifik

ventilasi

dan

filtrasi

untuk

mengencerkan dan mengusir kontaminan seperti misalnya bau,


mikro-organisme yang dibawa udara, virus dan bakteri, zat kimia
berbahaya, bahan nuklir bagi tiap fungsi ruangan
-

Pengaturan temperatur dan kelembaban sesuai kebutuhan masingmasing fungsi ruangan/area

Perancangan yang lebih komprehensif sehingga memungkin


peningkatan akurasi kendali terhadap kondisi udara dalam ruangan

VI. Penutup
Ventilasi atau Pengkondisian Udara Ruangan tidak lagi ditujukan
semata untuk menciptakan kenyamanan dalam ruangan tetapi juga harus
memastikan terjaganya kesehatan penghuninya. Bagaimana memenuhi
standar normatif suplai udara segar dengan tetap memperjuangkan
penghematan energi?

Daftar Pustaka
1.

HAU, E., Lectures and Practical Sessions on Indoor Air Quality, The
University of Queensland, Australia, 2001.

2.

CORMICK, Mc., ERNEST, J., Human Factors in Engineering and Design,


Mc Graw-Hill Book Company, 1997.

3.

ANONYMOUS, Indoor Air Quality, A Guide for Healthy and Safe


Workplaces, Workplace Health and Safety (WHS), Queensland Government,
Australia, 2002.

10

Anda mungkin juga menyukai