eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan;
proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial budaya;
proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi
sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
Bidang
Jumlah Jenis
A
B
C
D
E
F
G
H
I
Pertahanan
Pertanian
Perikanan
Kehutanan
Perhubungan
Teknologi Satelit
Perindustrian
Pekerjaan Umum
Sumber Daya Energi
Kegiatan
3
2
1
1
10
1
7
16
16
J
K
dan Mineral
Pariwisata
Pengembangan Nuklir
2
2
L
M
Pengelolaan Limbah B3
Bidang
Rekayasa
1
2
Genetika
Secara spesifik mengenai jenis usaha atau kegiatan yang diperlihatkan pada tabel
diatas, mungkin Anda bisa cari sendiri Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, lalu kemudian Anda baca peraturan tersebut
dan pahami.
Definisi AMDAL
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
Dasar hukum AMDAL Sebagai dasar hukum AMDAL adalah PP No.27/ 1999 yang di
dukung oleh paket keputusan menteri lingkungan hidup tentang jenis usaha atau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan AMDAL dan keputusan kepala BAPEDAL tentang pedoman
penentuan dampak besar dan penting.
Tujuan dan sasaran AMDAL
Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan
pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup.
Dengan melalui studi AMDAL diharapkan usaha atau kegiatan pembangunan dapat
memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak
negatip dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan hidup. Tanggung jawab
pelaksanaan AMDAL. Secara umum yang bertanggung jawab terhadap koordinasi proses
pelaksanaan AMDAL adalahBAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan).
AMDAL digunakan untuk:
Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan.
Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.
Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan.
introdusir pula pembuatan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) bagi kegiatan yang tidak wajib AMDAL. Upaya Pengelolaan
Lingkungan(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL) ditetapkan oleh Menteri
Sektoral yangberdasarkan format yang di tentukan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.
kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, sosial dan budaya. Dengan implementasi AMDAL
yang sesuai dengan aturan yang ada maka di harapkan akan berdampak positif pada recovery
ekonomi pada suatu daerah.
Pengertian ANDAL
Analisa dampak lingkungan atau disingkat menjadi Andal sudah dikembangkan oleh
beberapa negara maju sejak tahun 1970 dengan nama Environmental Impact Analysis atau
EnvironmentalImpact Assesment yang kedua-duanya disingkat menjadi EIA.Di dalam bahasa
Indonesia environmental diterjemahkan menjadi lingkungan, analisis pada permulaannya
diterjemahkan menjadi analisa kemudian oleh ahli bahasa disarankan untuk diterjemahkan
menjadi analisis.
Dampak
Impact atau Dampak di sini diartikan sebagai adanya suatu benturan antar dua
kepentingan,yaitu kepentingan pembangunan proyek dengan kepentingan usaha melestarikan
kualitasl ingkungan yang baik.Dampak yang diartikan dari benturan dua kepentingan antara
kegiatan (proyek pembangunan)yang akan dijalankan di lingkungan. Dalam perkembanan
dianalisis bukanlah hanya dampak negatif saja tetapi juga dampak positifnya dengan bobot
analisis yang sama. Apabila didefinisikan maka dampak ialah setiap perubahan yang terjadi
dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia. Di sini tidak disebutkan karena adanya
proyek, karena sering proyek diartikan sebagai bangunan fisik saja,sedangkan banyak proyek
yang bangunan fisiknya relatif kecil atau tidak ada tetapi dampaknya dapat besar. Misalnya
ialah proyek pasar, proyek satelit komunikasi dan lain sebagainya
Pendugaan Dampak
Pendugaan ini digunakan sebagai terjemahan dari assessment. Beberapa ahli di indonesia
menggunakan terjemahan perkiraan atau peramalan. Pendugaan dampak dapat didefinisikan
sebagai aktivitas untuk menduga dampak yang akan terjadi di masa yang akan datang akibat
suatu aktivitas manusia (proyek). Dampak yang diduga tersebut merupakan perbedaan nilai
lingkungan atau nilai suatu sumberdaya di masa yang akan datang antara lingkungan tanpa
proyek dan lingkugnan dengan proyek.
Penyajian Informasi Lingkungan
Penyajian informasi lingkungan atau PIL adalah suatu proses untuk memperkirakan
kemungkinan terjadinya dampak yang akan digunakan untuk menetapkan apakah proyek
yang diusulkan tersebut perlu Andal atau tidak. Perundangan
di indonesia
menyebutkan bahwa PIL adalah suatu telaahan secara garis besar tentang rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan; rona lingkungan tempat kegiatan, kemungkinan timbulnya dampak
lingkungan oleh kegiatan tersebut dan rencana tindakan pengendalian dampak negatifnya
Penyajian Evaluasi Lingkungan
Penyajian evaluasi lingkungan atau disingkat menjadi PEL adalah suatu aktivitas penelaahaan
seperti PIL, hanya bedanya PEL dilakukan pada proyek yang sudah berjalan sedang PIL
dilakukan pada proyek yang masih dalam perencanaan
oleh manusia atau dapat digambarkan pula sebagai proyek-proyek pembangunan manusia
lainnya.
v Metoda sorenson (1971) merupakan analisa network yang pertama disusun untuk
digunakan pada proyek pengerukan dasar laut.
v Metoda Mac Harg (1968) yang dikenal dengan metoda overlya atau teknik overlay. Sesuai
dengan namanya maka metoda ini menggunakan berbagai peta yang digambarkan dalam
lembar-lembar transparansi.
v Metoda fishe anri davies (1973) dikenal sebagai matriks dari fisiter dan davies. Kekhususan
metoda ini ialah tiga macam matrik yang disusun secara bertahap.
Tahap pertama : Matriks mengenai evaluasi lingkungan sebelum proyek dibangun disebut
keadaan lingkungan (Env. baseline)
Tahap dua : Matriks dampak lingkungan
Pengertian Tailing Tailing adalah limbah batuan atau tanah halus sisa-sisa dari pengerusan
dan pemisahan (estraksi) mineral yang berharga (tembaga, emas, perak) dengan bahan
tambang. Tailing terdiri dari 50% praksi pasir halus dengan diameter sekitar 0,075 0,4 mm
dan 50 % terdiri dari praksi lempung dengan diameter kurang dari 0,075 mm. Bahan tambang
baik itu batuan, pasir maupun tanah setelah digali dan dikeruk, lalu estrak bumi (mineral
berbahaya) yang persentasenya sangat kecil dipisahkan lewat proses pengerusan, bahan
tambang yang begitu banyak disirami dengan zat-zat kimia (cianida, mercury, Arsenik) lalu
bijih emas tembaga atau perak disaring oleh Carbon Filter, proses pemisahan dan
penyaringan mineral ini menyisakan Lumpur dan air cucian bahan tambang yang disebut
tailing , mineral berharga diambil, sedangkan tailing akan terbawa bersama zat-zat kimia
yang mengandung logam berat/beracun lainnya. Tailing merupakan hasil akhir dari suatu
operasi penambangan. Setelah mineral diekstraksi dari bijih dengan leaching, flotasi dsb,
tailing biasanya dikentalkan sebelum di discharge ke pembuangan Sifat Tailing Sifat tailing
sangat tergantung kepada asal ore, proses mineralisasi, apakah teroksidasi atau tidak dsb.
Berikut diberikan beberapa contoh ukuran dari tailing yang berasal dari input dengan density
yang berbeda yaitu, batubara, emas - perak dan timah hitam - seng dimana densitas tailing
yang terendah adalah batubara dan yang terberat adalah timah hitam. Disini perlu mendapat
perhatian bahwa ukuran partikel sebenarnya sangat tergantung apakah flocculant digunakan
dalam prosess ekstraksi dan apakah dispersant digunakan dalam proses hydrometer untuk
tujuan size analysis Metode Pembuangan Tailing Hampir semua tailing dipompa atau
disalurkan secara gravitasi ke pembuangan tailing sebagai slurry dengan kadar air yang
tinggi. Slurry di discharge ke tempat penampungan/pembuangan melalui satu titik (beberapa
titik) Buangan dari prosesing plant dapat dibuang ke daerah pantai tailing (sub aerial
deposition) atau jika curah hujan tinggi dan evaporasi rendah atau ditemukannya palung laut
yang dalam maka sub aqueous deposition dapat digunakan. Tailing Dam Tailing dam dapat
dibangun dengan banyak cara, baik menggunakan earth and rock fill dam (biasanya
menggunakan waste) dengan prinsip sama seperti membuat dam penyimpan air atau
meggunakan tailing itu sendiri. Kerugian jika pembangunan dam seperti pembangunan dam
penyimpan air maka akan diperlukan biaya yang tinggi pada awal operasi untuk
pembangunan dam dan kecenderungan over safe. Sistem Pembuatan Dam Sistem upstream
Dilakukan secara progressive sesuai dengan kemajuan proses produksi. Tipe longsoran yang
mungkin terjadi adalah longsoran busur. Sangat tergantung dengan besar butiran dari tailing
karena jika ukuran tailing terlalu halus, metode ini tidak dapat digunakan Sistem down stream
Sistem ini menuntut pembangunan drain yang harus hati-hati pada setiap pembangunan dam
tahap berikutnya. Sistem centerline Metode ini baru bisa dijalankan jika kandungan material
kasar cukup besar dan diperlukan cyclone untuk memisahkannya. Metode ini relatif tidak
umum Sistem gabungan upstream dan down stream Dari segi material yang dibutuhkan juga
akan berbeda-beda tergantung sistem yang digunakam. Sistem up stream menggunakan
material yang paling sedikit sedangkan metode down stream menggunakan material yang
paling banyak Agar rembasan dapat dikontrol lebih baik, maka dibuat internal drainage zone.
Pada sistem upstream menggunakan stater dike dan blanket drain sebagai drainage zone.
Untuk down stream drainage zone dibangun dalam bentuk miring sejajar dengan permukaan
dan digabung dengan blanket drain. Sedangkan untuk certerline berupa tegak lurus dan
blanket drain. Banyak tailing dam dibangun dengan prinsip dam penyimpan air karena
dengan alasan, Tailing mengandung lempung/liat tinggi. Lingkungan yang basah (curah hujan
tinggi). Keinginan untuk mengurangi rembasan. Konsultant hanya berpengalaman dalam
perencanaan dam air Beberapa metode yang tidak umum yaitu: Metode pembuangan tailing
yang dikentalkan (paste). Tailing yang sudah kental diletakkan pada tempat terbuka atau
dibuang ke laut dalam. Kerugian jika dibuang ke tempat terbuka adalah sangat sukar untuk
mengontrol erosi dan run off Dibuang ke sungai (Freeport, Bougainville) Dibuang ke laut
(Batu hijau) Gabungan dari cara di atas Bentuk Tailing Dam Ring Dyke/Turkeys Nest
Biasanya digunakan di daerah terrain yang flat, tidak ada run off dari daerah tangkapan air.
Pembangunannya dapat ditumpuk. Cross Valley Lokasi dam pada kepala lembah untuk
menghindari flow dari daerah tangkapan air. Dalam kondisi tertentu arah aliran dapat di ubah
dengan membangun dam di hulu. Side Hill Sebaiknya kemiringan slope lebih besar 10%.
Bottom Valley
read more~ http://learnmine.blogspot.co.id/2013/06/tailing-limbah-pertambangan.html
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang tugasnya melakukan penilain dokumen
AMDAL. Komisi Penilai mempunyai kedudukan di instansi yang tugasnya sebagai
pengendali lingkungan. Komisi Penilai di tingkat daerah dibentuk oleh gubernur sedangkan
Komisi Penilai di tingkat pusat dibentuk oleh menteri. Sebutan Komisi Penilai di tingkat
pusat yaitu Komisi Penilai Pusat, sedangkan Sebutan Komisi Penilai di tingkat daerah yaitu
Komisi Penilai Daerah. Komisi penilai di tingkat pusat mempunyai kedudukan di Kementrian
Lingkungan Hidup, komisi penilai di tingkat provinsi mempunyai kedudukan di Bapedalda
atau instansi yang mengelola lingkungan hidup provinsi, dan di tingkat kota/ kabupaten
mempunyai kedudukan di Bapedalda atau instansi yang mengelola lingkungan hidup kota/
kabupaten. Komisi Penilai Pusat berwenang menilai hasil analisis dampak lingkungan hidup
bagi jenis usaha atau kegiatan yang bersifat strategis atau menyangkut ketahanan dan
keamanan negara, berlokasi meliputi lebih dari satu wilayah provinsi, berlokasi di wilayah
yang setatusnya belum jelas dengan negara lain, berlokasi di wilayah ruang lautan, atau
berlokasi di lintas batas negara.
Unsur pemerintah yang lain yang memiliki kepentingan dan warga atau masyarakat yang
kena dampak diusahakan terwakili pada Komisi Penilai ini. Susunan keanggotaan dan kinerja
Komisi Penilai AMDAL diatur dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup,
sedangkan keanggotaan pada Komisi Penilai AMDAL di tingkat kota/kabupaten dan provinsi
yang menetapkan adalah bupati/walikota dan gubernur. Yang membantu Komisi Penilai yaitu
tim teknis yang tugasnya memberi pertimbangan teknis atas komponen dokumen AMDAL.
Berikut ini adalah Tim teknis tersebut yang terdiri atas:
- Instansi yang mempunyai tugas untuk mengendalikan lingkungan.
- Instansi teknis yang menguasai atau membidangi kegiatan maupun usaha yang terkait.
- Instansi yang berlatar belakang bidang ilmu yang ada kaitannya.
Demikian yang bisa saya jelaskan tentang Pengertian Komisi Penilai AMDAL, semoga
informasi tersebut dapat memberikan manfaat bagi anda.
Pembentukan
Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai acid mine drainage (AMD)
atau acid rock drainage (ARD) terbentuk saat mineral sulphida tertentu yang ada pada batuan
terpapar dengan kondisi dimana terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang
menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam.
Hasil reaksi kimia ini, beserta air yang sifatnya asam, dapat keluar dari asalnya jika terdapat air
penggelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan dapat mengalami
infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumber-nya inilah yang lazimnya disebut dengan istilah
AAT tersebut.
AAT adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada air asam yang timbul akibat kegiatan
penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul oleh kegiatan lain seperti:
penggalian untuk pembangunan pondasi bangunan, pembuatan tambak, dan sebagainya.
Pada kegiatan penambangan, beberapa mineral sulphida yang umum ditemukan adalah:
FeS2: pyrite
Cu2S: chalcocite
CuS: cuvellite
CuFeS2: chalcopyrite
MoS2: molybdenite
NiS: millerite
PbS: galena
ZnS: sphalerite
FeAsS: arsenopyrite
Pyrite merupakan mineral sulphida yang umum ditemukan pada kegiatan penambangan,
terutama batubara. Reaksi oksidasi pyrite adalah seperti ditunjukkan oleh reaksi kimia berikut,
dengan air dan oksigen sebagai faktor penting.
konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium, mangan,
cadmium, tembaga, timbal, seng, arsenik dan mercury
Berdasarkan hal tersebut diatas, apabila AAT keluar dari tempat terbentuknya dan masuk ke
sistem lingkungan umum (diluar tambang), maka beberapa faktor lingkungan dapat
terpengaruhi, seperti: kualitas air dan peruntukannya (sebagai bahan baku air minum, sebagai
habitat biota air, sebagai sumber air untuk tanaman, dsb); kualitas tanah dan peruntukkanya
(sebagai habitat flora dan fauna darat), dsb.
Faktor penting
Faktor penting yang mempengaruhi terbentuknya AAT di suatu tempat adalah:
keberadaan oksigen, termasuk dalam hal ini adalah asupan dari atmosfir melalui
mekanisme adveksi dan difusi
temperatur
mikrobiologi
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pembentukan AAT
sangat tergantung pada kondisi tempat pembentukannya. Perbedaan salah satu faktor tersebut
diatas menyebabkan proses pembentukan dan hasil yang berbeda.
Terkait dengan faktor iklim di Indonesia, dengan temperatur dan curah hujan yang tinggi di
beberapa lokasi dimana terdapat kegiatan penambangan, proses pembentukan AAT memiliki
karakteristik yang berbeda dengan negara-negara lain, karena memiliki kondisi iklim yang
berbeda.
Prediksi dan identifikasi
Prediksi dan identifikasi pembentukan AAT dapat dilakukan melalui penyelidikan karakter
geokimia dari batuan. Dikenal ada dua cara untuk hal tersebut, yaitu melalui static test dan
kinetic test.
Metode pengujian yang umum untuk static test meliputi: Net Acid Generation (NAG), Acid
Neutralizing Capacity (ANC) dan analisa kandungan total sulfur (S) untuk mendapatkan nilai
Maximum Potential Acid (MPA). Perlu diketahui bahwa nilai MPA yang dihitung berdasarkan
total sulfur ini cenderung lebih besar potensi sebenarnya, karena yang terukur dalam total sulfur
tidak hanya sulphide-sulfur, tapi juga organic-sulfur dan sulfate-sulfur. Dari nilai ANC dan MPA,
kemudian dapat dihitung nilai Net Acid Production Potential (NAPP), dimana NAPP = MPA
ANC.
Berdasarkan nilai pH dari uji NAG dan nilai NAPP, maka selanjutnya dapat dilakukan
pengklasifikasian jenis batuan berdasarkan sifat geokimianya. Sebagai contoh adalah seperti
dibawah ini:
NAG pH 4; NAPP0: Non Acid Forming (NAF) dan NAG pH<0; NAPP>0: Potentially Acid
Forming (PAF)
Selanjutnya, untuk mengetahui lebih detail kemungkinan pembentukan AAT, dilakukan kinetic
test yang umum dilakukan dengan menggunakan kolom. Kondisi basah dan kering diterapkan
terhadap batuan pada kolom, dan perubahan nilai parameter kualitas air yang keluar dari kolom
tersebut dianalisa untuk mengetahui perilaku atau trend pembentukan AAT-nya.
Design kolom dan ukuran batuan dalam pengujian ini sangat penting untuk diperhatikan.
Pada umumnya, static test dilakukan untuk mengetahui secara cepat potensi pembentukan AAT
dari sejumlah batuan, sedangkan kinetic test, dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk mendapatkan hasil yang mewakili, dilakukan untuk mengetahui karakter batuan
yang dominan di sebuah lokasi tertentu, atau untuk mempertajam hasil analisa dari static test.
Pengujian kolom juga dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan tertentu yang lain seperti untuk
mengetahui pengaruh faktor lain (curah hujan, pencampuran dengan material lain, perubahan
faktor fisik, dsb) terhadap pembentukan AAT.
Penanganan
Secara umum, penanganan masalah AAT dibagi dua, yaitu: pencegahan pembentukan AAT dan
penanganan AAT yang telah terbentuk, khususnya yang akan keluar dari lokasi kegiatan
penambangan.
1. Pencegahan pembentukan AAT
Pencegahan pembentukan AAT, seperti dijelaskan pada reaksi kimia diatas, dilakukan dengan
mengurangi kontak antara mineral sulphida (dalam reaksi tersebut sebagai pyrite) dengan air
dan oksigen diudara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan batuan PAF pada
kondisi dimana salah satu faktor tersebut relatif kecil jumlahnya. Secara umum, dikenal 2 cara
untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan menempatkan batuan PAF dibawah permukaan air
(dimana penetrasi oksigen terhadap lapisan air sangat rendah) atau dikenal dengan istilah wet
cover systems, atau dibawah lapisan batuan/material tertentu dengan tingkat infiltrasi air dan
difusi/adveksi oksigen yang rendah, umumnya disebut sebagai dry cover system. Dengan
menerapkan metode ini, diharapkan pembentukan AAT dapat dihindari.
2. Penanganan AAT yang telah terbentuk
Penanganan AAT yang telah terbentuk, yang berpotensi keluar dari lokasi penambangan,
dilakukan untuk mencapai kondisi kualitas air seperti yang disyaratkan dalam peraturan
pemerintah tentang kualitas air. Secara umum terdapat dua cara pengolahan air, yaitu secara
aktif dan pasif.
Sebagai contoh, seperti disebutkan diatas, salah satu parameter penting yaitu pH. Untuk
menaikkan nilai pH ke kondisi normal, maka dilakukan beberapa upaya diantaranya adalah
dengan penambahan bahan kimia seperti kapur (lime). Secara aktif, kapur (berbentuk
serbuk/tepung) dicampurkan secara langsung dengan air asam di saluran air atau wadah khusus,
atau di kolam penampungan air. Sedangkan secara pasif, air asam dialirkan melalui saluransaluran dimana terdapat kapur (dalam bentuk batuan) sebagai media penetral air asam yang
melaluinya.
Proses Pertambangan
Posted on December 2, 2012 by tammzt
Pada postingan kali ini, saya akan share tentang proses pertambangan.
Dimana secara umum metoda penambangan terbuka meliputi tahapan
global pekerjaan penambangan yaitu:
1. Pembersihan lahan (land clearing).
land clearing
top soil
over burden