Anda di halaman 1dari 16

a

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sensasi Somatic Nyeri


Indera somatik adalah mekanisme saraf yang mengumpulkan informasi sensorik
dari seluruh tubuh. Adapun pembagian indera sensorik menurut tipe fisiologisnya (1)
mekanoreseptif, meliputi sensasi taktil dan posisi yang dapat dirangsang oleh
pemindahan mekanis, (2) termoreseptif, mengetahui panas dan dingin, (3) nosiseptif,
diaktifkan oleh kerusakan jaringan.
Sedangkan klasifikasi sensasi somatik yakni sebagai berikut :
a. Sensasi eksteroreseptif, berasal dari permukaan tubuh
b. Sensasi proprioseptif, yang berhubungan dengan keadaan fisik tubuh, meliputi
sensasi posisi, tendon dan otot
c. Sensasi visceral, berasal dari organ visera tubuh
d. Sensasi dalam, berasal dari organ dalam tubuh, seperti fasia, tulang dan otot
The International Association for the Study of Pain (IASP) Sub committee on
Taxonomy (1986) memformulasikan definisi nyeri sebagai an unpleasant sensory and
emotional experience associated with actual or potential tissue damage or is described
in terms of such damage. Mengacu kepada definisi ini, jelaslah terlihat bahwa
pengalaman nyeri melibatkan fenomena sensori, emosional dan juga kognitif. Nyeri
biasanya sering diasosiasikan dengan kerusakan jaringan, akan tetapi nyeri dapat saja
timbul tanpa adanya injury dimana nyeri timbul tanpa berhubungan dengan sumber
yang dapat diidentifikasi.
Nyeri berbeda dari sensasi lain, yaitu bahwa nyeri memberi peringatan bahwa
ada sesuatu yang salah, nyeri mendahului sinyal lain dan nyeri berkaitan dengan
perasaan yang tidak menyenangkan. Nyeri ternyata merupakan sensasi yang sangat
rumit karena jika nyeri berkepanjangan dan jaringan rusak, jalur-jalur nosiseptor sentral
mengalami fasilitasi dan reoraganisasi. Jadi, sensasi somatic nyeri merupakan
mekanisme saraf yang mengumpulkan informasi nyeri dari lokasi tubuh manusia
dimana yang berperan adalah nosiseptif.
1

Sumber :
Ganong,W.f. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Ardinata, Dedi. 2007. Multidimensional Nyeri . Jurnal Keperawatan Rufaidah
Sumatera Utara, 2(2):77.
2.2 Anatomi dan Fisiologi Reseptor Nyeri
Organ indra untuk nyeri adalah ujung-ujung syaraf bebas yang dijumpai pada
hampir semua jaringan tubuh yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosiceptor, secara anatomis reseptor
nyeri (nosiceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf
perifer. Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian
tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah
viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki
sensasi yang berbeda. Nosiceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang
berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu : Sistem
nosiseptor terbentuk dari serabut-serabut A kecil bermielin dengan diameter 2-5 m.
system ini menghantarkan dengan kecepatan 12-30m/det. Serabut A memungkinkan
timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
System yang satu lagi terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0,4-1,2 m.
serabut ini ditemukan dibagian lateral radiks dorsalis dan sering disebut serabut C radiks
dorsalis. Serabut ini menghantarkan dengan kecepatan yang lambat sebesar 0,2-5 m/det
an terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi. Kedua kelompok serabut ini berakhir di kornu dorsalis, serabut A
terutama berakhir di neuron-neuron lamina I dan V, sementara serabut C terutama
berakhir di neuron lamina I dan II.
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada
tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur
reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit
dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi

organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul
pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongarn organ, tetapi sangat
sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.

Jenis Stimulus yang Mengeksitasi Reseptor Nyeri :


1. Reseptor Nyeri Mekanosensitif
Beberapa serat nyeri hampir seluruhnya terangsang oleh stress mekanis
berlebihan atau kerusakan mekanis pada jaringan.
2. Reseptor Nyeri Termosensitif
Serat nyeri yang sensitive terhadap panas dan dingin yang ekstrim.
3. Reseptor Nyeri Kemosensitif
Serat nyeri yang sensitive terhadap berbagai zat kimia. Beberapa zat kimia
berbeda yang merangsang reseptor kemosensitif meliputi bradikinin,
serotonin, histmin, ion kalium, asam, prostaglandin, asetil kolin, dan enzim
proteolitik.

Sumber :
Guyton, Arthur C. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human
Physiology and Mechanisme of Disease) Edisi III. Jakarta : MD EGC Kedokteran.
Ganong,W.f. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

2.3 Mekanisme dan Reaksi terhadap Nyeri

Mekanisme Nyeri

1. Proses Transduksi (Transduction)


Proses transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri diubah menjadi
suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Proses transduksi dimulai
ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri
teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptors) merupakan sebagai bentuk respon
terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan. Transduksi rasa sakit dimulai
ketika ujung saraf bebas (nociceptors) dari serat C dan serat A delta neuron aferen
primer menanggapi rangsangan berbahaya. Nosiseptors terkena rangsangan berbahaya
ketika kerusakan jaringan dan inflamasi terjadi sebagai akibat dari, misalnya, trauma,
pembedahan, peradangan, infeksi dan iskemia.
Nociceptors didistribusikan pada ;

Struktur Somatik (kulit, otot, jaringan ikat, tulang, sendi);


Struktur Viseral (organ viseral seperti hati, saluran gastro-intestinal).
Serat C dan serat A-delta yang terkait dengan kualitas yang berbeda rasa sakit.
Ada tiga kategori rangsangan berbahaya:

Mekanik (tekanan, pembengkakan, abses, irisan, pertumbuhan tumor);


Thermal (membakar, panas);
Kimia (neurotransmitter rangsang, racun, iskemia, infeksi).
Penyebab stimulasi mungkin internal, seperti tekanan yang diberikan oleh tumor

atau eksternal misalnya terbakar. Stimulasi ini menyebabkan pelepasan mediator


kimia berbahaya dari sel-sel yang rusak, termasuk: prostaglandin, bradikinin, serotonin,
substansi P, kalium, histamin. Mediator kimia ini mengaktifkan nosiseptor terhadap
rangsangan berbahaya. Dengan maksud memperbaiki rasa nyeri, pertukaran ion natrium
dan kalium (depolarisasi dan repolarisasi) terjadi pada membran sel. Hal
inimenghasilkan suatu potensial aksi dan generasi dari sebuah impuls nyeri.
sensitisasi nosiseptor di daerah cedera jaringan

Pengaktifan langsung dengan tekanan intensif yang menyebabkan kerusakan sel.


Kerusakan sel menyebabkan dibebaskannya kalium ( K) intra sel dan sintesis
prostaglandin (PgG) dan bradikinin (BK. Prostaglandin meningkatkan sensitivitas
reseptor nyeri bradikinin, yaitu zat kimia penghsil nyeri yang paling kuat.
2. Proses Transmisi ( Trasmision)
Proses tranmisi dimaksudkan sebagai penyaluran impuls melalui saraf sensoris
menyusul proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan
serabut C sebagai neuron pertama, dari perifer ke medulla spinalis dimana impuls
tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus
sphinotalamikus sebagai neuron kedua. Dari thalamus selanjutnya impuls disalurkan
ke daerah somato sensoris di korteks serebri melalui neuron ketiga, dimana impuls
tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
Secara umum, ada dua cara bagaimana sensasi nosiseptif dapat mencapai
susunan saraf pusat, yaitu melalui traktus neospinothalamic untuk nyeri cepat
spontan dan traktus paleospinothalamic untuk nyeri lambat.
Pada traktus neospinothalamik, nyeri secara cepat bertransmisi melalui serabut
A- dan kemudian berujung pada kornu dorsalis di medulla spinalis dan kemudian
bersinapsis

dengan

dendrit

pada

neospinothlamaik

melalui

bantuan

suatu

neurotransmitter. Akson dari neuron ini menuju ke otak dan menyebrang ke sisi lain
melalui commisura alba anterior, naik keatas dengan columna anterolateral yang
kontralateral. Serabut ini kemudian berakhir pada kompleks ventrobasal pada thalamus
dan bersinapsis dengan dendrit pada korteks somatosensorik. Nyeri cepat-spontan ini
dirasakan dalam waktu 1/10 detik dari suatu stimulus nyeri tajam, tusuk, dan gores.

Pada traktus paleospinothalamik, nyeri lambat dihantarkan oleh serabut C ke


lamina II dan III dari cornu dorsalis yang dikenal dengan substantia gelatinosa. Impuls
kemudian dibawa oleh serabut saraf yang berakhir pada lamina V, juga pada kornu
dorsalis, bersinaps dengan neuron yang bergabung dengan serabut dari jalur cepat,
menyebrangi sisi berlawanan via commisura alba anterior dan naik ke aras melalui jalur
anterolateral. Neuron ini kemudian berakhir dalam batang otak, dengan sepersepuluh
serabut berhenti di thalamus dan yang lainnya pada medulla, pons, dan substantia grisea
sentralis dari tectum mesencephalon.
3. Proses Modulasi (Modulation)
Proses modulasi adalah proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik
endogen yang dihasilkan oleh tubuh pada saat nyeri masuk ke kornu posterior medula
spinalis. Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin, endorfin, serotonin, dan
noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior
medulla spinalis. Proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi nyeri menjadi
sangat subyektif pada setiap orang.
4. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Pada saat individu
menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang kompleks.
1. Korteks somatosensori: Ini adalah terlibat dengan persepsi dan interpretasi dari
sensasi. Ini mengidentifikasi intensitas, jenis dan lokasi sensasi rasa sakit dan
sensasi yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu, memori dan aktivitas
kognitif. Ini mengidentifikasi sifat stimulus sebelum memicu respons, misalnya,
di mana rasa sakit itu, seberapa kuat itu dan bagaimana rasanya.
2. Sistem limbik: Hal ini bertanggung jawab untuk respon emosi dan perilaku
terhadap rasa sakit misalnya, perhatian, suasana hati, dan motivasi, dan juga
dengan pengolahan rasa sakit,dan pengalaman masa lalu rasa sakit.

Rekasi terhadap nyeri


Nyeri menyebabkan rekasi refleks motorik dan reaksi psikis. Beberapa kerja

motorik timbul secara refleks dari medulla spinalis, karena impuls nyeri yang memasuki
substansi grisea medulla spinalis dapat langsung memulai refleks penarikan diri yang
menjauhkan tubuh atau bagian tubuh dari rangsang berbahaya. Refleks primitif medulla
spinalis ini, meskipun penting pada binatang yang lebih rendah, pada manusia terutama
ditemukan oleh pusat-pusat yang lebih tinggi di dalam susunan saraf pusat. Pada

tempatnya, refleks yang jauh lebih rumit dan lebih efektif dari korteks motorik dimulai
oleh rangsang nyeri untuk menghilangkan rangsang yang menyakitkan tersebut.
Rekasi psikis terhadap nyeri mungkin jauh lebih samar-samar; mereka meliputi
semua aspek nyeri yang telah diketahui seperti sedih, ansietas (kondisi yang ditandai
dengan kecemasan dan kekhawatiran berlebihan atas peristiwa kehidupan seharihari tanpa alasan yang jelas untuk mencemaskan/ mengkhawatirkannya), menangis,
depresi, mual, dan keadaan terangsang otot yang berlebihan di seluruh tubuh. Reaksireaksi ini sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain setelah tingkat rangsang nyeri
yang sebanding.
Sumber :
Guyton, Arthur C. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human
Physiology and Mechanisme of Disease) Edisi III. Jakarta : MD EGC Kedokteran.
Kamus Kesehatan online. (Ansietas)
Ardinata, Dedi. 2007. Multidimensional Nyeri . Jurnal Keperawatan Rufaidah
Sumatera Utara, 2(2):78.
2.4 Klasifikasi Nyeri
A. Berdasarkan sumbernya
1). Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan.
ex: terkena ujung pisau atau gunting
2). Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh
Darah, tendondan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneus
ex: sprain sendi
3). Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga abdomen,
cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan
jaringan
B. Berdasarkan penyebab:
1)

Fisik : Bisa terjadi karena stimulus fisik


(Ex: fraktur femur)
2) Psycogenic

Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari


emosi/psikis dan biasanya tidak disadari.
(Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya) Biasanya nyeri
terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
C. Berdasarkan lokasi/letak
1. Radiating pain
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)
2. Referred pain
Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari
jaringan penyebab.

Nyeri alih ( referred pain )


Sering orang merasakan nyeri dalam suatu bagian tubuhnya yang cukup

jauh dari jaringan yang menyebabkan nyeri. Nyeri ini disebut referred pain.
Kadang-kadang, nyeri bahkan dapat dialihkan dari satu permukaan tubuh ke
permukaan tubuh yang lain, tetapi ia lebuh sering dimulai dalam salah satu
organ visceral dan dialihkan ke suatu daerah di permukaan tubuh. Juga, nyeri
mugkin berasal dari suatu visceral dan dialihkan ke daerah profunda lain yang
letaknya tidak tepat sama dengan lokasi visceral yang menyebabkan nyeri alihan
ini sangat penting karena banyak penyakit visceral tidak menyebabkan gejala
lain selain nyeri alihan .
Mekanisme nyeri alihan ( dapat dilihat pada gambar ), melukiskan
mekanisme yang paling diterima mengenai pengalihan kebanyakan nyeri. Dalam
gambar tersebut, cabang-cabang serabut nyeri visceral diperlihatkan bersinaps
didalam medulla spinalis dengan beberapa neuron urutan kedua serupa yang
menerima serabut nyeri dari kulit. Bila srabut nyeri visceral tersebut dirangsang
kuat, sensasi nyeri dari visceral menyebar kedalam beberapa neuron yang
biasanya menghantarkan sensasi nyeri hanya dari kulit, dan orang tersebut
mempunyai perasaan bahwa sensasi itu benar-benar berasal dari kulit itu sendiri

3. Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
4. Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex: bagian tubuh yang
diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis
C. Berdasarkan lama/durasinya
1. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir
kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa
nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu
penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
2. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini
polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
2.5 Skala Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan
oleh pasien. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual. Kemungkinan
nyeri dalam intensitas yang sama bisa dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang
berbeda pula. Sedangkan pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran
dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri
(Tamsuri, 2007).
Menurut Smeltzer (2002) skala nyeri bisa dibagi menjadi 3 dengan penjelasan
sebagai berikut.
1) Skala intensitas nyeri bisa juga disebut dengan skala deskritif/ pendeskripsi
verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah alat pendeskripsi yang
mengukur tingkat nyeri. Terdiri dari garis yang berjumlah tiga sampai lima kata
pendeskripsi, disusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi
ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan.
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih
intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh
nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak

10

menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan pasien memilih sebuah kategori


untuk mendeskripsikan nyeri.
2) Skala identitas nyeri numerik. Disebut juga dengan Numerical Rating Scales
(NRS). Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka
direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).
3) Skala analog visual. Disebut juga dengan Visual Analog Scale (VAS). VAS
adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi pasien kebebasan
penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan
pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata
atau satu angka.

11

Keterangan
0

Tidak nyeri.

1-3

Nyeri ringan (secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik).

4-6

Nyeri sedang (secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat


menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik).

7-9

Nyeri berat (secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti


perintah tapi masih merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi denga alih posisi
nafas panjang dan distraksi).

10

Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,


memukul).

12

Sumber :
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

2.6 Metode yang Digunakan untuk Menghilangkan Nyeri


1) Distraksi
Distraksi adalah metode pengalihan perhatian dari "persepsi" rasa nyeri. Dengan
mengalihkan perhatian, kita bisa mengurangi fokus terhadap respon nyeri. Distraksi bisa
diterapkan untuk rasa nyeri ringan dan sedang, untuk rasa nyeri berat obat masih
menjadi pilihan paling tepat. Contoh dari metode distraksi dalam mengurangi rasa nyeri
adalah melakukan kegiatan ringan untuk mengalihkan "persepsi" rasa nyeri, bisa dengan
mengobrol, menonton tv, atau dengan menikmati pemandangan alam.
Dengan menerapkan metode distraksi untuk mengurangi rasa nyeri akan
menghindari dampak negatif dari obat kimia, seperti yang dijelaskan di atas, distraksi
bisa diterapkan pada nyeri ringan dan sedang, untuk itu pada kasus rasa nyeri berat
harus ditangani dengan obat/tindakan medis.
2) Relaksasi
Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot dan mengurangi kecemasan.
Membantu klien dengan teknik relaksasi, perawat dapat mengenal nyeri klien dan
ekspresi kebutuhan dibantu dari klien untuk mengurangi distress yang disebabkan oleh
nyerinya.Teknik relaksasi lebih efektif untuk klien dengan nyerik ronik.
Relaksasi memberikan efek positif untuk klien yang mengalami nyeri, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Memperbaiki kualitas tidur


Memperbaiki kemampuan memecahkan masalah
Mengurangi keletihan/fatigue
Meningkatkan kepercayaan dan perasaan dapat mengontrol diri dalam mengatasi

nyeri
e. Mengurangi efek kerusakan fisiologi dari stress yang berlanjut atau berulang
karena nyeri
13

f.
g.
h.
i.

Pengalihan rasa nyeri/distraksi


Meningkatkan keefektifan teknik-teknik pengurangan nyeri yang lain
Memperbaiki kemampuan mentoleransi nyeri
Menurunkan distress atau ketakutan selama antisi pasi terhadap nyeri

Secara umum untuk melakukan teknik relaksasi membutuhkan 4 hal, yaitu:


a.
b.
c.
d.

Berikan posisi yang nyaman


Dilakukan dalam lingkungan yang tenang
Mengulang kata-kata, suara, phrase, doa-doa tertentu
Melakukan sikap yang pasif saat mendistraksiklien.

Metode yang lain untuk meningkatkan relaksasi dapat berupa mendengarkan music
atau suara alam sambil santai, memikirkan sesuatu yang merilekskan, atau dengan
teknik meditasi seperti yoga, dan lain-lain.

3) Imagery
Klien dapat menggunakan imagery/membayangkan untuk menurunkan nyeri.
Imagerys esuatu yang menyenangkan. Imagery dapat digunakan lebih efektif pada klien
dengan nyeri kronik daripada nyeri akut, atau nyeri berat. Perawat dapat mengajarkan
klien untuk menggunakan teknik imagery dengan melakukan guided imagery.
4) Stimulasi Kutan
Teknik dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengurangi nyeri. Meintz
(1995) menyatakan bahwa massage, salah satu bentuk stimulasi kutan, dapat
mengurangi kecemasan dan persepsi nyeri pada klien dengan kanker. Stimulasikutan,
meliputi :
a.
b.
c.
d.

Massase
Kompres hangat atau dingin, atau keduanya bergantian
Accupressure
Stimulasi kontralateral

5) Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit

14

pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada
tahun 1846.
Pengelompokan Anestesi
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik
dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan
secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa
nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang
lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap
sadar.
Tipe Anestesi
a. Pembiusan total hilangnya kesadaran total
b. Pembiusan lokal hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada
sebagian kecil daerah tubuh).
c. Pembiusan regional hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh
oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan
dengannya
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya
melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan
kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah
selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.
6) Terapi Musik
Terapi musik terdiri dari 2 kata, yaitu kata terapi dan musik. Terapi (therapi)
adalah penanganan penyakit (Brooker, 2001). Terapi juga diartikan sebagai pengobatan
(Laksman, 2000). Sedangkan musik adalah suara atau nada yang mengandung irama.
Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh seseorang
terapis untuk meeningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental,
fisik, emosional dan spiritual. Dalam kedokteran, terapi musik disebut sebagai terapi
pelengkap (Complementary Medicine), Potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai
teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi
15

atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan
dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia, dan slow musik (Potter, 2005
dikutip dari Erfandi, 2009).
Menurut Willougnby (1996), musik adalah bunyi atau nada yang menyenangkan
untuk didengar. Musik dapat keras, ribut, dan lembut yang membuat orang senang
mendengarnya. Orang cenderung untuk mengatakan indah terhadap musik yang
disukainya. Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda bergantung
kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang.

Manfaat Musik
Menurut Spawnthe Anthony (2003), musik mempunyai manfaat sebagai berikut:
(1) efek mozart, adalah salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah musik
yang dapat meningkatkan intelegensia seseorang, (2) refresing, pada saat pikiran
seeorang lagi kacau atau jenuh, dengan mendengarkan musik walaupun sejenak,
terbukti dapat menenangkan dan menyegarkan pikiran kembali, (3) motivasi, hal yang
hanya bisa dilahirkan dengan feeling tertentu. Apabila ada motivasi, semangatpun
akan muncul, (4) terapi, berbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang manfaat
musik untuk kesehatan, baik untuk kesehatan fisik maupun mental, beberapa penyakit
yang dapat ditangani dengan musik antara lain: kanker, stroke, dimensia, nyeri,
gangguan kemampuan belajar, dan bayi prematur.
Sumber:
Arif Muttaqin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai