PEMBAHASAN
Sumber :
Ganong,W.f. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Ardinata, Dedi. 2007. Multidimensional Nyeri . Jurnal Keperawatan Rufaidah
Sumatera Utara, 2(2):77.
2.2 Anatomi dan Fisiologi Reseptor Nyeri
Organ indra untuk nyeri adalah ujung-ujung syaraf bebas yang dijumpai pada
hampir semua jaringan tubuh yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosiceptor, secara anatomis reseptor
nyeri (nosiceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf
perifer. Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian
tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah
viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki
sensasi yang berbeda. Nosiceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang
berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu : Sistem
nosiseptor terbentuk dari serabut-serabut A kecil bermielin dengan diameter 2-5 m.
system ini menghantarkan dengan kecepatan 12-30m/det. Serabut A memungkinkan
timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
System yang satu lagi terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0,4-1,2 m.
serabut ini ditemukan dibagian lateral radiks dorsalis dan sering disebut serabut C radiks
dorsalis. Serabut ini menghantarkan dengan kecepatan yang lambat sebesar 0,2-5 m/det
an terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi. Kedua kelompok serabut ini berakhir di kornu dorsalis, serabut A
terutama berakhir di neuron-neuron lamina I dan V, sementara serabut C terutama
berakhir di neuron lamina I dan II.
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada
tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur
reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit
dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi
organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul
pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongarn organ, tetapi sangat
sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
Sumber :
Guyton, Arthur C. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human
Physiology and Mechanisme of Disease) Edisi III. Jakarta : MD EGC Kedokteran.
Ganong,W.f. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Mekanisme Nyeri
dengan
dendrit
pada
neospinothlamaik
melalui
bantuan
suatu
neurotransmitter. Akson dari neuron ini menuju ke otak dan menyebrang ke sisi lain
melalui commisura alba anterior, naik keatas dengan columna anterolateral yang
kontralateral. Serabut ini kemudian berakhir pada kompleks ventrobasal pada thalamus
dan bersinapsis dengan dendrit pada korteks somatosensorik. Nyeri cepat-spontan ini
dirasakan dalam waktu 1/10 detik dari suatu stimulus nyeri tajam, tusuk, dan gores.
motorik timbul secara refleks dari medulla spinalis, karena impuls nyeri yang memasuki
substansi grisea medulla spinalis dapat langsung memulai refleks penarikan diri yang
menjauhkan tubuh atau bagian tubuh dari rangsang berbahaya. Refleks primitif medulla
spinalis ini, meskipun penting pada binatang yang lebih rendah, pada manusia terutama
ditemukan oleh pusat-pusat yang lebih tinggi di dalam susunan saraf pusat. Pada
tempatnya, refleks yang jauh lebih rumit dan lebih efektif dari korteks motorik dimulai
oleh rangsang nyeri untuk menghilangkan rangsang yang menyakitkan tersebut.
Rekasi psikis terhadap nyeri mungkin jauh lebih samar-samar; mereka meliputi
semua aspek nyeri yang telah diketahui seperti sedih, ansietas (kondisi yang ditandai
dengan kecemasan dan kekhawatiran berlebihan atas peristiwa kehidupan seharihari tanpa alasan yang jelas untuk mencemaskan/ mengkhawatirkannya), menangis,
depresi, mual, dan keadaan terangsang otot yang berlebihan di seluruh tubuh. Reaksireaksi ini sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain setelah tingkat rangsang nyeri
yang sebanding.
Sumber :
Guyton, Arthur C. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human
Physiology and Mechanisme of Disease) Edisi III. Jakarta : MD EGC Kedokteran.
Kamus Kesehatan online. (Ansietas)
Ardinata, Dedi. 2007. Multidimensional Nyeri . Jurnal Keperawatan Rufaidah
Sumatera Utara, 2(2):78.
2.4 Klasifikasi Nyeri
A. Berdasarkan sumbernya
1). Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan.
ex: terkena ujung pisau atau gunting
2). Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh
Darah, tendondan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneus
ex: sprain sendi
3). Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga abdomen,
cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan
jaringan
B. Berdasarkan penyebab:
1)
jauh dari jaringan yang menyebabkan nyeri. Nyeri ini disebut referred pain.
Kadang-kadang, nyeri bahkan dapat dialihkan dari satu permukaan tubuh ke
permukaan tubuh yang lain, tetapi ia lebuh sering dimulai dalam salah satu
organ visceral dan dialihkan ke suatu daerah di permukaan tubuh. Juga, nyeri
mugkin berasal dari suatu visceral dan dialihkan ke daerah profunda lain yang
letaknya tidak tepat sama dengan lokasi visceral yang menyebabkan nyeri alihan
ini sangat penting karena banyak penyakit visceral tidak menyebabkan gejala
lain selain nyeri alihan .
Mekanisme nyeri alihan ( dapat dilihat pada gambar ), melukiskan
mekanisme yang paling diterima mengenai pengalihan kebanyakan nyeri. Dalam
gambar tersebut, cabang-cabang serabut nyeri visceral diperlihatkan bersinaps
didalam medulla spinalis dengan beberapa neuron urutan kedua serupa yang
menerima serabut nyeri dari kulit. Bila srabut nyeri visceral tersebut dirangsang
kuat, sensasi nyeri dari visceral menyebar kedalam beberapa neuron yang
biasanya menghantarkan sensasi nyeri hanya dari kulit, dan orang tersebut
mempunyai perasaan bahwa sensasi itu benar-benar berasal dari kulit itu sendiri
3. Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
4. Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex: bagian tubuh yang
diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis
C. Berdasarkan lama/durasinya
1. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir
kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa
nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu
penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
2. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini
polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
2.5 Skala Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan
oleh pasien. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual. Kemungkinan
nyeri dalam intensitas yang sama bisa dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang
berbeda pula. Sedangkan pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran
dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri
(Tamsuri, 2007).
Menurut Smeltzer (2002) skala nyeri bisa dibagi menjadi 3 dengan penjelasan
sebagai berikut.
1) Skala intensitas nyeri bisa juga disebut dengan skala deskritif/ pendeskripsi
verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah alat pendeskripsi yang
mengukur tingkat nyeri. Terdiri dari garis yang berjumlah tiga sampai lima kata
pendeskripsi, disusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi
ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan.
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih
intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh
nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak
10
11
Keterangan
0
Tidak nyeri.
1-3
4-6
7-9
10
12
Sumber :
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
nyeri
e. Mengurangi efek kerusakan fisiologi dari stress yang berlanjut atau berulang
karena nyeri
13
f.
g.
h.
i.
Metode yang lain untuk meningkatkan relaksasi dapat berupa mendengarkan music
atau suara alam sambil santai, memikirkan sesuatu yang merilekskan, atau dengan
teknik meditasi seperti yoga, dan lain-lain.
3) Imagery
Klien dapat menggunakan imagery/membayangkan untuk menurunkan nyeri.
Imagerys esuatu yang menyenangkan. Imagery dapat digunakan lebih efektif pada klien
dengan nyeri kronik daripada nyeri akut, atau nyeri berat. Perawat dapat mengajarkan
klien untuk menggunakan teknik imagery dengan melakukan guided imagery.
4) Stimulasi Kutan
Teknik dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengurangi nyeri. Meintz
(1995) menyatakan bahwa massage, salah satu bentuk stimulasi kutan, dapat
mengurangi kecemasan dan persepsi nyeri pada klien dengan kanker. Stimulasikutan,
meliputi :
a.
b.
c.
d.
Massase
Kompres hangat atau dingin, atau keduanya bergantian
Accupressure
Stimulasi kontralateral
5) Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
14
pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada
tahun 1846.
Pengelompokan Anestesi
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik
dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan
secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa
nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang
lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap
sadar.
Tipe Anestesi
a. Pembiusan total hilangnya kesadaran total
b. Pembiusan lokal hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada
sebagian kecil daerah tubuh).
c. Pembiusan regional hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh
oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan
dengannya
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya
melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan
kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah
selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.
6) Terapi Musik
Terapi musik terdiri dari 2 kata, yaitu kata terapi dan musik. Terapi (therapi)
adalah penanganan penyakit (Brooker, 2001). Terapi juga diartikan sebagai pengobatan
(Laksman, 2000). Sedangkan musik adalah suara atau nada yang mengandung irama.
Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh seseorang
terapis untuk meeningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental,
fisik, emosional dan spiritual. Dalam kedokteran, terapi musik disebut sebagai terapi
pelengkap (Complementary Medicine), Potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai
teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi
15
atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan
dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia, dan slow musik (Potter, 2005
dikutip dari Erfandi, 2009).
Menurut Willougnby (1996), musik adalah bunyi atau nada yang menyenangkan
untuk didengar. Musik dapat keras, ribut, dan lembut yang membuat orang senang
mendengarnya. Orang cenderung untuk mengatakan indah terhadap musik yang
disukainya. Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda bergantung
kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang.
Manfaat Musik
Menurut Spawnthe Anthony (2003), musik mempunyai manfaat sebagai berikut:
(1) efek mozart, adalah salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah musik
yang dapat meningkatkan intelegensia seseorang, (2) refresing, pada saat pikiran
seeorang lagi kacau atau jenuh, dengan mendengarkan musik walaupun sejenak,
terbukti dapat menenangkan dan menyegarkan pikiran kembali, (3) motivasi, hal yang
hanya bisa dilahirkan dengan feeling tertentu. Apabila ada motivasi, semangatpun
akan muncul, (4) terapi, berbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang manfaat
musik untuk kesehatan, baik untuk kesehatan fisik maupun mental, beberapa penyakit
yang dapat ditangani dengan musik antara lain: kanker, stroke, dimensia, nyeri,
gangguan kemampuan belajar, dan bayi prematur.
Sumber:
Arif Muttaqin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.
16