Anda di halaman 1dari 17

Makalah tentang kebudayaan

islam

Nama kelompok 8 :

Resita andria meylinda


Vita Noviyanti
Siti ayu anisa
Septina ayu ananta
Alviandi

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan
kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berjudul Kebudayaan Islam dapat selesai seperti
waktu yang telah penulis rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dosen pengasuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI).
2. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini
dapat penulis selesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang tulus
dan ikhlas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu penulispun menyadari bahwa makalah
yang telah penulis susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis
membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran
dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan
apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati
pembaca mohon dimaafkan.

Samarinda, 05 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.

COVER................................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................... II
DAFTAR ISI........................................................................................................................ III
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
Latar Belakang........................................................................................................... 1
Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN SISTEM KEBUDAYAAN ISLAM....................................... 2
Konsep Kebudayaan dalam Islam............................................................................ 2
Prinsip Prinsip Kebudayaan dalam Islam.............................................................. 4
Sejarah Intelektual dalam Islam................................................................................. 8
Budaya yang boleh dan tidak boleh dalam Islam...................................................... 9
Masjid Sebagai Pusat Peradaban dalam Islam........................................................... 11
Nilai Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia............................................................ 12
BAB III PENUTUP............................................................................................................. 13
Kesimpulan................................................................................................................ 13
Saran.......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Islam sudah mulai berkembang lagi sejak abad ke-7 dan
berkembang secara pesat ke seluruh dunia dari waktu ke waktu. Dalam
penyebarannya secara otomatis Islam telah meletakkan nilai-nilai
kebudayaannya.
Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa,
dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam
sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil
olah akal,budi,rasa,dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah
peradaban.
Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan
yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber
pada nafsu hewani, sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini
agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan
akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau
perdaban Islam.

B.Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.

Bagaimana Konsep Kebudayaan dalam Islam?


Prinsip prinsip kebudayaan dalam islam?
Bagaimana Sejarah Intelektual dalam Islam?
Budaya yang boleh dan tidak boleh dalam islam ?
Bagaimana Masjid sebagai Pusat Peradaban dalam Islam?

C.

Tujuan

Yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini yaitu :


1.
Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang Sistem
Kebudayaan Islam.
2.
Untuk membimbing manusia dalam mengembangkan Sistem
Kebudayaan Islam.
3.
Dan sebagai pelengkap tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
(PAI).

BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM KEBUDAYAAN ISLAM
A.Konsep Kebudayaan dalam Islam
Dari segi etimologis, kata kebudayaan adalah kata dalam bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Sansekerta buddhi yang berarti
intelek (pengertian). Kata buddhi berubah menjadi budaya yang berarti
yang diketahui atau akal pikiran. Budaya berarti pula pikiran, akal
budi, kebudayaan, yang mengenai kebudayaan yang sudah berkembang,
beradab, maju (Poerwadarminta,1982:157).
Dari pengertian budaya di atas, dapat diutarakan dengan bahasa
lain bahwa kebudayaan merupakan gambaran dari taraf berpikir
manusia. Tinggi-rendahnya taraf berpikir manusia akan terlihat pada
hasil budayanya. Kebudayaan merupakan cetusan isi hati suatu bangsa,
golongan, atau individu. Tinggi-rendahnya, kasar-halusnya pribadi
manusia, golongan, atau ras, akan terlihat pada kebudayaan yang
dimiliki sebagai hasil ciptaannya. Maka dapat juga dikatakan bahwa
kebudayaan merupakan orientasi dan pola pikir manusia, golongan, atau
bangsa. Kebudayaan merupakan suatu konsep yang sangat luas ruang
lingkupnya. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang timbulnya suatu
kebudayaan itu sendiri. Dawson (1993:57) memberikan empat faktor

yang menjadi alasan pokok yang menentukan corak suatu kebudayaan,


yaitu faktor geografis, keturunan atau bangsa, kejiwaan, dan ekonomi.
Dalam Islam , memang tidak ada suatu rumusan yang kongkret
mengenai suatu kebudayaan. Berkaitan dengan masalah kebudayaan.
Islam memberi kerangka asas atau prinsip yang bersifat hakiki atau
esensial. Dengan kata lain, Islam hanya memberikan konsep dasar yang
dalam
perwujudannya
tergantung
pada
pemahaman pendukungnya.Dalamkeadaan atau waktu yang berbeda,
esensinya diwujudkan oleh aksidensi yang sangat ditentukan oleh aspek
ekonomi, politik, sosial budaya, teknik, seni, dan mungkin juga oleh
filsafat.
Ciri-ciri yang membedakan antara kebudayaan Islam dengan
budaya lain, diungkapkan oleh Sibai bahwa ciri-ciri kebudayaan Islam
adalah yang ditegakkan atas dasar aqidah dan tauhid, berdimensi
kemanusiaan murni, diletakkan pada pilar-pilar akhlak mulia, dijiwai
oleh semangat ilmu (Zainal, 1993:60).
Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudyaan
Islam dapat dipahami sebagai hasil olah akal, budi, cipta, karya, karsa,
dan rasa manusia yang bernafaskan wahyu ilahi dan sunnah Rasul. Yakni
suatu kebudayaan akhlak karimah yang muncul sebagai implementasi
Al-Quran dan Al-Hadist dimana keduanya merupakan sumber ajaran
agama Islam, sumber norma dan sumber hukum Islam yang pertama dan
utama. Dengan demikian kebudayaan Islam dapat dipilah menjadi tiga
unsur prinsipil, yaitu kebudayaan Islam sebagai hasil cipta karya orang
Islam, kebudayaan tersebut didasarkan pada ajaran Islam, dan
merupakan pencerminan dari ajaran Islam.
Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan tidak
dapat terpisah satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, sebagus
apapun kebudayaannya, jika itu bukan merupakan produk kaum Mslimin
tidak bisa dikatakan dan diklaim sebagai budaya Islam. Demikian pula
sebaliknya, meskipun budaya tersebut merupakan produk orang-orang
Islam, tetapi substansinya sama sekali tidak mencerminkan normanorma ajaran Islam. Dengan kata lain, Al-Faruqi (2001) menegaskan
bahwa sesungguhnya kebudayaan Islam adalah Kebudayaan AlQuran, karena semuanya berasal dari rangkaian wahyu Allah SWT

kepada nabi Muhammad SAW pada abad ketujuh. Tanpa wahyu


kebudayaan Islami Islam, filsafat Islam, hukum Islam, masyarakat Islam
maupun organisasi politik atau ekonomi Islam.

B.

Prinsip-Prinsip Kebudayaan dalam Islam


Islam, datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat
menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian
Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut
suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam
menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal
yang yang tidak bermanfaat dan membawa madlarat di dalam
kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing
kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang
beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undangundang Dasar Negara Indonesia, pasal 32, walaupun secara praktik dan
perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat menyolok.
Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : Usaha kebudayaan
harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan
tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Idonesia .

Dari situ, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :


Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. seperti ;
kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat
Aceh, umpamanya, keluarga wanita biasanya, menentukan jumlah mas
kawin sekitar 50-100 gram emas.
Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan
Islam, Contoh yang paling jelas, adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan
ibadah haji dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam ,
seperti lafadh talbiyah yang sarat dengan kesyirikan, thowaf di
Kabah dengan telanjang.

Ketiga : Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti, budaya


ngaben yang dilakukan oleh masyarakat Bali.
Sendi perumusan prinsip-prinsip kebudayaan Ialam antara lain :
1. Sumber segala sesuatu adalah Allah karena dari-Nya berasal
semua ciptaan.
2. Diembankan amanah khalifah kepada manusia.
3. Manusia dilebihkan dari makhluk lainnya.
4. Ditundukkan ciptaan Allah yang lain kepada manusia baik air,
angin, tumbuhan dan hewan.
5. Dinyatakan bahwa semua fasilitas dan amanah tersebut akan
diminta pertanggungjawabannya kelak
Lima hal pokok secara eksplisit menjelaskan bahwa manusia sarat ide,
ingin selalu berbuat dan berkarya. Selanjutnya prinsip-prinsip
kebudayaan antara lain :
1.
Dibangun atas dasar nilai-nilai ilahiyah.
2.
Munculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan
manusia.
3.
Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan
alam dan penghuninya.
4.
Pengembangan ide, perbuatan dan karya dituntut sesuai
kemampuan maksimal manusia.
5.
Keseimbangan individu, sosial, dan antara makhluk lain dengan
alam merupakan cita tertinggi dari kebudayaan.
Budaya Ilmiah atau Akademik Islam memilki prinsip-prinsip prilaku
ilmiah atau akademik. Di antara ciri budaya ilmiah itu adalah :
a.

Sumber ilmu adalah Al-Quran dan hadist yang harus diambil dengan
melakukan iqra atau membaca (QS. 96:1-5)
Membaca atau iqra artinya bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciiciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, baik
yang tertulis ataupun tidak (Quraish, 1999:433)
b.
Menggunakan potensi yang dimiliki secara optimal

c.

d.

e.

f.

g.

h.
i.
j.

Dalam Al-Quran Surat Al-Nahl ayat 78 :


Pada ayat di atas dijelaskan bahwa paska kelahiran manusia tidak
mengerti apa-apa namun Allah beri potensi besar yaitu pendengaran,
penglihatan dan hati yang mana ketiga potensi itu adlaah instrumen vital
untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Penggunaan potensi hati
Hati memiliki potensi berpikir yang mendalam. Alwi Shihab
menjelaskan potensi berpikir yang dilakukan oleh aqal tidak dipahami
denmgan aqal secara kongkrit. Namun, potensi berpikir yang terbesar
adalah pada hati.
Objek ilmu atau bidang kajian akademik meliputi aspek yang tidak
terbatas
Secara umum objek ilmu mencakup kepada aspek-aspek yang kongkrit
atau objek materi dan abstrak atau objek nonmateri. Penjelasan tentang
luasnya objek kajian ilmu dalam pandangan Islam terlihat jelas dalam
banyak ayat Al-Quran misalnya QS. Ali Imran 3: 190-191.
Ilmu secara umum dalam pandangan Islam dapat dikelompokkan
menjadi dua hal yaitu ilmu kasbi dan ilmu laduni.
Ilmu kasbi yaitu ilmu yang diperoleh melalui trial and error dengan
mepelajari ayat-ayat kauniyah (seluruh alam) dan ayat qaliyah (wahyu).
Hal ini banyak dijelaskan oleh Allah SWT seperti QS. Al-Nahl, 16:8 dan
QS. Al-Isra 17:85.
Kewajiban mengamalkan ilmu
Termasuk budaya akademik yaitu pengamalan ilmu yang telah dimiliki.
Pengalaman ilmu merupakan manifestasi dari kekaguman kepada Allah
SWT. Dalam QS. Al-Fathir, 35:28.
Penggalian ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi
Ilmu yang dimiliki umat Islam akan berbuah pada berhasilnya
menghasilkan software dan hardware (program dan benda). Allah
menjelaskan bahwa ditundukkan semua yang di langit dan di bumi untuk
manusia dalam QS. Al-Jatsiyah, 45:13.
Menggunakan fasilitas diri, alam, dan pakar serta kekuatan berjamaan
dalam menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan.
Mengisi waktu dengan hal-hal efektif.
Pembentukan akhlak.

Beberapa prinsip budaya ilmiah atau akademik dalam perspektif


Islam di atas tampak pada diri kaum intelektual Islam. Banyak pemikir
Islam mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan menghasilkan
teknologi di samping didukung oleh pengamalan ajaran agama yang
kuat. Di antara pakar tersebut seperti Ibnu Susyd yang dikenal dengan
Averoes yang hidup tahun 1126-1198 M, menguasai bahasa Arab,
Filsafat, ilmu kedokteran, astronomi, fisika analisis, retorika dan puisi,
metafisik tafsir fisika. Ibnu Rusyd juga termasuk tokoh yang dinilai
mampu menelaah konsep fisika Aristoteles. Pakar lainnya seperti Ibnu
al-Banna yang hidup antara tahun 1256-1321 M di Maroko yang
menguasai Matematika, Geometri, Astronomi, Astrologi di samping
menguasai ilmu Tafsir dan ilmu hadis serta banyak menghafal keduanya
(Nakosteen, 1995:328)
Di dalam sumber ajaran Islam dijelaskan mengenai budaya kerja. Di
antara prinsip-prinsip yang ada dalam bekerja adalah :
1. Bekerja didasarkan atas niat yang tulus karena Allah SWT.
Keimanan merupakan dasar setiap aktivitas manusia. Berbuat
berdasarkan nilai-nilai keimanan berarti investasi bagi manusia karena
perbuatannya diimbali oleh Allah. Surat Al-Bayyinah ayat 5.
2. Bekerja berdasarkan ilmu
Melakukan sesuatu didasarkan atas ilmu yang dimiliki akan
mendatangkan hasil yang memuaskan bagi si pelaku dan orang lain yang
memanfaatkan produksinya. Al-Quran Surat Al-Isra: 36
3. Bekerja dengan maksimal atau terbaik/ihsan.
4. Bekerja sendiri atau secara bersama.
5. Bekerja untuk kesejahteraan dan kemashlahatan diri dan
lingkungan.
6. Bekerja dengan objek yang bervariasi dan professional Dalam AlQuran Surat Alam Nasyrah ayat 7.
7. Bekerja berorientasi masa depan.

C.

Sejarah Intelektual dalam Islam


Ada banyak faktor penyebab proses pertumbuhan peradaban Islam.
Namun secara garis besar dapat dibagi menjadi dua faktor penyebab
tumbuh berkembangnya peradaban Islam, hingga mencapai lingkup
mondial, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor pertama (internal) berasal dari dalam norma-norma atau ajaran
Islam sendiri.Faktor kedua(eksternal) pada hakikanya merupakan
implikasi dari faktor pertama. Motivasi internal yang begitu kuat telah
mengkristal dalam kehidupan umat Islam sejalan dengan perkembangan
sejarah, dan nilai-nilai atau norma-norma ajaran Islam menjiwai dalam
setiap kehidupannya.
Tonggak-tonggak sejarah peradaban Islam, tak pernah lepas dari
sejarah intelektual Islam. Untuk memahami dengan baik perkembangan
tersebut, idealnya diperlukan pemahaman yang memadai tentang
periodisasi sejarah perkembangan Islam. Dengan menggunakan teori
yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi
perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan ke
dalam tiga masa, yaitu: masa klasik antara 650-1250 M, masa
pertengahan antara tahun 1250-1800 M, dan masa modern antara tahun
1800 sampai sekarang.
Pada masa klasik, lahir ulama mahzab, seperti: Imam Hanafi,
Imam Hambali, Imam Syafii , dan Imam Maliki. Sejalan dengan itu
lahir pula filosof muslim pertama,Al-Kindi 801 M. Diantara
pemikirannya, ia berpendapat bahwa kaum Muslimin menerima filsafat
sebagai bagian dari kebudayaan Islam. Selain, Al-Kindi, pada abad itu
lahir pula filosof besar seperti: Al-Razi (865 M) dan Al-Farabi (870 M).
keduanya dikenal sebagai pembangun agung sistem filsafat. Pada abad
berikutnya, lahir filosof agung Ibn Miskawaih 930 M. Pemikirannya
yang terkenal tentang pendidikan akhlak. Kemudian Ibn Sina tahun 1037
M, Ibn Bajjah tahun 1138 M, Ibn Tufail tahun 1147 M,dan Ibn Rusyd
tahun 1126 M.
Masa pertengahan dalam catatan sejarah pemikiran Islam masa
kini, merupakan fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari
umat Islam sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan dengan

wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Pengaruhnya masih


ada sampai sekarang. Sebagai pemikir muslim kontemporer sering
melontarkan tuduhan pada Al-Ghazali sebagai orang pertama yang
menjauhkan filsafat dari agama. Sebagaimana tertuang dalam tulisannya
Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Filsafat). Tulisan Al-Ghazali dijawab
oleh Ibn Rusyd dengan tulisan Tahafut al-Tahafut (Kerancuan di atas
kerancuan).

D.

Budaya yang Boleh dan Tidak Boleh dalam Islam


Ajaran Islam yang berkembang di Indonesia mempunyai tipikal
yang spesifik bila dibandingkan dengan ajaran Islam di berbagai negara
Muslim lainnya. Menurut banyak studi, Islam di Indonesia adalah Islam
yang akomodaatif dan cenderung elastis dalam berkompromi dengan
situasi dan kondisi yang berkembang di Indonesia, terutama situasi
sosial politik yang sedang terjadi pada masa tertentu. Muslim Indonesia
pun konon memiliki karakter yang khas, terutama dalam pergumulannya
dengan kebudayaan lokal Indonesia. Disinilah terjadi dialog dan
dialektika antara Islam dan budaya lokal yang kemudian menampilkan
wajah Islam yang khas Indonesia, sehingga dikenal sebagai Islam
Nusantara atau Islam Indonesia dimaknai sebagai Islam yang berbau
kebudayaan Indonesia. Islam yang bernalar Nusantara, Islam yang
menghargai pluralitas, Islam yang ramah kebudayaan lokal, dan
sejenisnya. Islam Nusantara atau Islam Indonesia bukan foto copy
Islam Arab, bukan kloning Islam Timur Tengah, bukan plagiasi Islam
Barat, dan bukan pula duplikasi Islam Eropa.
Meskipun Islam lahir di negeri Arab, tetapi dalam kenyataannya
Islam dapat tumbuh dan berkembang dengan kekhasannya dan pada
waktu yang sama sangat berpengaruh di bumi Indonesia yang
sebelumnya diwarnai animisme dan dinamisme, serta agama besar
seperti Hindu dan Budha. Dengan demikian, wajah Islam yang tampil di
Indonesia adalah wajah Islam yang khas Indonesia, wajah Islam yang
berkarakter Indonesia, dan Islam yang menyatu dengan kebudayaan
masyarakat Indonesia, tetapi sumbernya tetap al-Quran dan al-Sunnah.

Oleh karena itulah, wajah Islam di Indonesia merupakan hasil


dialog dan dialektika antara Islam dan budaya lokal yang kemudian
menampilkan wajah Islam yang khas Indonesia. Dalam kenyataannya,
Islam di Indonesia memanglah tidak bersifat tunggal, tidak monolit, dan
tidak simple, walaupun sumber utamanya tetap pada al-Quran dan alSunnah. Islam Indonesia bergelut dengan kenyataan negara-negara,
modernitas, globalisasi, kebudayaan likal, dan semua wacana
kontemporer yang menghampiri perkembangan zaman dewasa ini.
Tulisan ini ditulis dalam konteks sebagaimana tersebut diatas
dalam memandang event peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.
Dalam realitanya memang terdapat berbagai tradisi umat Islam dibanyak
Negara Muslim seperti Indonesia, Malasyia, Brunai, Mesir, Yaman,
Aljazair, Maroko, dan lain sebagainya yang menimbulkan kontroversi
dari perspektif hukum tentang boleh atau tidaknya atau halal atau
haramnya untuk mengamalkannya. Di Antara tradisi yang menimbulkan
kontroversi itu Antara lain melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti
peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, peringatan Isra Miraj,
peringatan Muharram, dan lain-lain.
Oleh karena kontroversi-kontroversi yang menyelimuti peringatanperingatan tersebut, maka tulisan ini berupaya menjelaskan posisi
peringatan Maulid Nabi Saw, perspektif hukum Islam, akan tetapi tidak
bersifat tunggal, namun memberikan horizon pilihan yang
memungkinkan kita untuk bersikap arif dan bijaksana terhadap pihak
yang berbeda pahamnya.
Dari riwayat Rasulullah Saw, Islam membiarkan beberapa adat
kebiasaan manusia yang tidak bertentangan dengan syariat dan adabadab Islam atau sejalan dengannya. Oleh karena itu, Rasulullah Saw
tidak menghapus seluruh adat dan budaya masyarakat Arab (pada masa
itu) yang ada sebelum datangnya Islam. Akan tetapi Rasulullah Saw
melarang budaya-budaya yang mengandung unsur syirik, seperti
pemujaan terhadap leluhur dan nenek moyang, dan budaya-budaya yang
bertentangan dengan adab-adab Islami.

Jadi, selama adat dan budaya itu tidak bertentangan dengan Islam,
silahkan melakukannya. Namun jika bertengan dengan ajaran Islam,
seperti memamerkan aurat pada sebagian pakaian adat daerah, atau
budaya itu berbau syirik atau memiliki asal-usul ritual syirik dan
pemujaan atau penyembahan kepada dewa-dewa atau Tuhan-Tuhan
selain Allah, maka budaya seperti itu hukumnya haram.

E.

1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.

Masjid sebagai Pusat Peradaban dalam Islam


Dalam sejarah perkembangan Islam, Masjid memiliki fungsi yang
sangat vital dan dominan bagi kaum Muslimin, di antaranya:
Mesjid pada umumnya dipahami masyarakat sebagai tempat ibadah
khusus, seperti sholat.
Sebagai prasasti atas berdirinya masyarakat Muslim. Jika dewasa
ini bendera sebagai simbol sebuah Negara yang telah merdeka, maka
kaum Muslimin pada tempo dulu jika berhasil menaklukkan sebuah
Negara, mereka menandainya dengan membangun sebuah masjid
sebagai pertanda bahwa wilayah tersebut menjadi bagian dari Negara
Islam (Shini,T.T:158)
Masjid merupakan sumber komunikasi dan informasi antar warga
masyarakat Islam.
Di zaman Nabi SAW masjid sebagai pusat peradaban
Sebagai simbol persatuan umat Islam.
Sebagai pusat gerakan.
Di Masjid kaum tua-muda Muslim mengabdikan hidup untuk belajar
ilmu-ilmu Islam, mempelajari Al-Quran dan Al-Hadist , kritisme, tafsir,
cabang-cabang syariat, sejarah, astronomi, geografi, tata bahasa, dan
sastra arab.

F.

Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia


Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena
Islam berasal dari jazirah Arab, maka Islam masuk ke Indonesia tidak
terlepas dari budaya Arabnya.
Kedatangan Islam dengan segala komponen budayanya di Indonesia
secara damai telah menarik simpati sebagian besar masyarakat
Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari situasi politik yang tengah terjadi
saat itu.
Dalam pandangan Nurcholis Majid (1988:70) bahwa daya tarik
Islam yang pertama dan utama adalah besifat psikologis, Islam yang
secara radikal bersifat egaliter dan mempunyai semangat keilmuan
merupakan konsep revolusioner yang sangat memikat dalam
membebaskan orang-orang lemah (mustadhafin) dari belenggu
hidupnya.
Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para dai
mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana
dilakukan oleh Wali Songo di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali
Allah SWT itu dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya
setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah
masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
1.

Kebudayaan yang Islami adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa,
karsa, dan karya manusia yang tidak terlepas dari nilai-nilai ketuhanan.
Hasil olah yang universal berkembang menjadi sebuah peradaban.
Dalam perkembangannya, perlu dibimbing oleh wahyu dan aturanaturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang
bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan diri manusia
sendiri. Di sinilah, agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam
mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang
beradab.
2.
Pada masa klasik hidup ulama mahzab dan filosuf-filosuf besar dan
agung.
3.
Masjid selain sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai salah
satu simbol bagi Islam, tempat pusat komunikasi dan informasi, tempat
belajar tentang ajaran Islam.
4.
Nilai Islam yang beraroma Negara Arab secara tidak langsung masuk
meresap ke dalam budaya Indonesia, seperti ejaan, kebiasaan, dsb.

B.
1.

Saran

Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk
dapat lebih mengembangkan Sistem Kebudayaan Islam di Indonesia
dan dapat pula mengerti dan paham tentang konsep kebudayaan islam di
indonesia.
2.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari yang namanya konsep dan
sebuah rujukan yang dijadikan bahan penulisan makalah. Untuk itu kami
mohon kepada Bapak pembimbing mata kuliyah pendidikan agama
islam (PAI) agar mengajarkan kepada para pelajar khususnya bagi
mahasiswa agar tidak melanggar dari norma-norma agama yang sudah

ditetapkan, karena selain merugikan diri sendiri juga akan merugikan


orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Dosen PAI UNM.2006.Reorientasi Pendidikan Islam: Menuju
Pengembangan Kepribadian Insan Kamil.Malang:Hilal Pustaka
2. Tim Dosen PAI UB.2006.Buku Daras Pendidikan Agama
Islam.Malang:PPA UB
3. Gazalba,Sidi.1975.Mesjid: Pusat Ibadat dan Kebudayaan
Islam.Jakarta:Pustaka Antara
4. http://sahrul-media.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai