Anda di halaman 1dari 25

Fenomena Pelajar "masa kini"

Fakta Anak Sekolah Masa Kini


Halo, kembali bersama posting di blog attractive yang selalu menarik untuk ditarik. posting ini
berjudul Fakta anak sekolah, selamat membaca ;
Di jaman yang modern ini (ceilah), di banjarnegara persentase masyarakat yang bekerja sekitar
30% , pengangguran 23%(termasuk pencopet dan preman pasar). Kemudian 5% untuk maling
dan perampok, dan sisanya adalah kita, masyarakat pelajar. Tak heran jika Setiap harinya banyak
mahluk-mahluk berseragam sekolah berkeliaran di Trotoar, halte, teras rumah, warung kopi,
tempat rental, rumah makan, restoran, emper toko, dan masih banyak tempat tempat lainya
karena pelajar adalah dominasi masyarakat, orang yang tidak sekolah akan dijuluki berandolan,
eh berandalan, dan masyarakat yang telah selesai bersekolah disebut pengangguran, karena
sempitnya lapangan kerja.
Pertama, para pelajar yang sudah ketalang masuk sekolah dan mulai empet dengan sekolah
menjadi kacau mereka takut menjadi pengangguran karena sempitnya lapangan kerja, sehingga
banyak sekali pelajar pelajar yang membolos sekolah, dan menjadi ugal-ugalan agar menjadi
bodoh dan tidak naik kelas, tujuanya adalah agar mereka tetap bersekolah. Kata lain, cari aman,
(lanjut).
Kedua, mereka para pelajar sekarang telah merubah pengertian dari BERSEKOLAH. Di era
90an dan sebelumnya (tempo doeloe) sekolah yaitu, mencari ilmu dan mengetahui bagaimana
cara menghadapi ulangan. Tapi masuk abad ke 2 ini, sekolah berubah pengertian, untuk mencari
nilai dan mengetahui bagaimana cara mencontek agar tidak ketahuan saat ulangan. Ckckck
sungguh ironman, eh ironis..
Ketiga, mereka yang bersekolah tidak menjadi lebih baik bahkan menjadi lebih buruk
ckckckck..bayangkan mereka yang tidak bersekolah saja tidak mencontek, kenapa mereka yang
bersekolah justru mencontek ?(perntanyaan bodoh, abaikan, lanjut).
Keempat, di jaman doeloe, para guru memberikan cap anak pintar kepada mereka yang rajin
belajar, sopan, memiliki tata krama dan anak pekok kepada mereka yang sungguh-sungguh
pekok. Tapi dijaman sekarang ini, para murid justru yang memberikan cap kepada guru, killer,
maregi, jahat, estut, ora nggenah, lengob,lemot, bahkan penyu.(seperti siapa ini ?).
Kelima, siswa yang malas Shoping ke ratna, tidak pernah takut tidak bisa menulis karena tidak
mempunyai bolpen, prinsip mereka adalah THE POWER OF NUTUR, solusi terbaik adalah
dengan memungut bolpen dimeja orang lain, yang akibatnya pemiliknya akan kelabakan
mencarinya.Maka saya sarankan untuk memungut dimeja guru saja, karena mereka akan malu
mengomentari barang hilang yang hanya bernilai 1000 rupiah.
Demikianlah fakta unik pelajar, mohon jangan di ambil hati =)
Originaly Created by A Genius Student from XII IPA 5

BBB (BlackBerry Behel)

yah sekarang ada 4 fenomena buat anak jaman sekarang

1.Black berry
-merengek minta blackberry alesan buat menunjang tugas kuliah dan sekolah,padahal cuma
pengen buat update status di facebook online 24 jam.
-kebawa2x temen yang dibeliin ortunya blackberry padahal bayar abodemen masih minta ke ortu
-biar kalo pass lagi mejeng bareng geng di Jco ato Starbuck disangka Eksekutif ( padahal yg bli
kopi cuma temen itu pun 1 orang )
-bilangnya sih fiturnya bagus padahal ga kepake contoh : "eh bisa nonton video resolusi **** X
**** padahal kapan juga mau nonton di kotak sekecil 1,5 bungkus rokok?
-kan buat menunjang kuliah dan sekolah,contoh : pass guru/dosen nerangin, confrence ym sama
temen 1 ruangan "eh kita chat di ym yu"
-dipake di mall pura2x ada ym ato sms padahal kesepian
-co diisiin video jav idol dan bokep laen,ce 50% isi memorinya foto narsis yg di cute-cute-kan
budget : 4-10juta

2.Behel
-fungsinya sih buat ngerapihin gigi,tapi seiring perkembangan behel makin banyak minta behel
yang diwarna warni.biasanya yang ce mikirnya nambah cute,yang co ikut2x-an temen co
-lagi model nih,nanti kalo udah bosen cabut lagi ah ( padahal belum waktunya dicabut )
budget : 3-12juta

3.Camera SLR
-bilangnya buat meningkatkan kreatifitas ato berminat mengambil jurusan ini tapi tujuan
sebenarnya "bisa ngebayakin foto2x narsis di facebook dengan resolusi tinggi"
-ikut2x-an temen
-ga ngerti settingan jadi 10 juta dipake cuma buat settingan auto
-ngerengek minta yang paling anyar tapi dapetnya seri yg paling ekonomis.
-camera slr ibarat pistol ( senjata kalo lagi sendirian dan kesepian )
-beraninya cuma dipake kalo lagi bareng temen,kalo sendirian malu ach...
-yg ce : minta temen yg jago fotografer buat motoin dirinya.habis difoto sampe ke rumah diedit
pake adobe photosop dengan segala pencahayaan yang menutupi semua jerawat dan
kekuarangan tubuh lainnya.angle diambil sudut 45 derajat.ditambahin tulisan "SeDang RapuH
DaN GalaW.."
-yg co : dikejar2x ce haus perhatian buat motoin dirinya ** ciee... bangga ya dikejar ce ( padahal
juru potret ) * berfikir "pasti ada harepan buat ngedeketin dia kalo gue tawarin foto"
budget : 6 - 20 jt ( kebanyakan )

4.Laptop
-sama kayak black berry kalo dibawa ke jco,mall,starbuck ato coffe shop lainnya disangka
eksklusif
-kalo kesepian dan sendirian buka laptop,isinya facebook lagi.
-ga tau spefikasi dan hal hal komputer tapi ngomongnya yang penting beli aja yang
PENTIUMNYA paling gde ( hare gene masih jaman pentium ? )
-pass tau laptopnya ga bisa maen game bagus bilang dibilang memori sama cure 2 duo nya
kurang ( padahal VGAnya cuma intel x3100 ),kadang disuruh nambah memori buat nambah

memori vga ( padahal kagak tau kalo vga yg pengaruh chipset )*mau aja dibodo bodoin sama
penjual laptop.
-pengen beli yang APPLE / MAC soalnya bentuknya cute dan imut siyyhh.. ( ga tau cara make
OSnya )
-HOT SPOT GRATISANNN!!!!!! bisa maen game online dan facebook gratess.....
-"eh ada virus loh!,wah antivirusnya jelek tuh" ( padahal ga pernah di update dan seri freeware )
budget : 5 - 24 juta

5.kebiasaan tambahan
-COPY PASTE DARI BLOG BLOG ORANG lalu di post di lounge kaskus dan notes di
facebook tanpa seijin yg punya blog,ngakunya hasil karangan sendiri,kalo di lounge kaskus
langsung ngarep ijo.*mikirnya alah ga mungkin yg laen tau,kan yg laen ga semelek gue soal IT*
-baru bikin facebook langsung kejar friend!( baru bikin sehari udah 100 besoknya ,minggu depan
dah 300an ,sebulan kemudian 1000-an, yang kenal ga lebih dari 70 orang )
kenal ga kenal add terooossss yang penting friend banyak,"apa kata orang kalo facebook gue
temennya dikit?" atau.."gimana kalo yg liat bukan temen tapi kecengan?" trus itu kecengan
dalem hatinya ngomong " ih friend di facebook kamu dikit yahh.." uuuooohhh sangat sangat
menyayat nyayat hati.

makannya beli lah blackberry beli lah laptop beli lah camera slr buat nambah2x-in pic
narsis,pasanglah behel biar cute siapa tau KASTA SOSIAL NAEK!!

semakin gaul di facebook berarti semakin GAUL gitu lohh..

NB: bole copy paste jg nih dari thread luar..yah tujuannnya buat bahan koreksi buat temen2 gw
aja lah ;p

Keprihatinan : Gaya Hidup Bebas Remaja Masa Kini


(Hedonis, Rokok, Gamer, Narkoba hingga Seks)
Setelah kita memasuki era kehidupan dengan sistem komunikasi global, dengan kemudahan
mengakses informasi baik melalui media cetak, TV, internet, komik, media ponsel, dan DVD
bajakan yang berkeliaran di masyarakat, tentunya memberikan manfaat yang besar bagi
kehidupan kita. Setiap fenomena yang ada dan terjadi di dunia, tentunya akan memberikan nilai
positif sekaligus negatif. Sangat tergantung pada pola pikir dan landasan hidup pribadi masingmasing.
Setiap individu dari kita akan merasa senang dengan kehadiran produk atau layanan yang lebih
canggih dan praktis. Tidak terkecuali teknologi internet yang telah merobohkan batas dunia dan
media televisi yang menyajikan hiburan, informasi serta berita aktual. Begitu juga, handphone
yang telah membantu komunikasi sesama manusia untuk kapan saja meskipun satu dengan yang
lainnya berada di dunia Utara-Selatan atau belahan Timur Laut.

Teknologi + Kebebasan Edukasi = Kehancuran


Setiap teknologi memberikan efek positif dan negatif . Maraknya penggunaan ponsel telah
menurunkan interaksi individu secara langsung. Hal ini akan cenderung membuat pola hidup
manusia menjadi indivualistis. Dampak negatif ini tentunya dapat dikurangi bahkan dihindari
jika saja si pengguna memiliki pemahaman/pengetahuan, etika dan sikap yang kuat (bijakpositif)
untuk
memanfaatkan
sesuatu
secara
selektif
dan
tepat
guna.
Inilah titik permasalahannya bagi anak dan remaja. Penyaring internal (pemahamam, etika dan
sikap) anak dan remaja kita masih sangat rapuh. Di era kompleksitas arus kehidupan saat ini,
orang tua (terutama di perkotaan) telah kehilangan daya mendidik dan membangun keluarga bagi
anak-anaknya. Hal ini diperparah dengan maraknya racun-racun yang diterima oleh anak-anak
kita saat ini. Adegan-adegan kekerasan, seksual, mistik, dan hedonisme di media TV, koran dan
internet, serta sistem pendidikan sekolah yang gagal membangun karakter anak, telah menyerang
anak-anak
kita
saat
ini.
Di sisi lain, rendahnya regulasi dan law inforcement dari pemerintah dan aparaturnya, telah
menyebabkan oknum-oknum perusak generasi muda kita berkembang biak: secara pesat. KKN
antara pihak penguasa dengan pengusaha dalam regulasi, publikasi dan distribusi media
menyebabkan jutaan pemimpin masa depan Indonesia di ujung kepunahan. Sederet keprihatinan
anak dan remaja saat ini seperti kenakalan remaja, pola hidup konsumtif-hedonistik, pergaulan
bebas, rokok, narkoba, dan kecanduan game on line hampir menuju budaya gaya hidup remaja
masa
kini.
Teknologi tanpa filtrasi (perlu regulasi agar kebebasan tidak jebol) dan rapuhnya
edukasi/karakter manusia mengakibatkan kehancuran bangsa.

Rokok, Narkoba, Seks, dan AIDS


Ditengah berita siswa-siswi berprestasi dalam ajang penelitian, olimpiade sains, seni dan
olahraga, anak muda Indonesia saat ini terancam dalam masa chaos. Jutaan remaja kita menjadi
korban perusahaan nikotin-rokok. Lebih dari 2 juta remaja Indonesia ketagihan Narkoba (BNN
2004) dan lebih 8000 remaja terdiagnosis pengidap AIDS (Depkes 2008). Disamping itu, moral

anak-anak dalam hubungan seksual telah memasuki tahap yang mengawatirkan. Lebih dari 60%
remaja SMP dan SMA Indonesia, sudah tidak perawan lagi. Perilaku hidup bebas telah
meruntuhkan
sendi-sendi
kehidupan
masyarakat
kita.
Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa :
- Sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks.
Sebanyak
62,7%
anak
SMP
mengaku
sudah
tidak
perawan.
Sebanyak
21,2%
remaja
SMA
mengaku
pernah
melakukan
aborsi.
- Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan.
- Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno.

Pengakuan Siswi SMA, Beginikah Remaja Kita?


Sekarang gue lagi jomblo. Sudah dua tahun putus. Sakit juga! Habis pacaran empat tahun, dan
sudah kayak suami-istri. Dulu, tiap kali ketemu, gejolak seks muncul begitu saja. Terus ML
(making love) deh. Biasanya kita lakuin kegiatan itu di hotel. Kadang di rumah juga, kalau
orang rumah lagi pergi semua. Kalau rumah nggak lagi sepi ya paling cuma berani ciuman dan
raba sana-sini. Buat gue, semua itu biasa. Gue nglakuinnya karena merasa yakin doi bakal jadi
suami gue. Gue nggak takut dosa. Kan kita sama-sama mau, jadi nggak ada paksaan. Dosa
terjadi kan kalau ada paksaaan. Gitu menurut gue! Waktu putus, gue nggak nyesel sudah
nglakuin itu, habis, mau gimana lagi! Santai saja! Tentang pendidikan seks, gue nggak pernah
terima
dari
orangtua.
Paling
dari
teman,
majalah,
buku,
atau
film
Itulah penuturan Neila (samaran), pelajar kelas 3 sebuah SMA di Jakarta Timur, yang baru saja
menjalani UAN. Tanpa beban, remaja manis bertubuh mungil ini menceritakan pengalamannya.
Ia dan sang kekasih tahu harus melakukan apa supaya hubungan seks pranikah itu tidak
membuatnya
hamil.
Sampai saat ini, Neila yakin orangtuanya sama sekali tidak tahu perilaku putri keduanya
itu. Gue nggak bakal ceritalah, bisa mati mendadak mereka. Teman malah ada yang tahu, tentu
saja yang punya pengalaman sama, katanya sambil memilin-milin rambutnya.
Menurutnya, ML di kalangan remaja sekarang bukan hal yang terlalu asing lagi. Malah, ada yang
sengaja merayu pria dewasa yang bisa ditemui di mal dan tempat umum lain, untuk mendapatkan
uang atau barang berharga, seperti telepon seluler model terbaru, jam tangan bermerek, baju,
sepatu, tas, dan sebagainya. Bukan profesi sih, cuma iseng. Hitung-hitung bisa buat gaya.
Mending gue `kan, yang nglakuinnya cuma sama pacar dan bukan demi duit, sergahnya.

Biarkan atau Bertindak?


Sudah seharusnya kita kembali ke akar budaya bangsa kita. Jauh sebelumnya, bangsa Indonesia
adalah bangsa yang memiliki nilai akar (root value) budaya yang menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan dan kesusilaan seperti tertuang dalam falsafah dan nilai Pancasila. Kondisi yang
menimpa generasi muda saat ini, harus dibina dan dididik agar mereka menjadi pemimpin yang
memiliki moralitas yang tinggi untuk membangun bangsa dan negaranya.
Semua pihak haruslah merasa bertanggung jawab atas kasus ini. Disamping orang tua, peran
masyarakat sangatlah penting. Sistem pendidikan kita juga harus diubah. Jangan naikkan
anggaran tanpa meningkatkan nilai yang sesungguhnya dari pendidikan. Pemerintah sudah

seharusnya tegas melaksanakan undang-undang, dan para pengusaha, pedagang, dan web
internet cobalah berhenti menyebarkan hal-hal yang merusak (karena generasi kita masih rapuh).
Hal-hal
yang
harusnya
dilakukan:
- Pemerintah filtrasi tegas sinetron, film atau iklan yang berisi kekerasan seksual, pergaulan
bebas,
mistis-religi,
kekerasan-religi,
ramalan
serta
judi.
Menindak
tegas
para
pelanggar
UU
Perlindungan
Anak
- menfilter situs-situs porno di Indonesia. Hingga saat ini saja ada 6 Situs Porno yang Paling
Banyak
diakses
di
Indonesia
- Membangun Youth Centre, pusat pendidikan dan kreasi bagi remaja-remaja agar beraktivitas
yang
positif.
Secara
aktif
mengontrol
promosi
(iklan)
dan
peredaran
rokok.
- Memprioritaskan program pencegahan perdagangan anak, eksploitasi seksual komersial anak,
dan
narkoba.
- Edukasi pada masyarakat bahwa jangan mengasingkan anak-anak (yang menjadi korban),
bantulah mereka untuk keluar dari permasalahan mereka (material maupun moril).
Referensi: (Komnas PA, Media Indonesia, Suara Merdeka, dan Kompas)

Menjadi Guru Yang Inspiratif


Bermimpilahjelajahi Eropa dan Afrika. Belajarlah di tempat ilmu pengetahuan dan sastra
bertemu, Universitas Sorbonne Paris.
Kutipan kalimat Pak Balia yang berulang-ulang digaungkan dengan penuh emosi dan semangat
pada muridnya saat mengajar inilah yang menginspirasi dan menyemangati Ikal dan Arai
berprestasi meraih impian. Mengubah nasib anak seorang buruh tambang yang hanya memiliki
dunia seputar Gantong akhirnya berhasil membebaskan pikirannya dan berkelana menjelajahi
hidup dalam makna sebenarnya. Guru inilah yang mengilhami penjelajahan dan semangat
pencapaian prestasi dan kehidupan yang lebih baik.
Andrea Hirata sangat menghargai jasa para guru yang telah membentuk karakternya dan
menyemangati dalam belajar kehidupan sehingga menjadi pribadi yang tangguh, berkarakter dan
member warna bagi Indonesia. Bu Muslimah, Pak Balia, dan Pak Mustaram adalah sosok guruguru idealis, yang tidak hanya mengajarkan materi pelajaran apa yang harus dikuasai seorang
anak didik tetapi juga gigih membentuk karakter anak didik dengan berbagai metode pengayaan
yang sederhana namun terbukti memberi hasil yang efektif karena semua dilakukan dengan hati.
Pendidikan (seharusnya) memang bukan hanya sistem penjejalan materi pembelajaran atau
penyelesaian target RPP (Rencana dan Panduan Pengajaran) saja, tetapi juga penanaman norma
dan intervensi nilai-nilai kehidupan nyata yang harus ditanamkan secara konsisten pada proses
pembentukan karakter siswa.
Guru harus bisa membantu siswa memiliki rasa ingin tahu (inquiry) yang besar untuk
membantunya menumbuhkan semangat belajar dan memenuhi rasa haus akan ilmu dan wawasan
serta pengenalan diri. Memberi pancingan tentang fakta-fakta menarik yang terjadi pada
fenomena lingkungan sekitar akan mendorong siswa, secara rela bersedia meningkatkan
kemampuan diri.
Menjadikan proses pembelajaran sebuah eksperimen memang lebih memancing minat
kegairahan siswa untuk belajar dibanding hanya pemberian fakta, data, dan mekanisme
pengerjaan soal. Memang membutuhkan kerja keras dan juga alokasi waktu dari dalam diri
seorang guru untuk selalu memperbarui wawasan dan informasi agar bisa menjadi referensi
berjalan bagi siswa-siswanya.
Perlu diingat, bahwa waktu tidak pernah berjalan surut ke belakang, Kehidupan masa kini
semakin kompleks dan kompetitif. Kita sebagai guru harus berusaha mensejajarkan diri pada
kehidupan kontemporer ini agar tak tergagap-gagap. Berpatokan pada sistem pendidikan yang
baku, hanya akan membuat pelajaran berjalan kaku dan terasa datar, butuh ketrampilan untuk
berinovasi pada metode pembelajaran. Peka terhadap potensi siswa akan membantunya lebih
memahami diri sendiri. Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya, sehingga dari titik
inilah seorang anak didik dapat menentukan ke depan dengan pasti langkah apa yang ingin dia
jalankan.

Beberapa penelitian empiris di lapangan menunjukkan bahwa banyak orang terjebak pada
pekerjaan yang bukan minatnya, sehingga orang tersebut menjalaninya denga terpaksa dan tidak
memberikan kontribusi terbaiknya pada bidang pekerjaan tersebut.
Sebaliknya, orang-orang yang telah mampu mengenali diri sendiri, mengerti bidang apa yang
menjadi passionnya terbukti lebih bahagia menjalani hidup dan pekerjaannya serta berusaha
memberikan yang terbaik yang ia bisa.
Mimpi dan passion menjadi bahan bakar efektif bagi seorang anak untuk mengeksplorasi
kemampuan terbaiknya. Masa Renaissance di Eropa telah membuktikan bahwa, spesialisasi
dalam pekerjaan yang dilakukan sejak dini justru mampu memacu produktivitas yang bernilai
tinggi . Banyak mahakarya yang diciptakan pada masa ini menjadi abadi, dan terpakai hingga
masa kini.
Telah menjadi fenomena, siswa dengan hasil raport bagus, saat lulus dari bangku kuliah
mengalami kegagalan beradaptasi menghadapi dunia nyata. Ketidakmampuan adaptasi,
keringnya kreativitas atau tidak jeli melihat berbagai peluang menyebabkan lulusan perguruan
tinggi akhirnya hanya menjadi beban karena tingkat pengangguran semakin bertambah dan
menuntut pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Kepekaan menangkap peluang atau keberanian mengambil resiko terhadap tantangan jaman
itulah salah satu nilai yang seharusnya ditanamkan para guru pada siswa. Hidup memang bukan
sebuah perjalanan yang mudah, tapi tantangan-tantangan yang dihadapi dapat menempa
seseorang menjadi pribadi matang dan berkualitas yang bisa memberi warna pada lingkungan
sekitarnya.
Kemandirian berpikir dan bersikap sesuai keyakinan, pada akhirnya akan membuka peluang
pada berbagai kesempatan untuk menemukan passion (gairah) mereka terhadap ilmu atau satu
bidang tertentu yang membuat anak didik bergairah menjalankan proses belajar. Guru adalah
sarana pendorong dan penunjuk jalan atas berbagai pilihan siswa.
Pengayaan materi pembelajaran dengan mendatangkan pribadi sukses pada satu bidang tertentu
dapat dijadikan referensi dan pendorong penjelajahan profesi. Bedah buku tentang pemikiran
para tokoh-tokoh besar dunia seperti perjalanan hidup Soekarno, Mahatma Gandhi, Einstein,
mendalami semangat dan mimpi Bill Gates, atau pebisnis sukses era kontemporer Warren Buffet,
motivator Anthony Robbins atau Mario Teguh dan cerita klasik Petualangan Tom Sawyer, The
Alchemist dan lainnya dapat membuka wawasan segar siswa bahwa hidup adalah sebuah pilihan.
Penerapan nilai dan referensi terkini terhadap beratnya tantangan jaman, akan membantu mereka
untuk mengupdate diri sendiri secara terus menerus.
Di sinilah tugas guru seharusnya, bukan sebagai pencetak anak didik denga nilai tinggi namun
hanya cakap di level kelas pekerja. dengan standar hidup dan karakter pribadi ala kadarnya,
tetapi mencetak pribadi tangguh dengan pemikiran yang mendobrak dan mewarnai era hidupnya
bagi kemaslahatan dunia. Menciptakan anak didik yang yakin terhadap pilihan hidupnya
sehingga siswa lebih bertanggung jawab terhadap setiap langkah hidup yang akan dipilih dan

dijalaninya. Menanamkan sikap tak gampang menyerah ketika dihadapkan pada berbagai
kendala saat berusaha mewujudkan impiannya.
Perlu disadari bahwa globalisasi mendorong jaman bergerak maju dan cepat. Tingkat persaingan
semakin tinggi. Sebagaimana berbagai peristiwa sejarah telah membuktikan bahwa bukan
mereka yang kuat yang mampu eksis terhadap perubahan jaman tapi mereka yang berpikiran
terbuka dan bersikap adaptif-lah yang keluar sebagai pemenang dan mampu bertahan dalam
semua tantangan jaman.

PERMASALAHAN GANK PELAJAR DAN SOLUSINYA


I. PENDAHULUAN
Berbicara tentang sistem pendidikan dengan berbagai lembaga yang menyertainya
ibarat membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya. Asumsi ini tidaklah berlebihan
karena banyak hal yang bisa ditinjau di dalamnya serta banyak pula persoalan fundamental
melingkupinya yang nota bene membutuhkan upaya-upaya untuk memecahkan permasalahan
pendidikan tersebut.
Belum lama berselang, masyarakat dikejutkan dengan munculnya rekaman video
amatir tentang kesadisan dan keganasan sebuah gank pelajar putri dari Pati, Jawa Tengah.
Gank yang terkenal dengan nama Nero(yang merupakan akronim dari NEko-neko
keROyok) ini sempat menghebohkan karena aksi brutalnya dalam mempermak dan aksi
memelonco sesama pelajar putri yang akan masuk menjadi anggota baru mereka serta aksi
perkelahian (pengeroyokan) mereka Masyarakatpun penuh tanya bagaimana bisa komunitas
tersebut berperilaku begitu sadis. Padahal keberadaan gank ini semula adalah komunitas
pecinta bola basket di kalangan remaja. Namun tujuan dan fungsi komunitas tersebut berubah
dengan mengandalkan aksi kekerasan mereka.
Aksi kekerasan yang dilakukan anak sekolah bukan cuma milik Gank Nero saja.
Sebenarnya, aksi model gank pelajar sudah lama terjadi. Misalnya saja, Gank Gazper di
SMA 34 Jakarta dan juga di SMA 112 Jakarta dengan nama Black & White sempat membuat
heboh dengan aksinya yang kebablasan (Solihin : 2008). Di era tahun 90-an, kota Yogyakarta
juga sempat diresahkan dengan aksi gank pelajar serupa. Dua gank besar dengan sebutan
Joxzin dan TRB ini ditengarai sering melakukan kegiatan yang mengganggu masyarakat
seperti aksi vandalisme dan corat-coret fasilitas umum.

Fenomena tersebut di atas memang menarik untuk dikaji mengingat semakin maraknya
aksi kenakalan remaja dewasa ini disamping fenomena tentang seks bebas di kalangan pelajar
dan tawuran antar pelajar. Hal tersebut sungguh sangat memprihatinkan. Di saat bangsa ini
berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya, fenomena-fenomena di atas justru menambah
daftar keterpurukan itu. Namun demikian, fenomena perilaku menyimpang dalam kehidupan
bermasyarakat memang menarik untuk dibicarakan, termasuk pula membicarakan tentang
fenomena maraknya komunitas gank pelajar saat ini.
Dari fenomena maraknya gank pelajar, muncul beberapa pertanyaan yang akan dikaji
dari tinjauan perspektif sosiologis dan akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Mengapa gank pelajar bisa terbentuk?
2. Dari manakah sumber kekerasan gank pelajar?
3. Apa sajakah dampak dari munculnya gank pelajar tersebut?
4. Bagaimana solusi terhadap permasalahan gank pelajar?

II. KERANGKA TEORI DAN PEMBAHASAN


A. KERANGKA TEORI
1. Masa Perkembangan Remaja
Di dalam tahapan perkembangan anak, Stephen J. Ball (2000 : 1214) menyatakan
bahwa masa remaja merupakan suatu fase hidup dimana individu-individu remaja tersebut

sedang mencari dan membentuk konsep diri (self-concept) dan jati diri (self-identity).
Sewnada dengan pernyataan tersebut, Nurhaya Nurdin menyatakan bahwa masa-masa
teenager atau masa remaja ini adalah merupakan masa pencarian identitas diri (Nurdin:
2008). Masa yang ditandai dengan keinginan untuk membentuk kelompok-kelompok di luar
dari pengawasan orangtua dan keluarga. Tiap remaja ingin diakui oleh remaja lainnya, entah
karena prestasi, kesamaan minat dan hobi ataukah karena alasan lain yang hanya mereka
sendiri yang tahu. Maka, dengan dasar alasan seperti itulah gang bengal semacam gang Nero
bisa terbentuk.

2. Perilaku Menyimpang Remaja


Dalam perspektif sosiologi, kajian perilaku menyimpang dipelajari karena berkaitan
dengan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural yang telah
ditegakkan oleh masyarakat. Selain itu, sosiologi membantu masyarakat untuk dapat
menggali akar-akar penyebab terjadinya tindakan menyimpang dan upaya untuk
menghentikan atau paling tidak menahan bertambahnya penyimpangan perilaku tersebut.
Sixtus Tanje (2008) menyatakan bahwa remaja yang masih bersekolah
di SMP/SMU selalu mendapat banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul dalam
bentuk perilaku. Permasalahan tersebut adalah:
a. Perilaku Bermasalah (Problem Behaviour). Masalah perilaku yang dialami remaja di

sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri
dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat
dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru dan dengan
masyarakat. Jadi, problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada remaja
di sekolah akibat perilakunya sendiri. Misalnya, perilaku malu dalam mengikuti berbagai
aktivitas yang digelar sekolah termasuk dalam kategori ini.
b. Perilaku Menyimpang (Behaviour Disorder). Seorang remaja mengalami hal ini jika ia
tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku
menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang

mengarah pada tindakan kejahatan. Wardi Bachtiar (2006 : 101) menyatakan bahwa
secara umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang antara lain adalah:
Tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
atau norma-norma yang ada.
Tindakan yang anti-sosial atau asosial
Tindakan kriminal, yaitu tindakan yang secara nyata melanggar aturan hukum
tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain.
Penyebab perilaku ini lebih banyak karena persoalan psikhologis yang selalu menghantui
dirinya.
a. Penyesuaian Diri yang Salah (Behaviour Maladjustment). Perilaku yang tidak sesuai
yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam
menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya.
b. Perilaku Tidak Dapat Membedakan Benar-Salah (Conduct Disorder).
Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku
benar dan salah. Wujud dari perilaku ini adalah munculnya cara pikIr dan perilaku yang
kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Selain itu, conduct
disorder juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder
yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang
akan merugikan orang lain.
Oleh karena itu, orang-orang dan remaja yang berperilaku menyimpang baik
disengaja ataupun tidak, dapat dianggap telah mengabaikan tata tertib atau aturan-aturan
yang telah ditetapkan masyarakat.
Sehubungan dengan pembentukan komunitas gank pelajar, penyimpangan ini
dianggap sebagai penyimpangan yang dilakukan oleh kelompok atau disebut juga subkultur
menyimpang dimana para anggota dari subkultur tersebut biasanya juga mengajarkan kepada
anggota-anggota barunya tentang berbagai keterampilan untuk melanggar hokum dan
menghindari kejaran agen-agen kontrol sosial (Wardi Bachtiar, 2006:108). Mereka juga
mengindoktrinasi suatu keyakinan yang berbeda dari keyakinan yang dianut mayoritas

masyarakat kepada anggota yuniornya. Begitu pula ketika menerima keanggotaan baru, ujian
yang cukup keras akan diberlakukan kepada anggota-anggota baru tersebut.

3. Teori-teori Penyimpangan Berperspektif Sosiologis


Teori-teori penyimpangan yang berperspektif sosiologis antara lain adalah teori
Anomie, Sosialisasi, Kontrol Sosial, Labeling dan Konflik (Wardi Bachtiar, 2006 : 112-119).
a.

Teori Anomie berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai
ketegangan dalam suatu struktur sosial sehingga ada individu-individu yang mengalami
tekanan dan akhirnya menjadi penyimpang.

b.

Teori Belajar atau Teori Sosialisasi menyebutkan bahwa penyimpangan perilaku adalah
hasil dari proses belajar. Sutherland dalam teori belajarnya yang dikenal dengan Asosiasi
Diferensial menyatakan bahwa penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan
penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang
menyimpang, terutama dari subkultur atau diantara teman-teman sebaya yang menyimpang.

c.

Teori Labeling (Teori Pemberian Cap atau Teori Reaksi Masyarakat) menganggap
penyimpangan sebagai suatu konsekuensi dari penerapan aturan-aturan dan sanksi oleh orang
lain kepada seorang pelanggar. Dengan kata lain, menyimpang adalah tindakan yang
dilabelkan kepada seseorang atau pada siapa label secara khusus telah ditetapkan. Dalam hal
ini, penyimpangan tidak ditetapkan berdasarkan norma tetapi melalui reaksi atau sanksi dari
penonton sosialnya.

d. Teori Kontrol menyatakan bahwa penyimpangan merupakan hasil dari kekosongan kontrol
atau pengendalian sosial. Teori ini dibangun atas dasar pandangan bahwa setiap manusia

cenderung untuk tidak patuh pada hokum atau memiliki dorongan untuk melakukan
pelanggaran hukum.
e.

Teori Konflik. Dalam perspektif sosiologi pendidikan, permasalahan tentang munculnya


gank pelajar bisa dilihat dari perspektif Teori Konflik. Jeanne H. Ballantine dalam bukunya
The Sociology of Education (2001) menyebutkan bahwa perspektif teori konflik
mengasumsikan sebuah pertentangan (konflik) dalam masyarakat dan bagian-bagiannya yang
tercipta dengan adanya keinginan-keinginan untuk berkompetisi antar individu dan
kelompok. Dengan kata lain, perspektif konflik memahami masyarakat sebagai kelompokkelompok dengan berbagai kepentingan yang bersaing dan akan cenderung saling bersaing.
Para ahli perspektif teori konflik masa kini melihat bahwa konflik merupakan
fenomena yang senantiasa ada dalam kehidupan sosial dan sebagai hasilnya masyarakat
senantiasa berada dalam perubahan yang terus menerus (Bowles & Gintis dalam Ballantine,
2001).
Konflik dalam pandangan para ahli perspektif konflik masa kini, meliputi bidang
yang luas dimana terjadi pertentangan dari berbagai kepentingan dan kelompok dalam
masyarakat. Jadi konflik bukan hanya antara pemilik modal dengan para buruh seperti
dikemukakan oleh Marx, tetapi juga meliputi pertentangan antara orang muda dengan orang
tua, antara pria dengan wanita, antara satu etnis atau ras tertentu sebagaimana antara pemilik
modal dengan para buruh. Sehubungan dengan munculnya gank pelajar dewasa ini, oleh
sebagian pihak dianggap karena adanya konflik dari diri para anggota komunitasnya itu
sendiri serta konflik dengan pihak lain antara lain konflik dengan orang tua, saudara, teman,
atau bahkan dengan guru atau pihak sekolah.

Dengan melihat pada kenyataan di atas, konflik dipandang sebagai suatu hal yang
utama. Bahkan konflik dianggap sebagai fakta sosial yang mendasar (Wardi Bachtiar,
2006:108).
Namun demikian, konflik itu sendiri bagi para pelajar tersebut menunjuk pada
perjuangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan untuk berusaha
mempertahankan, meningkatkan dan menjaga posisi sosial mereka dalam kehidupan seharihari.
Di sisi lain, beberapa ahli perspektif teori konflik modern, misalnya Dahrendorf dan
Lewis Coser, melihat adanya peranan konflik dalam menciptakan integrasi, yang ditandai
oleh adanya kekuatan yang menyumbang terjadinya keteraturan dan stabilitas. Bagaimana
konflik memiliki peran integratif dapat dipahami dengan melihat bahwa semua orang
memiliki kepentingan yang sama akan bekerja sama untuk berusaha mencapainya agar
keuntungan dapat diraih bersama. Konflik antar ras misalnya dapat menjadi pengikat
kebersamaan dalam suatu ras tertentu, serta mengabaikan perbedaan-perbedaan diantara
mereka sendiri.
Namun dari fenomena maraknya gank pelajar, masyarakat menilai bahwa konflik
tersebut dilihat sebagai proses yang destruktif (merusak) yang akan membawa pada kondisi
ketidakteraturan (disorder) dan pecahnya masyarakat.

B. PEMBAHASAN
Sungguh ironis sekali melihat aksi kebrutalan para anggota komunitas gank anak
sekolah yang banyak bermunculan dewasa ini dan banyak diantaranya mengarah ke tindakan

anarkhis. Sehubungan dengan terbentuknya gank remaja, Ballantine (2001 : 195)


menjelaskan sebagai berikut:
Youth gangs are found in every area of the United States and many other countries.
Why do youth join gangs? Joining a gang, some argue, is a class and ethnic group
issue. Most gangs are made up of disaffected youth living in poor neighborhoods,
having difficulty in school, and sometimes from ethnic groups that are not integrated
into the mainstream society. Youths join gangs for protection and to show strong
loyalty to their neighborhood and protect their turf. Gang involvement is also related
to risk-taking behaviors and the rate of delinquent acts is high for gang members.

Dalam pembahasan ini akan dikupas lebih lanjut mengenai proses dan penyebab gank
pelajar bisa terbentuk, sumber kekerasan gank pelajar, dampak dari munculnya gank pelajar
tersebut serta solusi terhadap fenomena gank pelajar.
1. Penyebab dan Proses Terbentuknya Gank Pelajar
Penyebab munculnya gank remaja diungkapkan oleh Nasution (1993 : 84) sebagai
berikut:
Pengelompokan atau pembentukan klik (clique) mudah terjadi di sekolah. Suatu klik
terbentuk bila dua orang atau lebih saling merasa persahabatan yang akrab dan
karena itu banyak bermain bersama, sering bercakap-cakap, merencanakan dan
melakukan kegiatan yang sama di dalam maupun di luar sekolah. Mereka saling
merasakan apa yang dialami oleh salah seorang anggota kelompoknya dan saling
mengungkapkan apa yang terkandung dalam hatinya termasuk apa yang dirahasiakan
pada orang lain.
Anggota klik merasa diri bersatu dan kuat serta penuh kepercayaan berkat rasa
persatuan dan kekompakan itu. Mereka mengutamakan kepentingan kelompok di atas
kepentingan individual dan sikap ini dapat menimbulkan konflik dengan orang tua,
sekolah, dan klik-klik lainnya. Bila klik ini mempunyai sikap anti sosial maka klik itu
dapat menjadi geng

Senada dengan pernyataan di atas, Nurhaya Nurdin (2008) menyatakan bahwa


terbentuknya kelompok remaja itu dimulai hanya sekedar dua atau tiga orang yang satu hati
bergabung menjadi satu grup kecil, kemudian ada teman lain yang juga sama asyiknya diajak
jalan dan curhat ingin bergabung, maka tidak lama jadilah sebuah grup yang dinamai geng.
Membentuk sebuah gank adalah sebuah hal yang lumrah. Merunut hirarki kebutuhan
dasar Maslow, pembentukan gank adalah salah satu bentuk dari adanya kebutuhan aktualisasi
diri. Kaum remaja ingin diakui orang, ingin dihargai dan menjadi bagian dari suatu

komunitas. Dengan kata lain, remaja bergabung menjadi anggota komunitas suatu gank
karena untuk mendapatkan perlindungan dan menunjukkan kesetiaan yang kuat terhadap
organisasi kepada masyarakat luar serta melindungi kelompok mereka.
Namun sayangnya, dalam pengimplementasiannya banyak terjadi penyelewengan
yang sudah off track dari niat awal dibentuknya group atau gank tersebut. Hingga tanpa
sepengetahuan orang dewasa, jadilah aksi brutal dengan alasan solidaritas membela teman
gank.
Seperti yang dinyatakan oleh Ballantine sebelumnya, sebagian besar gank pelajar
terbentuk dari kehidupan remaja yang salah, mempunyai masalah di sekolah, atau bahkan
kadang-kadang berasal dari lingkungan yang tidak berintegrasi dengan lingkungan
masyarakat.
Senada dengan hal itu, Tanje (2008) menjelaskan tentang beberapa hal yang
melatarbelakangi kenakalan remaja, diantaranya adalah kehidupan keluarga yang kering,
terpecah-pecah (broken home), dan tidak harmonis yang akan menyebabkan anak tidak
kerasan tinggal di rumah dan tidak merasa aman serta tidak mengalami perkembangan
emosional yang seimbang.
Faktor kedua adalah kurangnya pembinaan moral yang nyata dan pudarnya
keteladanan nyata dari orang tua, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh panutan di masyarakat
yang akan memberikan pengaruh yang besar kepada sikap, perilaku dan moralitas remaja di
sekolah. Pendidikan di sekolahpun terkadang terjerumus pada formalitas pemenuhan
kurikulum pendidikan, mengejar bahan ajaran sehingga melupakan segi pembinaan
kepribadian, penanaman nilai-nilai pendidikan moral dan pembentukan sikap.

Kurangnya dukungan kehidupan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat terhadap


optimalisasi perkembangan remaja merupakan faktor ketiga. Hal lain yang menjadi latar
belakang munculnya gank pelajar adalah pengaruh tayangan media massa baik cetak maupun
elektronik yang acapkali menonjolkan unsur kekerasan dan diwarnai oleh berbagai aksi
kebrutalan.
2. Sumber Kekerasan di Kalangan Pelajar
Seto Mulyadi (2008) mensinyalir bahwa sumber kekerasan yang terjadi di kalangan
remaja sehingga terbentuk berbagai kelompok remaja atau gank adalah sebagai berikut:
a.

Adanya paradigma yang salah dalam mendidik anak baik pada keluarga dan sekolah.
Banyak orang yang beranggapan bahwa dengan melakukan tindakan keras seperti
menjewer, memukul, mencubit bisa menekankan disiplin pada anak. Justru perilaku
kekerasan itu akan terus berkembang di dalam diri anak dan dianggap biasa. Alhasil,
kepada temannyapun dia melakukan kekerasan serupa atau lebih.

b.

Akibat pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu yang sangat
singkat, informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu
pengetahuan dan lain sebagainya dengan mudah diterima oleh masyarakat sehingga
media massa surat kabar, TV, film, radio, majalah dan lainnya mempunyai peranan
penting dalam proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru kepada masyarakat.
Media massa, terutama media TV juga mempunyai peranan dalam membentuk kebiasaan
melakukan kekerasan. Tayangan berita berisi adegan kekerasan dan adegan yang
menjurus ke pornografi direkam sangat baik oleh remaja dan anak-anak. Mereka akan
menganggap bahwa itu semua wajar dilakukan dan merasa layak melakukan hal serupa.
Hal inilah yang menyulut perilaku agresif remaja dan mengakibatkan terjadinya

pergeseran moral pergaulan serta meningkatkan terjadinya berbagai pelanggaran norma


susila.
c.

Krisis ekonomi juga menjadi salah satu faktor di mana pemenuhan kebutuhan remaja
dirasa kurang. Namun, ditengarai faktor ini bukanlah dominan karena banyak pula
kenakalan remaja muncul dari kalangan remaja yang berasal dari keluarga mampu.

3. Dampak Terbentuknya Gank Pelajar


Di dalam membahas tentang gangs at schools, Burnett dan Walz dalam Jeanne H.
Ballantine (2001:196) menjelaskan sebagai berikut:
What do gang members do? Many gangs are involved in serious and violent crimes.
Twenty eight percent of the gangs were organized specifically for trafficking in drugs;
other gangs committed assaults and robberies, sometimes along with drug activities.
Fighting, stealing, alcohol dealing, and drug dealing leads to power and respect from
other gang members.
How do gangs affect schools? In fact, the number of gang members in schools is
usually fairly small, but the gang presence can be quite disruptive, bringing into
schools fear, violence, drugs and recruitment for gangs.

Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa perilaku yang diperlihatkan oleh para anggota
gank remaja lebih banyak condong pada tindakan kriminal yang mengganggu dan bersifat
serius. Banyak diantara mereka yang terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang
dan narkoba serta tidak sedikit yang terlibat perampokan bahkan pembunuhan selain tawuran
(perkelahian), minum minuman keras dan mencuri.
Sebenarnya dilihat dari sisi jumlah mereka yang relatif kecil, tidaklah imbang dengan
jumlah siswa secara keseluruhan. Namun, keberadaan mereka bisa meresahkan atau bahkan
mengganggu sehingga menimbulkan keresahan, ketakutan, keributan, kriminalitas, atau
bahkan perekrutan anggota gank baru. Tidak hanya di kalangan sekolah, keresahan dan
ketakutan itu bisa merebak sampai ke masyarakat luas.

4. Solusi Terhadap Maraknya Gank Pelajar

Permasalahan maraknya gank remaja decade ini jika tidak segera dicarikan solusinya,
maka kebiasaan melakukan tindak kekerasan itu bisa terbawa hingga dewasa. Bukan tidak
mungkin kelak mereka yang terbiasa dengan tindakan kekerasan sejak kecil dan remaja ini
akan terus melakukan kekerasan sampai mereka menjadi orang tua dan menurunkan kepada
anak-anaknya sehingga bisa dibayangkan generasi macam apa yang akan terbentuk di masa
mendatang.
Di dalam perkembangan remaja yang sedang mencari identitas dan eksistensi diri
dalam kehidupan bermasyarakat, diperlukan peran serta aktif dari berbagai pihak dalam
melancarkan pencapaian kepribadian yang dewasa bagi para remaja. Berikut ini adalah
beberapa langkah yang bisa ditempuh dalam mencegah terbentuknya gank remaja lebih
banyak lagi, yaitu dengan:
a. Mengubah paradigma yang salah dalam keluarga dan sekolah bahwa kekerasan adalah
salah satu bentuk pendidikan disiplin pada anak.
b. Memberikan kesempatan untuk mengadakan dialog untuk menyiapkan jalan bagi
tindakan bersama baik antara remaja dengan orang tua, pendidik di sekolah dan
masyarakat.
c. Pemerintah harus tegas kepada media, sensor pada adegan kekerasan di TV dan media
lain. Komite Penyiaran Indonesia (KPI) harus lebih tajam.
d. Intensitas sosialisasi berupa kampanye, pidato dan talkshow bahwa tindakan kekerasan
pada anak-anak harus dihentikan perlu lebih ditingkatkan.
e. Perlunya peninjauan kembali untuk memberikan pendidikan budi pekerti atau pendidikan
karakter di sekolah karena disinyalir sekolah lebih mengutamakan aspek kognitif saja
dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Moralitas sangatlah penting ditumbuhkan
dalam diri setiap anak. Hal ini perlu dipertimbangkan mengingat di tengah kebangkrutan
moral bangsa, maraknya tindak kekerasan, inkoherensi politisi atas retorika politik dan
perilaku keseharian maka pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-religius
menjadi relevan untuk diterapkan.

III. KESIMPULAN

Fenomena maraknya komunitas gank pelajar/remaja dewasa ini disebabkan karena


kehidupan keluarga yang kering, terpecah-pecah (broken home) dan tidak harmonis yang
akan menyebabkan anak tidak kerasan tinggal di rumah dan tidak merasa aman serta tidak
mengalami perkembangan emosional yang seimbang. Selain itu, kurangnya pembinaan moral
yang nyata dan pudarnya keteladanan nyata dari orang tua, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh
panutan di masyarakat yang akan memberikan pengaruh yang besar kepada sikap, perilaku
dan moralitas remaja, serta kurangnya dukungan kehidupan sosial ekonomi keluarga dan
masyarakat terhadap optimalisasi perkembangan remaja.
Adapun yang menjadi sumber dari terbentuknya gank tersebut adalah adanya
paradigma yang salah dalam mendidik anak baik pada keluarga dan sekolah, pengaruh media
massa, terutama media TV yang mempunyai peranan dalam membentuk kebiasaan
melakukan kekerasan, serta krisis ekonomi yang juga menjadi salah satu faktor di mana
pemenuhan kebutuhan remaja dirasa kurang.
Dampak dari munculnya gank-gank tersebut adalah bahwa dengan keberadaan
mereka di sekolah maupun di kalangan masyarakat dapat meresahkan atau bahkan
mengganggu sehingga menimbulkan keresahan, ketakutan, keributan, kriminalitas, atau
bahkan perekrutan anggota gank baru. Tidak hanya di kalangan sekolah, keresahan dan
ketakutan itu bisa merebak sampai ke masyarakat luas.
Jalan keluar bagi pemecahan permasalahan maraknya gank pelajar adalah dengan:
1. Mengubah paradigma yang salah dalam keluarga dan sekolah bahwa kekerasan adalah salah
satu bentuk pendidikan disiplin pada anak.
2. Memberikan kesempatan untuk mengadakan dialog untuk menyiapkan jalan bagi tindakan
bersama baik antara remaja dengan orang tua, pendidik di sekolah dan masyarakat.

3. Pemerintah harus tegas kepada media, sensor pada adegan kekerasan di TV dan media lain.
Komite Penyiaran Indonesia (KPI) harus lebih tajam.
4. Intensitas sosialisasi berupa kampanye, pidato dan talkshow bahwa tindakan kekerasan pada
anak-anak harus dihentikan perlu lebih ditingkatkan.
5.

Perlunya peninjauan kembali untuk memberikan pendidikan budi pekerti atau pendidikan
karakter di sekolah

Anda mungkin juga menyukai