Anda di halaman 1dari 44

''

'A$,,'

Pengatur*n
Fungsional
T$.buh kfdnusia
d n Pengatu

gkunganDalam*
Tqjuan itmu, ibal ad*lah rrrenjela$kan.berbagai,f,aktar'
fisik dan kimiarvi yang bertanggung jawab atas asal
us*l, p.g1kEmban$an, dan kernajua:r hidup, $etlgp jenis kehidupan, mulai dari virus yang sederhana sampai
pohon yang terbesar atau manusia yang paling rumit,
mempunyai karakteristik firngsionalnya sendiri-sen,diri CIleh karena itu;, bidang flsiolsgi yarig, sangat

.,luas-ini'dapa.t,diltgirire,njadilsfolagi

uir:,;,s, fisiolagi

,bakteri,

fsiologt

tu4bntr*n,psio{ogt manuila. den banya} lagj cablgg yang lain.

sel,

fisiologi

, ,,

Fisiologi Monusio. Di dalamlslo logi manusia, kita berupaya menjelaskan berbagai


.,kalaktatistk'spesifift dan-nrekanisme pada tubuhmanusia yang mernlruatnyanieni$,,',t -makhluk hidup. Kenyataan bahwa kita sekarang ini masih tetap hidup hampir di luar
kendali krta sendiri, karena rasa lapar akan mendorong kita mencari makanan dan
rasa takut mendorong kita mencari pertindung'an. Sensasi dingin akan mendorong kita
mencari kehangatan. Dorongan-dorongan lain akan membuat kita untuk mencari teman hidup dan berkembang biak. Jadi. sebenarnya manusia bergerak secara otomatis,
dan mengapa kita dapat mengindera. merasa, dan mengerti segala sesuafu merupakan
bagiaq:dari {angkaian'kehidqpan yangberlangsung,otomatk ini; sifatisifat khusus ini
memungkinkan kita bertahan dalam berbagai macam kondisi.

$el $e-bagai Unit Kelridupan,Tubuh Manu*ia.'

',,. ",,,,,'

Unit dasar kehidupan pada rubuh manusia dalah sel. Setiap organ merupakan kum.,prdpri, sa,4.banyak

sel berbeda yang disatukan oleh berbagai strukt*r penunjang an-

tarsel.

Setiap jenis sel beradaptasi secara khusus unruk melakukan satu atau beberapa
fungsi tenentu. Misalnya. sel darah merah yang jumlah seluruhlya 25 triliun, mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Walaupun sel darah merah berjumlah pi,,.liugr,lianyak.di ante jenis:jenis-,sel tubuh I'alrg,laiq, rnasih ada sekitar 75 triliun sel
jenis lain yang melaksanakan fi.urgsi yang berbeda dari lungsi sel darah merah. Jadi,
jumlah seluruh sel di dalam tubuh manusia kira-kira I00 triliun.

UNIT

lntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

Walaupun sel tubuh yang banyak tersebut sering kali


sangat berbeda satu sama lain, semua sel tersebut mempunyai karakteristik dasar tertentu yang serupa. Misalnya,
di dalam semua sel, oksigen bereaksi dengan karbohidrat,
lemak, atau protein untuk melepaskan energi yang dibutuhkan untuk fungsi sel. Lebih lanjut, mekanisme kimiawi umum yang dipakai untuk mengubah nutrien menjadi
energi pada dasamya sama di semua sel, dan semua sel
melepaskan produk akhir reaksi kimianya ke dalam cairan

disekelilingnya.

bedaan konsentrasi ion tersebut di antara cairan ekstrasel


dan intrasel. Proses transport ini dibahas di Bab 4.

Mekanisme ff Homeostatiktt
pada Berbagai Sistem
Fungsional Utama
Homeostasis

Hampir semua sel juga mempunyai kemampuan untuk bereproduksi sehingga menghasilkan sel lain dari jenis yang sama. Untunglah, bila sel dari tipe tertentu rusak
oleh suatu sebab, sel yang tersisa dari jenis yang sama
biasanya akan membentuk sel-sel baru sampai persediaan
sel itu menjadi cukup kembali.

Gairan Ekstraselr'Lingkungan Dalamtt


Kira-kira 60 persen tubuh manusia dewasa berupa cairan, terutama berupa suatu larutan ion dan zat-zat lain di
dalam medium air. Meskipun sebagian besar cairan ini
terdapat di dalam sel dan disebut cairan intrasel, kira-kira
sepefiiganya berada di ruang-ruang di luar sel dan disebuI cairan ekstrasel. Cairan ekstrasel ini terus-menerus
bergerak ke seluruh tubuh. Cairan ini dengan cepat diangkut di dalam sirkulasi darah dan selanjutnya tercampur di
antara darah dan cairanjaringan dengan berdifusi melalui

dinding kapiler.
Di dalam cairan ekstrasel, terdapat berbagai ion dan
nutrien yang diperlukan oleh sel untuk mempertahankan
kehidupan sel. Dengan demikian, pada dasarnya semua
sel hidup di dalam lingkungan yang sama-cairan ekstrasel. Dengan alasan ini, cairan ekstrasel juga disebut sebagai lingkungan dalam tubuh, atau milieu intdrieur, istilah yang dicetuskan lebih dari 100 tahun yang lalu oleh
seorang ahli fisiologi Perancis abad ke-19 yang terkenal;
yaitu Claude Bernard.
Sel mampu hidup, tumbuh, dan melaksanakan berbagai fungsi khususnya selama di lingkungan dalam tersebut tersedia oksigen, glukosa, berbagai ion, asam amino,
lemak, serta unsur-unsur pokok lain dalam konsentrasi
yang tepat.

Perbedoon ontoro Coiron Ekslrosel don lntrosel. Cairan ekstrasel mengandung banyak ion natrium,
klorida, dan bikarbonal plus berbagai nutrien untuk sel,
seperti oksigen, glukosa, asam lemak, dan asam amino.
Cairan ekstrasel juga mengandung karbon dioltsida yang
diangkut dari sel ke paru untuk diekskresi, ditambah berbagai produk sampah sel lainnya yang diangkut ke ginjal
untuk diekskresi.
Cairan intrasel sangat berbeda dari cairan ekstrasel;
secara spesifik, cairan intrasel rnengandung banyak sekali

ion kalium, magnesium, dan fosfat daripada ion natrium


dan klorida yang banyak ditemukan di dalam cairan
ekstrasel. Berbagai mekanisme khusus untuk pengangkutan ion melalui membran sel akan memperlahankan per-

lstilah homeostasis digunakan oleh ahli fisiologi untuk


menjelaskanp emelihat,aan anekct kondisi yang hampir selalu konstqn di lingkungan dalam. Pada dasamya, semua
organ danjaringan tubuh melaksanakan aneka fungsi untuk membantu mempertahankan kondisi yang konstan ini.
Misalnya, paru menyediakan oksigen bagi cairan ekstra-

sel untuk menggantikan oksigen yang dipakai oleh sel,


ginjal mempeftahankan konsentrasi ion agar konstan, dan
sistem gastrointestinal menyediakan nutrien.
Banyak bagian dalam buku ini membahas peran tiaptiap organ atau jaringan dalam membantu mempertahankan homeostasis. Untuk mengawali pembahasan ini, bab
ini menguraikan berbagai sistem fungsional di dalam tubuh dan kontribusinya pada homeostasis; selanjutnya kita
akan membahas secara ringkas teori dasar mengenai sistem
pengendalian tubuh yang memungkinkan keserasian kerja
berbagai sistem fungsional tersebut satu sama lain.

Sistem Pencampuran dan


Transpor Cairan EkstraselSistem Sirkulasi Darah
Cairan ekstrasel diangkut ke seluruh bagian tubuh dalam
dua tahap. Tahap pertama adalah pergerakan darah ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah, dan tahap kedua
adalah pergerakan cairan antara kapiler darah dan ruqngru ang antars el di antara sel-sel jaringan.

Gambar 1-1 menuniukkan sirkulasi darah

secara

umum. Semua darah di dalam sirkulasi melintasi seluruh


jalur sirkulasi dengan kecepatan ratatata satu kali setiap
menit pada saat istirahat dan sebanyak enam kali per me-

nit bila seseorang sangat aktif.


Sewaktu darah melewati kapiler darah, terjadi pertukaran cairan ekstrasel yang kontinu di antara plasma darah dan cairan interstisial yang mengisi ruang-ruang antarsel. Proses ini ditunjukkanpada Gambar l-2. Dinding
kapiler bersifat permeabel terhadap kebanyakan molekul
yang ada di dalam plasma darah, kecuali terhadap molekul
protein plasma yang besar. Oleh karena itu, banyak sekali
cairan dan zat-zat yang terlarut di dalamnya berdfusibolak-balik di antara darah dan ruang-ruang di dalam jaringan, yang ditunjukkan dengan anak panah. Proses difusi
ini terjadi akibat gerakan kinetik molekul yang terdapat
di dalam plasma maupun cbiran interstisial. Yaitu, cairan
dan molekul yang terlarut di dalamnya terus-menerus
bergerak dan bolak-balik ke segala arah di dalam plasma
dan cairan di ruang antarsel, dan juga menembus poripori kapiler. Beberapa sel ber.jarak lebih dari 50 mikro-

BAB

Pefigaturan Fungsional rubuh Manusia dan pengaturan ,'Lingkungan Dalam',

meter dari sebuah kapiler, sehingga mempermudah difusi


hampir semua zat dari kapiler ke sel tersebut dalam beberapa detik. Jacli, cairan ekstrasel di bagian tubuh mana
pun-baik di dalam plasma maupun di dalam cairan interstitial-secara terus-menerus dicampur, sehingga dapat
mempertahankan homogenitas cairan ekstraseI yang hampir sempurna di seluruh tubuh.

Arteriol

$umber Nutrien Cairan Ekstrasel


Sistem Respirosi. Gambar

l-l

memperlihatkan bahwa

setiap kali darah melintasi seluruh tubuh, darah juga meng-

alir melewati paru. Darah tersebut mengambil oksigen di


alveoli, sehingga memperoleh oksigen yang dibutuhkan
oleh sel. Tebal membran antara alveoli dan lumen kapiler
paru, membran alveolus, hanya 0,4 sampai 2,0 mikrometer, dan oksigen berdifusi dengan pergerakan molekular melintasi pori-pori merrbran ini ke dalam darah,
sama seperti difusi air dan ion melintasi kapiler jaringan.

Troklus Gqstrointestinol. Sebagian besar darah yang


dipompakan oleh jantung juga akan melewati dinding

GAMBAR 1-2. Difusi cairan dan konstituen terlarut yang metintast


dinding kapiler dan ruang interstisia!.

traktus gastrointestinal. Di sini, berbagai nutrien terlarut,


termasuk karbohidrat, asam lemak, dan asam amino, diabsorbsi ke dalam cairan ekstrasel darah dari makanan
yang dikonsumsi.

Holidon Orgon loin yong Meloksonokon Fungsi


eto boli k P ri m e r. Tidak semua z at y angdiabsorbsi dari
traktus gastrointestinal dapat digunakan oleh sel dalam
bentuk asal sewaktu diabsorbsi. Hati mengubah susunan
kimiawi banyak zat ini menjadi bentuk yang iebih mudah
digunakan, dan jaringan tubuh yang lainnya-sel lemak,
mukosa gastrointestinal, ginjal, dan kelenjar endokrinmembantu mengubah zat-zat yang telah diabsorbsi tadi
M

atau menyimpannya sampai zat tersebut dibutuhkan.

Sistem Muskuloskeletol. Kadang-kadang timbul pertanyaan, bagaimana sistem muskuloskeletal ikut berperan pada fungsi homeostatik tubuh? Jawabnya jelas dan
sederhana: Seandainya otot tidak ikut berperan, tubuh
tidak dapat bergerak menuju tempat yang tepat pada saat
yang tepat untuk memperoleh makanan yang dibutuhkan
untuk nutrisi. Sistem muskuloskeletal juga memungkinkan pergerakan unfuk melindungi diri terhadap lingkungan
sekitar yang berbahaya; tanpa gerakan ini, seluruh tubuh
beserta semua r.oses homeostatiknya akan segera hancur.

Pembuangan
Produk Akhir Metabolik
Pembuongon Kqrbon Dioksido oleh poru.

pada
saat darah mengambil oksigen di paru, karbon dioksida
dilepaskan dari darah ke dalam alveoli paru; dan pergerakan udara masuk dan keluar paru sewaktu respirasi akan

membawa karbon dioksida tersebut keluar ke atmosfer.


Karbon dioksida merupakan produk akhir metabolisme
yang paling banyak jumlahnya.

Kapiler
GAMBAR 1-1. Pengaturan umum sistem sirkulasi

Ginjol. Aliran darah yang melalui ginjal akan membuang


sebagian besar zat dalam plasma, selain karbon dioksida,
yang tak dibutuhkan oleh sel. Zat-zaI ini merupakan berbagai hasil akhir dari metabolisme sel, seperti urea dan

UNIT

IntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Seldan Umum

asam urat; demikian juga kelebihan ion dan air yang ber-

membantu memperlahankan homeostatis dengan cara

asal dari makanan, yang mungkin menumpuk di dalam

menghasilkan generasi baru guna menggantikan orang


yang telah meninggal. Kelihatannya penggunaan istilah
homeostasis ini tidak tepat, tetapi pada kesimpulan akhirnya, tergambarkan dengan jelas bahwa pada hakikatnya
semua struktur tubuh itu tersusun sedemikian rupa agar
masing-masing membantu mempertahankan kehidupan
yang berlangsung secara otomatis dan langgeng.

cairan ekstrasel.
Ginjal melaksanakan fungsinya dengan cara menya-

ring lebih dahulu plasma yang melalui glomeruli

ke

dalam tubulus dalam jumlah besar dan kemudian mereabsorbsi zat-zat yang dibutuhkan tubuh ke dalam darah,
seperti glukosa, asam amino, air dalam jumlah cukup, dan
banyak ion. Sebagian besar zat lain yang tidak dibutuhkan
tubuh, khususnya produk akhir metabolisme seperti urea,
sangat sedikit direabsorbsi dan terus melewati tubulus renalis menjadi urin.

Pengaturan Fungsi Tubuh


Sistem Sqrof. Sistem saraf terdiri atas tiga bagian pokok'. bagian sensorik ("input"), sistem saraf pusat (atau
bagian integrasi), dan bagian motorik ("output"). Reseptor sensorik mendeteksi keadaan tubuh atau keadaan lingkungan sekitar. Misalnya, reseptor di kulit akan memberitahukan kepada kita setiap kali sebuah benda menyentuh
kulit di mana pun tempatnya. Mata merupakan organ sensorik yang membuat seseorang mendapatkan gambaran
visual tentang lingkungan sekitamya. Telinga juga merupakan organ sensorik. Sistem sarafpusat terdiri atas otak

dan medula spinalis. Otak dapat menyimpan informasi,


menghasilkan pikiran, menciptakan ambisi, seda menentukan reaksi yang dilakukan oleh tubuh sebagai respons

terhadap aneka sensasi. Sinyal yang sesuai kemudian


dihantarkan melalui bagian motorik sistem saraf untuk
melaksanakan keinginan kita.
Sebagian besar segmen sistem saraf disebut sebagai
sistem otonom. Sistem ini bekerja pada tingkatan bawah
sadar dan mengatur banyak fungsi organ dalam, termasuk seberapa besar aktivitas pemompaan jantung, pergerakan traktus gastrointestinal, dan sekresi banyak kelenjar
dalam rubuh.

Pengoturon oleh Sislem Hormon. Di dalam tubuh,


terdapat delapan kelenjar endokrin utama yang menyekresi
zat-zat kimia yang disebut hormon. Hormon diangkut me-

lalui cairan ekstrasel menuju seluruh bagian tubuh untuk


membantu mengatur fungsi sel. Misalnya, hormon tiroid
meningkatkan kecapatan sebagian besar reaksi kimia di
dalam semua sel, dengan demikian hormon tiroid membantu mengatur tempo aktivitas tubuh. Insulin mengatur
metabolisme glukosa; hormon-hormon korteks adrenal
mengatur ion natrium, ion kalium, dan metabolisme protein; dan hormon paratiroid mengatur kadar kalsium dan
fosfat tulang. Jadi, hormon merupakan sistem pengatur
yang melengkapi sistem saraf. S istem saraf terutama men gatur aktivitas otot dan aktivitas sekresi, sedangkan sistem
hormon terutama mengatur banyak fungsi metabolisme.

Reproduksi

Sistem Pengatur Tubuh


Tubuh manusia mempunyai beribu-ribu sistem pengatur.
Sistem pengatur yang paling rumit adalah sistem pengatur
genetik yang bekerja di dalam semua sel untuk membantu
mengatur fungsi intrasel dan fungsi ekstrasel. Masalah ini
akan dibicarakan di dalam Bab 3.
Banyak sistem pengatur lain bekerja di dalam organ
untuk mengatur fungsi masing-masing bagian organ tersebut; sistem pengatur yang lain bekerja di seluruh tubuh
untuk mengatur hubungan qntarorgan. Misalnya, sistem

respirasi-yang bekerja sama dengan sistem sarafmengatur konsentrasi karbon dioksida di dalam cairan ekstrasel. Hati dan pankreas mengatur konsentrasi glukosa
di dalam cairan ekstrasel dan ginjal mengatur konsentrasi
hidrogen, natrium, kalium, fosfat, dan ion-ion lain di dalam cairan ekstrasel.

Contoh-Contoh
Mekanisme Pengatur
Pengoturon Konsenlrqsi Oksigen dqn Korbon
Dioksido di Coiron Ekstrosel. Karena oksigen merupakan salah satu zat utama yang dibutuhkan untuk reaksi
kimia di dalarn sel, sangat menguntungkan bahwa tubuh
mempunyai mekanisme pengatur khusus untuk mempertahankan konsentrasi oksigen di dalam cairan ekstrasel
agar selalu konstan dan hampir tepat sama. Mekanisme ini
terutama bergantung pada sifat-sifat kimiawi hem o gl ob i n,
yang terdapat di dalam semua sel darah merah. Sewaktu
darah melewati paru, hemoglobin mengikat oksigen. Selanjutnya, sewaktu darah melewati kapiler jaringan, hemoglobin tidak akan melepaskan oksigen ke dalam cairan
jaringan bila oksigen sudah terlalu banyak di sana, karena
afinitas kimiawinya sendiri terhadap oksigen cukup kuat.
Namun, bila konsentrasi oksigen di dalam cairan jaringan
sangat rendah, oksigen akan dilepaskan secukupnya agar
konsentrasi oksigen dapat kembali mencukupi. Jadi pada
prinsipnya, pengaturan konsentrasi oksigen di dalamjaringan, pada prinsipnya, terutama sudah mnyatu dengan sifat
kimiawi hemoglobin itu sendiri. Pengaturan iti disebut seb agai fun gs i p e /D) an gg a h e m o g I o b i n t e r h a d ap o ks i ge n.
Konsentrasi karbon dioksida di dalam cairan ekstrasel
diatur dengan cara yang jauh berbeda. Karbon dioksida
merupakan produk akhir utama reaksi oksidasi di dalam
sel. Bila seluruh karbon dioksida yang terbentuk di dalam

di dalam

Adakalanya, reproduksi tidak dianggap sebagai salah

sel terus-menerus ditimbun

satu fungsi homeostatik. Namun, reproduksi sebenarnya

efek massal penimbunan karbon dioksida itu sendiri akan

cairan jaringan,

BAB

Pdngaturan Fungsional Tubuh Manusia dan Pengaturan "Lingkungan Da!am',

segera menghentikan semua reaksi penghasil-energi yang

terjadi di dalam sel. Untungnya, konsentrasi karbon dioksida dalam darah yang melebihi normal akan merangsang
pusat respirasi sehingga orang tersebut akan bernapas
cepat dan dalam. Respirasi seperti ini akan meningkatkan ekspirasi karbon dioksida sehingga kelebihan karbon
dioksida dibuang dari darah dan cairan jaringan. Proses
ini akan berlangsung terus menerus sampai konsentrasi
karbon dioksida kembali ke nilai normal.

Pengoluron Tekqnon Doroh Arleri. Beberapa sistem


turut membantu pengaturan tekanan darah arteri. Salah
satunya adalah sistem baroreseptor yang merupakan con-

toh sederhana dan sangat baik tentang mekanisme pengatur yang bekerja cepat. Di dinding daerah bifurkasi arteri
karotis di leher, dan juga di arklrs aorta di daerah dada,
terdapat banyak reseptor saraf yang disebut b arores eptor,
yang dapat terangsang oleh regangan dinding arteri. Bila
tekanan arteri terlalu tinggi, baroreseptor akan mengirimkan rentetan cetusan impuls saraf menuju ke medula otak.
Di tempat ini, impuls-impuls tersebut akan menghambat
pus at v as omot or, yang selanjutnya akan mengurangi jumlah impuls yang dihantarkan dari pusat vasomotor tersebut ke jantung dan pembuluh darah melalui sistem saraf
simpatis. Bila impuls dari pusat vasomotor ini berkurang,
akan terjadi penurunan aktivitas pompa jantung dan juga
dilatasi pembuluh darah perifer, sehingga aliran darah
melalui pembuluh darah dapat bertambah. Kedua efek ini
menurunkan tekanan arteri kembali ke normal.
Sebaliknya, penumnan tekanan arteri di bawah normal akan menurunkan tegangan pada reseptor regang, sehingga pusat vasomotor menjadi lebih aktif daripada biasanya-dengan demikian menyebabkan vasokonstriksi
dan peningkatan kerja pompajantung-dan tekanan arteri
akan meningkat kembali menjadi normal.

Kisaran Normal dan Sifat Fisik


Berbagai Komponen Penting
di dalam Gairan Ekstrasel
Tabel 1-1 memuat daftar komponen yang penting dan
sifat fisik cairan ekstrasel, bersama dengan nilai normal,
kisaran normal, dan batas maksimum yang tidak menimbulkan kematian. Perhatikan betapa sempitnya kisaran
normal untuk setiap4<tlmponen. Nilai di luar kisaran ini
biasanya disebabkan oleh kondisi sakit.
Yang paling penting adalah batas-batas yang dapat
menyebabkan kematian bila dilampaui. Contohnya, kenaikan suhu tubuh hanya sebesar l1"F (7'C) di atas normal dapat menimbulkan lingkaran setan peningkatan
metabolisme sel yang akan merusak sel. Perhatikan juga
kisaran keseimbangan asam-basa tubuh yang sempit,
dengan nilai pH normal sebesar 7,4 dan nilai letal hanya
berkisar 0,5 di luar batas normal. Faktor lain yang penting
adalah konsentrasi ion kalium, karena bila konsentrasinya
turun sampai kurang dari sepertiga nilai normal, pasien
kemungkinan akan mengalami kelumpuhan akibat ketidakmampuan saraf untuk menjaiarkan sinyal saraf. Kemungkinan lain, bila konsentrasi ion kalium meningkat

sampai dua kali atau lebih dari nilai normal, otot jantung
kemungkinan akan mengalami tekanan berat. Demikian
juga, bila konsentrasi ion kalsium turun sampai kira-kira
di bawah setengah kadar normal, seseorang kemungkinan
akan mengalami kontraksi otot tetanik di seluruh tubuh
akibat pembangkitan impuls spontan secara berlebihan
di saraf perifer. Bila konsentrasi glukosa turun sampai di
bawah setengah nilai normal, seseorang sering mengalami
iritabilitas mental yang berat dan bahkan kadang-kadang
mengalami kejang.

Contoh-contoh

ini

akan memberikan kepada kita

pandangan mengenai nilai ekstrem dan perlunya banyak

sistem pengatur yang dapat menjaga tubuh agar telap

bekerja dengan sehat; bila tidak terdapat salah satu di


antara sistem pengatur ini, dapat timbul malfungsi tubuh
yang berat atau kematian.

Sifat-sifat Sistem Pengatur


Contoh-contoh mekanisme pengatur homeostatik yang

telah diutarakan sebelumnya, sebenamya hanya merupakan beberapa contoh di antara beribu-ribu mekanisme
yang ada di dalam tubuh, dan secara umum semuanya
mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat ini akan dijelaskan pada par agr af-par agraf berikut ini.

Sifat Dasar Umpan Batik Negatif


pada Sebagian Besar Sistem Pengatur
Sebagian besar sistem pengatur tubuh bekerja dengan
umpan balik negatif, yang dapat diterangkan secara lebih
jelas dengan melihat kembali beberapa sistem pengatur

homeostatik yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam


pengaturan konsentrasi karbon dioksida, tingginya konsentrasi karbon dioksida di dalam cairan ekstrasel akan
meningkatkan ventilasi paru. Selanjutnya, peningkatan
ventilasi ini akan menurunkan konsentrasi karbon dioksida cairan ekstrasel karena paru mengeluarkan karbon dioksida dalam jumlah yang lebih banyak dari dalam tubuh.
Dengan kata lain, tingginya konsentrasi karbon dioksida
memicu peristiwa-peristiwa yang menurunkan konsentrasi
menjadi normal, dan peristiwa tersebut bersifat negatif
(berlawanan) terhadap rangsangan awal. Sebaliknya, bila
konsentrasi karbon dioksida turun terlalu rendah, akan timbul umpan balik untuk meningkatkan konsentrasi. Respons
ini juga bersifat negatifterhadap rangsangan awalnya.
Dalam mekanisme pengaturan tekanan arteri, tekanan
yang tinggi menyebabkan serangkaian reaksi yang memicu penurunan tekanan darah, atau tekanan yang rendah mencetuskan serangkaian reaksi untuk meningkatkan

tekanan. Kedua contoh

di atas merupakan efek negatif

terhadap rangsangan awalnya.


Oleh karena itu, pada umumnya, bila beberapa faktor
menjadi berlebihan atau terlalu kurang, suatu sistem pengatur akan menjalankan umpqn balik negatif, yang terdiri

atas serangkaian perubahan untuk mengembalikan faktor tersebut ken.Sali ke nilai rata-raIa tertentu, sehingga
mempertahankan homeostasis.

UNIT

lntroduksi Terhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

TABEL 1-1. Komponen yang Penting dan Sifat Fisik Cairan Ekstrasel

Oksi$en

,,.

,,:40
' 40 ',,'
:

Karbon dioksida
lon natrium
loh kalium
lon kalsium
lon klorida
lon bikarbonat

142'::,'

A2

-:. 1rZ't.,:-

Sufru

tubuh.

Asam-basb'-

35,45 ,.'1

38-1 46.

1 ,0-1

,.28...-,

24-32
75-95

98,a (37;0)
1:::714'

7,3-7;5

efektivitas suatu sistem pengatur untuk mempertahankan


suatu keadaan yang konstan ditentukan oleh pencapaian
yang diperoleh dari umpan balik negatif. Misalnya, kita
andaikan sejumlah besar darah ditransfusikan kepada
seseorang dengan sistem pengatur tekanan baroreseptor
yang tidak berfungsi, dan tekanan arterinya meningkat
dari nilai normal 100 mmHg menjadi 175 mmHg. Kemudian, mari kita andaikan bahwa volume darah yang sama
disuntikkan kepada orang yang sama pada saat sistem
baroreseptornya berfungsi, dan sekarang tekanan hanya
meningkat 25 mmHg. Jadi, sistem pengatur umpan balik
telah menghasilkan "koreksi" -50 mmHg-yaitu, dari
175 mmHg menjadi 125 mmHg. Masih terdapat kenaikan
tekanan sebesar +25 mmHg, yang disebut "kesalahan,"
yang berarli bahwa sistem pengatur tidak 1 00 persen efektifuntukmencegah perubahan. Pencapaian yang dihasilkan
oleh sistem ini kem.udian dihitung dengan rumus berikut:

#**

Jadi, pada contoh sistem baroreseptor di atas, koreksinya


sebesar -50 mmHgdan kesalahan yang masih tersisa +25
mm Hg. Oleh karena itu, hasil pencapaian sistem baroreseptor pada orang tersebut dalam mengatur tekanan arteri
adalah -50 dibagi +25, atau -2. Artinya, suatu gangguan
yang meningkatkan atau menurunkan tekanan arteri hanya menimbulkan sepertiga gangguan dari yang seharusnya terjadi seandainya sistem pengatur tidak ada.

Pencapaian yang dihasilkan oleh beberapa sistem


pengatur fisiologis lain jauh lebih besar daripada pencapaian yang dihasilkan sistem baroreseptor. Misalnya,
pencapaian yang diperoleh oleh sistem pengatur suhu tubuh adalah sekitar -33. Oleh karena itu, kita dapat melihat
bahwa sistem pergatur suhu tubuh jauh lebih efektif daripada sistem pengatur tekanan baroreseptor.

, ,10-1000

5-80 : t'
.'11s.i7s ,,,
1,5:9,0 ':,.
0;5-2,0 ,:'
::::

70;1 30

,'

,l

98-98,8 (37,0)

"Pencopoion" Sebuoh Sistem Pengotur. Derajat

Pencapaian =

,4

103-112

85,'

'

3;8-5,6 ''"

108 .,

Glukosa '

'35-45

. 8,45'

..20-:1500
65-110 (18f3-43,3)

, 6,S-9,0 ,'

mrn.Hg

mm

llg

mmol/L
mmol/L
mmoVL
mmol/L

mmol/L
mgldf
oF-(oC),

"pH

Umpan Balik Positif Kadangkala


Menimbulkan Lingkaran Setan
dan Kematian
Orang mungkin bertanya, Mengapa semua sistem pengatur
dalam tubuh dilaksanakan dengan umpan balik negatif, dan
bukan dengan umpan balik positifl Bila kita melihat sifat-sifat dasar umpan balik positif, segera akan terlihat bahwa um-

pan balik positif tidak menghasilkan kestabilan, melainkan


ketidakstabilan, dan sering kali menyebabkan kematian.

Gambar 1-3 menunjukkan sebuah contoh bahwa kematian dapat terjadi karena umpan balik positif. Gambar
ini melukiskan efektivitas pemompaan jantung, yang
menunjukkan jantung orang sehat yang memompa darah
kira-kira 5 liter per menit. Bila orang tersebut tiba-tiba
mengalami peruarahan sebanyak 2liter,jumlah darah di
dalam tubuh a}:an turun sampai rendah sehingga tidak
tersedia cukup larah agar jantung dapat memompa dengan efektif. Secagai akibatnya, tekanan arteri turun dan
aliran darah l:e ctot jantung melalui pembuluh koronaria
berkurang. Blei,oaan ini mengakibatkan jantung menjadi
lemah, penuru--an fungsi pemompaan menjadi lebih parah
lagi. aliran da^':rh koronaria lebih berkurang lagi, dan jantung lebih lemsh lagi; siklus ini terus berulang sampai
terjadi kematia-.. Perhatikan bahwa setiap siklus di dalam
umpan balik ir,i mengakibatkan kelemahan jantung yang
lebih parah. Dengan kata lain, rangsangan yang pertama
menyebabkan keadaan yang sama dan lebih hebat; hal ini
disebut umpan balik positif.

Umpan balik positif lebih dikenal sebagai "lingkaran


setan", tetapi umpan balik positif yang ringan dapat diatasi oleh mekanisme pengaturan umpan balik negatif yang
dimiliki tubuh, dan lingkaran setan tidak akan timbul.
Contohnya, bila orang tersebut hanya mengalami perdarahan 1 liter, dan bukan 2 liter, mekanisrne umpan balik
negatif untuk pengaturan curah j antung dan tekanan arteri
yang normal akan mengimbangi umpan balik positif yang
terjadi, dan orang itu akan pulih kembali, yang diperlihatkan dengan garis putus-putus pada Gambar 1-3.

BAB

Pengaturan Fungsional rubuh Manusia dan pengaturan',Lingkungan

tersebut. Ion natrium yang masuk ke dalam serabut saraf


ini kemudian mengubah potensial membran dan selanjutnya menciptakan pembukaan kanal yang lebih banyak;
perubahan potensial menjadi lebih besar lagi dan selan-

o)

ca

^'

tr'g E

jutnya menghasilkan pembukaan kanal yang jauh lebih

HFg"
cCLL8b
EGDg

banyak lagi, dan seterusnya. Jadi, sebuah kebocoran kecil


menjadi lonjakan natrium yang memasuki bagian dalam
serabut saraf sehingga menciptakan potensial aksi saraf.

8-FE"
o- c

-Y(6.tr
.5E

EfEr

.E.-,
ru

GAMBAR 1-3. Pemulihan fungsi pemompaan jantung yang dihasilkan oleh umpan balik negatif setelah terjadi kehilangan darah 1 liter dari sirkulasi. Kematian disebabkan oleh umpan balik
positif bila terjadi kehilangan darah 2 liter dari sirkulasi.

Umpon Bqlik Posilif Kodongkolo Berguno.

pada

beberapa keadaan, tubuh menggunakan umpan baiik posi-

tif

untuk mendapatkan keuntungan. Pembekuan

natrium di membran saraf ke arah bagian dalam serabut

FE

Dalam,'

darah

Potensial aksi ini selanjutnya menghasilkan aliran listrik


di sepanjang sisi luar dan sisi dalam serabut saraf dan
menjadi pemicu untuk potensial aksi lainnya. proses ini
berlanjut terus dan berulang terus-menerus sampai sinyal
sarafmengaliri di sepanjang jalur sampai ke ujung serabut
saraftersebut.
Pada setiap keadaan yang memanfaatkan keuntungan
umpan balik positif, umpan balik positif itu sendiri merupakan bagian dari seluruh proses umpan balik negatif.
Contohnya, pada peristiwa pembekuan darah, proses pembekuan umpan balik positif ini merupakan proses umpan
balik negatif untuk mempertahankan volume darah pada
tingkat normal. Demikian juga, umpan balik positif yang
menghasilkan sinyal saraf memungkinkan saraf tersebut
berpartisipasi di dalam ribuan sistem pengatur umpan ba-

lik negatifsaraf.

merupakan contoh tentang penggunaan umpan balik posi-

tif yang bermanfaat. Bila terjadi robekan pada pembuluh


darah dan mulai terbentuk bekuan darah, berbagai enzim
yang disebut/aktor pembekuan diaktifkan di dalam bekuan

darah itu sendiri. Beberapa di antara enzim ini bekerja


pada enzim terdekat lainnya yang belum aktif, sehingga
menghasilkan pembekuan darah yang lebih banyak. proses ini akan berlangsung terus sampai lubang pada pembuluh darah tadi tersumbat dan tidak terjadi perdarahan
lagi. Kadang-kadang, mekanisme ini dapat lepas kontrol
dan menyebabkan pembentukan bekuan darah yang tidak
diharapkan. Keadaan inilah yang mencetuskan serangan

jantung yang sangat akut, akibat dari suatu bekuan darah


yang berasal dari permukaan dalam plak aterosklerotik di
dalam arteri koronaria dan kemudian tumbuh terus sampai arteri tersebut akhirnya tersumbat.
Proses melahirkan merupakan contoh lain bahwa umpan balik positif memainkan, peranan yang penting. Saat
kontraksi uterus sudah-cukup kuat sehingga kepala bayi
mulai mendorong serviks, regangan pada serviks akan
mengirimkan sinyal melalui otot uterus ke korpus uteri,
sehingga kontraksi menjadi lebih kuat lagi. Jadi, kontraksi
uterus meregangkan serviks, dan regangan serviks menyebabkan kontraksi menjadi lebih kuat. Bila proses ini
cukup kuat, bayi akan lahir. Bilatidak, kontraksi biasanya
hilang, dan diperlukan beberapa hari lagi untuk memulai
kontraksi baru.
Kegunaan lain umpan balik positifyang penting adalah
pembangkitan sinyal saraf. Yaitu, pada saat membran
suatu serabut saraf dirangsang, rangsangannya akan menyebabkan sedikit kebocoran ion natrium melalui kanal

Tipe Sistem Pengatur yang Lebih


Kompleks-Sistem Pengatur Adaptif
Di bagian berikutnya dalam buku ini, pada saat kita mempelajari sistem saraf, kita akan mengetahui bahwa sistem
ini mengandung banyak sekali mekanisme pengafur yang
saling terkait. Beberapa di antaranya merupakan sistem
umpan balik sederhana seperti yang telah dibahas. Banyak yang tidak mirip. Sebagai contoh, beberapa gerakan

tubuh terjadi begitu cepat, sehingga tidak cukup waktu


untuk mengirimkan sinyal saraf mengikuti jalur dari bagian perifer tubuh ke otak dan kemudian kembali ke perifer lagi untuk mengatur pergerakan. Oleh karena itu, otak
menggunakan suatu prinsip yang disebut pengaturan um_
pan maju (feed-forward control) untuk menimbulkan kon-

traksi otot yang diperlukan. Pada prinsip ini, sinyal saraf


sensorik dari bagian yang bergerak akan meminta otak
untuk meninjau kembali apakah gerakan yang dilakukan
sudah benar atau tidak. Bila tidak, otak akan mengoreksi
sinyal umpan maju tadi dan mengirimkannya ke otot apabila gerakan berikutnya diperlukan. Kemudian, bila masih
dibutuhkan perbaikan lagi, akan dilakukan perbaikan lagi
untuk gerakan berikutnya. Mekanisme ini disebut sebagai
p engatur an adapt tf. Pengatur adaptif in i, sedikit-banyik,
merupakan umpan balik negatif yang tertunda.
Jadi, dapat dilihat betapa rumitnya sistem pengatur
umpan balik di dalam tubuh. Kehidupan seseorang bergantung pada semua sistem umpan balik ini. Oleh karena
itu, sebagian besar buku ini dimaksudkan untuk membahas berbagai mekanisme pemberi kehidupan ini.

10
Ri n g

UNIT

lntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

kasan-Keotomatisan

Tubuh
Sasaran bab ini adalah menekankan, pertama, pengaturan
tubuh secara keseluruhan dan, kedua, cara-cara yang di-

jalankan oleh berbagai bagian tubuh secara harmonis.


Ringkasnya, sebenarnya tubuh merupakan suatu sistem
sosial yang terdiri dari kira-kira 100 triliun sel dantersusun dalam berbagai macam struktur fungsional, yang
beberapa di antaranya disebut organ. Setiap struktur
fungsional ini ikut andil mempertahankan kondisi homeostatik di dalam cairan ekstrasel, yang disebut sebagai
lingkungan interna. Selama kondisi normal dipertahankan di lingkungan dalam, sel tubuh akan terus hidup dan
berfungsi dengan baik. Setiap sel mendapat keuntungan
dari homeostasis, dan sebaliknya, setiap sel turut andil
mempertahankan homeostasis. Hubungan timbal balik ini
menghasilkan keotomatisan tubuh secara terus-menerus
sampai satu atau beberapa sistem fungsional kehilangan
kemampuannya untuk ikut berperan. Bila terjadi keadaan
ini, semua sel tubuh akan menderita. Disfungsi yang ekstrem akan menyebabkan kematian, sedangkan disfungsi
sedang menyebabkan penyakit.

Kepustakaan
Adolph EF: Physiological adaptations: lrypertrophies and superfunctions. Am. Sci., 60 : 608, I 972.
Bernard C: Lectures an the Phenontena of Life Common to Animals and Plants. Springfield, IL: Charles C Thomas, 1974.
Cabanac M: Regilation and the ponderostat. Int J Obes Relat
Metab Disord 25(Suppl 5):57, 2001
Cannon WB.: The Wisdom of the Body. New York, lll4 Norton.,
r932.

Conn PM, Goodman IIM; Handbook of Physiology: Cellular


Endocrinol ogt. Bet hes da: Americ an P hysiol ogical Society,
I 997.
Csete ME, Doyle JC: Reverse engineering
plexity. Science 295:1664, 2002.

of biological com-

Danzler WH (ed); Handbook of Physiolog,', Sec l3: Comparat iv

P hy s i ol o gy. B e t he s da

: Am e r ic an

P hys i ol o gi c

al Society,

997.

Dickinson MH, Farley CT Full RJ, et al: How animals moye: an


integrative yiew. Science 288: 100, 2040.
Garland T Jr and Carter PA: Evolutionary physiologt. Annu
Rev Physiol 56:579, 1994.
Gelehrter TD, Collins FS: Principles of Medical Genetics. Bal-

timore: Wlliams & Il/ilkins, 1995.


Guyton AC: Arterial Pressure and Hypertension. Philadelphia:
I4B Saunders., 1980.
Guyton AC, Jones CE, Coleman TG: Cardiac Otrtput and lts
Re gu I at i on. P hil ade Ip hi a. Il B S aunde r s, I 9 7 3.
Guyton AC, Taylor AE, Granger HJ: Dynamics and Control of
the Body Fluids. Philadelphia: WB Saunders, 1975.
Hoffman JF, Jamieson JD: Handbook of Physiologt: Cell Physi' ology. Bethesda: American Physiological Socieb), 1997.
Krahe R, Gabbiani F: Burstfring in sensory systems. Nat Rev
Neurosci 5: I 3, 2001.
Lewin B: Genes VII. New York: Oxford University Press, 2000.
Masoro EJ (ed): Handbook of Physiotogy, Sec 1l: Aging.
Bethesda: American Physiological Society, I 995.
Milhom HT: The Application of Control Theory to Physiological Systems. Philadelphia: llB Saunders., 1966.
Orgel LE: The origin aflife on the earth. Sci Am 271:76, 1991.
Smith HW: From fsh to Philosopher New York: Doubleday,
196t.
Thomson RC: Biomaterials Regulating Cell Function andTissue
Development. Warcendale, PA: Materials Research Society,
I 998.
Qian R; Molecular machines that control genes. Sci Ant 272:5 4,
I 995

ffiAffi 2
SeX

dan Feangsfn'rya

Seriap sel ciari 'iOS trilii.rn sei yeng te,rdapat dalam


tubrilr i:lar:i.rsiir n"rerupakau sruktur hidup Siang dapar
be*airair seiarxa berbulan-bulan atau befiahun-tahun
jika di sekitr*rtyo terdctpat caiyan dengan z*t nutrisi
yang {el)ct. Untuk dapat memahanri fungsi organ dan
strulrtur'lain d;rlani tuh*h. kita harus lebih dulu melnahami susliren dasar rlari sel dan fi"rngsi komponen

pcnyusun:cl tcrscbui.

S*rs*rnan $eE
Sebuah sel yairg kiras, seperr-i yang terlihat melalui niikroskop cohaya, diperlihatkan
pada $arntrar 2-1. $el trrsebut mempunyai dua bagian utaaia yaihr nukleus dan sita,
pittsntc.t. l{rikleus dipisahkan riari sitoplasrre rsleh rnembran nrikleus, dan sitoplasma
ilrpisahkan dari eairan di seki;ar sel oleh wentbran ser/. yang disebut jugamembran
pie:sm*.

*i:t'tragai lracam zat -vang furut membentuk sel secara keselunrhan disebut protoStlasma. Proloplasrua terulama tereliri atas lirna zat drrsar : air, elektrolit, protein, lipid
rJan harbciliiirar.

Air. Arr nrerupakan *rediurn cair yang utarua bagi s*1. yang terdapar i:acla sebagian
i:esar snl. kecuali untuk sel l*mak, ciengaa konsentiasi a*tara 70 sampai 85 persen.
Banyah lrahan ki*ria sel yeng larui dalam air. Bahan-bahan iain terdapat dalam air
sehagai i:artikcl padat. Reaksi-reaksi kimia terjacli di antara bahan-bahan kimia yang
terlar"ulpar{a ltermiikaan partikei padat tcr'.sei:ut atau pada lnembran.
'rXau

ln. {on t*peniing

dalaru sc1 adalah kaJiunt, wtagnesiunt, Jitsfat, sutfat, bikarb{}nat,

dar yang terelapat dalarn juiniah yang l*bih sed,ikit : notrium, kJttritia, drn kalsium.
Setnua ion tersebut akan dibahas letrih rinci di Bab 4, dengan rnemperhatikan hubungsaling bediait;,rn'antara cairan intrascl dengan cairan ekstrasel.
Icp merupalcur baharn kilnia inorganik dalam reaksi se}. Ion juga diperlukan untuk
.menjalankan beberapa lnekanisme pengatllran sei. Mi,sainya, icn yang bekerja pada
membran sel diperlukan untuk penjalaran in:puls elel';.trakimia pada serabut saraf dan
an

)i611g;

{)tilt.

Frgfei*. Selaiti air, zat yang sangaf berlimpah pada sebagian besar sel aclalah protein,
yang dalirm ke*daan ncrmai jumlahnya 10 sampai 20 persen ilassa sel. protein dapat
dibagi dalani d*a jenis: prr:tein struktural dan p*:tein./ung,sional.
Prate itt straktural t*rdapat dalam sel terntaara dalam bentuk filamen panlang yang
merupakan polimer dari banyalc unit rnolekui prctein. Salah satu kegunaair filamen intrasel tersebut yang penting adalah rmtuk memben&rkmikrotttbwlus yaugmerupakan
"sitoskeleron" organel sel sepeiti silia, akson saraf, gelendong mitosis pada sel yang

11

12

UNIT

Introduksi Terhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

Korbohidrot. Karbohidrat memiliki sedikit fungsi struktural dalam sel kecuali sebagai bagian dari molekul glikoprotein, namun karbohidrat berperan besar dalam nutrisi
sel. Kebanyakan sel manusia tidak mempunyai cadangan
karbohidrat dalamjumlah besar; jumlah rata-rata biasanya
sekitar I persen dari total massa sel tetapi dapat meningkat sampai 3 persen dalam sel otot dan, kadang-kadang
meningkat sampai 6 persen dalam sel hati. Namun, karbohidrat dalam bentuk glukosa terlarut selalu ditemukan
dalam cairan ekstrasel di sekitar sel sehingga siap tersedia
GAMBAR 2-1. Struktur sel seperti yang terlihat dengan mikroskop cahaya.

bagi sel. Sejumlah kecil karbohidrat juga selalu disimpan


di dalam sel dalam bentuk glikogen, yaitu suatu polimer
tak larut dari glukosa, yang dapat dipecah-pecah dan dapat
segera digunakan untuk menyuplai kebutuhan energi sel.

sedang bermitosis dan sebuah massa tubulus berfilamen

tipis dengan pola yang tak teratur dan menahan bagianbagian sitoplasma dan nukleoplasma agar tetap berada di
kompartemen keduanya masing-masing. Di ruang ekstra-

sel, protein yang berfibril terutama dijumpai pada serat


kolagen dan elastin jaringan ikat padat, dinding pembuluh
darah, tendon, ligamentum, dan sebagainya.
Protein fungsional merupakan jenis protein yang berbeda sepenuhnya, yang biasanya terdiri dari kombinasi
beberapa molekul dalam bentuk tubulus-globulus. Protein
jenis ini terutama merupakan enzim sel dan tidak seperti
protein berfibril, protein fungsional sering berpindah-pindah dalam cairan sel. Banyak juga protein tersebut yang

melekat pada struktur bermembran dalam sel. Enzim


berhubungan langsung dengan zat lain dalam cairan sel
dan dengan demikian, membantu terjadinya reaksi-reak-

si kimia intrasel yang spesifik. Contohnya, reaksi kimia


yang memecah glukosa menjadi komponen penyusunnya dan kemudian menggabungkan komponen tersebut
dengan oksigen untuk membentuk karbon dioksida dan
air, yang.secara bersamaan menghasilkan energi yang
diperlukan untuk fungsi sel, semuanya diperantarai oleh
serangkaian enzim.

[ipid. Lipid terdiri dari beberapa jenis zatyang dikelompokkan secara bersama-sama karena sifat umum zattersebut yang larut dalam pelarut lemak. Lipid yang penting
terutama adalah fosfolipid dan kolesterol, yang bersamasama berjumlah hairya sekitar 2 persen dari total massa
sel. Sifat fosfolipid dan kolesterol adalah bahwa keduanya terutama tidak larut dalam air. Oleh karena itu, kedua
zat tersebut berguna untuk membentuk membran sel dan
sawar membran intrasel yang memisahkan berbagai kompartemen sel.
' Selain fosfolipid dan kolesterol, beberapa sel mengandung trigliserida dalamjumlah besar, yang juga disebut
sebagai lemak netral. Dalam sel lemak, kadar trigliserida
dapat mencapai 95 persen massa sel. Lemak yang tersimpan dalam sel tersebut berperan sebagai gudang penyimpanan utama energi tubuh-menghasilkan zat nutrisi yang
dapat dilarutkan kemudian dan digunakan untuk menyediakan energi di bagian tubuh manapun yang membutuhkannya.

Struktur Fisik Sel


Sel tidak hanya rnerupakan suatu kantung yang berisi
cairan, enzim, dan zat kimia; sel juga mengandung struktur-struktur fisik yang sangat terorganisasi, yang disebut
organel intrasel. Setiap organel tersebut sama pentingnya
dengan zatkimia dalam sel untuk fungsi sel. Contohnya,
bila salah satu organel tidak ada, yaitu mitokondria, maka
lebih dari 95 persen pelepasan energi yang berasal dari
zat-zat nutrisi akan segera berhenti. Organel-organel terpenting dan struktur sel lain dituniukkan dalam Gambar
aa

Struktur Bermembran di Sel


Sebagian besar organel sel dilapisi oleh membran yang
terutama tersusun dari lipid dan protein. Membran ini
meliputi membran sel, membran nukleus, membran retikulum endoplasmq, membran mitoko,ndria, lisosom, dan
aparatus Golgi.
Lipid pada membran membentuk suatu sawar yang
menghambat pergerakan air dan zat larut-air dari satu
kompartemen sel ke kompartemen yang lain karena sifat
air yang tak larut dalam lemak. Namun, molekul protein
di dalam membran seringkali dapat menembus membran
sepenuhnya, melalui suatujalur khusus yang sering tersusun menjadi semacam pori-pori, sebagai lintasan untuk
zat-zat tertentu yang akan melalui membran. Banyak juga
protein membran lain berperan sebagai enzim yang dapat
mengkatalisis sejumlah besar reaksi kimia yang berbedabeda, yang dibahas dalam bab ini dan bab-bab berikutnya.

Membran Sel
Membran sel (disebutjugamembran plasma), yang menyelubungi sel, adalah suatu struktur yang elastis, fleksibel,
tipis dengan ketebalan hanya 7,5 sampai 10 nanometer.
Membran sel hampir seluruhnya tersusun dari protein dan
lipid. Perkiraan komposisinya adalah: protein, 55 persen;
fosfolipid, 25 persen; kolesterol, 13 persen; lipid lain, 4
persen; dan karbohidrat, 3 persen.

BAB

Sel dan Fungsinya

13
Kromosom dan DNA

Sentriol

Granula
sekretoris

Aparatus
Golgi

Mikrotubulus

Glikogen
Ribosom
Lisosom

GAMBAR 2-2. Rekonltruksi suatu sel yang


khas, menunjukkan organel interna di dalam
sitoplasma dan di da-

Retikulum
endoplasma
bergranula

lam nukleus.

Retikulum
endoplasma
halus
(agranula)

Mikrofilamen

Sqwqr Lipid Membrqn Sel Menghombot Mosuknyq Air. Gambar 2-3 memperlihatkan struktur membran sel. Struktur dasarnya adalah sebuah tapisan lipid

berhubungan dengan cairan intrasel dan sisi luar yang

ganda, yang merupakan lapisan tipis, sebanyak dua buah


lapisan lipid-setiap lapisan memiliki ketebalan hanya
satu molekul-yang terbentang di seluruh permukaan sel.
Malekul protein globulus yang besar tersebar di lapisan
lipid tersebut
Struktur dasar lapisari lipid ganda dibentuk oleh mo-

permeabel terhadap zat yarrg biasanya lartit dalam air,


seperti ion, glukosa, dan urea. Sebaliknya, zatyanglarut
dalam lemak seperti oksigen, karbon dioksida dan alkohol, dapat dengan mudah menembus bagian membran

lekul-molekul fosfolipid. Salah satu gugus dari setiap


molekul fosfolipid tersebut larut dalam air; disebut hidro-

juga merupakan lipid karena inti steroidnya sangat mudah


larut dalam lemak. Molekul ini larut dalam kedua perrnukaan membran. Molekul kolesterol terutama membantu
menentukan derajat permeabi litas (atau impermeabilitas)

Gagus satunya lagi hanya larut dalam lemak, disebut


hidrofobik. Gugus fosfat dari fosfolipid bersifat hidrofilik,
dan gugus asam lemaknya bersifat hidrofobik.
Karena gugus hidrofobik molekul fosfolipid tersebut
menjauhi molekul air, sedangkan antara satu gugus hiro-

filik.

fobik di lapisan lipid yang pertama dan gugus hidrofobik


di lapisan yang kedua saling tarik menarik, maka kedua
lapis gugus hidrofobik tersebut memiliki kecenderungan
untuk saling bertemu di bagian tengah membran, seperti
yang tampak dalam Gambar 2-3. Dengan demikian, gugus
fosfat yang bersifat hidrofilik membentuk dua permukaan
membran sel yang utuh, yaitu sisi dalam membran yang

berhubungan dengan cakan ekstrasel.


Lapisan lipid di bagian tengah membran bersiiat im-

tersebut.

Molekul kolesterol pada membran sel

sebenarnya

kedua lapisan membran terhadap bahan larut-air dari cairan tubuh. Kolesterol ini juga mengatur banyak sifat cair
(fluidity) membran.

Prolein Membron Sel. Gambar 2-3 memperlihatkan


massa globulus yang mengapung dalam lapisan lipid ganda. Massa ini merupakan protein membran, yang sebagian

besar merupakan glikoprotein. Terdapat dua jenis protein


membran yait:u: protein integral yang menembus membran sepenuhnya dan protein perifer yang hanya melekat

14

UNIT

Introduksi Terhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

Karbohidrat

Fr

r..
t

Lapisan /
ganda /

Lipid

Protein
perifer

Cairan intrasel

GAMBAR 2-3. Struktur


membran sel, ntemperlihatkan bahwa membran
sel merupakan lapisan lipid
ganda yang terutama terdiri
atas malekul fosfolipid, namun juga disertai sejumlah
besar molekul protein yang
menembus lapisan tersebut. Sebagian Karbohidrut
juga melekat pada molekul

protein pada bagian luar


membran dan malekui protein di bagian dalam. (Dikutip dari Lodish HF, Roth-

man JE: The assembly of


cell membranes. Sci. Am.,

240:48, 1979.

Copyright

George V. Kevtn.)

pada satu sisi atau perrnukaan membran dan tidak menembus membran sepenuhnya.

Banyak protein integral yang berperan sebagai kanal


struktural (atau pori-pori) yang dapat dilewati oleh molekul air dan zat larut-air, khususnya ion, yang dapat berdifusi antara cairan ekstrasel dan cairan intrasel. Kanal protein ini juga memiliki kemampuan memilih zatyang akan
lewat sehingga memungkinkan zat tertentu lebih mudah
berdifusi daripada zaL lain.
Protein integral lain berfungsi sebagai protein pengangkut (carrier) untuk membawa zat yang jika tidak
diangkut, tidak akan bisa menembus lapisan lipid ganda.
Kadang-kadang terjadi pengangkutan zat-zat ke arah yang
berlawanan dengan arah difusi yang seharusnya, yang disebut "transpor akiif." Protein integral iaimya berperan

sarana penyampaian informasi mengenai lingl<ungan di


luar sel ke dalam sel.

Moiekrrl protein perifer seringkali meiekat

pada

protein inteeral. Protein perifer ini liampir sepenuhnya


berfungsi sebagai enzim atau sebagai pengatur lalu-lintas
zat y ailg melaiui p ot, i-p ori membran sel.

Korbohidrct Mernbron-"Glikokqliks" $el. Karbohidrat membran hampir selalu terdapat dalam bentuk
kombinasi dengan protein atau lipid sebagai moiekul
giil"oprotein atau glikolipid. Pada kenyataannya, sebagian besar prorein integral merupakan glikoprotein, dan

sebagai enzim.

kira-kira sepersepuluh molekul-molekul lipici membran


merupakan glikolipid. Gugus "glil<o" dari molekul tersebut hampir selalu menonjol keiuar dari sei, yang teruntai
bebas ke aralt luar dari permukaan sel. Banyak senyawa

Protein integral membran juga dapat berperan sebagai reseptor untuk zat kimia yang larut-air seperti hormon peptida yang tak dapat menembus membran sel
dengan mudah. Interaksi reseptor dengan /lgar spesifik
yang menempel pada reseptor, mengakibatkan perubahan
bentuk protein reseptor. Hal tersebut selanjutnya mengaktivasi bagian dalam protein integral atau menginduksi terjadinya interaksi antara reseptor dan protein yang
terdapat dalam sitoplasma, yang berperan sebagai secand
messenger. Oleh karena itu, sinyal dapat diteruskan dari
bagian luar reseptor ke dalam sel. Dalam hal ini, protein
integral yang tersebar di membran sel berfungsi sebagai

karbohidrat lain, yang dtsebut proteoglikan-yang secara


khusus merupakan zat karbohidrat yang terikat pada inti
prctei- kecil-juga teruntai bebas dari permukaan luar
sel,.Ja'i, seluruh pemukaan luar sel tersebut seringkali
dilapisi oleh suatu selubung karbohidrat longgar yang
rlisebut glikokaliks.
Bagian karbohidrat yang melekat di permukaan iuar
sel ruempunyai beberapa fungsi penting: (1) Banyak
ka'bohidrat tersebut bennuatan listrik negatil yang menyebabkan sebagian besar sel mempunyai suatu muatan
keseluruhan permukaan sei yang negatif sehingga dapat
menolak benda-benda bermuatan negatif yang iain. (2)

BAB

Sel dan Fungsinya

15

Glikokaliks dari beberapa sel melekat pada glikokaliks


sel yang lain, sehingga sel dapat saling melekat satu sama
lain, (3) Banyak karbohidrat yang berperan sebagai resep-

lor untuk mengikat hormon, sepefti insulin; begitu insulin


terikat pada reseptor tersebut, protein interna yang terdapat di sel menjadi aktif dan selanjutnya mengaktivasi
serangkaian enzim intrasel. (4) Beberapa karbohidrat juga
akan ikut dalam reaksi kekebalan, yatg akan dibahas di
Bab 34.

Sitoplasma dan Organelnya


Sitoplasma dipenuhi oleh partikel dan organel berukuran
besar dan kecil yang tersebar. Bagian cair yang bening
dari sitoplasma yang merupakan tempat partikel tersebut
tersebar disebut sitosol; sitosol temtama mengandung
protein, eiekholit; dan glukosa yang terlarut.
Di dalam sitoplasma tersebar lemak netral berbentuk globulus, granula giikogen, ribosom, vesikel sekretoris, dan lima
macam organel yang sangat penting: retikulum endoplasma,
ap ar afi$ G olgi, m it okondr i a, lis os om, dan peroks is om.

Retikulum Endoplasma
Gambar 2-2 memperlihatkan suatu jaringan berbentuk
tubulus dan struktur vesikel gepeng dalam sitoplasma
yang disebut sebagai retikulum endoplasma. Tubulus dan
vesikel ini saling berhubungan satu sama lain. Dinding
retikulum juga terbentuk dari membran berlapis lipid ganda yang terdiri atas sejumlah besar protein, mirip dengan
membran sel. Luas permukaan struktur ini pada beberapa
sel-misalnya, sel hati-dapat mencapai 30 sampai 40

kali luas permukaan membran sel.


Strukfur rinci dari satu bagian kecil retikulum endoplasma diperlihatkan pada Gambar 2-4. Ruang yang terdapat di dalam tubulus dan vesikel terisi dengan matriks
endoplasma, suatu media cair yang berbeda dengan cairan
dalam sitosol yang berada di luar retikulum endoplasma.
Mikrograf elektron menunjukkan bahwa ruang di dalam
retikulum endoplasma berhubungan dengan ruang yang
terletak di antara dua lapisan membran dpri membran
nukleus.
Zat-zat yang dibentuk pada beberapa bagian sel akan

memasuki ruang retiKrilurn endoplasma dan kemudian


akan disalurkan ke kompartemen lain di sel. Seiain itu, dae-

rah permukaan retikulum yang luas dan berbagai sistem


enzim yang melekat pada membrannya merupakan struktur yang berperan utama dalam fungsi metabolisme sel.

Ribosom don Relikulum Endoplqsmq Bergtonulo. Di banyak bagian retikuium endoplasma pada
permukaan luarnya, melekat sejumlah besar partikel gra-

nula kecil yang disebut ribosom. Bagian retikulum tempat ribosom ini melekat, disebut retikulum endoplasma
bergr'anu'la. Ribosom terdiri atas campuran dari RNA dan
protein, dan berfungsi untuk menyintesis molekul protein
baru di dalam sel, yang akan dibahas kemudian dalam bab
ini dan di Bab 3.

GAMBAR 2-4, Struktur retikulum endoplasma. (Dimodifikasi dari


DeRobertis EDP, Saez FA, and De Robertis EMF: Cell Biology.
.6th ed. Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1975.)

Retikulum Endoplosmo Agronulo. Sebagian retikulum endoplasma tidak dilekati oleh ribosom. Bagian

ini disebut sebagai retikulum endoplasma agranula atau


ftalr.rs.

Retikulum agranula ini berfungsi dalam sintesis zat

lipid dan berperan dalam proses sel lain yang diperantarai


enzim yang berada di dalam retikulum.

Aparatus Golgi
Aparatus Golgi, seperti yang tampak dalam Gambar 2-5,
erat hubungannya dengan retikulum endoplasma. Aparatus Golgi memiliki mernbran yang mirip dengan membran

retikulum endoplasma agranula. Aparatus Goigi biasanya


terdiri atas empat atau iebih lapisan vesikel yang tertutup,
gepeng dan tipis yang tersusun menurnpuk serta terletak
dekat dengan salah satu sisi nukleus. Aparatus ini penting
pada sel sekretoris; karena aparatus tersebut terletak di
sisi sel tempat zat sekretorik akan dikeluarkan.
Agar dapat berfungsi, apatus Golgi bekerja sama de-

ngan retikulum endoplasma. Seperli yang diperlihatkan


dalam Gambar 2-5, "vesikel transpor" kecil, (disebut juga
vesikel retikulum endoplasma atau secara singkat disebut
sebagai vesikel RQ, secara berulang-ulang dilepas dari
retikulum endoplasma dan segera setelah itu bergabung
dengan aparatus Golgi. Dengan cara demikian, zat yang
terperangkap dalam vesikel RE diangkut dari retikulum
endoplasma ke aparatus Colgi. Zatyang diangkut tersebut
seianjutnya diproses dalam aparatus Golgi untuk membentuk lisosom, vesikel sekretoris, dan komponen sitoplasma
lainnya yang akan dibicarakan nanti dalam bab ini.

Lisosom
Lisosom, seperti yang tampak dalam Gambar 2-2, adalah
organel berbentuk vesikel yang terbentuk dari beberapa
bagian aparatus Golgi yang lepas dan kemudian menye-

16

UNIT

lntroduksi Terhadap Fisiologi: Fisiotogi Sel dan lJmum

Aparatus
Golgi
Vesikel RE

GAMBAR 2-6. Granula sekretoris (vesiket sekretoris) dalam selsel asini pankreas.

Membran luar

GAMBAR 2-5, Sebuah aparatus Golgi yang khas dan hubungannya dengan retikulum endoplasma (RE) dan nukleus.

bar ke seluruh sitoplasma. Lisosom ini membentuk sistem

pencernadn intrasel yang memungkinkan


mencema

sel

untuk

(l)

struktur sel yang rusak, (2) partikel makanan


yang telah dicerna sel, dan (3) zat yang ridak diinginkan
seperti bakteri. Lisosom agak berbeda dalam berbagaijenis sel, tetapi biasanya berdiameter antara250 sampai 750
nanometer. Lisosom dikelilingi oleh membran lipid ganda yang khusus dan terisi dengan sejumlah besar granula
berukuran kecil yang berdiameter 5 sampai 8 nanometer,
yang merupakan agregat protein yang terdiri dari 40 jenis
enzim hidrolase (pencernaan). Enzim hidrolitik tersebut
mampu memecahkan senyawa organik menjadi dua bagian atau lebih dengan cara menggabungkan ion hidrogen
(H.) yang berasal dari molekul air dengan satu bagian

senyawa tersebut, dan menggabungkan gugus hidroksi

(OHl dari molekul air dengan bagian lain senyawa

tadi.

Contohnya, protein dihidrolisis untuk membentuk asam


amino, glikogen dihidrolisis untuk membentuk glukosa,
dan lipid dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol.
Biasanya, membran yang menyelubungi lisosom akan
mencegah enzim hidrolitik berhubungan dengan zat l,ain
di dalam sel dan dengan demikian, mencegah kerja pencernaannya. Namun, pada beberapa keadaan tertentu,
membran beberapa-lisosom dapat pecah, sehingga memungkinkan pelepasan enzim pencemaan. Enzim tersebut kemudian akan memecahkan zat organik menjadi zat
yang lebih kecil dan sangat mudah berdifusi, misalnya
asam amino dan glukosa. Berbagai fungsi lisosom yang
lebih spesifik akan dibahas kemudian dalam bab ini.

Peroksisom
Peroksisom berbentuk mirip dengan lisosom, tetapi berbeda dalam dua hal penting: Pertama, peroksisom diyakini
terbentuk dengan cara mereplikasi-diri (atau mungkin berasal dari bagian retikulum endoplasma halus yang lepas)
dan bukan dibentuk oleh aparatus Golgi. Kedua, peroksisom mengandung oksidase dan bukan hidrolase. Beberapa oksidase mampu menggabungkan oksigen dengan ion

Rongga luar
GAMBAR 2-7. Struktur sebuah mitokondria. (Dimodifikasi dari De
Robertis EDP, Saez FA, dan De Roberlis EMF: Cett Biotogy, 6th
ed. Philadelphia: W.B. Saunders, 1975.)

hidrogen yang berasal dari berbagai zat kimia intrasel


untuk membentuk hidrogen peroksida (HrOr). Hidrogen
peroksida adalah suatu zatyang sangat mudah mengoksidasi zat lain, dan dapat beke4asama dengan katalase,
suatu enzim oksidase lain yang ditemukan dalam jumlah
besar di dalam peroksisom, untuk mengoksidasi banyak
zat yang bila tidak dioksidasi, akan menjadi racun bagi
sel. Contoh, kira-kira setengah dari jumlah alkohol yang
diminum seseorang, akan didetoksifikasi oleh peroksisorn
sel hati dengan cara ini.

Vesikel sekretoris
Salah safu fungsi penting dari banyak sel adalah sekresi
zat-zat kimia khusus. Hampir semua zat sekretoris diben-

tuk oleh sistem retikulum endoplasma-aparatus Golgi


dan kemudian dilepa5kan dari aparatus Golgi ke dalam
sitoplasma dalam bentuk vesikei penyimpanan, yang
disebut vesikel sekretoris atau granula sekretoris. Gambar
2-6 memperlihatkan vesikel sekretoris yang khas dalam
sel asini pankreas; vesikel ini menyimpan proenzim protein (enzim yang belum aktif). proenzim kemudian akan
disekresikan melalui membran sel bagian luar, masuk ke
dalam duktus pankreatikus dan dari tempat teisebut, masuk ke dalam duodenum, di mana proenzim akan menjadi aktif dan rrelakukan fungsi pencernaannya terhadap
makanan yang berada dalam saluran pencernaan.

BAB

Sel dan Fungsinya

17

Mitokondria
Seperti yang terlihat pada Gambar 2-2 dan 2-7, mitokon-

dria disebut sebagai "gudang energi" ("powerhouses")


sel. Tanpa mitokondria, sel tidak akan dapat memperoleh
energi yang cukup dari bahan makanan, dan semua fungsi
sel akan berhenti.
Mitokondria terdapat di semua bagian dari setiap sitoplasma sel, tetapi jumlah total per sel sangat bervariasi,
mulai kurang dari serafus sampai beberapa ribu, tergantung jumlah energi yang dibutuhkan oleh masing-masing
sel. Selanjutnya, mitokondria terkonsentrasi di bagian sel

yang berperan besar terhadap metabolisme energi sel.


Ukuran dan bentuk mitokondria juga beryariasi. Beberapa
mitokondria berdiameter hanya beberapa ratus nanometer dan berbenfuk globulus, sedangkan mitokondria lain

bentuknya memanjang-berdiameter

mikrometer dan

panjangnya 7 mikrometer; sisanya bercabang-cabang dan


berbentuk filamen.
Struktur dasar mitokondria, seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 2-7, terutama terdiri atas dua lapis membran lipid ganda-protein: sebuah membran luar dan sebuah membran dalann. Banyak lipatan membran dalam
yang membenluk rak-rak (shelves), yang merupakan
tempat perlekatan enzim oksidatif. Selain itu, rongga ba-

gian dalam mitokondria juga dipenuhi dengan rhatriks


yang mengandung sejumlah besar enzim terlarut, yang
dibutuhkan untuk mendapatkan energi dari bahan makanan. Enzim-enzim ini bekerja sama dengan enzim-enzim
oksidatif yang berada pada rak untuk mengoksidasi zat

makanan, yang dengan cara demikian, akan terbentuk


karbon dioksida dan air serta pelepasan energi pada saat
yang sama. Energi yang dilepaskan tersebut digunakan
untuk menyintesis suatu zat "bercnergi-tinggi" yang disebut adenosin trifosfat @fP) ATP kemudian diangkut
keluar dari mitokondria, dan berdifusi ke seluruh bagian
sel untuk memberikan energinya di mana saja energi tersebut dibutuhkan untuk menjalankan fungsi sel. Rincian
reaksi kimia pembentukan ATP oleh mitokondria dibahas
dafam Bab 67,tetapi beberapa fungsi dasar ATP dalam sel
dibahas kemudian dalam bab ini.
Mitokondria dapat mereplikasi-diri, yang berarti satu
mitokondria dapat membentuk mitokondria yang kedua,
yang ketiga, dan seterusnya, bilamana sel perlu untuk menambah jumlah ATP. \{itokondria memang mem iliki DNA
yang mirip dengan DNA yang ditemukan dalam nukleus.
Di Bab 3, kita akan mengetahui bahwa DNA merupakan
bahan kimia dasar nukleus yang mengatur replikasi sel.
DNA mitokondria memainkan peran serupa, yang akan
mengatur replikasi mitokondria itu sendiri.

Struktur Filamen dan Tubulus Sel


Protein berfibril dari sel biasanya tersusun sebagai filamen
atau tubulus. Protein tersebut merupakan molekul protein
prekursor yang disintesis oleh ribosom dalam sitoplasma.

Molekul prekursor tersebut selanjutnya berpolimerisasi


membentukf lamen. Contohnya, sejurnlah besar filamen
aktin yang sering terdapat di area luar sitoplasma yang
disebut ektoplasma, membentuk struktur penunjang yang

GAMBAR 2-8. Mikrotubulus yang diambil dari ftagela sebuah


sperma. (Diambil dari Walstenholme GEW, O'Connor M, and The
publisher, JA Churchill, 1967. Figure 4, page 314. Copyright the
Novartis Foundation formerly the Ciba Foundation.)

elastis bagi membran sel. Dalam sei otot, filamen aktin


dan miosin juga tersusun menjadi suatu mesin kontraktil
khusus yang merupakan dasar timbulnya kontraksi otot,
yang akan dibahas secara rinci di Bab 6.
Suatu jenis khusus dari filamen kaku yang tersusun
dari molekul tubulin yang berpolimer, berguna di semua
sel untuk membentuk struktur tubulus yang sangat kuat,
yaitu mikrotubulus. Gambar 2-$ memperlihatkan mikrotubulus khas yang diambil dari flagela sebuah sperrna.
Contoh lain dari mikrotubulus adalah struktur rangka
tubulus di bagian tengah setiap silia yang tersusun radier
ke atas mulai dari sitoplasma sei sampai ke ujung silia.

Struktur ini akan dibahas kemudian dalam bab ini, dan


ditunjukkan dalam Gambar 2-17. Sentriol dan gelendong
mitosis dari sebuah sel yang sedang bermitosis, keduanya
juga tersusun dari mikrotubulus yang kaku.
Jadi, fungsi utama mikrotubulus adalah berperan sebagai sitoskeleton, yang merupakan struktur penunjang
yang kaku untuk bagian tertentrr sel.

Nukleus
Nukleus merupakan pusat pengaturan sel. Secara singkat,
nukleus mengandung sejumlah besar DNA, yang merupakan gen. Gen tersebut menentukan karakteristik protein
sel, termasuk protein struktural, dan enzim intrasel yang
mengontrol aktivitas sitopLasma dan nukleus"
Gen juga mengatur dan memulai proses reproduksi sel
itu sendiri. Gen tersebut pertama-tama akan bereproduksi
untuk membentuk dua unit gen yang identik, kemudian
sel akan membelah diri melalui proses khusus yang disebut mitosis untuk membentuk dua sei anak, yang masingmasing menerima satu dari dua unit gen DNA yang terbentuk tadi. Semua aktivitas nukleus ini dibahas secara
rinci di bab berikutnya.
Sangat disayangkan, nukleus yang tampak dengan
menggunakan mikroskop cahaya tidak dapat memberikan
banyak petunjuk mengenai mekanisme nukleus dalam hal
pengaturan sel. Gambar 2-9 memperlihatkan sebuah nu-

18

UNIT

Pori-pori

lntroduksi Terhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

Nukleoplasma
Retikulum
endoplasma

Nukleolus

Selubung NukleusMembran luar


dan dalam
Materi kromatin (DNA)

an ribosom dalam sitoplasma di luar nukleus) berawal di


nukleus. Perlama-tama, gen DNA yang spesifik dalam
kromosom menyebabkan diproduksinya RNA. Beberapa
RNA yang diproduksi tersebut disimpan daiam nukleoli, tetapi kebanyakan diangkut ke luar melalui pori-pori
nukleus ke dalam sitoplasma. Dalam sitoplasma, RNA
bersama-sama dengan protein yang spesifik, digunakan
untuk membentuk ribosom yang "matang" yang berperan
penting pada pembentukan protein sitoplasma, yang akan
dibahas lebih lengkap di Bab 3.

Sitoplasma

GAMBAR 2-9. Struktur nukleus.

kleus dalam fase interfase (periode di antara dua mitosis)


dengan menggunakan mikroskop cahaya, yang memperlihatkan materi kromatin berwarna gelap di seluruh bagian
nukleoplasma. Selama mitosis, materi kromatin tersusun
dalam bentuk struktur yang lebih kompleks yaitu kromosom, yangdapat dilihat dengan mudah dengan menggunakan mikroskop cahaya, seperti yang diilustrasikan di bab
berikutnya.

Membran Nukleus
Membran nukleus, yang juga disebut selubung nukleus,
sebenarnya merupakan dua lapis membran yang terpisah,

yakni satu membran terdapat di dalam membran yang


lain. Membran luar terhubung dengan retikulum endoplasma yang berada di sitoplasma sel, dan ruangan antar
kedua membran nukleus juga terhubung dengan ruangan
di dalam retikulum endoplasma, seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 2-9.
Membran nukleus terseblt ditembus oleh ribuanporlpori nukleus. Kompleks molekul protein yang besar menempel di tepi pori-pori tersebut sehingga bagian pusat
dari setiap pori hanya berdiameter kira-kira 9 nanometer.
Walaupun demikian, ukuran ini cukup besar untuk me-

Perbandingan Sel Hewani


dengan Bentuk-Bentuk
Kehidupan sebelum
Terbentuknya Sel
Banyak dari kita yang berpikir bahwa sel merupakan
tingkat kehidupan yang paling rendah. Tetapi, sel merupakan organisme yang sangat kompleks, yang membutuhkan beratus-ratus juta tahun untuk berkembang dari bentuk kehidupan yang paling awal, yaitu suatu organisme
yang mirip dengan virus saat-ini, yang muncul pertama
kali di bumi. Gambar 2-10 memperlihatkan ukuran relatif

dari (1) virus terkecil yang diketahui, (2) virus besar, (3)
rickettsia, (4) bakteri, dan (5) sel bernukleus yang berarti
bahwa sel tersebut mempunyai diameter kira-kira 1000
kali lebih besar dari virus terkecil dan oleh karena itu,
mempunyai volume kira-kira 1 milyar kali lebih besar dari
virus terkecil. Dalam hal ini, fungsi dan susunan anatomi
sel juga jauh lebih kompleks dari virus-virus tersebut.
Unsur pokok yang menjaga kehidupan virus kecil
tersebut adalah asam nukleatyatgtersimpan di dalam selubung protein. Asam nukleat ini terdiri atas bahan dasar
asam nukleat (DNA atau RNA) yang sama dengan bahan
dasar yang ditemukan dalam sel mamalia, dan mampu
untuk memperbanyak dirinya sendiri dalam kondisi yang
sesuai. Jadi, virus memperbanyak keturunannya dari gene-

d$

mungkinkan molekul dengan berat sampai 44.000 berat molekul, dapat-levat dengan kemudahan yang dapat

dijelaskan.

ffi

15 nm

Mrus kecil

1sonm-Mrusbesar
350 nm

Rickettsia

Nukleoli dan
Pembentukan Ribosom
Nukleus dari kebanyakan sel memiliki satu atau lebih
struktur yang sangat mudah menyerap zat wama disebut

nukleoli. Nukleolus, tidak seperti organel lainnya yang


dibahas dalam bab ini, tidak memiliki sebuah membran
pembatas. Di pihak lain, nukleoli hanya merupakan suatu
kumpulan yang mengandung sejumlah besar RNA dan
protein yang berjenis sama dengan protein ribosom. Nukleoius dapat membesar bila sebuah sel secara aktif menyintesis protein. Pembentukan nukleoli (dan pembentuk-

GAMBAR 2-10. Perbandingan ukuran organisme sebelum terbentuknya sel dengan ukuran rata-rata sel yang terdapat dalam
tubuh manusia.

BAB

Sel dan Fungsinya

rasi ke generasi dan dalam hal ini, virus adalah suatu


struktur hidup yang pada hakekatnya sama dengan sel dan
manusia yang juga merupakan struktur hidup.
Saat kehidupan mengalami evolusi, bahan-bahan
kimia selain asam nukleat dan protein sederhana menjadi
bagian yang tak bisa dipisahkan dari organisme tersebut,

dan fungsi-fungsi khusus mulai berkembang di bagian


yang berbeda dari virus. Sebuah membran terbentuk di
sekeliling virus, dan di dalam membran, timbul matriks
yang cair. Bahan kimia terlentu berkembang di dalam
matriks yang berhrjuan untuk menjalankan fungsi khusus;
banyak enzim protein yang mampu mengkatalisis reaksi
kimia bermunculan dan dengan demikian, menentukan
aktivitas organisme tersebut.
Pada bentuk kehidupan tahap berikutnya, khususnya
pada tingkat rickettsia dan bakteri, organel-organel mulai terbentuk dalam organisme tersebut, yang merupakan
stmktur nyata dari agregat bahan kimia dan menjalankan
fungsinya dengan cara yang lebih efisien dibandingkan
dengan hasil yang dapat dicapai oleh bahan kimia yang
tersebar dalam matriks yang cair.
Pada bentuk kehidupan tahap akhir, yaitu sel bernukleus, organel yang lebih kompleks mulai terbentuk, dan
yang terpenting di antaranyaadalah terbenfuknya nukleus
itu sendiri. Adanya nukleus membedakan jenis sel tersebut
dari semua bentuk kehidupan yang lebih sederhana; nukleus tersebut merupakan pusat pengatur semua aktivitas
sel, dan juga mengatur pengembangbiakan dari generasi
sel lama ke generasi sel baru, sehingga setiap sel mempu-

nyai struktur yang hampir sama dengan sel induknya.

Sistem Fungsional Sel


Dalam sisa bab ini, kita akan membahas beberapa sistem
fungsional yang representatifdari sel yang menjadikan sel
sebagai organisme hidup.

Pengambilan Makanan
oleh Sel-Endositosis
Agar suatu sel dapat hidup, tumbuh, dan berkembang
biak, sel harus memperoleh zat makanan dan zat lainnya
dari cairan di sekitamya. Kebanyakan zat melewati membran sel melalui difu{i'dan transpor aktif.
Difusi merupakan gerakan. sederhana menembus
membran yang disebabkan gerakan acak molekul zat
tersebut; zat dapat lewat baik melalui pori-pori membran
sel maupun melalui matriks lipid membran bila zat tersebut larut-lipid.
'iianspor aktif merupakan proses pengangkutan zat
yang melalui membran oleh suatu struktur protein yang
dapat menembus membran sepenuhnya. Mekanisme
transpor aktif akan dibahas secara rinci di Bab 4 karena
mekanisme tersebut sangat penting bagi fungsi sel.
Partikel yang sangat besar dapat memasuki sel karena
adanya suatu fungsikhusus dari membran sel yang disebut
ei ndo t U o t rt. Bentuk utama endositosis adalah p ino s it o s is
dan fagositosri. Pinositosis berarti pencernaan partikel

19

berukuran kecil, yang membentuk vesikel yang berisi


cairan ekstrasel dan bahan partikel di dalam sitoplasma.
Fagositosis berarti pencernaan partikel yang berukuran
sangat besar, seperti bakteri, sel utuh, atau bagianjaringan
yang berdegenerasi.

Pinosilosis. Pada sebagian besar sel, pinositosis secara berulang-ulang terjadi pada membran sel tetapi pada
beberapa sel, terjadi lebih cepat. Contohnya, pinositosis
terjadi sangat cepat pada makrofag sehingga kira-kira 3
persen dari seluruh membran makrofag akan menggelembung dalam bentuk vesikel setiap menit. Meskipun de-

mikian, vesikel pinositotik sangat kecil-biasanya hanya


berdiameter 100 sampai 200 nanometer-sehingga sebagian besar vesikel pinositotik hanya dapat dilihat dengan
mikroskop elektron.
Pinositosis merupakan satu-satunya cara yang dapat
dipergunakan oleh sebagian besar makromolekul besar
seperti kebanyakan molekul protein, untuk dapat memasuki sel. Pada kenyataannya, kecepatan pembentukan vesikel pinositotik biasanya meningkat saat makromolekul
tersebut menyentuh membran sel.
Gambar 2-11 memperlihatkan langkah-langkah pinositosis secara berurutan, yang menunjukkan tiga molekul
protein yang melekat pada membran. Molekul-molekul
ini biasanya melekat pada reseptor khusus pada permukaan membran, yang spesifik untuk jenis protein yang
akan diabsorbsi. Reseptor biasanya terkonsentrasi dalam cekungan kecil pada permukaan luar membran sel,
disebut cekttngan berselubung atau coated pits. Dalam
membran sel, di bawah cekungan tersebut terdapat suatu
jala-jala protein berfibril, yang disebut klatrin, dan protein lain, yang mungkin mencakup fllamen kontraklil aktin
dan miosin. Begitu molekul protein berikatan dengan reseptor, sifat permukaan membran tempat reseptor tersebut
berada, berubah sedemikian rupa sehingga seluruh bagian
cekungan berinvaginasi ke dalam dan protein berfibril di
sekitar cekungan yang berinvaginasi itu akan menyebabkan tepi-tepi cekungan saling bertemu dan menyelubungi
semua protein yang melekat dan sejumlah kecil cairan ekstrasel. Segera setelah itu, bagian yang berinvaginasi dari
membran memisahkan diri dari permukaan sel, dan membentuk sebuah vesikel pinositotik dalam sitoplasma sel.
Hal yang menyebabkan membran sel mengalami per-

ubahan yang diperlukan untuk membentuk vesikel pinositotik, masih menjadi sebuah misteri. Proses tersebut
membutuhkan energi dari dalam sel; energi ini disuplai
oleh ATP, suatu zat berenergi-tinggi yang akan dibahas
nanti dalam bab ini. Juga, proses ini membutuhkan tersedianya ion kalsium dalam cairan ekstrasel, yang diduga
bereaksi dengan filamen protein kontraktil yang terdapat
di bawah coated pits, yang akan menghasilkan tenaga untuk menjepit bagian membran dari vesikel sampai vesikel
tersebut lepas dari membran sel.

Fogositosis. Fagositosis berlangsung dengan cara yang


hampir sama dengan pinositosis kecuali bahwa fagositosis
melibatkan partikel berukuran besar dan bukan molekul.
Hanya sel tertentu yang memiliki kemampuan fagositosis,

20

UNIT

lntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

Protein

Jadi, sebuah vesikel pencernaan akan terbentuk dalam sitoplasma, yang di dalamnya terdapat hidrolase yang akan
menghidrolisis protein, karbohidrat, lipid dan zat lainny a

dalam vesikel. Hasil pencemaan berupa molekul kecil


asam amino, glukosa, fosfat, dan iain-lain yang dapat
berdifusi melalui membran vesikel ke dalam sitoplasma.
Yang tersisa dari vesikel pencernaan, disebut badan residu, merupakan zat y a\g tidak dapat tercema. Pada sebagian besar keadaan, badan residu ini akhimya diekskresikan
menembus membran sel melalui proses yang disebut eftsositosis, yang pada dasamya merupakan kebalikan dari
endositosis.
Jadi, vesikel pinositotik dan fagositik yang bergabung
dengan lisosom dapat disebut sebagai organ pencernaan
sel.
GAMBAR 2-11. Mekanisme pinositosis.

yang paling dikenal yaitu makrofag jaringan dan beberapa


sel darah putih.

Fagositosis bermula ketika suatu partikel seperti bakteri, sel mati, atau debrisjaringan berikatan dengan reseptor pada permukaan sel fagosit. Pada bakteri, setiap bakteri biasanya sudah terikat dengan antiLrodi yang spesifik,
dan antibodi inilah yang melekat pada reseptor fagosit,
dan membawa bakteri bersama dengan sel fagosit. Upaya
penengahan yang dilakukan antibodi ini disebut opsonisasl, yang akan dibahas di Bab 33 dan Bab 34.
Fagositosis terjadi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reseptor membran sel melekat pada permukaan


ligan partikel..

2. Tepi

membran yang mengelilingi tempat perlekatan mengalami evaginasi ke luar daiam waktu
beberapa detik untuk menyelubungi seluruh partikel; kemudian, secara bertahap lebih banyak lagi
reseptor membran yang melekat pada ligan parlikel. Semua proses ini terjadi tiba-tiba dengan cara
mirip-ritsleting untuk membentuk sebuah v es i kel
fagos itik yang tertutup.
3. Aktin dan fibril kontraktil lain dalam sitoplasma
meigeiilingi vesikel fagositik dan berkontraksi di
sekitar tepi iuar vesikel, yang mendorong vesikel
ke bagian dalarii sel.
4. Protein kontraktil kemudian akan menjepit bagian
vesikel yang menempel sampai benar-benar lepas
dari membran sel, dan mendorongnya ke bagian
dalam sel dengan carayang sama seperti pembenfukan vesikel pinositotik.

Proses Pencernaan Benda-Benda Asing


dalam Vesikel Pinositotik dan Fagositik
di dalam Sel-Fungsi Lisosom
Tak lama setelah vesikel pinositotik atau fagositik masuk'
ke dalam sel, satu lisasom atau lebih akan melekat pada
vesikel tersebut dan melepaskan hidrolase asam ke dalamnya, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2-12.

Regresi Joringon don Autolisis Sel. Jaringan rubuh sering beregresi menjadi ukuran yang lebih kecil.
Misalnya, regresi yang terjadi pada uterus setelah kehamilan, otot yang tak terpakai untuk waktu lama, dan kelenjar payudara pada akhir masa laktasi. Lisosom berperan besar dalam regresi tersebut. Mekanisme peningkatan
aktivitas lisosom yang disebabkan kurangnya aktivitas di
suatu jaringan, masih belum diketahui.
Peranan khusus lain dari lisosom adalah penghancuran sel yang rusak atau bagian sel yang rusak di jaringan.
Kerusakan sel-yang disebabkan panas, dingin, trauma,
bahan kimia, atau faktor-faktor lain*menyebabkan lisosom pecah. Hidrolase yang dilepaskan segera memulai
proses pencemaan zat organik di sekitarnya. Bila kerusakan sel yang terjadi sedikit, hanya sebagian dari sebuah sel utuh yang akan dicerna, diikuti dengan proses
perbaikan sel tersebut. Bila kerusakan yang terjadi berat,
keseluruhan sel akan dicerna, melalui sebuah proses yang

disebut autolisis. Dalam hal ini, sel dihancurkan seutuhnya, dan sebuah sel dari jenis yang sama biasanya akan
dibentuk melalui proses reproduksi mitosis dari sel yang
berdekatan untuk menggantikan sel yang sudah dihancurkan tersebut.

Lisosom juga mengandung bahan bakterisid yang


dapat membunuh bakteri yang sudah difagosit, sebelum

r..l;'.,.,,,3:-.

il'r,: til
:'I

Vesikel

qpw 'q..1

!J.i-9^
I

'

pinositotik atau
fagositik
yss;kg1

rencernaan

Y
Badan residu

GAMBAR 2-12. Pencemaan zat dalam vesikel pinositotik atau


vesikel fagositik oleh enzim yang dihasilkan dari lisosom.

BAB

Sel dan Fungsinya

bakteri tersebut menimbulkan kerusakan sel. Bahan ini


meiiputi (l) lisozim yang dapat melarutkan membran sel
bakteri; (2) lisoferin yang dapat mengikat besi dan zat
lain sebelum zat tersebut merangsang pertumbuhan bakteri; dan (3) asam dengan pH kira-kira 5,0, yang dapat
mengaktifkan hidrolase dan menginaktifkan sistem metabolisme bakteri.

Sintesis dan Pembentukan Struktur Sel


oleh Retikulum Endoplasma dan
Aparatus Golgi
Fungsi Spesifik Retikulum Endoplasma
Pada hakekatnya telah ditekankan mengenai luasnya
penyebaran retikulum endoplasma dan aparafus Golgi,
dalam sel-sel sekretorik. Struktur-struktur tersebut diben-

tuk terutama oleh membran lipid ganda yang mirip dengan membran sel, dan dindingnya terisi dengan enzim
protein yang akan mengkatalisis sintesis banyak zat yang
diperlukan sel.
Kebanyakan proses sintesis berawal di retikulum endoplasma. Bahan yang dihasilkan di retikulum tersebut
selanjutnya akan masuk ke aparatus Golgi untuk mengalami proses lebih lanjut sebelum dilepaskan ke dalam
sitoplasma. Tetapi pertama-tama, marilah kita perhatikan
produk-produk spesiflk yang disintesis pada bagian tertentu di retikulum endoplasma dan aparatus Golgi.

Prolein Dibentuk oleh Retikulum Endoplosmo


Bergronulo. Retikulum endoplasma bergranula ditandai oleh sejumlah besar ribosom yang melekat pada permukaan luar membran retikulum. Seperti yang akan kita
bahas di Bab 3, molekul protein disintesis dalam struktur
ribosom. Ribosom mengeluarkan beberapa molekul protein yang disintesis langsung ke dalam sitosol, tetapi ribosom juga mengeluarkan lebih banyak lagi molekul protein
melalui dinding retikulum endoplasma masuk ke dalam
vesikel dan tubulus endoplasma, yang berarti masuk ke
dalam

atr iks endop

I as m

a.

Sintesis Lipid oleh Retikulum Endoplosmo Holus.


Retikulum endoplasma juga menyintesis lipid, khususnya
fosfolipid dan kolestefrji Kedua lipid tersebut segera menjadi bagian dari lapisan lipid ganda retikulum endoplasma
itu sendiri, yang menyebabkan retikulum endoplasma
tumbuh menjadi lebih besar. Keadaan ini terjadi terutama
pada bagian yang halus dari retikulum endoplasma.
Untuk mencegah retikulum endoplasma agar tidak
tumbuh melebihi kebutuhan sel, vesikel-vesikel kecil
yang disebut vesikel RE atau vesikel transpor secara berulang-ulang memisahkan diri dari retikulum endoplasma
halus; sebagian besar vesikel tersebut selanjutnya bermigrasi dengan cepat ke aparatus Golgi.

Fungsi Loin dori Retikulum Endoplosmo. Fungsi


lain dari retikulum endoplasma yang penting, terutama
retikulum endoplasma halus, adalah sebagai berikut:

1. Retikulum endoplasma menyediakan

2.

21
enzim-en-

zim yang mengatur pemecahan glikogen pada saat


glikogen 4kan digunakan sebagai sumber energi.
Retikulum endoplasma menyediakan sejumlah besar enzim yang mampu mendetoksifikasi zat-zaI,
misalnya obat-obatan, yang mungkin akan merusak sel. Detoksifikasi ini dapat dicapai oleh retikulum endoplasma dengan cara koagulasi, oksidasi,
hidrolisis, konjugasi dengan asam glukuronat, dan
dengan cara yang lain.

Fungsi Spesifik Aparatus Golgi


Fungsi Sintesis Aporotus Golgi. Walaupun

fungsi
utama aparatus Golgi adalah pemrosesan tambahan dari
bahan-bahan yang telah dibentuk di retikulum endoplasma, aparatus Golgi juga memiliki kemampuan rnenyintesisjenis karbohidrat tertentu yang tidak dapat dibentuk di
retikulum endoplasma. Hal ini terjadi terutama pada pembentukan polimer sakarida besar yang berikatan dengan
sejumlah kecil protein; jenis karbohidrat tersebut yang
terpenting adalah asam hialuronat dan kondroitin sulfat.
Sebagian dari sekian banyak fungsi asam hialuronat dan
kondroitin sulfat yang terdapat dalam tubuh adalah sebagai berikut: (1) keduanya merupakan komponen utama
dari proteoglikan yang disekresikan ke dalam mukus dan
sekret kelenjar yang lain; (2) keduanya merupakan komponen utama darisubstansi dasar (ground substance) yang
berada di luar sel, dalam ruang interstisial, yang bertindak
sebagai zat pengisi antara serabut-serabut kolagen dan sel;

dan (3) keduanya merupakan komponen utama matriks


organik baik di dalam tulang rawan maupun tulang.

Pengolohon Sekrel Retikulum Endoplosmo oleh


Aporoius Golgi-Pembentukon Vesikel. Gambar
2-13 menjelaskan fungsi utama retikulum endoplasma
dan aparatus Golgi secara skematis. Begitu zat terbentuk

di dalam retikulum endoplasma, khususnya protein, zat


tersebut akan diangkut melalui tubulus menuju bagian
retikulum endoplasma halus yang terletak paling dekat dengan aparatus Golgi. Di tempat tersebut, vesikel transpor
kecil yang tersusun dari sebagian kecil membran retikulum endoplasma halus secara berulang-ulang melepaskan

diri dan berdifusi ke dalam lapisan terdalam aparatus


Golgi. Di dalam vesikel ini terdapat protein yang telah
disintesis dan produk-produk lain dari retikulum endoplasma.
Vesikel transpor segera bersatu dengan aparatus Golgi
dan mengosongkan bahan yang terkandung di dalamnya
ke dalam ruang bervesikel di aparatus Golgi. Di sini, gugus karbohidrat tambahan akan dimasukkan ke dalam sekret. Satu lagi fungsi aparatus Golgi yang penting adalah
untuk memadatkan sekret retikulum endoplasma menjadi
zat berkonsentrasi tinggi. Ketika sekret tersebut melewati lapisan terluar aparatus Golgi, proses pemadatan dan

pengolahan pun berlanjut. Akhirnya, baik vesikel kecil


maupun vesikel besar secara berulang-ulang melepaskan
diri dari aparatus Golgi, membawa serta zat sekresi yang
sudah dipadatkan, dan selanjutnya vesikel tersebut akan
berdifusi ke seluruh bagian sel.

22

UNIT

IntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum


setelah membran tersebut dipakai. Misalnya, membran sel
akan kehilangan sebagian besar kandungannya setiap kali

Pembentukan Pembentukan

membentuk vesikel fagositik atau pinositik, dan membran vesikel aparatus Golgi secara berulang-ulang akan
menyusun kembali membran sel tersebut.
Sebagai kesimpulan, sistem membran dari retikulum
endoplasma dan aparatus Golgi merupakan suatu organ
bermetabolisme tinggi, yang mampu membentuk struktur
intrasel yang baru dan zat sekretoris yang akan dikeluarkan dari sel.

Pengambilan Energi dari Zat MakananFungsi Mitokondria


Retikulum. Retikulum

Aparatus

endoplasma endoplasma

bergranula

Golgi

halus

GAMBAR 2-13. Pembentukan protein, lipid, dan vesikel sel oleh


retikulum endoplasma dan aparatus Golgi.

Untuk memberikan gambaran mengenai lamanya


waktu pengolahan ini: Saat sebuah sel kelenjar dipulas
dengan asam amino beradioaktif, moiekul protein beradioaktifyang baru terbentuk dapat dideteksi di retikulum
endoplasma bergranula dalam waktu 3 sampai 5 menit.
Dalam waktu 20 menit, protein yang baru terbentuk itu
sudah ditemukan di aparatus Golgi, dan dalam waktu I
sampai 2 jam, protein radioaktif disekresikan dari permukaan sel.

Tipe-Tipe Vesikel yong Dibenluk oleh Aporolus

Golgi-Vesikel Sekretoris don Lisosom.

Dalam

sebuah sel yang sangat sekretoris, vesikel yang dibentuk

oleh apartus Golgi terutama adalah vesikel sekretoris,


yang mengandung bahan protein yang akan disekresikan
melalui permukaan membran sel. Vesikel-vesikel sekretoris ini pertama-tama akan berdifusi ke membran sel,
kemudian bersatu dengan membran dan mengosongkan
isinya ke bagian luar sel melalui mekanisme yang disebut eksositosrs. Pada sebagian besar keadaan, eksositosis
dirangsang oleh masuknya ion kalsium ke dalam sel; ion
kalsium berinteraksi dengan membran vesikel dengan
cara yang masih-b-eium dipahami dan menyebabkan penyatuan membran vesikel dengan membran sel, yang diikuti dengan eksositosis-yang akan membuka pennukaan luar membran sel dan mengeluarkan bahan-bahan
yang terkandung dalam vesikel ke luar sel.
Meskipun demikian, beberapa vesikel ditujukan untuk

Bahan utama yang diekstraksi oleh sel untuk menghasilkan energi adalah zat makanan yang dapat bereaksi
dengan oksigen-karbohidrat, lemak dan protein. Dalarn
tubuh manusia, pada dasarnya semua karbohidrat akan diubah menjadi glukosa oleh saluran pencernaan dan hati
sebelum mencapai sel-sel lain. Dengan cara serupa, protein akan diubah menjadi asam amino, dan lernak diubah
menjadi asam lemak. Gambar 2-14 menunjukkan oksigen dan zat makanan-glukosa, asam lemak, dan asam
amino-semuanya masuk ke dalam sel. Di dalam sel, zat
tersebut bereaksi secara kirniawi dengan oksigen dalarn
pengaruh enzim yang mengontrol reaksi tersebut dan menyalurkan energi yang dilepaskan dengan arah yang tepat.
Penjelasan lengkap mengenai semua fungsi pencernaan
dan metabolisme ini akan diberikan di Bab 62 sampai
Bab 72.
Secara singkat, harnpir semua reaksi oksidasi ini terjadi di dalam mitokondria dan energi yang dilepaskan,

digunakan untuk membentuk senyawa berenergi-tinggi

lTP Selanjutnya,

ATP, bukan zat makanan, yang akan digunakan di seluruh bagian sel untuk menjalankan hampir
semua reaksi dari serangkaian reaksi metabolisme intrasel.

ti

ii

kepentingan intrasel.

Penggunoon Vesikel lntrosel unluk Menyusun


Kemboli Membron Sel. Beberapa vesikel intrasel yang
dibentuk oleh aparatus Golgi bersatu dengan membran sel
atau dengan membran struktur intrasel seperli mitokondria
dan bahkan retikulum endoplasma sekalipun. Hal tersebut
akan meningkatkan perluasan membran struktur-struktur
tersebut dan karenanya akan menyusun kembali membran

H.o

\:

llto

'i-1

Membran sel .jir.

GAMBAR 2-14. Pembentukan adenosin trifosfat (ATp) dalam


sel, menunjukkan bahwa sebagian besar ATP dibentuk dalam
mitokondria. ADP, adenosin difosfat

BAB

Sel dan Fungsinya

Karakteristik Fungsi ATP

Senyawa tersebut ,"tunlutnyu dilarutkan (yang berfujuan


untuk mendapatkan energinya) oleh serangkaian.enzim
Iain dalam matriks mitokondria, sehingga ikut berperan
dalam suatu rangkaian reaksi kimia yang disebut slklzs
asam sitrqt, atau siklus Krebs. Reaksi kimia tersebut me-

NHt

t-

Adenin

\*-c-*zcH
"a/-t-t--Y
i

f"'-"-l-"
-oOu s -.C
\3

.C.-

,(

J',1
tt-

OH

23

l-o
O-

t-"

O-

Fosrat

OH

Ribosa
Adenosin trifosfat

ATP adalah suatu nukleotida yang terdiri atas (1) basa


niffogen adenin, (2) gula pentosa ribosa, dan (3) tiga radikal fosfat. Kedua radikal fosfat terakhir dihubungkan
dengan bagian lain molekul oleh ikatan yang disebut sebagai ikatan fosfut berenergi-tinggi, yang ditunjukkan
dalam struktur kimia di atas dengan menggunakan simbol
-. Dalam kondisi kimiawi dan fisik tubuh, setiap ikatan
berenergi-tinggi ini mengandung energi kira-kira 12.000
kalori per mol ATP, yang jauh lebih besar daripada energi
yang tersimpan dalam ikatan kimia pada umumnya, sehingga melahirkan istilah i k at a n b e r e n e r g i- t i nggl. Leb ih
lanjut, ikatan fosfat berenergi-tinggi bersifat sangat labil,
sehingga dapat dipecah dengan cepat kapanpun energi dibutuhkan untuk mencetuskan reaksi intrasel yang lain.
Pada saat ATP membebaskan energinya, sebuah radikal asam fosfat akan dilepaskan, dan terbentuk adenosin
dtfosfat (ADP) Energi yang dibebaskan tersebut digunakan untuk menjalankan hampir semua fungsi lain sei, seperti sintesis zat dan kontraksi otot.
Untuk membentuk kembali ATP sel yang sudah terpakai, energi yang dihasilkan dari zat makanan sel akan
menyebabkan ADP dan asam fosfat bergabung kembali
untuk membentuk ATP yang baru, dan seluruh proses tersebut terjadi berulang-ulang. Oleh sebab itu, ATP disebut
sebagai alat tukar energi sel karena ATP dapat dipakai

dan dibentuk kembali berulang kali, yang memiliki selang waktu antara du46ros6s pembentukan dalam waktu
beberapa menit sajai
'Proses

KimiowiyongTerdopotdotom Pem bentukon ATP-Peron Mitokondrio. Setelah memasuki sel,

glukosa dihadapkan pada enzim dal,am sitoplasma yatrg


mengubah glukosa menjadi asam piruval (suatu proses
yang disebut glikolisis). Sejumlah kecil ADP diubah menjadi ATP oleh energi yang dibebaskan selama proses tersebut, tetapi jumlah ATP yang dihasilkan ini kurang dari 5
persen dari keseluruhan metabolisme energi sel.
Selama ini, sebagian besar ATP yang dibentuk dalam

sel, sekitar 95 persen, dibentuk di mitokondria. Asam piruvat yang dihasilkan dari karbohidrat, asam lemak dari
lipid, dan asam amino dari protein pada akhirnya diubah
menjadi senyawa asetil-KoA dalam matriks mitokondria.

megang peranan yang sangat penting sehingga akan dijelaskan secara rinci di Bab 61 .
Dalam siklus asam sitrat ini, asetil-KoA dipecah men-

jadi komponen penyusunnya, atom hidrogen

dan karbon
dioksida. Karbon dioksida selanjutnya akan berdifusi keluar dari mitokondria dan selanjutnya keluar dari sel; karbon dioksida pada akhimya akan diekskresikan dari tubuh
melalui paru-paru.
Di pihak lain, atom hidrogen bersifat sangat reaktif,
dan akan segera bergabung dengan oksigen yang juga
telah berdifusi ke dalarn mitokondria. Keadaan ini akan
melepaskan energi dalam jumlah yang sangat besar, yang
akan digunakan oleh mitokondria untuk mengubah sejumlah besar ADP menjadi ATP. Proses reaksi tersebut
sangat rumit, dan membutuhkan bantuan dari sejumlah
besar enzim protein yang merupakan bagian integral
r ak-r ak b erm embr an (m em b r anou s s helv es) mitokondria
yang menonjol ke dalam matriks mitokondria. Langkah
peftamanya adalah pemindahan sebuah elektron dari
atom hidrogen, sehingga atom hidrogen berubah menjadi
ion hidrogen. Proses akhir adalah penggabungan ion hidrogen dengan oksigen, yang membentuk molekul air dan
pelepasan energi dalam jumlah besar ke protein globulus
berukuran besar yang disebut IIP sintetase,yang tampak
menonjol seperti tombol dari menibran rak mitokondria.
Akhirnya, enzim ATP sintetase menggunakan energi dari
ion hidrogen untuk mengubah ADP menjadi ATP. ATP
yang baru terbentuk diangkut keluar dari mitokondria ke
seluruh bagian sitoplasma sel dan nukleoplasma, tempat
energi tersebut digunakan untuk menjalankan berbagai
fungsi sel.
Keseluruhan proses pembentukan ATP ini disebut
mekanis me kemi os motik pembentukan ATP. Penielasan
rinci secara kimiawi dan fisika mengenai mekanisme ini
disajikan di Bab 67, dan banyak rincian fungsi metaboIisme ATP di dalam tubuh, disajikan di Bab 67 sampai

Bab 7l

Penggunoon ATP untuk Fungsi Sel. Energi dari ATp


digunakan untuk menjalankan tiga kategori utama fungsi
sel; (1) transpor zat melalui berbagai membran di dalam
sel, (2) sintesis senyawa kimia di seluruh bagian sel, dan
(3) kerja mekanik. Ketiga kategori fungsi ATP tersebut
diilustrasikan dalam Gambar 2-15: (1) untuk menyuplai
energi bagi keperluan transpor natrium melalui membran
sel, (2) untuk meningkatkan sintesis protein oleh ribosom,
dan (3) untuk menyuplai energi yang dibutuhkan selama
kontraksi otot.
Selain untuk transpor natrium oleh membran, energi
dariATPjuga dibutuhkan untuk transpor membran ion kalium, ion kalsium, ion magnesium, ion fosfat, ion klorida,
ion urat, ion hidrogen, dan banyak ion lain serta berbagai
zat organik. Transpor membran begitu penting terhadap
fungsi sel sehingga beberapa sel-contohnya, sel tubu-

24

UNIT

lntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

dibentuk dalam mitokondria, yang menyebabkan mitokondria mendapat sebutan sebagai "gudang energi" sel.

Transpor
membran

Pergerakan Sel
Selama ini, jenis gerakan sel terpenting yang terjadi di

.q

Na+

tubuh adalah gerakan yang terjadi di otot rangka, ototjan-

Na+

tung, dan otot polos, yang mencakup hampir 50 persen


dari keseluruhan massa fubuh. Fungsi khusus sel otot tersebut dibahas di Bab 6 sampai Bab 9. Dua jenis gerakan
yang lain-gerakan ameboid dan gerakan silia-terjadi
di sel yang lain.

ADP

I
ATP

ATP__d_

ADP

Kontraksi otot

GAMBAR 2-15. Kegunaan adenosin trifosfat (ATP) (yang dibentuk dalam mitokondria) yang menyediakan energi untuk tiga
fungsi utama sel: transpor membran, srntesls protein, dan kontraksi otot. ADP, Adenosin difosfat.

lus ginjal-menggunakan sebanyak 80 persen ATP yang

terbentuk hanya untuk tercapainya fungsi transpor tersebut.

Selain menyintesis protein, sel juga menyintesis fosfolipid, kolesterol, pLrrin, pirirnidin, dan sejumlah besar zat
lain. Sintesis hampir semua senyawa kimia membutuhkan
energi. Misalnya, sebuah molekul protein tunggal dapat
terdiri atas beberapa ribu asam amino yang melekat satu
sama lain meialui ikatan peptida; pembentukan masingmasing ikatan peptida ini membutuhkan energi yang berasal dari pemecahan empat ikatan berenergi-tinggi; jadi,
beberapa ribu molekul ATP harus melepaskan energinya
untuk setiap molekul protein yang dibentuk. Memang,
ada beberapa sel yang menggunakan 75 persen dari semua
ATP yang dibentuk di sel tersebut hanya untuk menyintesis senyawa kimia yang baru, terutama molekul protein;
hal ini khususnya terjadi selama fase perlumbuhan sel.
Kegunaan utama ATP yang terakhir adalah untuk menyuplai energi bagi sel-sol yang dikhususkan untuk melakukan kerja mekanJk. Kita akan mengetahuinya di Bab 6
bahwa setiap kontraksi sebuah serabut otot membutuhkan
pemakaian sejumlah besar ATP. Sel-sel lain melakukan
kerja mekanik dengan cara yang berbeda-beda, khusus-

nya dengan gerakan silia dan gerakan ameboid, yang


akan dibahas kemudian dalam bab ini. Sumber energi untuk semua bentuk kerja mekanik tersebut adalah ATP.
Sebagai kesimpulan, ATP selalu tersedia untuk melepaskan energinya dengan cepat dan dalam jumlah yang
besar di bagian sel mana saja energi tersebut diperlukan.
Untuk dapat mengganti ATP yang terpakai oleh sel, sejumlah reaksi kimia yang berjaian lebih lambat akan memecah karbohidrat, lemak, dan protein dan akan menggu-

nakan energi yang dihasilkan dari reaksi tersebut untuk


membentuk ATP yang baru. Lebih dari 95 persen ATP ini

Gerakan Ameboid
Gerakan ameboid berarti gerakan keseluruhan sel yang ditentukan oleh lingkungan sekitamya, seperti gerakan sel
darah putih melalui jaringan. Sebutan gerakan ameboid
didapat dari kenyataan bahwa amuba bergerak dengan
cara demikian dan amuba merupakan contoh yang sangat
baik untuk mempelajari fenomena tersebut.
Gerakan arneboid yang khas, diawali dengan penonjolan sebuahpseudopodium dari salah satu ujung sel. Pseudopodium menjulur menjauhi badan sel, dan sedikit demi
sedikit berpindah ke daerah lain. Selanjutnya, bagian sel
yang tersisa bergerak menuju pseudopodium. Gambar 2l6 menunjukkan proses tersebut, yang memperlihatkan
sebuah sel yang memanjang, dengan ujung kanan sel sebagai pseudopodium yang menonjol. Membran dari bagian
ujung sel tersebut secara terus-menerus bergerak ke depan, dan membran dari ujung sel sebelah kiri secara terus
menerus mengikuti, bersamaan dengan pergerakan sel.

Mekonisme Gerqkqn Ameboid. Gambar 2-16 menunjukkan prinsip dasar gerakan ameboid. Pada dasarnya,
gerakan ini timbul karena pembentukan berulang-ulang
membran sel yang baru pada ujung terdepan pseudopodium dan absorbsi membran yang berulang-ulang di bagian tengah dan belakang sel. Juga, ada dua efek penting
lain untuk terjadinya gerakan sel ke depan. Efek pertama
adalah perlekatan pseudopodium ke jaringan sekitarnya
sehingga sel benar-benar melekat pada posisi terdepannya, sementara sisa badan sel bergeser ke depan menuju
tempat perlekatan. Perlekatan tersebut disebabkan. oleh
protein reseptor yang melapisi bagian dalam vesikel eksositotik. Pada saat vesikel menyatu dengan membran
pseudopodium, vesikel akan terbuka sehingga isinya dapat dikeluarkan dan sekarang, reseptor terpapar ke luar
dan melekat dengan ligan di jaringan sekitarnya.
Pada ujung sel yang berlawanan, reseptor akan memisahkan diri dari ligan dan membentuk vesikel endositotik yang baru. Kemudian, di dalam sel, vesikel ini berjalan
menuju bagian ujung pseudopodium sel, di mana vesikel
tersebut akan dipakai untuk membentuk lagi membran
yang baru bagi pseudopodium.
Efek penting kedua dari gerakan ameboid adalah penyediaan energi yang diperlukan untuk menarik badan sel
ke arah pseudopodium. Beberapa penelitian mengajukan
pendapat sebagai berikut: Di dalam sitoplasma seluruh sel

BAB

Sel dan Fungsinya

25

Tetapi bagaimana kemotaksis mengatur arah gerakan


ameboid? Walaupun jawabannya masih belum pasti, diketahui bahwa sisi sel yang paling terpapar oleh zat kemotaksis akan mengalami perubahan membran yang menyebabkan penonj olan pseudopodium.

Gerakan sel

Eksositosis

Silia dan Gerakan Silia


Jenis gerakan sel yang kedua, adalah gerakan silia, yang

merupakan suatu gerakan seperti gerakan cambuk pada


permukaan sel. Gerakan ini terjadi hanya di dua tempat
Jaringan sekitar sel

Pengikatan reseptor

GAMBAR 2-16. Gerakan ameboid sebuah sel.

terdapat protein aktin dalam jumlah sedang sampai besar.


Sejumlah besar aktin berada dalam bentuk molekul tunggal
yang tidak memiliki tenaga penggerak; tapi molekul aktin
tersebut akan berpolimerisasi untuk membentuk suatu jaringan berfi lamen, dan jaringan tersebut akan berkontraksi
bila bergabung dengan suatu protein pengikataktin seperti
miosin. Seluruh proses tersebut digerakkan oleh senyawa
berenergi-tinggi ATP. Keadaan inilah yang terjadi di dalam pseudopodium dari sebuah sel yang bergerak, ketika
jaringan filamen aktin tersebut terbentuk berulang kali di
dalam pseudopodium yang menjulur. Kontraksijuga terjadi di dalam ektoplasma badan sel, di mana jaringan aktin
sudah ada sebelumnya di bawah membran sel.

Jenis-Jenis Sel yong Memperlihotkqn Gerokon

Ameboid. Sel yang paling umum dijumpai memperlihatkan gerakan ameboid dalam tubuh m4nusia adalah sel
darah putih pada saat sel tersebut bergerak ke luar dari
darah dan masuk ke dalam jaringan sebagai makrofag jaringan. Seljenis lainjuga dapat bergerak dengan gerakan
ameboid pada keadaan tertentu. Misalnya, fibrobias akan
bergerak ke daerah yang rusak untuk membantu memperbaiki kerusakan tersebut, bahkan sel germinativum kulit
pu$, yang biasanya menempel erat pada dasar kulit, juga
akan bergerak ke daerah yang luka untuk memperbaiki
luka tersebut. Contoh terakhir, gerakan sel berperan penting selama perkembangan embrio dan fetus setelah terjadinya pembuahan ovum. Misalnya, sel-sel embrional
seringkali harus benligrasijauh dari tempat asalnya ke
tempat yang baru se-lama periode perkembangan strukturstruktur tertentu.

Pengoturon Gerokon Ameboid-Kernolaksis.


Proses awal terpenting dari gerakan ameboid adalah suatu
proses yang disebut sebagai kemotaksis. Kemotaksis ter-

jadi karena adanya zalkimia tertentu dalam jaringan. Zat


kimia yang menyebabkan terjadinya kemotaksis disebut
zat kemotaksls. Sebagian besar sel yang memperlihatkan
gerakan ameboid bergerak menuju sumber zat kemotaksis-yaitu, dari suatu daerah yang konsentrasi zat kemotaksisnya lebih rendah menuju suatu daerah yang lebih
tinggi konsentrasinya-yang disebut kem ot aks is p os itif.
Beberapa sel bergerak menjauhi sumber zat kemotaksis,
yang disebut kemotal<sis negatif.

dalam tubuh manusia: pada permukaan saluran pemapasan dan pada permukaan dalam tuba uterina (tuba fallopii)
di saluran reproduksi. Pada rongga hidung dan saluran
napas bagian bawah, gerakan silia yang mirip cambuk

menyebabkan lapisan mukus bergerak dengan kecepatan kira-kira 1 cm/menit menuju faring, dan dengan cara
ini, saluran napas akan dibersihkan secara terus menerus
dari mukus dan partikel yang tetperangkap dalam mukus.
Dalam tuba uterina, silia menyebabkan pergerakan cairan
yang lambat dari ostium tuba uterina menuju kavum uteri; pergerakan cairan tersebut menghantarkan ovum dari
ovarium ke uterus.
Sepefti yang ditunjukkan dalam Gambar 2- i 7, sebuah
silia memiliki bentuk seperti rambut lurus atau melengkung dengan ujung yang runcing, yang menonjol sejauh
2 sampai 4 mikrometer dari permukaan sel. Banyak silia

seringkali menonjol dari setiap sel tunggal-misalnya,


terdapat sebanyak 200 silia pada permukaan setiap sel
epitel di dalam saluran pernapasan. Silia ini dilapisi oleh
suatu pertumbuhan keluar dari membran sel, dan disangga oleh 1l mikrotubulus-9 tubulus ganda yang terletak
di bagian perifer silia, dan 2 tubulus tunggal di bagiar:
tengah silia, yang ditunjukkan dalam potongan melintang
dalam gambar 2-17. Setiap silia merupakan peftumbuhan
keluar dari suatu struktur yang terletak di bawah membran sef, yang disebut badan basal silia.
Flagela sebuah sperma mirip dengan silia; bahkan,
flagela sperma memiliki jenis struktur yang hampir sama
dan tipe mekanisme kontraksi yang hampir sama pula.
Namun, flagela jauh lebih panjang dan bergerak menyerupai gelombang sinusoid dan bukan menyerupai gerakan
cambuk.

Dalam sisipan Gambar 2-17, difunjukkan gerakan silia. Silia ini akan bergerak ke depan dengan gerakan yang
cepat, menghentak seperti cambuk, sebanyak 10 sampai
20 kali per detik, dan menekuk dengan kuat di tempat
mencuatnya silia tersebut dari permukaan sel. Selanjutnya silia akan bergerak ke belakang dengan lambat ke
posisi asalnya. Gerakan mendorong-ke depan yang cepat
seperti gerakan cambuk itu akan mendorong cairan yang
ada di permukaan sel tersebut, dengan arah yang sesuai
dengan arah gerakan silia; sedangkan gerakan lambat,
yang mendorong silia ke arah belakang, hampir tidak berpengaruh terhadap pergerakan cairan tersebut. Akibatnya,
cairan akan secara terus menerus didorong searah dengan
gerakan silia yang cepat dan ke depan tadi. Karena kebanyakan sel bersilia memiliki sangat banyak silia pada

26

UNIT

lntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum


dari masing-masing tubLrlus ganda ke tubulus ganda yang
berdekatan.
Berdasarkan informasi tersebut, telah diketahui bahwa pelepasan energi dari ATP sewaktu berkontak dengan
lengan dynein ATPase akan menyebabkan bagian ujung
dari lengan-lengan tersebut "merangkak" dengan cepat di
sepanjang permukaan tubulus ganda yang berdekatan. Tubulus pada tepi depan merangkak ke arah luar sementara
tubulus tepi belakang tetap tidak bergerak, sehingga akan
menyebabkan penekukan.

a l,

c(! b
!(! .=o

Kontraksi silia diatur oleh mekanisme yang masih


belum dipahami. Silia pada beberapa sel yang mengalami kelainan secara genetik tidak memiliki dua tubulus tunggal di tengah, dan silia semacam ini tidak mampu
menghentak. Oleh karena itu, muncul anggapan bahwa
beberapa sinyal, yang mungkin merupakan suatu sinyal
elektrokimia, dihantarkan di sepaniang kedua tubulus

tunggal tersebut untuk mengaktifkan lengan dynein.

Membran sel

Kepustakaan
-

Gerakan ke belakang

Akar silia (RootleQ

GAMBAR 2-17. Struktur dan fungsi silia. (Dimodifikasi dari Satir


P: Cilia. Sci. Am 204:108, 1961 . Copyright Donald Garber: Executor of the estate of Bunji Tagawa.)

permukaannya, dan karena semua silia tersebut bergerak


dengan arah yang sama, keadaan tersebut menjadi suatu
carayangefektif untuk mendorong cairan dari satu bagian
permukaan sel ke bagian yang lain.

Mekonisme Gerokon Silio. Walaupun belum

semua
aspek gerakan silia diketahui, setidaknya kita mengetahui

hal-hal berikut: Pertama, kesembilan tubulus ganda dan


dua tubulus tunggal,._semuanya berhubungan satu sama
lain oleh suatu komflleks ikatan silang protein; keseluruhan kompleks tubulus dan ikatan silang ini disebut aftsonema. Kedua. silia masih dapat menghentak dalam kondisi yang sesuai sekalipun membrannya sudah dibuang
dan terjadi kerusakan pada elemen lainnya kecuali aksonema. Ketiga, ada dua keadaan penting yang diperiukan
untuk kelanjutan hentakan aksonema setelah struktur silia
yang lain diangkat: (1) ketersediaan ATP dan (2) kondisi
ionisasi yang sesuai, khususnya kesesuaian konsentrasi
magnesium dan kalsium. Keempat, ketika silia bergerak
maju, tubulus ganda pada tepi depan siiia bergeser ke arah
luar dan bergerak menuju ujung silia sementara tubulus
yang berada di tepi belakang tetap pada tempatnya. Kelima, lengan protein multipel, yang terdiri ar?: protein
dynein, yang memiliki aktivitas enzim ATPase, menonjol

Alberts B, Johnson A, Lewis J, et al: Molecular Biology of the


Cell. New York: Garland Science, 2002.
Bon[facino JS, Glick BS: The mechanisms of vesicle budding
and fusion. Cell I l 6: 1 53, 200'/.
Calakos N, Scheller RH: Synaptic vesicle biogenesis, docking,
andfusion: a molecular description. Physiol Rev 76:1, 1996.
Danial NN, Korsnteyer SJ; Cell death: critical control points.
Cell 116:205,2004.
Deutsch C. The birth ofa channel. Neuron 40.265, 2003.
Drdge II/: Free radicals in the physiological control ofcellfunction. Physiol Rev 82:47, 2A02.
Duchen MR: Roles of mitochondria in health and disease. Diabetes

j(Suppl

t) :

596, 200'/.

Edidin M: Lipids on the JTontier: a centuty of cell-membrane


bilayers. Nat Rev Mol Cell Biol 1:111,2003.
Gerbi SA, Boroujagin AV, Lange TS: The nucleolus; a site of
ribonucleoprotein maturation. Cut'r Opin Celt Biol 15:318,
2003.

Hamill OP, Martinac B: L:Iolectilar

basi.s of ntechanotransduction in living cells, Plrysiol Rev 81 :685, 2001.


Lange K: Role of microvillar cell surfaces in the regulation of
glucose ttptake and organization of energ1,, metabolism. Am
J Physiol Cell Physiol 282:Cl, 2002.
Mattaj IW: Sorting out the nttclear envelope from the endoplasmic reticulum. Nat Rev Mol Cell Biol 5:65, 2004.

lulaxfield FR, McGraw TE: Endocytic recycling. Nat Rev Mol


Cell Biol 5.121, 20n.1
Mazzanti M, Bustamante JO, Oberleithner H: Electrical dimension oJ.the nuclear envelope. Physiol Rev 81:1, 20()1.

Perrios M: Nuclear Structure and Function. San Diego: Academic Press, 1998.
Ridley AJ, Schwartz MA, Burridge K, et al: Cell migration: integrating signals frontfront to back. Science 302:1704, 2003.

Scholey JM: Intrafagellar transport. Annu Rev Cell Dev Biol


19:423,2003.
Schwab A: Function ancl spatial distribution ofion channels and
transporters in cell migration. Am J Physiol Renal Physiol
280:F739, 2401.
Vereb G, Szollosi J, Matko J, et al: Dynamic, yet structured:
the cell membrane three decades after the Singer-Nicolson
model. Proc Natl Acad Sci U S A 100.8053, 2003.

BAB 3
Pengaturan Genetik
Sintesis Protein,
Fungsi Sel, dan

Reproduksi Sel
Hampir setiap orang tahu bahwa

gen?

yang terletak di

dalam nukleus di seluruh sel fubuh, mengatur sifat-sifat


kefurunan dari orang tua kepada anaknya, tetapi sebagian besar orang tidak menyadari bahwa gen yang sama
ini juga mengatur fungsi keseharian selumh sel tubuh.
Gen tersebut mengahtr fungsi sel dengan cala menentukan zat apa ]tang akan disintesis di dalam sel-yakni
struktur, enzim. dan zat kimia seperti apa yang akan disintesis.
Gambar 3-l menunjukkan skema umum dari pengaturan genetik. Setiap gen, yang
merupakan sebuah asam nukleat yang disebut asarn deolairihonukleeil (DNA),secan
otomatis mengatur pembentukan asam nukleat lain, yaifu osam ribonLrkleat (RllA);

RNA ini kemudian m*nyebar ke seluruh sel untuk mengatur pembentukan sebuah
protein spesifik. Karena terdapat lebih dari 30.000 gen di setiap sel, secara teoretis
sejumlah besar protein se1 yang berbeda dapat dibentuk,
Bebrerapaprotein sel tersebut adalah protein struktural.yangtekait dengan berbagai lipid dan karbohidrat, nrembentuk berbagai struktur organel intrasel, yang telah
dibahas dalam Bab ?. Namun sejauh ini, mayoritas protein adalah enzim yangmengkatslisis berbagai reaksi kimia di dalam sel. Sebagai contoh, eneim meningkatkan semua reaksi aksidatif yang menl.uplai energi ke sel, dan enzim meningkatkan sintesis
seluruh bahan kimia se1, seperti lipid, glikogen, dan adenosin trifosfat {ATP)"

Gen-gen dalam Nukleus $el


Di nukleus sel, sejumlph

besar gen berlekatan dari ujung-ke-ujung pada molekul heliks DNA untai-ganda yang sangat panjang dan rnemiliki berat molekul dalam hitungan milyaran. Sebu:rh seglren yang sangat pendek dari molekul tersebut ditunjukkan

dalarn Garnbar 3-2. Molekul ini terdiri atas beberapa senyawa kimia sedsrhana, yang
berikatan bersama dalam sebuah pola teratuq dan derail pola tersebut akan dijelaskan
dalam beberapa paragraf berikut ini.

Penyusun Bentuk Dosqr DNA. Gambar 3-3 menunjukkan senyawa dasar kimia
yang terlibat dalam pembenfukan DNA. Senyawa tersebut rneliputi (1) asam.fosfat,
{2) suatu gula yang disebut deoksiribosq, dan {3} empat basa nitrogen (dua purin,
yaibt adentn dan guarin, dan dua molekul pirimidin, yzitu timin dan sirosln). Asam
fosfat dan deoksiribosa membentuk kedua untai heliks yang mempakan kerangka
molekul DNA, dan basa-basa nihogen terletak di antara kedua untaian dan menghu-

2+

28

UNIT

lntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

Gen (DNA)

Pembentukan RNA

Pembentukan protein
Struktur sel

GAMBAR 3-2. Gen dengan struktur hetiks, untai-ganda. IJntai luar terdiri atas asam fosfat dan gula deoksiribosa. Molekulmolekul bagian.dalam yang menghubungkan kedua untai hetiks
adalah purin dan pirimidin; keduanya menentukan ,,kode,' gen.

Enzim

Lihat Sisipan Gambar Bewarna.

-/
Fungsi sel
GAMBAR 3-1 . Skema umum yang menggambarkan pengaturan
gen terhadap fungsi sel.

Asam

fosfat

O
il

H-O-P-O-H
I

o
I

Deoksiribosa

H H^

I lz"-9-o-H
H-O-C-C'

r H6)?_\.
I

Basa

"-*-"
I

H-c'7N--"'zcs*
ll
\1--c1roc-H
/
-H
I

Adenin

HO
\ .N_C.//
H
/\l
O:C
C-C*H
\//l
N*C' n
/\
HH
Timin
H

o
il

/Nt--c'C-*-,

-t.."--4.-*rl-*11
H

Guanin

Purin

\ N-H
/

N:C
/\
O:C
C*
\/
N- C'
/\
HH

Sitosin

Pirimidin
GAMBAR 3-3. Penyusun bentuk dasar DNA

BAB 3 -Pengaturan Genetik Slnfesls Proteiri, Fungsi Sel, dan Reproduksi Sel

H-N-H
Adenin
//N -clc\tt
H-crt]y-C-*
ll
zzC:H

29

AT
tt
_P-D-

Fosfat

? T ?ro-{-H
H-O-P-O-C-C
I
I \.. -Q-H
qH/il
n'i H
I
H;

Asam

Deoksiribosa

_P*D_

deoksiadenilat

Asam deoksitimidilat

GC
_P*D_

rt

GAMBAR 3-4. Asam deoksiadenilat, salah satu nukleotida yang


membentuk DNA.

Asam

*P-D-

deoksiguanilat

Asam deoksisitidilat

GAMBAR 3-5. Simbol empat nukleotida yang bergabung untuk


membentuk DNA. Masing-masing nukleotida mengandung asam
fosfat (P), deoksiribosa (D), dan satu dari empat basa nukleotida:

A, adenin; T, timin; G, guanin; dan C, sitosin.

ttt
s0c

ccG
lll

iilii
? rl f

-o-d -a-.-old-o-d-o -d -0-dv


I

-d-0-d-0-d-0

_D-P
I

-P-D-P-D-P-D

rrlrr

I
I

A
I

-D-P-DjP-D-P-D *P -D-

GAMBAR 3-6. Susunan nukleotida deoksiribasa dalam DNA untai-ganda.

bungkan kedua untaian tersebut, seperti diilustrasikan


pada Gambar 3-6.

Nukleotido. Tahap pertama pembentukan DNA adalah


menggabungkan satu molekul asam fosfat, satu molekul
deoksiribosa, dan satu dari keempat basa untuk membentuk satu asam nukleotida. ladi akan dibentuk empat nukleotida yang terpisah, masing-masing satu untuk keempat
basa'. as am de o lrs i ad enil at, d e o ks i I im i di I at, de o ks i gu ani lat, dan deoksisitidilal. Gambar 3-4 menunjukkan struktur
kimia dari asam deoksiadenilat, dan Gambar 3-5 menunjukkan simbol sederhana untuk keempat nukleotida yang
membenfuk DNA.
Penyusunon Nukleotido unluk Membenluk Duo
Rontoi yong Terikol secoro Longgor Solu Somq
Loin. Gambar 3-6 menunjukkan cara pengikatan sejumlah besar nukleotida untuk membentuk dua untai DNA.
Kedua untaian, pada gilirannya, berikatan longgar satu
sama lain oleh ikatan silang yang lemah, seperti diilustrasikan pada Gambar 3-6 oleh garis putus-putus di tengah.

Perhatikan bahwa kerangka dari setiap untai DNA tersusun dari asam fosfat dan molekul deoksiribosa secara bergantian. Kemudian, basa purin dan pirimidin terhubung
ke sisi molekul deoksiribosa. Lalu, dengan bantuan ikatan
longgar (garis putus-putus) antara basa purin dan pirimidin, kedua rantai DNA terikat bersama. Tetapi perhatikan
hal berikut:

l.
2.

Tiap basa purin adenin dari satu rantai selalu berikatan dengbn basa pirimidin timin dari rantai yang
lain, dan
Tiap basa purin guanin selalu berikatan dengan
basa pirimidin

itos in.

Jadi, pada Gambar 3-6, rangkaian pasangan basa yang


saling berkomplemen adalah CG, CG, GC, TA, CG, TA,
GC, AT, dan AT. Karena sifat longgar dari ikatan hidrogen
ini, kedua untaian dapat terpisah dengan mudah, dan hal
ini terjadi berulang kali selama pasangan-pasangan basa
tersebut melakukan fungsinya di dalam sel.

'

30

UNIT

lntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan LJmum

Unta! DNA

*d*c *d -c *o -d-c
*
-d -clI-d -cI
-d -c -d-c]-d
IEE3V9Vffi%"I
r I-d r t"-"_.*^t

*o

rx>"

CCGUC

ltttt

P_R_P- R_P- R_ P_ R_P-R_P


Trifosfat

Molekul RNA

\?

GAMBAR 3-7. Gabungan nuk,


leotida ribosa dengan untai DNA
untuk membentuk molekul RNA
yang membawa kode genetik
dari gen ke sitoplasma. Enzim
RNA polimerase bergerak menyu-

RNA polimerase

suri untai DNA dan membentuk


molekul RNA.

U
C
GAA
rttl
trt
ttt
P*R-P-R-P-R P-R-P-R-r-*f P-R-P-R_P_R_
c

Prolin

UI

Sertn

Asam glutamat

GAMBAR 3-8. Bagian dari molekul RNA,


menunjukkan tiga "kodon," yakni CCG, UC|J,
dan GAA, yang mengatur perlekatan ketiga
asam amino yakni prolin, serin, dan asam glutamat secara berurutan, ke rantai RNA yang
terbentuk.

Untuk meletakkan DNA pada Gambar 3-6 ke dalam


gambaran fisik yang sesuai, maka cukup dengan mengangkat kedua ujungnya dan memilinnya menjadi sebuah
heliks. Sepuluh pasang nukleotida dapat terlihat pada setiap putaran penuh heliks di dalam molekul DNA, seperti
diperlihatkan oleh Gambar 3-2.

Kode Genetik
Manfaat DNA terletak pada kemampuannya untuk mengendalikan pembentukan protein di dalam sel. DNA melakukannya dengan bantuan sesuatu yang disebut sebagai
kode gerretik. Yaitu, saat kedua untai molekul DNA dipisahkan, maka pemisahdn ini akan memajankan basa purin
dan pirimidin yang menonjol pada tiap sisi untai DNA tersebut, seperti yang ditunjukkan oleh untai atas di Gambar
3-7. Penonjolan basa-basa inilah yang membentuk kode
genetik.
Kode genetik terdiri atas "triplet" basa yang berurutan
masing-masing ketiga basa berurutan tersebut
-artinya,
adalah sebuah kata kode. Triplet yang berurutan tersebut
akhimya mengatur rangkaian asam amino dalam sebuah
molekul protein yang akan disintesis di dalam sel. Perhatikan Gambar 3-6, bahwa untai atas DNA, yang dibaca dari
kiri ke kanan, memiliki kode genetik GGC, AGA, CTT,
dan triplet tersebut dalam keadaan terpisah satu sama lain
oleh anak panah. Bila kita mengikuti kode genetik yang
terdapat sepanjang Gambar 3-7 dan 3-8, kita akan meli-

hat bahwa ketiga triplet berurutan tersebut bertanggung


jawab terhadap penempatan ketiga asam amino secara
berurutan yaitu prolin, serin dan asam glutamat, dalam
sebuah molekul protein yang baru terbentuk.

Kode DNA dalam Nukleus Sel


Ditransfer ke Kode RNA
dalam Sitoplasma SelProses Transkripsi
Karena DNA terletak dalam nukleus sel, dan sebagian besar fungsi sel dilakukan di dalam sitoplasma, harus tersedia beberapa cara bagi gen DNA nukleus untuk
mengatur reaksi kimia sitoplasma, Hal ini dicapai melalui
perantaraan jenis asam nukleat lain, RNA, yang pembentukannya diatur oleh DNA nukleus. Sepefti terlihat pada
Gambar 3-7, kode tersebut ditransfer ke RNA; proses ini
disebut sebagai transkripsi. RNA selanjutnya berdifusi
dari nukleus melalui pori-pori nukleus ke dalam ruang sitoplasma, tempat RNA mengatur sintesis protein.

Sintesis RNA
Selama sintesis RNA berlangsung, kedua untai molekul
DNA dipisahkan untuk sementara; salah'satu untai di-

gunakan sebagai cetakan untuk sintesis sebuah molekul


RNA. Kode triplet dalam DNA tersebut akan menyebab-

BAB

Pengaturan Genetik Slnfesls Protein, Fungsi Sel, dan Reproduksi Sel

kan pembentukan kode triplet komplementer (disebut


kodon) pada RNA; kodon ini selanjutnya akan mengatur
rangkaian asam amino dalam sebuah yang akan disintesis
di dalam siloplasma sel.

Penyusun Benluk Dqsor RNA. Susunan bentuk dasar


RNA hampir sama dengan DNA, kecuali ada dua per-

2.

31

Setelah RNA poiimerase tersebut melekat pada


promotor, RNA poiimerase akan menyebabkan
pelepasan sekitar dua putaran heliks DNA dan memisahkan kedua bagian untaian. yang dilepaskan
itu.

3. Kemudian

polimerase akan bergerak sepanjang


untai DNA, dan untuk sementara waktu akan melepaskan dan memisahkan kedua untai DNA pada

bedaan. Pertama, gula deoksiribosa tidak dipakai dalam

pembentukan RNA. Tempatnya dipakai oleh gula lain


yang sedikit berbeda komposisinya, yaitu ribosa, yang

setiap tahap pergerakannya. Sewaktu bergerak, po-

limerase akan menambahkan, di setiap tahapnya,

mengandung ion hidroksi tambahan yang menempel pada


struktur cincin ribosa. Kedua, timin diganti oleh molekul

sebuah nukieotida RNA yang baru teraktivasi pada

pirimidin yang lain, yailu urasil.

lalui langkah-langkah berikut ini:


a. Pertama, RNA polimerase akan menyebabkan
sebuah ikatan hidrogen terbentuk di antara basa
akhir untai DNA dan basa sebuah nukleotida

bagian akhir rantai RNA yang baru terbentuk me-

Pembenlukon Nukleolido RNA. Penyusun bentuk


dasar RNA membentuk nukleotida RNA, tepat seperti
yang dijelaskan sebelumnya untuk sintesis DNA. Di sini,
sekali lagi, empat nukleotida terpisah digunakan dalam
pembentukan RNA. Nukleotida ini mengandungbasa adenin, guanin, sitosin dan urasil. Perhatikan bahwa basabasa ini adalah basa yang sama dalam DNA kecuali urasil
dalam RNA menggantikan timin dalam DNA.

RNA dalam nukleoplasma.


b. Kenrudian, satu persatu, RNA polimerase akan
memisahkan dua dari tiga radikal fosfat dari
rnasing-masing nukleotida RNA ini, dan membebaskan sejumlah besar energi akibatpemecah-

an ikatan fosfat berenergi tinggi; energi ini digunakan untuk membentuk ikatan kovalen dari
fosfat yang tertinggal pada nukleotida dengan
ribosa pada bagian ujung dari rantai RNAyang
sedang terbentuk.
c. Saat RNApolimerase mencapai ujung gen DNA,
RNA polimerase akan bertemu dengan sebuah
rangkaian nukleotida DNA baru yang disebut
rangkaian pemutus rantai (chain-terminating
sequence); rangkaian ini akan menyebabkan
polimerase dan rantai RNA yang baru terbentuk
memisahkan diri dari untai DNA. Kemudian
polimerase dapat digunakan berulang kali untuk
membentuk kembaii rantai RNA yang baru.
d. Sewaktu untai RNA yang baru itu terbentuk,
ikatan hidrogennya yang lemah terlepas dari
cetakan DNA, karena DNA mempunyai afinitas
tinggi yang untuk berikatan kembali dengan untai DNA komplementemya sendiri. Jadi, rantai
RNA didesak menjauh dari DNA dan kemudian
terlepas ke dalam nukleoplasma.

"Pengoklifon" Nukleotido RNA. Langkah selanjul


nya dalam proses sintesis RNA adalah "pengaktifan" nukleotida RNA oleh suatu enzim, yaitu Rl,ilA polimerase.Ilal
ini dapat terjadi dengan menambahkan dua radikal fosfat
ekstra paCa tiap nukleotida tersebut untuk membentuk trifosfat (diperlihatkan pada Gambar 3-7 oleh kedua nukleotida RNA di sisi paling kanan selama pernbentukan rantai

RNA). Kedua fosfat yang terakhir ini terhubung dengrin


nukieotida oleh ikatan fosfat berenergi-tinggi yang didapat dari ATP dalam sel.
Akibat proses pengaktifan ini, tersedia sejumlah besar

energi ATP untuk masing-masing nukleotida, dan energi


ini digunakan untuk meningkatkan reaksi kimia yang menambah setiap nukleotida RNA baru pada bagian ujung
rantai RNA yang sedang terbentuk.

Perakitan Rantai RNA dari


Nukleotida yang Diaktifkan
dengan Menggunakan
Rantai DNA Sebagai GetakanProses'rTrardkri psitt
Perakitan molekul RNA dicapai dengan cara seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 3-7 dalam pengaruh suatu enzim, RNA polimerase. Enzim ini merupakan enzim protein
yang sangat besar, yang mempunyai banyak fungsi yang
dibutuhkan untuk pembentukan molekul RNA. Prosesnya
adalah sebagai berikut:

1.

Pada untai DNA tepat di depan gen perlama, dijumpai serangkaian nukleotida yang disebut sebagai promofor. RNA polimerase mempunyai

Jadi, kode yang terdapat pada untai DNA akhirnya dihantarkan dalam bentuk komplementer ke rantai RNA.
Basa nukleotida ribosa selalu bergabung dengan basa
deoksiribosa dalam kombinasi berikut ini:

Basa DNA

Basa RNA

Guanin

Sitosin
Guanin
Urasil
Adenin

Sitosin
Adenin
Timin

struktur pelengkap yang cocok, yang dapat me-

Tigo Jenis RNA yong Berbedo. Ada tiga jenis RNA

ngenali promotor tersebut, dan kemudian melekat


padanya. Langkah ini adalah langkah yang penting
untuk mengawali pembentukan molekul RNA.

yang berbeda, dan masing-masing memainkan peranan


yang tidak saling bergantung dan berbeda seluruhnya
pada pembentukan protein

32

UNIT

Introduksi Terhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan tJmum

plasma untuk mengatur tipe protein yang dibentuk.

protein" dan tiga kodon mewakili "stop pembentukan


molekul protein." Dalam Tabel 3-1, kedua jenis kodon

2. RNA transfer, yang mengangkut asam amino aktif ke ribosom untuk digunakan dalam perakitan

disebutkan CI untuk "pemulai-rantai" dan CT unfuk ,,pem utus-rantai."

molekul protein.
3. RNA ribosom, yang, bersama dengan kira-kira 75
protein yang berbeda, membentuk ribosom, yakni
struktur fisik dan kimia tempat perakitan molekul

RNA Transfer

. RNA messenger, yang membawa kode genetik ke sito-

protein yang sesungguhnya.

RNA Messenger-Kodon
Molekul RNA messenger merupakan untai tunggal RNA
yang panjang, tersuspensi di dalam sitoplasma. Molekulmolekul ini terdiri atas beberapa ratus sampai beberapa
ribu nukleotida RNA dalam untai yang tidak berpasangan,
dan mengandung kodon yang tepat melengkapi kode triplet dari gen DNA, Gambar 3-8 menunjukkan segmen kecil dari sebuah molekul RNA m essenger. Kodonnya adalah CCG, UCU, dan GAA. Ketiganya adalah kodon untuk
asam amino prolin, serin, dan asam glutamat. Transkripsi
kodon ini dari molekul DNA ke molekul RNA ditunjukkan oleh Gambar 3-7.

Kodon-Kodon RNA unluk Berbogoi Asom Amino yqng Berbedo. Tabel 3-1 mencantumkan kodonkodon RNA untuk 20 asam amino yang biasa ditemukan
dalam rnolekul protein. Perhatikan bahwa sebagian besar
asam amino diwakili oleh lebih dari satu kodon; juga,
satu kodon mewakili sinyal "awal pembentukan molekul

-Anti kodon

Suatu jenis RNA yang lain, yang memainkan peran penting dalam sintesis protein, disebut sebagai RNA transfer,

karena RNA tersebut mengangkut molekul-moiekul asam


amino ke molekul protein sewaktu protein sedang disintesis. Masing-masing jenis RNA transfer bergabung secara
spesifik dengan 1 dari 20 asam amino yang digabungkan

menjadi protein. RNA transfer kemudian bertindak sebagai suatu pengangkut (catier) untuk mengangkut jenis
asam amino spesifiknya ke ribosom, tempat molekul protein dibentuk. Dalam ribosom, setiap jenis RNA transfer
akan mengenali suatu kodon tertentu dari RNA messenger
(akan dijelaskan nanti) dan oleh karenanya, akan menghantarkan asam amino yang sesuai ke tempat yang sesuai
di dalam rantai molekul protein yang baru dibentuk,
RNA transfer, yang hanya mengandung kira-kira 80
nukleotida. merupakan suatu molekul yang relatif kecil

dibandingkan dengan RNA nessenger. RNA transfer


merupakan suatu rantai nukleotida yang terlipat, tampak
sebagai daun semanggi, mirip dengan yang ditunjukkan
oleh Gambar 3-9. Pada satu ujung molekul selalu terdapat
asam adenilat; karena adanya asam ini, asam amino yang
dihantarkan melekat ke gugus hidroksil ribosa pada asam
adenilat.

TABEL 3-1. Kodon RNA untuk Berbagai Asam Amino dan untuk Mulai dan Berhenti

Alanin
Arginin
Asparagin
Asam aspartat
Sistein
A$am glutamat
Glutamin

GCU
CGU
AAU

aAu

UGU
GAA

GCC

cGc

Leusin'

cuu

cuc

Ann

AAG

Lysin

'

Metionin
Fenilahin

,',

'.

,,.:

AUG
UUU

GGA

GGG

AUC

CUA

CUG

ccA

ccG

UCA

UCG
ACG

UOU

ucc

Treonin '

ACU
UGG

ACC

UAIJ

UAC

GUU
AUG
UAA

GUC

GUA

UAG

UGA

,,.'

Mulai(Cl) .'"'
Berhenti

(Cr;

,.,

Cl, pemulai-rantai; CT, pemutus-rantai

UUA

UUG

AGC

AGU

UUC

Serin
'

AGG

Aun

ccu

Tirosin
Valin

AGA

Cnc

Prolin

Triptofan

CGG

UGCI

GAG
OAG
GGC

CAA
GGU
CAU
AUU

G.CG

AAC
GAC

i., :!.
l-{istidin ',
lsoleusin

Gfisin

GCA
CGA

ccc

ACA
,

t,:
:

GUG

BAB

Pengaturan Genetik Srnfesls Protein, Fungsisel, dan

Protein yang sedang dibentuk

Reproduksisel

33

Alanin
Sitein

Histidin

r,:;rliNffi.titlllllfu,'

Ribosom

tr

"***
Messenoer
-..
"
Rtbosom

Karena fungsi RNA transfer adalah untuk menyebabkan pelekatan dari asam amino khusus yang membentuk
sebuah rantai protein, sangat penting bahwa setiap RNA
transfer juga memiliki spesifi sitas terhadap kodon tertentu
dalam RNA messenger. Kode spesifik dalam RNA transfer yang memungkinkannya mengenali kodon tertentu,
sekali lagi merupakan suatu triplet basa nukleotida dan
disebut sebagai antikodon. Antikodon ini terletak kurang
lebih pada bagian tengah molekul RNA transfer (pada bagian bawah konfigurasi daun semanggi, yang ditunjukkan
oleh Gambar 3-9). Selama pembentukan molekul protein,
basa antikodon berikatan secara longgar oleh hidrogen
yang berikatan dengan basa kodon pada RNA messenger.
Dengan cara ini, asam amino yang berurutan disusun safu
persatu di sepanjang rantai RNA messenger, sehingga
membentuk suatu rangkaian asam amino yang sesuai di
dalam molekul protein yang baru terbentuk.

RNA Ribosom
RNA jenis ketiga yang terdapat di dalam sel adalah RNA
ribosom; yang mencgkup kira-kira 60 persen dari ribosoin. Sisa ribosom lain merupakan protein, yang meneakup kira-kira 75 persen jenis protein yang merupakan
protein struktural dan enzim yang diperlukan pada pembentukan molekul-molekul protein.
Ribosom merupakan suatu struktur fisik di dalam
sitoplasma, tempat sintesis molekul protein yang sesungguhnya. Akan tetapi, RNA ribosom selalu bekerja
bersama dengan dua jenis RNA yang lain RNA transfer
yang menghantarkan asam amino ke ribosom unfuk digabungkan ke dalam molekul protein yang sedang dibentuk,
sedangkan RNA messenger menyediakan informasi yang
dibutuhkan untuk mengurutkan asam amino dalam urutan
yang sebenarnya> agar setiap jenis protein spesifik dapat
terbentuk.

GAMBAR 3-9. Sebuah untai RNA messenget


bergerak melalUi dua ribosom. Sewaktu setiap
"kodon" melewatinya, sebuah asam amino ditambahkan pada rantai protein yang sedang
dibentuk, yang ditunjukkan pada ribosom di
sebelah kanan. Molekul RNA transfer mengangkut setiap asam amino yang spesifik ke
protein yang baru dibentuk.

Jadi, ribosom bekerja sebagai pabrik manufaktur, tempat pembentukan molekul protein.

Pembentukon Ribosom dolom Nukleolus.

Gen

DNA untuk pembentukan RNA ribosom terletak dalam


lima pasang kromosom dalam nukleus, dan setiap kromosom ini mengandung banyak duplikat dari gen-gen
khusus tersebut karena RNA ribosom dibutuhkan dalam
jumlah besar untuk fungsi sel.
Setelah RNA ribosom dibentuk, RNA ribosom akan
berkumpul di dalam nukleolus, suatu struktur khusus
yang terletak berdekatan dengan kromosom. Bila sejumlah besar RNA ribosom sedang disintesis,.seperti yang
terjadi dalam sel yang memproduksi sejumlah besar
protein, nukleolus merupakan suatu struktur yang besar,
sedangkan pada sel yang hanya sedikit memproduksi
protein, nukleolus bahkan mungkin tidak terlihat. RNA
ribosom secara khusus diolah di dalam nukleolus, tempat
'RNA ribosom berikatan dengan "protein ribosom" untuk
membentuk produk pengendapan granular yang merupakan subunit primordial ribosom. Subunit-subunit ini
kemudian dilepaskan dari selubung nukleolus dan dihantarkan melalui pori-pori besar selubung nukleolus hampir
ke seluruh bagian sitoplasma. Setelah subunit masuk ke
sitoplasma, subunit tersebut dipakai untuk membentuk
ribolom fungsional yang matang. Oleh karena itu, protein dibentuk di dalam sitoplasma sel, dan bukan dalam
nukleus sel, karena nukleus tidak mengandung ribosom
yang matang.

Pembentukan Protein pada


Ribosom-Proses "Translasi"
Sewaktu sebuah RNA rnessenger berkontak dengan sebuah ribosom, RNA zessenger akan berjalan di sepanjang

ribosom, bermula pada suatu bagian akhir molekul RNA

34

'UNIT

IntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

Subunit

Ribosom

RNA transfer

Asam amino

**

"J-.
.t-

/
ranlai

polipeptida

;flsamamino

-1

ATP
+

RN$:lfi$t$#

Rantai protein

Subunit

3f

besar

bentukan m oleku I protei n. ( S umbangan Dr. Don W. Fawcett, Montana.)

A[liir'.

.=..

GAMBAR 3-10 . Struktur fisik dan hubungan fungsional ribosom dengan


RNA messenger, RNA transfer, dan
retikulum endoplasma pada pem-

+
ATP

;-:::=::::::::-:

jr'llii I

tt.

ii i

ATP
I

6/f

+crP+GrP+ GrP
AAI *AA6*AAg
AAe

yang telah ditentukan sebelumnya, yang telah ditentukan


oleh urutan basa RNA yang sesuai, yang disebut sebagai

kodon "pemulai-rantai." Kemudian, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3-9; ketika RNA rzessenger berjalan di sepanjang rib-osom, sebuah molekul protein diben-

tuk-sebuah

proses yang disebut trqnslasi. Jadi, ribosom


membaca kodon RNA messenger dengan cara yang lebih
kurang sama dengan sebuah pita kaset "dibaca" sewaktu
pita melewati kepala pemutar (playback head) sebuah
tape recorder. Kemudian, bila sebuah kodon "berhenti"
(atau "pemutus-rantai") masuk ke dalam ribosom, bagian
akhir dari molekul protein disinyalkan dan molekul prc,tein dibebaskan ke dalam sitoplasma.

GAMBAR 3-11. Peristiwa kimia

-AA2-AA13-AA2s

pada pembentukan sebuah molekul protein.

yang.ditunjukkan oleh Gambar 3-9 di sebelah kiri bawah


dan Gambar 3-10. Molekul-molekul protein berada dalam tahap perkembangan yang berbeda di setiap ribosom.
Akibatnya, sering terjadi sekelompok ribosom, dengan 3
sampai 10 ribosom yang dapat melekat pada sebuah RNA
messenger pada waktu yang bersamaan. Kumpulan ini diiebut poliribosom.

Sangat penting untuk diperhatikan bahwa sebuah


R).lA zesserger dapat menyebabkan pembentukan molekul protein dalam ribosom apa pun; artinya tidak ada
spe:sifisitas tersendiri dari ribosom untuk membentuk jenis-jenis protein. Ribosom secara fisik hanya merupakan
suatu pabrik manufaktur, tempat reaksi kimia terjadi.

Poliribosom. Sebuah molekul RNA nesserger tunggal dapat membentuk molekul protein dalam beberapa

Bonyok Ribosom Melekot podo Relikulum Endoplosmo. Di Bab 2, dibahas bahwa banyak ribosom

ribosom pada saat yang bersamaan karena bagian awal


dari ujung untai RNA dapat masuk ke ribosom berikutnya setelah meninggalkan ribosom yang peltama, seperti

melekat pada retikulum endoplasma. Keadaan ini terjadi


karena bagian awal dari ujung banyak molekul protein
yang sudah terbentuk memiliki rangkaian asam amino

BAB 3 ' Pengaturan Genetik slntesls Protein, Fungsi set, dan Reproduksi sel
yang akan segera melekat pada reseptor spesifik di retikulum endoplasma; hal ini akan menyebabkan molekulmolekul ini berpenetrasi ke dinding retikulum dan masuk
ke dalam matriks retikulum endoplasma. Keadaan ini
memberikan penampilan bergranula pada bagian retikulum tersebut saat protein sedang dibentuk dan masuk ke
dalam matriks retikulum.
Gambar 3-10 menunjukkan hubungan fungsional
RNA zesserger dengan ribosom dan cara perlekatan ribosom pada membran retikulum endoplasma. perhatikan
bahwa proses translasi terjadi pada beberapa ribosom
dalam waktu yang sama sebagai respons terhadap rantai
RNA zessergeryang sama. Perhatikan juga bahwa rantai
polipeptida yang baru terbentuk (protein) melewati membran retikulum endoplasmiadan masuk ke dalam matriks
endoplasma.
Namun, perlu juga diperhatikan bahwa, kecuali di sel

NH"o
t' n
R-C-C-OH

35

I I
-r r{-N-c-cooH

NH,O
t- il

FI R

I
R-c-c-N-C-COC)H
I

HzO

Pada reaksi kimia ini, satu radikal hidroksi (OH) dipindahkan dari gugus COOH asam amino pertama, dan
satu hidrogen (H.) dari gugus NH, asam amino lain dipindahkan. Keduanya bergabung membentuk air, dan kedua
tempat yang ditinggalkan pada kedua asam amino terse_
but akan berikatan satu sama lain, sehingga menghasilkan
sebuah molekul tunggal. Proses ini disebut i kat an p ept i da.
Akibat penambahan asam amino tambahan, sebuah ikatan
peptida tambahan akan terbentuk.

bergranula tempat dibentuknya sejumlah besar proteinyang mengandung vesikel sekretoris, sebagian besar protein yang disintesis oleh ribosom dilepaskan langsung ke
dalam sitosol dan bulan ke dalam retikulum endoplasma.

Protein tersebut merupakan enzim dan protein struktur


internal sel.

Tohopon Reoksi Kimio podq Sinlesis prolein.


Beberapa peristiwa kimiawi yang terjadi pada sintesis
molekul protein ditunjukkan oleh Gambar 3-l l. Gambar
ini menunjukkan reaksi yang mewakili tiga asam amino
terpisah AA' AA2, dan AAro. Tahapan reaksinya adalah
sebagai berikut: (1) Setiap asam amino diaktiftan oleh

suatu proses kimia yang menggabungkan ATp dengan


asam amino unfuk membentuk suatu komplel<s adenosin
monofosfat dengan asam amin.o, sehingga melepaskan
dua ikatan fosfat berenergitinggi pada proses tersebut.
(2) Asam amino yang telah diaktifkan tersebut, yang
memiliki kelebihan energi, kemudian akan bergabung
dengan RNA transfernyq yang spesffik untuk membentuk
suatu kompleks asam amino-tRNA dan, pada waktu yang
sama, melepaskan adenosin monofosfat. (3) RNA transfer
yang membawa kompleks asam amino kemudian berkontak dengan molekul RNA zessenger di dalam ribosom,
tempat antikodon RNA transfer melekat sementara pada
kodon spesifiknya di RNA.ruessenger sehingga mengatur asam amino dala.nrrangkaian yang tepat untuk membentuk satu molekul protein. Kemudian, dalam pengaruh
enzim peptidil transferase (salah satu pfotein dalam ribosom), ikatan peptida dibentuk di antara asam amino
berikutnya, sehingga makin menambah panjang rantai
protein. Peristiwa kimia ini membutuhkan energi dari
tambahan dua ikatan fosfat berenergi tinggi, sehingga, secar a total, empat ikatan berenergi-tinggi di gunakan untuk
setiap penambahan asam amino ke dalam rantai protein.
Jadi, sintesis protein merupakan salah satu proses yang
paling membutuhkan energi di dalam sel.

lkoton Peptido. Asam

Sintesis Zat-Zatl.ain dalam Sel


Beribu-ribu enzim protein yang dibentuk melalui cara
yang baru dijelaskan, pada dasarnya mengatur semua
reaksi kimia lain yang terjadi dalam sel. Enzim-enzim
ini memacu sintesis lipid, glikogen, purin, pirimidin, dan
beratus-ratus zat lain. Kita mendiskusikan banyak proses
sintesis ini dalam kaitannya dengan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein di Bab 67 sampai 69. Dengan
bantuan semua zat ini, semua fungsi sel dapat berjalan.

Pengaturan Fungsi Genetik dan


Aktivitas Biokimiawi dalam Sel
Dari pembahasan kita sejauh ini, sudah jelas bahwa gen
mengendalikbn iungsi fisik dan kimiawi sel. Akan tetapi,
derajat aktivitas gen tersebut juga harus dikontrol; kalari
tidak, beberapa bagian dari sel mungkin dapat tumbuh
berlebihan atau beberapa reaksi kimia mungkin bekerja
berlebihan sampai reaksi itu akan membunuh sel itu sendiri. Masing-masing sel memiliki mekanisme pengaturan
umpan balik intema yang kuat, yang mempertahankan
berbagai operasi fungsional sel sehingga satu sama lain
beraturan. Untuk setiap gen (seluruhnya lebih dari 30.000
gen), paling sedikit ada sebuah mekanisme umpan balik.
Pada dasarnya ada dua metode pengendalian aktivitas
biokimiawi di dalam sel. Salah satunya disebut regulasi
genetik, yang mengendalikan derajat aktivitas gen itu sendiri, dan yang lain adalah regulasi enzim, yang mengendalikan tingkat aktivitas dari enzim yang sudah dibentuk
di dalam sel.

Regulasi Genetik
"Operon" Sel don Pengoluron Siniesis Biokimionyo-Fungsi Promotor. Pada umumnya, sintesis

protein akan bergabung satu sama lain menurut reaksi

produk-produk biokimia sel membutuhkan serangkaian


reaksi, dan tiap reaksi ini dikatalisasi oleh suatu enzim

yang khas:

protein khusus. Pembentukan sernua enzim yang diperlu-

amino berikutnya dalam rantai

36

UNIT

Operator Operator
aktifator represor

lntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

Operon

lnhibisi
operator

Enzim A

f+
substrat

Enzim C

GAMBAR 3-12. Fungsi suatu operon dalam


mengendalikan sintesls produk intrasel nonprotein, sepefti suatu zat kimia metabolik intrasel.
Perhatikan bahwa produk yang sudah disintesis
mencetuskan umpan balik negatif untuk menghambat fungsi operon, dan dengan cara ini secara otomatis produk tersebut mengendalikan

=IJ"T:[f,::,=
j
(Umpan balik negatif)
Jl'.5;
;
;;
;-',:
---- - - - -t

1^
.*

kan untuk proses sintesis ini sering kali dikendalikan oleh


serangkaian gen yang terletak bersisian pada untai kromosom DNA yang sama. Daerah untai DNA ini disebut
operon, dan gen yang bertanggungjawab terhadap pembentukan enzim-enzim berikutnya disebut gen struktural.
Pada Gambar 3-12, tiga gen struktural secara berurutan
ditunjukkan pada sebuah operon, dan gambar mendemonstrasikan bahwa gen struktural tersebut mengendalikan
pembentukan tiga enzim secara berurutan yang selanjutnya menyebabkan sintesis produk intrasel yang spesifik.
Perhatikan pada gambar, segmen untai DNA yang
disebut promotor. Promotor merupakan suatu kelompok
nukleotida yang memiliki afinitas khusus terhadap RNA
polimerase, seperti yang dibahas sebelumnya. Polimerase
harus berikatan dengan promotor ini sebelum dapat mulai
berjalan di sepanjang untai DNA untuk menyintesis RNA.
Oleh karena itu, promotor merupakan elemen yang penting untuk mengaktivasi operon.

Pengendolion Operon oleh Prolein Represor"Operolor Represor." Perhatikan juga dalam Gambar 3-12 sebuah pita nukleotida tambahan yang terletak

di bagian tengah promotor. Daerah ini disebut operator

konsentrasinya sendiri.

Pengendolion Umpon Bolik Negoiif Operon.


Akhirnya, perhatikan pada Gambar 3-12 bahwa adanya
produk sintesis di sel dalam jumlah teftentu dapat menyebabkan inhibisi umpan balik negatif operon yang bertanggung jawab terhadap sintesisnya. Produk sintesis tersebut
dapat melakukan hal ini baik dengan menyebabkan sebuah protein represor regulator berikatan pada operator
represor atau dengan menyebabkan suatu protein aktivator regulator memecahkan ikatannya dengan operator
aktivator. Pada keadaan mana pun, operon akan menjadi
terhambat. Oleh karena itu, begitu produk sintesis yang
dibutuhkan sudah cukup banyak untuk fungsi sel yang
memadai, operon menjadi dorman. Sebaliknya, bila produk sintesis berkurang di dalam sel dan konsentrasinya
menurun, operon sekali lagi menjadi aktif. Dengan cara
ini, konsentrasi produk secara otomatis dikendalikan.

Mekonisme Loin unluk Mengendolikon Trqnskripsi oleh Operon. Variasi mekanisme dasar untuk
mengendalikan operon telah ditemukan dengan cepat
pada2 dekade terakhir ini. Tanpa memberi penjelasan lebih banyak, mari kita lihat beberapa di antaranya:

represor karena sebliah protein "regulator" dapat berikatan di sini dan rnencegah pelekatan RNA polimerase pada
promotor, sehingga menghambat transkripsi gen dalam
operon ini. Protein regulator demikian itu disebut protein
represor.

sebuah operon sering dikendalikan oleh sebuah


gen regulator yar'g terletak di suatu tempat pada
kompleks genetik nukleus. Gen regulator menyebabkan pembentukan satu protein regulator yang
selanjutnya bertindak sebagai suatu aktivator, atau

suatu substansi represor untuk mengendalikan


operon.

Pengendolion Operon oleh Suoiu "Protein Aktivotor"-" Operotor Akiivolor. " Perhatikan operator
yang lain pada Gambar 3-12, yang disebut sebagai operator aktivator>yarg terletak berdekatan tetapi sedikit di
depan promotor. Bila protein regulator berikatan dengan
operator ini, maka protein regulator akan membantu menarik RNA polimerase menuju promotor sehingga operator akan diaktifkan. Oleh karena itu, protein regulator
jenis ini disebut protein aktivator.

2.

Kadangkala, banyak operon yang berbeda dikendalikan pada waktu yang sama oleh protein regulator yang sama. Pada beberapa keadaan, protein
regulator yang sama berfungsi sebagai suatu aktivator untuk safu operon dan sebagai suatu represor
untuk operon yang lain. Bila berbagai operon dikendalikan secara bersamaan dengan cara ini, semua operon yang berfungsi bersama-sama disebut
regulon.

BAB

Pengaturan Genetik Srnfesls Protein, Fungsi Sel, dan Reproduksi Sel

3.

Beberapa operon tidak dikendalikan pada titik


awal transkripsi untai DNA tetapi lebih jauh di sepanjang untai. Kadang pengendalian bahkan tidak
terjadi pada untai DNA sendiri tetapi terjadi selama pengolahan molekul RNA di dalam nukleus
sebelum dilepaskan ke dalam sitoplasma; atau, lebih jarang lagi, pengendalian mungkin terjadi pada
tahap pembentukan protein di dalam sitoplasma
selama translasi RNA oleh ribosom.
4. Padasel-selyang bernukleus, DNA nukleus dikumpulkan dalam unit struktural yang spesifik, yaitu
kromosom. Dalam setiap kromosom, DNA dililit
protein kecil yang disebut histon, yang selanjutnya
diikat dengan kuat bersama-sama dalam keadaan
berhimpitan oleh protein lain. Selama DNA berada
dalam keadaan beihimpitan, DNA tidak dapat be-

kerja untuk membentuk RNA. Akan tetapi, berbagai mekanisme pengendalian mulai ditemukan,
yang dapat menyebabkan beberapa daerah kromosom terseleksi mengalami penguraian pada suatu
waktu sehingga hanskripsi RNA parsial dapat berlangsung. Meskipun demikian, beberapa "faktor
'transkripsi"
khusus akan mengendalikan kecepatar transkripsi melalui operon yang terpisah dalam
kromosom. Jadi, terdapat perintah pengendalian
yang lebih tinggi yang digunakan untuk mencapai fungsi sel yang sesuai. Selain itu, sinyal-sinyal
dari luar sel, seperti beberapa hormon tubuh, dapat
mengaktifkan daeqah kromosom khusus dan faktor
transkripsi spesifi k, sehingga dapat mengendalikan
mesin kimiawi untuk fungsi sel.

Karena terdapat lebih dari 30.000 gen yang berbeda di

dalam setiap sel manusia, maka tidak mengherankan


bila ditemukan sejumlah besar cara pengaturan aktivitas genetik. Sistem pengaturan gen sangat penting untuk
mengendalikan konsentrasi asam amino intrasel, derivat
asam amino, dan substrat antara (intermediate substrates)
serta produk metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein.

Pengendalian Fungsi lntrasel


Melalui Regulasi Enzim
Selain pengendalian fungsi sel oleh regulasi generik, beberapa aktivitas sel dikendalikan oleh inhibitor atau akti.vator intrasel yang bekerja secara langsung pada enzim

intrasel spesifik. Jadi, regulasi enzim mewakili kategori


mekanisme kedua yang mengatur fungsi biokimia sel.

lnhibisi Enzim. Sebagian besar zatkimia yang dibentuk


di dalam sel mempunyai efek-efek umpan balik langsung
dalam menghambat sistem enzim spesifik yang menyintesis zat kimia tersebut. Produk-produk sintesis tersebut

hampir selalu bekerja pada enzim yang terletak pada


urutan pertama dari suatu rangkaian, dan bukan pada
enzim yang berikutnya, yang biasanya selalu langsung
berikatan dengan enzim tersebut, dan menyebabkan perubahan bentuk alosterik, yang nantinya akan menginak-

37

tifkan enzim tersebut. Seseorang dengan mudah

dapat

memahami manfaat proses penginaktifan enzim yang


pertama tersebut: penginaktifan tersebut akan mencegah
pembentukan produk-produk antara yang tidak berguna.
Proses inhibisi enzim merupakan sebuah contoh lain
dari pengaturan umpan balik negatif, proses ini bertanggungjawab mengatur konsentrasi intrasel beberapa asam

amino, purin, pirimidin, vitamin-vitamin dan zat-zat lainnya.

Aklivosi Enzim. Enzim-enzim yang normalnya tidak


aktif, sering dapat diaktifkan bila dibutuhkan.

Sebuah

contoh dari hal tersebut terjadi saat sebagian besar ATp


telah berkurang di dalam sel. Pada keadaan ini, adenosin
monofosfat siklik (cAMP) dalam jumlah bermakna mulai
dibentuk sebagai hasil pemecahanATP; adanyacAMP ini
selanjutnya dengan cepat mengaktifkan enzim pemecahglikogen fosforilase, dan membebaskan molekul glukosa
yang dengan cepat dimetabolisme dan energinya digunakan untuk mengisi kembali cadangan ATP. Jadi, cAMp
bekerja sebagai aktivator enzim untuk enzim fosforilase
dan oleh karenanya, membantu mengendalikan konsentrasi ATP intrasel.
Sebuah contoh menarik lain mengenai penghambatan
enzim dan pengaktifan enzim terjadi pada pembentukan

purin dan pirimidin. Zat-zat ;ri diperlukan sel dalam


jumlah yang kira-kira sama untuk pembentukan DNA
dan RNA. Bila purin dibentuk, purin akan menghambat
enzim yang dibutuhkan untuk pembentukan purin tambahan. Akan tetapi, purin tersebut mengaktiJkan enzim-enzim

untuk pembentukan pirimidin. Sebaliknya, pirimidin


menghambat enzimnya sendiri tetapi mengaktifkan enzim
purin. Dengan cara ini, terdapat suatu proses yang saling

menunjang antara sistem pembentukan untuk kedua zat


ini, dan menghasilkan jumlah kedua zat yang hampir
sama di dalam sel sepanjang waktu.

Ringkoson. Ringkasnya, ada dua metode utama bagi sel


untuk mengendalikan proporsi dan jumlah yang tepat dari
berbagai unsur sel yang berbeda: (l)-mekanisme regulasi genetik dan (2) mekanisme regulasi enzim. Gen dapat
diaktifkan atau dihambat dan sistem enzim juga dapat
diaktifkan ataupun dihambat. Mekanisme pengendalian
ini paling sering berfungsi sebagai sistem pengendalian
umpax balik yang secara terus menenis mengawasi komposisi biokimiawi sel dan membuat perbaikan yang diperlukan. Tetapi kadangkala, zat yang bukan berasal dari
sel (terutama beberapa hormon yang dibahas dalam buku
ini) juga mengendalikan reaksi biokimia intrasel dengan
mengaktifkan atau menghambat satu atau lebih sistem

kontrol intrasel.

Sistem Genetik-DNA juga


Mengendalikan Reproduksi Sel
Reproduksi sel merupakan suatu contoh lain dari peran
yang dimainkan oleh sistem genetik-DNA di mana pun,

38

UNIT

lntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

dalam seluruh proses kehidupan. Gen dan mekanisme

Kecuali pada keadaan khusus dengan reproduksi

pengaturannya menentukan karakteristik pertumbuhan


sel, dan juga waktu atau jenis sel yang akan membelah
diri untuk membentuk sel-sel baru. Dengan cara ini, semua sistem genetik yang penting dapat mengendalikan
setiap tahap perkembangan manusia, mulai dari sel tunggal ovum yang sudah dibuahi sampai keseluruhan tubuh
yang berfungsi. Jadi, bila ada tema dasarkehidupan, maka
tema dasar itu adalah sistem DNA-genetik.

sel yang cepat, faktor-faktor penghambat hampir selalu


memperlambat atan menghentikan siklus hidup sel yang
tidak terhambat. Oleh karena itu, berbagai sel tubuh yang
berbeda sebenamya memiliki periode siklus hidup yang
bervariasi dari hanya sekitar I 0 jam untuk sel-sel sumsum
tulang yang sangat terangsang, sampai seluruh masa hidup tubuh manusia untuk sel saraf.

Siklus Kehidupon Sel. Siklus kehidupan sel adalah


periode dari reproduksi sel sampai reproduksi sel berikutnya. Bila sel mamalia tidak dihambat dan diprodulrsi
secepat kemampuannya, siklus kehidupan ini dapat berlangsung sedikitnya 10 sampai 30 jam. Siklus kehidupan
sel ini dihentikan oleh serangkaian kejadian fisik yang
berbeda, disebut mitosis, yang menyebabkan pembagian sel menjadi dua sel anak baru. Peristiwa mitosis ini
diperlihatkan oleh Gambar 3-13 dan akan dijelaskan kemudian. Akan tetapi, tahap mitosis yang sesungguhnya,
berlangsung hanya sekitar 30 menit, sehingga lebih dari
95 persen siklus kehidupan sel yang bahkan bereproduksi
dengan cepat pun diwakili oleh interval di antara mitosis,
yang disebut int erfase.

Sentromer

Komosom

Nukleolus

Reproduksi Sel Dimulai


dengan Replikasi DNA
Seperti halnya hampir semua peristiwa penting lain dalam
sel, reproduksi berawal dalam nukleus itu sendiri. Tahap
pertama adalah replikasi (duplikasi) semua DNA di dalam
kromosom.Hanya setelah tahap ini dilalui, maka mitosis
dapat berlangsung.
DNA mulai berduplikasi 5 sampai l0 jam sebelum mitosis, dan proses ini diselesaikan dalam waktu 4 sampai 8
jam. Hasil akhir dari proses ini adalah d:ua replika dari semua DNA. Replika ini selanjutnya menjadi DNA dari kedua sel anak yang akan terbentuk sewaktu mitosis. Setelah
replikasi DNA, masih ada waktu I sampai 2 jam sebelum
mitosis dimulai secara serentak. Bahkan selama periode
ini, perubahan-perubahan awal sudah mulai berlangsung
yang nantinya akan menuju pada proses mitosis.

Peristiwo Kimiowi don Fisik Replikosi.DNA. DNA

p;r

direplikasi dengan carayang sebagian besar sama dengan


transkripsi RNA sebagai respons terhadap DNA, kecuali
untuk beberapa perbedaan penting:

l.
2.

Kedua untai DNA di setiap kromosom direplikasi,


tidak hanya satu untaian saja.
Kedua untai heliks DNA seluruhnya direplikasi

dari ujung-ke-ujung dan bukan hanya beberapa


bagian dari untaian, seperti yang terjadi pada tran-

3.

skripsi RNA.
Enzim utama untuk replikasi DNA adalah sebuah
kompleks dari berbagai enzim yang disebut DNI
polimerase, yang sebanding dengan RNA polime-

rase. DNA polimerase melekat dan bergerak

GAMBAR 3-13. Tahap-tahap reproduksi sel, A, B, dan C, profase;


D, prometafase; E, metafase; F, anafase; G dan H, telofase. (Dari
Margaret C. Gladbach, milik Mary E. dan Dan Todd, Kansas.)

sepanjang untaian cetakan DNA, sementara enzim


lain, DNA ligase, menyebabkan pengikatan nukleotida DNA berikutnya satu sama lain, dengan
menggunakan ikatan fosfat berenergi tinggi untuk
memperkuat perlekatan tersebut.
4. Pembentukan setiap untai DNA baru terjadi secara
bersamaan dalam berafus-ratus segmen di sepanjang setiap dua untai heliks sampai seluruh untaian direplikasi. Kemudian, bagian akhir subunit
tersebut digabung bersama-sama oleh enzim DNA
ligase.
5. Setiap untai DNA yang baru dibentuk tetap dilekatkan oleh ikatan hidrogen longgar dengan untai
DNA asli yang telah digunakan sebagai cetakan.
Oleh karena itu, kedua untai heliks DNA masih te-

rikat bersama.

BAB

6.

Karena heliks DNA

'Pengaturan Genetik srnfesls Protein, Fungsi sel, dan Reproduksi set

di setiap komosom hampir

secara berurutan mengelilingi inti satu persatu. Inti histon


memainkan sebuah peran penting dalam regulasi aktifitas
DNA karena selama DNA dikemas dengan erat, DNA tidak dapat berfungsi sebagai cetakan untuk pembentukan
RNA atau replikasi DNA yang baru. Lebih lanjut, bebe-

6 sentimeter panjangnya dan memiliki berjuta-juta

putaran heliks, kedua spiral DNA yang baru dibentuk tidak mungkin terurai satu sama lain bila tidak
menggunakan mekanisme khusus. Penguraian ini
dapat dicapai oleh enzim yang secara periodik memotong setiap heliks sepanjang keseluruhannya,
merotasikan setiap segmen sehingga cukup untuk
menyebabkan pemisahan, dan kemudian menyam-

rapa protein pengatur dapat merenggangkan kemasan his-

ton terhadap DNA dan memungkinkan segmen-segmen


kecil membentuk RNA pada suatu waktu.
. Beberapa protein nonhiston juga merupakan komponen utama kromosom, yang berfungsi baik sebagai protein struktural komosom dan, dalam hubungannya de-

bung kembali heliks terqebut. Jadi, kedua heliks


yang baru dibentuk menjadi terurai.

Perboiko n

NA,

" Ko re ksi - C

ngan mesin pengatur genetik, sebagai aktivator, inhibitor,


dan enzim.

eto k (pr oof re o di n g),,

DNA, don "Mutosi". Selama beberapa jam di antara

Replikasi kromosom secara keseluruhan terjadi selama beberapa menit berikutnya setelah replikasi untai
heliks DNA terselesaikan; heliks DNA yang baru me-

replikasi DNA dan dimulainya mitosis, terdapat suatu


masa terjadinya perbaikan yang sangat aktif, dan ,,koreksi-cetak Qtroof reading)" pada untaian DNA. Artinya,
bila ada nukleotida DNA yang tidak tepat dipasangkan dengan nukleotida yang terdapat pada untaian asli, akan ada
suatu enzim khusus yang akan memotong daerah y4ng
cacat tersebut, dan menggantikannya dengan nukleotii{a
pelengkap yang tepat. Proses ini dilakukan oleh DNA por
limerase dan DNA ligase yang sama, yang dipakai pada
proses replikasi. Proses perbaikan ini disebut sebagai koreksi-cetak DNA

(DNl

p ro

of r e adi ng).

Oleh karena perbaikan dan koreksi-cetak ini, maka


proses transkripsi jarang sekali melakukan kesalahan.
Tetapi bila terjadi kesalahan, hal ini disebut sebagar mulasl; mutasi menyebabkan pembentukan beberapa protein
abnormal di dalam sel dan bukan pembentukan protein
yang dibutuhkan, yang sering kali menjurus pada fungsi
sel yang abnormal, dan bahkan kadangkala menyebabkan

kematian sel. Namun, karena ada 30.000 atau lebih gen


di dalam genom manusia dan bahwa periode dari satu
generasi manusia ke generasi lain kira-kira 30 tahun, seseorang akan mendapatkan mutasi sebanyak 10 kali atau
lebih dalam pewarisan genom tersebut dari orang tua ke
anak. Akan tetapi, karena masih ada proteksi lebih lanjut,
setiap genom manusia diwakili oleh dua set kromosom
yang terpisah dengan gen yang hampir identik. Oleh karena itu, satu gen fungsional dari setiap pasang kromosom
hampir selalu tersedia untuk anak, walaupun ada mutasi.

Kromosom dan-Replikasinya
Heliks DNA yang terdapat dalam nukleus dikemas dalam
kromosom. Sel manusia mengandung 46 kromosom yang
terdiri atas 23 pasang. Kebanyakan gen dalam kedua kromosom dari setiap pasang tersebut identik atau hampir
identik satu sama lainnya, sehingga biasanya dianggap
bahwa gen yang berbeda juga terdapat dalam pasangan,
walaupun kadang-kadang pernyataan ini tidak pada tempatnya.
Selain DNA yang terdapat di dalam kromosom, terda-

pat sejumlah besar protein, yang terutama terdiri atas


banyak molekul kecil bermuatan elekhon positif yang
disebut histon Histon ini tersusun dari inti kecil, yang menyerupai kumparan. Segmen kecil dari setiap heliks DNA

39

ngumpulkan molekul-molekul protein baru yang dibutuhkan. Kedua kromosom yang baru terbentuk tetap melekat
satu sama lain (sampai waktu mitosis) pada tempat yang
disebut sentromer, yang terletak di dekat pusatnya. Kromosom yang sudah mengalami duplikasi walau masih
melekat ini disebut sebagai kromatid.
l

Mitosis Sel
Proses pemisahan sel yang sesungguhnya menjadi dua
sel baru disebut sebagai mitosis. Begitu kromosom telah

bereplikasi membentuk dua kromatid, di banyak sel, mitosis akan terjadi secara otomatis dalam waktu 1 sampai
2 jam.

Aporolus Mitosis: Fungsi Senlriol. Salah satu peristiwa awal dari proses mitosis yang terjadi pada sitoplasma,
terjadi selamabagian akhir dari interfase, di dalam atau
di sekeliling struktur-struktur kecil yang disebut sebagai
sentriol. Seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 3-13,
dua pasang sentriol terletak berdekatan satu sama lain,
dekat dengan salah satu kutub nukleus. (Sentriol ini, seperti DNA dan komosom, juga telah bereplikasi selama
interfase, biasanya segera sebelum replikasi DNA.) Setiap sentriol adalah suatu badan silindris kecil, dengan
panjang kira-kira 0,4 mikrometer dan berdiameter kirakira 0,15 mikrometer, yang terutama terdiri atas sembilan
struktur tubulus paralel, dan tersusun membentuk suatu
silinder. Kedua sentriol dari setiap pasang kromosom terletak tegak lurus satu sama lain. Setiap pasang sentriol,
bersama dengan materi perisentriol yang melekat, disebut
sebagai senlrosom.

Segera sebelum mitosis berlangsung, kedua pasang


sentriol mulai bergerak menjauhi satu sama lain. Hal ini
disebabkan oleh polimerasi protein mikrotubulus yang
tumbuh di antara pasangan sentriol yang berurutan dan
benar-benar mendorong kedua sentriol tersebut menjauh.
Pada waktu yang sama, mikrotubulus lain tumbuh secara
radial menjauhi setiap pasang sentriol, mernbentuk suatu
bintang berduri, disebut aster, di setiap bagian ujung sel.
Beberapa "duri" menembus nukleus dan memisahkan
kedua set komatid selama mitosis. Kompleks mikrotu-

40

UNIT

lntroduksiTerhadap Fisiologi: Fisiologi Sel dan Umum

Pengendalian Pertumbuhan Sel


dan Reproduksi Sel

bulus yang meluas di antara kedua pasang sentriol disebut


gelendong, dan seluruh perangkat mikrotubulus ditambah
dua pasang sentriol disebut aparatus mitosis.

Kita mengetahui bahwa sel-sel tertentu tumbuh dan bereproduksi setiap waktu, seperti sel-sel pembentuk darah
pada sumsum tulang, lapisan germinativum kulit, dan epitel usus. Akan tetapi, banyak sel lain, seperti sel otot polos, mungkin tidak bereproduksi selama bertahun-tahun.

Profqse. Tahap pertama dari mitosis, yang disebut profase, diperlihatkan oleh Gambar 3- I 3A, B, dan C. Sewaktu gelendong sedang dibentuk, kromosom dalam nukleus
(yang dalam fase interfase terdiri atas untaian kumparan
longgar) dipadatkan menjadi bentuk kromosom yang lebih mantap.

Beberapa sel, seperti neuron dan sebagian besar sel otot


lurik, tidak bereproduksi.sepanjang kehidupan seseorang,
kecuali pada awal kehidupan fetus.

Di

Promelqfos. Selama fase ini (lihat Gambar 3-13D),


"duri-duri" mikotubulus yang sedang tumbuh dari as-

sel menyebabkan sel-sel ini tumbuh dan bereproduksi


dengan cepat sampai jumlah sel yang sesuai tersedia kem-

ter memecahkan pembungkus nukleus. Pada waktu yang


sama, beberapa mikrotubulus dari aster melekat pada
kromatid di sentromer, tempat kromatid yang berpasangan masih berikatan satu sama lain; tubulus kemudian menarik satu kromatid dari setiap pasang menuju satu kutub
sel dan pasangannya menuju kutub yang berlawanan.

bali. Sebagai contoh, pada beberapa hewan muda, tujuhperdelapan hati dapat diangkat melalui pembedahan, dan
sel-sel sisa yang berjumlah seperdelapan akan tumbuh
dan membelah sampai massa hati kembali mendekati normal. Hal yang sama terjadi pada banyak sel kelenjar, dan
kebanyakan sel sumsum tulang, jaringan subkutan, epitel
intestinal, dan hampir jaringan lain mana pun kecuali sel
yang berdiferensiasi baik, seperti sel sarafdan sel otot.
Kita hanya mengetahui sedikit mengenai mekanisme
yang mempertahankan jumlah berbagai jenis sel yang
berbeda dalam tubuh dengan tepat. Akan tetapi, penelitian telah menunjukkan paling sedikit ada tiga cara dalam
mengendalikan pertumbuhan. Pertama, pertumbuhan
s erin g d ikend alikan oleh
fa kt o r -fa kt o r p e r t u m b u h a n y ang
berasal dari bagian tubuh yang lain. Beberapa faktor pertumbuhan ini bersirkulasi dalam darah, tetapi yang lain
berasal darijaringan yang berdekatan. Sebagai contoh, sel
epitel dari beberapa kelenjar, seperti pankreas, gagal bertumbuh tanpa faktor pertumbuhan dari jaringan ikat yang
terletak di bawah kelenjar. Kedua, sebagian besar sel ber-

Melofose. Selama metafase (lihat Gambar 3-13E), kedua aster dari aparatus mitosis akan didorong lebih jauh
lagi. Keadaan ini diyakini terjadi karena duri-duri mikrotubulus dari kedua aster, tempat duri-duri tersebut saling
berinterdigitasi satu sama lain untuk membentuk gelendong mitosis, sebenarnya didorong menjauhi satu sama
lain. Ada alasan untuk mempercayai bahwa sejumlah

kecil molekul protein kontraktil yang disebut "molekul


penggerak," yang mungkin terdiri atas protein otot aktin,
meluas di antara duriduri yang berurutan dan, dengan
menggunakan kerja bertahap seperti di otot, secara aktif
akan menggeser duri masing-masing ke arah yang berlawanan. Secara bersamaan, kromatid ditarik dengan kuat
oleh mikrotubulus ke bagian pusat sel, dan lempeng ekualorial tersusun membentuk dari gelendong mitosis.

henti tumbuh bila sel tersebut tak memiliki ruang untuk


tumbuh. Keadaan ini terjadi saat sel tumbuh dalam kultur
jaringan; sel tumbuh sampai sel berkontak dengan benda
padat, dan kemudian pertumbuhan terhenti. Ketiga, sel
yang tumbuh dalam kultur jaringan sering berhenti tumbuh bila sejumlah kecil sekresi sel itu sendiri terkumpul
dalam medium kultur. Keadaan ini, juga dapat menjadi
suatu cara untuk mengatur pertumbuhan melalui umpan
balik negatif.

Anofose. Pada fase ini (lihat Gambar 3-13F), kedua


kromatid dari setiap kromosom ditarik terpisah pada sentromer. Semua 46 pasang kromatid dipisahkan, membentuk dua set 46 lvomosom anakyangterpisah. Satu dari set
ini $itarik menuju satu aster mitotik dan set lain menuju
aster yang lain sewaktu kedua kutub sel yang membelah
didorong menjauh.

Pengoluron Ukuron Sel. Ukuran sel ditentukan hampir seluruhnya oleh jumlah DNAyang berfungsi di dalam
nukleus. Rila replikasi DNA tidak terjadi, sel tumbuh
sampai ukuran tertentu dan selanjutnya bertahan pada
ukuran tersebut. Sebaliknya, dengan menggunakan zat
kimia kolkislr, pencegahan pembentukan gelendong
mitcisis dapat dimungkinkan dan oleh karena itu, dapat
mencegah mitosis walaupun replikasi DNA berlanjut terus. Pada kejadian ini, nukleus mengandung jumlah DNA
yang jauh lebih besar dari jumlah normal, dan secara pro-

Telofose. Pada telofase (lihat Gambar 3-l3G dan H),


kedua set kromosom anak secara menyeluruh ditarik
menjauh. Kemudian aparatus mitosis menghilang, dan
sebuah rnembran nukleus yang baru terbentuk'di sekitar
setiap set kromosom. Membran ini dibentuk dari bagian
retikulum endoplasma yang sudah terdapat di dalam sitoplasma. Segera setelah itu, sel akan terjepit, pada bagian
pertengahan di antara kedua nukleus. Proses ini disebab-

kan oleh terbentuknya cincin kontralctil mikrofilamen


yang terdiri atas aktin dan mungkin miosin (dua protein
kontraktil otot) pada persambungan sel yang baru terbentuk, yang menjepit nukleus dan memisahkannya satu
sama lain.

beberapa jaringan, insufisiensi dari beberapa jenis

'

porsional, sel tumbuh lebih besar. Diduga bahwa keadaan


ini semata-mata terjadi akibat peningkatan produksi RNA
dan protein sel, yang selanjutnya akan menyebabkan sel
tumbuh lebih besar.

BAB

Fengaturan Genetik Slnfesr.s Protein, Fungsi Sel, dan Reproduksi Sel

Diferensiasi $el
Karakteristik khusus pertumbuhan sel dan pembelahan
sel adalah diferensiasi sel, yang merujuk pada perubahan
sifat fisik dan fungsi sel sewaktu sel berploliferasi dari
embrio untuk membentuk strukfur dan organ tubuh yang
berbeda-beda. Penjelasan dari suatu percobaan menarik
yang membantu menjelaskan proses tersebut adalah sebagai berikut.
Ketika nukleus dari sebuah sel mukosa usus kodok diimplantasikan melalui pembedahan ke dalam ovum kodok
dengan nukleus owm awal yang telah diangkat, hasilnya
adalah pembentukan kodok yang normal. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan sel mukosa usus, yang merupakan
sel yang berdiferensiasi baik, membawa semua informasi

genetik yang dibutuhkan untuk perkembangan semua


struktur yang dibutuhkan dalam tubuh kodok.
Oleh karena itu, sudah jelas bahwa diferensiasi tidak
dihasilkan dari hilangnya gen tetapi dari penekanan secara selektifoperon genetik yang berbeda. Sesungguhnya,
dengan mikrografelektron, dapat diduga bahwa beberapa
segmen untai heliks DNA yang bergelung di sekitar inti
histon menjadi begitu padat sehingga untaian heliks DNA
tidak akan terurai lagi untuk membentuk molekul RNA.
Satu penjelasan hal ini adalah sebagai berikut: Diduga
bahwa genom sel berawal pada tahap diferensiasi sel tertentu untuk menghasilkan suatu protein regulator yang
akan selamanya menekan sekelompok gen terseleksi.

Oleh karena itu, gen yang ditekan tidak akan berfungsi


lagi. Tanpa memperhatikan mekanismenya, sel manusia yang matang menghasilkan maksimal 8000 sampai
10.000 protein, dan bukan 30.000 protein atau lebih bila
seluruh gen aktif.
Penelitian secara embriologis menunjukkan bahwa
sel-sel tertentu di dalam embrio mengatur diferensiasi sel
yang berdekatan. Sebagai contoh, korda-mesoderm primordial disebut sebagai pengatur primer embrio karena
korda tersebut membentuk suatu fokus tempat sisa embrio
lain di sekelilingnya berkembang. Korda-mesoderm primordial ini akan berdiferensiasi menjadi aksis mesoderm
berisi somit yang tersusun secara segmental, dan, sebagai
hasil dari induksi dari jaringan sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya semua organ pgnting di dalam tubuh.
Sebuah contoh lqln'dari induksi berlangsung saat
vesikel mata yang sedang berkembang berkontak dengan
ektoderm kepala dan menyebabkan ektoderm menebal
menjadi lempeng lensa yang akan melipat ke dalam untuk membentuk lensa mata. Oleh karena itu, sebagian besar perkembangan embrio merupakan hasil dari induksi
semacam itu, yakni satu bagian tubuh memengaruhi bagian yang lain, dan bagian yang lain tersebut masih memengaruhi bagian yang lain lagi.
Jadi, walaupun pemahaman kita mengenai diferensiasi sel masih tidak jelas, kita mengetahui banyak mekanisme pengendalian yang memungkinkan terjadinya
diferensiasi.

41

Apoptosis-Kematian Sel
yang Terprogram
Seratus triliun sel

di dalam tubuh

merupakan anggota

dari komunitas yang sangat terorganisir tempat semua sel


tersebut diatur, tidak hanya melalui pengafuran kecepatan
pembelahan sel tetapijuga oleh pengaturan kecepatan kematian sel. Ketika sel tidak lagi dibutuhkan ataumenjadi
suatu ancaman bagi organisme, sel-sel tersebut akan mengalami proses kematian sel yang terprogram atau apoptosis. Proses ini melibatkan kaskade proteolitik khusus yang
menyebabkan sel mengerut dan memadat, membongkar
sitoskeletonnya dan mengubah permukaan selnya sehingga sel fagositik yang berdekatan, seperti makrofag, dapat
menempel pada membran sel dan mencerna sel tersebut.
Berkebalikan dengan kematian yang terprogram, sel

yang mati akibat jejas akut biasanya membengkak dan


pecah akibat hilangnya integritas membran, suatu proses
yang disebut nekrosis sel. Sel yang nekrotik dapat me-

ngeluarkan isi selnya, menyebabkan inflamasi dan..jejas


ke sel yang berdekatan. Oleh karena itu, apoptosis adalah
kematian sel teratur yang menghasilkan penghancuran
dan fagositosis sel sebelum terjadi kebocoran isi sel, dan
sel-sel yang berdekatan biasanya masih tetap sehat.

Apoptosis diinisiasi oleh aktivasi keluarga protease


yang disebut kaspase. Enzim irii disintesis clan disimpan
di dalam sel sebagai prokaspase inaktif. Mekanisme aktivasi kaspase sangat kompleks, namun sekali teraktivasi,
enzim akan terus membelah dan mengaktivasi prokaspase lainnya, mencetuskan kaskade yang menghancurkan
protein dengan cepat di dalam sel. Sel tersebut kemudian
membongkar dirinya sendiri dan sisanya dicerna dengan
cepat oleh sel fagositik yang berdekatan.
Sejumlah besar apoptosis terjadi di jaringan yang sedang di-remodelling selama masa perkembangan. Bahkan pada orang dewasa, milyaran sel mati setiap jamnya
di jaringan seperti usus dan sumsum tulang, dan digantikan oleh sel yang baru. Bagaimanapun, kematian sel
yang terprogram, tepat seimbang dengan pembentukan
sel baru pada orang dewasa. Jika tidak, jaringan tubuh
akan mengerut atau tumbuh berlebihan. Penelitian terkini
menunjukkan bahwa kelainan proses apoptosis dapat memainkan peranan kunci pada penyakit neurodegeneratif
seperti penyakit Alzheimer, juga kanker serta penyakit
autoimun. Beberapa obat yang telah berhasil digunakan

untuk kemoterapi tampaknya menginduksi apoptosis


pada sel kanker.

Kanker
Semua atau hampir semua kasus kanker disebabkan oleh
proses mutasi atau aktivasi abnormal gen sel yang me-

ngendalikan pertumbuhan sel dan mitosis sel. Gen abnormal itu disebut onkogen. Sebanyak 100 onkogen yang
berbeda telah ditemukan.

42

'AMT

lntroduksiTerhadap Fisialogi: Fisiologi Sel dan Umum

juga ditemukan antionkogen,yang


menekan aktivasi onkogen tertentu. Oleh karena itu, hilangnya atau inaktivasi antionkogen tersebut dapat memungkinkan aktivasi onkogen yang menyebabkan kanker.
Hanya sejumlah kecil dari sel yang bermutasi di dalam
tubuh pernah menyebabkan kanker. Ada beberapa alasan untuk keadaan tersebut. Pertama, sebagian besar sel
yang bermutasi kurang memiliki kemampuan hidup jika
dibandingkan dengan sel normal dan oleh karena itu, akan
mati. Kedua, hanya sebagian dari sel yang bermutasi dan
bertahan hidup menjadi kanker, karena sebagian besar sel
yang bermutasi pun masih memiliki kontrol umpan balik
normal yang mencegah pertumbuhan yang berlebihan.
Ketiga, sel-sel yang berpotensi menjadi kanker sering
kali, bila tidak dapat disebut biasanya, dihancurkan oleh
sistem imunitas tubuh sebelum sel tersebut tumbuh menjadi kanker. Hal ini terjadi melalui cara berikut: Sebagian
besar sel yang bermutasi membentuk protein abnormal di
dalam badan selnya karena terjadi perubahan pada gen,
dan protein ini mengaktivasi sistem imun tubuh, menyebabkan tubuh membentuk antibodi atau membuat limfosit
tersensitisasi bereaksi melawan sel kanker, yang akan
membasmi sel-sel tersebut. Dukungan terhadap alasan
tersebut adalah bahwa, pada kenyataawrya orang dengan
sistem imun yang telah ditekan, seperti orang yang meminum obat imunosupres4n setelah transplantasi ginjal atau
jantung, kemungkinan timbulnya kanker menjadi lima

Di dalam semua

kali lipat.
Keempat, biasanya beberapa onkogen aktif yang
berbeda diperlukan secara simultan untuk menimbulkan kanker. Sebagai contoh, satu gen mungkin memacu
reproduksi sebuah sel dengan cepat, tetapi tidak terjadi
kanker karena tidak ada gen mutan simultan untuk membentuk pembuluh darah yang diperlukan.

Tetapi apa yang menyebabkan perubahan pada gen


ini? Dengan mempertimbangkan triliunan sel yang baru
dibentuk setiap tahun dalam tubuh manusia, pertanyaan
yang lebih baik mungkin berupa: Mengapa kita semua
tidak menghasilkan berjuta-juta atau bertriliun-triliun
sel mutasi yang cenderung menjadi kanker? Jawabannya adalah adanya suatu ketelitian yang luar biasa pada
replikasi untai kromosom DNA dalam setiap sel sebelum
mitosis dapat berlangsung, dan juga karena proses koreksi-cetak yang mernotong dan memperbaiki setiap untai
DNA abnormal s-ebelum proses mitosis diizinkan berlanjut. Namun, walaupun terdapat semua upaya pencegahan
pewarisan sel ini, satu sel yang baru dibentuk dalam setiap beberapajuta sel mungkin masih memiliki karakteris-

tik mutan yang bermakna.


Jadi, semata-mata hanya kesempatanlah yang diperlukan untuk terjadinya mutasi, sehingga kita dapat beranggapan bahwa sejumlah besar kanker hanya merupakan
hasil dari suatu kejadian yang tidak menguntungkan.
Namun kemungkinan mutasi dapat ditingkatkan berkali-kali lipat bila seseorang terpajan oleh faktor-faktor
kimia, fisik, atau biologis tertentu, tetmasuk hal-hal be.

rikut ini:

1. Diketahui dengan baik bahwa radiasi ionisasi, seperti sinar-X, sinar gamma, dan partikel radiasidari
bahan radioaktif, dan bahkan sinar ultraviolet pun

sel

'

dapat menjadi faktor predisposisi bagi seseorang


terkena kanker. Pembentukan ion dalam sel-seljaringan di bawah pengaruh radiasi tersebut bersifat
sangat reaktif dan dapat menghancurkan untaian
DNA, sehingga menyebabkan banyak mutasi.
2. Zat kimia dari beberapa jenis teftenfu juga me-

miliki

kecenderungan kuat untuk menimbulkan

mutasi. Telah lama ditemukan bahwa berbagai


derivat bahan pewama anilin cenderung menyebabkan kanker, sehingga pekerja di pabrik kimia
yang menghasilkan bahan seperti itu, bila tidak
dilindungi, memiliki predisposisi khusus terkena
kanker. Zatkimia yang dapat menyebabkan mutasi disebut karsinogen. Karsinogen yang sekarang
menyebabkan jumiah kematian terbanyak adalah
asap rokok. Asap rokok menyebabkan kira-kira seperempat dari semua kematian akibat kanker.
3. Bahan iritanfisik juga dapat mengarah pada kanker, seperli abrasi yang terus berlanjut pada saluran pencernaan oleh beberapa jenis makanan. Kerusakan j aringan dapat menyebabkan penggantian
mitosis yang cepat pada sel. Semakin cepat mitosis,
semakin besar kemungkinan terjadinya mutasi.
4. Pada banyak keluarga, ada kecenderungan herediter yang kuat terhadap kanker. Keadaan ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sebagian besar kanker membutuhkan tidak hanya satu mutasi tetapi
dua atau lebih mutasi sebelum terjadinya kanker.
Pada keluarga teft entu yang memi liki kecenderungan terhadap kanker, diduga bahwa satu atau lebih
gen berkanker sudah bermutasi dalam genom yang
diwarisi. Oleh karena itu, mutasi tambahan yang
jauh lebih sedikit harus terjadi pada anggota keluarga tersebut sebelum kanker mulai tumbuh.
5. Pada hewan percobaan, beberapa jenis virus dapat
menyebabkan beberapa macam kankeq terma-

suk leukemia. Keadaan ini biasanya diakibatkan


oleh satu dari dua cara. Pada kasus.virus DNA,
untai DNA virus dapat menyisipkan dirinya sendiri langsung ke dalam salah satu kromosom dan
oleh karenanya, menyebabkan suatu mutasi yang
menyebabkan kanker. Pada kasus virus RNA, beberapa virus membawa suatu enzim yang disebut
transkriptase pembalik (rev ers e tr ans cr ipt as e) sehingga menyebabkan DNA dapat ditranskripsi dari

RNA. Kemudian DNA yang ditranskripsikan ini


menyisipkan dirinya sendiri ke dalam genom sel
hewan, dan menyebabkan kanker.

Korokteristik lnvqsif Sel Konker. Perbedaan utama


antara sel kanker dan sel normal adalah sebagai berikut:
( I ) Sel kanker tidak memafuhi batas perlumbuhan sel yang
biasa; alasan untuk ini adalah bahwa sel kanker mungkin tidak membutuhkan semua faktor pertumbuhan yang

BAB

Pengaturan Genetik Srntesls Protein, Fungsi Sel, dan Reproduksi Set

sama seperti faktor yang dibutuhkan untuk pertumbuhan


sel normal. (2) Sel kanker sering kali jauh kurang melekat
satu sama lain dibandingkan sel normal. Oleh karena itu,

sel kanker memiliki kecenderungan dapat mengembara


ke seluruh jaringan, memasuki aliran darah, dan terang:
kut ke seluruh tubuh, tempat sel kanker membentuk nidus
untuk sejumlah pernrmbuhan kanker yang baru. (3) Beb erapa kanker j u ga menghas ilkan
fa kt or a ng i o g e n ik y ang
menyebabkan banyak pembuluh darah baru tumbuh ke
dalam jaringan kanker, sehingga menyuplai nutrisi yang
diperlukan untuk pertumbuhan sel kanker.

Mengopo Sel Konker Membunuh?

Jarvaban unruk

pertanyaan tersebut biasanya sederhana saja. Jaringan


kanker berkompetisi dengan jaringan normal dalam memperoleh nutrisi. Karena sel kanker terus berproliferasi untuk jangka waktu yang tak dapat ditentukan, jumlah sel
kanker bertambah setiap hari, dan sel kanker akan segera
membutuhkan semua nutrisi yang tersedia untuk tubuh
atau untuk bagian penting tubuh. Sebagai akibatnya, jaringan normal secara bertahap mengalami kematian akibat kekurangan nutrisi.

43

Kepustakaan
Alberts B, Johnson A, Lewis J, et al: Molecular Biologlt of the
Cell. New York: Garland Science, 2002.
Aranda A, Pascal A: Nuclear hormone receptors and gene expression. Physiol Rev 8 I : I 269, 2001.
Balmain A, Gray J, Ponder B: The genetics and genomics of
cancer Nat Genet 3j(Suppl):238, 2003.
Bowen ID, Bowen SM, Jones AH: Mitosis and Apoptosis: Matters of Life and Death. London: Chapman & Halt, I998.
Burke LI/: Genomics as a probe for disease biology. N Engl J
Med 349:969, 200i.
Caplen NJ, Mousses S: Short interfering RNA (siRNA)-mediated
RNA interference (RNAi) in human cells. Ann N y Acad Sci
1002:56.2003.
Cooke MS, Evans MD, Dizdaroglu M, Lunec

J: Oxidative DNA

damage: mechanisms, mutation, and disease. MSEB J


17: 1 195, 200i.
Cullen BR: Nuclear RNA export. J Cell Sci ll6:587, 2003.
Fedier A, Fink D: Mutations in DNA mismatch repair genes;
implications for DNA damage signaling and drug sensitivity. Intl J Oncol 24:1039, 2004.
Hahn S: Structure and mechanism of the RNA polymerase II
transcription machinery. Nat Struct Mol Biol I I :394, 2004.
Hall JG: Genomic imprinting: nature and clinical relevance.
Annu Rev Med 48:35, 1997.
Jockusch BM, Hilttelmaier S, Illenberger S: From the nucleus
toward the cell periphery: a guided tour for mRNAs. News
Physiol Sci 18:7, 2003.
Kazazian HH Jr: Mobile elements: drivers for genome evolution. Science 303:1626, 2004.
Lewin B: Genes IV Oxford. Oxford Ilniversity press, 2000.
Nabel GJ: Genetic, cellular and immune approaches to disease
therapy: past andfuture. Nat Med 10;1 j5, 2004.
Pollard TD, Earnshaw WC. Cell Biolog. Philadephia: Elsevier
Science, 2002.

Anda mungkin juga menyukai