KWU Jenang Kudus
KWU Jenang Kudus
Di susun oleh :
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(010112a065)
(010112a072)
(010112a077)
(010112a087)
(010112a096)
(010112a107)
(010112a115)
A. Sejarah Perusahaan
Jenang adalah sebuah penganan tradisional dari Kota Kudus, merupakan salah satu
produk yang melesat cepat diantara produk-produk olahan lainnya. CV. Mubarokfood Cipta
Delicia yang kini dikenal sebagai produsen makanan tradisional jenang Kudus telah melewati
beberapa titian sejarah yang teramat panjang, bukti perjuangan dan buah dari kegigihan, keuletan
dan akan dikenal sebagai kisah sukses anak bangsa. Pada awal kelahirannya jenang merupakan
makanan cemilan yang belum diperdagangkan.
Sejarah berdirinya Jenang Kudus Mubarok dirintis oleh Ibu Hj. Alawiyah yang kemudian
dikenal sebagai Generasi Pertama dari produsen jenang Kudus. Lokasi penjualan terletak di
Pasar Kudus, area yang sekarang dikenal sebagai tempat parkir para peziarah makam Sunan
Kudus di Masjid Menara Al-Aqsho.
Perlu diketahui bahwa perusahaan penghasil jenang yang masyur dengan merek Sinar
33 itu awalnya hanyalah industri rumahan yang dikelola dengan manajemen tradisional. Hilmy
adalah generasi ketiga yang mewarisi bisnis jenang ini dari kakek dan ayahnya. Hilmy
mengangkat jenang Sinar 33, makanan lokal Kudus, menjadi makanan yang dikenal di banyak
tempat bahkan mancanegara dengan konsistensi dan komitmen yang sudah teruji.
Usaha pembuatan jenang yang menjadi cikal bakal PT Mubarokfood Cipta Delicia
didirikan pada tahun 1910. Kakek dan nenek Hilmy, Mabruri dan Alawiyah, ialah pendirinya.
Kegiatan produksi saat itu hanya dilaksanakan berdasarkan datang tidaknya pesanan dari
konsumen. Karena pembuatan jenang terus ditekuni dan menunjukkan hasil yang cukup bagus ,
akhirnya Alawaiyah memberanikan diri menjualnya. Pertama jenang buatannya dijual di pasar
Bubar yang dulunya bekas terminal Menara yang ada dua pohon beringinnya. Beliau
merupakan generasi pertama yang membuat jenang Kudus.
Saat itu, penjualan jenang mengalami kemunduruan karena dalam masa penjajahan.
Sehingga keluarganya sulit mencari bahan baku dan sempat terhenti dalam proses produksi.
Setelah kondisi membaik, akhirnya mereka kembali aktif. Setelah meninggalnya Mabruri tahun
1940, pembuatan jenang beralih ke generasi kedua, Ahmad Shohib. Shohib dengan penuh
dedikasi juga mengembangkan usaha jenang ini. Shohib memunculkan visi pengembangan
jenang ke depan. Di tahun 1946 ia melakukan upaya perlindungan merek dagang jenang Sinar
33. Pada saat itu, hanya segelintir orang yang berpikir demikian.
Ditangan beliau perusahaan sudah mulai berkembang dan diproduksi secara masal,
disamping itu sudah mulai diperkenalkannya merk Sinar Tiga Tiga sebagai identitas produk.
Disamping itu untuk mengantisipasi banyaknya pesaing yang mulai bermunculan maka pada
Tahun 1975 perusahaan meluncurkan tiga merk baru, yaitu: Mubarok, Mabrur, dan Viva. Merk-
merk baru tersebut terbukti mampu menjadi trend setter di industri jenang terbukti banyaknya
pesaing yang meniru dari merk-merk baru tersebut, utamanya merk Mubarok.
Pada tahun 1992 H. Achmad Shochib yang telah sepuh, menyerahkan tampuk
kepemimpinan sebagai Direktur Utama kepada putranya H. Muhammad Hilmy, SE seorang
lulusan fakultas Ekonomi UII Yogyakarta dan juga alumni Pondok Modern Gontor Ponorogo. H.
Muhammad Hilmy, SE inilah yang kemudian mendirikan perusahaan CV. Mubarokfood Cipta
Delicia (MCD) sebagai pengembangan dari (PJ. Tiga Tiga).
Hilmy mulai menata usaha agar lebih modern dan mencari sumber daya manusia yang
berkualitas untuk menjad motor penggerak usaha ini. Hilmy menyadari bahwa faktor SDM
menjadi faktor kunci dalam memajukan usaha jenangnya. Untuk maju, kita membutuhkan
SDM yang bisa diajak berlari untuk meraih target yang ditentukan namun karena SDM kurang,
kita agak terkendala. Di tahun ke 5 kepemimpinannya, Hilmy masih mempertahankan sisa
SDM yang ada digenerasi kedua. Menurutnya pergantian SDM secara drastis akan menimbulkan
goncangan.
Setelah menapaki 5 tahun kedua, ia mulai mencari SDM yang lebih baik yang berasal
dari kalangan akademisi dan memiliki ketrampilan yang dibutuhkan perusahaan untuk bisa
berkompetisi diera modern ini. Saat itu, perusahaan lebih terbantu berkat dilakukannya
rekrutmen SDM baru. Uniknya, meskipun mengakui membutuhkan SDM yang memiliki
ketrampilan akademis dan bisnis, Hilmy tak melupakan aspek sprititualitas dalam merekrut. Ia
mementingkan isu kejujuran dalam rekrutmen.
Ternyata ini bukannya tanpa alasan. Hilmy mengakui memiliki pengalaman pahit dengan
tenaga pemasaran dari salah satu perusahaan makanan bermerek. Sisi akademis dan skill maupun
pengalaman sudah tak diragukan lagi tapi setelah dua tahun bekerja, Hilmy menemukan
penyimpangan yang dilakukan oknum tersebut. Oknum tersebut kedapatan membuat
kesepakatan di luar perusahaan di area pemasaran Jabodetabek. Kita butuh karyawan yang tahu
bahwa selain ia diawasi oleh pimpinan, ia juga diawasi oleh Sang Pencipta, tekannya. Kini
Hilmy tak berpangku tangan menikmati kesuksesan. Ia mulai berekspansi ke pasar luar negeri
seperti Cina dan Hong Kong. Ia mengamati adanya perkembangan yang menjanjikan di sana
setelah mengikuti pameran di sana. PT Mubarokfood Cipta Delicia bahkan akan menyewa satu
mini mall di Cina.
Daftar Pustaka
http://kisahsukses818.blogspot.com/2013/05/pasarkan-jenang-kudus-hingga-ke-cina.html
http://www.mubarokfood.co.id/berita/74-mubarokfood-rintis-makanan-khas-indonesia-kelasdunia.html
http://sadamkapor.blogspot.com/2012/12/jenang-mubarok-ciri-khas-kota-kudus.html