Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH FISIKA

Tentang
KEMAGNETAN/INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3


ANGGOTA

: 1. AMMASE.S
2. ALIYATARRAFIAH
3. ANNISWATI NURUL ISLAMI
4. ASRIANI

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN (UIN)
MAKASSAR
2012

BAB I
PENDAHULUAN
Arus listrik dapat menghasilkan (menginduksi) medan magnet. Ini
dikenal sebagai gejala induksi magnet. Peletak dasar konsep ini
adalah Oersted yang telah menemukan gejala ini secara eksperimen
dan dirumuskan secara lengkap oleh Ampere. Gejala induksi
magnetdikenal sebagai Hukum Ampere. Kedua, medan magnet yang
berubah ubah terhadap waktu dapat menghasilkan(menginduksi) medan
listrik dalam bentuk arus listrik. Gejala ini dikenal sebagai gejala
induksi electromagnet. Konsep induksi elektromagnet ditemukan
secara

eksperimen

oleh

Michael

Faraday

dan

dirumuskan

s e c a r a l e n g k a p o l e h Joseph Henry.
H u k u m i n d u k s i elektromagnet sendiri kemudian dikenal sebagai
Hukum Faraday-Henry. Dari kedua prinsip dasar listrik magnet di
atas

dan

dengan

mempertimbangkan

konsep

simetri

yang

berlaku dalam hukum alam , James Clerk Maxwell mengajukan suatu


usulan.Usulan yang dikemukakan Maxwell , yaitu bahwa jika medan
magnet
medan

yang

berubah

listrik

maka

terhadap
hal

waktu

dapat

sebaliknya

menghasilkan

boleh

jadi

dapat

t e r j a d i . Dengan demikian Maxwell mengusulkan bahwa medan listrik


yang berubah terhadap waktu dapat menghasilkan (menginduksi) medan
magnet. Usulan Maxwell ini kemudian menjadi hukum ketiga yang
menghubungkan antara kelistrikan dan kemagnetan,dan gaya magnet
ditumukan leh Lorentz sehingga dinamakan gaya Lorentz.

BAB II
PEMBAHASAN
A. MEDAN MAGNET DI SEKITAR ARUS LISTRIK
1. Defenisi Medan Magnet
Medan magnet didefenisikan sebagai daerah atau wilayah yang
jika sebuah benda bermuatan listrik berada pada atau bergerak
didaerah itu maka benda tersebut akan mendapatkan gaya
magnetic. Adanya medan magnetic disekitar arus listrik dibuktikan
oleh Hans Christian Oersted melalui percobaan.(GIANCOLLI Jilid 2).
Gaya yang diberikan satu magnet terhadap yang lainnya dapat
dideskripsikan sebagai interaksi antara suatu magnet dan medan
magnet dari yang lain. Sama seperti kita menggambarkan garisgaris medan listrik, kita juga dapat menggambarkan garis-garis
medan magnet. Garis-garis ini dapat digambarkan, seperti garisgaris medan listrik, sedemikian sehingga :
1. Arah

medan

magnet

merupakan

tangensial

(garis

singgung) terhadap suatu garis dititik mana saja


2. Jumlah garis persatuan luas sebanding dengan besar
medan magnet.
(GIANCOLLI, Jilid 2).
Arah medan magnet pada suatu titik bisa didefenisikan
sebagai arah yang ditunjuk kutub utara sebuah jarum kompas
ketika diletakkan di titik tersebut. Gambar 1.1a menunjukkan
bagaimana suatu garis medan magnet ditemukan sekitar magnet
batang dengan menggunakan jarum kompas. Medan magnet yang

ditentukan dengan cara ini untuk medan diluar magnet batang


digambarkan seperti gambar 1.1b. perhatikan bahwa karena
defenisi kita, garis-garis tersebut selalu menunjuk dari kutub utara
menuju kutub selatan magnet (kutub utara jarum kompas tertarik
ke kutub selatan magnet). http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Transformator&oldid=5250454"

Gambar 1.1a: Garis-garis medan magnet ditemukan


sekitar magnet

Gambar

1.1b:

Garis-garis

medan

magnet

diluar

magnet batang
2. Arah kuat medan magnet
Selama abad kedelapan belas, banyak filsuf ilmu alam yang
mencoba menemukan hubungan antara listrik dan magnet. Muatan
listrik

yang

stasioner

dan

magnet

tampak

tidak

saling

mempengaruhi. Tetapi ketika pada tahun 1820, Hans Chritian


Oersted

adalah

bahwa

arus

listrik

menghasilkan

medan

magnet. Ia telah menemukan hubungan antara listrik dan magnet.


(GIANCOLLI, Jilid 2)
Arah kuat medan magnetic di sekitar arus listrik bergantung
pada arah arus listrik, dapat ditentukan dengan kaidah tangan
kanan. Perhatikan gambar berikut.

Gambar 1.2 : penentuan medan magnetic disekitar arus listrik


dengan kaidah tangan kanan
Sesuai dengan aturan tangan kanan, bila ibu jari tangan .
menunjukkan arah arus listrik maka arah jari-jari yang lain (yang
digenggamkan) menunjukkan arah garis-garis medan magnet.

3. Induksi magnetik di sekitar kawat berarus listrik


a. Untuk kawat lurus dan panjang
Medan magnet yang disebabkan oleh arus listrik pada kawat
lurus yang panjang adalah sedemikian sehingga garis-garis medan
merupakan lingkaran dengan kawat tersebut

sebagai pusatnya

(Gambar 1.3). Anda mungkin mengharapkan bahwa kuat medan


pada suatu titik akan lebih besar jika arus yang mengalir pada
kawat lebih besar, dan bahwa medan akan lebih kecil pada titik
yang lebih jauh dari kawat. Hal ini memang benar. Eksperimen yang

diteliti menunjukkan bahwa medan magnet B pada titik didekat


kawat lurus yang panjang berbanding lurus dengan arus I pada
kawat dan berbanding terbalik terhadap jarak r dari kawat,
sehingga dirumuskan sebagai :

I
r

Hubungan ini valid selama r, jarak tegak lurus ke kawat, jauh


lebih kecil dari jarak ke ujung-ujung kawat (yaitu, kawat tersebut
panjang).

Konstanta

pembanding

dinyatakan

sebagai

2 ,

dengan

demikian

B =

I
r

Nilai Konstanta 0, yang disebut permeabilitas ruang hampa,


adalah 0 = 4 x 10-7 T m/A. (GIANCOLLI)

Gambar 1.3 : Arus listrik pada kawat lurus


Contoh Soal :
1. Perhitungan B didekat kawat. Kawat listrik vertical di dinding
sebuah gedung membawa arus dc

sebesar

25 A Keatas .

Berapa medan magnet pada titik 10 cm di utara kawa


Penyelesaian:
Dik :
I = 25 A
r= 10 cm = 0,10 m
Dit : B..?

Peny : B =

0 I
2 r
(4 x 107 T . m/ A )(25 A)
(2 )(0,10 m)

(2 x 107 T . m/ A)(25 A)
(0.10 m)

= 500 x 10-7 = 5 x 10-5


b. Untuk kawat melingkar
1. Besarnya medan magnet yang terdapat di pusat

kawat

melingkar terbuka :
(Perhatikan gambar berikut).

Gambar 1.4 : medan magnet disekitar kawat melingkar terbuka

a. Dititik P
Untuk sebuah lilitan :

B=

I .r .
a3

0
4

Untuk N buah lilitan

B =

0 N
4

I .r .
3
a

b. Dititik sebuah O, berarti a = r


Untuk sebuah lilitan:

B=

0
4

I .
r2

Until N buah lilitan :


B =

0 N
4
I .
2
r

2. Besarnya

medan

magnet

yang

terdapat

di

pusat

kawat

melingkar penuh
(perhatikan gambar berikut).

Gambar 1.5 : Medan magnet dipusat kawat melingkar penuh


a. dititik P
Untuk sebuah lilitan

B =

I
a

0
2

Sin2

Untuk N buah lilitan :

B =

0 N
2

I
a

Sin2

b. di titik O, berarti a = r dan sin

= sin 90 = 1.

Untuk sebuah lilitan :

B =

0
2

I
r

Untuk N buah lilitan :

B =

0 N
2

I
r

c. Untuk Kumparan (Solenoida)


Perhatikan gambar berikut.

Besarnya medan magnet yang terjadi didalam kumparan


sebesar :
B = 2 k. n .I (cos
B=

0.n
2

I (cos

1 - cos
1 cos

2)
2)

Dengan:
n = jumlah lilitan tiap satuan panjang =

= panjang kumparan
N = Jumlah lilitan Kumparan
Besar medan magnet dititik :
P di tengah-tengah sumbu kumparan, berarti

= 0 dan

= 180

B = 0 . n . I
P di salah satu ujung kumparan, berarti
90 :

= 0 dan

B=

0.n
2. I

d. Untuk toroida
Toroida

dapat

dipandang

sebagai

solenoida

yang

dilengkungkan hingga sumbuhnya berbentuk lingkaran (perhatikan


gambar berikut ini).

Besar medan magnet didalam toroida :


B = 0 . n . I

Dengan

n = Jumlah lilitan tiap satuan panjang n =

N = Jumlah lilitan toroida


a = jari-jari kelengkungan sumbu toroida
B. GAYA MAGNET (GAYA LORENTZ)
1. Arah dan Besar Gaya Magnetik

N
2a

Suatu penghantar arus listrik yang berada dalam medan


magnetic akan mengalami gaya yang disebut gaya magnetic atau
gaya Lorentz. Arah gaya Lorentz selalu tegak lurus dengan arah (I)
dan arah induksi magnetic (B). Besar gaya Lorentz dinyatakan
oleh :

F=I
B
a. Gaya Lorentz pada kawat berarus listrik
Apabila kawat penghantar sepanjang L yang dialiri arus listrik I
ditempatkan pada daerah medan magnet B, maka kawat tersebut
akan mengalami gaya Lorentz yang besarnya dapat ditentukan oleh
rumus :

FL = B I
sin
Dengan : FL = gaya magnetic / gaya Lorentz (N)
B = kuat medan magnet
(T)
I = Kuat arus listrik
(A)
L = Panjang kawat
(m)
b. Gaya Lorentz pada kawat sejajar berarus listrik
Dua buah kawat lurus berarus listrik yang diletakkan berdekatan
akan mengalami gaya Lorentz berupa gaya tarik menarik bila bira
arus listrik pada kedua kawat tersebut searah , dan berupa gaya
tolak menolak bila arus listrik pada kedua kawat tersebut
berlawanan arah.
Besarnya gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara
dua kawat sejajar berarus listrik yang terpisah sejauh a seperti
gambar diatas dapat ditentukan dengan rumus :

F 1 = F2 = F =

I I
l
2 a

Dengan: F1 = F2 = F = gaya tarik-menarik atau tolak menolak (N)


0 = Permeabilitas vakum ( 4 x 10-7 Wb/Am)
I1 = kuat arus pada kawat pertama (A)
I2 = Kuat arus pada kawat kedua
(A)
= Panjang kawat penghantar (m)
a = jarak antara kedua kawat (m)
c. Gaya Lorentz pada muatan yang bergerak dalam medan
magnet
Apabilamuatan listrik q bergerak dengan kecepatan v
didalam medan magnet B, maka muatan listrik tersebut akan
mengalami gaya Lorentz yang besarnya ditentukan dengan rumus :

FL = q v B
sin

Dengan : q = Muatan listrik (C)


V = kecepatan gerak benda (m/s)
B = Kuat medan magnet (T)
= Sudut yang dibentuk oleh v dan B
Arah gaya Lorentz yang dialami sebuah partikel bermuatan q
yang bergerak dalam sebuah medan magnet adalah tegak lurus
dengan arah kuat medan magnet dan arah dari kecepatan partikel
bermuatan tersebut.

Catatan :
Bila muatan q positif, maka arah v searah dengan arah I
Bila muatan q negatif, maka arah v berlawanan dengan I
Apabila besarnya sudut antara v dan B adalah 90 o (v B),
maka lintasan partikel bermuatan listrik akan berupa lingkaran,
sehingga partikel akan mengalami gaya sentripetal yang besarnya
sama dengan gaya Lorentz:

F L = FS
q v B sin 90o =

v2
R

R=

mv
qB

Dengan : R = jari jari lintasan partikel (m)


m = massa partikel (Kg)
v = kecepatan partikel (m/s)
B = Kuat medan magnet (T)
(Fisika untuk SMA/MA,Ahmad Zaelani dkk,469 -471).

2. Definisi satuan kuat arus listrik (Ampere)


Berdasarkan gaya antara dua kawat sejajar yang dialiri arus
listrik, kita bisa mendefinisikan besar arus satu ampere. Misalkan
dua kawat sejajar tersebut dialiri arus yang tepat sama, I 1 = I2 = I.
Maka gaya per satuan panjang yang bekerja pada kawat 2 adalah:

F=

2
I
a
Jika I = 1A dan a = 1m, maka :
F =

1
1

= 2 x 10-7 N/m
Dengan demikian kita dapat mendefinisikan arus yang mengalir
pada kawat sejajar besarnya satu amper jika gaya per satuan
panjang yang bekerja pada kawat adalah 2 x 10 -7 N/m .
(Diktat Kuliah Fisika Dasar II,Tahap Persiapan Bersama
ITB,Mikrajuddin Abdullah).
C. SIFAT KEMAGNETAN SUATU BAHAN
Sifat kemagnetan suatu bahan dialam ini dapat di golongklan
menjadi tiga, yaitu :
a. Bahan ferromagnetic, mempunyai sifat :
Ditarik sangat kuat oleh medan magnetic
Mudah ditembus oleh medan magnetic
b. Bahan paramagnetic, mempunyai sifat :
Ditarik dengan lemah oleh medan magnetik
Dapat ditembus oleh medan magnetik
Bahan diamagnetik, mempunyai sifat :
Ditolak dengan lemah oleh medan magnetik
Sukar, bahkan tidak dapat ditembus oleh medan
magnetik

Sifat ferromagnetik bahan pada umumnya dimiliki oleh


bahan itu jika berada dalam fase padat. Untuk fase cair, bahanbahan

seperti

besi

dan

tembaga

tidak

menunjukkan

sifat

ferromagnetik. Bahkan dalam bentuk padat pun sifat ferromagnetik


bahan bisa hilang jika suhunya dinaikkan melebihi suhu cair. Diatas
suhu cair, bahan ferromagnetik berubah sifatnya menjadi bahan
paramagnetik.

Suhu

cair

untuk

setiap

bahan

berbeda-beda,

misalnya suhu cair besi 770.C dan suhu cair nikel 368.C.
D. GAYA GERAK LISTRIK INDUKSI
1. Gejala induksi elektromagnetik dalam kumparan
Jika sebuah magnet batang digerakkan mendekati dan
menjauhi kumparan berulang-ulang, yang dihubungkan dengan
galvanometer secara seri maka garis-garis gaya magnet yang
keluar masuk kumparan berubah-ubah. Karena adanya perubahan
garis-garis gaya magnet pada kumparan membuat timbulnya arus
listrik dalam rangkaian. Adanya arus ini ditunjukkan oleh gerakan
jarum galvanometer (G) yang naik turun.
Arus dan gaya gerak listrik yang timbul disebut arus dan
gaya gerak listrik induksi, sedangkan gejalanya disebut induksi
elektromagnetik. Jadi, induksi elektromagnetik akan timbul
kumparan mengalami perubahan garis-garis gaya magnet (fluks
magnetic).
2. Terjadinya gaya gerak listrik induksi disekitar
penghantar
kawat penghantar ab bergerak kekanan dengan kecepatan v
memotong tegak lurus medan magnetic B. Gerakan kawat ab
tersebut akan menggerakkan muatan-muatan listrik positif ke atas
dan muatan-muatan negative kebawah. Akibatnya, di a akan

terkumpul muatan positif dan b akan terkumpul muatan negative.


Kejadian ini mirip dengan kutub positif dan kutub negative baterai.
Bila ujung a dan ujung b di hubungkan dengan rangkaian luar
sehingga terbentuk suatu rangkaian luar sehingga terbentuk suatu
rangkaian tertutup maka akan terjadi arus listrik (gerakan muatan
positif) kea rah keluar dari a dan masuk ke b. jadi, penghantar yang
bergerak dalam medan magnetic dapat berfungsi sebagai sumber
gaya gerak listrik ( seperti baterai ataupun akumulator).
3. Hukum faraday

Hubungan antara induksi magnetik (B), panjang kawat ( ),

dan kecepatan gerak (v), dengan gaya gerak listrik (E), dapat
dirumuskan sebagai berikut :
E = l . v . B Sin
Ket :

cos

= sudut antara v dan B


= sudut antara F dan

4. Hukum lenz
Hukum lenz tentang induksi elektromagnetik menyimpulkan bahwa
gaya listrik induksi yang terjadi akan menghasilkan arus induksi
yang arahnya sedemikian rupa, sehingga melawan penyebab
timbulnya gaya gerak listrik itu.
E. PENGARUH PERUBAHAN FLUKS MAGNETIK TERHADAP GGL
INDUKSI
1. Hukum Faraday-Henry
Besarnya GGL induksi (E) bergantung pada cepatnya
perubahan fluks magnetic ( ) yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :

a. Untukl satu lilitan

b. Untuk N lilitan

:E=-

d
dt

: E = -N

d
dt

Ket : tanda negative (-) pada rumus di atas diambil sebagai upaya
penyesuaian hukum lenz.
2. Fluks Magnetik
Fluks magnetic yang melalui suatu bidang dapat
didefenisikan sebagai besarnya induksi magnet (B) dikalikan
dengan luas bidang (A) yang tegak lurus terhadap medan magnet .
secara matematis dirumuskan sebagai berikut.
F = B . A Cos
Ket :

= wt = sudut antara medan magnetic dengan garis

normal bidang

E. INDUKTANSI
1. GGL induksi akibat laju perubahan arus
Perubahan GGL induksi (E) bergantung pada ceatnya perubahan
fluks () yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

E = -L

dI
dt

dengan L = induktansi diri

(Intisari fisika SMA. :193)


2. Induktansi diri dan satuannya
a. Arti induktansi diri
induktansi diri (L) merupakan konstanta kesebandingan antara

perubahan fluks magnetic

( ddt )

dan perubahan kuat arus

( dldt )

d
dt

E = -N

L=N

= -L

dan dirumuskan sebagai berikut :

dl
dt

d /dt
dI/dt

(Intisari fisika SMA. :193)


3. Satuan induktansi diri
Satuan induktsi diri adalah henry (H) dan dirumuskan sebagai
berikut :

E = -L

dI
dt

L=-

E
dI /dt

Induktansi diri suatu penghantar dikatakan 1 henry (H) bila


perubahan kuat arus 1 ampere tiap sekon menghasilkan GGL induksi
diri sebesar 1 volt pada penghantar tersebut.
(Intisari fisika SMA. :193)
4. Energi yang tersimpan dalam konduktor
Kerja total W untuk membangkitkan arus dalam rangkaian yang
mengandug kumparan hingga kuat arusnya sebesar I sama dengan
energy yang tersimpan dalam kumparan tersebut, yaitu sebesar :

W=

1
2

L I2

(Intisarifisika SMA. :194)

D. Penerapan Induksi Elektromagnetik


1. Generator arus bolak balik (AC)
Generator Arus Bolak Balik ( Generator AC ), yang juga disebut alternator
adalah mesin listrik yang berfungsi mengubah Timbal gerak menjadi
Timbal listrik berdasarkan induksi kemagnitan
A. Genertor arus searah.
Prinsip kerja suatu generator arus searah berdasarkan Timba
Faraday :
e = - N df/ dt
dengan :

N : jumlah lilitan
f : fluksi magnet
e : tegangan imbas, ggl(gaya gerak listrik)
Dengan lain perkataan, apabila suau konduktor memotong garis-garis
fluksi TimbaleT

yang berubah-ubah, maka ggl akan dibangkitkan

dalam konduktor itu.


Jadi syarat untuk dapat dibangkitkan ggl adalah :
- harus ada konduktor ( hantaran kawat )
- harus ada medan TimbaleT
- harus ada gerak atau perputaran dari konduktor dalam medan,
atau ada
fluksi yang berubah yang memotong konduktor itu.
(marthin f maruhawa blogspot.com.2012;23)
5. TRANSFORMATOR
a. Prinsip transformator
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan
atau

menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri

dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan pertama (primer) yang


bertindak sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak
sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat
medan magnet yang dihasilkan.

Bagian-Bagian Transformator

Contoh Transformator

Lambang Transformator

Prinsip Kerja Transformator


Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut.
Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer
menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang
berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke
kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan
sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi
Timbale-balik (mutual inductance).

Pada skema transformator di samping, ketika arus listrik dari sumber


tegangan yang mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah
polaritasnya) medan magnet yang dihasilkan akan berubah arah sehingga
arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder akan berubah
polaritasnya.
Hubunga antara
tegangan primer,
jumlah lilitan
primer, tegangan
sekunder, dan
jumlah lilitan
sekunder, dapat
dinyatakan dalam
persamaan

Vp
Vs

Np
Ns

Vp = tegangan primer (volt)


Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Simbol Transformator
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Transformator&oldid=5250454
b. Hubungan antara tegangan primer V1 dengan tegangan
sekunder V2

Hubungan antara tegangan primer V1 dengan tegangan sekunder V2


dapat dirumuskan sebagai berikut :

V1
N1

V2
N2

V1
V2

N1
N2

Dengan :
N1 = jumlah lilitan primer
N2 = jumlah lilitan sekuner
(Inisarifisika SMA. :197)
c. Trnasformal ideal
Bila daya yang pada trafo (sebagai akibat arus Eddy) diabaikan
(dalam arti trafo dalam kondisi ideal / trafo ideal) maka berikut :
P2 = P1
V2 . I 2 = V1 . I1

V2
V1

I1
I2

(Intisarifisika SMA. :197)

d. Efisiensi daya pada transformator


Akibat terjadnya arus eddy pada inti trnsformator maka sebagian
daya listrik akan hilang. Daya yang hilang iniberupapanas.
Perbandingan dayayang dihasilkan pada kumparan sekunder (P out)
dengan daya mula-mula yang masuk pada kumparan primer (P in)
disebutefisien transformator. Efisiensi transformator diberi lambing h
dan dirumuskan sebagai berikut :
=

Pout
Pin

x 100% 0

(Intisarifisika SMA. :197)


e. Transmisi Daya

Energi yang dibangkitkan oleh pusat pembangkit listrik prlu di


tramisikan kepada konsumen, baik yang dekat maupun yang jauh
letaknya. Untuk pentransmisian yang jaraknya jauh, pada umumnya
digunakan system transmisi daya tegangan tinggi.
(Intisarifisika SMA. :198)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah
1. Medan magnet adalah daerah atau wilayah yang jika sebuah
benda bermuatan listrik berada atau bergerak di daerah itu
maka benda tersebut akan mendapatkan gaya magnetik.
2. Arah kuat medan magnetik disekitar arus listrik bergantung
pada arah arus listrik dapat ditentukan dengan kaidah tangan
kanan.
3. Persamaan induksi magnetik untuk kawat lurus dan panjang
adalah:

B =

I
r

4. Persamaan induksi magnetik untuk kawat melingkar terbuka

Dititik p
a. Untuk sebuah lilitan :

B =
b. Untuk N buah lilitan :

0
4

B =

0 N
4

I .r .
a3

I .r .
a3

Dititik 0, berarti a=r


a. Untuk sebuah lilitan:

B=

0
4
b. Untuk N buah lilitan :

I .
2
r
B =

0 N
4
5. Persamaan

I .
r2

induksi

magnetik

kawat melingkar penuh

umtuk

dititik P
a. Untuk sebuah lilitan

0
2

B =

I
a

Sin

b.

0 N
2

B =

I
a

a.

Sin2

di titik O, berarti a = r dan sin

= sin 90 = 1.

Untuk sebuah lilitan :

B =

0
2

Untuk N buah lilitan :

I
r

b. Untuk N buah lilitan :

B =

0 N
2

I
r

3. Persamaan medan magnet yang terjadi dalam kumparan :

B = 2 k. n .I (cos

0.n
2

B=

I (cos

1 - cos

cos

Besar medan magnet dititik :

P di tengah-tengah sumbu kumparan, berarti

dan

=0

= 180

B 0 . n . I

P di salah satu ujung kumparan, berarti

= 90 :

B=

0.n
2. I

= 0 dan

4. Persamaan medan magnet yang terjadi dalam toroida:


B = 0 . n . I
5. Arah gaya magnetik dapat ditentukan dengan kaidah tangan
kanan
6. Persamaan muatan listrik yang bergerak dalam penghantar
lurus

FL = B I
sin
7. Persamaan muatan listrik yang bergerak tanpa kawat

FL = q v B
sin

Tetapi bila tidak ada gaya lain yang memepengaruhi maka


berlaku rumus :

F L = FS
q v B sin 90o =

v2
R

m
8.

R=

mv
qB

Persamaan

muatan

listrik

yang

bergerak pada dua kawat sejajar:

F 1 = F2 = F =
9. Hubungan antara induksi magnetik (B),

I I
l
2 a

panjang kawat ( ), dan kecepatan gerak

(v), dengan gaya gerak listrik (E), dapat dirumuskan sebagai


berikut :

E = . v . B Sin

cos

10.Besarnya GGL induksi (E) bergantung pada cepatnya perubahan


fluks magnetic ( ) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Untukl satu lilitan

E=-

d
dt

Untuk N lilitan

E = -N

d
dt

11.Fluks magnetik dapat di rumuskan sebagai berikut :

F = B . A Cos

12.GGL Induksi akibat laju perubahan arus dirumuskan sebagai


berikut:

dI
dt

E = -L

13.Arti induktansi diri :


E = -N
L=N

d
dt

= -L

dl
dt

d /dt
dI/dt

14.Persamaan transformator ideal adalah sebagai berikut :


P2 = P1
V2 . I 2 = V1 . I1

V2
V1

I1
I2

15.Efisiensi daya pada transformator


=

Pout
Pin

x 100% 0

DAFTAR PUSTAKA
Giancolli, Dauglas C.2001.Fisika Edisi v jilid II. Jakarta: Erlangga

Halliday dan Resnick dkk.1997. Fisika jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Erlangga


http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Transformator&oldid=5250454
http//.www.google.sifat kemagnetan bahan.co.id
Zaelani, Ahmad. 2006. Fisika Until SMA/MA.Bandung:
CV.YRAMAWIDYA

Anda mungkin juga menyukai