Anda di halaman 1dari 11

Laporan Individu

Palu, 30 september 2015

BLOK IMUNOLOGI
LAPORAN TUTORIAL MODUL 1
HIPERSENSITIF

Disusun Oleh :
MUH RIFAI A
14 777 002

Kelompok

: IV (empat)

Pembimbing

: dr. Adeh Mahardika

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
sukar berbicara, sesak nafas disertai batuk dengan dahak cair seperti
lendir. Sesaknya bertambah pada malam hari. Keadaan ini sudah sering
dialami penderita sejak ia berusia 21 tahun. Keadaan ini terutama timbul
pada musim hujan. Pada pemeriksaan ditemukan penderita bersuara
serak, dengan suhu 36,4C. Pada auskultasi tidak ditemukan wheezing
dan ronchi.

B. Kata Kunci

Laki-laki 47 tahun

Sukar berbicara

Sesak nafas

Batuk dan dahak cair

Bertambah pada malam hari dan cuaca dingin

Riwayat penyakit sejak usia 21 tahun

Bersuara serak

Tidak demam

Tidak ditemukan wheezing dan ronchi

C. Pertanyaan
1. Hubungan cuaca dengan gejala pada scenario ?

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Organ organ imun yang berperan dalam scenario ?


Jelaskan mekanisme batuk ?
Jelaskan mekanisme sesak nafas ?
Berdasarkan skenario tergolong hipersensitif tipe apa ?
Mengapa tidak terjadi demam ?
Jelaskan klasifikasi dari hipersensitif
Diagnosis deferensial

BAB II
PEMBAHASAN
Hubungan cuaca dengan batuk, sesak, sukar berbicara

A. PATOMEKANISME BATUK, SESAK, SUKAR BERBICARA

volume darah

Rhinitis Alergi

A. Definisi

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi pada mukosa hidung yang di


sebabkan reaksi alergi dengan di lepaskannya mediator kimia,
ketika terjadi paparan ulang dengan spesifik, pada pasien atopi
yang sudah tersensitisasi dengan allergen yang sama sebelumnya
atau kumpulan gejala pada hidung setelah terpajan allergen
menyebabkan infkamasi yang di mediasi oleh IgE.

B. Epidemiologi
80% kasus terjadi pada usia sebelum 20 tahun. Namun rhinitis
alergi juga menyerang semua usia. Namun berdasarkan studi
epidemiologi, prevalensi rhinitis alergi di perkirakan berkisar antara
10-20 % dan secara konstan meningkat. Usia rata-rata onset
rhinitis alergi adalah 8-11 tahun dan 80% rhinitis alergi berkembang
dengan usia 20 tahun. Biasanya timbul pada usia muda. Dalam
suatu penelitian di medan, penderita rhinitis alergi berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dari pada laki-laki dengan perbandingan
1,58 : 1. Keluarga atopi memiliki prevalensi lebih besar dari pada
non atopi.

C. Etiologi
-

Faktor

internal,

meliputi

genetic,

jenis

kelamin,

ketidak

seimbangan hormone (missal pada kehamilan)


Faktor eksternal, termasuk perubahan suhu dan kelembahan
udara, gaya hidup berkaitan dengan akumulasi allergen seperti
merokok dan polusi.

Berdasarkan cara masuknya, allergen di klasifikasikan menjadi :


- Allergen inhalan, yang masuk bersama dengan udara
pernapasan, misalnya tungau debu rumah, kecoa, rerumputan
serta jamur

Allergen ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa


makanan, misalnya susu sapi, telur, coklat, ikan laut, udang,

kepiting dan kacang-kacangan


Allergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan,

misalnya penisilin dan sengatan lebah


Allergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulitatau
jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik dan perhiasan

D. Patofisiologi
Tahap sensitasi, merupakan tahap provokasi, dimana allergen akan
di tangkap oleh APC (makrofag/monosit) untuk kemudian di
presentasikan kepada sel T helper (Th0), serta mengeluarkan IL-1
yang mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2.
Th2 menghasilkan sitokin IL-3, IL-4, IL-5, IL-13, yang kemudian di
ikat oleh reseptor di permukaan sel limfosit B teraktifasi dan
memproduksi IgE. IgE kemudian mengaktifkan sel basofil atau
mastosit dengan cara berikatan pada reseptor di permukaan sel
tersebut.
Pada paparan ulang dengan allergen yang sama. IgE akan
mengikat allergen dan terjadi degranulasi basofil yang melepas
mediator terutama histamine, yang menginduksi reaksi allergen
fase cepat dengan merangsang reseptor H1 di ujung saraf
vidianus, sehingga timbul rasa gatal dan bersin, kelenjar mukosa
dan

sel

goblet

mengalami

hipersekresi

dan

peningkatan

permeabilitas kapiler dan terjadi rhinore. Reaksi fase cepat ini


berlangsung sejak kontak dengan alergen hingga 1 jam setelahnya.
Reaksi alergi fase lambat berlangsung kemudian, yaitu 2-4 jam
setelah terpapar dengan allergen, dengan puncak 6-8 jam dan
dapat berlangsung hingga 24-48 jam. Pada fase ini, terjadi
penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinofil,
limfosit, neutrofil, basofil dan mastosit serta peningkatan sitokin

sehingga timbul gejala hiperresponsif hidung yang dapat di


perberat dengan asap rokok, bau yang menyengat, perubahan
cuaca, dan kelembaban udara yang tinggi.

E. Gejala

Bersin terus menerus >5 kali


Rinore
Hidung tersumbat
Hidung dan mata gatal
Lakrimasi

F. Diagnosis

Anamnesis
- Serangan bersin berulang
- Rhinore yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung
dan mata lakrimasi (mata berair)
Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan rinoskopi anterior
- Lidah tampak sepeti gambaran peta
- Dinding posterior faring tampak granuler dan edema serta
dinding lateral faring menebal
Pemeriksaan penunjang
- Hitung eosinofil
- IgE spesifik, dengan metode RAST (radio immune sorbent
tes) atau ELISA

G. Penatalaksanaan

Terapi, menghindari kontak dengan alergen penyebab


Medikamentosa anti histamin
Operatif
Imunoterapi

H. Komplikasi

Polip Nasi

Otitis Media

Rhinosinusitis

I. Pencegahan

Menghindari faktor penyebab alergen

Menghindari lingkungan berpolusi dan paparan rokok.

J. Prognosis
Baik. Apabila :

Etiologi sudah di identifikasi

Penatalaksanaan baik

Penderita rhinitis alergi dapat hidup normal dan sembuh dengan


terapi yang tepat dan spesifik. Rhinitis alergi dapat timbul kembali
dalam 2-3 tahun setelah pemberhentian imunoterapi

Organ imun yang terkait

DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber : FK UI. 2007. buku ajar ilmu kesehatan THT-KL, edisi 6.
Jakarta
2. Sumber : prof. Dr. dr. Syamsu, Sp.PD. 2015. Rinitis alergi (ra)
allergic rhinitis
3. Sumber : FK UI. 2014. Imunologi dasar, edisi ke-11 (cetakan ke-2).
Jakarta
4. Effy Huriyati, Al Hafiz. Diagnosis dan Penatalaksanaan Rinitis Alergi
yang Disertai Asma Bronkial (internet) di akses pada tanggal 28
september 2015, dari : http://repository.unand.ac.id/17670/1/Case
%203%20-%20Rhinitis%20Alergi%20dengan%20Asma.pdf
5. Zullies Ikawati's Lecture. 2009. Rhinitis alergi (internet) di akses
pada

tanggal

28

september

2015,

dari

http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/allergicrhinitis.pdf

Anda mungkin juga menyukai