Klasifikasi Tanah PDF
Klasifikasi Tanah PDF
STUDI PUSTAKA
2.1
TINJAUAN UMUM
Sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman, maka pekerjaan konstruksi
yang ada semakin kompleks. Adanya kompleksitas inilah maka tidak jarang
ditemui berbagai masalah dalam suatu pekerjaan konstruksi. Tanah sebagai dasar
berdirinya suatu pekerjaan konstruksi sering mengalami masalah pergerakan tanah
, terutama terjadi pada tanah-tanah dengan kodisi lunak.
Masalah pergerakan tanah khususnya di Indonesia sering terjadi karena
keadaan geografi di berbagai tempat yang memiliki curah hujan cukup tinggi dan
daerah potensi gempa, disamping faktor lain yang masih perlu diperhatikan seperti
topografi daerah setempat, struktur geologi, sifat rembesan tanah dan morfologi
serta tahap perkembanganya. Hal ini masih diperparah lagi dengan minimnya
kesadaran masyarakat akan bahaya gerakan tanah seperti melakukan tindakan
yang memicu terjadinya kelongsoran atau pergerakan tanah.
2.2
PERSOALAN TANAH
Secara garis besar beberapa persoalan tanah diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Hal keseimbangan atau stabilitas, untuk itu perlu diketahui mengenai :
a. Beban / muatan yang bekerja pada tanah
b. Besar dan distribusi tekanan akibat muatan terhadap tanah
c. Perlawanan dari tanah.
Muatan yang bekerja pada tanah tergantung dari tipe / macam
struktur dan berat tanah.
Tanah dianggap material yang isotropis, tekanan dapat dihitung
secara analisa matematik.
fs
6,0
0,15 - 0,40
6,0 - 10,0
0,20
0,20 - 0,60
10,0 - 30,0
30 - 60
0,10 - 0,40
Pasir lepas
0,40 - 0,80
0,80 - 2,00
1,50
1,0
1,0 - 3,0
3,0
150 - 300
0,10
1,0 - 3,0
60 - 150
Klasifikasi
1,0 - 2,0
10
Tekanan Konus qc
Undrained
tanah
( kg/cm2 )
Cohesion
( T/m2 )
Very Soft
< 2,50
< 1,25
Soft
2,50 5,0
1,25 2,50
Medium Stiff
5,0 10,0
2,50 5,0
Stiff
10,0 20,0
5,0 10,0
Very Stiff
20,0 40,0
10,0 20,0
Hard
> 40,0
> 20,0
11
Tabel 2.3. Hubungan Antara Kepadatan, Relative Density, Nilai N SPT, qc dan
Kepadatan
Relatif
Nilai N
Density
SPT
(d)
Tekanan
Sudut
Konus qc
Geser
( kg/cm2 )
()
< 0,2
<4
< 20
< 30
Loose (lepas)
0,2 0,4
4 10
20 40
30 35
0,4 0,6
10 30
40,0 120
35 40
Dense (kompak)
0,6 0,8
30 50
120 200
40 45
0,8 1,0
> 50
> 200
> 45
12
lempung yang terdapat pada tanah. Untuk dapat menafsirkan ciri-ciri suatu
tanah perlu memperhatikan jumlah dan jenis mineral lempung yang
dikandungnya.
13
klasifikasi
tanah
sistem
AASHTO
pada
mulanya
14
Klasifikasi Umum
(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200)
A-1
Klasifikasi ayakan
A-1-a
A-2
A-1-b
A-3
A-2-4
A-2-5
A-2-6
A-2-7
Maks
Maks35
Maks35
Maks35
Maks
Min 41
Maks
Min 41
40
Maks
40
Min 11
Maks
10
Min 11
Analisis Ayakan
(% Lolos)
No. 10
Maks 50
No. 40
Maks 30
Maks 50
Min 51
No.200
Maks 15
Maks 25
Maks 10
35
Sifat fraksi yang lolos
II.1.1.1
ayakan No.40
NP
Maks 6
10
Batu
Tipe
material
yang
paling dominan
pecah
Pasir
kerikil
halus
pasir
Penilaian sebagai bahan
tanah dasar
(Sumber : MekanikaTanah Jilid 1, Braja M. Das)
15
(lebih dari 35% au kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan
No.200)
A-7
Klasifikasi kelompok
A-4
A-5
A-6
A-7-5
A-7-6
Analisis Ayakan
(% Lolos)
No. 10
No. 40
No.200
Min 36
Min 36
Min 36
Min 36
Maks 40
Maks 41
Maks 40
Min 41
Maks 10
Maks 10
Min 11
Min 11
Tanah Berlanau
Tanah Berlempung
16
a. Tanah berbutir kasar adalah tanah yang lebih dan 50% bahannya
tertahan pada ayakan No. 200. Tanah butir kasar terbagi atas kerikil
dengan simbol G (gravel), dan pasir dengan simbol S (sand).
b. Tanah butir halus adalah tanah yang lebih dan 50% bahannya lewat
pada saringan No. 200. Tanah butir halus terbagi atas lanau dengan
simbol M (silt), lempung dengan simbol C (clay), serta lanau dan
lempung organik dengan simbol O, bergantung pada tanah itu terletak
pada grafik plastisitas. Tanda L untuk plastisitas rendah dan tanda H
untuk plastisitas tinggi.
Adapun simbol-simbol lain yang digunakan dalam klasifikasi tanah ini
adalah :
W
Untuk lebih jelasnya klasifikasi sistem UNIFIED dapat dilihat pada bagan
Tabel 2.6. dan Tabel 2.7. dibawah ini.
17
18
2.3.3
Modulus Young
Nilai modulus young menunjukkan besarnya nilai elastisitas tanah
19
kg/cm
E = 3.qc
( untuk pasir )
E = 2. sampai 8. qc
( untuk lempung )
k/ft
E = 10 ( N + 15 )
k/ft
( untuk pasir )
Jenis Tanah
Pasir terkonsolidasi normal
Es = (2 4) qc
Es = (6 30) qc
Pasir berlempung
Es = ( 3 6) qc
Pasir berlanau
Es = ( 1 2) qc
Lempung lunak
Es = ( 3 8) qc
Nilai perkiraan modulus elastisitas tanah menurut Bowles dapat dilihat pada Tabel
2.9 :
20
E ( Kg/cm2 )
LEMPUNG
Sangat Lunak
3 30
Lunak
20 40
Sedang
45 90
Berpasir
300 425
PASIR
Berlanau
50 200
Tidak Padat
100 250
Padat
500 1000
Padat
Tidak Padat
LANAU
LOSES
CADAS
800 2000
500 1400
20 200
150 600
1400 - 14000
2.3.4
Poisson Ratio
Nilai poisson ratio ditentukan sebagai rasio kompresi poros terhadap
regangan permuaian lateral. Nilai poisson ratio dapat ditentukan berdasar jenis
tanah seperti yang terlihat pada Tabel 2.10 di bawah ini.
Tabel 2.10 Hubungan Antara Jenis Tanah dan Poisson Ratio
Jenis Tanah
Poisson Ratio ( )
Lempung jenuh
0,4 0,5
0,1 0,3
Lempung berpasir
0,2 0,3
Lanau
0,3 0,35
Pasir
0,1 1,0
Batuan
0,1 0,4
0,3 0,4
21
2.3.5
Kerikil kepasiran
35o 40o
Kerikil kerakal
35o 40o
Pasir padat
35o 40o
Pasir lepas
30o
Lempung kelanauan
25o 30o
Lempung
20o 25o
2.3.6
Kohesi
Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel tanah. Bersama
dengan sudut geser dalam, kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang
menentukan ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja
pada tanah dalam hal ini berupa gerakan lateral tanah. Deformasi ini terjadi
akibat kombinasi keadaan kritis pada tegangan normal dan tegangan geser
yang tidak sesuai dengan faktor aman dari yang direncanakan. Nilai ini
didapat dari pengujian Direct Shear Test. Nilai kohesi secara empiris dapat
ditentukan dari data sondir (qc) yaitu sebagai berikut:
Kohesi ( c ) = qc/20
22
Kekuatan geser
Kohesi
Sudut geser
Kekuatan geser
Tegangan efektif
23
1
B N ...........................................2.2
2
Dimana :
= sat w =
Kedalaman pondasi
Lebar pondasi
Nc, Nq, N =
24
2.6.1
dibahas sebelumnya hanya dapat digunakan bila tanah homogen. Bila tanah
tidak homogen dan aliran rembesan terjadi didalam tanahnya memberikan
bentuk aliran dan berat volume tanah yang tidak menentu, cara yang lebih
cocok adalah dengan metode irisan (method of slice)
Gaya normal yang bekerja pada suatu titik dilingkaran bidang
longsor, terutama dipengaruhi oleh berat tanah di atas titik tersebut. Dalam
metode irisan ini, massa tanah yang longsor dipecah-pecah menjadi beberapa
irisan (pias) vertikal. Kemudian, keseimbangan dari tiap-tiap irisan
diperhatikan. Gaya-gaya ini terdiri dari gaya geser ( Xr dan X1 ) dan gaya
normal efektif (E r dan E1 ) disepanjang sisi irisannya, dan juga resultan gaya
geser efektif (T1) dan resultan gaya normal efektif (N1) yang bekerja
disepanjang dasar irisannya. Pada irisannya, tekanan air pori U1 dan Ur
25
bekerja di kedua sisinya, dan tekanan air pori U1 bekerja pada dasarnya.
Dianggap tekanan air pori sudah diketahui sebelumnya.
X
W sin
H
3
1
= c + Ni
W cos
2.6.2
Mira Slope dan merupakan penyederhanaan dari metode irisan Sliding Metode
Bishops menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada sisi irisan
mempunyai resultan nol pada arah vertikal.
Persamaan kuat geser dalam tinjauan tegangan efektif yang dapat
dikerahkan , sehingga tercapainya kondisi keseimbangan batas dengan
memperhatikan faktor keamanan.
tg '
c'
+ ( u )
F
P
Dimana :
Untuk irisan (pias) yang ke-i, nilai Ti = a , yaitu nilai geser yang
berkembang pada bidang longsor untuk keseimbangan batas, karena itu :
Ti =
c' ai
tg '
+ ( N i u i ai )
F
F
26
i=n
Fk =
i=n
W sin i
i=n
Dimana :
Fk
Faktor Keamanan
bi
Lebar irisan ke i
Wi
Ui
ru =
ub u
=
W h
Dimana :
ru
Lebar irisan
i=n
Fk =
i=n
W sin i
i=n
27
M i = cos i (1 + tg i tg ' / F )
Lokasi lingkaran sliding (longsor) kritis pada metode Bishop
(1955), biasanya mendekati dengan hasil pengamatan di lapangan. Karena itu,
walaupun metode Fellinius lebih mudah, metode Bishop (1995) lebih disukai
karena menghasilkan penyelesaian yang lebih teliti.
Dalam praktek, diperlukan untuk melakukan cara coba-coba dalam
menemukan bidang longsor dengan nilai faktor aman yang terkecil. Jika
bidang longsor dianggap lingkaran, maka lebih baik kalau dibuat kotak-kotak
dimana tiap titik potong garis-garisnya merupakan tempat kedudukan pusat
lingkaran longsornya. Pada titik-titik potongan garis yang merupakan pusat
lingkaran longsornya dituliskan nilai faktor aman terkecil pada titik tersebut.
Kemudian, setelah faktor aman terkecil pada tiap-tiap titik pada kotaknya
diperoleh, digambarkan garsi kontur yang menunjukkan tempat kedudukanya
dari titik-titik pusat lingkaran yang mempunyai faktor aman yang sama. Dari
faktor aman pada setiap kontur tentukan letak kira-kira dari pusat lingkaran
yang menghasilkan faktor aman yang paling kecil.
2.6.3
Metode Fellinius
Analisis stabilitas lereng cara Fellinius (1927) menganggap gayagaya yang bekerja pada sisi kanan-kiri dari sembarang irisan mempunyai
resultan nol pada arah tegak lurus bidang longsornya. Faktor keamanan
didefinisikan sebagai :
28
Fk =
Mr
Md
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin , maka
i=n
Md = R Wi sin i
i =1
Dimana :
R
Jumlah irisan
Wi
Dengan cara yang sama, momen yang menahan tanah yang akan longsor,
adalah :
Mr = R
i=n
i =1
( ca i + N
tg )
Fk =
(ca + N
i =1
tg )
i=n
Wi sin
i =1
29
xi
bi
R
X
i
R
4
U
i
= c + Ni tg
X
i
W
i
U
i
T
i
Gambar 2.3. Gaya-gaya dan asumsi bidang pada tiap pias bidang longsor
(Sumber : Buku Mekanika Tanah, Braja M. Das Jilid 2)
Bila terdapat air pada lerengnya, tekanan air pori pada bidang
longsor tidak berpengaruh pada Md, karena resultante gaya akibat tekanan air
pori lewat titik pusat lingkaran. Substitusi antara persamaan yang sudah ada.
i=n
Fk =
ca + (Wi cos
i =1
ui ai ) tg
i=n
Wi sin
i =1
Dimana :
Fk
faktor kemanan
kohesi tanah
ai
Wi
ui
30
mencapai kira-kira 5 sampai 40% tergantung dari factor aman, sudut pusat
lingkaran yang dipilih, dan besarnya tekanan air pori, walaupun analisisnya
ditinjau dalam tinjauan tegangan total, kesalahannya masih merupakan fungsi
dari faktor aman dan sudut pusat dari lingkarannya ( Whitman dan Baily, 1967
) cara ini telah banyak digunakan prakteknya. Karena cara hitungannya yang
sederhana dan kesalahan yang terjadi pada sisi yang aman.
1:n
A
Gambar 2.4 Lokasi pusat busur longsor kritis pada tanah kohesif (c soil)
31
Lereng
1:n
Sudut Lereng
derajat
o
a
o
~ 40 o
3 :1
1 : 1
60
45 o
~ 28 o
~ 38 o
1 : 1,5
33 o 41
~ 26 o
~ 35 o
1 : 2
25 o 34
~ 25 o
~ 35 o
1 : 3
18 o 26
~ 25 o
~ 35 o
1 : 5
11 o 19
~ 25 o
~ 37 o
~ 29
32
n
3
R
C
1
R
H
A
H
H
4,5 H
Gambar 2.5 Posisi titik pusat busur longsor pada garis Oo-k
2.6.4
33
2.6.4.1.
dimana
fungsi
interpolasi
polynominal
dipakai
untuk
Interpolasi Displacement
34
3
6
y
5
1
4
a1 , a 2 ,...., a5
dan b1 , b2 ,..., b5
2.6.5
METODE ANALISIS
35
1.
2.
36
Kondisi batuan.
Kodisi fisik batuan seperti tingginya tingkat kelulusan air / porositas akan
semakin mempercepat terjadinya longsoran, demikian juga dengan kondisi
plastisitas tanah karena semakin tinggi tingkat plastisitas maka tanah akan
cepat mengembang sehingga mampu memicu gerak tanah.
1.
Adanya getaran
Sumber getaran dapat berasal dari gempa bumi, kendaraan berat, mesinmesin yang bekerja, ledakan dinamit, dsb yang mampu menyebabkan
terjadinya gerakan tanah. Hal ini dapat terjadi pada daerah berlereng atau
daerah yang labil.
2.
Curah hujan
Curah hujan yang meliputi intensitas dan lamanya hujan. Hujan dengan
intensitas kecil tetapi berlangsung dalam kurun waktu yang lama mampu
memicu gerakan tanah.
a.
b.
c.
d.
37
Pengaruh Iklim
Pengaruh Air