BLOK IMUNOLOGI
LAPORAN TUTORIAL MODUL 1
HIPERSENSITIF
Disusun Oleh :
MUH RIFAI A
14 777 002
Kelompok
: IV (empat)
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
sukar berbicara, sesak nafas disertai batuk dengan dahak cair seperti
lendir. Sesaknya bertambah pada malam hari. Keadaan ini sudah sering
dialami penderita sejak ia berusia 21 tahun. Keadaan ini terutama timbul
pada musim hujan. Pada pemeriksaan ditemukan penderita bersuara
serak, dengan suhu 36,4C. Pada auskultasi tidak ditemukan wheezing
dan ronchi.
B. Kata Kunci
Laki-laki 47 tahun
Sukar berbicara
Sesak nafas
Bersuara serak
Tidak demam
C. Pertanyaan
1. Hubungan cuaca dengan gejala pada scenario ?
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II
PEMBAHASAN
Hubungan cuaca dengan batuk, sesak, sukar berbicara
volume darah
Rhinitis Alergi
A. Definisi
B. Epidemiologi
80% kasus terjadi pada usia sebelum 20 tahun. Namun rhinitis
alergi juga menyerang semua usia. Namun berdasarkan studi
epidemiologi, prevalensi rhinitis alergi di perkirakan berkisar antara
10-20 % dan secara konstan meningkat. Usia rata-rata onset
rhinitis alergi adalah 8-11 tahun dan 80% rhinitis alergi berkembang
dengan usia 20 tahun. Biasanya timbul pada usia muda. Dalam
suatu penelitian di medan, penderita rhinitis alergi berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dari pada laki-laki dengan perbandingan
1,58 : 1. Keluarga atopi memiliki prevalensi lebih besar dari pada
non atopi.
C. Etiologi
-
Faktor
internal,
meliputi
genetic,
jenis
kelamin,
ketidak
D. Patofisiologi
Tahap sensitasi, merupakan tahap provokasi, dimana allergen akan
di tangkap oleh APC (makrofag/monosit) untuk kemudian di
presentasikan kepada sel T helper (Th0), serta mengeluarkan IL-1
yang mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2.
Th2 menghasilkan sitokin IL-3, IL-4, IL-5, IL-13, yang kemudian di
ikat oleh reseptor di permukaan sel limfosit B teraktifasi dan
memproduksi IgE. IgE kemudian mengaktifkan sel basofil atau
mastosit dengan cara berikatan pada reseptor di permukaan sel
tersebut.
Pada paparan ulang dengan allergen yang sama. IgE akan
mengikat allergen dan terjadi degranulasi basofil yang melepas
mediator terutama histamine, yang menginduksi reaksi allergen
fase cepat dengan merangsang reseptor H1 di ujung saraf
vidianus, sehingga timbul rasa gatal dan bersin, kelenjar mukosa
dan
sel
goblet
mengalami
hipersekresi
dan
peningkatan
E. Gejala
F. Diagnosis
Anamnesis
- Serangan bersin berulang
- Rhinore yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung
dan mata lakrimasi (mata berair)
Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan rinoskopi anterior
- Lidah tampak sepeti gambaran peta
- Dinding posterior faring tampak granuler dan edema serta
dinding lateral faring menebal
Pemeriksaan penunjang
- Hitung eosinofil
- IgE spesifik, dengan metode RAST (radio immune sorbent
tes) atau ELISA
G. Penatalaksanaan
H. Komplikasi
Polip Nasi
Otitis Media
Rhinosinusitis
I. Pencegahan
J. Prognosis
Baik. Apabila :
Penatalaksanaan baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber : FK UI. 2007. buku ajar ilmu kesehatan THT-KL, edisi 6.
Jakarta
2. Sumber : prof. Dr. dr. Syamsu, Sp.PD. 2015. Rinitis alergi (ra)
allergic rhinitis
3. Sumber : FK UI. 2014. Imunologi dasar, edisi ke-11 (cetakan ke-2).
Jakarta
4. Effy Huriyati, Al Hafiz. Diagnosis dan Penatalaksanaan Rinitis Alergi
yang Disertai Asma Bronkial (internet) di akses pada tanggal 28
september 2015, dari : http://repository.unand.ac.id/17670/1/Case
%203%20-%20Rhinitis%20Alergi%20dengan%20Asma.pdf
5. Zullies Ikawati's Lecture. 2009. Rhinitis alergi (internet) di akses
pada
tanggal
28
september
2015,
dari
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/allergicrhinitis.pdf