Anda di halaman 1dari 23

1

PEDOMAN PEMILIHAN KATA DAN GAYA


BAHASA

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok
pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester Satu
yang Diampu oleh Drs. H. M. Nur Fawzan Ahmad, M. A.
DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ahmad Eri Setiawan


Asriah
Astrin Mustika
Dian Sri Lestari
Fauziah Yolia
Galih Pamujining Tyas
Hari Kusuma
Ines Dwi Yulianti

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
SEMARANG
2012/2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan karunia Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Pedoman Pemilihan Kata atau Diksi dengan baik.
Tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada pihak-pihak terkait
yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan makalah ini :
1. Drs. H. M. Nur Fawzan Ahmad, M. A., selaku dosen penganmpu mata
kuliah Bahasa Indonesia
2. Kedua orang tua, yang senatiasa mendoakan kami
3. Rekan-rekan mahasiswa, yang mendukung kami
4. Pihak-pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini
Makalah ini disusun dari berbagai literatur dengan tujuan untuk
mempermudah pemahaman mengenai pedoman pemilihan kata dan gaya bahasa.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membaca makalah ini.
Kami mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Semarang, Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
KATA PENGANTAR.ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................1
1.3 Tujuan Makalah.........................................................................2
BAB II PEDOMAN PEMILIHAN KATA DAN GAYA BAHASA
2.1 Definisi Diksi.............................................................................3
2.2 Ketepatan dan Kesesuaian Penggunaan Diksi...........................4
2.3 Kata dan Gagasan.......................................................................6
2.4 Makna Kata dan Relasinya .......................................................7

2.5 Perubahan Makna Kata.............................................................10


2.6 Gaya Bahasa .............................................................................11
2.7 Diksi dalam Kalimat .................................................................15
2.8 Kata Serapan17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................18
3.2 Saran...........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia memiliki beraneka ragam suku bangsa dari Sabang sampai
Merauke, di dalamnya terdapat bahasa yang beragam pula. Kita sebagai
makhluk sosial tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi dengan orang lain.
Seseorang dikatakan berhasil berkomunikasi dengan lawan bicara, apabila
lawan bicara mengerti dengan informasi yang kita sampaikan sesuai dengan
yang kita inginkan. Keberhasilan dalam berkomunikasi tersebut sangat erat
hubungannya dengan pemilihan kata dan penggunaan gaya bahasa yang tepat
dan benar. Kita sering menjumpai masyarakat yang berinteraksi dengan lawan
bicara akan tetapi lawan bicara tidak bisa menangkap informasi sesuai dengan
keinginan yang kita kehendaki. Hal tersebut dikarenakan pemilihan kata dan
gaya bahasa yang digunakan kurang tepat dan benar.
Pemilihan kata dan penggunaan gaya bahasa yang tepat dan benar
merupakan pedoman kita untuk berinteraksi dengan orang lain agar lawan
bicara kita paham dan mengerti jelas dengan informasi yang ingin kita
sampaikan. Karena setiap kata-kata yang kita pilih dan tiap gaya bahasa yang
kita gunakan akan menimbulkan efek makna dengan yang kita informasikan
dengan lawan bicara. Apalagi jika kita menggunakan interaksi dengan media
tulis, itu sangat mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman pembaca. Dari
rangkaian diatas, penyusun akan mengemukakan mengenai pedoman
pemilihan kata dan gaya bahasa.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan diksi?
1.2.2 Apa yang dimaksut dengan ketepatan dan kesesuaian dari
penggunaan diksi?
1.2.3 Apa yang dimaksut dengan makna kata dan relasinya?

1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6

Apa yang dimaksut dengan perubahan makna kata?


Apa yang dimaksut dengan gaya bahasa?
Apa yang dimaksud dengan diksi dalam kalimat?
Apa yang dimaksud dengan kata serapan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Menjelaskan kepada pembaca pengertian dari diksi.
1.3.2
Menjelaskan kepada pembaca mengenai ketetapan dan
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8

kesesuaian dari penggunaan diksi.


Menjelaskan kepada pembaca mengenai kata dan gagasan.
Menjelaskan kepada pembaca mengenai makna kata dan relasinya.
Menjelaskan kepada pembaca mengenai perubahan makna kata.
Menjelaskan kepada pembaca mengenai gaya bahasa.
Menjelaskan kepada pembaca mengenai diksi dan kalimat.
Menjelaskan kepada pembaca mengenai kata sapaan.

BAB 2
PEDOMAN PEMILIHAN KATA DAN GAYA BAHASA

2.1 Definisi Diksi


Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam
penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa
penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya,
termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan (Alek dan Achmad,
2010:230).
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada
dalam benak seseorang. Makna kata bisa saja berubah saat digunakan dalam
kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang
sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa
saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam
kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema
penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan
efek agar sesuai.
Pilihan kata atau diksi bukan hanya memilih kata-kata yang cocok dan
tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga
menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata atau frase didalam
konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran),
ungkapan, dan gaya bahasa. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam
pengelompokan atau susunannya, atau menyangkut cara-cara yang khusus
berbentuk

ungkapan-ungkapan.

Pemilihan

gaya

bahasa

yang

akan

digunakanpun merupakan kegiatan memilih kata menyangkut gaya-gaya


ungkapan secara individu (Habsoro, 2009:17).
Orang yang banyak menguasai kosa kata akan lebih mudah
memilih kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan
gagasannya. Orang yang kurang banyak menguasai kosa kata terkadang tidak
bisa menempatkan kata terutama yang bersinonim, seperti kata meneliti sama
artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Kata-kata

turunannya adalah penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan.


Orang yang menguasai banyak kosa kata tidak akan menerima bahwa katakata tersebut mengandung arti yang sama, karena bisa menempatkan kata-kata
itu dengan cermat sesuai dengan konteksnya. Sebaliknya orang yang tidak
menguasai kosa kata akan mengalami kesulitan karena tidak mengetahui ada
kata yang lebih tepat, dan tidak mengetahui ada perbedaan dari kata-kata yang
bersinonim itu. Dengan demikian, menurut (Alek dan Achmad, 2010:230)
diksi adalah
1. Mencakup pengertian kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu
gagasan, cara menggabungkan kata-kata yang tepat,dan gaya yang paling
baik digunakan dalam situasi tertentu;
2. Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna
dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar atau pembaca; dan
3. Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosa
kata yang banyak.
2.2 Ketepatan dan Kesesuaian Penggunaan Diksi
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni; pertama,
masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau
ide. Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata
tersebut. Menurut (Alek dan Achmad, 2010:235) ketepatan pilihan kata
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasangagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembaca. Masalah pilihan kata
akan menyangkut makna kata dan kosa kata akan memberi keleluasaan kepada
penulis, untuk memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili
pikirannya. Ketepatan makna kata bergantung pada kemampuan penulis
mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya.
Seandainya kita dapat memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau
pembicaraan kita akan mudah menimbulkan gagasan yang sama pada

imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan


oleh penulis atau pembaca. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita
gunakan, bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang
disampaikan secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik
berupa reaksi verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan
tindakan atau perilaku yang sesuai dengan yang kita ucapkan. Agar dapat
memilih kata-kata yang tepat, maka ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan berikut ini:
1. Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi
Kata denotasi adalah arti secara harfiahnya.
Contoh :
Bunga di taman itu indah sekali.
Kata konotasi adalah makna yang disesuaikan dengan pengalaman orang
seorang yang diacu oleh kata itu.
Contoh :
Bunga desa itu bernama Ani.
2. Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya
Contoh :
Kata karton dengan kata kartun
Kata intensif dengan kata insentif
Kata bawa dengan kata bawah
3. Dapat memahami makna kata-kata abstrak dan kata konkret
Kata abstrak adalah kata yang mengacu kepada sifat dan gagasan.
Misalnya : panas, dingin, baik, keadilan, kesatuan, kebersamaan dan lainlain.
Kata konkret adalah kata yang mengacu ke barang yang spesifik. Kat
konkret dapat efektif dalam karangan pengisahan (narasi) dan pemerian
(deskripsi) karena merangsang pancaindra. Misalnya : mobil, motor,
rumah dan lain-lain.
Contoh :
(1) Ketulusan hatinya membuat dia akhirnya luluh.
(2) Saya baru membeli motor kemarin.
4. Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :
(1) Antara aku dan dia tidak terjadi apa-apa.
(2) Baik menang maupun kalah sama saja.
(3) Bukannya saya tidak percaya, tetapi ragu dengan kemampuannya.

10

5. Dapat membedakan kata-kata umum dengan kata-kata khusus.


Kata umum adalah kata yang dapat diterapkan pada banyak hal, pada
kumpulan, atau pada keseluruhan sifat barang. Kata khusus adalah
katayang hanya mengacu ke beberapa sifatnya atau ke beberapa
bagiannya saja.
Contoh :
(1) Kata umum
(2) Kata khusus

: melihat,
:menatap,

memandang,

melotot,

membelalak,

melirik, memperhatikan, menonton.


2.3 Kata dan Gagasan
Dalam berkomunikasi, setiap orang menggunakan kata (bahasa). Para
linguis sampai sekarang masih memperbincangkannya karena belum ada
batasan yang mutlak tentang itu. Istilah kata bisa digunakan oleh para
tatabahasawan tradisional. Menurut mereka, kata adalah satuan bahasan yang
memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua
buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tata bahasawan struktural, penganut
aliran Bloomfield menyebutnya morfem. Batasan kata yang dibuat Bloomfield
sendiri, yakni kata adalah satuan bebas terkecil (Handoyo, Dewanggono dan
Tri Handoyo, 2009:18).
Hal paling penting dari rangkaian kata-kata itu adalah pengertian yang
tersirat dibalik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat dalam
berkomunikasi harus saling memahami atau saling mengerti, baik pembicara
maupun pendengar, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu
mengandung makna bahwa tiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau
sebuah ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk
menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menurut Keraf (2002:21) ;
kata-kata ibaratpakaian yang dipakai oleh pikiran kita.Tiap kata memiliki
jiwa. Setiap anggota masyarakat harus mengetahuijiwa, agar ia dapat

11

menggerakkan orang lain dengan jiwa dari kata-kata yang dapat


digunakannya.
Kata dengan gagasan mempunyai hubungan ketergantungan, semakin
banyak ide atau gagasan yang bisa diungkapkan semakin banyak kata yang
dikuasai. Orang yang banyak menguasai kosa kata akan merasa mudah dan
lancar berkomunikasi dengan orang lain. Sering kita tidak memahami
pembicaraan orang lain, karena kita tidak atau kurang menguasai kata-kata
atau gagasan seperti yang dikuasai oleh pembicara.
2.4 Makna Kata dan Relasinya
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal
pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna. Makna sebuah kata atau
sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna kata terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
2.4.1

Makna Denotatif dan Konotatif


Makna denotatif adalah makna yang lugas yang menyampaikan
sesuatu secara faktual. Makna denotatif tidak akan mengalami
perubahan makna. Makna konotatif adalah makna yang bukan
sebenarnya, yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna
denotasi yang mengalami penambahan.
Makna konotatif selalu berubah dari zaman ke zaman. Contoh:
Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya
tidak memiliki nilai rasa yg mengenakkan, tetapi kata ramping
bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang
mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping (Handoyo,
Dewanggono dan Tri Handoyo, 2009:20).

2.4.2 Makna Umum dan Makna Khusus


Kata umum adalah kata yang cakupannya lebih luas. Kata khusus
adalah kata yang

memiliki cakupan yang lebih sempit atau khusus.

Misalnya bunga termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari


bunga adalah mawar, melati , anggrek.

12

2.4.3 Makna Leksikal dan makna Gramatikal


Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi
alat indera atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan
(Handoyo, Dewanggono dan Tri Handoyo, 2009:18).
Contoh: Kata nyamuk, makna leksikalnya adalah binatang yang
menyebabkan timbulnya penyakit.
Makna Gramatikal (Handoyo, Dewanggono dan Tri Handoyo,
2009:18) adalah untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia,
menggunakan pengulangan kata, seperti kata: meja yang bermakna
sebuah buku, menjadi meja-meja yang bermakna banyak meja.
2.4.4 Makna Peribahasa
Makna pribahasa adalah makna yang bersifat memperbandingkan
atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama
perumpamaan (Handoyo, Dewanggono dan Tri Handoyo, 2009:19).
Contoh:
Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa.
2.4.5 Makna Kias dan Lugas
Makna kias adalah kata ataupun kalimat yang tidak mengandung
arti yang sebenarnya.
Contoh :
raja siang, bermakna matahari.
2.4.6 Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata abstrak adalah kata yang mengacu kepada sifat dan gagasan.
Misalnya : panas, dingin, baik, keadilan, kesatuan, kebersamaan dan
lain-lain.
Kata konkret adalah kata yang mengacu ke barang yang spesifik.
Kata konkret dapat efektif dalam karangan pengisahan (narasi) dan
pemerian (deskripsi) karena merangsang pancaindra. Misalnya : mobil,
motor, rumah dan lain-lain (Alek dan Achmad, 2010:235).

13

Adapun relasi makna terbagi atas beberapa kelompok yaitu :


2.4.6.1 Kesamaan Makna (Sinonim)
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang mempunyai
makna yang sama, tapi bentuknya berlainan.
Contoh :
mati dan wafat
bagus dan indah
buruk dan jelek
cantik dan ayu
2.4.6.2 Kebalikan Makna (Antonim)
Antonim adalah dua kata atau lebih yang mempunyai
makna yang berbeda atau dianggap kebalikan dari makna.
Contoh :
Luas berantonim dengan sempit.
Besar berantonim dengan kecil
Panjang berantonim dengan pendek
Luar berantonim dengan dalam
Keluar berantonim dengan masuk
2.4.6.3

Ketercakupan Makna (Hiponim)


Hiponim adalah sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau
kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari
makna suatu ungkapan.
Contoh :
(1) Kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan,
sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
(2) Kata anggrek adalah hiponim terhadap kata bunga,
sebab makna anggrek termasuk makna bunga

2.4.6.4 Kelebihan Makna (Redundansi)


Redundansi dapat diartikan sebagai kalimat yang berlebihlebihan yang sebenarnya tidak perlu dicantumkan.Contoh :
Buku dibawa Clara, maknanya tidak akan berubah bila

14

dikatakan buku dibawa oleh Clara. Pemakaian kata oleh pada


kalimat kedua dianggap sebagai suatu yang redundansi, yang
berlebih- lebihan, dan sebenarnya tidak perlu.
2.5 Perubahan Makna Kata
Macam-macam perubahan makna:
2.5.1 Perluasan arti
Perluasan arti adalah suatu proses perubahan makna yang dialami
sebuah kata yang tadinya mengandung suatu makna yang khusus, tetapi
kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas makna yang lebih
umum.
Contoh :
(1) Berlayar, makna awalnya adalah bergerak mengarungi lautan dengan
perahu layar, sedangkan sekarang berarti mengarungi lautan baik
menggunakan layar maupun tidak.
(2) Ibu, makna awalnya adalah wanita yang telah melahirkan anak,
sedangkan sekarang berarti setiap wanita dewasa.
2.5.2 Penyempitan arti
Penyempitan arti sebuah kata adalah sebuah proses yang dialami
sebuah kata dimana makna yang lama lebih luas cakupannya dari makna
yang baru.
Contoh :
(1) Sarjana, makna dahulu adalah seorang cendekiawan, sedangkan
sekarang berarti gelar untuk lulusan dari universitas.
(2) Pendeta, makna dahulu adalah pemuka agama untuk bermacammacam agama, sedangkan sekarang berarti pemuka agama utuk
agama Kristen dan Katholik.
2.5.3 Ameliorasi
Ameliorasi adalah suatu proses perubahan makna, dimana arti yang
baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama.
Contoh :

15

(1) Wanita, sebelumnya wanita mempunyai arti yang lebih rendah dari
perempuan, sedangkan sekarang mempunyai arti yang lebih tinggi
dari perempuan.
(2) Rombongan,, sebelumnya rombongan mempunyai arti yang lebih
rendah dari gerombolan, sedangkan sekarang mempunyai arti yang
lebih tinggi dari gerombolan.
2.5.4 Peyorasi
Peyorasi adalah suatu proses perubahan makna sebagai kebalikan
dari ameliorasi. Dalam peyorasi arti yang baru dirasakan lebih rendah
nilainya dari arti yang lama.
Contoh :
(1) Gelandangan mempunyai arti yang lebih rendah dari tuna daksa.
(2) Pendusta mempunyai arti lebih kasar daripada pembohong.

2.6 Gaya Bahasa


Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa,
pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan
ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan
pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis (Alek & Achmad,
2010:233).
2.6.1 Klimaks
Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik.
Contoh :
Semua anak-anak, remaja, dan dewasa.
2.6.2 Antiklimaks
Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur.
Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasangagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan
yang kurang penting. Antiklimaks sering kurang efektif karena gagasan
yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau

16

pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya


dalam kalimat itu.
Contoh :
Para bupati, para camat, dan para kepala desa.
2.6.3 Antithesis
Antithesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasangagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau
kelompok kata yang berlawanan.
Contoh :
Air susu dibalas dengan air tuba.
2.6.4 Repetisi
Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat
yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai.
Contoh :
Selamat pagi, temanku!
2.6.5 Erotesis atau pertanyaan retoris
Erotesis adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato
atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam
dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya
suatu jawaban.
Contoh :
Siapa yang tidak mau sukses?
2.6.6 Sinekdoke
Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani
synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke
adalah semacam bahasa figurative, yang mempergunakan sebagian dari
sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau

17

mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro


parte).
Contoh :
Pars pro toto : Tangan-tangan terampil mereka lah yang membuat
patung ini.
Totum pro parte : Masyarakat Indonesia menyukai sepakbola.
2.6.7 Eufimisme
Eufimisme adalah ungkapan yang halus untuk menggantikan kata-kata
yang dirasakan menghina ataupun menyinggung perasaan.
Contoh :
Anak Anda memang tidak terlalu cepat mengikuti pelajaran seperti
anak-anak lainnya. (=bodoh)
2.6.8 Hiperbola
Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu
pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan suatu hal.
Contoh :
Hatiku tercabik-cabik, ketika kau mengakhiri hubungan kita.
2.6.9 Metafora
Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal secara
implisit.
Contohnya Banyak mahasiswa yang mencoba memperebutkan mawar
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya itu.
Pada kalimat di atas, kata mawar digunakan untuk menyebut gadis. Ini
berarti, keduanya diperbandingkan. Komponen makna penyama:
cantik/indah, segar, harum, berduri, cepat layu. Komponen makna
pembeda: untuk gadis adalah manusia, berjenis wanita, untuk mawar
adalah bagian dari tanaman.
2.6.10 Personifikasi

18

Personifikasi adalah gaya bahasa

yang menampilkan binatang,

tanaman, atau benda sebagai manusia.


Contoh:
Melambai-lambai nyiur di pantai.
2.6.11 Sarkasme
Kalimat sindiran langsung dan kasar, kata-kata pedas untuk menyakiti
hati orang lain; cemoohan atau ejekan kasar.
Contoh :
Dasar kau lintah darat!
2.6.12 Metonimia
Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang
menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh :
Kami berwisata ke Bali naik garuda.
2.6.13 Litotes
Gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan
merendahkan diri.
Contoh :
Rumah yang buruk inilah yang merupakan hasil usaha kami bertahuntahun lamanya.
2.6.14 Pleonasme
Disebut pleonasme apabila kata yang berlebihan yang jika dihilangkan,
artinya tetap utuh.
Contoh :
Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
Ungkapan di atas adalah pleonasme karena semua kata tersebut
memiliki makna yang sama, walaupun dihilangkan kata-kata: dengan
telinga saya.

19

2.7 Diksi dalam Kalimat


Diksi dalam kalimat adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan
dalam kalimat sesuai makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili
maksud atau gagasan. Makna kata itu secara leksikal banyak yang sama, tetapi
penggunaannya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan. Kata-kata
tersebut bersinonim (mempunyai arti yang sama), tetapi tidak bisa
ditempatkan dalam kalimat yang sama (Alek & Achmad,2010: 249).
Contoh :
(1) Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian untuk membuat
karya ilmiah sebagai tugas akhir dalam tugas studinya.
(2) Penyelidikan kasus penggelapan uang negara sudah dimulai.
(3) Berdasarkan pengamatan saya situasi belajar di kelas A cukup kondusif.
(4) Berdasarkan penyelidikan polisi,
memperkuat dia menjadi tersangka.

ditemukan

fakta-fakta

yang

Keempat kata dalam kalimat-kalimat itu tidak bisa ditukar. Seandainya


ditukar, tidak akan sesuai sehingga akan membingungkan pendengar atau
pembaca. Dari segi kesopanan, kata mati, meninggal, gugur, mangkat, wafat, dan
pulang ke rahmatullaah, dipilih berdasarkan jenis makhluk, tingkat sosial dan
waktu.
Contoh:
(1) Kucing saya mati setelah makan ikan busuk".
(2) Ayahnya meninggal tadi malam.
(3) Pahlawanku gugur di medan laga.
(4) Beliau wafat 1425 H.
Frase biasa dipakai dalam berita kematian disurat kabar, seperti telah
pulang ke rahmatullah kakek Jauhari. Dari segi makna, kata Islam dan
muslim sering salah penggunaannya dalam kalimat. Kita pernah mendengar
orang berkata, setelah menjadi Islam dia rajin bersedekah. Seharusnya,
setelah masuk Islam dia rajin bersedekah. Jika ingin menggunakan kata
menjadi maka selanjutnya harus menggunakan kata muslim.

20

Contoh :
Setelah menjadi muslim dia rajin bersedekah.
Islam adalah nama agama yang berarti lembaga, sedangkan muslim adalah
orang beragama islam. Kata menjadi dapat dipasangkan dengan orangnya dan
kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya.

2.8 Kata Serapan


Kata serapan adalah kata yang diserap dari berbagai bahasa lain, baik dari
bahasa daerah maupun dari bahasa asing dan digunakan dalam bahasa
Indonesia dengan cara penulisan yang mengalami perubahan. Unsur serapan
ada dua macam (Alek & Achmad, 2010:254) :
1. Unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
Reshuffle,shuttle cock.
2.Unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya di sesuikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Berikut adalah contoh kata serapan yang sering
digunakan :
edukasi berasal dari education (Inggris)
hikmah berasal dari kata hikmat (Arab)
besuk berasal dari kata bezoek (Belanda)

21

BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Diksi adalah pilihan kata yang tepat untuk mengemukakan gagasan
sehingga diperoleh efek yang diharapkan. Diksi merupakan faktor yang
penting dalam berkomunikasi, yang digunakan agar tidak terjadi kesulitan
dalam memahami informasi.
Diksi tidak hanya digunakan dalam bahasa lisan saja namun juga
digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik), Adapun penggunaaan dari diksi
digunakan dalam makna kata dan relasi makna, gaya bahasa, jargon dan kata
slang, juga kata sapaan.

22

3.2 Saran
Penyusun berharap agar pembaca dapat menerapkan pemilihan kata dan
penggunaan gaya bahasa yang benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
menerapkan hal itu pembaca akan merasa informasi yang disampaikan sesuai
dengan keinginan. Begitu juga dengan lawan bicara, lawan bicara akan merasa
nyaman dengan interaksi yang berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Alek & Achmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:Kencana.
Keraf, Gorys.2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:Gramedia.
Anonimus. 2011. Diksi dan Majas.
http://irpantips4u.blogspot.com/2011/10/makalah-diksi.html.
Diunduh tanggal 14 Oktober 2012. Pukul 20.05.
Anonimus. 2011. Pemilihan Kata.
http://pelitaku.sabda.org/menentukan_pemilihan_kata_diksi.
diunduh tanggal 14 Oktober 2012. Pukul 20.25.

23

Anda mungkin juga menyukai