Anda di halaman 1dari 2

Warna Terindah

Karya Miranda Nuril Imania

Matahari siang ini tersenyum begitu sangat menawan. Udara yang sejuk menjadi
panas. Awan-awan di langit biru yang awalnya putih berubah menjadi awan kelabu. Aku
sadar warna pucat itu berasal dari kendaraan pribadi. Untung saja, ditengah-tengah kota ini
masih terdapat sebuah taman kota. Yang dihiasi dengan berbagai macam bunga dengan
warna-warni yang indah. Pohon-pohon yang bergoyang kesana kemari dengan tiupan angin
yang sepoi-sepoi. Dan siulan burung-burung yang terdengar lebih indah dibandingkan
dengan suara kendaraan yang lalu lalang.
***
Bunga, hari ini entah kenapa hatiku mencemaskan suatu hal. Aku tadi melihat
banyak mobil besar penghancur bangunan yang terdapat di pinggiran taman kota. Aku takut
jika satu-satunya taman di kota ini akan di hancurkan dan diganti dengan bangunan megah
yang menjulang sampai ke langit. Ucap ku dengan raut wajah khawatir.
Sudahlah Tari, jangan berfikiran seperti itu. pakah mungkin Pemerintah kota ini akan
berbuat setega itu? Mungkin itu hanya perasaanmu saja, bisa jadi mereka hanya
memarkirkannya di pinggiran taman itu. Ujar Bunga menanggapi rasa cemas sahabatnya itu.
Aku berjalan menyusuri taman itu, merasakan hembusan angin yang menusuk kulit.
Seperti biasanya, di taman ini terdapat banyak orang yang berjalan lalu lalang, terlihat
beberapa orang sedang duduk di bawah pohon diatas rumput hijau, mereka tertawa bersama
dengan bahagianya. Terlihat banyak orang yang memakai pakaian rapi dengan jas yang
menempel di tubuhnya. Mereka terlihat begitu sibuk dengan membawa beberapa dokumen
penting yang ada di tangannya, dan berbincang-bincang kepada rekannya. Mereka menunjuknunjuk ke seluruh arah taman ini, rupanya mereka sedang merencanakan sesuatu. Aku mulai
curiga tentang apa yang akan mereka lakukan pada taman ini. Mungkinkah taman ini benarbenar akan di gusur dan diganti dengan bangunan megah yang menjulang tinggi hingga ke
langit? Aku bertanya-tanya dalam hati.
Tak lama setelah itu, saat aku sedang bersantai dan bercerita dengan Bunga, seseorang
datang menghampiriku. Dia memakai seragam dengan tubuh kekar dan membawa pentungan
di tangannya, ya itu adalah penjaga taman ini. Dia memberitahu kepada kami bahwa kami
harus pergi dari taman ini sebelum sore tiba. Aku bertanya-tanya pada penjaga itu tapi dia tak
mau menjawab sedikitpun pertanyaanku. Aku mulai melihat ke sisi lain taman itu dan aku
mendapati monster-monster besar yang kaku dan keras itu mulai merusak isi taman. Pohonpohon mulai roboh dibuatnya dan bunga-bunga mulai terinjak-injak hingga tak bisa berdiri
lagi. Aku tak menyangka dengan apa yang kulihat. Ternyata dugaanku benar tentang semua
ini.
Pak, apa yang mereka lakukan ini? Mengapa mereka merusak taman ini? teriak
Bunga kepada penjaga itu.
Sudahlah kalian jangan ikut campur. Kalian tidak tau apa-apa. Mending kalian
pulang saja. Jawab petugas itu dan segera mengusir kami.

Tapi pak, mereka tidak bisa melakukan semua ini. Taman ini hanya satunya-satunya
harapan kami untuk mencari ketenangan dan udara segar. Jika di kota ini tak ada taman, kota
ini akan terasa semakin panas. Tak ada lagi pepohonan rindang yang akan melindungi kami
dari panasnya bumi ini! teriakku memberikan penjelasan pada penjaga itu.
Aku mulai berlari menuju ke arah monster-monster besar perusak tanaman itu, aku
menghentikan langkah mereka untuk tidak melanjutkannya. Mereka marah dengan
kelakuanku saat ini, tapi aku tak menghiraukannya dan aku tak peduli dengan ocehan marah
mreka. Kemudian ada seseorang yang memakai jas hitam menghampiriku, dia lalu
menanyakan dan berteriak padaku apa yang sedang ku lakukan. Dengan ekspresi wajahnya
yang merah padam aku tau bahwa dia sedang marah padaku.

Anda mungkin juga menyukai